Geografi Regional Indonesia Provinsi Nus
GEOGRAFI REGIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Geografi Regional”
Dosen Pengampu: Andri Noor Ardiansyah, M.Si
Disusun Oleh :
Dwi Puspa Meilani
(11140150000023)
Muhammad Rifki S
(11140150000047)
Niken Kesuma Wardani
(11140150000032)
JURUSAN PENDIDIKAN IPS
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyusun dan menyelesaikan tugas pembuatan makalah dari mata kuliah Geografi Regional
Indonesia dengan judul “Geografi Regional Provinsi Nusa Tenggara Timur”
Kami banyak mengucapkan terima kasih kepada Bapak Andri Noor Ardiansyah M.Si. selaku
pembimbing kami, yang telah memberikan arahan serta bimbingan dalam pembuatan
makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Makalah ini jauh dari kata sempurna, karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan dalam pembuatan makalah berikutnya.
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 16 November 2015
Pemakalah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................ii
2
BAB 1 PEMBAHASAN
A. Sejarah Nusa Tenggara Timur .......................................................................................1
B. Arti lambang Nusa Tenggara Timur ..............................................................................2
C. Lokasi dan Luas Wilayah .............................................................................................3
D. Kondisi Fisik .......................................................................................................8
E. Kondisi Manusia .................................................................................................31
BAB II
PENUTUP
A. Analisis Potensi Sumber Daya Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur .............................68
B. Kesimpulan dan Saran ........................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................71
3
A. SEJARAH NUSA TENGGARA TIMUR
Nusa Tenggara Timur sebelum 20 - 12 -1958
Nama Daerah Nusa Tenggara semula adalah nama pulau-pulau Sunda Kecil ( Kleine
Sunda Eilanden) yang meliputi pulau Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba, Timor dan
pulau-pulau lainnya termasuk Rote, Sawu dan Alor. Pada tahun 1954 dengan UU Darurat
No. 9 Tahun 1954 nama Sunda Kecil diganti dengan nama Nusa Tenggara. Nama ini
diberikan oleh Menteri P dan K RI Prof. Mr. Moh Yamin (alm). Nama ini untuk pertama
kali dicetuskan di Kupang Tahun 1953.
Nusa Tenggara Timur pada masa Pemerintahan Hindia Belanda 1904 - 1945
Untuk melaksanakan Pemerintahan di Nusa Tenggara Timur Belanda berpegang pada Self
Bestuur Regelen tahun 1903, 1919, 1927, dan 1938 yang tercantum dalam Indische
Staatsblad 1916 No. 372 menetapkan terbentuknya wilayah pemerintahan "Keresidenan
Timor dan teluknya" (Residentie Timor en onder Hoorig heden) dengan pusatnya di
Kupang. Residentie Tomor terdiri dari 3 Afdeling (Timur ibukota Kupang, Flores ibukota
Ende, Sumba ibukota Bima) dan 15 Order Afdeling
Nusa Tenggara Timur dan Negara Indonesia Timur
Tanggal 17 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan,
semua wilayah jajahan Hindia Belanda dinyatakan bebas, namun pada saat itu bangsa
Hindia Belanda terus berupaya untuk menguasai NTT. Berbagai perjuangan terus
dilakukan oleh para pejuang kita untuk mempertahankan NTT dan mereka melibatkan diri
melalui organisasi Partai Perserikatan Kebangsaan Timor, yang kemudian merubah
namanya menjadi Partai Demokrasi Indonesia di Timor. Para tokoh-tokoh dalam partai
PDI Timor terus berjuang ditingkat Nasional di NTT pada awal kemerdekaan sampai
berdirinya Pemerintah Negara Indonesia Timor, Pemerintah Otonom NTT.
Pada tahun 1946 terlaksananya Konferensi Malino, dimana para pejuang dari NTT
menghadiri Konferensi tersebut dengan membawa tekad yang bulat yaitu "menuntut hak
untuk menentukan nasib sendiri sekarang juga". Para pejuang kita mengikuti kegiatan
dimaksud adalah A.H Koroh, I.H Doko dan Th Oematan. Konferensi yang kedua
dilaksanakan di Denpasar pada tanggal 20 Desember 1946 yang dihadiri oleh : I.H Doko,
pastor Gabriel Manek dan Drs. A.Roti Dengan berpegang pada persetujuan Linggar Jati
dan disetujui oleh Presiden RI dan Pemerintah RI, maka utusan-utusan dari Timor ikut
membentuk Negara Indonesia Timor sebagai sarana untuk meletakan dasar pemerintahan
yang berkedaulatan yang meliputi seluruh Indonesia kelak. Ketiga utusan tersebut juga
dilantik menjadi Anggota Parlemen asal NTT yaitu I H Doko, G. Manek, Y.S Amalo dan
B. Sahetapy - Angel, Tuga Sutama dari Anggota Parlemen adalah menyadarkan
masyarakat tentang pentingnya kebebasan. Pada tahun 1949 atas nama menteri dalam
Negeri NIT, I,H. Doko datang ke Kupang dan melantik daerah Timor dan badan
pemerintahan yang terdiri Dewan Raja-Raja dan DPR dengan anggotanya sebanyak 30
orang.
4
Lahirnya Propinsi Nusa Tenggara Timur
Dalam kekuasaan hukum HIT dengan Undang-Undang No. 44 tahun 1950, ketiga
pulau besar yaitu Flores, Sumba, dan Timor dan pulau-pulaunya masing-masing
merupakan daerah otonom. Pada Tahun 1950 berdasarkan peraturan pemerintah No.
21 tahun 1950 maka daerah-daerah Flores, Sumba, Timor, Sumbawa, Lombok dan
Bali merupakan satu Propinsi Administratif dengan nama propinsi Sunda kecil. Nama
Sunda kecil kemudian diganti dengan nama Nusa Tenggara. Pada tahun 1957 setelah
berlakunya UU No. 1 tahun 1957 tentang pokok-pokok Pemerintahan Daerah dan
dengan UU No. 64 tahun 1958 Propinsi Nusa Tenggara dibagi menjadi tiga daerah
Swantantra Tingkat 1, yaiutu masing-masing Swantantra Tingkat 1 Bali, Nusa
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Daerah tingkat 1 Nusa Tenggara Timur
meliputi bekas daerah pulau Flores, Sumba dan Timor dan Kepulauannya. Hasil
terakhir diketahui bahwa Nusa Tenggara Timur hingga saat ini memiliki 566 buah
pulau yang tersebar diantara 3 (tiga) buah pulau besar yaitu Flores, Sumba dan Timor
yang biasa disapa "Flobamor" Demikian sejarahnya singkat terbentuknya Propinsi
Nusa TenggaraTimur.
B. ARTI LAMBANG NUSA TENGGARA TIMUR
Lambang Propinsi Nusa Tenggara Timur dapat mempunyai arti sebagai berikut
1. Bintang dilambangkan sebagai ke Tuhanan yang Maha Esa.
2. Komodo dilambangkan sebagai kekayaan Alam khas Nusa Tenggara Timur.
3. Padi dan kapas dilambangkan sebagai kemakmuran yang dimiliki oleh Propinsi Nusa
Tenggara Timur
4. Tombak dilambangkan sebagai Keagungan dan Kejayaan.
5. Pohon beringin dilambangkan sebagai Persatuan dan Kesatuan.
A.
5
C. LOKASI DAN LUAS WILAYAH
1. Lokasi
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di selatan katulistiwa pada posisi 80° –
12° Lintang Selatan dan 118° – 125° Bujur Timur
Batas Wilayah :
Sebelah Utara
: Berbatasan dengan Laut Flores
Sebelah Selatan
: Berbatasan dengan Samudera Hindia
Sebelah Barat
: Berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara
Barat
Sebelah Timur
: Berbatasan dengan negara Timor Leste,
Provinsi Maluku dan Laut Banda
Berdasarkan letak geografisnya, Kepulauan NTT berada diantara Benua Asia dan Benua
Australia, serta diantara Samudera Indonesia dan Laut Flores. Provinsi NTT merupakan
wilayah kepulauan yang terdiri dari 1.192 pulau, 432 pulau diantaranya sudah
mempunyai nama dan sisanya sampai saat ini belum mempunyai nama. 42 pulau dihuni
dan 1.150 pulau tidak dihuni.
Diantara 432 pulau yang sudah bernama terdapat 4 pulau besar, yaitu :
Flores
Sumba
Timor, dan
Alor
Dan pulau-pulau kecil antara lain:
Adonara
Pamana Besar
Rusah
Pulau Batang
Doo
Rajina
Pulau Loren
Sebayur kecil
Babi
Panga Batang
Samhila
Kisu
Landu
Lomblen
Parmahan
Solor
Lapang
Manuk
Pura
Rusa
Trweng
Pulau dana
Pamana
Manifon
Rote
Komodo
Sebayur besar
Sarvu
Rinca
Serayu besar
Semau
Sebabi
Untelue
2. Luas Wilayah (luas darat dan laut, jumlah pulau) :
Luas wilayah daratan Provinsi Nusa Tenggara Timur ± 47.349,90 km2 atau 2,49% luas
Indonesia dan luas wilayah perairan ± 200.000 km2 diluar perairan Zona Ekonomi Eksklusif
6
Indonesia (ZEEI).
Luas wilayah berdasarkan Kabupaten/Kota
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
1
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Kabupaten/Kota
Sumba Barat
Sumba Timur
Kupang
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
Belu
Alor
Lembata
Flores Timur
Sikka
Luas Daerah
737,42
7.000,50
5.898,26
3.947,00
2.669,66
2.445,57
2.864,60
1.266,38
1.812,85
1.731,92
Presentase
1,56
14,78
12,46
8,34
5,64
5,16
6,05
2,67
3,83
3,66
Ende
2.046,62
4,32
Ngada
Manggarai
Rote Ndao
Manggarai Barat
Sumba Barat Daya
Sumba Tengah
Nagekeo
Manggarai Timur
Kota Kupang
Jumlah
1.620,92
4.188,90
1.280,00
2.947,50
1.445,32
1.869,18
1.416,96
2.502,24
160,34
47.349,90
3,42
8,85
2,70
6,22
3,05
3,95
2,99
5,28
0,34
100,00
Sumber : Buku NUSA TENGGARA TIMUR DALAM ANGKA 2009
Sumber : Brosur No. 30 Tahun 1979 – Dit. Agraria Prop. Dati I NTT
7
Luas wilayah berdasarkan pulau
8
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Pulau
Sumba
Sabu
Rote
Semau
Timor
Alor
Pantar
Lomblen
Adonara
Solor
Flores
Rinca
Komodo
Lain-lainnya
Jumlah
Luas Daerah
Presentase
11.040,00
421,70
1.214,30
261,00
14.394,90
2.073,40
711,80
1.266,00
518,80
226,20
14.231,00
212,50
332,40
445,90
47.349,90
23,30
0,90
2,60
0,60
30,40
3,40
1,50
2,70
1,10
0,50
30,00
0,40
0,70
0,90
100,00
Sumber : Brosur No. 30 Tahun 1979, Dit. Agraria Provinsi Dati I NTT
Buku : NUSA TENGGARA TIMUR DALAM ANGKA 2009
3. Peta Administrasi wilayah
Gambar 1.1 peta Provinsi Nusa Tenggara Timur
9
Gambar 1.2 Nusa Tenggara Timur dilihat melalui Google Maps
10
4. Pembagian Kabupaten/Kota di dalam Provinsi
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
Kabupaten/kota
Kupang
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
Belu
Alor
Flores Timur
Sikka
Ende
Ngada
Manggarai
Kecamatan
30
32
9
24
17
18
21
20
9
9
Kelurahan
22
12
34
12
17
17
13
23
16
17
Desa
218
228
140
196
158
209
147
191
78
132
0
11
1
Sumba Timur
Sumba Barat
22
6
16
8
140
45
2
1
Lembata
9
7
137
3
1
Rote Ndao
8
7
73
4
1
Manggarai Barat
7
5
116
5
1
Nagekeo
7
16
84
6
1
Sumba Tengah
4
-
43
7
1
Sumba Barat
8
2
94
8
1
Manggarai Timur
6
10
104
9
2
Kota Kupang
4
49
-
270
303
2533
0
Jumlah
11
5. Posisi Strategis Wilayah
Provinsi Kepulauan yang wilayahnya disatukan Laut Sawu dan Selat Sumba.
Wilayah terdepan di Selatan Indonesia yang berbatasan darat dengan Timor Leste
dan berbatasan Laut dengan Australia.
Memiliki 5 Pulau terdepan : Pulau Alor, Batek, Dana, Ndana, dan
Mengkudu. d. Mengelilingi Wilayah “Enclave“ Distrik Oekusi,
Negara Timor Leste”.
Garis pantai mencapai 5.700 Km.
Penduduk 4.683.827 jiwa (Terbesar kedua di Wilayah KTI setelah Provinsi
Sulawesi Selatan).
Secara geneologis unik, terdiri dari puluhan suku dan bahasa daerah
D.
KONDISI FISIK
Wilayah Nusa Tenggara Timur beriklim kering yang dipengaruhi oleh angin musim. Periode
musim kemarau lebih panjang, yaitu 7 bulan (Mei sampai dengan Nopember) sedangkan
musim hujan hanya 5 bulan (Desember sampai dengan April). Suhu udara rata-rata 27,6° C,
suhu maksimum rata-rata 29° C, dan suhu minimum rata-rata 26,1° C.
Presentase Penyinaran Matahari
di Kota Kupang Menurut Bulan
N
Nama Bulan
2009
2005
2006
2007
2008
o
1
Januari
53
64
40
59
65
2
Februari
43
84
66
57
37
3
Maret
75
69
54
53
65
4
April
96
77
70
75
89
5
Mei
85
94
88
97
99
12
6
Juni
98
96
82
82
90
7
Juli
94
89
89
98
97
8
Agustus
96
95
99
97
98
9
Septeber
98
92
100
99
96
10
Oktober
98
86
99
95
92
11
November
83
70
98
84
80
12
Desember
60
54
72
58
41
Sumber : Buku NUSA TENGGARA TIMUR DALAM ANGKA 2010
Rata-rata Kelembaban Udara, Arah / Kecepatan Angin,
Dan Rata-rata Tekanan Udara
di Kota Kupang
Menurut Bulan, 2008
No
Nama Bulan
Kelembaban
Arah/Kecepatan
Tekanan
Angin
1
Januari
88
6 / NW
1006,8
2
Februari
88
6 / NW
1006,0
3
Maret
86
4/Calm / NW
1007,7
4
April
78
6 / SE
1008,7
5
Mei
74
8 / SE
1010,5
6
Juni
70
8 / SE
1011,4
7
Juli
68
10 /SE
1011,9
8
Agustus
65
11 / SE
1011,8
9
September
67
9 / SE
1010,8
10
Oktober
63
10 / SE /NW
1009,9
11
November
72
7 / NW
1007,8
12
Desember
85
8 / NW
1006,9
13
Rata-Rata
75,33
7,75
1009,2
Sumber : Buku NUSA TENGGARA TIMUR DALAM ANGKA 2010
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika. Stasiun Klimatologi Kupang
Keterangan : Utara (N=North); Timur Laut (NE=North East);Timur
(E=East); Tenggara (SE=South East); Selatan(S=South); Barat Daya(South
West); Barat (W=West); Barat Laut(North West).
