Materi Ajar PIH_UAS materi ajar pih uas

HANDOUT
PENGANTAR ILMU HUKUM
(Materi UAS)

Dr.M.Syamsudin,S.H.,M.H.
Program Studi Ilmu Hukum
FH UII

SUMBER-SUMBER HUKUM
Sumber Hukum
adalah tempat di mana kita dpt menemukan
atau menggali norma2 hukum
Apa arti penting Sumber Hukum terkait dengan
Masalah Hukum?
Sumber hukum berfungsi sebagai dasar dalam
memecahkan masalah hukum
Ada 2 macam Sumber Hukum (ALGRA):
Sumber hukum materiil (dilihat dari segi isinya)
Sumber hukum formil (dilihat dari segi
bentuknya)
2


Achmad Sanusi, ada 2 Sumber
Hukum:
 Sumber Hukum Normal, dibagi 2 macam:
a. Langsung pengakuan UU, spt: UU,
perjanjian
antar negara, kebiasaan
b. Tidak langsung diakui UU, spt: perjanjian,
doktrin dan yurisprudensi
 Sumber hukum Abnormal, yaitu:
a. Proklamasi
b. Revolusi
c. Kudeta (yang berhasil)

Sumber Hukum Formil









Konstitusi
Peraturan Perundang-undangan
Traktat
Yurisprudensi
Perjanjian atau kontrak
Hukum Kebiasaan
Doktrin
Hak Cipta Ridwan Khairandy

4

Tata Urutan Peraturan
Perundang-undangan di Indonesia

Berdasarkan UU No.12/2011 ttg
Pembentukan Peraturan PerUU
UUD 1945

Tap MPR
Undang-Undang/Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang;
Peraturan Pemerintah
Peraturan Presiden
Peraturan Daerah Propinsi
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Hak Cipta Ridwan Khairandy

5

Undang-Undang
 Aturan yang dibentuk oleh alat perlengkapan

negara yang berwenang untuk itu dan
mengikat masyarakat

Makna
UU


Dalam
Arti Materiil

Dalam
Arti Formal

Hak Cipta Ridwan Khairandy

6

Makna UU
 Dalam arti materiil: Semua aturan yang

dibuat oleh organ negara dan mengikat
masyarakat (peraturan perundangundangan)
 Dalam arti formal: Hanyalah peraturan
perundang-undangan yang memenuhi
syarat sebagai undang-undang


Hak Cipta Ridwan Khairandy

7

Asas UU
 UU tidak berlaku surut (non retroaktif)
 Lex specialis derogat legi generale
 Lex superior derogat legi inferiori
 Lex posterior derogat legi priori

Fiksi Hukum
Setiap orang dianggap mengetahui hukum
Setiap orang dianggap mengetahui adanya UU
Hak Cipta Ridwan Khairandy

8

Hukum Kebiasaan
Kebiasaan


Perbuatan manusia yang dilakukan
secara berulang-ulang untuk hal yang
sama
Dapat menjadi Hukum Kebiasaan
Syarat:

1. Pola tindak yang berulang-ulang mengenai suatu
2.

hal/peristiwa yang sama
Ada pendapat masyarakat yang menerima pola yang
berulang-ulang itu sebagai suatu hal yang dipatuhi diterima
sebagai aturan yang mengikat (opinio iuris necissitas)
Hak Cipta Ridwan Khairandy

9

Traktat
Perjanjian Internasional antara:
1. Negara – Negara

2. Negara – Organisasi Internasional
3. Sesama Organisasi Internasional

Traktat
Traktat
Multilateral

Traktat
Bilateral
Hak Cipta Ridwan Khairandy

10

Perjanjian atau
Kontrak
 Perjanjian adalah hubungan hukum antara dua orang

atau lebih di mana salah satu pihak mengikatkan dirinya
kepada pihak atau di mana keduanya saling mengikatkan
diri.


 3 Unsur perjanjian: essensialia (syarat sahnya perjanjian),

naturalia (pembawaan asli), accidentalia (tempat
terjadinya).

 Syarat sahnya perjanjian: adanya kesepakatan,

kecakapan, obyek tertentu, sebab atau dasar yg halal.

 Sepakat dan cakap –syarat subyektif; Obyek tertentu dan

sebab yg halal –sayarat obyektif

 Pihak yg mengingkari perjanjian karena adanya unsur

kesalahan disebut –wanprestasi, Jika tidak ada unsur
kesalahan disebut --Overmacht /force major

11


Asas-asas Perjanjian
 Asas konsensualisme , artinya perjanjian hrs

didasarkan pada persesuaian kehendak kedua
belah pihak (kesepakatan)
 Asas pacta sunt servanda, artinya perjanjian

mengikat kdeua belah pihak dan menjadi UU
bagi pihak-pihak yg terikat
 Asas kebebasan berkontrak, artinya para

pihak bebas membuat perjanjian baik isi atau
bentuknya. Kebebasan ini dibatasi oleh UU,
Ketertiban Umum, hak2 org lain.

