Jurnal KPK 4 tentang Kesadaran Lingkunga
Analisis Pemberdayaan Masyarakat di
Kampung Terapi Kelurahan Sukun RW
03 yang Berbasis Sustainable
Development.
Oleh : Wulan Suci Al Imanah, Moch Weldy Arif F,
Fahrur Rosyid, Hamida Condrowati J, Zein Ihya
Ulumuddin
Abstrak
Penelitian tentang analisis strategi
pemberdayaan masyarakat di kampung
terapi Kelurahan Sukun RW 03 Berbasis
Sustainable Development bertujuan untuk
mengetahui dan
menganalisis strategi
pemberdayaan
masyarakat
Kampung
Terapi Kelurahan Sukun RW 03 dalam
menumbuhkan kesadaran lingkungan.
Dalam penelitian ini menggunakan metode
penelitian
yang
menekankan
pada
penelitian kualitatif dengan mengumpukan
data-data yang berasal dari hasil
pengamatan di lapangan dan wawancara
secara mendalam. Metode kualitatif dipilih
karena mendeskripsikan secara mendalam
fenomena kampung terapi di daerah
Kelurahan Sukun. Selain itu, metode ini
juga dapat mengungkapkan strategi
pemberdayaan masyarakat yang digunakan
dengan berbasis sustainable development.
Sesuai dengan visi misi RW 03 Kelurahan
Sukun, Kecamatan Sukun yaitu “Guyub
Rukun Tanpa Pamrih (Gurih)” dan misi
“Kerja Bakti Tiada Henti dan Tak Kenal
Waktu” untuk menunjang visi misi tersebut
para tokoh masyarakat membuat strategi
dan melaksanakan berbagai inovasi atau
program kegiatan seperti pemilahan
sampah, penanaman tanaman hias dan
toga, kegiatan minggu bersih atau gotong
royong, dilarang merokok di dalam rumah,
pembuatan
cuci
tangan
umum,
pemasangan komposter dan biopori,
pembangunan kawasan lingkungan ramah
anak, membentuk kader lingkungan di
setiap RT, dan pembangunan batu terapi di
sepanjang jalan. Analisis kualitatif
menunjukkan
bahwa
pemberdayaan
masyarakat di Kampung Terapi RW 03,
Kelurahan Sukun, Kecamatan Sukun telah
dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat,
strategi-strategi
yang
menunjang
pembangunan lingkungan sudah efektif
untuk diterapkan, hal ini dibuktikan
dengan
bertambahnya
partisipasi
masyarakat untuk aktif mengikuti semua
program atau kegiatan yang dilaksanakan.
Kata Kunci : Strategi Pemberdayaan,
Kampung
Terapi,
Sustainable
Development, Analisis Kualitatif
Abstract
Research on the analysis of community
empowerment strategies in the therapy
villages of Sukun RW 03 Village-Based
Sustainable Development aims to identify
and analyze the strategy of community
empowerment the therapy villages of
Sukun RW 03 in growing environmental
awareness. In this study, using research
methods with emphasis on qualitative
research gather data derived from field
observation and in the field and in-depth
interviews. Qualitative methods chosen for
describing in depth the phenomenon of
villages in the area therapy villages of
Sukun. In addition, this method can also
reveal strategies used by community
empowerment-based
sustainable
development. In accordance with the
vision and mission of RW 03 of Sukun
Village, District of Sukun is "Pillars Guyub
Unconditional (Savory)" and the mission
of "Working of Consecrated and Unknown,
Continuous Time" to support the vision
and mission of the community leaders to
strategize and implement a range of
innovative activities or programs such as
waste sorting, planting ornamental plants
and toga, activity weeks or mutual help
clean, no smoking in the house, the
manufacture of general hand washing,
installation and biopori composter, the
construction area of child-friendly
environment, forming cadres in each RT
environment, and building stone the
therapy along the way. Qualitative analysis
indicates that community development in
Village Therapy RW 03, Village of Sukun,
District of Sukun has been implemented
well by the people, the strategies that
support the development of effective
environment has to be applied, this is
evidenced by the increasing participation
of the community to actively follow all the
programs or activities were carried out.
Keywords: Empowerment Strategies,
Therapy of
Village, Sustainable
Development, Qualitative Analysis
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota Malang merupakan kota
terbesar kedua di Jawa Timur setelah Kota
Surabaya, Kondisi demografis Kota
Malang berdasarkan Sensus Penduduk
Tahun 2013menyatakan bahwa, jumlah
penduduk Kota Malang sebanyak 836.373
jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak
418.100. jiwa dan perempuan sebanyak
418.273 jiwa. Jumlah penduduk Kota
Malang selalu meningkat setiap tahunnya
dikarenakan tingginya laju urbanisasi.
Akibat dari meningkatnya laju urbanisasi
memberikan dampak negative yang
menyebabkan semakin sempitnya lahan
pertanian ataupun area hijau karena
kebutuhan akan tempat tinggal yang
semakin meningkat, selain itu juga
meningkatnya
aktivitas
penduduk
menyebabkan bertambahnya pencemaran
udara.
Undang–Undang Dasar 1945 pasal
28 H ayat 1 menyatakan bahwa, setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan. Hakhak tersebut adalah hak yang harus
dipenuhi oleh pihak pemerintah, selaku
pihak yang memberikan pelayanan publik,
termasuk
penyediaan
pelayanan
lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Sesuai dengan UUD tersebut maka
pemerintah
sudah
seharusnya
berkewajiban memenuhi hak masyarakat
terkait lingkungan hidup, namun pada
kenyataannya pemerintah belum mampu
menyediakan lingkungan hidup seperti
yang diamanatkan dalam undang–undang
tersebut.
Pada tahun 1994 jumlah RTH masih
sekitar 7.160 ha dari luasan Kota Malang
sebesar 11.005,7 ha. Dua tahun berikutnya
jumlah ruang terbuka hijau terus berkurang
menjadi 6.957 ha dan menjadi 6.615 ha
pada 1998. Tahun 2000, jumlahnya 6.415
ha dan 2002 tinggal 6.367 ha7. RTH di
Kota Malang dari tahun ke tahun tercatat
terus menipis. Sedangkan menurut data
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), RTH
saat ini hanya tersisa 2,8 persen dari luas
Kota Malang atau hanya 110,6 kilometer
persegi. Sementara luasan terbangun sudah
hampir mencapai 60 persen dari total
luasan kota ini. (malangpost, 2014) Salah
satu daerah yang dianggap belum
memenuhi undang-undang tersebut adalah
Kota Malang, dimana fakta menunjukan
bahwa Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
Kota Malang belum mencapai angka 30%.
Fakta ini menunjukan bahwa Kota Malang
belum mampu merealisasikan Visi
Misinya.
Visi Kota Malang Tahun 2013-2018
sebagaimana yang tercantum dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) harus dicapai pada tahun
2018 adalah “Menjadikan Kota Malang
Sebagai
Bermartabat”.
Selain
itu
bermartabat dapat menjadi akronim dari
beberapa prioritas pembangunan yang
menunjuk pada kondisi-kondisi yang
hendak diwujudkan sepanjang periode
2013-2018 yakni: Bersih, Makmur, Adil,
Religius, Toleran, Terkemuka, Aman,
Berbudaya, Asri dan Terdidik. Bersih, Kota
Malang yang bersih adalah harapan
seluruh masyarakat, lingkungan kota yang
bebas dari tumpukan sampah dan limbah
adalah kondisi yang diharapkan dalam
pembangunan kedepan. Asri, Kota Malang
yang asri adalah dambaan masyarakat.
Terciptanya keasrian, kesegaran dan
kebersihan lingkungan kota adalah yang
diharapkan seluruh masyarakat. Namun,
keasrian Kota Malang semakin lama
semakin memudar sebagai akibat dari
pembangunan
kota
yang
tidak
memperhatikan
aspek
lingkungan.
Selanjutnya dalam rangka mewujudkan
visi tersebut, maka misi pembangunan di
Kota Malang adalah “Mengembangkan
Potensi
Daerah Yang
berwawasan
Lingkungan Yang Berkesinambungan,
Adil, dan Ekonomis”. Misi tersebut
menunjukkan bahwa perlunya strategi
pembangunan
daerah
yang
tetap
memperhatikan
aspek
lingkungan,
diharapkan kedepannya tidak terjadi
pelanggaran lingkungan seperti yang
terjadi saat ini, selain itu juga
meningkatkan luas lahan yang berfungsi
sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan
kawasan resapan air. Berdasarkan visi misi
tersebut seharusnya semua elemen
masyarakat
tanpa
terkecuali
dapat
berpartisipasi
dalam
meningkatkan
kepedulian
terhadap
kelestarian
lingkungan, kebersihan dan keasrian kota
guna mewujudkan Kota Malang sebagai
kota yang bersih, sehat dan berwawasan
lingkungan.
Akibat maraknya kegiatan yang
kurang memperhatikan lingkungan, maka
dibutuhkan
sebuah
konsep
sustainabledevelopment.
Pembangunan
yang selaras dan seimbang berarti
pembangunan yang memperhatikan aspek
lingkungan, untuk menjaga keseimbangan
lingkungan hidup sepertiyang diamanatkan
dalam
Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup.
Pengelolaan lingkungan hidup adalah
upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan
hidup
yang
meliputi
kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan,
pengawasan, dan pengendalian lingkungan
hidup.
Maka
dari
itu,
dalam
pengelolaannya diperlukan menerapkan
pembangunan
berkelanjutan
atau
berkesinambungan.
Sesuai
dengan
undang–undang tersebut yang dimaksud
dengan Pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup adalah
upaya sadar dan terencana, yang
memadukan lingkungan hidup, termasuk
sumber
daya,
ke
dalam
proses
pembangunan
untuk
menjamin
kemampuan, kesejahteraan, dan mutu
hidup generasi masa kini dan generasi
masa
depan.Emil
Salim
memberikanpengertian
Pembangunan
Berkesinambungan
atau
sustainable
development sebagai “suatu proses
perubahan yang di dalamnya eksploitasi
sumberdaya, arah investasi, orientasi
pengembangan teknologi, dan perubahan
kelembagaan semuanya dalam keadaan
yang selaras serta meningkatkan potensi
masa kini dan masa depan untuk
memenuhi
kebutuhan
dan
aspirasi
manusia” (Silalahi, 2003).
Pembangunan
Berkesinambungan
selain pendekatan pada lingkungan hidup,
tentunya tidak luput dari ketepatan dalam
menempatkan ruang dan wilayah yang
akan digunakan. Sesuai dengan Peraturan
Daerah Kota Malang nomor 7 tahun 2001
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Malang tahun 2001 – 2011, Bahwa untuk
mengarahkan pembangunan di Kota
Malang dengan memanfaatkan ruang
wilayah secara berdaya guna, berhasil
guna, serasi, selaras, seimbang dan
berkelanjutan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan pertahanan
keamanan, perlu disusun Rencana Tata
Ruang Wilayah.
Peraturan Daerah Kota Malang No. 4
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah dalam pasal 32, poin a dikatakan
bahwa, pengembangan prasarana imbuhan
alami (naturalrecharge) dengan cara
mempertahankan hutan kota atau ruangruang terbuka hijau eksisting serta
menambah kawasan hutan kota dan ruangruang terbuka hijau sampai mencapai
minimal 30%. Bahwasanya didalam
Peraturan daerah kota Malang juga
dikatakan bahwa, Rencana penyediaan
RTH Publik di Kota Malang seluas kurang
lebih 2.350 Ha, dan Rencana penyediaan
RTH Privat di Kota Malang seluas kurang
lebih 1.383 Ha.
