PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT SISWA KELAS IV SDN 10 POASIA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT SISWA KELAS IV SDN 10
POASIA
Oleh:
Nurhan
Guru SDN 10 Poasia Kendari
Email: nurhan@gmail.com
Abstrak: Menulis adalah keterampilan yang harus dimiliki siswa yang termasuk dalam keterampilan dalam
berbahasa indonesia perlu dilatihkan sedini mungkin. Kenyataannya hasil belajar siswa dalam keterampilan
menulis surat untuk teman sebaya masih banyak yang belum mencapai KKM dan proses pembelajaran masih
berpusat pada guru. Salah satu model pembelajaran yang sesuai adalah Think Talk Write karena dalam proses
pembelajarannya dapat melatih siswa berpikir dan mengembangkan keterampilan menulisnya. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan dua siklus penelitian.
hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapka model TTW nilai siswa
yang dapat mencapai KKM persentasenya bertambah pada tiap siklusnya. Selain itu persentase aktivitas guru
pada tiap siklus pembelajarannya pun bertambah, ini menunjukan bahwa aktivitas yang guru lakukan berdampak
pada hasil belajar siswa.
Kata Kunci: Think Talk Write, Keterampilan menulis surat

Sedangkan di kelas III, IV, V, dan VI disebut
pembelajaran menulis lanjut. Jadi, di sekolah dasar

ada dua jenis menulis, yaitu menulis permulaan dan
menulis lanjut.
Berdasarkan hasil evaluasi diri yang guru
lakukan menunjukan bahwa kemampuan menulis
siswa kelas IV SDN 10 Poasia berdasarkan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) masih banyak siswa
yang belum dapat mencapai nilai KKM. Hal ini sebab
kan karena pembelajaran Bahasa Indonesia yang
dilakukan masih berpusat pada guru, yaitu guru
memberikan materi kepada siswa sedangkan siswa
hanya mendengarkan atau mencatat apa yang
disampaikan guru. Hal ini membuat proses
pembelajaran hanya berlangsung satu arah.
Sementara siswa cenderung pasif. Akibatnya siswa
merasa bosan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Siswa cenderung melakukan aktivitas lain yang lebih
menarik perhatian, misalnya seperti bermain dan
mengobrol dengan temannya. Pada saat pembelajaran
berlangsung siswa cenderung bersikap pasif, enggan
bertanya, takut atau malu untuk bertanya. Siswa

jarang berdiskusi dengan temannya. Bila ada yang
kurang paham atau tidak mengerti tentang suatu
materi mereka cenderung untuk diam dan masih
banyak siswa kesulitan untuk mengungkapkan
gagasan. Persoalan ini dapat diasumsikan bahwa
kesempatan untuk melakukan kegiatan menulis sangat
sedikit di sekolah dasar. Maka dari beberapa hal

PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia merupakan salah satu
mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar.
Dalam kurikulum, kajian materi Bahasa Indonesia
diajarkan mengenai keterampilan berbahasa yang
meliputi keterampilan menyimak, keterampilan
berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan
menulis (Slamet, 2008: 4). Pembelajaran Bahasa
Indonesia
bukan
lagi
menekankan

pada
pengetahuan bahasa, melainkan pada keterampilan
berbahasa yang diberikan secara terpadu yaitu
meliputi
keterampilan
membaca,
menulis,
menyimak, dan berbicara.
Menulis dan membaca merupakan aktivitas
komunikasi ibarat dua sisi mata uang yang saling
melengkapi (Slamet, 2008: 95). Kebiasaan menulis
tidak mungkin terlaksana tanpa kebiasaan
membaca. Meskipun belum tentu membawa
kebiasaan menulis, kebiasaan membaca akan
memperluas
pengetahuan
dan
wawasan.
Pengetahuan dan wawasan menjadi dasar kegiatan
menulis dan kebiasaan menulis tidak akan