Yurispruden
si yg memiliki kekuatan hukum tetap yg
Putusan pengadilan
kemudian diikuti hakim lain utk masalah yg sama


Peranan
1. Memberikan penafsiran thd ketentuan per-UU-an

2. Mengisi kekosongan peraturan per-UU-an

Hak Cipta Ridwan Khairandy

13

Doktrin
 Doktrin adalah pendapat atau ajaran





yang dikemukan pakar hukum
Dapat ditemukan dalam tulisantulisan hukum (legal writing)
Doktrin merupakan sumber hukum

tidak langsung
Doktrin merupakan sumber hukum
pelengkap
Doktrin menjadi sumber jika dijadikan
dasar oleh hakim dalam memutuskan
perkara

Hak Cipta Ridwan Khairandy

14

SISTEM HUKUM
Sistem Hukum adalah satu kesatuan dari unsurunsur atau komponen-komponen di dalam hukum
di mana masing2 unsur atau komponen tsb saling
berhubungan satu dgn lainnya
Hukum sbg sebuah sistem berarti di dalamnya
terdiri dari unsur2 atau komponen2 yg saling
bekerja sedemikian rupa, shg membentuk pola dg
ciri-ciri tersendiri

Hak Cipta Ridwan Khairandy

15

Unsur/Komponen Sistem Hukum
Lawrence M. Friedman

Structure
Berupa
lembagalembaga yang
berwenang
membuat dan
menegakkan
hukum

Substance

Berupa
materi atau
substansi
aturan
hukum
(norma2
hukum)
Hak Cipta Ridwan Khairandy

Legal Culture

Berupa nilai2
dan sikap
orang atau
masyarakat
terhadap
hukum dan
sistem hukum
16

Sistem Hukum
Norma2, lembaga hukum2 dan budaya hukum yang
berlaku di suatu negara

Sistem
Hukum
Indonesia

Sistem
Hukum
Singapura

Sistem
Hukum Saudi
Arabia

Sistem
Hukum
Perancis

Dapat ditarik kepada satu induk hukum (Parents Legal
Families atau Major Legal System)
Hak Cipta Ridwan Khairandy

17

Major Legal System
A group of jurisdictions may be classified under a generic heading
by virtue of heaving similar characteristic

Civil Law

Socialist Law

Common Law

Sistem Hukum yang lain
Misal:

Hukum
Islam

Hukum
Yahudi

Hukum
Hindu
Hak Cipta Ridwan Khairandy

Hukum China
dan Jepang
18

Kriteria yang Digunakan untuk
mengklasifikasikan Sistem Hukum ke
dalam Major Legal System






Latar belakang sejarah dan perkembangan
sistem
Karakteristik (typical) metode berpikir yuridis
Perbedaan lembaga-lembaga hukumnya
Bentuk-bentuk sumber hukum dan perlakuan
terhadap sumber hukum itu
Ideologi

Hak Cipta Ridwan Khairandy

19

Sejarah dan Perkembangan
Civil Law
Hukum Romawi
(Sejak 527 SM)

Romano Germanic
(Hukum Romawi yg
diadopsi Hukum
Jerman)

Negara-negara di
Amerika Latin

Hukum Perancis

Seluruh negara di daratan
(benua) Eropa

Negaranegara di
Afrika

Hak Cipta Ridwan Khairandy

Negaranegara di
Asia

20

Gaya Berpikir Yuridis dari Jurist Civil Law
 Cenderung merumuskan norma hukum secara

abstrak;
 Kejadian-kejadian konkrit ditempatkan di bawah
rumusan-rumusan peraturan perundang-undangan
yang bersifat umum;
 Bentuk berpikir ditentukan oleh gambaran mengenai
masyarakat dan manusia yg cenderung terencana,
dan selalu ingin menemukan aturan hukum yang
mampu berlaku untuk jangka waktu yang panjang
 Hukum utk mengantisipasi masalah yang muncul di
kemudian hari

Hak Cipta Ridwan Khairandy

21

Perlakuan terhadap Sumber Hukum
dalam Civil Law System

Sumber
Hukum
Sumber Hukum
Primer
Peraturan
Perundangundangan

Sumber
Hukum Sekunder

Yurisprudensi

Hak Cipta Ridwan Khairandy

22

Precedent di Civil Law System
Pengadilan
Kasus

Hakim

Metode Deduksi

Peraturan
Perundangundangan

Undang-undang diterapkan pada kasus konkrit

Hak Cipta Ridwan Khairandy

23

Silogisme Hukum
Premis Mayor
Premis Minor
Konklusi

: Peraturan Perundang-Undangan
: Fakta atau Peristiwa Konkrit
: Hukum Diterapkan dalam
Peristiwa Konkrit