Meskipun Kota Malang telah
memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) sebagai pedoman pembangunan,
namun dalam pelaksanaannya tidak sesuai
dengan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
Banyak
pelanggaranpelanggaran yang dilakukan dan terus
dibiarkan. pembangunan yang kurang
memperhatikan RTRW di Kota Malang
misalnya, pembangunan mall, selain itu
semakin meningkatnya perekonomian,
urbanisasi
dan
jumlah
penduduk
berimplikasi pada terjadinya alih fungsi
lahan pertanian produktif menjadi lahan
perkantoran, sentra bisnis, pabrik, dan
permukiman. Kondisi ini mengakibatkan
permasalahan ruang di suatu wilayah, baik
kota
maupun
kabupaten
semakin
bertambah, ditandai dengan menurunnya
kualitas
permukiman,
timbulnya
permasalahan
lingkungan
seperti
kemacetan, banjir, kawasan kumuh,
pencemaran
lingkungan,
kurangnya
resapan air, dan hilangnya ruang publik
serta ruang terbuka hijau untuk artikulasi
sosial dan kesehatan masyarakat.
Pembangunan
wilayah
dengan
memperhatikan aspek lingkungan menjadi
sangat penting di Kota Malang untuk
mengurangi pencemaran udara dan
mewujudkan lingkungan yang sehat bagi
masyarakatnya.
Hal
tersebut
telah
dilaksanakan
oleh
sebagian
besar
masyarakat yang tinggal di Kecamatan
Sukun, Kelurahan Sukun RW 03 Kampung
Terapi. Keinginan masyarakat RW 03 akan
lingkungan yang hijau dan sehat tanpa
pencemaran udara telah diharapkan sejak
dulu, dan itu diwujudkan oleh kesadaran
masyarakat. Bermula dari kegiatan yang
melibatkan masyarakat RW 03 mampu
memahami
kebutuhan
dalam
hal
lingkungan, dari permasalahan dan potensi
yang ada sebenarnya, dimana melalui
kegiatan seperti musyawarah kesiapan
masyarakat, rapat RT atau RW. Sehingga
disitu pemimpin masyarakat seperti RT dan
RW menghimbau dan mengarahkan agar
masyarakatnya diharapkan bisa hidup sehat
dan mandiri.
Kecamatan
Sukun,
Kelurahan
SukunRW 03 atau yang disebut dengan
Kampung Terapi, yang merupakan
kawasan perkampungan padat penduduk.
Pada tahun 2001 pertama kalinya dibentuk
BKM dan LPMK di Kelurahan Sukun,
sesuai dengan Peraturan Daerah Kota
Malang nomor 18 tahun 2001 tentang
pembentukan Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kota
Malang yang dalam pertimbangannya
bahwa, dalam rangka pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah dan dalam
upaya
memberdayakan
Lembaga
Kemasyarakatan di Kelurahan untuk lebih
meningkatkan prakarsa dan swadaya
sebagai perwujudan partisipasi masyarakat
dalam
pembangunan,
maka
perlu
membentuk
Lembaga
Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan (LPMK) di seluruh
Kelurahan Kota Malang.
Latar
belakang
dari
pembangunan
kampung hijau, kampung terapi adalah
karena melihat kondisi kelurahan sukun
khususnya di RW 03 ini memiliki
lingkungan yang kumuh dan kotor dengan
permukiman padat penduduk sehingga
memaksa para pemangku kepentingan di
RW 03 untuk melaksanakan program dan
kegiatan sesuai dengan kebutuhan riil dan
permasalahan
di
lapangan
dengan
memperhatikan potensi yang ada. Bermula
dari kegiatan seperti rembug kesiapan
masyarakat, rapat RT atau RT dengan
mengadakan kegiatan yang melibatkan
masyarakat seperti gotong-royong dalam
membersihkan lingkungan dari sampah,
pengelolaan sampah sampai penghijauan
sehingga diharapkan dari kegiatan ini
supaya warga masyarakat RW 03
diharapkan dapat hidup sehat secara
mandiri. Kemudian untuk pemasangan
batu terapi di sepanjang jalan di RW 03
Kelurahan
Sukun
tersebut
karena
kebutuhan masyarakat akan kesehatan dan
kebugaran tubuh dengan biaya yang sangat
murah dan menghemat waktu, batu terapi
merupakan sebuah pengobatan alternatif
masyarakat RW 03 Kelurahan Sukun untuk
mengurai simpul-simpul syaraf yang
berada di kaki sehingga memperlancar
peredaran darah, sehingga tidak hanya
aspek kebersihan lingkungan namun juga
aspek kesehatan masyarakat yang sangat
diperhatikan. RW 03 juga menerapkan
program pemberdayaan masyarakat dan
juga pembangunan berkelanjutan untuk
mewujudkan masyarakat yang sehat dan
mandiri.
Terbentuknya LPMK yang kemudian
diwujudkan pada tahun 2009 dengan
dimulainya program penghijauan. Untuk
mengawali program penghijauan tersebut
para tokoh masyarakat di Kelurahan Sukun
RW 03 mengajak semua elemen
masyarakat untuk berpartisipasi secara
aktif dalam pembangunan berwawasan
lingkungan tersebut guna mewujudkan
program lingkungan yang berbasis
pemberdayaan masyarakat. Para tokoh
masyarakat salah satunya Ketua RW pada
saat
itu
menginginkan masyarakat
Kampung Terapi dapat hidup sehat secara
mandiri dan mewujudkan lingkungan yang
hijau secara swadaya oleh masyarakat.
Hasilnya pada tahun 2011 RW 03
Kampung Terapi Kelurahan Sukun dan
Kecamatan Sukun tersebut meraih juara
pada Lomba Green and Clean Kota
Malang yang diadakan oleh Dinas
Keamanan dan Pertamanan (DKP) Kota
Malang. Hal tersebut membuat masyarakat
RW 03 semakin antusias dalam melakukan
penghijauan dan membentuk pola hidup
baru bagi sebagian masyarakat yaitu pola
hidup bersih dengan kesadaran lingkungan
yang tinggi.
Pembangunan
berwawasan
lingkungan lingkungan untuk mencapai
kehidupan yang bersih dan sehat bagi
masyarakatnya ini semakin disempurnakan
dari waktu ke waktu. Pemandangan yang
sangat berbeda jika dibandingkan antara
RW 03 Kelurahan Sukun dengan pusat
Kota Malang, RW 03 yang bersih dari
sampah, udara yang sejuk dan hijau
merupakan pemandangan yang jarang
ditemui di kota-kota besar saat ini. Wujud
dari kepedulian masyarakat Kelurahan
SukunRW 03 adalah bentuk dari
pemberdayaan masyarakat yang berjalan
dengan baik. Memberdayakan masyarakat
adalah upaya untuk meningkatkan harkat
dan martabat lapisan masyarakat kita yang
dalam kondisi sekarang tidak mampu
untuk melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan
kata
lain
memberdayakan
adalah
memampukan
dan
memandirikan
masyarakat
(Kartasasmita,
1997).
Pemberdayaan masyarakat juga tidak
mungkin berjalan baik apabila kurangnya
kesadaran pada masyarakatnya sendiri dan
peran pemimpin masyarakat setempat
untuk bekerjasama dalam pemberdayaan
yang dilaksanakan. Maka dari itu, peneliti
ingin mengetahui strategi-strategi yang
dilakukan oleh pemimpin masyarakat
dalam
mewujudkan
program
pemberdayaan
masyarakat
untuk
menciptakan lingkungan hijau di Kampung
Terapi, Kelurahan SukunRW 03.
Berdasarkan latar belakang diatas,
maka
dilakukan
penelitian
mengenai“Analisis
Strategi
Pemberdayaan
Masyarakat
di
Kampung Terapi, Kelurahan SukunRW
03 Berbasis Sustainable Development”.
Melalui penelitian ini diharapkan dapat
menjadi dasar dan bahan evaluasi
pelaksanaan bagi pihak pemangku
kepentingan dan strategi yang diterapkan
dalam rangka meningkatkan kesadaran
masyarakat serta lebih mengefektifitaskan
program -program pemberdayaan yang
berbasis lingkungan hidup.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan menganalisis
strategi
pemberdayaan
masyarakat
Kampung Terapi, Kelurahan SukunRW 03
dalam
menumbuhkan
kesadaran
lingkungan.
Metode Penelitian
Menggunakan metode penelitian ini
menekankan pada penelitian kualitatif
dengan mengumpukan data-data yang
berasal dari hasil pengamatan di lapangan
dan wawancara secara mendalam. Metode
kualitatif dipilih karena mendeskripsikan
secara mendalam
fenomena kampung
terapi di daerah Kelurahan Sukun. Selain
itu, metode ini juga dapat mengungkapkan
strategi pemberdayaan masyarakat yang
digunakan dengan berbasis sustainable
development.
PEMBAHASAN
Analisis Data
Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Kampung Terapi, Kecamatan Sukun
Kelurahan Sukun RW 03 Kota Malang
dalam Menumbuhkan Kesadaran
Lingkungan.
1.
Menciptakan iklim
Menciptakan suasana atau iklim
yang
memungkinkan
potensi
masyarakat berkembang (enabling).
Disini
titik
tolaknya
adalah
pengenalan bahwa setiap manusia
memiliki potensi atau daya yang
dapat dikembangkan. Potensi dan
daya adalah salah satu strategi yang
harus dimiliki untuk membangun
masyarakat yang mandiri. Strategi
pemberdayaan masyarakat melalui
potensi dan daya sudah dimiliki RW
03 Kelurahan Sukun. RW 03
Kelurahan Sukun memiliki banyak
potensi yang dapat dikembangkan
seperti pemanfaatan sampah bekas,
kerajinan
tangan,
kesenian,
penghijauan, dan segala aktivitas
yang berpotensi untuk menjadikan
RW 03 Kelurahan Sukun sebagai
kawasan hijau dan ramah lingkungan.
Selain itu potensi yang dimiliki RW
03 juga mampu mengundang banyak
pengunjung dari luar maupun dalam
negeri
yang
ingin
mengenal
keindahan yang dimiliki kampung
tersebut. Potensi yang dimiliki
Kampung Terapi RW 03 tidak akan
mampu berkembang apabila tidak
diimbangi dengan daya kemampuan
yang ada, masyarakat RW 03 yang
memiliki daya dan kemampuan serta
kemauan
untuk
berpartisipasi
mengembangkan potensi yang ada
juga menjadi salah satu faktor
keberhasilan
pembangunan
lingkungan hijau di Kampung
TerapiRW 03 Kelurahan Sukun.