bermakna tanpa diikuti kebiasaan membaca.
Pembelajaran menulis diajarkan di sekolah
dasar sejak kelas I sampai dengan kelas VI.
Kemampuan menulis di kelas I dan II merupakan
kemampuan awal atau tahap permulaan. Oleh
karena itu, pembelajaran menulis di kelas I dan II
disebut
pembelajaran
menulis
permulaan.
[82]

tersebut hendaknya seorang guru harus bisa
memberikan inovasi dalam pembelajaran menulis.
Perlu adanya kajian lebih lanjut dalam memilih
teknik maupun model pembelajaran yang tepat
sehingga bisa merangsang siswa untuk tertarik
dalam pembelajaran menulis surat untuk teman
sebaya.
Pembelajaran

yang
baik
adalah
pembelajaran
yang
mampu
meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif dan kritis pada siswa.
Proses awal pembelajaran yang baik adalah dimana
peran dari seorang guru sebagai fasilitator untuk
memberikan materi yang mudah diterima dan
dikuasai siswa. Secara tidak langsung siswa dapat
mengembangkan
kreativitas
dan
dapat
menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi
verbal (berbicara) dan visual (menulis).
Ketepatan penggunaan model pembelajaran
terhadap suatu materi dapat menentukan

keberhasilan suatu pengajaran. Dalam mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas IV
terdapat materi menulis surat untuk teman sebaya.
Model yang tepat untuk pembelajaran menulis surat
untuk teman sebaya adalah model think talk write
yakni model pembelajaran yang di desain untuk
meningkatkan tanggungjawab siswa terhadap
pembelajaran sendiri dan juga pembelajaran orang
lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus bisa membagi
ide (sharing) dan mengajarkan materi tersebut
kepada anggota kelompoknya. Oleh sebab itu
penulis melakukan sebuah studi yaitu, tentang
“Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write
Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Surat
Siswa Kelas IV SDN 10 Poasia”
Model pembelajaran think talk write
merupakan salah satu dari metode pembelajaran
kooperatif (cooperative Learning). Pembelajaran
kooperatif menekankan prinsip kerja sama dalam

belajar. Menurut Slavin (Asma, 2006: 11)
pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajarmengajar secara kelompok-kelompok kecil, siswa
belajar dan bekerja sama saling menyumbang
pemikiran dan bertanggung jawab terhadap
pencapaian hasil belajar secara individu maupun
kelompok.
Pengertian tersebut sejalan dengan
pendapat Newman (Asma, 2006 :11) yang
menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
suatu pendekatan yang mencakup kelompok kecil

dari siswa yang bekerja sama sebagai suatu tim untuk
memecahkan masalah, menyelesaikan suatu tugas
atau menyelesaikan suatu tujuan bersama.
Lie dalam Anam, (2000: 2) mengemukakan
manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa, yaitu:
(1) meningkatkan kemampuannya untuk bekerja
sama dengan siswa yang lain; (2) akan mempunyai
lebih banyak kesempatan untuk menghargai
perbedaan; (3) Partisipasi siswa pembelajaran dapat

meningkat; (4) Mengurangi kecemasan siswa; (5)
Meningkatkan motivasi diri, sikap positif; dan (6)
Meningkatkan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran think talk write ini
dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan
(menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi), hasil
bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi,
diskusi, dan kemudian buat laporan hasil presentasi.
Sintaknya adalah: informasi, kelompok (membacamencatat-menandai),
presentasi,
diskusi,
melaporkan.
Think (berpikir) adalah teknik pemanfaatan
keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual
dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk
kesan. Dalam berpikir, otak seringkali mengingat
informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara,
bentuk-bentuk dan perasaan. Dalam berpikir
menggunakan pengingat-pengingat visual dan
sensorik ini dalam suatu pola dari ide-ide yang