Premis Mayor
Premis Minor
Konklusi

: Pasal 362 KUHP
: A Mencuri barang orang lain
: A dihukum karena mencuri

Hak Cipta Ridwan Khairandy

24

Common Law
Sejarah hukum Inggris berawal setelah King William I Raja
Normandia pada 1066 menguasai Inggris

Menata – Mensentralisasi sistem feodal Inggris

King menjadi “supreme feodal overlord”

Dilanjutkan oleh King Henry I (1110 – 1135)

Hak Cipta Ridwan Khairandy

25

Peran Pengadilan dalam Pertumbuhan
Sistem Common Law di Inggris
King Henry I (1110 – 1135)

Sentralisasi
Pengadilan

Unifikasi
Hukum

Reformasi
Perpajakan

Writ System

King Courts
(Royal Courts)
Case Law

The Circuit of
Judge

Local Custom

Precedent, Stare Decisis
Hak Cipta Ridwan Khairandy

26

Daerah
Baron (Landlord)

Daerah
Baron (Landlord)

Setiap daerah memiliki hukum dan pengadilan sendiri yang diciptakan
para landlord (no national legal system)

King
Sentralisasi Pengadilan

Unifikasi Hukum

Royal Courts (King Courts)
Judge Made Law

Case Law

Common Law

Precedent
(Stare Decisis)

The law of
common people
Of England

Hak Cipta Ridwan Khairandy

27

Gaya Berpikir Yuridis Jurist
Common Law

 Cenderung berpikir konkrit, kasusistik,

kejadian demi kejadian
 Karena bersifat pragmatis, jiwa empiris,
yang tidak ingin dikungkung oleh
formula-formula yang abstrak
melainkan menginginkan setiap
kejadian konkrit dicari penyelesaiannya
secara ad hoc.
 Hukum bersifat responsif atas kasuskasus hukum yang muncul
Hak Cipta Ridwan Khairandy

28

Perlakuan terhadap Sumber Hukum
dalam Common Law System
Sumber Hukum
Sumber Hukum
Primer
Pada mulanya hanya precedent (yurisprudensi)
menjadi sumber hukum primer
Sekarang Peraturan Perundang-undangan juga
menjadi sumber hukum primer
Hak Cipta Ridwan Khairandy

29

Precedent dalam Common Law
Pengadilan
Hakim
Metode Induksi

Bermula dari isu-isu yang aktual atau membandingkan
Isu-isu yang serupa/sama yang telah diputuskan
oleh pengadilan sebelumnya kemudian baru
membuat aturan hukum yang mengikat
Hak Cipta Ridwan Khairandy

30

HAKIKAT, TUJUAN DAN FUNGSI
HUKUM
Apa Hukum itu?


Hukum sulit didefinisikan,
Mengapa ?





Van Apeldoorn :
Keberadaan hukum terdapat di seluruh dunia (universal), di
mana ada masyarakat manusia, di situ ada hukum
(Cecero: Ubi Societas Ibi Ius)
I Kisch :
Hakikat hukum tdk dapat ditangkap oleh panca indera , shg
sulit membuat definisi hukum yg memuaskan orang.

Ahmad Ali
 Hukum pada hakekatnya adalah sesuatu yg

abstrak, tapi manifestasinya berujud hal yg
konkrit, shg melahirkan definisi hukum yg amat
beragam, tergantung persepsi org thd hukum.

 Hukum cakupannya luas sekali :

-

Hakim : Hukum adl keputusan
Ilmuwan
: Hukum adl kaidah / norma
Rakyat
: hukum adl tradisi / kebiasaan
Agamawan : Hukum adl ketentuan Tuhan
Penguasa
: Hukum adl kekuasaan

KONSEP HUKUM
Ada + 5 Konsep Hukum (Wignjosoebroto S.,1994):
1. Hukum sbg asas2 moralitas & keadilan yg bersifat universal &
mjd bagian inheren sistem hukum alam (ius constituendum)
2. Hukum sbg kaidah2 yg dipositipkan, berlaku umum in
abstracto pd waktu ttt & di wilayah ttt, & terbit sbg produk
eksplisit suatu sumber kekuasaan politik ttt yg berlegitimasi,
dikenal sbg hukum positip/hukum negara (ius constitutum)
3. Hukum sbg putusan2 yg diciptakan hakim in concreto dlm
proses2 peradilan sbg bagian dari upaya hakim menyelesaikan
kasus atau perkara, yg berkemungkinan juga berlaku sbg
preseden utk menyelesaikan perkara2 berikutnya.