Memperkuat daya
Memperkuat potensi atau daya
yang
dimiliki
masyarakat
(empowering),
upaya
pokoknya
adalah peningkatan taraf pendidikan,
derajat kesehatan, dan akses ke dalam
sumber-sumber kemajuan ekonomi
seperti modal, lapangan kerja, dan
pasar. Untuk memperkuat daya yang
ada di Kampung TerapiRW 03, aktor
– aktor yang terlibat telah melakukan
banyak kegiatan peningkatan sumber
daya yang ada. Seperti adanya upaya
peningkatan SDM pada masyarakat
RW 03 dengan melakukan program
layak anak yang memberikan bekal
pengetahuan dan juga les Bahasa
inggris dan matematika untuk
menunjang pendidikan agar lebih
baik, selain itu pengadaan program
tersebut sebagai bekal masa depan
bagi generasi penerus agar mampu
memasuki lapangan kerja yang luas.
Tidak hanya memperkuat daya melaui
pendidikan namun juga memperkuat
daya
melalui
akses
terhadap
kemajuan pendapatan atau ekonomi,
dimana RW 03 memanfaatkan
komposter sebagai
salah satu
penunjang perekonomian di Kampung
Terapi.
Pemberdayaan
ini
juga
menyangkut pembangunan prasarana
dan sarana dasar fisik seperti jalan
setapak yang dipasang dengan batu
terapi agar pejalan kaki dapat berjalan
sekaligus terapi gratis, penerangan
yang ada di RW 03 juga sudah
dilakukan dengan baik apalagi dengan
adanya CSR dari PLN yang
membantu penerangan listrik, selain
jalan dan penerangan juga ada
pembangunan sarana dan prasarana
secara
sosial
seperti
fasilitas
pendidikan yang dapat dijangkau oleh
masyarakat pada lapisan paling
bawah terutama pada anak – anak
dengan adanya les gratis juga fasilitas
kesehatan seperti Posyandu yang
memiliki kegiatan rutin untuk lansia
dengan mengadakan senam lansia,
serta ketersediaan lembaga-lembaga
pendanaan, pelatihan, dan pemasaran
yang terkonsentrasi penduduk yang
keberdayaanya
sangat
kurang.
Kampong Terapi RW 03 memiliki
banyak lembaga pendanaan yang
menjadi salah satu modal untuk
2.
membantu
pembangunan
segala
sarana dan prasarana maupun
kegiatan – kegiatan yang dilakukan,
lebaga pendanaan yang dimiliki RW
03 seperti adanya CSR dari PLN,
Bank Danamon, Decofresh, dan saat
ini dengan bantuan dari MCW.
Melindungi
Pemberdayaan
masyarakat
bukan membuat masyarakat menjadi
semakin tergantung pada berbagai
program pemberia (charity) karena
pada dasarnya setiap apa yang
dinikmati harus dihasilkan atas usaha
sendiri
(yang
hasilnya
dapat
dipertikarkan dengan pihak lain).
Sehingga tujuan akhirnya adalah
memandirikan
masyarakat,
memampukan,
dan
membangun
kemampuan untuk memajukan diri ke
arah kehidupan yang lebih baik secara
berkesinambungan (Cholisin, 2011).
Kampung Terapi RW 03 merupakan
kampung mandiri bahkan sebelum
adanya lembaga – lembaga yang
membantu pendanaan melalui CSR.
Untuk melindungi segala potensi dan
daya yang dimiliki RW 03 sudah
dilakukan dengan penerapan segala
aturan dan kegiatan – kegiatan.
Aturan dilarang merokok didalam
rumah,
aturan
untuk
tidak
mengendarai motor saat memasuki
kawasan RW 03, dan sturan melarang
pemulung
masuk,
semuanya
merupakan aturan yang tujuannya
untuk melindungi potensi yang
dimiliki Kampung Terapi, dengan
aturan yang dijalankan tidak dalam
bentuk normative namun aturan
tersebut mampu menjadi bekal
kemandirian dan pembelajaran sopan
dan santun, serta pembelajaran akan
kesadaran lingkungan.
Program Pembangunan
Pemberdayaan
masyarakat
berbasis
lingkungan
hidup
di
Kecamatan Sukun ini dimulai sejak
tahun 2008 yang berawal dari seorang
ketua RT yang bernama Dzainul
Arifin yang sekarang menjadi ketua
RW 03. Beliau merangkul segenap
elemen
masyarakat,
untuk
membangun lingkungan yang hijau
dengan menerapkan berbagai strategi.
Pada tahun 2011 ketika kampung
tersebut akan mengikuti lomba green
and clean di Kota Malang maka
dibentuklah beberapa tim khusus
untuk menangani lingkungan yaitu
Kader Lingkungan Hidup RW 03
yang anggotanya diambil dari setiap
RT berjumlah 3 orang yang dipilih
secara swadaya oleh masyarakat yang
dianggap mampu dan mau. Tim
Kader Lingkungan ini bertugas
sebagai fasilitator dari masyarakat
terkait permasalahan lingkungan,
sebagai wakil dari aspirasi dan
kebutuhan masyarakat yang akan
disampaikan pada saat rapat setiap
bulannya, mengadakan sosialisasi
tentang cara pemilahan sampah
kering dan basah, cara penggunaan
komposter dengan baik. Selanjutnya
kader lingkungan yang membentuk
kesadaran sosial masyarakat akan
lingkungan, hingga akhirnya pada
tahun 2012 Kampung Terapi ini
dinyatakan sebagai pemenang dalam
kompetisi Green and Clean di Kota
Malang dan sebagai kampung
percontohan
nasional.
Setelah
dinyatakan
sebagai
pemenang
Pemerintah Kota Malang yaitu DKP
mulai masuk memberikan bantuan
berupa komposter sebanyak 48 tong
komposter, yang dahulu hanya
mempunyai 12 komposter. Kemudian
terdapat juga CSR antara lain dari
PLN, Bank Danamon, Decofresh dan
sekarang dengan MCW, kebetulan
ketua RW juga ikut MCW. Dahulu
juga sempat dijadikan tempat
kunjungan oleh bapak menteri
lingkungan hidup karena tertarik
dengan
program-program
yang
dilaksanakan di RW 03 ini terkait dari
sisi
lingkungan
dan
kemasyarakatannya.
Warga RW
03 senantiasa
diajarkan untuk selalu menjaga
lingkungan di sekitarnya agar bersih,
indah dan sehat, seperti menanam
bunga di setiap jengkal tanah di
sekitar rumah, dan membersihkan
saluran-saluran air, membersihkan
selokan dan memilah sampah kering
dan sampah basah. Pemilahan sampah
dilakukan oleh warga setiap hari yaitu
sampah
kering
dikumpulkan
tersendiri
dan
sampah
basah
dimasukkan ke dalam komposter.
Setiap bulan sampah kering warga
akan diambil oleh kader lingkungan
RW 03 untuk dipilah lagi menjadi
sampah daur ulang sebagai bahan
kerjainan dan sisanya akan dijual
(rombeng atau mayeng) dan uang
hasil penjualan sampah dikelola oleh
kader lingkungan hidup untuk
pembelian bunga, pupuk, pot, dan
lain-lain.
Sekarang di RW 03 sering ada
kunjungan dari berbagai instansi
pemerintahan baik dari dalam kota
maupun luar kota, hampir seminggu
sekali ada tamu yang berkunjung ke
RW 03 Kelurahan Sukun baik secara
perorangan maupun secara kelompok,
tentunya dalam mewujudkan konsep
lingkungan berbasis masyarakat ini
tidak mudah membutuhkan waktu
yang cukup lama dalam membentuk
pola pikir masyarakat dan kesadaran
masyarakat akan lingkungan. Oleh
karena itu seluruh jajaran pemimpin
masyarakat mempunyai strategistrategi yang dilakukan dalam
pengembangan dan pembangunan
lingkungan secara berkelanjutan.
3.
4.
Partisipasi, keterlibatan secara aktif
dan kerjasama oleh seluruh elemen
masyarakat dalam pembangunan
sangat dibutuhkan guna tercapainya
program ini.
Strategi Gotong Royong
Pemberdayaan
masyarakat
berbasis
lingkungan
hidup
di
Kecamatan Sukun ini dimulai sejak
tahun 2008 yang berawal dari seorang
ketua RT yang bernama Dzainul
Arifin yang sekarang menjadi ketua
RW 03. Beliau merangkul segenap
elemen
masyarakat,
untuk
membangun lingkungan yang hijau
dengan menerapkan berbagai strategi.
Salah satu strategi yang paling terlihat
adalah gotong royong kerja bakti,
kerjasama dan kebersamaan dalam
menanam tanaman hias dan memilah
sampah sebagainya. Semula gagasan
ini banyak menimbulkan pertentangan
di masyarakat, namun karena dalam
pengelolaannya melibatkan seluruh
elemen masyarakat program ini dapat
diterima oleh masyarakat namun
belum secara menyeluruh.
Dalam strategi gotong royong,
melihat masyarakat sebagai sistem
sosial. Artinya masyarakat terdiri atas
bagian-bagian yang saling kerjasama
untuk mewujudkan tujuan bersama.
Gotong-royong
dipercaya
dapat
menunjukkan
bahwa
adanya
perubahan-perubahan
masyarakat
yang diwujudkan melalui partisipasi
luas segenap komponen dalam
masyarakat. Prosedur dalam gotongroyong bersifat demokratis, dilakukan
atas
kekuatan
sendiri
dan
kesukarelaan.
Strategi Pembangunan TeknikalProfesional
Dalam memecahkan berbagai
masalah
kelompok
masyarakat
dengan cara mengembangkan norma,
peranan, prosedur baru untuk
menghadapi situasi baru yang selalu
berubah. Dalam strategi ini peranan
agen – agen pembaharuan sangat
penting. Peran yang dilakukan agen
pembaharuan
terutama
dalam
menentukan program pembangunan,
menyediakan
pelayanan
yang
diperlukan, dan menentukan tindakan
yang diperlukan dalam merealisasikan
program pembangunan tersebut. Agen
pembaharuan merupakan kelompok
kerja yang terdiri atas beberapa warga
masyarakat
yang
terpilih
dan
dipercaya untuk menemukan cara –
cara yang lebih kreatif sehingga
hambatan
–hambatan
dalam
pelaksanaan program pembangunan
dapat diminimalisir.
Agen pembaharuan ini telah
dimiliki RW 03 Kelurahan Sukun
seperti
adanya
Tim
Kader
Lingkungan yang pada setiap RT
terdapat 3 perwakilan dengan tujuan
untuk menyelesaikan, mengatasi
permasalahan yang dihadapi di
lingkungan
masyarakat.
Kader
lingkungan yang dipilih secara
swadaya oleh masyarakat setempat
mampu
mewujudkan
strategi
pengembangan
lingkungan
dan
mampu
membantu
dalam
pemberdayaan masyarakat khususnya
pada RT 02 Kelurahan Sukun.
Dengan adanya sinergitas antara aktor
– aktor pemberdayaan masyarakat di
Kelurahan Sukun RW 03 tersebut
telah menunjukkan peranan masing –
masing aktor dalam mencapai tujuan.
Kader lingkungan salah satu aktor
yang lebih dekat dengan masyarakat
sehingga
proses
pemberdayaan
mampu berjalan lebih efektif. Sebagai
upaya mewujudkan masyarakat yang
mandiri
dalam
pemberdayaan
berbasis lingkungan, peran agen
pembaharuan
seperti
kader
5.
lingkungan di setiap RT sangat
penting.
