Fenomena Klitik dalam Bahasa Inggris

KLITIK DALAM BAHASA INGGRIS
Nanang Zubaidi, S.S., M.A.
Universitas Islam Indonesia
(nanang.zubaidi@uii.ac.id)
ABSTRAKSI
Sebagai salah satu fenomena bahasa, klitik merupakan salah satu tema yang
relatif jarang didiskusikan. Makalah berikut mendiskusikan konsep klitik dalam bahasa
Inggris. Klitik berbeda dari kata dan afiks. Berbeda dengan kata, klitik tidak dapat
berdiri sendiri dan cenderung tidak memiliki tekanan. Secara fonologis dan sintaksis
menggunakan kriteria Zwicky & Pullum (1983) dan Bauer (1988), klitik dapat
dibedakan dari afiks. Selain itu, genitif „s diketahui merupakan salah satu bentuk klitik.
Kata kunci: klitik, kata, afiks, genitif „s

1.

PENDAHULUAN
Klitik merupakan fenomena yang sangat menarik dalam bahasa karena

kemiripan karakternya dengan kata dan afiks. Konsep klitik juga berbeda-beda diantara
banyak bahasa. Selama ini kajian mengenai klitik relative tertinggal dibandingkan
dengan kajian lainnya karena kebanyakan pakar bahasa lebih tertarik mengkaji afiks dan

kata dan karena sebagian pakar morfologi menghindari diskusi mengenai klitik dalam
buku mereka.
Makalah berikut berupaya mendiskusikan klitik, khususnya konsep klitik dalam
bahasa Inggris. Selain perbedaan pengertian antara klitik, kata, dan afiks, penulis juga
mendiskusikan tipe klitik dan criteria pembeda antara klitik, kata, dan afiks berdasarkan
kriteria Zwicky & Pullum (1983) dan Bauer (1988). Secara khusus akan didiskusikan
pula perbandingan antara klitik khusus dan afiks infleksional dan genitif „s sebagai
klitik.

2.

Klitik Vs. Kata Vs. Afiks
Klitik, bentuk yang dihasilkan dari reduksi bentuk kata sebenarnya, merupakan

morfem terikat yang berbeda dengan afiks (Bauer, 1988:99). Secara kategori, klitik
berada di tengah-tengah diantara kata dan afiks. Kata didefinisikan sebagai elemen
mandiri yang digunakan untuk membentuk frasa dan kalimat, sedangkan afiks diartikan
sebagai unit pembentuk kata yang menempel pada akar dan dasar (Trauth & Kazzazi,

1998:25). Walaupun berasal dari kata mandiri, teori gramatika umum tidak

memasukkan klitik sebagai sebuah kategori linguistik yang independent (Anderson,
1982). Klitik tidak termasuk kategori kata karena telah mengalami proses reduksi. Klitik
juga bukan merupakan afiks karena terdapat beberapa perbedaan antara keduanya,
sebagaimana akan didiskusikan dalam makalah ini.
Morfem
Morfem
Bebas

Morfem
Gramatikal

Morfem
Leksikal

Morfem
Terikat

Morfem
Portmanteau


Afiks

Morfem
Kosong

Klitik

Sumber: Das (2010:1)
Dalam diagram pohon hubungan klitik dan morfem lainnya diatas, klitik
dimasukkan dalam kategori morfem terikat hanya ketika digunakan sebagai klitik.
Ketika bebas (tidak dipendekkan), bentuk ini dikategorikan sebagai morfem bebas dan
morfem gramatikal.

3.

Tipe Klitik
Klitik dapat diklasifikasikan berdasarkan posisi pelekatan dan model substitusi.

