ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GASTRITIS DENGA

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GASTRITIS DENGAN MASALAH
KEBUTUHAN NUTRISI DIRUANG AYUB II RS ROEMANI

Disusun oleh:
Kelompok 1
Aditiya Serko Aji

G2A011002

Aditya Arining Mukti G2A011003
Agus Ismail

G2A011004

Aliefta Maya

G2A011005

Andri Rukmana

G2A011007


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut data dari World Health Organization (WHO) bahwa Indonesia mendapat
urutan yang ke empat banyaknya jumlah penderita Gastritis setelah Negara Amerika,
Inggris dan Bangladesh yaitu berjumlah 430 juta penderita Gastritis (Depkes RI, 2004).
Di Inggris 6-20% menderita Gastritis pada usia 55 tahun dengan prevelensi 22% insiden
total untuk segala umur pada tahun 1988 adalah 16 kasus/1000 pada kelompok umur 4564 tahun. Insiden sepanjang usia untuk Gastritis adalah 10% (Riyanto, 2008). Gastritis
merupakan penyakit terbesar di seluruh dunia dan bahkan diperkirakan diderita lebih dari
1,7 milyar. Pada negara yang sedang berkembang infeksi diperoleh pada usia dini dan
pada negara maju sebagian besar dijumpai pada usia tua (Budiana, 2006).
Di dunia, insiden Gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun dan
umumnya terjadi pada penduduk yang berusia lebih dari 60 tahun. Sedangkan di Asia

Tenggara, insiden terjadinya Gastritis sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap
tahunnya. Prevalensi Gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di
Shanghai sekitar 17,2 % yang secara substantial lebih tingggi daripada populasi di Barat
yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik.
Angka kejadian Gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan
prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk. Menurut Maulidiyah dan
Unun pada tahun 2006, di Kota Surabaya angka kejadian Gastritis sebesar 31,2%,
Denpasar 46%, sedangkan di Medan angka kejadian infeksi cukup tinggi sebesar 91,6%
(Anonim, 2010).

Di negara-negara Asia, Indonesia mendapat urutan ke tiga setelah Negara India dan
Thailand yaitu berjumlah 123 ribu penderita. Sedangkan di Indonesia sendiri kota yang
penduduknya paling banyak menderita penyakit Gastritis adalah kota Jakarta yaitu 25
ribu penduduk. Pemicu dari penyakit Gastritis di ibukota Jakarta yaitu dipengaruhi oleh
jumlah penduduk yang padat dan berpotensi gila kerja sehingga mengakibatkan makan
menjadi tidak teratur dan banyak menderita penyakit Gastritis ini (Profil Dinkes, 2004).
Pada tahun 2004 penyakit gastritis menempai urutan yang ke- 9 dan 50 peringkat
utama pasien rawat jalan di rumah sakit seluruh Indonesia dengan jumlah kasus 218.500 (
DEPKES RI, 2004). Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5 - 6 tahun ini dan
menyerang laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Laki-laki lebih banyak mengalami

Gastritis karena kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok. Prevalensi meningkat
dengan meningkatnya umur. Jenis penyakit Gastritis yang paling tinggi prevalensinya di
Indonesia berdasarkan data dari RS Tegal, peningkatan kasus ini dimulai pada 1997
dengan 248 kasus, kemudian melaju dengan cepat hingga mencapai puncak pada tahun
2000 dengan 532 kasus. Sedangkan dari survey yang dilakukan pada masyarakat jakarta
pada tahun 2007 yang melibatkan 1.645 responden mendapatkan bahwa pasien dengan
masalah Gastritis ini mencapai 60% artinya masalah Gastritis ini memang ada
dimasyarakat dan tentunya harus menjadi perhatian kita semua (Wijoyo,2009).
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik
Penyakit Dalam (Sopearman, 2001). Gastritis adalah radang pada jaringan dinding
lambung paling sering diakibatkan oleh ketidak teraturan diet, misalnya makan terlalu
banyak, makan terlalu cepat, makan-makanan terlalu banyak bumbu atau makanan yang
terinfeksi penyebab yang lain termasuk alkohol, aspirin, refluk empedu atau terapi radiasi
(Suddarth & Brunner, 2005). Adanya penemuan infeksi Helicobacter Pylory ini mungkin
berdampak pada tingginya kejadian Gastritis. Faktor etiologi Gastritis lainnya adalah