Strategi Konflik
Dalam strategi ini menekankan
pada menciptakan kerukunan antar
masyarakat, dengan karakter individu
yang berbeda-beda, menganjurkan
perlunya
mengorganisir
seluruh
elemen
masyarakat
untuk
menyalurkan aspirasi mereka secara
demokratis. Perubahan pada struktur
organisasi dan peraturan harus
berdasarkan
dengan
keputusan
bersama
dengan
masyarakat.
Tantangan
mewujudkan
pembangunan
lingkungan
berkelanjutan berbasis masyarakat
adalah memerlukan pemberdayaan
masyarakat yang sungguh-sungguh
dilakukan oleh masyarakat sebagai
subjek
pembangunan
secara
partisipatif.
Mampu menyatukan berbagai
macam perbedaan karakteristik di
masyarakat merupakan strategi yang
dilakukan
dalam
pemberdayaan
masyarakat di RW 03 Kelurahan
Sukun guna menciptakan suasana
yang rukun dan mau membaur,
bekerjasama dalam mewujudkan
lingkungan yang sehat ditunjang
dengan sisi kemasyarakatan yang baik
adalah kelebihan dari RW 03, Seperti
yang dilakukan di Kampung Terapi
yang mempunyai masyarakat yang
dengan beragam latar belakang
pendidikan, ekonomi dan status
sosial, sehari-harinya warga RW 03
senantiasa hidup rukun dan saling
menghormati segala perbedaan yang
ada sehingga konflik horizontal
sangat minim terjadi, sifat warga yang
sangat menonjol adalah sifat gotong
royongnya sangat tinggi, hal tesebut
dapat dibuktikan ketika ada suatu
kegiatan seperti kerja bakti maka
6.
warga
secara
serentak
akan
berpartisipasi.
Strategi Perubahan Kultural
Menekankan pada perubahan
tingkat subyektif individu, mulai dari
perubahan nilai-nilai pribadi menuju
gaya hidup baru yang manusiawi.
Yaitu gaya hidup cinta kasih terhadap
sesama dan partisipasi
penuh
komunitas
orang
lain.
Dalam
pelaksanaan program pemberdayaan
masyarakat berbasis lingkungan di
RW 03 Kampung Terapi Kelurahan
Sukun, tentunya terdapat banyak
kendala-kendala di masyarakat namun
kendala-kendala tersebut dapat diatasi
dengan
strategi-strategi
yang
dilaksanakan oleh segenap RT, RW
dan Kader Lingkungan. Salah satu
strategi yang diterapkan dalam RW 03
ini adalah strategi perubahan kultural.
Hasil dari strategi ini dapat dilihat
dengan tumbuhnya kesadaran sosial
di masyarakat akan lingkungan serta
tertib
dalam
menjalankan
regulasi/peraturan yang disetujui
bersama tersebut.
Pada RW 03 Kampung Terapi
Kelurahan Sukun juga diterapkan
strategi perubahan kultural untuk
menunjang
pengembangan
dan
pengelolaan lingkungan. Strategi
yang diterapkan ini bertujuan untuk
meningkatkan
peran
serta
keterlibatan, partisipasi penuh dalam
segala program dan kegiatan yang
diadakan dan dilaksanakan dalam
pemberdayaan masyarakat berbasis
lingkungan tersebut. Hasil dari
strategi ini dapat dilihat dengan
tumbuhnya kesadaran sosial di
masyarakat akan lingkungan serta
tertib
dalam
menjalankan
regulasi/peraturan yang disetujui
bersama tersebut.
Pola pemberdayaan masyarakat
berbasis lingkungan Kampung
TerapiRW 03 Kelurahan Sukun
Pola pemberdayaan masyarakat
diperlukan untuk menggambarkan
strategi pemberdayaan masyarakat
sehingga dapat dijadikan percontohan
bagi kampung atau RW lain.
Penjelasan dari analisis data yang
diuraikan diatas dapat digambarkan
sdengan ebuah pola pemberdayaan
masyarakat berbasis lingkungan yang
dilakukan oleh masyarakat Kampung
Terapi RW 03 Kelurahan Sukun
sebagai berikut :
Gambar 5: Pola Pemberdayaan
Masyarakat
Berbasis
Lingkungan
Kampung Terapi RW 03 Kelurahan
Sukun
Sumber: Olahan Penulis, 2014
Proses
pemberdayaan
adalah
transformasi sebuah gagasan sehingga
dilakukan secara luas oleh masyarakat.
Pola pemberdayaan masyarakat di
Kampung
Terapi
terjadi
proses
transformasi gagasan dari tokoh yang
menginisiasi yaitu ketua RT/RW . Para
tokoh masyarakat yang memiliki gagasan
melakukan intervensi kepada masyarakat.
Terdapat hal unik dari proses intervensi
yang dilakukan oleh tokoh masyarakat.
Cara yang dilakukan oleh tokoh
masyarakat adalah memberi contoh
sehingga membuat sungkan. Dampak yang
jelas terjadi adalah tumbuhnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya lingkungan.
Tumbuhnya kesadaran ini menjadi
terlembaga dengan baik karena tokoh
masyarakat menjadi fasilitator yang baik.
Masyarakat yang sudah memiliki
kesadaran lingkungan diorganisir untuk
melaksanakan
program-program
lingkungan yang sebagaimana ditulis pada
diagram di atas. Program lingkungan yang
dilaksanakan berbasis pada pembangunan
berkelanjutan. Tidak hanya memperhatikan
kelestarian lingkungan namun juga
memperhatikan
masalah
sosial,
kebudayaan
dan
ekonomi.Strategi
berikutnya yang dilakukan adalah, proses
pembentukan struktural aktor masyarakat
untuk melaksanakan program. Karena
program lingkungan yang dilakukan
semakin
banyak
dan
memiliki
kompleksitas tinggi maka dari itu dibentuk
kader lingkungan. Tugas yang diemban
oleh kader lingkungan selain mengatur
program lingkungan adalah menyelesaikan
konflik atau permasalahan yang terjadi.
Peran aktor eksternal dari masyarakat
juga mempengaruhi proses pemberdayaan
dan pembangunan lingkungan di Kampung
Terapi RW 03. Peran perusahaan yang
memberikan CSR memberikan stimulis
pemberdayaan. Begitu pula lembagalembaga yang memberikan pembangunan
kapasitas kepada masyarakat. Sehingga
terdapat inovasi-inovasi yang dilakukan
oleh masyarakat. Hal yang lebih
berpengaruh dari faktor eksternal adalah
modal sosial yang dimiliki oleh
masyarakat. Walau pun disadari ini adalah
faktor internal yang dimiliki masyarakat.
Output yang ingin dicapai dari
pemberdayaan ini adalah terjadinya
transformasi kesadaran masyarakat untuk
mengelola lingkungan hidup, baik biotik
maupun abiotik yang lebih baik. hal ini
sudah tercapai dengan baik karena
masyarakat
sudah
berdaya
dalam
mengembangkan lingkungan. Walaupun
perlu beberapa hal yang perlu diperbaiki
utamanya pemberdayaan lingkungan yang
memiliki dampak income ekonomi. Karena
dalam pembangunan berkelanjutan hal
yang perlu diperhatikan pula adalah
pertumbuhan ekonomi masyarakat.
BAB V. PENUTUP
Kesimpulan
Strategi pemberdayaan masyarakat
dalam konsep pembangunan lingkungan di
RW 03 Kampung Terapi, Kelurahan
Sukun, Kecamatan Sukun, Kota Malang
antara
lain
menciptakan
iklim,
memperkuat daya dan melindungi, para
tokoh masyarakat dalam hal ini RW , RT
tidak henti-hentinya mengajak masyarakat
untuk mau membangun lingkungan yang
sehat dan hijau, meskipun pada awalnya
sulit dan masyarakat banyak yang acuh
seiring berjalannya waktu masyarakat
dapat berpartisipasi sekaligus mendukung
penuh kegiatan kampung hijau, untuk
menunjang terciptanya pembangunan
lingkungan yang efektif maka, para tokoh
masyarakat RW 03 membuat strategi
program pembangunan, pada awalnya
hanya penanaman tanaman hias dan toga
serta pemilahan sampah kemudian
selanjutnya pembangunan batu terapi dan
saat ini kawasan ramah anak, strategi yang
secara nyata terlihat oleh partisipasi
masyarakat adalah strategi gotong royong,
kebersamaan
dan
kerukunan
yang
dilakukan secara swadaya, strategi
pembangunan Teknikal-Profesional yang
dibentuk oleh segenap RW 03 adalah agen
pembaharuan
seperti
tim
Kader
Lingkungan yang berjalan efektif untuk
melayani permasalahan masyarakat terkait
lingkungan, strategi perubahan kultural
berhasil dicapai dengan sebagian besar
masyarakat mempunyai pola hidup baru
yaitu senantiasa menjaga kebersihan,
peduli lingkungan dan mematuhi peraturan
yang ada.
Secara
keseluruhan
strategi
pemberdayaan
masyarakat
dalam
pembangunan lingkungan yang telah
diterapkan di RW 03 telah berjalan dengan
baik dibuktikan dengan meningkatnya
partisipasi masyarakat dalam kegiatan atau
program yang dilaksanakan, dan dengan
mematuhi peraturan yang telah dibuat
seperti dilarang merokok di rumah,
dilarang menaiki sepeda di dalam
lingkungan namun terdapat beberapa orang
yang masih melanggar aturan yang telah
dibuat tersebut. Namun pembangunan
yang dilaksanakan telah sesuai dengan visi
misi RW 03 Kelurahan Sukun, Kecamatan
Sukun, Kota Malang. Hal tersebut tidak
terlepas dari peran serta segenap tokoh
masyarakat seperti RT, RW, Karang
Taruna,
Kader
Lingkungan
dalam
membentuk kesadaran masyarakat serta
partisipasi masyarakat sehingga program
pembangunan lingkungan hijau tersebut
dapat tercapai dengan baik.
Saran
1. Untuk peneliti selanjutnya disarankan
untuk meneliti terkait masalah modal
sosial yang ada di Kampung Terapi,
2. Lakukan branding dan marketing
Kampung Terapi agar mampu dikenal
dan dapat menjadi percontohan untuk
kampung atau RW lain,
3. Pemberdayaan lingkungannya harus
bisa didorong ke arah ekonomi supaya
bisa meningkatkan income atau
pendapatan
masyarakat,
seperti
memaksimalkan
produksi
dan
pemasaran kompos, produksi beras dari
pertanian kota, dan menjadikan bahan
olahan industry kreatif.
Daftar Pustaka
Cholisin. 2011. Pemberdayaan
Masyarakat. Yogyakarta : UNY
Kartasasmita, Ginandjar. 1997.
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT: Konsep
Pembangunan Yang Berakar Pada
Masyarakat. Sarasehan DPD
GOLKAR Tk. I Jawa Timur
Surabaya, 14 Maret 1997.
Peraturan Daerah Kota Malang
Nomor 7 Tahun 2001 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Malang tahun 2001 – 2011
Peraturan Daerah Kota Malang Nomor
4 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Malang
Tahun 2010 – 2030
Silalahi, Daud. 2003. Pembangunan
Berkelanjutan Dalam Rangka
Pengelolaan (Termasuk
Perlindungan) Sumber Daya
Alam Yang Berbasis
Pembangunan Sosial Dan
Ekonomi. Seminar Pembangunan
Hukum Nasional VIII. Denpasar,
14-18 Juli 2003.
Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
Kampung Terapi Kelurahan Sukun RW
03 yang Berbasis Sustainable
Development.
Oleh : Wulan Suci Al Imanah, Moch Weldy Arif F,
Fahrur Rosyid, Hamida Condrowati J, Zein Ihya
Ulumuddin
Abstrak
Penelitian tentang analisis strategi
pemberdayaan masyarakat di kampung
terapi Kelurahan Sukun RW 03 Berbasis
Sustainable Development bertujuan untuk
mengetahui dan
menganalisis strategi
pemberdayaan
masyarakat
Kampung
Terapi Kelurahan Sukun RW 03 dalam
menumbuhkan kesadaran lingkungan.
Dalam penelitian ini menggunakan metode
penelitian
yang
menekankan
pada
penelitian kualitatif dengan mengumpukan
data-data yang berasal dari hasil
pengamatan di lapangan dan wawancara
secara mendalam. Metode kualitatif dipilih
karena mendeskripsikan secara mendalam
fenomena kampung terapi di daerah
Kelurahan Sukun. Selain itu, metode ini
juga dapat mengungkapkan strategi
pemberdayaan masyarakat yang digunakan
dengan berbasis sustainable development.
Sesuai dengan visi misi RW 03 Kelurahan
Sukun, Kecamatan Sukun yaitu “Guyub
Rukun Tanpa Pamrih (Gurih)” dan misi
“Kerja Bakti Tiada Henti dan Tak Kenal
Waktu” untuk menunjang visi misi tersebut
para tokoh masyarakat membuat strategi
dan melaksanakan berbagai inovasi atau
program kegiatan seperti pemilahan
sampah, penanaman tanaman hias dan
toga, kegiatan minggu bersih atau gotong
royong, dilarang merokok di dalam rumah,
pembuatan
cuci
tangan
umum,
pemasangan komposter dan biopori,
pembangunan kawasan lingkungan ramah
anak, membentuk kader lingkungan di
setiap RT, dan pembangunan batu terapi di
sepanjang jalan. Analisis kualitatif
menunjukkan
bahwa
pemberdayaan
masyarakat di Kampung Terapi RW 03,
Kelurahan Sukun, Kecamatan Sukun telah
dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat,
strategi-strategi
yang
menunjang
pembangunan lingkungan sudah efektif
untuk diterapkan, hal ini dibuktikan
dengan
bertambahnya
partisipasi
masyarakat untuk aktif mengikuti semua
program atau kegiatan yang dilaksanakan.
Kata Kunci : Strategi Pemberdayaan,
Kampung
Terapi,
Sustainable
Development, Analisis Kualitatif
Abstract
Research on the analysis of community
empowerment strategies in the therapy
villages of Sukun RW 03 Village-Based
Sustainable Development aims to identify
and analyze the strategy of community
empowerment the therapy villages of
Sukun RW 03 in growing environmental
awareness. In this study, using research
methods with emphasis on qualitative
research gather data derived from field
observation and in the field and in-depth
interviews. Qualitative methods chosen for
describing in depth the phenomenon of
villages in the area therapy villages of
Sukun. In addition, this method can also
reveal strategies used by community
empowerment-based
sustainable
development. In accordance with the
vision and mission of RW 03 of Sukun
Village, District of Sukun is "Pillars Guyub
Unconditional (Savory)" and the mission
of "Working of Consecrated and Unknown,
Continuous Time" to support the vision
and mission of the community leaders to
strategize and implement a range of
innovative activities or programs such as
waste sorting, planting ornamental plants
and toga, activity weeks or mutual help
clean, no smoking in the house, the
manufacture of general hand washing,
installation and biopori composter, the
construction area of child-friendly
environment, forming cadres in each RT
environment, and building stone the
therapy along the way. Qualitative analysis
indicates that community development in
Village Therapy RW 03, Village of Sukun,
District of Sukun has been implemented
well by the people, the strategies that
support the development of effective
environment has to be applied, this is
evidenced by the increasing participation
of the community to actively follow all the
programs or activities were carried out.
Keywords: Empowerment Strategies,
Therapy of
Village, Sustainable
Development, Qualitative Analysis
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota Malang merupakan kota
terbesar kedua di Jawa Timur setelah Kota
Surabaya, Kondisi demografis Kota
Malang berdasarkan Sensus Penduduk
Tahun 2013menyatakan bahwa, jumlah
penduduk Kota Malang sebanyak 836.373
jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak
418.100. jiwa dan perempuan sebanyak
418.273 jiwa. Jumlah penduduk Kota
Malang selalu meningkat setiap tahunnya
dikarenakan tingginya laju urbanisasi.
Akibat dari meningkatnya laju urbanisasi
memberikan dampak negative yang
menyebabkan semakin sempitnya lahan
pertanian ataupun area hijau karena
kebutuhan akan tempat tinggal yang
semakin meningkat, selain itu juga
meningkatnya
aktivitas
penduduk
menyebabkan bertambahnya pencemaran
udara.
Undang–Undang Dasar 1945 pasal
28 H ayat 1 menyatakan bahwa, setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan. Hakhak tersebut adalah hak yang harus
dipenuhi oleh pihak pemerintah, selaku
pihak yang memberikan pelayanan publik,
termasuk
penyediaan
pelayanan
lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Sesuai dengan UUD tersebut maka
pemerintah
sudah
seharusnya
berkewajiban memenuhi hak masyarakat
terkait lingkungan hidup, namun pada
kenyataannya pemerintah belum mampu
menyediakan lingkungan hidup seperti
yang diamanatkan dalam undang–undang
tersebut.
Pada tahun 1994 jumlah RTH masih
sekitar 7.160 ha dari luasan Kota Malang
sebesar 11.005,7 ha. Dua tahun berikutnya
jumlah ruang terbuka hijau terus berkurang
menjadi 6.957 ha dan menjadi 6.615 ha
pada 1998. Tahun 2000, jumlahnya 6.415
ha dan 2002 tinggal 6.367 ha7. RTH di
Kota Malang dari tahun ke tahun tercatat
terus menipis. Sedangkan menurut data
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), RTH
saat ini hanya tersisa 2,8 persen dari luas
Kota Malang atau hanya 110,6 kilometer
persegi. Sementara luasan terbangun sudah
hampir mencapai 60 persen dari total
luasan kota ini. (malangpost, 2014) Salah
satu daerah yang dianggap belum
memenuhi undang-undang tersebut adalah
Kota Malang, dimana fakta menunjukan
bahwa Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
Kota Malang belum mencapai angka 30%.
Fakta ini menunjukan bahwa Kota Malang
belum mampu merealisasikan Visi
Misinya.
Visi Kota Malang Tahun 2013-2018
sebagaimana yang tercantum dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) harus dicapai pada tahun
2018 adalah “Menjadikan Kota Malang
Sebagai
Bermartabat”.
Selain
itu
bermartabat dapat menjadi akronim dari
beberapa prioritas pembangunan yang
menunjuk pada kondisi-kondisi yang
hendak diwujudkan sepanjang periode
2013-2018 yakni: Bersih, Makmur, Adil,
Religius, Toleran, Terkemuka, Aman,
Berbudaya, Asri dan Terdidik. Bersih, Kota
Malang yang bersih adalah harapan
seluruh masyarakat, lingkungan kota yang
bebas dari tumpukan sampah dan limbah
adalah kondisi yang diharapkan dalam
pembangunan kedepan. Asri, Kota Malang
yang asri adalah dambaan masyarakat.
Terciptanya keasrian, kesegaran dan
kebersihan lingkungan kota adalah yang
diharapkan seluruh masyarakat. Namun,
keasrian Kota Malang semakin lama
semakin memudar sebagai akibat dari
pembangunan
kota
yang
tidak
memperhatikan
aspek
lingkungan.
Selanjutnya dalam rangka mewujudkan
visi tersebut, maka misi pembangunan di
Kota Malang adalah “Mengembangkan
Potensi
Daerah Yang
berwawasan
Lingkungan Yang Berkesinambungan,
Adil, dan Ekonomis”. Misi tersebut
menunjukkan bahwa perlunya strategi
pembangunan
daerah
yang
tetap
memperhatikan
aspek
lingkungan,
diharapkan kedepannya tidak terjadi
pelanggaran lingkungan seperti yang
terjadi saat ini, selain itu juga
meningkatkan luas lahan yang berfungsi
sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan
kawasan resapan air. Berdasarkan visi misi
tersebut seharusnya semua elemen
masyarakat
tanpa
terkecuali
dapat
berpartisipasi
dalam
meningkatkan
kepedulian
terhadap
kelestarian
lingkungan, kebersihan dan keasrian kota
guna mewujudkan Kota Malang sebagai
kota yang bersih, sehat dan berwawasan
lingkungan.
Akibat maraknya kegiatan yang
kurang memperhatikan lingkungan, maka
dibutuhkan
sebuah
konsep
sustainabledevelopment.
Pembangunan
yang selaras dan seimbang berarti
pembangunan yang memperhatikan aspek
lingkungan, untuk menjaga keseimbangan
lingkungan hidup sepertiyang diamanatkan
dalam
Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup.
Pengelolaan lingkungan hidup adalah
upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan
hidup
yang
meliputi
kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan,
pengawasan, dan pengendalian lingkungan
hidup.
Maka
dari
itu,
dalam
pengelolaannya diperlukan menerapkan
pembangunan
berkelanjutan
atau
berkesinambungan.
Sesuai
dengan
undang–undang tersebut yang dimaksud
dengan Pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup adalah
upaya sadar dan terencana, yang
memadukan lingkungan hidup, termasuk
sumber
daya,
ke
dalam
proses
pembangunan
untuk
menjamin
kemampuan, kesejahteraan, dan mutu
hidup generasi masa kini dan generasi
masa
depan.Emil
Salim
memberikanpengertian
Pembangunan
Berkesinambungan
atau
sustainable
development sebagai “suatu proses
perubahan yang di dalamnya eksploitasi
sumberdaya, arah investasi, orientasi
pengembangan teknologi, dan perubahan
kelembagaan semuanya dalam keadaan
yang selaras serta meningkatkan potensi
masa kini dan masa depan untuk
memenuhi
kebutuhan
dan
aspirasi
manusia” (Silalahi, 2003).
Pembangunan
Berkesinambungan
selain pendekatan pada lingkungan hidup,
tentunya tidak luput dari ketepatan dalam
menempatkan ruang dan wilayah yang
akan digunakan. Sesuai dengan Peraturan
Daerah Kota Malang nomor 7 tahun 2001
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Malang tahun 2001 – 2011, Bahwa untuk
mengarahkan pembangunan di Kota
Malang dengan memanfaatkan ruang
wilayah secara berdaya guna, berhasil
guna, serasi, selaras, seimbang dan
berkelanjutan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan pertahanan
keamanan, perlu disusun Rencana Tata
Ruang Wilayah.
Peraturan Daerah Kota Malang No. 4
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah dalam pasal 32, poin a dikatakan
bahwa, pengembangan prasarana imbuhan
alami (naturalrecharge) dengan cara
mempertahankan hutan kota atau ruangruang terbuka hijau eksisting serta
menambah kawasan hutan kota dan ruangruang terbuka hijau sampai mencapai
minimal 30%. Bahwasanya didalam
Peraturan daerah kota Malang juga
dikatakan bahwa, Rencana penyediaan
RTH Publik di Kota Malang seluas kurang
lebih 2.350 Ha, dan Rencana penyediaan
RTH Privat di Kota Malang seluas kurang
lebih 1.383 Ha.