3.1 Klasifikasi Klitik Berdasarkan Posisi Pelekatan
Berdasar posisi pelekatannya terhadap dasar, klitik dapat dibagi menjadi tiga

macam: 1) proklitik, 2) enklitik, dan 3) endoklitik. Proklitik adalah klitik yang
dilekatkan di awal dasar atau inang, sebaliknya enklitik adalah klitik yang dilekatkan di
akhir dasar atau inang (Bauer, 1988:100; Katamba, 1993:245). Terhadap dasar, proklitik
dan enklitik selalu menempel secara longgar sehingga muncul diluar afiks (Harris,
2002). Akibatnya, proklitik selalu mendahului semua afiks, sedangkan enklitik
mengikuti semua afiks. Harris (2002) mendefinisikan endoklitik sebagai klitik yang
menempel di dalam kata. Keberadaan endoklitik awalnya diragukan oleh banyak ahli
karena bertentangan dengan hipotesis integritas leksikal. Namun bukti dalam bahasa
Udi (Harris, 2002), Pashto (Kopris dan Davis), dan Degema (Kari, 2003) menunjukkan
bahwa sebagian bahasa memiliki fitur endoklitik.

1

Dalam bahasa Inggris hanya dikenal proklitik dan enklitik. Contoh proklitik
adalah klitik „d yang dihasilkan dari reduksi verba bantu do. Sedangkan enklitik
dicontohkan dengan klitik „ve, reduksi dari kata have.
a. d‟you need to decide today?
„apakah anda harus memutuskan hari ini?‟
b. they‟ve decided against it.
„mereka telah memutuskan untuk menentangnya.‟

3.2 Klasifikasi Klitik Berdasarkan Model Substitusi
(1)

Berdasarkan model substitusinya, Zwicky dan Pullum (dalam Katamba,
1993:245-6; Zwicky, 1977:13) membagi klitik menjadi klitik sederhana (simple clitics)
dan klitik khusus (special clitics) atau klitik lain (other clitics).
a. Klitik Sederhana (Simple Clitics)
Klitik sederhana, menurut Katamba (1993:246), “belongs to the same word-class
as some independent word of the language that could substitute for it in that syntactic
position” (memiliki kategori yang sama dengan kata mandiri dan dapat menggantikan
kata tersebut dalam posisi sintaksisnya). Contoh klitik sederhana dalam bahasa Inggris
adalah verba bantu (auxiliary verb) dan be sebagaimana yang dapat disingkat dan
ditempelkan pada frasa nomina subjek yang mendahuluinya.
Kata sebenarnya
Bentuk reduksi
have
„ve
has
„s
had

„d
would
„d
will
„ll
is
„s
am
„m
are
„re
were
„re
Tidak semua bentuk penyingkatan merupakan klitik. Zwicky & Pullum (1983)
menyatakan bahwa bentuk negatif yang dipendekkan bukan merupakan klitik,
melainkan afiks infleksional. Dalam bahasa Inggris, verba bantu mengubah bentuk
negatif sehingga won‟t hanya merupakan verba negatif, unit tunggal dalam perspektif
sintaksis, sementara will not adalah sebuah rangkaian yang terdiri atas verba bantu dan
partikel negatif.
Menurut Kroeger (2005:320-2), klitik sederhana terdiri atas kata terikat dan

frasal afiks. Kata terikat adalah kata yang secara fonologis terikat pada sebuah dasar,
namun berperilaku sebagaimana kata normal (Kroeger, 2005:320). Frasal afiks dalam

2

bahasa Inggris adalah genitif „s yang dapat melekat pada nomina, pronomina, maupun
frasa nomina.
b. Klitik Khusus (Special Clitics)
Klitik khusus menurut Katamba (1993:246) adalah “forms that can only occur
as bound morphemes appended to hosts in certain syntactic contexts” (bentuk yang
hanya dapat menjadi morfem terikat yang dilekatkan pada inang dalam konteks sintaktis
tertentu). Kroeger (2005:322-3) menulis bahwa klitik khusus menempati posisi sintaktis
khusus yang tidak dapat ditentukan dengan aturan sintaksis normal. Halpern (dalam
Kroeger, 2005:323) berpendapat bahwa klitik khusus terdiri atas klitik posisi kedua (P2)
dan klitik verbal. Kroeger (2005:323) menulis bahwa klitik posisi kedua selalu
menempati posisi elemen kedua pada klausa terdekat, sebagaimana dalam bahasa
Tagalog. Klitik verbal merupakan partikel klitik yang menjadikan verba sebagai
dasarnya (Kroeger, 2005:325), sebagaimana dalam bahasa Spanyol.
Berbeda dengan Kroeger, Katamba (1993:248) berpendapat bahwa genitif „s
yang memiliki keanggotaan ganda (dual citizenship) termasuk klitik khusus dan bukan