4. Hukum adl institusi sosial yg riil & fungsional
di dlm sistem kehidupan bermasyarakat, baik
dlm proses2 pemulihan ketertiban &
penyelesaian sengketa maupun dlm proses2
pengarahan & pembentukan pola2 perilaku yg
baru (Hukum sbg pola perilaku manusia yg
ajek)
5. Hukum sbg makna2 simbolik yg
termanifestasikan & tersimak dlm & dari aksi2
serta interaksi warga masyarakat dan dapat
dimengerti lewat interpretasi (Hukum sbg
simbol yg penuh makna)

Konsep 1, 2 & 3 adl Konsep
Normatif/Dogmatik, Yi Melihat Hukum Sbg :
 Norma yang berisi nilai2 keadilan yg hrs diwujudkan (ius

constituendum);

 Norma2 yg nyata2 telah terwujud sbg Hukum Positip yg telah

terumus jelas (ius costitutum) guna menjamin kepastiannya;

 Norma2 hasil cipta penuh pertimbangan hakim di pengadilan

tatkala hakim menghukumi perkara dg memperhatikan
terwujudnya kemanfaatan & kemaslahatan bagi para pihak
berperkara (Judge Made Law)

Melahirkan : Kajian Hukum Doktrinal / Normatif (Perspektif Internal)
Tujuannya:
 Mengajarkan suatu doktrin utk menemukan & menegakkan
hukum

Konsep 4 & 5 adl Konsep Hukum yg
Nomologik, Yi Melihat Hukum Sbg :
 keteraturan (regularities) yg ada di alam empirik dlm kehidupan

sehari-hari, sine era et studio.

 hasil konstruksi & interpretasi para pelaku hukum dari aksi2 serta

interaksi warga masyarakat dlm memahami simbol2 hukum

Melahirkan : KAJIAN NON-DOKTRINAL (Perspektif Eksternal)
Tujuannya:
 Utk mengkaji dan menjelaskan secara keilmuan atas fenomena
hukum
 Bukan mengajarkan suatu doktrin utk menemukan &
menegakkan hukum.

Pengertian Hukum
Pandangan Dogmatik/Doktrinal/Normatif :
 Memandang hukum sebagai ajaran /
normos utk mengatur perilaku manusia.
Pandangan Non-Dogamatis/Empirik :
 Tidak memandang hukum sbg normos
tapi sebagai nomos (perilaku ajek yg
mempola). Banyak diikuti oleh paham
antropologis, historis, sosiologis dan
realis

TUJUAN HUKUM
Teori Etis:


Tujuan pokok hukum adl utk menemukan dan merealisasikan
keadilan. Yg menjadi fokus yaitu:
1) hakikat keadilan (subtansi)
2) prosedur utk mewujudkan keadilan (prosedural).



Hakikat keadilan terletak pada penilaian terhadap suatu perlakuan /
tindakan. Ada 2 pihak yi pihak yang memperlakukan dan pihak yg
menerima perlakuan. Keadilan hrs terwujud pd kedua belah pihak.



Aristoteles, ada 2 macam keadilan yi :
1. keadilan distributive yakni menghendaki agar setiap orang
mendapatkan apa yg menjadi haknya,
2. keadilan commutative yakni menghendaki agar setiap org
mendapatkan hak yg sama banyaknya.
Keadilan Hukum seperti apa?
Prosedural dan Subtantif

Teori Positivis:
 Tujuan hk adl semata-mata utk
menciptakan kepastian.
 Kepastian hukum diwujudkan dg

adanya aturan hukum yg jelas dan
tegas.
 Aturan hk itu adil/ tidak, ditatati / tidak,

bukan urusan hukum, yg penting
adanya aturan

Teori Utilitis :
 Tujuan hukum adalah utk menciptakan
kemanfaatan / kebahagiaan warga
masyarakat yg sebanyak-banyaknya.
Tujuan Ideal Hukum:
Mewujudkan keadilan, kepastian dan
kemanfaatan ( 3 nilai dasar hukum)

FUNGSI HUKUM
 As a tool of social control

Yi utk mengontrol perilaku masyarakat dg cara
menormakan perilaku tsb dg larangan & sanksi
tertentu.
Kontrol sosial menentukan tingkah laku yg
dianggap menyimpang. Makin kuat kontrol sosial
pada tingkah laku makin berat nilai penyimpangan
pelakunya. Misalnya masyarakat yg menganut
secara konsekuen syariat Islam, hukuman bagi
pezina adalah hukuman fisik yang cukup berat,
tetapi bagi masyarakat Eropa Barat umumnya,
hukuman bagi pezina (overspel) adalah jauh lebih
ringan.

 As a tool of social engineering

Yi hukum digunakan utk rekayasa /
perubahan masyarakat sesuai yg
dikehendaki.
Pelopor perubahan (Agent of
change) adl seseorang atau
sekelompok org yg mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat sbg
pemimpin satu atau lebih lembaga2
kemasyarakatan (Pemerintah).
Contoh UU Perkawinan, UU Agraria,
dsb.