Meskipun Kota Malang telah
memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) sebagai pedoman pembangunan,
namun dalam pelaksanaannya tidak sesuai
dengan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
Banyak
pelanggaranpelanggaran yang dilakukan dan terus
dibiarkan. pembangunan yang kurang
memperhatikan RTRW di Kota Malang
misalnya, pembangunan mall, selain itu
semakin meningkatnya perekonomian,
urbanisasi
dan
jumlah
penduduk
berimplikasi pada terjadinya alih fungsi
lahan pertanian produktif menjadi lahan
perkantoran, sentra bisnis, pabrik, dan
permukiman. Kondisi ini mengakibatkan
permasalahan ruang di suatu wilayah, baik
kota
maupun
kabupaten
semakin
bertambah, ditandai dengan menurunnya
kualitas
permukiman,
timbulnya
permasalahan
lingkungan
seperti
kemacetan, banjir, kawasan kumuh,
pencemaran
lingkungan,
kurangnya
resapan air, dan hilangnya ruang publik
serta ruang terbuka hijau untuk artikulasi
sosial dan kesehatan masyarakat.
Pembangunan
wilayah
dengan
memperhatikan aspek lingkungan menjadi
sangat penting di Kota Malang untuk
mengurangi pencemaran udara dan
mewujudkan lingkungan yang sehat bagi
masyarakatnya.
Hal
tersebut
telah
dilaksanakan
oleh
sebagian
besar
masyarakat yang tinggal di Kecamatan
Sukun, Kelurahan Sukun RW 03 Kampung
Terapi. Keinginan masyarakat RW 03 akan
lingkungan yang hijau dan sehat tanpa
pencemaran udara telah diharapkan sejak
dulu, dan itu diwujudkan oleh kesadaran
masyarakat. Bermula dari kegiatan yang
melibatkan masyarakat RW 03 mampu
memahami
kebutuhan
dalam
hal
lingkungan, dari permasalahan dan potensi
yang ada sebenarnya, dimana melalui
kegiatan seperti musyawarah kesiapan
masyarakat, rapat RT atau RW. Sehingga
disitu pemimpin masyarakat seperti RT dan
RW menghimbau dan mengarahkan agar
masyarakatnya diharapkan bisa hidup sehat
dan mandiri.
Kecamatan
Sukun,
Kelurahan
SukunRW 03 atau yang disebut dengan
Kampung Terapi, yang merupakan
kawasan perkampungan padat penduduk.
Pada tahun 2001 pertama kalinya dibentuk
BKM dan LPMK di Kelurahan Sukun,
sesuai dengan Peraturan Daerah Kota
Malang nomor 18 tahun 2001 tentang
pembentukan Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan (LPMK) di Kota
Malang yang dalam pertimbangannya
bahwa, dalam rangka pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah dan dalam
upaya
memberdayakan
Lembaga
Kemasyarakatan di Kelurahan untuk lebih
meningkatkan prakarsa dan swadaya
sebagai perwujudan partisipasi masyarakat
dalam
pembangunan,
maka
perlu
membentuk
Lembaga
Pemberdayaan
Masyarakat Kelurahan (LPMK) di seluruh
Kelurahan Kota Malang.
Latar
belakang
dari
pembangunan
kampung hijau, kampung terapi adalah
karena melihat kondisi kelurahan sukun
khususnya di RW 03 ini memiliki
lingkungan yang kumuh dan kotor dengan
permukiman padat penduduk sehingga
memaksa para pemangku kepentingan di
RW 03 untuk melaksanakan program dan
kegiatan sesuai dengan kebutuhan riil dan
permasalahan
di
lapangan
dengan
memperhatikan potensi yang ada. Bermula
dari kegiatan seperti rembug kesiapan
masyarakat, rapat RT atau RT dengan
mengadakan kegiatan yang melibatkan
masyarakat seperti gotong-royong dalam
membersihkan lingkungan dari sampah,
pengelolaan sampah sampai penghijauan
sehingga diharapkan dari kegiatan ini
supaya warga masyarakat RW 03
diharapkan dapat hidup sehat secara
mandiri. Kemudian untuk pemasangan
batu terapi di sepanjang jalan di RW 03
Kelurahan
Sukun
tersebut
karena
kebutuhan masyarakat akan kesehatan dan
kebugaran tubuh dengan biaya yang sangat
murah dan menghemat waktu, batu terapi
merupakan sebuah pengobatan alternatif
masyarakat RW 03 Kelurahan Sukun untuk
mengurai simpul-simpul syaraf yang
berada di kaki sehingga memperlancar
peredaran darah, sehingga tidak hanya
aspek kebersihan lingkungan namun juga
aspek kesehatan masyarakat yang sangat
diperhatikan. RW 03 juga menerapkan
program pemberdayaan masyarakat dan
juga pembangunan berkelanjutan untuk
mewujudkan masyarakat yang sehat dan
mandiri.
Terbentuknya LPMK yang kemudian
diwujudkan pada tahun 2009 dengan
dimulainya program penghijauan. Untuk
mengawali program penghijauan tersebut
para tokoh masyarakat di Kelurahan Sukun
RW 03 mengajak semua elemen
masyarakat untuk berpartisipasi secara
aktif dalam pembangunan berwawasan
lingkungan tersebut guna mewujudkan
program lingkungan yang berbasis
pemberdayaan masyarakat. Para tokoh
masyarakat salah satunya Ketua RW pada
saat
itu
menginginkan masyarakat
Kampung Terapi dapat hidup sehat secara
mandiri dan mewujudkan lingkungan yang
hijau secara swadaya oleh masyarakat.
Hasilnya pada tahun 2011 RW 03
Kampung Terapi Kelurahan Sukun dan
Kecamatan Sukun tersebut meraih juara
pada Lomba Green and Clean Kota
Malang yang diadakan oleh Dinas
Keamanan dan Pertamanan (DKP) Kota
Malang. Hal tersebut membuat masyarakat
RW 03 semakin antusias dalam melakukan
penghijauan dan membentuk pola hidup
baru bagi sebagian masyarakat yaitu pola
hidup bersih dengan kesadaran lingkungan
yang tinggi.
Pembangunan
berwawasan
lingkungan lingkungan untuk mencapai
kehidupan yang bersih dan sehat bagi
masyarakatnya ini semakin disempurnakan
dari waktu ke waktu. Pemandangan yang
sangat berbeda jika dibandingkan antara
RW 03 Kelurahan Sukun dengan pusat
Kota Malang, RW 03 yang bersih dari
sampah, udara yang sejuk dan hijau
merupakan pemandangan yang jarang
ditemui di kota-kota besar saat ini. Wujud
dari kepedulian masyarakat Kelurahan
SukunRW 03 adalah bentuk dari
pemberdayaan masyarakat yang berjalan
dengan baik. Memberdayakan masyarakat
adalah upaya untuk meningkatkan harkat
dan martabat lapisan masyarakat kita yang
dalam kondisi sekarang tidak mampu
untuk melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan
kata
lain
memberdayakan
adalah
memampukan
dan
memandirikan
masyarakat
(Kartasasmita,
1997).
Pemberdayaan masyarakat juga tidak
mungkin berjalan baik apabila kurangnya
kesadaran pada masyarakatnya sendiri dan
peran pemimpin masyarakat setempat
untuk bekerjasama dalam pemberdayaan
yang dilaksanakan. Maka dari itu, peneliti
ingin mengetahui strategi-strategi yang
dilakukan oleh pemimpin masyarakat
dalam
mewujudkan
program
pemberdayaan
masyarakat
untuk
menciptakan lingkungan hijau di Kampung
Terapi, Kelurahan SukunRW 03.
Berdasarkan latar belakang diatas,
maka
dilakukan
penelitian
mengenai“Analisis
Strategi
Pemberdayaan
Masyarakat
di
Kampung Terapi, Kelurahan SukunRW
03 Berbasis Sustainable Development”.
Melalui penelitian ini diharapkan dapat
menjadi dasar dan bahan evaluasi
pelaksanaan bagi pihak pemangku
kepentingan dan strategi yang diterapkan
dalam rangka meningkatkan kesadaran
masyarakat serta lebih mengefektifitaskan
program -program pemberdayaan yang
berbasis lingkungan hidup.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan menganalisis
strategi
pemberdayaan
masyarakat
Kampung Terapi, Kelurahan SukunRW 03
dalam
menumbuhkan
kesadaran
lingkungan.
Metode Penelitian
Menggunakan metode penelitian ini
menekankan pada penelitian kualitatif
dengan mengumpukan data-data yang
berasal dari hasil pengamatan di lapangan
dan wawancara secara mendalam. Metode
kualitatif dipilih karena mendeskripsikan
secara mendalam
fenomena kampung
terapi di daerah Kelurahan Sukun. Selain
itu, metode ini juga dapat mengungkapkan
strategi pemberdayaan masyarakat yang
digunakan dengan berbasis sustainable
development.
PEMBAHASAN
Analisis Data
Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Kampung Terapi, Kecamatan Sukun
Kelurahan Sukun RW 03 Kota Malang
dalam Menumbuhkan Kesadaran
Lingkungan.
1.
Menciptakan iklim
Menciptakan suasana atau iklim
yang
memungkinkan
potensi
masyarakat berkembang (enabling).
Disini
titik
tolaknya
adalah
pengenalan bahwa setiap manusia
memiliki potensi atau daya yang
dapat dikembangkan. Potensi dan
daya adalah salah satu strategi yang
harus dimiliki untuk membangun
masyarakat yang mandiri. Strategi
pemberdayaan masyarakat melalui
potensi dan daya sudah dimiliki RW
03 Kelurahan Sukun. RW 03
Kelurahan Sukun memiliki banyak
potensi yang dapat dikembangkan
seperti pemanfaatan sampah bekas,
kerajinan
tangan,
kesenian,
penghijauan, dan segala aktivitas
yang berpotensi untuk menjadikan
RW 03 Kelurahan Sukun sebagai
kawasan hijau dan ramah lingkungan.
Selain itu potensi yang dimiliki RW
03 juga mampu mengundang banyak
pengunjung dari luar maupun dalam
negeri
yang
ingin
mengenal
keindahan yang dimiliki kampung
tersebut. Potensi yang dimiliki
Kampung Terapi RW 03 tidak akan
mampu berkembang apabila tidak
diimbangi dengan daya kemampuan
yang ada, masyarakat RW 03 yang
memiliki daya dan kemampuan serta
kemauan
untuk
berpartisipasi
mengembangkan potensi yang ada
juga menjadi salah satu faktor
keberhasilan
pembangunan
lingkungan hijau di Kampung
TerapiRW 03 Kelurahan Sukun.