berkaitan. Seperti peta jalan yang digunakan untuk
belajar, mengorganisasikan dan merencanakan. Cara
berpikir ini dapat membangkitkan ide-ide orisinil dan
memicu ingatan yang mudah. (Hernacky, 1992: 152).
Talk (komunikasi lisan) dapat digunakan dalam
segala macam situasi belajar, namun tidak
merupakan satu-satunya alat. Bagi kelas-kelas rendah
di SD mungkin komunikasi lisanlah yang paling
efektif. Akan tetapi di kelas-kelas yang lebih tinggi,
bila anak-anak telah pandai membaca, bahan tertulis,
dan gambar-gambar tidak kurang efektifnya
dibandingkan komunikasi verbal. Komunikasi lisan
(berbicara) banyak manfaatnya dalam berbagai
situasi belajar, seperti memberi bimbingan belajar,
dalam memberikan feedback atau balikan, atau
memulai topik baru. (Nasution, 1992: 195-196).
Write (menulis) adalah aktivitas seluruh otak
yang menggunakan belahan otak kanan (emosional)
dan belahan otak kiri (logika). Tulisan yang baik
memanfaatkan kedua belah otak.

(Hernacky,
1992:179)
[83]

4. Síswa mereduksi sendiri pcngetahuan yang
memuat pemahaman ke dalam tulisan naskah
drama (write).
Menurut Silver dan Smith (dalam Ansari,
2008: 90), menjabarkan peranan dan tugas guru
dalam
mengefektifkan
penggunaan
model
pembelajaran think talk write antara lain sebagai
berikut:
(a)mengajukan pertanyaan dan tugas yang
mendatangkan keterlibatan dan mendorong siswa
untuk berpikir, (b) mendengar secara hati-hati ide
siswa, (c) menyuruh siswa mengemukakan ide secara
lisan dan tulisan, (d) memusatkan apa yang digali

dan dibawa siswa dalam diskusi, (e) memutuskan
kapan memberi informasi, mengklarifikasi persoalanpersoalan, menggunakan model membimbing dan
membiarkan siswa berjuang dengan kesulitan, (f)
menilai partisipasi siswa dalam diskusi dan
memutuskan kapan dan bagaimana mendorong setiap
siswa untuk berpartisipasi.
Oleh karena itu, model think talk write ini
menitikberatkan peranan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung secara efektif pada
pemberi tugas, membuat catatan kecil atau
merefleksi, dan mereka berkolaborasi pada
penyelesaian tugas dalam satu tim heterogen yang
terdiri dari anggota kelompok 3-5 siswa dengan
kemampuan yang berbeda.
Menurut Santoso, dkk (2008: 6.14) menulis
dapat dianggap sebagai proses maupun suatu hasil.
Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan
seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan.
Dilihat dari prosesnya, menulis mulai dari hal yang
tidak tampak baru menjadi sebuah tulisan yang utuh.
Hal ini dikarenakan apa yang hendak ditulis masih
dalam bentuk pikiran, bersifat sangat pribadi.
Menulis dan mengarang merupakan dua hal yang
dianggap sama pengertiannya oleh sebagian ahli dan
berbeda oleh sebagian ahli lainnya. Menurut
Crimmon dalam Slamet (2008: 97), menulis
merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan
mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan
ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga
pembaca dapat memahaminya dengan jelas.
Hastuti (2008: 99) menyatakan Menulis di
samping sebagai proses, juga merupakan suatu
kegiatan yang komplek. Komplek di sini bahwa
kegiatan menulis adalah kegiatan yang melibatkan
cara berpikir yang teratur dan berbagai persyaratan
yang berkaitan dengan teknik penulisan, antara lain:

Metode pembelajaran think talk write ini
menurut Arends dalam Asma (2006:16)
mengandung
unsur-unsur
dasar
dalam
pembelajaran kooperatif yakni:
1. Siswa
dalam
kelompoknya
haruslah
beranggapan
bahwa
mereka
sehidup
sepenanggungan bersama.
2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu
di dalam kelompoknya seperti milik mereka
sendiri.
3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota
di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang
sama.
4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung
jawab yang sama di antara anggota
kelompoknya.
5. Siswa akan dikenakan atau akan diberikan
hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan
untuk semua anggota kelompok.
6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka
membutuhkan keterampilan untuk belajar
bersama selama proses belajar
7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan
secara individual materi yang dipelajari dalam
kelompoknya.
Ciri-ciri Metode pembelajaran kooperatif
think talk write sebagai berikut. 1) siswa dalam
kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi
belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai,
2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki
kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat
kemampuan tinggi, sedang dan rendah, 3) jika
mungkin anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan
kesetaraan jender, dan 4) penghargaan lebih
menekankan pada kelompok dari pada masingmasing individu.
Menurut Ansari (2008: 89) langkah-langkah
pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran think talk write adalah sebagai
berikut:
1. Guru membagikan lembaran Kerja Siswa
(LKS) yang memuat soal yang harus dikerjakan
oÌeh siswa serta petunjuk pelaksanaannya.
2. Siswa membaca teks dan membuat catatan
kecil berupa hal- hal yang diketahui dan tidak
diketahui (think).
3. Siswa berinteraksi dan bekerjasama dengan
teman satu kelompok untuk membahas isi
catatan kecil pribadi (talk).
[84]

a) adanya kesatuan gagasan, b) penggunaan kalimat
yang jelas dan efektif, c) paragraf disusun dengan
baik, d) penerapan kaidah ejaan yang benar, dan e)
penguasaan kosakata yang memadai. Santosa, dkk
(2008: 6.15) memberikan kiat-kiat agar siswa
mudah dalam menulis yang merupakan suatu
proses, yaitu sebagai berikut:
a) langsung menulis teori belakangan
b) mulai dari manapun boleh
c) belajar sambil bercanda
d) pembelajaran menulis non linear, yaitu tidak
harus berdasarkan urutan dari a sampai z
e) berbicara meniru mendengarkan, menulis
meniru membaca.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas
maka dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan
proses berpikir yang dituangkan dalam bentuk
tulisan yang hasilkan produk yaitu tulisan tersebut.
Selain itu, menulis merupkan suatu kemapuan
berbahasa yang bersifat produktif, karena menulis
aktivitas pnuangan ide dan gagasan dalam bentuk
kata-kata, susunan kalimat, dan menjadi suatu
gagasan. Menulis merupakan salah satu bentuk
komuniasi yang disampaikan dalam bentuk tulisan.
Surat menurut Setiawa, dkk (2010) surat
merupakan
komunikasi
tertulis
untuk
menyampaikan informasi pernyataan, pesan,
kepada pihak laian yang mempunyai keperluan
kegiatan dengan berbagai pihak tertentu. Pendapat
lain diungkapakan Sedarmayanti (2001: 162)
menyatakan surat adalah alat komuniasi tertulis
yang berasal dari satu pihak dan ditunjukan kepada
pihak lain untuk meyampaikan berita.
Warsanto (1997: 120) surat adalah sejenis
warkat yang dipergunakan sebagai sarana
komunikasi tertulis antara pihak pertama dengan
pihak lain dengan menggunakan kertas berukuran
tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat yang
dipaparkan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa
surat merupakan bentuk komunikasi tertulis yang
dilaksanakan dengan menggunakan kertas, selain
itu surat berisikan informasi yang berasal dari satu
pihak kepada pihak lainnya.
Dalam penelitian ini kemampuan menulis
yang dimaksud adalah kemampuan menulis surat
untuk teman sebaya. Adapun aspek yang dinilai
dalam penulisan surat untuk teman sebaya seperti
yang disyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan(KTSP) adalah; (1) bahasa yang
digunakan, (2) bentuk surat, (3) ejaan, (4) isi surat