 Sbg Instrumen Politik
Yi sarana utk menyalurkan kebijakan2/kepentingan politik
melalui produk perUU. Dalam sistem hukum Indonesia UU
adalah produk bersama DPR dan pemerintah. Kenyataan
ini tidak dapat disangkal bahwa para politisi yg duduk di
DPR lah yg memproduk UU (hukum positip). Ini berarti
bahwa hukum tidak dapat dipisahkan dg politik oleh
karena hukum merupakan produk keputusan politik.
Menurut Mac Iver ada 2 jenis hukum kaitanya dg
kekuasaan politik: (1) hukum yg mengemudikan negara;
(2) hukum yg digunakan negara sbg alat memerintah.
Hukum yg mengemudikan negara disebut Hukum
Konstitusi, lainya disebut hukum biasa (ordinary law).
Hukum konstitusi terwujud dalam suatu UUD yg tertulis, yg
hrs dibedakan dg UU biasa. Ordinary law jika ingin
difungsikan sbg alat politik tetap tdk boleh bertentangan
dg hukum konstitusi yg mengemudikan negara.
Dengan kata lain fungsi hukum sebagai alat politik
mempunyai batas, yaitu sepanjang tidak bertentangan dg
konstitusi.

 Sbg Mekanisme Integrasi

Yi hukum merupakan pengintegrasi
berbagai kepentingan warga masyarakat
baik sblm ada konflik maupun setelah
terjadinya konflik, bersama dengan
norma2 sosial lainnya.
Sblm terjadi konflik misal: jika seseorang
pembeli barang membayar harga barang,
dan penjual menerima uang pembayaran.
Setelah terjadinya konflik misal: jika si
pembeli sudah membayar lunas harga
barang, akan tetapi penjual tidak mau
menyerahkan barang yang telah
dijualnya.

PENEGAKAN & PENEMUAN
HUKUM
 Penegakan Hukum – upaya

mengkonkritkan norma-norma hukum
yg abstrak menjadi kenyatan oleh
petugas hukum (das sollen—das sein)
 Penegakan hukum pada intinya
menegakkan 3 nilai dasar hukum
(kepastian, kemanfaatan, dan keadilan).
 Dlm penegakan hukum dianut asas: IUS
CURIA NOVIT (hakim tdk boleh menolak
perkara dg alasan hukumnya tidak ada).

PENEMUAN HUKUM
Adalah proses pembentukan hukum oleh hakim/petugas
hukum lain yg diberi tugas melaksanakan hukum atas
peristiwa hukum yg konkrit, yg meliputi kegiatan
penafsiran dan konstruksi hukum.

Hukum
Undang-Undang
Teks UU tetap atau sulit
berubah, sementara
masyarakat terus berubah

Terkadang:
1. Tidak lengkap;
2. Tidak Jelas; atau
3. Kurang Jelas

UU selalu ketinggalan dengan peristiwa/fakta
46

Pengadilan

Tidak boleh
menolak perkara
(ius curia novit)
Apa yang harus
dilakukan pengadilan

Perkara
Dapat Terjadi:
1. Hukumnya tidak
ada
2. Hukumnya tidak
lengkap
3. Hukumnya kurang
atau tidak jelas

Penemuan Hukum (Rechtsvinding)

Interpretasi/Penafsiran
Hukum

Konstruksi
Hukum

Hak Cipta Ridwan Khairandy

47

Kewajiban Hakim untuk Melakukan
Penemuan Hukum
Pasal 16 UU No. 4 Tahun 2004:
Pengadilan tidak boleh menolak memeriksa, dan memutus suatu
perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukumnya tidak ada
atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan
mengadilinya

Pasal 28 UU No. 4 Tahun 2004:
Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai
hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat

Penemuan Hukum meliputi: Interpretasi dan Konstruksi
Hukum
48

Macam-Macam
Metode Interpretasi Hukum menurut J.A.
Pontier
 Interpretasi Berdasar Tata Bahasa
 Interpretasi Sistematik
 Interpretasi berdasar Sejarah






Pembentukan Peraturan Perundangundangan
Penafsiran Sejarah Hukum
Interpretasi Toleologis
Interpretasi Antisipatif
Interpretasi Evolusi Dinamik
Hak Cipta Ridwan Khairandy

49

Interpretasi Berdasar Tata Bahasa
(De Gramatikale of Taalkunde
Interpretatie)

 Penafsiran yang berusaha menemukan arti kata-

kata atau kalimat dalam teks peraturan
perundang-undangan
 Dihubungkan dengan arti kata-kata yang lazim
digunakan dalam bahasa sehari-hari
 Dalam peraturan perundang-undangan, kata atau
kata-kata harus diberi arti sebagaimana kata atau
kata-kata itu diartikan bahasa sehari-hari
Ketentuan:
Fakta:

Dilarang menginjak rumput di taman kota
Ada orang berlari atau berjalan di rumput taman

Apakah berjalan atau berlari masuk dalam kategori menginjak?
Hak Cipta Ridwan Khairandy

50

Interpretasi Sistematik
(Sistimatische
Interpretatie)