Memperkuat daya
Memperkuat potensi atau daya
yang
dimiliki
masyarakat
(empowering),
upaya
pokoknya
adalah peningkatan taraf pendidikan,
derajat kesehatan, dan akses ke dalam
sumber-sumber kemajuan ekonomi
seperti modal, lapangan kerja, dan
pasar. Untuk memperkuat daya yang
ada di Kampung TerapiRW 03, aktor
– aktor yang terlibat telah melakukan
banyak kegiatan peningkatan sumber
daya yang ada. Seperti adanya upaya
peningkatan SDM pada masyarakat
RW 03 dengan melakukan program
layak anak yang memberikan bekal
pengetahuan dan juga les Bahasa
inggris dan matematika untuk
menunjang pendidikan agar lebih
baik, selain itu pengadaan program
tersebut sebagai bekal masa depan
bagi generasi penerus agar mampu
memasuki lapangan kerja yang luas.
Tidak hanya memperkuat daya melaui
pendidikan namun juga memperkuat
daya
melalui
akses
terhadap
kemajuan pendapatan atau ekonomi,
dimana RW 03 memanfaatkan
komposter sebagai
salah satu
penunjang perekonomian di Kampung
Terapi.
Pemberdayaan
ini
juga
menyangkut pembangunan prasarana
dan sarana dasar fisik seperti jalan
setapak yang dipasang dengan batu
terapi agar pejalan kaki dapat berjalan
sekaligus terapi gratis, penerangan
yang ada di RW 03 juga sudah
dilakukan dengan baik apalagi dengan
adanya CSR dari PLN yang
membantu penerangan listrik, selain
jalan dan penerangan juga ada
pembangunan sarana dan prasarana
secara
sosial
seperti
fasilitas
pendidikan yang dapat dijangkau oleh
masyarakat pada lapisan paling
bawah terutama pada anak – anak
dengan adanya les gratis juga fasilitas
kesehatan seperti Posyandu yang
memiliki kegiatan rutin untuk lansia
dengan mengadakan senam lansia,
serta ketersediaan lembaga-lembaga
pendanaan, pelatihan, dan pemasaran
yang terkonsentrasi penduduk yang
keberdayaanya
sangat
kurang.
Kampong Terapi RW 03 memiliki
banyak lembaga pendanaan yang
menjadi salah satu modal untuk
2.
membantu
pembangunan
segala
sarana dan prasarana maupun
kegiatan – kegiatan yang dilakukan,
lebaga pendanaan yang dimiliki RW
03 seperti adanya CSR dari PLN,
Bank Danamon, Decofresh, dan saat
ini dengan bantuan dari MCW.
Melindungi
Pemberdayaan
masyarakat
bukan membuat masyarakat menjadi
semakin tergantung pada berbagai
program pemberia (charity) karena
pada dasarnya setiap apa yang
dinikmati harus dihasilkan atas usaha
sendiri
(yang
hasilnya
dapat
dipertikarkan dengan pihak lain).
Sehingga tujuan akhirnya adalah
memandirikan
masyarakat,
memampukan,
dan
membangun
kemampuan untuk memajukan diri ke
arah kehidupan yang lebih baik secara
berkesinambungan (Cholisin, 2011).
Kampung Terapi RW 03 merupakan
kampung mandiri bahkan sebelum
adanya lembaga – lembaga yang
membantu pendanaan melalui CSR.
Untuk melindungi segala potensi dan
daya yang dimiliki RW 03 sudah
dilakukan dengan penerapan segala
aturan dan kegiatan – kegiatan.
Aturan dilarang merokok didalam
rumah,
aturan
untuk
tidak
mengendarai motor saat memasuki
kawasan RW 03, dan sturan melarang
pemulung
masuk,
semuanya
merupakan aturan yang tujuannya
untuk melindungi potensi yang
dimiliki Kampung Terapi, dengan
aturan yang dijalankan tidak dalam
bentuk normative namun aturan
tersebut mampu menjadi bekal
kemandirian dan pembelajaran sopan
dan santun, serta pembelajaran akan
kesadaran lingkungan.
Program Pembangunan
Pemberdayaan
masyarakat
berbasis
lingkungan
hidup
di
Kecamatan Sukun ini dimulai sejak
tahun 2008 yang berawal dari seorang
ketua RT yang bernama Dzainul
Arifin yang sekarang menjadi ketua
RW 03. Beliau merangkul segenap
elemen
masyarakat,
untuk
membangun lingkungan yang hijau
dengan menerapkan berbagai strategi.
Pada tahun 2011 ketika kampung
tersebut akan mengikuti lomba green
and clean di Kota Malang maka
dibentuklah beberapa tim khusus
untuk menangani lingkungan yaitu
Kader Lingkungan Hidup RW 03
yang anggotanya diambil dari setiap
RT berjumlah 3 orang yang dipilih
secara swadaya oleh masyarakat yang
dianggap mampu dan mau. Tim
Kader Lingkungan ini bertugas
sebagai fasilitator dari masyarakat
terkait permasalahan lingkungan,
sebagai wakil dari aspirasi dan
kebutuhan masyarakat yang akan
disampaikan pada saat rapat setiap
bulannya, mengadakan sosialisasi
tentang cara pemilahan sampah
kering dan basah, cara penggunaan
komposter dengan baik. Selanjutnya
kader lingkungan yang membentuk
kesadaran sosial masyarakat akan
lingkungan, hingga akhirnya pada
tahun 2012 Kampung Terapi ini
dinyatakan sebagai pemenang dalam
kompetisi Green and Clean di Kota
Malang dan sebagai kampung
percontohan
nasional.
Setelah
dinyatakan
sebagai
pemenang
Pemerintah Kota Malang yaitu DKP
mulai masuk memberikan bantuan
berupa komposter sebanyak 48 tong
komposter, yang dahulu hanya
mempunyai 12 komposter. Kemudian
terdapat juga CSR antara lain dari
PLN, Bank Danamon, Decofresh dan
sekarang dengan MCW, kebetulan
ketua RW juga ikut MCW. Dahulu
juga sempat dijadikan tempat
kunjungan oleh bapak menteri
lingkungan hidup karena tertarik
dengan
program-program
yang
dilaksanakan di RW 03 ini terkait dari
sisi
lingkungan
dan
kemasyarakatannya.
Warga RW
03 senantiasa
diajarkan untuk selalu menjaga
lingkungan di sekitarnya agar bersih,
indah dan sehat, seperti menanam
bunga di setiap jengkal tanah di
sekitar rumah, dan membersihkan
saluran-saluran air, membersihkan
selokan dan memilah sampah kering
dan sampah basah. Pemilahan sampah
dilakukan oleh warga setiap hari yaitu
sampah
kering
dikumpulkan
tersendiri
dan
sampah
basah
dimasukkan ke dalam komposter.
Setiap bulan sampah kering warga
akan diambil oleh kader lingkungan
RW 03 untuk dipilah lagi menjadi
sampah daur ulang sebagai bahan
kerjainan dan sisanya akan dijual
(rombeng atau mayeng) dan uang
hasil penjualan sampah dikelola oleh
kader lingkungan hidup untuk
pembelian bunga, pupuk, pot, dan
lain-lain.
Sekarang di RW 03 sering ada
kunjungan dari berbagai instansi
pemerintahan baik dari dalam kota
maupun luar kota, hampir seminggu
sekali ada tamu yang berkunjung ke
RW 03 Kelurahan Sukun baik secara
perorangan maupun secara kelompok,
tentunya dalam mewujudkan konsep
lingkungan berbasis masyarakat ini
tidak mudah membutuhkan waktu
yang cukup lama dalam membentuk
pola pikir masyarakat dan kesadaran
masyarakat akan lingkungan. Oleh
karena itu seluruh jajaran pemimpin
masyarakat mempunyai strategistrategi yang dilakukan dalam
pengembangan dan pembangunan
lingkungan secara berkelanjutan.
3.
4.
Partisipasi, keterlibatan secara aktif
dan kerjasama oleh seluruh elemen
masyarakat dalam pembangunan
sangat dibutuhkan guna tercapainya
program ini.
Strategi Gotong Royong
Pemberdayaan
masyarakat
berbasis
lingkungan
hidup
di
Kecamatan Sukun ini dimulai sejak
tahun 2008 yang berawal dari seorang
ketua RT yang bernama Dzainul
Arifin yang sekarang menjadi ketua
RW 03. Beliau merangkul segenap
elemen
masyarakat,
untuk
membangun lingkungan yang hijau
dengan menerapkan berbagai strategi.
Salah satu strategi yang paling terlihat
adalah gotong royong kerja bakti,
kerjasama dan kebersamaan dalam
menanam tanaman hias dan memilah
sampah sebagainya. Semula gagasan
ini banyak menimbulkan pertentangan
di masyarakat, namun karena dalam
pengelolaannya melibatkan seluruh
elemen masyarakat program ini dapat
diterima oleh masyarakat namun
belum secara menyeluruh.
Dalam strategi gotong royong,
melihat masyarakat sebagai sistem
sosial. Artinya masyarakat terdiri atas
bagian-bagian yang saling kerjasama
untuk mewujudkan tujuan bersama.
Gotong-royong
dipercaya
dapat
menunjukkan
bahwa
adanya
perubahan-perubahan
masyarakat
yang diwujudkan melalui partisipasi
luas segenap komponen dalam
masyarakat. Prosedur dalam gotongroyong bersifat demokratis, dilakukan
atas
kekuatan
sendiri
dan
kesukarelaan.
Strategi Pembangunan TeknikalProfesional
Dalam memecahkan berbagai
masalah
kelompok
masyarakat
dengan cara mengembangkan norma,
peranan, prosedur baru untuk
menghadapi situasi baru yang selalu
berubah. Dalam strategi ini peranan
agen – agen pembaharuan sangat
penting. Peran yang dilakukan agen
pembaharuan
terutama
dalam
menentukan program pembangunan,
menyediakan
pelayanan
yang
diperlukan, dan menentukan tindakan
yang diperlukan dalam merealisasikan
program pembangunan tersebut. Agen
pembaharuan merupakan kelompok
kerja yang terdiri atas beberapa warga
masyarakat
yang
terpilih
dan
dipercaya untuk menemukan cara –
cara yang lebih kreatif sehingga
hambatan
–hambatan
dalam
pelaksanaan program pembangunan
dapat diminimalisir.
Agen pembaharuan ini telah
dimiliki RW 03 Kelurahan Sukun
seperti
adanya
Tim
Kader
Lingkungan yang pada setiap RT
terdapat 3 perwakilan dengan tujuan
untuk menyelesaikan, mengatasi
permasalahan yang dihadapi di
lingkungan
masyarakat.
Kader
lingkungan yang dipilih secara
swadaya oleh masyarakat setempat
mampu
mewujudkan
strategi
pengembangan
lingkungan
dan
mampu
membantu
dalam
pemberdayaan masyarakat khususnya
pada RT 02 Kelurahan Sukun.
Dengan adanya sinergitas antara aktor
– aktor pemberdayaan masyarakat di
Kelurahan Sukun RW 03 tersebut
telah menunjukkan peranan masing –
masing aktor dalam mencapai tujuan.
Kader lingkungan salah satu aktor
yang lebih dekat dengan masyarakat
sehingga
proses
pemberdayaan
mampu berjalan lebih efektif. Sebagai
upaya mewujudkan masyarakat yang
mandiri
dalam
pemberdayaan
berbasis lingkungan, peran agen
pembaharuan
seperti
kader
5.
lingkungan di setiap RT sangat
penting.