Jumlah Curah Hujan di Nusa Tenggara Timur
Menurut Kabupaten dan Bulan
2009
Nama
Kabupaten
Sumba
Jan
268
Feb
Ma
Ap
Me
Bulan
Ju Ju
151
r
160
r
39
i
19
n
–
3
115 0
3
0
11
2
5
l
–
Jml
Ag
t
–
Sep
x
Okt
No
Des
x
v
x
X
117
122
1
748
Barat
Sumba
131
163
196
9
0
Timur
Kupang
897
125
514
10
30
–
–
–
–
–
391 101
438
Timor
180
3
215
172
30
4
15
–
–
10
2
–
9
220 343
8
159
1
4
Tengah
Selatan
Timor
7
90
230
38
41
–
–
–
–
–
–
12
134
545
Utara
Belu
268
346
227
17
77
9
–
–
–
–
204 209
143
Alor
Lembata
Flores
x
120
317
x
162
439
x
167
135
38
X
26
67
x
88
–
x
–
–
x
–
–
x
–
32
x
–
0
x
5
1
104 244
x
x
22 x
9
488
469
103
2
707
Tengah
Timur
Sikka
185
186
38
14
41
–
1
–
–
16
–
Ende
126
143
116
2
53
13
–
13
11
13
–
229 38
14
8
109
Ngada
112
Mangarai
4
247
Rote
251
443
462
319
38
3
16
439
29
7
35
158
9
19
1
117 –
382
–
26
–
6
–
1
1
–
–
11
29
18
–
1
20
0
–
129 212
3
249
263 421
6
299
50
307
6
124
Ndao
Manggara
164
150
118
14
40
23
2
9
35
46
44
37
1
712
i Barat
Sumba
x
x
x
x
x
x
x
x
–
x
x
x
x
Daya
Sumba
x
x
x
x
x
x
x
x
–
x
x
x
x
Tengah
Nagekeo
Manggara
x
183
x
115
x
x
x
20
x
14
x
38
x
–
x
55
–
66
x
72
x
1
x
6
x
697
i Timur
Sabu
165
326
356
7
1
4
–
9
–
12
–
72
223
117
205 556
4
191
Barat
Raijua
Kota
554
454
105
3
40
–
2
–
–
–
Kupang
9
Sumber : Badan Meteorologi Dan Geofisika. Stasiun Klimatologi Kupang Sumber :
Buku NUSA TENGGARA TIMUR DALAM ANGKA 2010
1. Kondisi Geologi Nusa Tenggara Timur
Bagian timur Nusa Tenggara mulai dari Alor-Kambing-Wetar-Romang, disebut orogene timor
dengan pusat undasi di L. Flores. Evolusi orogenik daerah Nusa Tenggara bagian timur ini
agak kompleks karena pada masa Mesozoikum muda terjadi penggelombangan yang
termasuk sirkum Australia menghasilkan busur dalam dari P. Sumba kearah timur laut dan
busur luar melalui P. Sawu ke timur laut, Namun memasuki periode tertier daerah ini
mengalami penggelombangan dengan pusat undasi di Laut Flores sebagai bagian dari sitem
Pegunungan Sunda. Keganjilan-keganjilan yang nampak seperti posisi pulau sumba di
interdeep, garis arah busur luar Rote-Timor ke arah timur laut nndan sebagiannya, menurut
Van Bemmelen adalah warisan dari evolusi Geologis terdahulu yang tidak dapat dikaitkan
dengan sistem penggelombangan masa tertier dari pegunungan Sunda.
15
Adapun daerah undasi di Orogene Timor sebagai berikut:
ü Busur dalam: Alor-Kambing-Wetar-Romang, tidak memperlihatkan tanda-tanda vulkanis.
ü Palung Antara: Pulau Sumba-L. Sawu
ü Busur Luar: Dana-Raijua-Sawu-Rote-Semau-Timor.
ü Backdeep: Punggungan Batutaza
Brouwer (1917) mengemukakan absenya aktivitas vulakanisme didaerah ini karena jalan
keluarnya magma tersubat sebagai akibat dari pergeseran lempeng Australia ke utara.
Pendapat Brouwer ini mendapat tantangan dari para ahli belakangan ini termasuk Van
Bemmelen karena tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan adanya pergeseran secara lateral
ke utara disekitar P. Bantar-P. Alor, tempat mulai absenya aktivitas vulkanisme kearah timur.
Juga tidak ada perubahan arah struktural pada busur luar yang menandakan pengaruh tekanan
blok Australia, padahal busur luar inilah yang akan terlebih dahulu tenderita tekanan tersebut.
Lebih jauh, Van Bemmelen mengemukakan alasannya bahwa bila ditelusuri terus ke timur
maka deretan busur dalam yang tidak vulkanis ini tidak bersambung dengan deretan busur
dalam Damar-Banda yang vulkanis, tetapi dengan zona Ambon yang tidak vulkanis.
Menurut Van Bemmelen absennya aktivitas vulkanisme dari alor ke timur dan juga zona
Ambon terjadi karena berbatasan dengan dangkalan sahul.
Faktor lokal lainnya yang mungkin berpengaruh adalah:
1. Gaya endogen dari lapisan tektonosfer telah habis
2. Puncak asthenolithnya mungkin mengalami pembekuan sehingga saluran magma
yang keluar tersumbat.
Sumbu geantiklin di Nusa Tenggara makin ke timur makin tenggelam. Hal ini dapat dilihat
dari selat-selat antar pulau yang makin ke timur makin dalam (di sebelah barat pulau Tampar
rata-rata kurang dari 200 meter, sedang sebelah timurnya makin dalam yaitu antara PantarAlor= 1140m, Alor-Kambing=1260m, Kambing=1040 m, Wetar-Roman=lebih 2000 m,
sebelah timur Roman kira-kira 4000 m).
16
P. Rote, tersusun dari sedimen-sedimen yang telah mengalami pelipatan kuat, tertutup
dengan karang kuarter sampai ketinggian 430 m.
P. Sawu, terdiri dari batuan praterrier, dikelilingi oleh karang koral setinggi 300 m.
P. Timur, puncak genatiklinalnya mengalami depresi memanjang mulai dari teluk
Kupang sampai dengan sungai Lois. Brouwer (1935) mengemukakan bahwa menurut
cerita penduduk asli Timor, dahulu hampir seluruh pulau merupakan laut. G. Lakaan
1525 m dahulu merupakan pulau saja. Ini berarti pengangkatan P. Timor telah terjadi
Belum lama ini. Adanya pengangkatan tersebut didukung oleh bukti-bukti
ditemukannya sisa-sisa karang pada ketinggian 1000 m lebih. Pulau ini banyak
mengalami over thrust, batuan intrusi banyak yang tersingkap di permukaan bumi.
Bahan galian seperti emas, tembaga, chromium, dan uranium ditemukan di sana
namun dalam jumlah yang tidak ekonomis.
Sebaran struktur batuan geologi yang ada di wilayah propinsi ini, adalah :
1. Batuan Silicic (acid) Rock (batuan berasam kersi asam), terdapat di Kabupaten Alor,
Kabupaten Lembata, sebagian besar Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Sikka,
Kabupaten Ende, sebagian besar Kabupaten Ngada, sebagian Kabupaten Manggarai,
sebagian besar Manggarai Barat dan sebagian kecil Kabupaten Kupang;
2. Batuan Matic Basic Rocks (batuan basa);
3. Batuan Intermediate Basic (basa menengah);
4. Batuan Pre Tertiare Undivideo (pra tersier tak dibedakan);
5. Batuan Paleagene (pleogen);
6. Alluvial Terrace Deposit and Coral Reets (alluvium undak dan berumba koral);
7. Batuan Neogene (neogen);
8. Batuan Kekneno Series (deret kekneno);
9. Batuan Sonebait Series (deret sonebait);
17
10. Batuan Sonebait and Ofu Series Terefolde (deret sonebait dan deret terlipat bersama);
11. Batuan Ofu Series (deret ofu);
12. Batuan Silicic Efusives (efusiva berasam kersik);
13. Batuan Triassic (trias);
14. Batuan Crystalline Shist (sekis hablur
2. Proses Pembentukan Tektonik Nusa Tenggara Timur
Proses pembentukan Nusa Tenggara Timur tidak terlepas dari proses pembentukan tektonik
indonesia secara keseluruhan. Pada 40 juta tahun yang lalu, Sulawesi, Halmahera, dan pulau
pulau lainya di indonesia bagian timur belum terlihat bentuknya, juga bagian utara dari
Kalimantan belum muncul.
Pada 30 juta tahun yang lalu, lengan utara sulawesi ulai terbentuk bersamaan dengan jalur
oviolit jamboles. Sedangkan jalur ofiolit sulawesi timur masih berada dibelahan bumi selatan.
Pada 20 juta tahun yang lalu kontinen-kontien mikro bertumbukan dengan jalur ofiolit
sulawesi timur, dan laut maluku membentuk sebagai bagian dari laut filipina. Laut cina
selatan mulai membuka dan jalur tunjaman di utara serawak-sabah mulai aktif. Selnjutnya
Australia dan papua bergerak mendorong ke arah utara sehingga kalimantan dan pulau-pulau
di indonesia timur berotasi berlawanan arah dengan gerak jarum jam.
Pada 10 juta tahun yang lalu, benua mikro ukang besi – Buton bertumbukan dengan jalur
ofiolit sulawesi tenggara, tunjaman ganda terjadi dikawasan laut maluku, dan laut serawak
terbentuk di utara kalimantan. Sulawesi terbentuk yang merupakan gabungan dari setidaknya
tiga unsur dari lokasi berbeda. Kemudian di ikuti dengan terbentuknya pulau-pulau di daerah
laut banda dan halmahera. Kalimantan menjadi utuh dengan menyatunya bagian utara yang
berasal dari unsur di utaranya. Demikian juga papua posisinya sudah lebih dekat ke
indonesia.
18
Pada 5 juta tahun yang lalu, benua mikro banggai-sula bertumbukan dengan jaalur ofiolit
sulawesi timur, dan mulai aktif tunjangan miring di antara papua nugini. Sulawesi yang
merupakan pulau besar termuda di indonesia, ternentuk menjadi sempurna seperti sekarang
sejak lima juta tahun yang lalu.
Kepulauan Nusatenggara terletak pada dua jalur geantiklin yang merupakan sambungan dari
bagian barat Busur Sunda-Banda. Busur terdiridari pulau-pulau : Romang, Wetar, Kambing,
Alor, Pantar, Lomblen, Solor,Adonara, Flores, Rinca, Komodo, Sumbawa, Lombok dan Bali.
Sedangkan Busur geantiklin dimulai dari timur ke barat sebelah selatan terdiri dari :Timor,
Semau Roti, Sawu, Raijua dan Dana.Pematang Geantiklin tersebut bercabang dua di daerah
Sawu, satu cabang masuk kearah barat menyeberangi P.Raijua dan P. Dana terus ke Pematang
submarin pada palung Jawa Selatan, cabang lainnya bersambung dengan busur Sunda-Banda
melalui P. Sumba. Pada umumnya struktur didaerah penyelidikan sesar mendatar yang
berarahbarat–timur, meskipun ada yang berarah timurlaut-baratdaya.
“Proses geodinamika global (More et al, 1980), selanjutnya berperan dalam membentuk
tatanan tepian pulau-pulau Nusantara tipe konvergen aktif (Indonesia maritime continental
active margin), di mana bagian luar Nusantara merupakan perwujudan dari zona penunjaman
(subduksi) dan atau tumbukan (kolisi) terhadap bagian dalam Nusantara, yang akhirnya
membentuk fisiografi perairan Indonesia.
3.
Patahan dan Sesar Nusa Tenggara Timur
Wilayah Kepulauan Nusa Tenggara timur dan sekitarnya merupakan bagian dari kerangka
sistem tektonik Indonesia. Daerah ini termasuk dalam jalur pegunungan Mediteranian dan
berada pada zona pertemuan lempeng. Pertemuan kedua lempeng ini bersifat konvergen, di
mana keduanya bertumbukan dan salah satunya, yaitu lempeng Indo-Australia, menyusup ke
bawah lempeng Eurasia. Batas pertemuan lempeng ini ditandai dengan adanya palung lautan
(oceanic trough), terbukti dengan ditemukannya palung di sebelah selatan Pulau Timor yang
dikenal sebagai Timor through.
Pergerakan lempeng Indo- Australia terhadap lempeng Eurasia mengakibatkan daerah
Kepulauan Alor sebagai salah satu daerah yang memiliki tingkat kegempaan yang cukup
tinggi di Indonesia berkaitan dengan aktivitas benturan lempeng (plate collision). Pergerakan
lempeng ini menimbulkan struktur-struktur tektonik yang merupakan ciri-ciri sistem
19
subduksi, yaitu Benioff Zone, palung laut, punggung busur luar (outer arc ridge), cekungan
busur luar (outer arc basin), dan busur pegunungan (volcanic arc).
Selain kerawanan seismik akibat aktivitas benturan lempeng, kawasan Alor juga sangat rawan
karena adanya sebuah struktur tektonik sesar naik belakang busur kepulauan yang populer
dikenal sebagai back arc thrust. Struktur ini terbentuk akibat tunjaman balik lempeng Eurasia
terhadap lempeng Samudra Indo-Australia. Fenomena tumbukan busur benua (arc-continent
collision) diduga sebagai pengendali mekanisme deformasi sesar naik ini.
Back arc thrust membujur di Laut Flores sejajar dengan busur Kepulauan Bali dan Nusa
Tenggara dalam bentuk segmen-segmen, terdapat segmen utama maupun segmen minor.
Fenomena sesar naik belakang busur kepulauan ini sangat menarik untuk diteliti dan dikaji
mengingat sangat aktifnya dalam membangkitkan gempa- gempa tektonik di kawasan
tersebut.
Sesar ini sudah terbukti nyata beberapa kali menjadi penyebab gempa mematikan karena ciri
gempanya yang dangkal dengan magnitude besar. Berdasarkan data, sebagian besar gempa
terasa hingga gempa merusak yang mengguncang Bali, Nusa Tenggara Barat, dan NTT
disebabkan oleh aktivitas back arc thrust ini, dan hanya sebagian kecil saja disebabkan oleh
aktivitas penyusupan lempeng.
Sesar segmen barat dikenal sebagai Sesar Naik Flores (Flores Thrust) yang membujur dari
timur laut Bali sampai dengan utara Flores. Flores Thrust dikenal sebagai generator gempagempa merusak yang akan terus-menerus mengancam untuk mengguncang busur kepulauan.
Sesar ini menjadi sangat populer ketika pada tanggal 12 Desember 1992 menyebabkan gempa
Flores yang diikuti gelombang pasang tsunami yang menewaskan 2.100 orang. Sesar ini juga
diduga sebagai biang terjadinya gempa besar di Bali yang menewaskan 1.500 orang pada
tanggal 21 Januari 1917.