asupan alkohol berlebihan (20%), merokok (5%), makanan berbumbu (15%), obat-obatan
(18%) dan terapi radiasi (2%) (Herlan, 2001).
Secara garis besar Gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan pada
manifestasi klinis, gambaran histologi yang khas, distribusi anatomi dan kemungkinan

patogenesis Gastritis. Berdasarkan pada manifestasi klinis, Gastritis dapat dibagi menjadi
akut dan kronik. Masalah yang sering timbul pada Gastritis umumnya mengalami
masalah keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri.
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia, misalnya obat-obatan dan
alkohol, makanan yang panas, pedas maupun asam. Pada orang yang mengalami stress
akan terjadi perangsang saraf simpatis nervus vagus yang akan meningkatkan produksi
asam klorida (HCL) di dalam lambung, adanya HCI yang ada didalam lambung akan
menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat kimia maupun makanan yang
merangsang akan menyebabkan sel epitel kalumner yang berfungsi menghasilkan mucus,
mengurangi produksinya sedangkan mucus itu fungsinya untuk pemproteksi mukosa
lambung agar tidak ikut tercerna, respon mukosa lambung karena penurunan sekresi
mucus bervariasi, di antaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster
terdapat sel yang memproduksi HCL (terutama daerah fundus ) dan pembuluh darah.
Vasoditasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCL meningkat. Peningkatan
HCL ini di samping dapat menimbulkan mual, muntah dan anoreksia juga dapat
menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCL dengan
mukosa gaster (Underwood, 2002).
Gastritis kronis terjadi karena Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif.
Organisme ini menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desanuamasi sel
muncullah respon radang kronis pada gaster, yaitu disfungsi kelenjar dan metapiamia.

Metapiamia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan

mengganti sel mukosa gaster, misalnya dengan sub mukosa yang lebih kuat. Karena sel
squoniasa lebih kuat, maka diaktivasinya juga berkurang saat mencerna makanan,
lambung melakukan gerakan pristalistik tetapi karena penggantinya kurang elastis maka
akan timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri (Underwood, 2002).
Komplikasi dari penyakit gastritis ini apabila tidak di tanggulangi dengan baik akan
berakibat diantaranya: perdarahan saluran cerna bagian atas ( SCBA ) berupa
hematemesis dan melena dapat berakhir sebagai syok hemoragik, tukak peptik.
Komplikasi gastritis kronis yaitu : perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, perforasi,
anemia Karena gangguan absorbs vitamin B12 (Mansjoer, 2003).
Masalah yang ditemukan dari penyakit gastritis adalah nyeri berhubungan dengan
mukosa lambung yang teriritasi akibat peningkatan produksi HCl dimana nyeri dapat
disebabkan adanya tanda-tanda inflamasi pada mukosa gaster seperti: pusing, nyeri
epigastrium, rasa tidak nyaman pada abdomen (perut terasa perih, panas dan muntahmuntah). Menurut Mansjoer (2003), tanda dan gejala gastritis adalah nyeri epigastrium,
mual, muntah, kembung, pusing, dan kelemahan. Akibat peningkatan produksi HCl
sebagai prioritas utama karena berdasarkan triage konsep nyeri merupakan ancaman dan
pada hirarki Maslow nyeri adalah kebutuhan fisiologi yang harus dipenuhi.
Untuk mengatasi nyeri berhubungan dengan mukosa lambung yang teriritasi
akibat peningkatan produksi HCl, rencana asuhan keperawatan yang bertujuan untuk

mengurangi atau menghilangkan nyeri sehingga klien bisa mengatasi nyerinya sendiri,
yaitu : kaji skala nyeri, dengan mengkaji skala nyeri diketahui klien berada dalam rentang
respon yang mana dan dapat menentukan kualitas dari nyeri, ringan, sedang dan tidak
tertahankan.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat memberikan Asuhan Keperawatan Gastritis secara optimal.
2. Tujuan Khusus
a.

Penulis dapat melakukan pengkajian fokus terkait kebutuhan nutrisi.

b.