klitik sederhana. Klitik khusus genitif‟s dicontohkan sebagai berikut.
(2)

a. Bell‟s telephone
b. Prince Charles from England‟s reputation

4.

Kriteria Pembeda Klitik
Karena berada di wilayah antara, klitik sering dikontraskan dengan kata dan

afiks. Klitik sederhana yang merupakan bentuk reduksi dari kata asli sering
dibandingkan dengan kata. Sementara klitik khusus yang hanya terjadi dalam bentuk
tereduksi sering dibandingkan dengan afiks.
4.1 Kriteria Pembeda Klitik dan Kata
Dalam bahasa Inggris, klitik sederhana sering dibandingkan dengan kata sejati.
Anderson (1992:201, 2005:34) menyatakan bahwa klitik sederhana merupakan kata
biasa yang menampilkan perilaku sintaksis yang sesuai dengan kategorinya, namun
tidak menampilkan simpul kata-prosodik (ω) dalam fonologi.
Perbedaan utama antara klitik sederhana dan kata sejati terletak pada:

i.

Kemampuan untuk berdiri sendiri. Kata dapat berdiri secara independen.
Sebaliknya, karena kurang secara prosodik, klitik sederhana tidak bisa

3

berdiri sendiri dalam isolasi. Karena itu, secara fonologis klitik sederhana
harus dilekatkan pada dasar.
(3)

kata

: clean, I, spirit

klitik : *„ve, *‟m, *„d
ii.

Adanya tekanan. Kata dalam bahasa Inggris selalu memiliki setidaknya satu
tekanan. Klitik sederhana dalam bahasa Inggris tidak memiliki tekanan

karena kekurangan vokal (Katamba, 1993:246). Secara sintaksis, klitik
dilafalkan sebagai bagian tak bertekanan dalam domain fonologis yang
disebut grup klitik (S.R. Anderson, Kaisse, Klavans dalam Katamba,
1993:246).
(4)

kata
: havoc
klitik + dasar : prin´cess‟ tiara

/´hævǝk/
/prinsess ti´ɑ:rə/

4.2 Kriteria Pembeda Klitik dan Afiks
Selain memiliki kemiripan dengan kata, klitik juga memiliki kemiripan dengan
afiks. Caink (dalam Brown, 2006:492) bahkan menyatakan bahwa kemiripan perilaku
ini merupakan karakter terpenting klitik. Menurut Pavey (2010:36), pembedaan antara
klitik dan afiks dapat dilakukan dalam tataran kata fonologis dan sintaksis.
4.2.1 Tataran Sintaksis
Beberapa pakar mengajukan kriteria pembeda klitik dan afiks yang satu sama

lain saling melengkapi. Zwicky dan Pullum (dalam Katamba, 1993:246-8) menuliskan
enam kriteria untuk membedakan klitik dan afiks.
i.

Afiks hanya menempel pada dasar dari kelas kata tertentu, sementara klitik
dapat melekat pada berbagai kelas kata (Zwicky dan Pullum, 1983:503).
Klitik dapat menempati posisi kata yang direduksinya (Bauer, 1988:99) tanpa
memperhitungkan kelas kata dan makna (Katamba, 1993:247). Contoh:


afiks –est melekat pada adjektiva, seperti best dan dearest.



afiks –s jamak melekat pada nomina tunggal, seperti dalam friends
dan places.