 Hukum merupakan satu sistem
 Untuk menemukan arti suatu

norma, harus menghubungkan
satu ketentuan dengan yang lain
baik dalam peraturan perundangperundangan yang sama maupun
dengan peraturan perundangundangan yang lain
 Misal : Apa makna telah dewasa ?
Hak Cipta Ridwan Khairandy

51



Syarat adanya Perjanjian
Pasal Buku III Pasal 1320
KUHPerdata
Kata
sepakat

 Dibuat oleh orang cakap membuat perjanjian
 Hal tertentu
 Objek perjanjian tidak bertentangan dengan

kausa yang dibenarkan hukum
Apa tolok ukur orang yang cakap membuat
perjanjian ?
Dewasa
Hak Cipta Ridwan Khairandy

52

Dewasa
 Tidak ada pengertian dan

tolok ukur dewasa dalam
Buku III KUHPerdata
 Makna dan tolok dewasa
terdapat dalam Buku I
KUHPerdata (21 tahun atau
telah menikah)
 Tolok ukur kedewasaan juga
ditemukan dalam UU No.1
Tahun 1974 (16 pr dan 19 lk)
Hak Cipta Ridwan Khairandy

53

Interpretasi Berdasar Sejarah
Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Wetshistorie
Interpretatie)
 Menelusuri bahan-bahan penyusunan

RUU, RPP, Raperda, dll;
 Menelusuri naskah pembicaraan di DPR,
DPRD, dll;
 Hasil kajian atau naskah akademik
rancangan tersebut

Hak Cipta Ridwan Khairandy

54

Interpretasi Sejarah Hukum
(Rechtshistorie Interpretatie)
 Berkaitan dengan asal muasal atau

pengertian suatu kaidah
 Merupakan metode riwayat suatu pranata
atau pengertian hukum
 Misalnya: Mengapa dan sejak kapan ada
asas hukum nullum delictum nulapoena
sine lege
 Misalnya: Mengapa dan sejak kapan ada
asas hukum unus testis nullus testis (1
saksi bukan saksi)
Hak Cipta Ridwan Khairandy

55

Interpretasi Toleologis
(Toleologische
 Interpretatie)
Menemukan pengertian suatu
norma dengan cara menemukan
tujuan atau maksud suatu norma
atau tujuan yang hendak dicapai
undang-undang
 Misal: Apa tujuan ancaman
minimal terhadap suatu perbuatan
pidana?
 Misal: Apa tujuan penetapan umur
untuk melangsungkan perkawinan?
Hak Cipta Ridwan Khairandy

56

Interpretasi Antisipatif
(De Anticeperende
Interpretatie)
 Suatu permasalahan hukum diselesaikan

dengan menggunakan ketentuan hukum
yang akan berlaku pada masa mendatang
 Dalam praktik seringkali suatu UU yang
telah ditetapkan tidak serta merta
berlaku. UU akan berlaku setelah
melewati masa tertentu
 Hakim dapat menggunakan ketentuan
yang belum berlaku sebagai dasar dalam
menyelesaikan masalah yang ia hadapi

Hak Cipta Ridwan Khairandy

57

Selain interpretasi
menurut J.A. Pontier
masih ada interpretasi
yang lain, yakni:

 Interpretasi Sosiologis;

dan
 Interpretasi Ekstensif

Hak Cipta Ridwan Khairandy

58

Interpretasi Sosiologis
 Peraturan Perundang-undangan tidak

dimaksudkan untuk mengatur masa
lampau
 Peraturan Perundang-undangan dibuat
untuk mengatur atau memecahkan
persoalan hukum pada masa sekarang
 Oleh karena itu peraturan perundangundangan harus diartikan sesuai
dengan kebutuhan dan perubahan
sosial, ekonomi, budaya, dan politik
dewasa ini

Hak Cipta Ridwan Khairandy

59

Interpretasi Ekstensif
 Memperluas makna suatu kata dalam

peraturan perundang-undangan
 Misalnya : Pengertian barang di Pasal
362 KUHP ditafsir lebih luas oleh hakim
 Makna barang mencakup pula aliran
listrik
 Jadi, menyambung listrik tanpa izin
atau secara tidak sah, dikategorikan
sebagai pencurian

Hak Cipta Ridwan Khairandy

60

Konstruksi Hukum
Bentuknya:
 Analogi (Argumentum
per analogium)
 Penghalusan
/Penyempitan Hukum
(Rechtsvervijning)
 Argumentum a
Contrario
Hak Cipta Ridwan Khairandy

61

Analogi
Analogi adalah penerapan suatu
ketentuan hukum terhadap
keadaan/peristiwa yang pada
dasarnya ada kemiripan
dengan unsur-unsur yang
eksplisit diatur dengan
ketentuan hukum tersebut.