Penulis dapat menentukan pathways keperawatan sesuai kasus

c.

Penulis dapat menentukan diagnosa keperawatan kebutuhan nutrisi


d.

Penulis dapat menuyusun fokus intervensi (dengan rasional) sesuai dengan
kebutuhan nutrisi.

C. Metode Penulisan
Dalam penulisan Makalah Seminar ini penulis menggunakan metode deskriptif
dengan pendekatan proses keperawatan jiwa yang terdiri dari: pengkajian, diagnosa
keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi, sedangkan tehnik penulisan yang digunakan
sebagai berikut :
1. Observasi Partisipasif
Yaitu mengadakan pengawasan langsung terhadap keadaan umum pasien serta
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dengan
timbulnya perubahan klinis selama observasi.
2. Wawancara
Yaitu mengadakan tanya jawab langsung dengan pasien, perawat serta petugas
kesehatan yang bersangkutan dengan pasien.
3. Studi Dokumentasi
Yaitu mempelajari buku-buku laporan dan catatan medis serta dokumen lainnya untuk

membandingkan dengan data yang ada.

4. Studi Pustaka
Yaitu mempelajari buku-buku referensi terkait dengan gastritis dan kebutuhan nutrisi.

D. Sistematika Penulisan
Makalah seminar ini ditulis dalam lima bab yang ditulis secara sistematika dan tiaptiap bab terdiri dari beberapa sub bab yaitu :
Bab I

: Pendahuluan, yang meliputi ;
a. Latar belakang,
b.

Tujuan penulisan,

c. Metode penulisan,
d.
Bab II

Sistematika penulisan.

: Konsep Dasar, yang berisi tentang ;

a. Pengertian
b.

Etiologi

c. Patofisiologi
d.

Manifestasi klinik

e. Penatalaksanaan
f. Konsep kebutuhan dasar nutrisi, meliputi :
1) Pengkajian fokus kebutuhan nutrisi
2) Pathways keperawatan
3) Diagnosa keperawatan kebutuhan nutrisi
4) Fokus intervensi
Bab III


: Resume Askep, meliputi:
a. Pengkajian fokus kebutuhan nutrisi

b.

Diagnosa keperawatan kebutuhan nutrisi

c. Pathways keperawatan kasus
d.
Bab IV

Fokus intervensi
: Berisi tentang pembahasan kasus yang bertujuan untuk menemukan
kesenjangan antara teori dan kasus.

Bab V

: Penutup, berisi tentang ;

a.


Simpulan

b.

Saran

BAB II
KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan sub mukosa lambung (Hirlan, 2006).
Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat
bersifat akut, kronis, difus atau lokal (Price & Wilson,2006).
Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Gastritis akut adalah
kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala yang khas, biasanya
ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil. Sedangkan gastritis kronik merupakan suatu
peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun yang disebabkan oleh
ulkus dan berhubungan dengan Helicobacter pylori.
B. ETIOLOGI/PREDISPOSISI
Menurut Mansjoer, 2001 penyebab gastritis adalah:
1. Gastritis Akut
a. Penggunaan obat-obatan seperti aspirin dan obat inflamasi nonsteroid dalam dosis
rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung.
b. Alkohol. Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada lambung dan
membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada
kondisi normal.
2. Gastritis Kronik
Pada gastritis kronik penyebab tidak jelas, tetapi berhubungan dengan Helicobacter
pylori.
Sedangkan menurut Smeltzer, 2001 penyebab gastritis adalah:
1. Gastritis Akut

Gastritis akut sering disebabkan akibat diit yang tidak benar, Penyebab lain dari
gastritis akut mencakup alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari
lambung oleh bakteri Helicobacter pylori.