Klitik „ve dapat menempati posisi have, seperti dalam I‟ve come to
Yogyakarta for 3 months



Klitik „d dapat menempati posisi had, seperti dalam I had eaten

4

Walaupun demikian, beberapa klitik hanya menempel pada kategori yang
spesifik. Klitik „s, hasil reduksi is dan has, hanya melekat pada subjek nomina
dan pronomina, misalnya:

ii.

(5) a. Lecturer‟s coming
(Lecturer is coming)
b. Chomsky‟s left
(Chomsky is/has left)
Klitik dapat dilekatkan pada domain yang relevan yang memiliki karakteristik
fonologis dan sintaksis yang sesuai. Sebaliknya, tidak semua afiks bisa
menempel dengan sempurna pada dasar. Sufiks –s berfungsi mengubah
nomina tunggal tiger, floor, dan farm menjadi nomina jamak tigers, floors,
dan farms; namun sufiks tersebut tidak dapat dilekatkan pada sejumlah
nomina yang memiliki aturan penjamakan berbeda seperti deer, sheep, ox,
dan lain sebagainya.

iii.

Kombinasi kata dan afiks sering menghasilkan keanehan morfofonologis
(morphophonological idiosyncrasy), sedangkan klitik tidak (Zwicky dan
Pullum, 1983:504). Dalam morfologi infleksional bahasa Inggris, kombinasi
bentuk plural dapat menghasilkan bentuk jamak teratur (misalnya roots,
ounces, dan boxes) dan tak teratur (misalnya feet, mice, dan oxen); dan
kombinasi past tense dengan verba menghasilkan verba teratur (misalnya
talked, cleaned, dan studied) dan verba tak teratur (misalnya met, sang, dan
went). Dapat disimpulkan bahwa penambahan afiks dapat menyebabkan
munculnya bentuk tidak teratur. Sebaliknya, Katamba (1993:247-8)
berpendapat bahwa semua verba bantu (auxiliary verb) yang disingkat akan
menghasilkan bentuk yang mengikuti aturan asimilasi bunyi yang teratur.

iv.

Kontribusi semantis klitik dalam grup klitik sama dengan kontribusi yang
dibuat kata yang direduksi (Katamba, 1993:248; Das, 2010:3). I‟ve never seen
him for 10 years memiliki arti yang sama dengan I have never seen him for 10
years. Sebaliknya, afiks kadang menunjukkan karakter aneh (idiosinkratik).
Dalam he was the best man at their wedding, kata best bukan merupakan
bentuk superlatif, melainkan “pengiring pengantin laki-laki” (Katamba,
1993:248).

v.

Aturan sintaktik dapat mempengaruhi kata berafiks, namun tidak dapat
mempengaruhi grup klitik (Zwicky dan Pullum, 1983:504). Operasi sintaksis
mempengaruhi nomina, verba, adjektiva, dan pronomina yang mendapat

5

infleksi sebagai satu unit sintaksis, namun dasar + klitik secara sintaksis
diperlakukan sebagai unit terpisah (Kroeger, 2005:319). Kata should‟ve
dalam They should‟ve finished the assignment dianggap dua unit terpisah
karena should‟ve tidak dapat dijadikan satu unit dalam bentuk pertanyaan.
(6)

a. They should‟ve finished the assignment
b. Should they have finished the assignment?
c. *Should‟ve they finished the assignment?

vi.

Klitik dapat ditempelkan pada bentukan yang mengandung klitik (Katamba,
1993) dan afiks (Bauer, 1988:100). Sementara itu afiks tidak bisa
ditempelkan pada bentukan yang mengandung klitik (Zwicky dan Pullum,
1983:504). Menurut Caink (dalam Brown, 2006:492), afiks umumnya muncul
dalam urutan yang kaku. Jika urutannya berubah, timbul perubahan makna.
a. I‟d‟ve brought some for you, if I‟d known.
(klitik melekat pada klitik)
b. Girls‟ve been seen here
(klitik melekat pada afiks)
c. The program can scan for viruses effectively
(afiks melekat pada afiks)
d. *I‟d‟ve-ing brought some for you, if I‟d known
(afiks melekat pada klitik)
Senada dengan Zwicky dan Pullum, Bauer (1988:99-100) menggunakan tiga
(7)

kriteria pembeda klitik dan afiks sebagai berikut:
i.