Sesar segmentasi timur dikenal sebagai Sesar Naik Wetar (Wetar Thrust) yang membujur dari
utara Pulau Alor hingga Pulau Romang (Gambar 2). Struktur ini pun tak kalah berbahaya dari
Flores Thrust dalam “memproduksi” gempa- gempa besar dan merusak di kawasan NTT,
khususnya Alor. Sebagai contoh bencana gempa bumi produk Wetar Thrust adalah gempa
20
Alor yang terjadi 18 April 1898 dan gempa Alor, 4 Juli 1991, yang menewaskan ratusan
orang.
Berdasarkan tinjauan aspek seismisitas dan tektonik tersebut, dapat disimpulkan bahwa
tingginya aktivitas seismik daerah Kepulauan Alor disebabkan kawasan kepulauan ini diapit
oleh dua generator sumber gempa, yaitu dari arah selatan Alor, berupa desakan lempeng
Indo-Australia, dan di sebelah utara Alor, terdapat sesar aktif busur belakang (Wetar Thrust).
Adapun gempa Alor yang terjadi 12 November 2004 besar kemungkinan disebabkan oleh
aktivitas Wetar Thrust. Di samping karena episenternya yang memang berdekatan dengan
Wetar Thrust, gempa tersebut juga memiliki kedalaman normal (dangkal).
Gempa dangkal adalah salah satu ciri utama gempa akibat aktivitas sesar aktif. Faktor
pendukung lain adalah hasil analisis solusi bidang sesar yang menunjukkan sesar naik (thrust
fault), yang juga merupakan ciri mekanisme gempa back arc thrust. Gambaran seismisitas
dan kerangka tektonik di atas kiranya cukup memberikan gambaran yang menyeluruh bahwa
Kepulauan Alor dan sekitarnya sangat rawan terhadap bencana kebumian, seperti gempa
bumi dan tsunami.
Bagi masyarakat Alor, kondisi alam yang kurang “bersahabat” ini adalah sesuatu yang harus
diterima sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, semua itu adalah risiko yang harus
dihadapi sebagai penduduk yang tinggal dan menumpang di batas pertemuan lempeng
tektonik.
4.
Gunung - Gunung yang berada pada Nusa Tenggara Timur
Salah satu sifat gunung yang paling signifikan adalah kemunculannya pada titik pertemuan
lempengan-lempengan bumi, yang saling menekan saat saling mendekat, dan gunung ini
“mengikat” lempengan-lempengan tersebut.Dengan sifat tersebut,pegunungan dapat
disamakan seperti paku yang menyatukan kayu.Selain itu, tekanan pegunungan pada kerak
bumi ternyata mencegah pengaruh aktivitas magma di pusat bumi agar tidak mencapai
permukaan bumi, sehingga mencegah magma menghancurkan kerak bumi.
NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri atas tiga pulau besar yakni Flores, Sumba
dan sebagian Pulau Timor serta pulau-pulau lain yang lebih kecil seperti Komodo, Kepulauan
21
Alor dan Solor, Roti, Sabu, dll. Wilayah ini merupakan wilayah vulkanis memiliki alam yang
berbukit- bukit dengan iklimnya yang kering.
Nama-Nama Gunung
di Provinsi Nusa Tenggara Timur
N
Nama Gunung Berapi
o
Tinggi
Daerah
DAerah
Tahun
Diatas
Bahay
Waspada
Letusan
Permukaa
a
(Km2)
Terakhir
n Laut
(Km2)
1
Ine Like
1.559
51,2
85,8
2
Ebu Lobo
2.149
125,2
97,8
3
Iya
637
27,5
127,5
4
Kelimutu
1.640
78,9
41,8
5
Roka Tenda
875
28,3
50,8
6
Lewo Tobi (Laki–laki)
1.584
69,2
150,6
7
Lewo Tobi (Perempuan) 1.703
68,0
136,1
8
Lera Boleng
1.117
32,7
45,7
9
Ile Boleng
1.659
87,8
71,7
10 Ile Lewotolo
1.319
85,0
108,2
11 Ile Werung
1.018
112,6
132,2
Sumber : Buku Prov. NTT Dalam Angka, Tahun 2007 BPS Prov. NTT.
5.
Tanah
Keadaan formasi tanah di Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur secara garis besar adalah
sebagai berikut:
a. Pulau Flores dan sekitarnya
Tanah di Pulau Flores terdiri dari jenis tanah mediteran dengan bentuk wilayah
Volkan, tanah Kompleks dengan bentuk wilayah pegunungan, kompleks Latosol
dengan bentuk wilayah Volkan, Alluvial dengan bentuk wilayah dataran. Tanah-tanah
Mediteran dengan bentuk wilayah Volkan mempunyai penyebaran yang paling luas.
Pulau Lembata Adonara dan Solor mempunyai tanah jenis Mediteran dengan bentuk
Volkan.
b. Pulau Sumba
22
Tanah di Pulau Sumba terdiri dari jenis mediteran dengan bentuk wilayah
pengunungan lipatan dan datar serta bentuk wilayah volkan. Latosol dan Grumusol
dengan bentuk wilayah pelembahan.
Tanah Mediteran dengan bentuk wilayah pengunungan lipatan adalah merupakan
jenis tanah yang paling luas penyebarannya.
c. Pulau Timor dan sekitarnya
Jenis tanah di Pulau Timor adalah tanah-tanah kompleks dengan bentuk wilayah
pengunungan kompleks, mediteran dengan bentuk wilayah lipatan, Grumusol dengan
bentuk wilayah dataran, Latosol dengan bentuk wilayah plato/Volkan. Tanah-tanah
kompleks dengan bentuk wilayah pengunungan kompleks merupakan jenis tanah
yang paling luas penyebarannya. Pulau Alor dan Pantar mempunyai jenis tanah
Mediteran bentuk tanah Volkan.
Berdasarkan penyebarannya, maka prosentasi jenis-jenis tanah di wilayah Nusa
Tenggara Timur antara lain terdiri dari tanah Mediteran 51%; tanah-tanah kompleks
32,25%; Latosol 9,72%; Grumusol 3,25%; Andosol 1,93%; Regosol 0,19% dan
jenis tanah Aluvial 1,66% (Sumber Rencana Umum Kehutanan Propinsi Dati I Nusa
Tenggara Timur tahun 1987).
6. Morfologi
Sistem Pegunungan Nusa Tenggara
Pulau-pulau Nusa Tenggara terletak pada dua jalur geantiklinal yang merupakan perluasan
dari bagian barat dari busur Banda :
1. Geantiklinal dalam bagian utara membujur dari timur sampai ke Pulau Roma, Wetar,
Kambing, Alor, Pantar, Lomblen, Solor, Adonara, Flores, Rinca, Komodo, Sumbawa,
Lombok, dan Bali.
2. Busur luar dibagian selatan terdiri dari Pulau Timor, Seram, Roti, Sawu, Raijua dan Dana
Punggung geantiklinal itu bercabang dua di daerah Sawu, yaitu :
a. Membentuk sebuah ambacang yang menurun ke arah laut melintasi Raijua, dan
Dana berakhir ke arah punggungan bawah laut pada palung di sebelah selatan Jawa.
b. Merupakan rantai penghubung dengan jalur dalam yang melintasi pulau Sumbawa.
23
Palung Belakang
Di sebelah timur Flores, palung belakang dari kepulauan Nusa Tenggara dibentuk oleh bagian
barat dari Basin Banda Selatan. Di sebelah utara Flores dan Sumbawa terbentang Laut Flores
terdiri dari 3 bagian :
1. Laut Flores Barat Laut adalah sebuah dataran yang luas dan dangkal, menghubungkan
Lengan Selatan Sulawesi dengan Dangkalan Sunda.
2. Basin Flores Tengah berbentuk segitiga dengan puncaknya terletak di selatan vulkan
Lompobatang yang diduga ada hubungan dengan depresi Walanesia dari lengan
Selatan Sulawesi.
3. Sebelah timur Flores terdiri dari punggungan dan palung diantaranya Selayar yang
menghubungkan Lengan selatan Sulawesi dengan punggungan bawah laut Batu Tara.
Palung Depan
Diantara Pulau Christmas dan punggungan bawah laut di sebelah selatan pulau Jawa terdapat
parit dalam yang utama, membujur dari timur ke barat dalamnya 7450 m.
Palung depan bagian Jawa, dari sistem punggungan Sunda itu membentang ke arah timur
sebuah palung yang sempit dalamnya 6000-7000 m, sampai di Sumba kedalamannya
berkurang dan di sebelah selatan Sawu melengkung ke arah timur laut sejajar dengan pulau
Timor. Sampai di Pulau Roti sebuah punggungan (1940) memisahkan bagian barat ini dari
palung Timor (-3310 m). Palung di selatan Jawa itu di bagian selatan dibatasi oleh sebuah
pengangkatan dasar laut yang tidak jelas batasnya, melewati Pulau Christmas menuju dasar
laut yang dalamnya ±3000-4000 m di antara 108,5º dan 114,5º BT laut dangkal yang terpisah
pada 110º 40’ BT dan 12º 30’ LS. Bagian timur dari palung depan Timor itu dibatasi oleh
dangkalan Australia atau dangkalan Sahul (Laut Arafura).
Busur Dalam (Inner Arc)
24
Busur dalam dari Nusa Tenggara menghubungkan Pulau Jawa dengan Busur Dalam Banda,
sehingga membentuk sebuah jalur panjang dari pulau-pulau vulkanis yang subur. Busur
dalam Nusa Tenggara terletak pada punggungan geantiklinal yang lebarnya ±100 km pada
ujung barat, berangsur-angsur makin ke timur makin berkurang sehingga sebelah timur Flores
menjadi ±40 km. Selat antara pulau-pulau barat dangkal, makin ke timur makin dalam.
Busur Luar (Outer Arc)
Kepulauan Nusa Tenggara yang termasuk busur luar ialah Pulau Dana, Raijua, Sawu, Roti
Semau, dan Timor. Punggung bawah luat dari selatan Jawa muncul sampai 1200 m di bawah
permukaan laut, selanjutnya menurun ke arah timur sampai kedalaman 4000 m, kemudian
sumbu geantiklianal naik lagi sampai ke Pulau Sawu, Dana, dan Raijua.
Morfologi Pulau Flores
Flores dipisahkan dari Sumbawa oleh Selat Sape yaitu sebuah parit sempit yang dalamnya
lebih dari 200 m. Pulau Komodo dan Rinca termasuk puncak geantiklinal dari Flores Barat
sampai Flores Tengah yang terdiri dari batuan Vulkanis Tertier dan intrusi magmatis yang
dapat dibandingkan dengan Pegunungan Selatan Jawa. Vulkan yang lebih muda muncul di
sepanjang pantai selatan Flores Barat yang dikenal dengan vulkan Paluweh.
Di Flores Timur geantiklinal tenggelam kemudian tersambung dengan Solor, Adonara,
Loblem, dan Pantar yang terdiri dari vulkan muda yang aktif, kemudan melintasi Alor,
Kambing, Wetar dan Rembang, merupakan vulkan yang tidak aktif lagi. Pulau-pulau itu
terdiri dari endapan vulkanis dari zaman Tertier Akhir yang sebagian terdapat di bawah
permukaan air laut.
Morfologi Pulau Sumba
25
Pulau Sumba adalah mata rantai geologis yang terpenting antara busur dalam dan busur luar
dari sistem pegunungan Sunda. Vulkan muda tidak ada, tanah tertutup oleh Deposit Marine
Neogen Quarter yang tersebar secara luas merupakan “bad land” (tipe perhiasan).
Morfologi Pulau Sawu
Sawu mempunyai koral yang tingginya 300 m di atas permukaan laut dan mengelilingi
pulau-pulau ini yang terdiri dari batuan Pre-Tertier. Punggungan Dana ,Raijua, dan Sawu
mempunyai kedudukan terpisah dari punggungan Roti Timor dan dipisahkan oleh Selat Dao
dalamnya ±1000 m.
Morfologi Pulau Rote
Pulau Roei terdiri dari sedimen-sedimen yang terlipat dengan kuat dan tertutup oleh batu
karang Kwarter yang tingginya 430 m di atas permukaan laut.
Morfologi Pulau Timor
Pulau Timor terjadi karena pengangkatan geantiklinal yang lebar serta pulau-pulau lain yang
tersebar di Indonesia. Di pulau Timor terdapat depresi memanjang pada bagian puncak
geantiklinal yang dapat diikuti dari Teluk Kupang sampai pada Muara Sungai Lois.
Berdasarkan keterangan penduduk asli pulau Timor hampir seluruhnya tergenang oleh air laut
dan punggungan yang tertinggi adalah Lakoan (1525).
Daerah Aliran Sungai (DAS)
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Daerah Aliran Sungai) di wilayah Propinsi Nusa
Tenggara Timur berdasarkan pada satuan Wilayah Daerah Aliran Sungai (SWP DAS). SWP
Daerah Aliran Sungai di Provinsi Propinsi Nusa Tenggara Timur berjumlah 31 buah. Adapun
rincian letak dan luas Das dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel : Das per kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur
26
No.
Kabupaten/Kota
Nama DAS
1.
Kota Kupang
Oesao
2.
Kupang
3.
Rote Ndao
4.
Timor Tengah Selatan
5.
6.
7.
Timor Tengah Utara
Belu
Sumba Timur
1.
Oesao
2.
Tramanu
3.
Noelmina
P. Roti
1.
Noelmina
2.
Muke
3.
Benenain
1.
Besi Erat
2.
Benenain
1.
Benenain
2.
Laumea
3.
Lois
1.
Mangili-
Rendi
8.
9.
Sumba Barat
Alor
10.
Lembata
11.
Flores Timur
12.
Sikka
2.
Kambaniru
3.
Kalada
4.
Wonokaka
1.
Kalada
2.
Wonokaka
3.
Bondokodi
1.
P. Alor
2.
P. Pantar
P. Lomblen
1.
P. Adonara
2.
P. Solor
3.
Waeruni
4.
Nebe
1.
Waeruni
27
13.
14.
15.
Ende
Ngada
Manggarai
2.
Nebe
3.
Magepanda
4.
Loworea
1.
Magepanda
2.
Loworea
1.
Magepanda
2.
Loworea
3.
Aisesa
4.
Wera Buntal
5.
Moke
1.
Wera Buntal
2.
Moke
3.
Waeterang
4.
Jamal
Lembor
16
Manggarai Barat
1.
Waeterang
2.
Jamal
Lembor
3.
Anganae
4.
P. Komodo
5.
P. Rinca
Dari 31 DAS tersebut ada beberapa yang sudah dibagi menjadi sub DAS - sub DAS terutama
pada daerah-daerah yang dianggap strategis untuk mendukung pembangunan.di sekitarnya
baik berupa cek dam, bendungan dll
28
Beberapa Sub DAS yang telah dibuat RTL-RLKT diantaranya, antara lain :
DAS Oesao (Sub DAS Oesao, Noelbeno, Nunkurus, Pulukayu, Oebelo, Manikin,
Oesapa Besar) terletak di Kotamadya Kupang dan kabupaten Kupang.
DAS Noelmina (Sub DAS Bokong, Lake, Besiam, Meto) terletak di Kabupaten
Kupang, Timor Tengah Selatan.