METODE PENELITIAN
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan metode
PTK Kemmis dan MC Taggart. Pertimbangan ini
didasarkan pada tujuan dari penelitian yaitu untuk
meningkatkan hasil belajar dan daya serap siswa
terhadap materi pokok Tumbuhan Hijau, serta
memperbaiki kinerja guru dalam mengelola
pembelajaran IPA. Selain itu juga model penelitian
ini karena Model Kemmis dan Taggart dicirikan satu
kali tindakan sama dengan satu kali pelaksanaan
pembelajaran (mulai dari membuat RPP hingga
evaluasi keseluruhan) sama dengan satu siklus
tindakan (dalam Wardani. Dkk. 2006:2.4).

Gambar 1: Alur Dasar Penelitian Tindakan
Kelas Model Kemmis & MC Target
Kegiatan penelitian tindakan kelas inni
dilakukan dalam pembelajaan bahasa Indonesia di
kelas IV SDN 10 Poasia pada semester ganjil. Subjek
dalam penellitian ini adalah siswa keelas IV yang
berjumlah 42 siswa, yang terdiri dari 9 laki-laki dan
33 perempuan.
Sumber data dalam penelitian ini adalah
siswa dan guru. Untuk siswa dilakukan tes dengan
meminta siswa untuk membuat surat untuk teman
sebaya, sedangkan data guru diperoleh dengan
menggunakan lembar obrervasi untuk mengamati
aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung.
Selanjutnya, data hasil tes belajar siswa dianalisis
[85]

dan dihitung tingkat ketuntasan belajarnya dengan
menggunkan rumus:
Secara individu

(Kasim. 2008:85)
Menentukan presentase ketuntasan belajar

Dengan:
TB
= Tingkat Ketuntasan Belajar
∑TB = Jumlah siswa pada kategori tuntasan
belajar
N
= Jumlah siswa secara keseluruhan
Menentukan nilai rata-rata dengan menggunakan
rumus:

Gambar 2. Persentase Hasil Belajar Siswa
Tiap Siklus
Berdasarkan gambar 2, persentase jumlah
siswa yang tuntas belajar adalah 52% atau sekitar 22
orang siswa yang tuntas belajar, jumlah ini masih
jauh dari inidikator kinerja yaitu 75% dari jumlah
siswa tuntas dalam belajar. Sedangkan, siswa yang
belum tuntass belajar adalah 47,61% atau setara
dengan 20 orang siswa. Pada proses pembelajaran di
siklus satu terlihat siswa terihat masih sedikit
bingung dengan LKS yang diberikan guru, pemberian
LKS bertujuan untuk merangsang siswa agar dapat
mengembangkan cara berpikirnya. Dengan LKS
siswa diharapkan dapat mengumpulkan informasi
yang berkaitan dengan pertayaan yang diberikan,
dengan cara tersebut siswa berpikir (think) dan
mencatat hal-hal yang diperlukan dalam proses
pembelajarannya. Kenyataanya di kelas siswa belum
mampu melakukan secara mandiri, siswa senantiasa
berteriakan meminta bantuan kepada guru. Hal ini
mungkin disebabkan karena siswa belum terbiasa
dengan cara belajar yang diterapkan guru.
Pada tahapan selanjutnya yaitu berbicara
(talk) dalam tahap ini siswa juga belum mampu untuk
dapat mengungkapkan pendapat pada kelompknya.
Dalam pembagian kelompok disikusi guru membagi
siswa secara hetrogen. Diamana yang aktif di sebar
pada setiap kelompok dengan harapan siswa yang
pasif dapat termotivasi hingga dapat berpartisipasi
aktif dalam proses diskusi. Dalam proses dikusi ini
siswa yang terlibat aktif dalam diskusi masih minim,
bahkan ada siswa yang terlihat sibuk sendiri dengan
buku catatannya setelah di hampiri ternyata siswa
tersebut sedang menggambar. Proses diskusi pun
tidak berjalan sesuai yang diharapkan oleh guru.
Pada tahapan menulis (write) siswa bersama
kelompoknya secara mandiri diminta untuk menulis
surat kepada anggota kelompoknya, surat tersebut
dapat berisi tanggapan atau pendapat siswa terhadap