Strategi Konflik
Dalam strategi ini menekankan
pada menciptakan kerukunan antar
masyarakat, dengan karakter individu
yang berbeda-beda, menganjurkan
perlunya
mengorganisir
seluruh
elemen
masyarakat
untuk
menyalurkan aspirasi mereka secara
demokratis. Perubahan pada struktur
organisasi dan peraturan harus
berdasarkan
dengan
keputusan
bersama
dengan
masyarakat.
Tantangan
mewujudkan
pembangunan
lingkungan
berkelanjutan berbasis masyarakat
adalah memerlukan pemberdayaan
masyarakat yang sungguh-sungguh
dilakukan oleh masyarakat sebagai
subjek
pembangunan
secara
partisipatif.
Mampu menyatukan berbagai
macam perbedaan karakteristik di
masyarakat merupakan strategi yang
dilakukan
dalam
pemberdayaan
masyarakat di RW 03 Kelurahan
Sukun guna menciptakan suasana
yang rukun dan mau membaur,
bekerjasama dalam mewujudkan
lingkungan yang sehat ditunjang
dengan sisi kemasyarakatan yang baik
adalah kelebihan dari RW 03, Seperti
yang dilakukan di Kampung Terapi
yang mempunyai masyarakat yang
dengan beragam latar belakang
pendidikan, ekonomi dan status
sosial, sehari-harinya warga RW 03
senantiasa hidup rukun dan saling
menghormati segala perbedaan yang
ada sehingga konflik horizontal
sangat minim terjadi, sifat warga yang
sangat menonjol adalah sifat gotong
royongnya sangat tinggi, hal tesebut
dapat dibuktikan ketika ada suatu
kegiatan seperti kerja bakti maka
6.
warga
secara
serentak
akan
berpartisipasi.
Strategi Perubahan Kultural
Menekankan pada perubahan
tingkat subyektif individu, mulai dari
perubahan nilai-nilai pribadi menuju
gaya hidup baru yang manusiawi.
Yaitu gaya hidup cinta kasih terhadap
sesama dan partisipasi
penuh
komunitas
orang
lain.
Dalam
pelaksanaan program pemberdayaan
masyarakat berbasis lingkungan di
RW 03 Kampung Terapi Kelurahan
Sukun, tentunya terdapat banyak
kendala-kendala di masyarakat namun
kendala-kendala tersebut dapat diatasi
dengan
strategi-strategi
yang
dilaksanakan oleh segenap RT, RW
dan Kader Lingkungan. Salah satu
strategi yang diterapkan dalam RW 03
ini adalah strategi perubahan kultural.
Hasil dari strategi ini dapat dilihat
dengan tumbuhnya kesadaran sosial
di masyarakat akan lingkungan serta
tertib
dalam
menjalankan
regulasi/peraturan yang disetujui
bersama tersebut.
Pada RW 03 Kampung Terapi
Kelurahan Sukun juga diterapkan
strategi perubahan kultural untuk
menunjang
pengembangan
dan
pengelolaan lingkungan. Strategi
yang diterapkan ini bertujuan untuk
meningkatkan
peran
serta
keterlibatan, partisipasi penuh dalam
segala program dan kegiatan yang
diadakan dan dilaksanakan dalam
pemberdayaan masyarakat berbasis
lingkungan tersebut. Hasil dari
strategi ini dapat dilihat dengan
tumbuhnya kesadaran sosial di
masyarakat akan lingkungan serta
tertib
dalam
menjalankan
regulasi/peraturan yang disetujui
bersama tersebut.
Pola pemberdayaan masyarakat
berbasis lingkungan Kampung
TerapiRW 03 Kelurahan Sukun
Pola pemberdayaan masyarakat
diperlukan untuk menggambarkan
strategi pemberdayaan masyarakat
sehingga dapat dijadikan percontohan
bagi kampung atau RW lain.
Penjelasan dari analisis data yang
diuraikan diatas dapat digambarkan
sdengan ebuah pola pemberdayaan
masyarakat berbasis lingkungan yang
dilakukan oleh masyarakat Kampung
Terapi RW 03 Kelurahan Sukun
sebagai berikut :
Gambar 5: Pola Pemberdayaan
Masyarakat
Berbasis
Lingkungan
Kampung Terapi RW 03 Kelurahan
Sukun
Sumber: Olahan Penulis, 2014
Proses
pemberdayaan
adalah
transformasi sebuah gagasan sehingga
dilakukan secara luas oleh masyarakat.
Pola pemberdayaan masyarakat di
Kampung
Terapi
terjadi
proses
transformasi gagasan dari tokoh yang
menginisiasi yaitu ketua RT/RW . Para
tokoh masyarakat yang memiliki gagasan
melakukan intervensi kepada masyarakat.
Terdapat hal unik dari proses intervensi
yang dilakukan oleh tokoh masyarakat.
Cara yang dilakukan oleh tokoh
masyarakat adalah memberi contoh
sehingga membuat sungkan. Dampak yang
jelas terjadi adalah tumbuhnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya lingkungan.
Tumbuhnya kesadaran ini menjadi
terlembaga dengan baik karena tokoh
masyarakat menjadi fasilitator yang baik.
Masyarakat yang sudah memiliki
kesadaran lingkungan diorganisir untuk
melaksanakan
program-program
lingkungan yang sebagaimana ditulis pada
diagram di atas. Program lingkungan yang
dilaksanakan berbasis pada pembangunan
berkelanjutan. Tidak hanya memperhatikan
kelestarian lingkungan namun juga
memperhatikan
masalah
sosial,
kebudayaan
dan
ekonomi.Strategi
berikutnya yang dilakukan adalah, proses
pembentukan struktural aktor masyarakat
untuk melaksanakan program. Karena
program lingkungan yang dilakukan
semakin
banyak
dan
memiliki
kompleksitas tinggi maka dari itu dibentuk
kader lingkungan. Tugas yang diemban
oleh kader lingkungan selain mengatur
program lingkungan adalah menyelesaikan
konflik atau permasalahan yang terjadi.
Peran aktor eksternal dari masyarakat
juga mempengaruhi proses pemberdayaan
dan pembangunan lingkungan di Kampung
Terapi RW 03. Peran perusahaan yang
memberikan CSR memberikan stimulis
pemberdayaan. Begitu pula lembagalembaga yang memberikan pembangunan
kapasitas kepada masyarakat. Sehingga
terdapat inovasi-inovasi yang dilakukan
oleh masyarakat. Hal yang lebih
berpengaruh dari faktor eksternal adalah
modal sosial yang dimiliki oleh
masyarakat. Walau pun disadari ini adalah
faktor internal yang dimiliki masyarakat.
Output yang ingin dicapai dari
pemberdayaan ini adalah terjadinya
transformasi kesadaran masyarakat untuk
mengelola lingkungan hidup, baik biotik
maupun abiotik yang lebih baik. hal ini
sudah tercapai dengan baik karena
masyarakat
sudah
berdaya
dalam
mengembangkan lingkungan. Walaupun
perlu beberapa hal yang perlu diperbaiki
utamanya pemberdayaan lingkungan yang
memiliki dampak income ekonomi. Karena
dalam pembangunan berkelanjutan hal
yang perlu diperhatikan pula adalah
pertumbuhan ekonomi masyarakat.
BAB V. PENUTUP
Kesimpulan
Strategi pemberdayaan masyarakat
dalam konsep pembangunan lingkungan di
RW 03 Kampung Terapi, Kelurahan
Sukun, Kecamatan Sukun, Kota Malang
antara
lain
menciptakan
iklim,
memperkuat daya dan melindungi, para
tokoh masyarakat dalam hal ini RW , RT
tidak henti-hentinya mengajak masyarakat
untuk mau membangun lingkungan yang
sehat dan hijau, meskipun pada awalnya
sulit dan masyarakat banyak yang acuh
seiring berjalannya waktu masyarakat
dapat berpartisipasi sekaligus mendukung
penuh kegiatan kampung hijau, untuk
menunjang terciptanya pembangunan
lingkungan yang efektif maka, para tokoh
masyarakat RW 03 membuat strategi
program pembangunan, pada awalnya
hanya penanaman tanaman hias dan toga
serta pemilahan sampah kemudian
selanjutnya pembangunan batu terapi dan
saat ini kawasan ramah anak, strategi yang
secara nyata terlihat oleh partisipasi
masyarakat adalah strategi gotong royong,
kebersamaan
dan
kerukunan
yang
dilakukan secara swadaya, strategi
pembangunan Teknikal-Profesional yang
dibentuk oleh segenap RW 03 adalah agen
pembaharuan
seperti
tim
Kader
Lingkungan yang berjalan efektif untuk
melayani permasalahan masyarakat terkait
lingkungan, strategi perubahan kultural
berhasil dicapai dengan sebagian besar
masyarakat mempunyai pola hidup baru
yaitu senantiasa menjaga kebersihan,
peduli lingkungan dan mematuhi peraturan
yang ada.
Secara
keseluruhan
strategi
pemberdayaan
masyarakat
dalam
pembangunan lingkungan yang telah
diterapkan di RW 03 telah berjalan dengan
baik dibuktikan dengan meningkatnya
partisipasi masyarakat dalam kegiatan atau
program yang dilaksanakan, dan dengan
mematuhi peraturan yang telah dibuat
seperti dilarang merokok di rumah,
dilarang menaiki sepeda di dalam
lingkungan namun terdapat beberapa orang
yang masih melanggar aturan yang telah
dibuat tersebut. Namun pembangunan
yang dilaksanakan telah sesuai dengan visi
misi RW 03 Kelurahan Sukun, Kecamatan
Sukun, Kota Malang. Hal tersebut tidak
terlepas dari peran serta segenap tokoh
masyarakat seperti RT, RW, Karang
Taruna,
Kader
Lingkungan
dalam
membentuk kesadaran masyarakat serta
partisipasi masyarakat sehingga program
pembangunan lingkungan hijau tersebut
dapat tercapai dengan baik.
Saran
1. Untuk peneliti selanjutnya disarankan
untuk meneliti terkait masalah modal
sosial yang ada di Kampung Terapi,
2. Lakukan branding dan marketing
Kampung Terapi agar mampu dikenal
dan dapat menjadi percontohan untuk
kampung atau RW lain,
3. Pemberdayaan lingkungannya harus
bisa didorong ke arah ekonomi supaya
bisa meningkatkan income atau
pendapatan
masyarakat,
seperti
memaksimalkan
produksi
dan
pemasaran kompos, produksi beras dari
pertanian kota, dan menjadikan bahan
olahan industry kreatif.
Daftar Pustaka
Cholisin. 2011. Pemberdayaan
Masyarakat. Yogyakarta : UNY
Kartasasmita, Ginandjar. 1997.
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT: Konsep
Pembangunan Yang Berakar Pada
Masyarakat. Sarasehan DPD
GOLKAR Tk. I Jawa Timur
Surabaya, 14 Maret 1997.
Peraturan Daerah Kota Malang
Nomor 7 Tahun 2001 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Malang tahun 2001 – 2011
Peraturan Daerah Kota Malang Nomor
4 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Malang
Tahun 2010 – 2030
Silalahi, Daud. 2003. Pembangunan
Berkelanjutan Dalam Rangka
Pengelolaan (Termasuk
Perlindungan) Sumber Daya
Alam Yang Berbasis
Pembangunan Sosial Dan
Ekonomi. Seminar Pembangunan
Hukum Nasional VIII. Denpasar,
14-18 Juli 2003.
Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945