DAS Benenain (Sub DAS Noni, Lakoe, Maubesi, Baen-Tobino, Kotoen, Bikomi) di
Kabupaten Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara dan Belu,
7.
DAS Aisesa (Sub DAS Aisesa, Posolik, Waru) di Kabupaten Ngada
DAS Kalada dan DAS Wonokaka (Sub DAS Karendi) di Kabupaten Sumba Barat.
Penggunaan Lahan
Pemanfaatan lahan di Provinsi Nusa Tenggara Timur berbeda antara masing-masing
kabupaten. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan kondisi fisik lahan yang bervariasi
dalam hal topografl, kelerengan, kesuburan tanah dan pasang surut air sungai. Wilayah Nusa
Tenggara Timur dengan luas 4.734.980 ha, sebagian besar merupakan kawasan hutan
1.808.900 ha (Penunjukan Menhut SK.423/Kpts-II/1999) dan 2.926.080 Ha kawasan yang
berada diluar kawasan hutan berupa lahan pertanian (sawah dan ladang/tegalan),
perkebunan , kebun dan areal penggunaan lain . Dan keterangan tersebut diketahui bahwa
sektor kehutanan menjadi salah satu andalan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Salah satu
sektor andalan lainnya adalah sektor pertanian, dalam hal ini lahan sawah sebagian besar
terdapat di daerah pesisir pantai utara dan pesisir sungai yang merupakan sawah tadah hujan
dan sawah pasang surut. Pertanian lahan kering meliputi dataran rendah dan daerah lereng di
kaki gunung.
Dikaitkan dengan mata pencaharian, hampir 80 % penduduk Nusa Tenggara Timur
menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Usaha tani sawah tadah hujan dan
pertanian lahan kering merupakan sistem yang paling banyak dilakukan. Selain pertanian
menetap, pedadangan berpindah dengan sistem tebas bakar merupakan cara yang biasa
dilakukan. Jenis tanaman yang dikembangkan oleh petani di lahan kering antara lain padi
29
gogo, jagung, kacang-kacangan, sayur-sayuran dan buah-buahan (mangga, nangka,
cempedak, dan lain-lain). Jenis-ienis tersebut ditanam bercampur dengan cara tradisional,
tanpa penggunaan pupuk dan obat-obatan untuk peningkatan produksinya. Pola usaha tani
sistem perladangan tersebut cenderung menimbulkan masalah-masalah erosi, kemunduran
produksi dan degradasi lahan.
Persentase Penggunaan Lahan di Provinsi NTT
Kawasan Hutan; 38%
Kawasan di luar kawasan Hutan (sawah,ladang,tegalan,perkebunan,kebun); 62%
8. Flora
Jenis tumbuhan (flora) yang telah dibudidayakan oleh penduduk, seperti tanaman padi,
jagung, ubi-ubian, kacang-kacangan, sayur-mayur, buah-buahan, kelapa, cengkeh , vanili,
jambu mente, kapas, kapuk, kemiri, asam, dll juga terdapat jenis tumbuhan di kawasan hutan
seperti kayu akasia, kayu putih, kayu cendana, kayu lontar, kayu gaharu, dll. Dari sekian
banyak jenis tumbuhan kayu ini yang paling terkenal adalah kayu cendana yang memiliki
kualitas yang lebih baik dibanding kayu cendana yang ada di wilayah lainnya di Indonesia.
30
Pohon Cendana
Pohon Gaharu
Pohon Kemiri
Pohon Lontar
31
9. F a u n a
Jenis fauna yang ada di wilayah ini dan sudah diternakkan, antara lain kuda, sapi, kerbau,
kambing, berbagai jenis unggas, disamping itu terdapat binatang liar yang hidup di kawasan
hutan seperti rusa, babi hutan, kerbau liar, kuda liar. Satu jenis binatang purba yang hanya ada
di wilayah ini dan tidak terdapat di daerah lain di dunia adalah Komodo.
Komodo Flores
Biawak NTT
32
Kus-Kus NTT
Burung Timor
Ular Timor
33
Babi Hutan
Timor Predator
Ayam Hutan
34
Kuda Sumba
E. Kondisi Manusia
1.
Informasi Kependudukan
Berdasarkan data Biro Pemerintahan Setda Provinsi NTT tahun 2009 jumlah penduduk
adalah sebanyak 4.986.045 jiwa yang tersebar di 20 kabupaten/kota. Sementara itu
kabupaten/Kota pada tahun 2009 yang memiliki jumlah penduduk yang tertinggi adalah
kabupaten Timor Tengah Selatan sebesar 459.972 jiwa dan terendah di kabupaten Sumba
tengah sebanyak 82.678 jiwa.
2.
Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan Penduduk dari Tahun 2009-2020
6
5
Million
4
3
2
1
0
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Tahun
35
2016
2017
2018
2019
2020
Berdasarkan data di atas dapat di ketahui bahwa pertumbuhan penduduk di Provinsi Nusa
Tenggara Timur pada tahun 2009 adalah 4,5 juta orang, pada tahun 2010 ialah 4,6 juta jiwa,
sedangkan pada tahun 2011 meningkat menjadi 4,7 juta jiwa. Seiring bertambahnya waktu
penduduk Provinsi NTT semakin banyak terlihat pada diagram batang di atass pada tahun
2012 penduduk NTT bertambah menjadi 4,8 juta jiwa. Dan di tahun selanjutnya yaitu pada
tahun 2013 bertambah kembali menjadi 4,9 juta jiwa. Pada tahun-tahun selanjutnya penduduk
yang ada dan tinggal di NTT semakin bertambah yaitu 5 juta jiwa. Perkiraan pada tahuntahun selanjutnya sampai tahun 2020 jumlah penduduk mencapai 5,5 juta jiwa.
3. Kepadatan penduduk
Kepadatan Penduduk (Jiwa/KM2)
104
102
100
Kepadatan Penduduk (Jiwa/KM2)
98
96
94
92
2008
2009
2010
2011
2012
Berdasarkan diagram batang diatas dapat diketahui dan disimpulkan bahwa kepadatan
penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur dari tahun 2008 adalah 103 jiwa/km 2. Pada tahun
2009 Kepadatan penduduk NTT menurun mencapai 101 jiwa/km2. Pada tahun selanjutnya
yaitu 2010 sebesar 99 jiwa/km2. Tahun 2011 kepadatan penduduk menurun menjadi 98
jiwa/km2. Dan pada tahun 2012 menurun kembali menjadi 96 jiwa/km2.
36
4.
Mata Pencaharian
Jumlah penduduk Provinsi NTT tahun 2012 berjumlah 4.899.260 jiwa terdiri dari 2.428.626
laki-laki dan 4.470.634 perempuan, dimana ± 85,9% nya berada di pedesaan.
Mata pencaharian penduduk Nusa Tenggara Timur pada umumnya adalah di bidang Pertanian
Lahan Kering. Karena Musim Hujan berlangsung relative singkat, hanya 3-4 bulan setiap
tahunnya
5. Rasio Jenis kelamin
Secara keseluruhan jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari
penduduk berjenis kelamin perempuan, yakni laki-laki berjumlah 2.502.576 jiwa sedangkan
perempuan berjumlah 4.986.045 jiwa.
Secara rinci jumlah penduduk per kabupaten/kota tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut:
Kode
Kabupaten/
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Kecamata
Desa/
Wilayah
Kota
(jiwa)
(jiwa)
Jiwa
n
Kelurahan
1
5301
Kupang
Timor
201.891
193.366
395.257
24
177
2
5302
Tengah
228.916
231.056
459.972
32
278
125.063
122.753
247.816
24
174
110.147
102.896
134.879
150.587
131.146
80.158
156.830
119.995
73.630
62.263
69.863
107.809
104.530
141.972
161.057
135.622
82.437
158.884
113.119
69.149
68.839
68.792
217.956
207.426
276.851
311.644
266.768
162.595
315,714
233.144
142.779
131.102
138.655
12
17
19
21
21
12
11
22
6
9
10
81
175
253
160
278
152
162
156
74
144
89
127.516
125.980
253.496
10
121
77.909
79.889
157.798
7
113
No.
3
5303
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
5304
5305
5306
5307
5308
5309
5310
5311
5312
5313
5314
15
5315
16
5316
Selatan
Timor
Tengah Utara
Belu
Alor
Flores Timur
Sikka
Ende
Ngada
Manggarai
Sumba Timur
Sumba Barat
Lembata
Rote Ndao
Manggarai
Barat
Nagekeo
37
17
5317
18
5318
19
5319
22
5371
Sumba
Tengah
Sumba Barat
Daya
Manggarai
Timur
Kota Kupang
TOTAL
42.580
40.098
82.678
5
66
156.744
144.018
300.762
11
131
125.759
123.628
249.347
9
176
223.804
2.502.576
210.471
2.483.469
434.275
4.986.045
6
288
51
3.010
Sumber data tabel : BPS-NTT Dalam angka 2009
6. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk Nusa Tenggara Timur pada umumnya adalah di bidang Pertanian
Lahan Kering. Karena Musim Hujan berlangsung relative singkat, hanya 3-4 bulan setiap
tahunnya.
7.
Budaya Khas
Rumah Adat
Nusa Tenggara Timur adalah provinsi Indonesia yang berada di tenggara Indonesia. Provinsi
ini memiliki beberapa pulau, yaitu pulau Flores, pulau Sumba, pulau Timor, pulau Alor, pulau
Lembata, pulau Rote, pulau Sabu, pulau Adonara, pulau Solor, pulau Komodo dan pulau
Palue. Ibukotanya terletak di Kupang, Timor Barat. Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki 2
rumah adat yang unik dan menarik yaitu Mbaru Niang dan Sao Ria Tenda Bewa Moni
Koanara.
Mbaru Niang
Mbaru Niang adalah rumah adat yang berada di Wae Rebo, yaitu sebuah desa yang letaknya
berada di pedalaman dan diarungi oleh pegunungan dan panorama hutan tropis lebat di Desa
Satar Lenda, Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai Barat, Pulau Flores, Nusa
Tenggara Timur.
38
Rumah adat Mbaru Niang bentuknya seperti cone yang dibalik, yaitu kerucut menjulur ke
bawah dan hampir menyentuh tanah. Strukturnya setinggi 5 lantai dengan tinggi sekitar 15
meter. Atap rumah adat Nusa Tenggara Timur ini diisi oleh daun lontar yang ditutupi ijuk atau
ilalang dan kerangka atap terbuat dari bambu sedangkan pilar rumah menggunakan kayu
worok yang besar dan kuat.
Hebatnya rumah adat ini tidak memakai paku tetapi menggunakan tali rotan untuk mengikat
konstruksi bangunan. Meski bangunannya tidak terlalu besar, setiap mbaru niang bisa diisi
oleh enam sampai delapan keluarga.
Setiap lantai rumah Mbaru Niang memiliki ruangan dengan fungsi yang berbeda beda. Secara
berurutan tersusun dari lutur, lobo, lentar, lempa rae, dan terakhir hekang kode. Tingkat
pertama disebut lutur atau tenda, biasa digunakan sebagai tempat hunian dan berkumpul
dengan keluarga. Tingkat kedua adalah lobo atau loteng yang berfungsi untuk menaruh bahan
makanan dan barang sehari-hari. Tingkat ketiga disebut lentar untuk menaruh benih-benih
39
tanaman pangan yang digunakan untuk bercocok tanam, seperti benih jagung, padi, dan
kacang-kacangan. Tingkat keempat disebut lempa rae yaitu ruangan untuk stok pangan
apabila terjadi gagal panen atau hasil panen kurang berhasil akibat kekeringan, dan tingkat
kelima disebut hekang kode untuk tempat menaruh sesajian persembahan kepada leluhur.
Mbaru niang di Wae Rebo merupakan rumah adat warisan nenek moyang ratusan tahun yang
lalu yang diturunkan terus menerus kepada keturunannya. Banyak Mbaru Niang yang
mengalami kerusakan karena untuk memperbaikinya membutuhkan biaya yang banyak.
Sampai akhirnya seorang arsitek dari Jakarta, yaitu Yoris Antar, dan kawan – kawannya yang
sangat mengagumi rumah adat ini mengadakan gerakan untuk mengumpulkan dana bagi
pelestarian dan perbaikan kembali rumah adat ini sehingga kini sudah berdiri 7 rumah
kerucut mbaru niang yang nyaman untuk ditinggali dan bagus untuk dijadikan wisata.
40
Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara
Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara merupakan rumah adat yang berada di Desa Koanara,
Kelimutu, Nusa Tenggara Timur. Seperti Mbaru Niang, Rumah adat ini juga memiliki
karakteristik dan bentuk yang unik dan juga menarik karena desain atap yang khas yang
terbuat dari ilalang dan hampir menyentuh tanah.
Ada tiga jenis rumah Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara, yaitu rumah baku, rumah tinggal
dan lumbung padi. Rumah baku digunakan untuk menyimpan dan melestarikan tulang
tengkorak milik leluhur dan sudah ada 13 keturunan yang tulang tengkoraknya dilestarikan di
simpan di rumah ini. Kemudian rumah baku dengan atap yang seluruhnya menyentuh tanah
berfungsi sebagai rumah penyimpanan hasil panen sawah. Sedangkan rumah dengan kepala
kerbau yang disangkutkan di depan pintu rumah merupakan rumah hunian.
41
Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara yang berfungsi sebagai lumbung padi berbentuk
panggung dan persegi empat. Pada bagian dasar rumah terdapat jejeran tumpukan batu yang
membuat rumah lebih tinggi dari tanah. Dari jauh, rumah ini seperti tidak memiliki pintu
masuk.
Bahasa Daerah
Bahasa yang bisa didapati di NTT adalah:
1. Bahasa Sasak
42
2. Bahasa Sumbawa
3. Bahasa Sumba
4. Bahasa Timor
5. Bahasa Tetun
6. Bahasa Rote
7. BahasA Solor
8. Bahasa Belu
Tarian Daerah
Tarian Caci-caci
Adalah ritual Penti Manggarai. Upacara adat merayakan syukuran atas hasil panen yang satu
ini dirayakan bersama-sama oleh seluruh warga desa. Bahkan ajang prosesi serupa juga
dijadikan momentum reuni keluarga yang berasal dari suku Manggarai.
Ritus penti dimulai dengan acara berjalan kaki dari rumah adat menuju pusat kebun atau
Lingko, yang ditandai dengan sebuah kayu Teno . Di sini, akan dilakukan upacara
Barong Lodok, yaitu mengundang roh penjaga kebun di pusat Lingko, supaya mau hadir
mengikuti perayaan Penti. Lantas kepala adat mengawali rangkaian ritual dengan melakukan
Cepa atau makan sirih, pinang, dan kapur. Tahapan selanjutnya adalah melakukan Pau Tuak
alias menyiram minuman tuak yang disimpan dalam bambu ke tanah. Urutan prosesi tiba
pada acara menyembelih seekor babi untuk dipersembahkan kepada roh para leluhur.