Hak Cipta Ridwan Khairandy

62

Contoh Analogi
 Pasal 1576 KUHPerdata: “Jual beli

tidak memutuskan perjanjian sewamenyewa sebelum jangka waktu
sewa berakhir”
Pertanyaan:
 Apakah adanya hibah dan pewarisan
memutuskan perjanjian sewamenyewa?
Hak Cipta Ridwan Khairandy

63

Ada kemiripan unsur jual beli
dgn hibah atau pewarisan,
yaitu:
 Tujuan ketiganya adalah peralihan

hak
 Jadi ada kemiripan unsur dalam jual
beli dengan pewarisan dan hibah
Kesimpulannya:
 Hibah dan pewarisan tidak dapat
mengakhiri perjanjian sewa
menyewa
Hak Cipta Ridwan Khairandy

64

Penghalusan/Penyempitan
Hukum
 Dalam analogi penerapan hukum

diperluas pada keadaan yang tidak
secara eksplisit diatur dalam ketentuan
hukum

 Dalam penghalusan hukum, hakim demi

keadilan, dalam suatu peristiwa tidak
menerapkan ketentuan hukum yang
semestinya berlaku
 Sering pula disebut “Pengecualian
Hukum”.
 Contoh..?
Hak Cipta Ridwan Khairandy

65

Argumentum a contrario

 Mempersempit

jangkauan berlakunya
ketentuan peraturan
perundang-undangan

Hak Cipta Ridwan Khairandy

66

Argumentum a contrario
 Pasal 39 PP No. 9 Tahun 1975:

Waktu tunggu untuk perempuan
untuk menikah kembali setelah
putus perkawinan selama 130 hari.
 Apakah ketentuan itu dapat

diterapkan terhadap duda yg
hendak kawin lagi setelah
bercerai?
Hak Cipta Ridwan Khairandy

67

 Pada analogi berlaku asas: Peristiwa

yg sama harus diperlakukan sama
 Pada argumentum a contrario
berlaku asas: Peristiwa yg tidak
sama harus diperlakukan tidak sama
 Asas ini yg menjadi dasar precedent
oleh hakim dalam memutuskan
perkara.

BIDANG-BIDANG
STUDI HUKUM

Bidang2 Studi Hukum
Filsafat
Hukum
Politik
Hukum

Sosiologi
Hukum

HUKUM

Antroplo
gi
Hukum
Dogmatik
a Hukum

Psikologi
Hukum
Sejarah
Hukum

Perbandinga
n Hukum

SOSIOLOGI HUKUM
 Yaitu Cabang Sosiologi yg Mempelajari Hukum
 Berkembang di Indonesia sekitar tahun 1960-

an
 Tokohnya: Soerjono Soekanto, Satjipto
Rahardjo, Soetandyo W,
 Apa perbedaanya dg Ilmu Hukum (Dogmatik)?
 Apa yg mjd objek/fokus kajian Sosiologi
Hukum?

Objek/Fokus Sosiologi
Hukum

 Struktur Normatif Masyarakat: Norma2





sosial sbg kontrol kehidupan masyarakat
Proses Pembentukan dan penegakan
hukum di masyarakat
Ketaatan dan kesadaran hukum
masyarakat
Hukum dan Perubahan masyarakat
Hukum dan stratifikasi masyarakat

Apa Manfaat Mempelajari Sosiologi
Bagi Ilmu Hukum Apa…?
Titik Temunya di Sosiologi Hukum, Yi menjelaskan :
-

Bgm kekuatan2 sosial politik, ekonomi, dan kekuasaan berproses dan
mempengaruhi pembuatan kaedah hukum (Hukum Positip) dan
penegakannya.

-

Bgm stratifikasi sosial terkait dg penegakan hukum. Apakah dalam
realita sama orang yg stratifikasi tinggi dg yg rendah ?

-

Bgm operasionalisasi hukum di tengah2 masyarakat yg tradisonal dan
masyarakat maju (modern)

-

Bgm perubahan masyarakat dikaitkan dengan perubahan hukum ?
Dapatkah perubahan sosial dikendalikan oleh hukum ?

-

Bgm keadaan hukum itu senyatanya di tengah2 masyarakat. Bgm
keadilan, kepastian, efektifitas / kemanfaatan sosial hukum, penegakan
hukum, dan kesadaran hukum itu bekerja dalam masyarakat.
Sosiologi Hukum bersifat Obyektif dan Deskriptif :
Memahami objek kajian apa adanya dan senyatanya , tanpa memberikan
penilaian baik dan buruk (non-etis)

Perbedaan
Sosiologi Hukum

Ilmu Hukum Dogmatik

• Mengkaji hukum secara
heteronom, yi dikaitkan dg
variabel2 sosial di masyarakat

• Mengkaji hukum secara otonom, yi
melulu mengkaji bangunan norma2
hk dan tdk dikaitkan dg variabel2
sosial