C. PATOFISIOLOGI
Menurut price (2006), gastritis biasanya bersifat jinak, merupakan respon mukosa
lambung terhadap iritan lokal. Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan
terkontaminasi), kafein, alcohol, dan aspirin merupakan agen pencetus yang lazim, Infeksi
H.pylori lebhih sering dianggap sebagai penyebab gastritis akut. Organisme tersebut
melekat pada epitel lambung dan menghancurkan lapisan mukosa pelindung,
meninggalkan daerah epitel yang gundul.
Mukosa barrier lambung umumnya melindungi lambung dari pencernaan terhadap
lambungitu sendiri. Ketika mukosa barrier rusak maka timbul gastritis. Setelah barrier
rusak terjadi perlukaan mukosa dan di perburuk oleh histamine dan stimulasi saraf
cholinergic. Kemudian HCL dapat berdifusi balik kedalam mucus dan menyebabkan luka
pada pembuluh darah yang kecil, yang mengakibatkan terjadi bengkak, perdarahan dan
erosi pada lambung.
D. MANIFESTASI KLINIK
1. Nyeri ulu hati
Disebabkan karena adanya suatu proses peradangan yang terjadi akibat adanya iritasi
mukosa lambung.
2. Anoreksia, Nausea dan Vomitus
Tanda ini sangat umum ditemukan. Terjadi karena adanya peningkatan kadar asam
lambung didalam tubuh khususnya pada organ lambung.
3. Melena dan Hematemesis
Hal ini disebabkan karena adanya suatu proses peradanagan yang berawal dari adanya
iritasi dan erosi pada mukosa lambung.
E. PENATALAKSANAAN
1. Gastritis akut

a. Pantang minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang, ubah menjadi
diit yang tidak mengiritasi
b. Jika gejala menetap, diperlukan cairan IV.
c. Jika terdapat perdarahan, penatalaksanaannya serupa dengan hemoragi yang terjadi
pada saluran gastrointestinal bagian atas.
d. Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat dan alkali, encerkan dan netralkan
asam dengan antasida umum.
e. Jika gastriris terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer
atau cuka yang diencerkan.
f. Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.
2. Gastritis kronik
a. Modifikasi diit, istirahat, reduksi stres, dan farmakoterapi.
b. H. Pylori diatasi dengan antibiotik
F. KONSEP KEBUTUHAN DASAR NUTRISI
1. PENGKAJIAN FOKUS KEBUTUHAN NUTRISI
Pengkajian menurut Potter Patricia (2005)
a. Antropometri measurements
Antropometri adalah suatu system pengukuran ukuran dan susunan tubuh dan bagian
khusus tubuh. Pengukuran antropometri membantu dalam mengidentifikasi masalah
nutrisi.Antropomentri meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar lengan
atas.
b. Biochemical data
Pengkajian nutrisi menggunakan nilai biokokimia seperti total limfosit, serum
albumin, zat besi, creatinin, Hb, Ht, keseimbangan nitrogen, kadar kolesterol.
c. Clinical sign
Pemeriksaan fisik pada pasien yang berhubungan dengan adanya mal nutrisi, head to
toe.
d. Dietry history
Kaji pola, jenis dan frekuensi makanan yang dikonsumsi dalam 24 jam. Periksa
apakah ada intoleransi terhadap makanan, faktor yang mempengaruhi pola makan.
2. PATHWAYS KEPERAWATAN
( Terlampir )

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN KEBUTUHAN NUTRISI
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan nutrient yang tidak adekuat

4. FOKUS INTERVENSI
Dx: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan nutrient yang tidak adekuat
Tujuan

:Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan
nutrisi terpenuhi.

Kriteria hasil

:

a. Nafsu makan bertambah
b. Mual dan muntah berkurang
c. Berat badan bertahap secara bertahap
Rencana tindakan
Intervensi
Rasional
1. Kaji faktor penyebab klien tidak nafsu Menentukan intervensi selanjutnya
makan
2. Berikan makanan yang hangat dalam Dilatasi
porsi sedikit tapi sering

gaster

dapat

terjadi

bila

pemberian makanan terlalu cepat

3. Hindari pemberian makanan yang Mengurangi pemberian asam lambung
dapat merangsang peningkatan asam yang dapat menyebabkan mual dan
lambung
4. Tanyakan pada klien tentang makanan