Tujuannya, supaya mereka memberkahi tanah, memberikan penghasilan, dan menjauhkan
dari malapetaka. Para peserta pun mulai melantunkan lagu pujian yang diulangi sebanyak
lima kali. Lagu itu disebut Sanda Lima. Usai itu, rombongan kembali ke rumah adat sambil
43
menyanyikan lagu yang syairnya menceritakan kegembiraan dan penghormatan terhadap padi
yang telah memberikan kehidupan. Ritual Barong Lodok yang pertama ini dilakukan
keluarga besar yang berasal dari rumah adat Gendang . Upacara serupa juga dilakukan
keluarga besar dari rumah adat Tambor . Keduanya dipercaya sebagai cikal bakal suku
Mangg
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Geografi Regional”
Dosen Pengampu: Andri Noor Ardiansyah, M.Si
Disusun Oleh :
Dwi Puspa Meilani
(11140150000023)
Muhammad Rifki S
(11140150000047)
Niken Kesuma Wardani
(11140150000032)
JURUSAN PENDIDIKAN IPS
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyusun dan menyelesaikan tugas pembuatan makalah dari mata kuliah Geografi Regional
Indonesia dengan judul “Geografi Regional Provinsi Nusa Tenggara Timur”
Kami banyak mengucapkan terima kasih kepada Bapak Andri Noor Ardiansyah M.Si. selaku
pembimbing kami, yang telah memberikan arahan serta bimbingan dalam pembuatan
makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Makalah ini jauh dari kata sempurna, karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan dalam pembuatan makalah berikutnya.
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 16 November 2015
Pemakalah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................ii
2
BAB 1 PEMBAHASAN
A. Sejarah Nusa Tenggara Timur .......................................................................................1
B. Arti lambang Nusa Tenggara Timur ..............................................................................2
C. Lokasi dan Luas Wilayah .............................................................................................3
D. Kondisi Fisik .......................................................................................................8
E. Kondisi Manusia .................................................................................................31
BAB II
PENUTUP
A. Analisis Potensi Sumber Daya Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur .............................68
B. Kesimpulan dan Saran ........................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................71
3
A. SEJARAH NUSA TENGGARA TIMUR
Nusa Tenggara Timur sebelum 20 - 12 -1958
Nama Daerah Nusa Tenggara semula adalah nama pulau-pulau Sunda Kecil ( Kleine
Sunda Eilanden) yang meliputi pulau Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba, Timor dan
pulau-pulau lainnya termasuk Rote, Sawu dan Alor. Pada tahun 1954 dengan UU Darurat
No. 9 Tahun 1954 nama Sunda Kecil diganti dengan nama Nusa Tenggara. Nama ini
diberikan oleh Menteri P dan K RI Prof. Mr. Moh Yamin (alm). Nama ini untuk pertama
kali dicetuskan di Kupang Tahun 1953.
Nusa Tenggara Timur pada masa Pemerintahan Hindia Belanda 1904 - 1945
Untuk melaksanakan Pemerintahan di Nusa Tenggara Timur Belanda berpegang pada Self
Bestuur Regelen tahun 1903, 1919, 1927, dan 1938 yang tercantum dalam Indische
Staatsblad 1916 No. 372 menetapkan terbentuknya wilayah pemerintahan "Keresidenan
Timor dan teluknya" (Residentie Timor en onder Hoorig heden) dengan pusatnya di
Kupang. Residentie Tomor terdiri dari 3 Afdeling (Timur ibukota Kupang, Flores ibukota
Ende, Sumba ibukota Bima) dan 15 Order Afdeling
Nusa Tenggara Timur dan Negara Indonesia Timur
Tanggal 17 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan,
semua wilayah jajahan Hindia Belanda dinyatakan bebas, namun pada saat itu bangsa
Hindia Belanda terus berupaya untuk menguasai NTT. Berbagai perjuangan terus
dilakukan oleh para pejuang kita untuk mempertahankan NTT dan mereka melibatkan diri
melalui organisasi Partai Perserikatan Kebangsaan Timor, yang kemudian merubah
namanya menjadi Partai Demokrasi Indonesia di Timor. Para tokoh-tokoh dalam partai
PDI Timor terus berjuang ditingkat Nasional di NTT pada awal kemerdekaan sampai
berdirinya Pemerintah Negara Indonesia Timor, Pemerintah Otonom NTT.
Pada tahun 1946 terlaksananya Konferensi Malino, dimana para pejuang dari NTT
menghadiri Konferensi tersebut dengan membawa tekad yang bulat yaitu "menuntut hak
untuk menentukan nasib sendiri sekarang juga". Para pejuang kita mengikuti kegiatan
dimaksud adalah A.H Koroh, I.H Doko dan Th Oematan. Konferensi yang kedua
dilaksanakan di Denpasar pada tanggal 20 Desember 1946 yang dihadiri oleh : I.H Doko,
pastor Gabriel Manek dan Drs. A.Roti Dengan berpegang pada persetujuan Linggar Jati
dan disetujui oleh Presiden RI dan Pemerintah RI, maka utusan-utusan dari Timor ikut
membentuk Negara Indonesia Timor sebagai sarana untuk meletakan dasar pemerintahan
yang berkedaulatan yang meliputi seluruh Indonesia kelak. Ketiga utusan tersebut juga
dilantik menjadi Anggota Parlemen asal NTT yaitu I H Doko, G. Manek, Y.S Amalo dan
B. Sahetapy - Angel, Tuga Sutama dari Anggota Parlemen adalah menyadarkan
masyarakat tentang pentingnya kebebasan. Pada tahun 1949 atas nama menteri dalam
Negeri NIT, I,H. Doko datang ke Kupang dan melantik daerah Timor dan badan
pemerintahan yang terdiri Dewan Raja-Raja dan DPR dengan anggotanya sebanyak 30
orang.
4
Lahirnya Propinsi Nusa Tenggara Timur
Dalam kekuasaan hukum HIT dengan Undang-Undang No. 44 tahun 1950, ketiga
pulau besar yaitu Flores, Sumba, dan Timor dan pulau-pulaunya masing-masing
merupakan daerah otonom. Pada Tahun 1950 berdasarkan peraturan pemerintah No.
21 tahun 1950 maka daerah-daerah Flores, Sumba, Timor, Sumbawa, Lombok dan
Bali merupakan satu Propinsi Administratif dengan nama propinsi Sunda kecil. Nama
Sunda kecil kemudian diganti dengan nama Nusa Tenggara. Pada tahun 1957 setelah
berlakunya UU No. 1 tahun 1957 tentang pokok-pokok Pemerintahan Daerah dan
dengan UU No. 64 tahun 1958 Propinsi Nusa Tenggara dibagi menjadi tiga daerah
Swantantra Tingkat 1, yaiutu masing-masing Swantantra Tingkat 1 Bali, Nusa
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Daerah tingkat 1 Nusa Tenggara Timur
meliputi bekas daerah pulau Flores, Sumba dan Timor dan Kepulauannya. Hasil
terakhir diketahui bahwa Nusa Tenggara Timur hingga saat ini memiliki 566 buah
pulau yang tersebar diantara 3 (tiga) buah pulau besar yaitu Flores, Sumba dan Timor
yang biasa disapa "Flobamor" Demikian sejarahnya singkat terbentuknya Propinsi
Nusa TenggaraTimur.
B. ARTI LAMBANG NUSA TENGGARA TIMUR
Lambang Propinsi Nusa Tenggara Timur dapat mempunyai arti sebagai berikut
1. Bintang dilambangkan sebagai ke Tuhanan yang Maha Esa.
2. Komodo dilambangkan sebagai kekayaan Alam khas Nusa Tenggara Timur.
3. Padi dan kapas dilambangkan sebagai kemakmuran yang dimiliki oleh Propinsi Nusa
Tenggara Timur
4. Tombak dilambangkan sebagai Keagungan dan Kejayaan.
5. Pohon beringin dilambangkan sebagai Persatuan dan Kesatuan.
A.
5
C. LOKASI DAN LUAS WILAYAH
1. Lokasi
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di selatan katulistiwa pada posisi 80° –
12° Lintang Selatan dan 118° – 125° Bujur Timur
Batas Wilayah :
Sebelah Utara
: Berbatasan dengan Laut Flores
Sebelah Selatan
: Berbatasan dengan Samudera Hindia
Sebelah Barat
: Berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara
Barat
Sebelah Timur
: Berbatasan dengan negara Timor Leste,
Provinsi Maluku dan Laut Banda
Berdasarkan letak geografisnya, Kepulauan NTT berada diantara Benua Asia dan Benua
Australia, serta diantara Samudera Indonesia dan Laut Flores. Provinsi NTT merupakan
wilayah kepulauan yang terdiri dari 1.192 pulau, 432 pulau diantaranya sudah
mempunyai nama dan sisanya sampai saat ini belum mempunyai nama. 42 pulau dihuni
dan 1.150 pulau tidak dihuni.
Diantara 432 pulau yang sudah bernama terdapat 4 pulau besar, yaitu :
Flores
Sumba
Timor, dan
Alor
Dan pulau-pulau kecil antara lain:
Adonara
Pamana Besar
Rusah
Pulau Batang
Doo
Rajina
Pulau Loren
Sebayur kecil
Babi
Panga Batang
Samhila
Kisu
Landu
Lomblen
Parmahan
Solor
Lapang
Manuk
Pura
Rusa
Trweng
Pulau dana
Pamana
Manifon
Rote
Komodo
Sebayur besar
Sarvu
Rinca
Serayu besar
Semau
Sebabi
Untelue
2. Luas Wilayah (luas darat dan laut, jumlah pulau) :
Luas wilayah daratan Provinsi Nusa Tenggara Timur ± 47.349,90 km2 atau 2,49% luas
Indonesia dan luas wilayah perairan ± 200.000 km2 diluar perairan Zona Ekonomi Eksklusif
6
Indonesia (ZEEI).
Luas wilayah berdasarkan Kabupaten/Kota
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
1
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Kabupaten/Kota
Sumba Barat
Sumba Timur
Kupang
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
Belu
Alor
Lembata
Flores Timur
Sikka
Luas Daerah
737,42
7.000,50
5.898,26
3.947,00
2.669,66
2.445,57
2.864,60
1.266,38
1.812,85
1.731,92
Presentase
1,56
14,78
12,46
8,34
5,64
5,16
6,05
2,67
3,83
3,66
Ende
2.046,62
4,32
Ngada
Manggarai
Rote Ndao
Manggarai Barat
Sumba Barat Daya
Sumba Tengah
Nagekeo
Manggarai Timur
Kota Kupang
Jumlah
1.620,92
4.188,90
1.280,00
2.947,50
1.445,32
1.869,18
1.416,96
2.502,24
160,34
47.349,90
3,42
8,85
2,70
6,22
3,05
3,95
2,99
5,28
0,34
100,00
Sumber : Buku NUSA TENGGARA TIMUR DALAM ANGKA 2009
Sumber : Brosur No. 30 Tahun 1979 – Dit. Agraria Prop. Dati I NTT
7
Luas wilayah berdasarkan pulau
8
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Pulau
Sumba
Sabu
Rote
Semau
Timor
Alor
Pantar
Lomblen
Adonara
Solor
Flores
Rinca
Komodo
Lain-lainnya
Jumlah
Luas Daerah
Presentase
11.040,00
421,70
1.214,30
261,00
14.394,90
2.073,40
711,80
1.266,00
518,80
226,20
14.231,00
212,50
332,40
445,90
47.349,90
23,30
0,90
2,60
0,60
30,40
3,40
1,50
2,70
1,10
0,50
30,00
0,40
0,70
0,90
100,00
Sumber : Brosur No. 30 Tahun 1979, Dit. Agraria Provinsi Dati I NTT
Buku : NUSA TENGGARA TIMUR DALAM ANGKA 2009
3. Peta Administrasi wilayah
Gambar 1.1 peta Provinsi Nusa Tenggara Timur
9
Gambar 1.2 Nusa Tenggara Timur dilihat melalui Google Maps
10
4. Pembagian Kabupaten/Kota di dalam Provinsi
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
Kabupaten/kota
Kupang
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
Belu
Alor
Flores Timur
Sikka
Ende
Ngada
Manggarai
Kecamatan
30
32
9
24
17
18
21
20
9
9
Kelurahan
22
12
34
12
17
17
13
23
16
17
Desa
218
228
140
196
158
209
147
191
78
132
0
11
1
Sumba Timur
Sumba Barat
22
6
16
8
140
45
2
1
Lembata
9
7
137
3
1
Rote Ndao
8
7
73
4
1
Manggarai Barat
7
5
116
5
1
Nagekeo
7
16
84
6
1
Sumba Tengah
4
-
43
7
1
Sumba Barat
8
2
94
8
1
Manggarai Timur
6
10
104
9
2
Kota Kupang
4
49
-
270
303
2533
0
Jumlah
11
5. Posisi Strategis Wilayah
Provinsi Kepulauan yang wilayahnya disatukan Laut Sawu dan Selat Sumba.
Wilayah terdepan di Selatan Indonesia yang berbatasan darat dengan Timor Leste
dan berbatasan Laut dengan Australia.
Memiliki 5 Pulau terdepan : Pulau Alor, Batek, Dana, Ndana, dan
Mengkudu. d. Mengelilingi Wilayah “Enclave“ Distrik Oekusi,
Negara Timor Leste”.
Garis pantai mencapai 5.700 Km.
Penduduk 4.683.827 jiwa (Terbesar kedua di Wilayah KTI setelah Provinsi
Sulawesi Selatan).
Secara geneologis unik, terdiri dari puluhan suku dan bahasa daerah
D.
KONDISI FISIK
Wilayah Nusa Tenggara Timur beriklim kering yang dipengaruhi oleh angin musim. Periode
musim kemarau lebih panjang, yaitu 7 bulan (Mei sampai dengan Nopember) sedangkan
musim hujan hanya 5 bulan (Desember sampai dengan April). Suhu udara rata-rata 27,6° C,
suhu maksimum rata-rata 29° C, dan suhu minimum rata-rata 26,1° C.
Presentase Penyinaran Matahari
di Kota Kupang Menurut Bulan
N
Nama Bulan
2009
2005
2006
2007
2008
o
1
Januari
53
64
40
59
65
2
Februari
43
84
66
57
37
3
Maret
75
69
54
53
65
4
April
96
77
70
75
89
5
Mei
85
94
88
97
99
12
6
Juni
98
96
82
82
90
7
Juli
94
89
89
98
97
8
Agustus
96
95
99
97
98
9
Septeber
98
92
100
99
96
10
Oktober
98
86
99
95
92
11
November
83
70
98
84
80
12
Desember
60
54
72
58
41
Sumber : Buku NUSA TENGGARA TIMUR DALAM ANGKA 2010
Rata-rata Kelembaban Udara, Arah / Kecepatan Angin,
Dan Rata-rata Tekanan Udara
di Kota Kupang
Menurut Bulan, 2008
No
Nama Bulan
Kelembaban
Arah/Kecepatan
Tekanan
Angin
1
Januari
88
6 / NW
1006,8
2
Februari
88
6 / NW
1006,0
3
Maret
86
4/Calm / NW
1007,7
4
April
78
6 / SE
1008,7
5
Mei
74
8 / SE
1010,5
6
Juni
70
8 / SE
1011,4
7
Juli
68
10 /SE
1011,9
8
Agustus
65
11 / SE
1011,8
9
September
67
9 / SE
1010,8
10
Oktober
63
10 / SE /NW
1009,9
11
November
72
7 / NW
1007,8
12
Desember
85
8 / NW
1006,9
13
Rata-Rata
75,33
7,75
1009,2
Sumber : Buku NUSA TENGGARA TIMUR DALAM ANGKA 2010
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika. Stasiun Klimatologi Kupang
Keterangan : Utara (N=North); Timur Laut (NE=North East);Timur
(E=East); Tenggara (SE=South East); Selatan(S=South); Barat Daya(South
West); Barat (W=West); Barat Laut(North West).