Afiks menempel pada kategori leksikal semisal nomina, adjektiva, dan verba.
Klitik bisa menempel pada kategori frasal, walaupun secara fonologis klitik
menempel ke sebuah kata tunggal (single) dalam frasa tersebut.

ii.

Afiks cenderung menempel pada kategori tertentu, sementara klitik – sebagai
bentuk tereduksi dari kata – dapat bertempat dimanapun bentuk asli kata
tersebut bertempat. Hal itu karena klitik memiliki peran yang sama dengan
kata tersebut.

iii.

Afiks sering menunjukkan alomorfi leksikal, sementara klitik tidak. Afiks
tidak bisa menempel pada dasar (base) yang mengandung klitik, sementara
klitik dapat menempel pada base yang mengandung afiks.

6

4.2.2 Tataran Fonologis
Menurut Pavey (2010:36), selain secara sintaksis, klitik dan afiks dapat
dibedakan secara fonologis. Dalam bahasa Inggris, kita bisa melihat perbedaan antara
afiks dan klitik dengan melihat [s] pada contoh berikut:
(8) a. the alien‟s tiny spaceship
„pesawat ruang angkasa kecil (milik) alien‟
b. the alien that I trod on‟s tiny spaceship /*the alien‟s I trod on tiny
spaceship
„pesawat ruang angkasa kecil (milik) alien yang saya injak / *saya
injak pesawat kecil (dari) alien‟
c. the aliens
„para alien‟
d. ∗the alien that I trod ons / the aliens that I trod on
‘*alien yang saya injak / para alien yang saya injak’
Dalam (8), kalimat (a) dan (b) merupakan klitik. Klitik „s dapat menempel pada nomina

utama, seperti pada (a) dan pada preposisi dalam frasa nomina seperti pada kasus (b).
Secara sintaksis, dapat disimpulkan bahwa klitik bersifat bebas; dapat menempel pada
berbagai kelas kata. Sebaliknya, sufiks jamak dalam (c) dan (d) hanya melekat pada
nomina, sebagaimana ditunjukkan pada contoh (d).
Di sisi lain, bentuk klitik juga bervariasi sesuai dengan fitur kata yang

dilekatinya, sebagaimana bentuk jamak /s/ dalam contoh (9) di bawah ini. Klitik „s
terikat secara fonologis kepada akar yang dilekati.
(9)

5.

a. the alien‟s spaceship
[z]
„pesawat ruang angkasa (milik) alien‟
b. the book‟s cover
[s]
„sampul (milik) buku‟
c. the witch‟s hat
[Iz]
„topi (milik) penyihir‟

Genitif ‘s Sebagai Klitik
Genitif „s perlu didiskusikan tersendiri secara mendalam karena hanya terjadi

dalam bentuk reduksi sehingga sering diperbandingkan dengan afiks. Genitif „s bukan
merupakan kata fonologis karena tidak memiliki vokal (Kroeger, 2005:322). Sehingga
genitif „s pasti termasuk klitik atau afiks. Klitik genitif „s disebut sebagai afiks frasal
oleh Halpern (dalam Kroeger, 2005:322) dan klitik frasal oleh Anderson (2006:13) dan
Katamba (1993:246). Jika genitif „s merupakan afiks frasal, genitif „s termasuk kategori