muntah.
Menambah nafsu makan

5. Kolaborasi pemberian antiemetik dan Menghilangkan mual
antibiotik

BAB III
RESUME ASKEP
1. PENGKAJIAN FOKUS
a. Identitas Pasien
Nama

: Ny. S

Umur

: 64 Tahun

Status

: Janda

Alamat

: Jangling Krajan Rt 10/06, Candi sari, Semarang

Agama

: Islam

No. Register

: 367801

Tanggal masuk : 25 Juni 2014
Diagnosa medis : Gastritis
b. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri perut sebelah kanan.
c. Riwayat penyakit Sekarang
Pasien datang ke UGD dengan keluhan nyeri perut sejak 1 minggu. Nyeri dirasakan
sampai tembus ke punggung belakang, mual,
d. Riwayat Penyakit dahulu
Hipertensi, Diabetes Melitus
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Kesehatan keluarga, keluarga ada yang menderita hipertensi.
f. Antropometri
1. Berat Badan dulu : 51 kg
2. Berat Badan sekarang: 49 kg
Dikarenakan tidak nafsu makan dan sekarang diprogramkan puasa.
3. Tinggi badan
:150 cm
4. Lingkar lengan
: 32 cm
5. IMT
: 22,67
g. Biokimia
Hasil pemeriksaan tanggal 29 Juni 2014
1. Hematologi rutin
11,0 g/dl
2. Kimia klinik

:
11,7 – 15,5 g/dl

GDS

132 mg/dl

70-110 mg/dl

h. Clinikal asesment
:
1. Paien tampak lemas
2. Kesadaran cukup ( GCS : 15 )
3. Turgor kulit cukup yaitu bisa kembali dalam waktu < 3 detik
4. Capileri reffil < 2 detik
5. Nafas Iregular
6. Tidak ada edema
7. Pasien terpasang NGT
8. Pemeriksaan fisik
a. TTV
1. Tekanan darah : 140 / 80 mmhg
2. RR
: 24 x/ menit
3. Suhu
: 36,6 ˚C
4. Nadi
: 100 x/ menit
b. Mulut
1. Bibir tampak kering
2. Ada sariawan ( stomatitis )
c. Abdomen
1. Inspeksi
: Cembung
2. Auskultasi
: peristaltik ± 4 kali/ menit
3. Perkusi
: Hipertimpani
4. Palpasi
: Nyeri pada kuadran II( skala 6 ), nyeri tekan pada abdomen
d. Jantung
1. Inspeksi
: Iktus cordis tidak tampak
2. Perkus
: Pekak
3. Palpasi
: Iktus cordis teraba, ICS 5
4. Auskultasi
: BJ I-II reguler
e. Paru
1. Inspeksi
: Simetris pasien terpasang O2
2. Perkusi
: Sonor
3. Palpasi
: Teraba geraka takstil premitus sama
4. Auskultasi
: Vesikuler
i. Muskuloskeletal
1. Pada ekstremitas atas terpasang infus R/L 20 tpm pada tangan kiri
2. Ekstremitas bawah tidak ada edema.
j. Pengkajian nyeri
P : kien saat meringis saat epigastrium ditekan
Q : nyeri seperti di remas – remas
R : diulu hati ( di epigastrium )
S : skala 6 ( skala nyeri 0 – 10 )
T : nyeri hilang timbul saat epigastrium ditekan

k. Diit
Diit pada saat masuk yaitu tinggi kalori tinggi protein.
Sekarang terpasang NGT pasien puasa.
l. Therapi
Terapi tanggal 28 juni 2014
1) Omeprazole
2x1
2) Cefotaxim
3x1
3) Ranitidin
3x1
4) Gentamicin
2x1
5) Aminofusin
1x/hari
6) Paracetamol Injeksi
7) Dexamethason
3x1
m. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tanggal 28 juni 2014
1) Biokimia
a. Hematologi rutin
1) Hematologi
32,5 %
35 – 47 %
2) Lekosit
12. 700/mm³
3600 – 11000 /mm³
3) Trombosit
1523.000/mm³
150.000 – 440.000/mm³
4) Eritrosit
3.70 juta/ul
3.8 – 5.2 juta/u/
b. Kimia klinik
1) Ureum
46 mg/dl
2) Creatinin
0,7 mg/dl
2) Foto torax
Tak tampak kelainan ataupun gambaran illeus
3) CT – Scan abdomen
Ada pembesaran limfonodi di para aorta asites minimal, tak tampak kelainan
intra abdomen lainnya diatas secara sonografi
2. PATHWAY KEPERAWATAN SESUAI KASUS
( Terlampir )
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kebutuahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan diit
cairan
4. FOKUS INTERVENSI

Dx: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pembatasan diit cairan
Tujuan

:Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi
terpenuhi.