Jumlah Curah Hujan di Nusa Tenggara Timur
Menurut Kabupaten dan Bulan
2009
Nama
Kabupaten
Sumba
Jan
268
Feb
Ma
Ap
Me
Bulan
Ju Ju
151
r
160
r
39
i
19
n
–
3
115 0
3
0
11
2
5
l
–
Jml
Ag
t
–
Sep
x
Okt
No
Des
x
v
x
X
117
122
1
748
Barat
Sumba
131
163
196
9
0
Timur
Kupang
897
125
514
10
30
–
–
–
–
–
391 101
438
Timor
180
3
215
172
30
4
15
–
–
10
2
–
9
220 343
8
159
1
4
Tengah
Selatan
Timor
7
90
230
38
41
–
–
–
–
–
–
12
134
545
Utara
Belu
268
346
227
17
77
9
–
–
–
–
204 209
143
Alor
Lembata
Flores
x
120
317
x
162
439
x
167
135
38
X
26
67
x
88
–
x
–
–
x
–
–
x
–
32
x
–
0
x
5
1
104 244
x
x
22 x
9
488
469
103
2
707
Tengah
Timur
Sikka
185
186
38
14
41
–
1
–
–
16
–
Ende
126
143
116
2
53
13
–
13
11
13
–
229 38
14
8
109
Ngada
112
Mangarai
4
247
Rote
251
443
462
319
38
3
16
439
29
7
35
158
9
19
1
117 –
382
–
26
–
6
–
1
1
–
–
11
29
18
–
1
20
0
–
129 212
3
249
263 421
6
299
50
307
6
124
Ndao
Manggara
164
150
118
14
40
23
2
9
35
46
44
37
1
712
i Barat
Sumba
x
x
x
x
x
x
x
x
–
x
x
x
x
Daya
Sumba
x
x
x
x
x
x
x
x
–
x
x
x
x
Tengah
Nagekeo
Manggara
x
183
x
115
x
x
x
20
x
14
x
38
x
–
x
55
–
66
x
72
x
1
x
6
x
697
i Timur
Sabu
165
326
356
7
1
4
–
9
–
12
–
72
223
117
205 556
4
191
Barat
Raijua
Kota
554
454
105
3
40
–
2
–
–
–
Kupang
9
Sumber : Badan Meteorologi Dan Geofisika. Stasiun Klimatologi Kupang Sumber :
Buku NUSA TENGGARA TIMUR DALAM ANGKA 2010
1. Kondisi Geologi Nusa Tenggara Timur
Bagian timur Nusa Tenggara mulai dari Alor-Kambing-Wetar-Romang, disebut orogene timor
dengan pusat undasi di L. Flores. Evolusi orogenik daerah Nusa Tenggara bagian timur ini
agak kompleks karena pada masa Mesozoikum muda terjadi penggelombangan yang
termasuk sirkum Australia menghasilkan busur dalam dari P. Sumba kearah timur laut dan
busur luar melalui P. Sawu ke timur laut, Namun memasuki periode tertier daerah ini
mengalami penggelombangan dengan pusat undasi di Laut Flores sebagai bagian dari sitem
Pegunungan Sunda. Keganjilan-keganjilan yang nampak seperti posisi pulau sumba di
interdeep, garis arah busur luar Rote-Timor ke arah timur laut nndan sebagiannya, menurut
Van Bemmelen adalah warisan dari evolusi Geologis terdahulu yang tidak dapat dikaitkan
dengan sistem penggelombangan masa tertier dari pegunungan Sunda.
15
Adapun daerah undasi di Orogene Timor sebagai berikut:
ü Busur dalam: Alor-Kambing-Wetar-Romang, tidak memperlihatkan tanda-tanda vulkanis.
ü Palung Antara: Pulau Sumba-L. Sawu
ü Busur Luar: Dana-Raijua-Sawu-Rote-Semau-Timor.
ü Backdeep: Punggungan Batutaza
Brouwer (1917) mengemukakan absenya aktivitas vulakanisme didaerah ini karena jalan
keluarnya magma tersubat sebagai akibat dari pergeseran lempeng Australia ke utara.
Pendapat Brouwer ini mendapat tantangan dari para ahli belakangan ini termasuk Van
Bemmelen karena tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan adanya pergeseran secara lateral
ke utara disekitar P. Bantar-P. Alor, tempat mulai absenya aktivitas vulkanisme kearah timur.
Juga tidak ada perubahan arah struktural pada busur luar yang menandakan pengaruh tekanan
blok Australia, padahal busur luar inilah yang akan terlebih dahulu tenderita tekanan tersebut.
Lebih jauh, Van Bemmelen mengemukakan alasannya bahwa bila ditelusuri terus ke timur
maka deretan busur dalam yang tidak vulkanis ini tidak bersambung dengan deretan busur
dalam Damar-Banda yang vulkanis, tetapi dengan zona Ambon yang tidak vulkanis.
Menurut Van Bemmelen absennya aktivitas vulkanisme dari alor ke timur dan juga zona
Ambon terjadi karena berbatasan dengan dangkalan sahul.
Faktor lokal lainnya yang mungkin berpengaruh adalah:
1. Gaya endogen dari lapisan tektonosfer telah habis
2. Puncak asthenolithnya mungkin mengalami pembekuan sehingga saluran magma
yang keluar tersumbat.
Sumbu geantiklin di Nusa Tenggara makin ke timur makin tenggelam. Hal ini dapat dilihat
dari selat-selat antar pulau yang makin ke timur makin dalam (di sebelah barat pulau Tampar
rata-rata kurang dari 200 meter, sedang sebelah timurnya makin dalam yaitu antara PantarAlor= 1140m, Alor-Kambing=1260m, Kambing=1040 m, Wetar-Roman=lebih 2000 m,
sebelah timur Roman kira-kira 4000 m).
16
P. Rote, tersusun dari sedimen-sedimen yang telah mengalami pelipatan kuat, tertutup
dengan karang kuarter sampai ketinggian 430 m.
P. Sawu, terdiri dari batuan praterrier, dikelilingi oleh karang koral setinggi 300 m.
P. Timur, puncak genatiklinalnya mengalami depresi memanjang mulai dari teluk
Kupang sampai dengan sungai Lois. Brouwer (1935) mengemukakan bahwa menurut
cerita penduduk asli Timor, dahulu hampir seluruh pulau merupakan laut. G. Lakaan
1525 m dahulu merupakan pulau saja. Ini berarti pengangkatan P. Timor telah terjadi
Belum lama ini. Adanya pengangkatan tersebut didukung oleh bukti-bukti
ditemukannya sisa-sisa karang pada ketinggian 1000 m lebih. Pulau ini banyak
mengalami over thrust, batuan intrusi banyak yang tersingkap di permukaan bumi.
Bahan galian seperti emas, tembaga, chromium, dan uranium ditemukan di sana
namun dalam jumlah yang tidak ekonomis.
Sebaran struktur batuan geologi yang ada di wilayah propinsi ini, adalah :
1. Batuan Silicic (acid) Rock (batuan berasam kersi asam), terdapat di Kabupaten Alor,
Kabupaten Lembata, sebagian besar Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Sikka,
Kabupaten Ende, sebagian besar Kabupaten Ngada, sebagian Kabupaten Manggarai,
sebagian besar Manggarai Barat dan sebagian kecil Kabupaten Kupang;
2. Batuan Matic Basic Rocks (batuan basa);
3. Batuan Intermediate Basic (basa menengah);
4. Batuan Pre Tertiare Undivideo (pra tersier tak dibedakan);
5. Batuan Paleagene (pleogen);
6. Alluvial Terrace Deposit and Coral Reets (alluvium undak dan berumba koral);
7. Batuan Neogene (neogen);
8. Batuan Kekneno Series (deret kekneno);
9. Batuan Sonebait Series (deret sonebait);
17
10. Batuan Sonebait and Ofu Series Terefolde (deret sonebait dan deret terlipat bersama);
11. Batuan Ofu Series (deret ofu);
12. Batuan Silicic Efusives (efusiva berasam kersik);
13. Batuan Triassic (trias);
14. Batuan Crystalline Shist (sekis hablur
2. Proses Pembentukan Tektonik Nusa Tenggara Timur
Proses pembentukan Nusa Tenggara Timur tidak terlepas dari proses pembentukan tektonik
indonesia secara keseluruhan. Pada 40 juta tahun yang lalu, Sulawesi, Halmahera, dan pulau
pulau lainya di indonesia bagian timur belum terlihat bentuknya, juga bagian utara dari
Kalimantan belum muncul.
Pada 30 juta tahun yang lalu, lengan utara sulawesi ulai terbentuk bersamaan dengan jalur
oviolit jamboles. Sedangkan jalur ofiolit sulawesi timur masih berada dibelahan bumi selatan.
Pada 20 juta tahun yang lalu kontinen-kontien mikro bertumbukan dengan jalur ofiolit
sulawesi timur, dan laut maluku membentuk sebagai bagian dari laut filipina. Laut cina
selatan mulai membuka dan jalur tunjaman di utara serawak-sabah mulai aktif. Selnjutnya
Australia dan papua bergerak mendorong ke arah utara sehingga kalimantan dan pulau-pulau
di indonesia timur berotasi berlawanan arah dengan gerak jarum jam.
Pada 10 juta tahun yang lalu, benua mikro ukang besi – Buton bertumbukan dengan jalur
ofiolit sulawesi tenggara, tunjaman ganda terjadi dikawasan laut maluku, dan laut serawak
terbentuk di utara kalimantan. Sulawesi terbentuk yang merupakan gabungan dari setidaknya
tiga unsur dari lokasi berbeda. Kemudian di ikuti dengan terbentuknya pulau-pulau di daerah
laut banda dan halmahera. Kalimantan menjadi utuh dengan menyatunya bagian utara yang
berasal dari unsur di utaranya. Demikian juga papua posisinya sudah lebih dekat ke
indonesia.
18
Pada 5 juta tahun yang lalu, benua mikro banggai-sula bertumbukan dengan jaalur ofiolit
sulawesi timur, dan mulai aktif tunjangan miring di antara papua nugini. Sulawesi yang
merupakan pulau besar termuda di indonesia, ternentuk menjadi sempurna seperti sekarang
sejak lima juta tahun yang lalu.
Kepulauan Nusatenggara terletak pada dua jalur geantiklin yang merupakan sambungan dari
bagian barat Busur Sunda-Banda. Busur terdiridari pulau-pulau : Romang, Wetar, Kambing,
Alor, Pantar, Lomblen, Solor,Adonara, Flores, Rinca, Komodo, Sumbawa, Lombok dan Bali.
Sedangkan Busur geantiklin dimulai dari timur ke barat sebelah selatan terdiri dari :Timor,
Semau Roti, Sawu, Raijua dan Dana.Pematang Geantiklin tersebut bercabang dua di daerah
Sawu, satu cabang masuk kearah barat menyeberangi P.Raijua dan P. Dana terus ke Pematang
submarin pada palung Jawa Selatan, cabang lainnya bersambung dengan busur Sunda-Banda
melalui P. Sumba. Pada umumnya struktur didaerah penyelidikan sesar mendatar yang
berarahbarat–timur, meskipun ada yang berarah timurlaut-baratdaya.
“Proses geodinamika global (More et al, 1980), selanjutnya berperan dalam membentuk
tatanan tepian pulau-pulau Nusantara tipe konvergen aktif (Indonesia maritime continental
active margin), di mana bagian luar Nusantara merupakan perwujudan dari zona penunjaman
(subduksi) dan atau tumbukan (kolisi) terhadap bagian dalam Nusantara, yang akhirnya
membentuk fisiografi perairan Indonesia.
3.
Patahan dan Sesar Nusa Tenggara Timur
Wilayah Kepulauan Nusa Tenggara timur dan sekitarnya merupakan bagian dari kerangka
sistem tektonik Indonesia. Daerah ini termasuk dalam jalur pegunungan Mediteranian dan
berada pada zona pertemuan lempeng. Pertemuan kedua lempeng ini bersifat konvergen, di
mana keduanya bertumbukan dan salah satunya, yaitu lempeng Indo-Australia, menyusup ke
bawah lempeng Eurasia. Batas pertemuan lempeng ini ditandai dengan adanya palung lautan
(oceanic trough), terbukti dengan ditemukannya palung di sebelah selatan Pulau Timor yang
dikenal sebagai Timor through.
Pergerakan lempeng Indo- Australia terhadap lempeng Eurasia mengakibatkan daerah
Kepulauan Alor sebagai salah satu daerah yang memiliki tingkat kegempaan yang cukup
tinggi di Indonesia berkaitan dengan aktivitas benturan lempeng (plate collision). Pergerakan
lempeng ini menimbulkan struktur-struktur tektonik yang merupakan ciri-ciri sistem
19
subduksi, yaitu Benioff Zone, palung laut, punggung busur luar (outer arc ridge), cekungan
busur luar (outer arc basin), dan busur pegunungan (volcanic arc).
Selain kerawanan seismik akibat aktivitas benturan lempeng, kawasan Alor juga sangat rawan
karena adanya sebuah struktur tektonik sesar naik belakang busur kepulauan yang populer
dikenal sebagai back arc thrust. Struktur ini terbentuk akibat tunjaman balik lempeng Eurasia
terhadap lempeng Samudra Indo-Australia. Fenomena tumbukan busur benua (arc-continent
collision) diduga sebagai pengendali mekanisme deformasi sesar naik ini.
Back arc thrust membujur di Laut Flores sejajar dengan busur Kepulauan Bali dan Nusa
Tenggara dalam bentuk segmen-segmen, terdapat segmen utama maupun segmen minor.
Fenomena sesar naik belakang busur kepulauan ini sangat menarik untuk diteliti dan dikaji
mengingat sangat aktifnya dalam membangkitkan gempa- gempa tektonik di kawasan
tersebut.
Sesar ini sudah terbukti nyata beberapa kali menjadi penyebab gempa mematikan karena ciri
gempanya yang dangkal dengan magnitude besar. Berdasarkan data, sebagian besar gempa
terasa hingga gempa merusak yang mengguncang Bali, Nusa Tenggara Barat, dan NTT
disebabkan oleh aktivitas back arc thrust ini, dan hanya sebagian kecil saja disebabkan oleh
aktivitas penyusupan lempeng.
Sesar segmen barat dikenal sebagai Sesar Naik Flores (Flores Thrust) yang membujur dari
timur laut Bali sampai dengan utara Flores. Flores Thrust dikenal sebagai generator gempagempa merusak yang akan terus-menerus mengancam untuk mengguncang busur kepulauan.