7

klitik sederhana. Sebaliknya jika genitif „s merupakan klitik frasal, genitif „s termasuk
kategori klitik khusus.
Menurut Klavans (dalam Katamba, 1993:248), klitik khusus memiliki sebuah
fitur penting yang membedakannya dengan bentuk infleksi, yaitu kecenderungan untuk
memiliki keanggotaan ganda (dual citizenship). Secara struktur, klitik merupakan
anggota sebuah konstituen, namun secara fonologis, klitik merupakan anggota
konstituen lain. Dalam contoh berikut,
a. Mary‟s car
„mobil (milik) Mary‟
b. the queen of Tonga‟s tiara
„mahkota (milik) putri dari Tonga‟
c. the editor of the Manchester Guardian newspaper‟s car
„mobil (milik) editor surat kabar Manchester guardian‟
Katamba (1993:249) berpendapat bahwa genitif „s pada Mary‟s car bersandar
(10)

pada kata yang secara fonologis dan sintaksis sama. Namun, genitif „s pada the queen of
Tonga‟s tiara dan the editor of the Manchester Guardian newspaper‟s car secara
fonologis melekat pada kata Tonga dan newspaper, namun secara sintaksis, dasar yang
dilekati klitik tersebut adalah frasa nomina yang berintikan the queen dan the editor.
Dalam bahasa Inggris dialek Glasgow, penanda genitif „s dapat melekat ke kata
apapun yang mewatas frasa nomina genitif di akhir konstruksi (Katamba, 1993:249).
a. the boy I stayed with‟s granny
„nenek (milik) remaja yang tinggal bersamaku‟
b. the man that robbed‟s sister
„saudara perempuan (milik) lelaki yang merampok‟
Dalam contoh di atas, klitik „s dapat melekat pada kata with dan robbed yang
(11)

secara fonologis menjadi dasar. Bagaimanapun juga, secara sintaktis dan semantis,
keseluruhan frasa nomina yang berintikan pada the boy dan the man berfungsi sebagai
dasar. Kemampuan genitif „s untuk dilekatkan pada akhir kata yang mendahului kata
akhir dalam frasa nomina menunjukkan bahwa genitif „s merupakan enklitik kasus dan
bukan merupakan sufiks infleksi kasus (Katamba, 1993:249). Sebagian ahli
menganggap bahwa genitif „s yang bersandar pada satu nomina merupakan sufiks kasus
genitif. Faktanya, genitif „s juga dapat melekat pada frasa nomina. Karena itu, Matthews
(1974:169) menyatakan bahwa genitif „s merupakan enklitik yang independen.
Morfem infleksional harus menjadi bagian tak terpisahkan dari dasar yang
mendapat imbuhan secara fonologis, sintaksis, dan semantis, sedangkan klitik
merupakan bagian kata yang setengah terpisah dari kata tersebut (Katamba, 1993:249).
8

Selain itu, sufiks menghasilkan infleksi leksikal dengan cara memasukkan sebuah
morfem yang menyatu sepenuhnya pada sebuah kata, sementara klitik menghasilkan
infleksi frasal yang morfem-morfemnya dapat menyatu pada frasa (Katamba,
1993:249).
Problem kedua yang perlu didiskusikan mengenai klasifikasi genitif „s adalah
apakah genitif „s termasuk klitik sederhana atau klitik khusus. Halpern dan Kroeger
(dalam Kroeger, 2005) menyatakan bahwa genitif „s termasuk klitik sederhana. Menurut
kedua pakar tersebut, genitif „s merupakan afiks frasal. Nevis (dalam Kroeger,
2005:322) menyatakan bahwa klitik genitif „s merupakan afiks frasal (phrasal affixes)
karena bentuknya mirip afiks dan dapat menempel tidak hanya pada kata namun juga
keseluruhan klausa nomina. Selain itu, Kroeger mengklasifikasikan genitif „s sebagai
klitik sederhana.
Katamba (1993:246) dan Anderson (2006) memiliki pendapat yang berbeda
dengan Kroeger. Katamba (1993:246) menyatakan bahwa genitif „s yang selalu
menempel pada dasar nomina maupun frasa nomina merupakan klitik khusus dalam
bahasa Inggris. Anderson (2006:13) menambahkan bahwa klitik genitif „s pada awalnya
merupakan sufiks genitif infleksional, sebagaimana pada nomina di bahasa Inggris
kuno, yang berubah menjadi klitik frasal. Genitif „s termasuk kategori klitik khusus
karena dua alasan berikut. Pertama, genitif „s dibutuhkan sebagai sebuah mekanisme
untuk mengekspresikan bentuk frasal. Selain itu, genitif „s dalam contoh (12) bukanlah
merupakan pemendekan dari kata mandiri, melainkan bentuk klitik khusus yang
berkembang dari sufiks pada bahasa Inggris kuno.
(12)