Dengan:
X = Nilai rata-rata
N = Jumlah siswa
Xi = Skor tiap siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan
melibatkan 42 orang siswa kelas IV SDN 10
Poasia. Penelitian berlangsung selama dua miggu
dimana setiap minggunya pembelajaran bahasa
Indonesia dilakukan. Setiap siklus penelitian
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, pertemuan
pertama berlangsungnya proes pembelajaran
bahasa Indonesia materi menulis surat untuk teman
sebaya, pertemuan ke dua peneliti melakukan tes
hasil belajar bahasa Indonesia materi menulis surat
untuk teman sebya. Berikut ini akan dijabarkan
hasil tes belajar dan hasil pengamatan terhadap
aktivitas guru selama proses pembelajaran
berlangsung:
1. Hasil Belajar
Berdasarkan analisis hasil belajar siswa pada
setiapsiklus menunjukan peninkatan jumlah siswa
yang dapat mencapi KKM, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 2.

[86]

teman kelompoknya. Pada tahapan ini surut yang
ditulis siswa dikumpulkan dan dinilai oleh guru
sebagai prodak hasil belajar. Surat yang dibuat
dinilai adapun aspek yang dinilai adalah; bahasa
yang digunakan, bentuk surat, ejaan dan isi surat.
Berdasarkan gaya bahasa yang digunaka siswa
masih banyak menggunakan gaya bahasa yang
tidak baku atau gaya bahasa yang digunkan dalam
pergaulan sehari-hari. Hal ini, berdampak pada
penilaian ejaan dan penulisan tanda baca yang
digunakan kurang tepat. Selain itu bentuk surat
yang dibuat oleh siswa serupa kurang bervariasi.
Oleh sebab itu hasil belajar siswa pada siklus satu
yang dapat mencapai KKM masih sangatlah
rendah.
Hasil refleksi dari sisklus menunjukan bahwa
siswa belum terbiasa dengan model yang
diterapkan, partisipasi siswa dalam proses
pembelajaran masihlah rendah, dalam proses
pengumpulan informasi siswa masih tergolong
pasif dan masih mengharapkan informasi dari guru.
Perlu ada perbaikan dalam pembelajaran
selanjutnya seperti guru menyiapkan bahan bacaan
sebagai sumber informasi, selain ituh guru juga
hasus menyiapkan contoh-contoh surat untuk
teman sebaya agar surat yang dibuat siswa lebih
bervariasi.
Pada siklus dua siswa mulai terlihat aktif dalam
proses pembelaran, tertarik terhadap bahan bacaan
dan contoh-contoh yang dibawa oleh guru.
Sehingga pada saat berdiskusi siswa sudah mulai
terlihat aktif karena siswa mendapat informasi dan
contoh yang berbeda. Antusias belajar meningkat
siswa yang pada saat sikuls satu menggambar mulai
terlihat aktif terlibat dalam diskusi. Pada akhir
pembelajaran siswa diminta untuk membuat surat
untuk teman sebaya akan tetapi berbeda dari sisklus
pertaman pada siklus kedua ini siswa diminta untuk
menulis surat kepada teman yang berada jauh.
Dari hasil analisis dari surat yang dibuat
siswa terlihat ada perbaikan dari gaya bahas yang
dibuat oleh siswa, ejaan yang yang digunakan
dalam menulis surat pun mulai membaik. Akan
tetapi masih banyak siswa yang belum dapat
mletakan tanda baca secara tepat. Akan tetapi
berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan ada
peningkatan hasil belajar dari sisklus sebelumnya,
dimana jumlah siswa yang dapat nilai diatas nilai
KKM meningkat dibandingkan sikllus sebelumnya.