Sesar ini menjadi sangat populer ketika pada tanggal 12 Desember 1992 menyebabkan gempa
Flores yang diikuti gelombang pasang tsunami yang menewaskan 2.100 orang. Sesar ini juga
diduga sebagai biang terjadinya gempa besar di Bali yang menewaskan 1.500 orang pada
tanggal 21 Januari 1917.
Sesar segmentasi timur dikenal sebagai Sesar Naik Wetar (Wetar Thrust) yang membujur dari
utara Pulau Alor hingga Pulau Romang (Gambar 2). Struktur ini pun tak kalah berbahaya dari
Flores Thrust dalam “memproduksi” gempa- gempa besar dan merusak di kawasan NTT,
khususnya Alor. Sebagai contoh bencana gempa bumi produk Wetar Thrust adalah gempa
20
Alor yang terjadi 18 April 1898 dan gempa Alor, 4 Juli 1991, yang menewaskan ratusan
orang.
Berdasarkan tinjauan aspek seismisitas dan tektonik tersebut, dapat disimpulkan bahwa
tingginya aktivitas seismik daerah Kepulauan Alor disebabkan kawasan kepulauan ini diapit
oleh dua generator sumber gempa, yaitu dari arah selatan Alor, berupa desakan lempeng
Indo-Australia, dan di sebelah utara Alor, terdapat sesar aktif busur belakang (Wetar Thrust).
Adapun gempa Alor yang terjadi 12 November 2004 besar kemungkinan disebabkan oleh
aktivitas Wetar Thrust. Di samping karena episenternya yang memang berdekatan dengan
Wetar Thrust, gempa tersebut juga memiliki kedalaman normal (dangkal).
Gempa dangkal adalah salah satu ciri utama gempa akibat aktivitas sesar aktif. Faktor
pendukung lain adalah hasil analisis solusi bidang sesar yang menunjukkan sesar naik (thrust
fault), yang juga merupakan ciri mekanisme gempa back arc thrust. Gambaran seismisitas
dan kerangka tektonik di atas kiranya cukup memberikan gambaran yang menyeluruh bahwa
Kepulauan Alor dan sekitarnya sangat rawan terhadap bencana kebumian, seperti gempa
bumi dan tsunami.
Bagi masyarakat Alor, kondisi alam yang kurang “bersahabat” ini adalah sesuatu yang harus
diterima sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, semua itu adalah risiko yang harus
dihadapi sebagai penduduk yang tinggal dan menumpang di batas pertemuan lempeng
tektonik.
4.
Gunung - Gunung yang berada pada Nusa Tenggara Timur
Salah satu sifat gunung yang paling signifikan adalah kemunculannya pada titik pertemuan
lempengan-lempengan bumi, yang saling menekan saat saling mendekat, dan gunung ini
“mengikat” lempengan-lempengan tersebut.Dengan sifat tersebut,pegunungan dapat
disamakan seperti paku yang menyatukan kayu.Selain itu, tekanan pegunungan pada kerak
bumi ternyata mencegah pengaruh aktivitas magma di pusat bumi agar tidak mencapai
permukaan bumi, sehingga mencegah magma menghancurkan kerak bumi.
NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri atas tiga pulau besar yakni Flores, Sumba
dan sebagian Pulau Timor serta pulau-pulau lain yang lebih kecil seperti Komodo, Kepulauan
21
Alor dan Solor, Roti, Sabu, dll. Wilayah ini merupakan wilayah vulkanis memiliki alam yang
berbukit- bukit dengan iklimnya yang kering.
Nama-Nama Gunung
di Provinsi Nusa Tenggara Timur
N
Nama Gunung Berapi
o
Tinggi
Daerah
DAerah
Tahun
Diatas
Bahay
Waspada
Letusan
Permukaa
a
(Km2)
Terakhir
n Laut
(Km2)
1
Ine Like
1.559
51,2
85,8
2
Ebu Lobo
2.149
125,2
97,8
3
Iya
637
27,5
127,5
4
Kelimutu
1.640
78,9
41,8
5
Roka Tenda
875
28,3
50,8
6
Lewo Tobi (Laki–laki)
1.584
69,2
150,6
7
Lewo Tobi (Perempuan) 1.703
68,0
136,1
8
Lera Boleng
1.117
32,7
45,7
9
Ile Boleng
1.659
87,8
71,7
10 Ile Lewotolo
1.319
85,0
108,2
11 Ile Werung
1.018
112,6
132,2
Sumber : Buku Prov. NTT Dalam Angka, Tahun 2007 BPS Prov. NTT.
5.
Tanah
Keadaan formasi tanah di Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur secara garis besar adalah
sebagai berikut:
a. Pulau Flores dan sekitarnya
Tanah di Pulau Flores terdiri dari jenis tanah mediteran dengan bentuk wilayah
Volkan, tanah Kompleks dengan bentuk wilayah pegunungan, kompleks Latosol
dengan bentuk wilayah Volkan, Alluvial dengan bentuk wilayah dataran. Tanah-tanah
Mediteran dengan bentuk wilayah Volkan mempunyai penyebaran yang paling luas.
Pulau Lembata Adonara dan Solor mempunyai tanah jenis Mediteran dengan bentuk
Volkan.
b. Pulau Sumba
22
Tanah di Pulau Sumba terdiri dari jenis mediteran dengan bentuk wilayah
pengunungan lipatan dan datar serta bentuk wilayah volkan. Latosol dan Grumusol
dengan bentuk wilayah pelembahan.
Tanah Mediteran dengan bentuk wilayah pengunungan lipatan adalah merupakan
jenis tanah yang paling luas penyebarannya.
c. Pulau Timor dan sekitarnya
Jenis tanah di Pulau Timor adalah tanah-tanah kompleks dengan bentuk wilayah
pengunungan kompleks, mediteran dengan bentuk wilayah lipatan, Grumusol dengan
bentuk wilayah dataran, Latosol dengan bentuk wilayah plato/Volkan. Tanah-tanah
kompleks dengan bentuk wilayah pengunungan kompleks merupakan jenis tanah
yang paling luas penyebarannya. Pulau Alor dan Pantar mempunyai jenis tanah
Mediteran bentuk tanah Volkan.
Berdasarkan penyebarannya, maka prosentasi jenis-jenis tanah di wilayah Nusa
Tenggara Timur antara lain terdiri dari tanah Mediteran 51%; tanah-tanah kompleks
32,25%; Latosol 9,72%; Grumusol 3,25%; Andosol 1,93%; Regosol 0,19% dan
jenis tanah Aluvial 1,66% (Sumber Rencana Umum Kehutanan Propinsi Dati I Nusa
Tenggara Timur tahun 1987).
6. Morfologi
Sistem Pegunungan Nusa Tenggara
Pulau-pulau Nusa Tenggara terletak pada dua jalur geantiklinal yang merupakan perluasan
dari bagian barat dari busur Banda :
1. Geantiklinal dalam bagian utara membujur dari timur sampai ke Pulau Roma, Wetar,
Kambing, Alor, Pantar, Lomblen, Solor, Adonara, Flores, Rinca, Komodo, Sumbawa,
Lombok, dan Bali.
2. Busur luar dibagian selatan terdiri dari Pulau Timor, Seram, Roti, Sawu, Raijua dan Dana
Punggung geantiklinal itu bercabang dua di daerah Sawu, yaitu :
a. Membentuk sebuah ambacang yang menurun ke arah laut melintasi Raijua, dan
Dana berakhir ke arah punggungan bawah laut pada palung di sebelah selatan Jawa.
b. Merupakan rantai penghubung dengan jalur dalam yang melintasi pulau Sumbawa.
23
Palung Belakang
Di sebelah timur Flores, palung belakang dari kepulauan Nusa Tenggara dibentuk oleh bagian
barat dari Basin Banda Selatan. Di sebelah utara Flores dan Sumbawa terbentang Laut Flores
terdiri dari 3 bagian :
1. Laut Flores Barat Laut adalah sebuah dataran yang luas dan dangkal, menghubungkan
Lengan Selatan Sulawesi dengan Dangkalan Sunda.
2. Basin Flores Tengah berbentuk segitiga dengan puncaknya terletak di selatan vulkan
Lompobatang yang diduga ada hubungan dengan depresi Walanesia dari lengan
Selatan Sulawesi.
3. Sebelah timur Flores terdiri dari punggungan dan palung diantaranya Selayar yang
menghubungkan Lengan selatan Sulawesi dengan punggungan bawah laut Batu Tara.
Palung Depan
Diantara Pulau Christmas dan punggungan bawah laut di sebelah selatan pulau Jawa terdapat
parit dalam yang utama, membujur dari timur ke barat dalamnya 7450 m.
Palung depan bagian Jawa, dari sistem punggungan Sunda itu membentang ke arah timur
sebuah palung yang sempit dalamnya 6000-7000 m, sampai di Sumba kedalamannya
berkurang dan di sebelah selatan Sawu melengkung ke arah timur laut sejajar dengan pulau
Timor. Sampai di Pulau Roti sebuah punggungan (1940) memisahkan bagian barat ini dari
palung Timor (-3310 m). Palung di selatan Jawa itu di bagian selatan dibatasi oleh sebuah
pengangkatan dasar laut yang tidak jelas batasnya, melewati Pulau Christmas menuju dasar
laut yang dalamnya ±3000-4000 m di antara 108,5º dan 114,5º BT laut dangkal yang terpisah
pada 110º 40’ BT dan 12º 30’ LS. Bagian timur dari palung depan Timor itu dibatasi oleh
dangkalan Australia atau dangkalan Sahul (Laut Arafura).
Busur Dalam (Inner Arc)
24
Busur dalam dari Nusa Tenggara menghubungkan Pulau Jawa dengan Busur Dalam Banda,
sehingga membentuk sebuah jalur panjang dari pulau-pulau vulkanis yang subur. Busur
dalam Nusa Tenggara terletak pada punggungan geantiklinal yang lebarnya ±100 km pada
ujung barat, berangsur-angsur makin ke timur makin berkurang sehingga sebelah timur Flores
menjadi ±40 km. Selat antara pulau-pulau barat dangkal, makin ke timur makin dalam.
Busur Luar (Outer Arc)
Kepulauan Nusa Tenggara yang termasuk busur luar ialah Pulau Dana, Raijua, Sawu, Roti
Semau, dan Timor. Punggung bawah luat dari selatan Jawa muncul sampai 1200 m di bawah
permukaan laut, selanjutnya menurun ke arah timur sampai kedalaman 4000 m, kemudian
sumbu geantiklianal naik lagi sampai ke Pulau Sawu, Dana, dan Raijua.
Morfologi Pulau Flores
Flores dipisahkan dari Sumbawa oleh Selat Sape yaitu sebuah parit sempit yang dalamnya
lebih dari 200 m. Pulau Komodo dan Rinca termasuk puncak geantiklinal dari Flores Barat
sampai Flores Tengah yang terdiri dari batuan Vulkanis Tertier dan intrusi magmatis yang
dapat dibandingkan dengan Pegunungan Selatan Jawa. Vulkan yang lebih muda muncul di
sepanjang pantai selatan Flores Barat yang dikenal dengan vulkan Paluweh.
Di Flores Timur geantiklinal tenggelam kemudian tersambung dengan Solor, Adonara,
Loblem, dan Pantar yang terdiri dari vulkan muda yang aktif, kemudan melintasi Alor,
Kambing, Wetar dan Rembang, merupakan vulkan yang tidak aktif lagi. Pulau-pulau itu
terdiri dari endapan vulkanis dari zaman Tertier Akhir yang sebagian terdapat di bawah
permukaan air laut.
Morfologi Pulau Sumba
25
Pulau Sumba adalah mata rantai geologis yang terpenting antara busur dalam dan busur luar
dari sistem pegunungan Sunda. Vulkan muda tidak ada, tanah tertutup oleh Deposit Marine
Neogen Quarter yang tersebar secara luas merupakan “bad land” (tipe perhiasan).
Morfologi Pulau Sawu
Sawu mempunyai koral yang tingginya 300 m di atas permukaan laut dan mengelilingi
pulau-pulau ini yang terdiri dari batuan Pre-Tertier. Punggungan Dana ,Raijua, dan Sawu
mempunyai kedudukan terpisah dari punggungan Roti Timor dan dipisahkan oleh Selat Dao
dalamnya ±1000 m.
Morfologi Pulau Rote
Pulau Roei terdiri dari sedimen-sedimen yang terlipat dengan kuat dan tertutup oleh batu
karang Kwarter yang tingginya 430 m di atas permukaan laut.
Morfologi Pulau Timor
Pulau Timor terjadi karena pengangkatan geantiklinal yang lebar serta pulau-pulau lain yang
tersebar di Indonesia. Di pulau Timor terdapat depresi memanjang pada bagian puncak
geantiklinal yang dapat diikuti dari Teluk Kupang sampai pada Muara Sungai Lois.
Berdasarkan keterangan penduduk asli pulau Timor hampir seluruhnya tergenang oleh air laut
dan punggungan yang tertinggi adalah Lakoan (1525).
Daerah Aliran Sungai (DAS)
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Daerah Aliran Sungai) di wilayah Propinsi Nusa
Tenggara Timur berdasarkan pada satuan Wilayah Daerah Aliran Sungai (SWP DAS). SWP
Daerah Aliran Sungai di Provinsi Propinsi Nusa Tenggara Timur berjumlah 31 buah. Adapun
rincian letak dan luas Das dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel : Das per kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur
26
No.
Kabupaten/Kota
Nama DAS
1.
Kota Kupang
Oesao
2.
Kupang
3.
Rote Ndao
4.
Timor Tengah Selatan
5.
6.
7.
Timor Tengah Utara
Belu
Sumba Timur
1.
Oesao
2.
Tramanu
3.
Noelmina
P. Roti
1.
Noelmina
2.
Muke
3.
Benenain
1.
Besi Erat
2.
Benenain
1.
Benenain
2.
Laumea
3.
Lois
1.
Mangili-
Rendi
8.
9.
Sumba Barat
Alor
10.
Lembata
11.
Flores Timur
12.
Sikka
2.
Kambaniru
3.
Kalada
4.
Wonokaka
1.
Kalada
2.
Wonokaka
3.
Bondokodi
1.
P. Alor
2.
P. Pantar
P. Lomblen
1.
P. Adonara
2.
P. Solor
3.
Waeruni
4.
Nebe
1.
Waeruni
27
13.
14.
15.
Ende
Ngada
Manggarai
2.
Nebe
3.
Magepanda
4.
Loworea
1.
Magepanda
2.
Loworea
1.
Magepanda
2.
Loworea
3.
Aisesa
4.
Wera Buntal
5.
Moke
1.
Wera Buntal
2.
Moke
3.
Waeterang
4.
Jamal
Lembor
16
Manggarai Barat
1.
Waeterang
2.
Jamal
Lembor
3.
Anganae
4.
P. Komodo
5.
P. Rinca
Dari 31 DAS tersebut ada beberapa yang sudah dibagi menjadi sub DAS - sub DAS terutama
pada daerah-daerah yang dianggap strategis untuk mendukung pembangunan.di sekitarnya
baik berupa cek dam, bendungan dll
28
Beberapa Sub DAS yang telah dibuat RTL-RLKT diantaranya, antara lain :
DAS Oesao (Sub DAS Oesao, Noelbeno, Nunkurus, Pulukayu, Oebelo, Manikin,
Oesapa Besar) terletak di Kotamadya Kupang dan kabupaten Kupang.