Kriteria hasil

:

a.

Nafsu makan bertambah

b.

Mual dan muntah berkurang

c.

Berat badan bertahap secara bertahap

Rencana tindakan
Intervensi
Rasional
1. Kaji faktor penyebab klien tidak nafsu Menentukan intervensi selanjutnya
makan
2. Berikan makanan yang hangat dalam Dilatasi
porsi sedikit tapi sering

gaster

dapat

terjadi

bila

pemberian makanan terlalu cepat

3. Hindari pemberian makanan yang dapat Mengurangi pemberian asam lambung
merangsang peningkatan asam lambung

yang dapat menyebabkan mual dan
muntah.

4. Tanyakan pada klien tentang makanan

Menambah nafsu makan

5. Kolaborasi pemberian antiemetik dan Menghilangkan mual
antibiotik

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pasien gastritis didapatkan pasien mengeluh nyeri perut sebelah kanan, tidak
nafsu makan, bibir tampak kering, pada pemeriksaan abdomen didapatkan perut tampak
cekung, bunyi usus ±4 kali/menit. Pasien mengatakan kebiasaan makan tidak teratur.
Hal tersebut sesuai dengan teori gastritis dalam buku price (2006), yang menunjukan
bahwa penderita akan menjalani nyeri perut dan anoreksia akibat dari peradangan yang
diakibatkan oleh peningkatan asam lambung yang menyebabkan kerusakan pada mukosa
lambung sehigga hal tersebut mengakibatan iritasi pada lambung. Mukosa barrier lambung
umumnya melindungi lambung dari pencernaan terhadap lambungitu sendiri. Ketika mukosa
barrier rusak maka timbul gastritis. Setelah barrier rusak terjadi perlukaan mukosa dan di
perburuk oleh histamine dan stimulasi saraf cholinergic. Kemudian HCL dapat berdifusi balik
kedalam mucus dan menyebabkan luka pada pembuluh darah yang kecil, yang
mengakibatkan terjadi bengkak, perdarahan dan erosi pada lambung
Pada penelitian oleh Rahmi kurnia (2011), menunjukan bahwa factor kebiasaan
makanan dapat menyebabkan gastritis. Jika pola makan tidak teratur, telat hinga 2-3 jam
menyebabkan asam lambung yang di produksi meningkat dan berlebihn dan akan mengirtasi
mukosa lambung serta akan menimbulkan rasa nyeri.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa pengkajian focus sesuai dengan teori dan hasil
penelitian bahwa terdapat banyak factor yang menyebabkan gastritis diantaranya
kebiasaan makan.
B. Saran
Pelayanan sudah baik, namun akan lebih baik lagi sesuai dengan prosedur keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C.2000.Keperawatan medikal bedah buku saku untuk Brunner Suddarth;
alih bahasa Yasmin asih.Jakarta:EGC
Day, R. A. and A. L. Underwood. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam. Jakarta.
Penerbit Erlangga. Hal 394, 396-404
Depkes RI. 2004. Profil Kesehatan Indonesia 2004. Jakarta
Depkes RI, 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta
Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2011, Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2011,
Semarang: Dinas Kesehatan Kota Semarang
Hirlan dan Tarigan P . 2006. Buku Aja Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD
FK UI,
Kurnia, Rahmi. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gastritis yang berobat
jalan di puskesmas gulai bancah kota bukit tinggi.
Mansjoer, 2003,Kapita Selekta Kedokteran, Ed.3, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk.2001. Kapita selekta kedokterane edisi 3 jilid 1 dan 2. Jakarta:FKUI
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty.2006.Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses penyakit Ed.6 Vol 1&2.Jakarta:EGC
Priyanto, Agus.2008.Endoskopi Gastrointestinal.Jakarta:Salemba Medika
Riyanto, 2008, Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan, dilengkapi Uji Validitas dan
Reliabilitas serta Aplikasi Program SPSS, Nuha Medika.
Wiyono, D. M. S. (2009). Manajemen mutu pelayanan kesehatan. Surabaya : Airlangga
University Press.