a. a cat‟s tail
„ekor seekor kucing‟
b. the woman we saw‟s coat
„mantel wanita yang kita lihat‟

Lebih jauh, Klavans (1985) dan Anderson (1992) menuliskan beberapa
ketentuan klitikisasi untuk klitik khusus genitif „s.
i.

Kelas frasa yang dilekati. Umumnya klitik melekat pada frasa nomina dan
frasa verba. Pada genitif „s, klitik selalu melekat pada frasa nomina.

ii.

Lokasi dasar dalam domain frasal yang dilekati klitik. Klitik dapat
diletakkan pada nomina/verba pertama atau terakhir dari frasa nomina atau

9

verba. Pada contoh (2) diatas, klitik „s melekat pada kata sebelum kata
terakhir dalam frasa nomina yaitu cat dan saw.
iii.

Posisi klitik. Klitik biasa dan khusus bisa mendahului dasar (proklitik) atau
mengikuti dasar (enklitik). Pada contoh diatas, genitif „s merupakan klitik
khusus yang mengikuti dasar (enklitik) a cat dan the woman we saw.

iv.

Dasar fonologis dan sintaksis. Dasar fonologis dan sintaksis dapat berupa
kata yang sama ataupun berbeda. Menurut Katamba (1993:248), dasar
fonologis tidak harus sama dengan dasar sintaktis. Genitif „s yang melekat
pada satu kata seperti pada Mary‟s car memiliki dasar fonologis dan
sintaktis yang sama. Sebaliknya, genitif „s yang melekat pada frasa memiliki
dasar fonologis dan sintaktis yang berbeda, dengan dasar fonologis berupa
kata sebelum kata terakhir pada frasa nomina dan dasar sintaktis adalah
keseluruhan frasa nomina yang dikepalai oleh nomina pemilik.

6.

Kesimpulan
Bahasa Inggris memiliki proklitik dan enklitik yang tersusun terutama dari

penyingkatan verba bantu dan genitif „s. Dalam diskusi mengenai model substitusi klitik
dalam bahasa Inggris, konsep klitik sederhana sering rancu dengan konsep kata,
sementara klitik khusus genitif „s sering berbenturan dengan affiks. Klitik yang ada di
tengah kata dan afiks dapat dibedakan dari keduanya secara sintaksis dan fonologis.
Dalam bahasa Inggris, klitik dapat dibedakan dari kata dengan kriteria: 1)
kemampuan untuk berdiri sendiri dan 2) adanya tekanan. Kata dapat berdiri secara
independen. Sebaliknya, klitik tidak bisa berdiri sendiri karena kurang secara prosodik.
Selain itu, kata dalam bahasa Inggris selalu memiliki setidaknya satu tekanan. Di sisi
lain, klitik dalam bahasa Inggris tidak memiliki tekanan karena kekurangan vokal.
Klitik dibedakan dari afiks dengan pengujian secara sintaksis dan fonologis.
Secara sintaksis, terdapat enam kriteria pembeda antara lain: 1) kadar pilihan diantara
morfem dan dasar, 2) celah leksikal sembarang, 4) keanehan fonologis, keanehan
semantis, 5) operasi sintaktis yang mempengaruhi kombinasi, dan 6) batasan
kemampuan kombinasi. Secara fonologis, klitik dibedakan dari afiks dengan pilihan
dasar dan variasi bunyi [s] yang muncul.
Makalah ini hanya mendiskusikan klitik secara spesifik dalam bahasa Inggris.
Walaupun demikian, penulis melihat bahwa definisi dan batasan antara klitik sederhana