2. Aktivitas guru
Selain hasil belajar siswa, aktivitas guru
selama proses pembelajaran diamati oleh teman
sejawat. Berdasarkan hasil pengamatan teman
sejabat diperoleh persentase keterlaksanaan keiatan
pembelajaran pada setiap siklusnya, berikut ini
adalah
grafik
presentase
keterlaksanaan
pembelajaran pada setiap siklus:

Gambar 3. Persentase aktivitas guru tiap siklus
Berdasarkan grafik di atas terlihat pada sikllus I
guru hanya dapat melaksanakan 78% pembelajaran
yang telah direncanakan dalam rancangan proses
pembelajaran (RPP). Hal ini dikarenakan dalam
proses pembelajaran siswa belum terbiasa belajar
mandiri, akibatnya banyak aktivitas guru yang yang
direncanakan tidak dapat terlaksana dengan baik.
Pada siklus II persentase aktivitas guru menigkat
menjadi 85% hal ini dikarenakan siswa mulai
terbiasa dengan model pembelajaran yang digunakan
guru. Sehingga guru dapat melaksanakan proses
pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah
dibuat. Oleh sebab itu dapat disimpulkan dalam
proses pembelajaran bahasa Indonesia kelas IV SDN
10 Poasia materi menulis surat untuk teman sebaya
menunjukn bahwa aktivitas guru dan hasil belajar
siswa saling mempengaruhi.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil temuan dan analisis yang
dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan:
Pertama, secara umum ada peningkatan persentasi
jumlah siswa yang mencapa nilai KKM. Dimana
jumlah siswa yang dapat mencapaik KKM lebih
banyak pada siklus II, jika dibandingkan dengan
hasil ulangan harian siswa pada tahuan ajaran
sebelumnya dan sikluls I. Kedua, aktivitas guru pada
siklus II meningkat daripada siklus I hal ini
[87]

dikarenakan guru mulai teriasa dengan model
pembelajaran yang digunakan dan perubahan dari
aktiviatas
belajar
siswa.
Ketiga,
model
pembelajaran
TTW secara umum dapat
meningkatkan hasil belajar, oleh sebab itu model
pembelajran tersebut dapat digunakan sebagai
alternatif model pembelajaran pada mata pelajaran
bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Ansari, B. I. (2008). Komunikasi matematik:
konsep dan aplikasi. Banda Aceh: PENA.
Anam, K. (2000). Implementasi cooperative
learning dan model pembelajaran dalam
pembelajaran geografi. Adaptasi Model
Jigsaw dan Fields Study. Jurnal Ilmu
Pendidikan.
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan Departemen Pendidikan.
02: 36: 0216-0847.
Asma, N. (2006). Model pembelajaran kooperatif.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Hernacky, M. (1992). Quantum learning.
Bandung: Mizan.
Hastuti, U. Sri. (2008). Petunjuk praktikum
mikrobiologi. Malang: FMIPA Universitas
Negeri Malang.
Kasim, Muh. 2008. Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan. Bahan Ajar. Kendari: Program
S1 PGSD.
Nasution. (1992). Metode research. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Santosa, Puji, dkk. (2008). Materi dan
pembelajaran bahasa indonesia SD.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Setiawan, O. Dkk (2010) Surat Menyurat
Serbaguna. Bandung: Djambatan.
Sedarmayanti. (2001: 62) Dasar-dasar Pengetahuan
Tentang Manajemen Perkantoran, Edisi
Revisi. Bandung: CV. Mandar Maju.
Slamet, St. Y. (2008). Dasar-dasar keterampilan
berbahasa indonesia. Surakarta: UNS
Press.
Slamet, St. Y. (2008). Peningkatan keterampilan
berbahasa indonesia. Surakarta: UNS
Press.
Warsanto, I. G. (1997) Kearsipan I, Cetakan
Ketiga. Jakarta.

[88]