• Mengkaji bekerjanya hukum
secara faktual di masyarakat
(law in society)
• Pendekatan yg digunakan
deskriptif dan non etis (bebas
nilai)
• Tujuan kajiannya utk
memberikan penjelasan
(explanation)
• Yang dikaji hukum sbg perilaku
masyarakat (behaviour of law)

• Mengkaji sistematika hukum secara
normatif sbg peraturan-peraturan
(law in books)
• Pendekatan yg digunakan
preskriptif dan etis (syarat nilai)
• Tujuan kajiannya utk memberikan
putusan (decision)
• Yang dikaji hukum sbg peraturanperaturan hk (rules)

FILSAFAT HUKUM
Menurut Poedjawijatna (1986) Objeknya
ada 6 bagian:
1.Filsafat Ada Umum (Ontologia /
metafisika generalis)
2.Filsafat Ada Mutlak (Theodicea)
3.Filsafat Alam (Cosmologia)
4.Filsafat Manusia (Antropologia)
5.Filsafat Tingkah Laku (Etika)
6.Filsafat Budi (Logika)

Letak Filsafat Hukum
Umum
Ada

Ada Mutlak
Ada Khusus
Tdk Mutlak

Fil.Hukum

Alam
Antropologia
Manusia

Logika

Etika

APA FILSAFAT HUKUM ITU?
W.Zevenbergen (dalam Hamidjojo, 2011)
 Filsafat Hukum adalah filsafat khusus yang dikenakan pada
obyek tertentu yaitu hukum.
Lili Rasyidi
 FH adl cabang dr filsafat etika /moral. Objek kajiannya:
hakikat hukum (inti yg terdalam dari hukum), yi hal2 yg tdk
dpt dijangkau oleh ilmu hukum (Bagian metafisik hukum).
Purnadi Purbacaraka & Soerjono Soekanto (1979)
 FH adl kegiatan perenungan & perumusan nilai2,
penyerasian nilai2 (kebendaan dg keakhlakan,
konservatisme dg pembaruan, ketertiban dg ketentraman,
dsb)
Satjipto Rahardjo (1982)
 FH mempertanyakan hal2 yg mendasar dari hukum, yi
hakikat hukum, dasar2 mengikatnya hukum, mengapa org
menaati hukum dsb.

Gustav Radbruch (1952)
 FH adalah cabang filsafat yg mempelajari

hukum yg benar / valid yang didasarkan
pada nilai2 dasar hukum yaitu keadilan,
kepastian, & kegunaan
Van Apeldoorn (1975)
FH menghendaki jawaban atas pertanyaan:
1. Apa hakikat hukum itu?
2. Bagaimana wujud hukum itu,
abstrak/konkrit?

Oeripan Notohamidjojo (2011)
Filsafat Hukum membicarakan ttg:
 Apa asal dari hukum?
 Apa hakikat dari hukum?
 Apa tujuan dari hukum?
 Apa kedudukan manusia dalam hukum?
 Apa norma-norma bagi penggembalaan
hukum?

Objek Kajian Filsafat Hukum
Lingkup/objek kajiannya adalah masalah2 mendasar
dari
hukum spt:
1. Apa asal muasal dari hukum?
2. Apa hakikat hukum itu ?
3. Apa tujuan hukum itu ?
4. Apa fungsi hukum itu ?
5. Mengapa orang menaati hukum ?
6. Apa yg mjd kekuatan mengikatnya hukum ?
7. Bagaimana kedudukan Manusia dalam Hukum?
8. Apa norma-norma bagi penggembalaan hukum?
9. Apa hubungan hukum dg kekuasaan, keadilan, nilai2

sosial budaya, HAM dsb

Apa Kegunaan Mempelajari FH ?
 Menghindarkan pemikiran sempit

akibat berkembangnya spesialisasi di
bidang hukum
 Mengetahui corak pemikiran hukum
/aliran2 pemikiran hukum dari zaman
kuno sampai sekarang
 Secara praktis untuk menjelaskan
peranan hukum dalam pembangunan.
 Mengembangkan pemikiran hukum
untuk pengembanan Ilmu Hukum

ANTROPOLOGI HUKUM
Yang menjadi titik perhatian adalah kenyataan manusianya
berperilaku dalam masyarakat, berdasarkan pada nilainilai budaya masyarakat terkait dengan hukum (Adat)
Misalnya:









Bagaimana perilaku orang Batak dalam kaitannya
dengan larangan perkawinan dalam satu kesatuan
marga ?
Sampai sejauh mana tanggung jawab “urang sumande”
di Minangkabau terhadap anak kandungnya ?
Benarkah hak dan kedudukan “anak penyimbang” di
Lampung sebagai ahli waris mayorat ?
Apakah perkawinan dalam bentuk “nyalindung ka
gelung” masih tetap membudaya di kalangan orang
Pasundan?
Sampai sejauh mana orang Bugis mempertahankan
“siri” nya apabila ia menjadi delik adat “silariang “.