10

dan klitik khusus perlu dikaji lebih mendalam karena batasan tersebut dipertentangkan
oleh pakar morfologi sebagaimana diilustrasikan dengan klitik genitif „s. Selain itu,
kriteria pembeda yang dipakai untuk membedakan klitik dari afiks dan kata dalam
bahasa Inggris diatas dapat diujicobakan pada bahasa lainnya semisal bahasa Indonesia.
Kriteria pembeda tersebut tidak bersifat kaku dan bukan merupakan keharusan.
Sebaliknya kriteria-kriteria tersebut bersifat kecenderungan pada sebagian besar bahasa.

11

REFERENSI
Anderson, Stephen R. 1982. „Where‟s morphology?‟ dalam Linguistic Inquiry Vol. 13.
No. 4. Hal. 571-612.
Anderson, Stephen R. 1992. A-Morphous Morphology. Cambridge: Cambridge
University Press.
Anderson, Stephen R. 2006. The English Group genitif is a Special Clitic. Makalah
dipresentasikan pada English Linguistic Society of Japan di Tokyo, 3 November
2006.
Anderson, Stephen R. 2005. Aspects of the Theory of Clitics. Oxford: Oxford University
Press.
Bauer, Laurie. 1988. Introducing Linguistic Morphology. Edinburgh: Edinburgh
University Press.
Caink, A.D. Clitics. dalam Brown, Keith (Ed.). 2006. Encyclopedia of Language and
Linguistics, Vol. 2, Second Edition: V1-14. Boston: Elsevier Ltd.
Das, Pradeep K. 2010. Clitic: An Introduction. Paper. Dept. of Linguistics, DU.
Gerlach, Birgit & Janet Grijzenhout. 2000. Clitics in Phonology, Morphology and
Syntax. ___: John Benjamins.
Harris, Alice C. 2002. Endoclitics and the Origins of Udi Morphosyntax. Oxford:
Oxford University Press.
Kari, Ethelbert Emmanuel. 2003. Clitics in Degema: A Meeting Point of Phonology,
Morphology, and Syntax. Tokyo: Research Institute for Languages and Cultures
of Asia and Africa.
Katamba, Francis. 1993. Morphology. New York: St. Martin Press Inc.
Klavans, Judith L. 1985. „The independence of syntax and phonology in cliticization.‟
Dalam Language. Vol. Hal.
Kopris, Craig A. & Anthony R. Davis. ---. Endoclitics in Pashto: Implications for
Lexical Integrity. Abstract pdf. StreamSage Inc.
Kroeger, 2005Paul R. 2005. Analyzing Grammar: An Introduction. Cambridge:
Cambridge University Press.
Matthews, P.H. 1974. Morphology: An Introduction to The Theory of Word-Structure.
Cambridge: Cambridge University Press.
Pavey, Emma L. 2010. The Structure of Language: An Introduction to Grammatical
Analysis. Cambridge: Cambridge University Press.
Taylor, James R. 2003. Linguistic Categorization. Oxford: Oxford University Press.
Trauth, Gregory P. & Kerstin Kazzazi. 1998. Routledge Dictionary of Language and
Linguistics. London & New York:Routledge.
Zwicky, Arnold M. & Geoffrey K. Pullum. 1983. Cliticization vs. inflection: English
n‟t. Language Vol. 59. No. 3 (Sept., 1983). Hal. 502-13.
Zwicky, Arnold M. 1977. On Clitics. Bloomington: Indian University Linguistics Club.
Linguistics of Clitics. Diunduh dari http://pagerankstudio.com/Blog/2010/10/linguisticsof-clitics/ tanggal 1 Januari 2010, pukul 20.00.

12