DAS Noelmina (Sub DAS Bokong, Lake, Besiam, Meto) terletak di Kabupaten
Kupang, Timor Tengah Selatan.
DAS Benenain (Sub DAS Noni, Lakoe, Maubesi, Baen-Tobino, Kotoen, Bikomi) di
Kabupaten Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara dan Belu,
7.
DAS Aisesa (Sub DAS Aisesa, Posolik, Waru) di Kabupaten Ngada
DAS Kalada dan DAS Wonokaka (Sub DAS Karendi) di Kabupaten Sumba Barat.
Penggunaan Lahan
Pemanfaatan lahan di Provinsi Nusa Tenggara Timur berbeda antara masing-masing
kabupaten. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan kondisi fisik lahan yang bervariasi
dalam hal topografl, kelerengan, kesuburan tanah dan pasang surut air sungai. Wilayah Nusa
Tenggara Timur dengan luas 4.734.980 ha, sebagian besar merupakan kawasan hutan
1.808.900 ha (Penunjukan Menhut SK.423/Kpts-II/1999) dan 2.926.080 Ha kawasan yang
berada diluar kawasan hutan berupa lahan pertanian (sawah dan ladang/tegalan),
perkebunan , kebun dan areal penggunaan lain . Dan keterangan tersebut diketahui bahwa
sektor kehutanan menjadi salah satu andalan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Salah satu
sektor andalan lainnya adalah sektor pertanian, dalam hal ini lahan sawah sebagian besar
terdapat di daerah pesisir pantai utara dan pesisir sungai yang merupakan sawah tadah hujan
dan sawah pasang surut. Pertanian lahan kering meliputi dataran rendah dan daerah lereng di
kaki gunung.
Dikaitkan dengan mata pencaharian, hampir 80 % penduduk Nusa Tenggara Timur
menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Usaha tani sawah tadah hujan dan
pertanian lahan kering merupakan sistem yang paling banyak dilakukan. Selain pertanian
menetap, pedadangan berpindah dengan sistem tebas bakar merupakan cara yang biasa
dilakukan. Jenis tanaman yang dikembangkan oleh petani di lahan kering antara lain padi
29
gogo, jagung, kacang-kacangan, sayur-sayuran dan buah-buahan (mangga, nangka,
cempedak, dan lain-lain). Jenis-ienis tersebut ditanam bercampur dengan cara tradisional,
tanpa penggunaan pupuk dan obat-obatan untuk peningkatan produksinya. Pola usaha tani
sistem perladangan tersebut cenderung menimbulkan masalah-masalah erosi, kemunduran
produksi dan degradasi lahan.
Persentase Penggunaan Lahan di Provinsi NTT
Kawasan Hutan; 38%
Kawasan di luar kawasan Hutan (sawah,ladang,tegalan,perkebunan,kebun); 62%
8. Flora
Jenis tumbuhan (flora) yang telah dibudidayakan oleh penduduk, seperti tanaman padi,
jagung, ubi-ubian, kacang-kacangan, sayur-mayur, buah-buahan, kelapa, cengkeh , vanili,
jambu mente, kapas, kapuk, kemiri, asam, dll juga terdapat jenis tumbuhan di kawasan hutan
seperti kayu akasia, kayu putih, kayu cendana, kayu lontar, kayu gaharu, dll. Dari sekian
banyak jenis tumbuhan kayu ini yang paling terkenal adalah kayu cendana yang memiliki
kualitas yang lebih baik dibanding kayu cendana yang ada di wilayah lainnya di Indonesia.
30
Pohon Cendana
Pohon Gaharu
Pohon Kemiri
Pohon Lontar
31
9. F a u n a
Jenis fauna yang ada di wilayah ini dan sudah diternakkan, antara lain kuda, sapi, kerbau,
kambing, berbagai jenis unggas, disamping itu terdapat binatang liar yang hidup di kawasan
hutan seperti rusa, babi hutan, kerbau liar, kuda liar. Satu jenis binatang purba yang hanya ada
di wilayah ini dan tidak terdapat di daerah lain di dunia adalah Komodo.
Komodo Flores
Biawak NTT
32
Kus-Kus NTT
Burung Timor
Ular Timor
33
Babi Hutan
Timor Predator
Ayam Hutan
34
Kuda Sumba
E. Kondisi Manusia
1.
Informasi Kependudukan
Berdasarkan data Biro Pemerintahan Setda Provinsi NTT tahun 2009 jumlah penduduk
adalah sebanyak 4.986.045 jiwa yang tersebar di 20 kabupaten/kota. Sementara itu
kabupaten/Kota pada tahun 2009 yang memiliki jumlah penduduk yang tertinggi adalah
kabupaten Timor Tengah Selatan sebesar 459.972 jiwa dan terendah di kabupaten Sumba
tengah sebanyak 82.678 jiwa.
2.
Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan Penduduk dari Tahun 2009-2020
6
5
Million
4
3
2
1
0
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Tahun
35
2016
2017
2018
2019
2020
Berdasarkan data di atas dapat di ketahui bahwa pertumbuhan penduduk di Provinsi Nusa
Tenggara Timur pada tahun 2009 adalah 4,5 juta orang, pada tahun 2010 ialah 4,6 juta jiwa,
sedangkan pada tahun 2011 meningkat menjadi 4,7 juta jiwa. Seiring bertambahnya waktu
penduduk Provinsi NTT semakin banyak terlihat pada diagram batang di atass pada tahun
2012 penduduk NTT bertambah menjadi 4,8 juta jiwa. Dan di tahun selanjutnya yaitu pada
tahun 2013 bertambah kembali menjadi 4,9 juta jiwa. Pada tahun-tahun selanjutnya penduduk
yang ada dan tinggal di NTT semakin bertambah yaitu 5 juta jiwa. Perkiraan pada tahuntahun selanjutnya sampai tahun 2020 jumlah penduduk mencapai 5,5 juta jiwa.
3. Kepadatan penduduk
Kepadatan Penduduk (Jiwa/KM2)
104
102
100
Kepadatan Penduduk (Jiwa/KM2)
98
96
94
92
2008
2009
2010
2011
2012
Berdasarkan diagram batang diatas dapat diketahui dan disimpulkan bahwa kepadatan
penduduk Provinsi Nusa Tenggara Timur dari tahun 2008 adalah 103 jiwa/km 2. Pada tahun
2009 Kepadatan penduduk NTT menurun mencapai 101 jiwa/km2. Pada tahun selanjutnya
yaitu 2010 sebesar 99 jiwa/km2. Tahun 2011 kepadatan penduduk menurun menjadi 98
jiwa/km2. Dan pada tahun 2012 menurun kembali menjadi 96 jiwa/km2.
36
4.
Mata Pencaharian
Jumlah penduduk Provinsi NTT tahun 2012 berjumlah 4.899.260 jiwa terdiri dari 2.428.626
laki-laki dan 4.470.634 perempuan, dimana ± 85,9% nya berada di pedesaan.
Mata pencaharian penduduk Nusa Tenggara Timur pada umumnya adalah di bidang Pertanian
Lahan Kering. Karena Musim Hujan berlangsung relative singkat, hanya 3-4 bulan setiap
tahunnya
5. Rasio Jenis kelamin
Secara keseluruhan jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari
penduduk berjenis kelamin perempuan, yakni laki-laki berjumlah 2.502.576 jiwa sedangkan
perempuan berjumlah 4.986.045 jiwa.
Secara rinci jumlah penduduk per kabupaten/kota tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut:
Kode
Kabupaten/
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Kecamata
Desa/
Wilayah
Kota
(jiwa)
(jiwa)
Jiwa
n
Kelurahan
1
5301
Kupang
Timor
201.891
193.366
395.257
24
177
2
5302
Tengah
228.916
231.056
459.972
32
278
125.063
122.753
247.816
24
174
110.147
102.896
134.879
150.587
131.146
80.158
156.830
119.995
73.630
62.263
69.863
107.809
104.530
141.972
161.057
135.622
82.437
158.884
113.119
69.149
68.839
68.792
217.956
207.426
276.851
311.644
266.768
162.595
315,714
233.144
142.779
131.102
138.655
12
17
19
21
21
12
11
22
6
9
10
81
175
253
160
278
152
162
156
74
144
89
127.516
125.980
253.496
10
121
77.909
79.889
157.798
7
113
No.
3
5303
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
5304
5305
5306
5307
5308
5309
5310
5311
5312
5313
5314
15
5315
16
5316
Selatan
Timor
Tengah Utara
Belu
Alor
Flores Timur
Sikka
Ende
Ngada
Manggarai
Sumba Timur
Sumba Barat
Lembata
Rote Ndao
Manggarai
Barat
Nagekeo
37
17
5317
18
5318
19
5319
22
5371
Sumba
Tengah
Sumba Barat
Daya
Manggarai
Timur
Kota Kupang
TOTAL
42.580
40.098
82.678
5
66
156.744
144.018
300.762
11
131
125.759
123.628
249.347
9
176
223.804
2.502.576
210.471
2.483.469
434.275
4.986.045
6
288
51
3.010
Sumber data tabel : BPS-NTT Dalam angka 2009
6. Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk Nusa Tenggara Timur pada umumnya adalah di bidang Pertanian
Lahan Kering. Karena Musim Hujan berlangsung relative singkat, hanya 3-4 bulan setiap
tahunnya.
7.
Budaya Khas
Rumah Adat
Nusa Tenggara Timur adalah provinsi Indonesia yang berada di tenggara Indonesia. Provinsi
ini memiliki beberapa pulau, yaitu pulau Flores, pulau Sumba, pulau Timor, pulau Alor, pulau
Lembata, pulau Rote, pulau Sabu, pulau Adonara, pulau Solor, pulau Komodo dan pulau
Palue. Ibukotanya terletak di Kupang, Timor Barat. Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki 2
rumah adat yang unik dan menarik yaitu Mbaru Niang dan Sao Ria Tenda Bewa Moni
Koanara.
Mbaru Niang
Mbaru Niang adalah rumah adat yang berada di Wae Rebo, yaitu sebuah desa yang letaknya
berada di pedalaman dan diarungi oleh pegunungan dan panorama hutan tropis lebat di Desa
Satar Lenda, Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai Barat, Pulau Flores, Nusa
Tenggara Timur.
38
Rumah adat Mbaru Niang bentuknya seperti cone yang dibalik, yaitu kerucut menjulur ke
bawah dan hampir menyentuh tanah. Strukturnya setinggi 5 lantai dengan tinggi sekitar 15
meter. Atap rumah adat Nusa Tenggara Timur ini diisi oleh daun lontar yang ditutupi ijuk atau
ilalang dan kerangka atap terbuat dari bambu sedangkan pilar rumah menggunakan kayu
worok yang besar dan kuat.
Hebatnya rumah adat ini tidak memakai paku tetapi menggunakan tali rotan untuk mengikat
konstruksi bangunan. Meski bangunannya tidak terlalu besar, setiap mbaru niang bisa diisi
oleh enam sampai delapan keluarga.
Setiap lantai rumah Mbaru Niang memiliki ruangan dengan fungsi yang berbeda beda. Secara
berurutan tersusun dari lutur, lobo, lentar, lempa rae, dan terakhir hekang kode. Tingkat
pertama disebut lutur atau tenda, biasa digunakan sebagai tempat hunian dan berkumpul
dengan keluarga. Tingkat kedua adalah lobo atau loteng yang berfungsi untuk menaruh bahan
makanan dan barang sehari-hari. Tingkat ketiga disebut lentar untuk menaruh benih-benih
39
tanaman pangan yang digunakan untuk bercocok tanam, seperti benih jagung, padi, dan
kacang-kacangan. Tingkat keempat disebut lempa rae yaitu ruangan untuk stok pangan
apabila terjadi gagal panen atau hasil panen kurang berhasil akibat kekeringan, dan tingkat
kelima disebut hekang kode untuk tempat menaruh sesajian persembahan kepada leluhur.
Mbaru niang di Wae Rebo merupakan rumah adat warisan nenek moyang ratusan tahun yang
lalu yang diturunkan terus menerus kepada keturunannya. Banyak Mbaru Niang yang
mengalami kerusakan karena untuk memperbaikinya membutuhkan biaya yang banyak.
Sampai akhirnya seorang arsitek dari Jakarta, yaitu Yoris Antar, dan kawan – kawannya yang
sangat mengagumi rumah adat ini mengadakan gerakan untuk mengumpulkan dana bagi
pelestarian dan perbaikan kembali rumah adat ini sehingga kini sudah berdiri 7 rumah
kerucut mbaru niang yang nyaman untuk ditinggali dan bagus untuk dijadikan wisata.
40
Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara
Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara merupakan rumah adat yang berada di Desa Koanara,
Kelimutu, Nusa Tenggara Timur. Seperti Mbaru Niang, Rumah adat ini juga memiliki
karakteristik dan bentuk yang unik dan juga menarik karena desain atap yang khas yang
terbuat dari ilalang dan hampir menyentuh tanah.
Ada tiga jenis rumah Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara, yaitu rumah baku, rumah tinggal
dan lumbung padi. Rumah baku digunakan untuk menyimpan dan melestarikan tulang
tengkorak milik leluhur dan sudah ada 13 keturunan yang tulang tengkoraknya dilestarikan di
simpan di rumah ini. Kemudian rumah baku dengan atap yang seluruhnya menyentuh tanah
berfungsi sebagai rumah penyimpanan hasil panen sawah. Sedangkan rumah dengan kepala
kerbau yang disangkutkan di depan pintu rumah merupakan rumah hunian.
41
Sao Ria Tenda Bewa Moni Koanara yang berfungsi sebagai lumbung padi berbentuk
panggung dan persegi empat. Pada bagian dasar rumah terdapat jejeran tumpukan batu yang
membuat rumah lebih tinggi dari tanah. Dari jauh, rumah ini seperti tidak memiliki pintu
masuk.
Bahasa Daerah
Bahasa yang bisa didapati di NTT adalah:
1. Bahasa Sasak
42
2. Bahasa Sumbawa
3. Bahasa Sumba
4. Bahasa Timor
5. Bahasa Tetun
6. Bahasa Rote
7. BahasA Solor
8. Bahasa Belu
Tarian Daerah
Tarian Caci-caci
Adalah ritual Penti Manggarai. Upacara adat merayakan syukuran atas hasil panen yang satu
ini dirayakan bersama-sama oleh seluruh warga desa. Bahkan ajang prosesi serupa juga
dijadikan momentum reuni keluarga yang berasal dari suku Manggarai.
Ritus penti dimulai dengan acara berjalan kaki dari rumah adat menuju pusat kebun atau
Lingko, yang ditandai dengan sebuah kayu Teno . Di sini, akan dilakukan upacara
Barong Lodok, yaitu mengundang roh penjaga kebun di pusat Lingko, supaya mau hadir
mengikuti perayaan Penti. Lantas kepala adat mengawali rangkaian ritual dengan melakukan
Cepa atau makan sirih, pinang, dan kapur. Tahapan selanjutnya adalah melakukan Pau Tuak
alias menyiram minuman tuak yang disimpan dalam bambu ke tanah. Urutan prosesi tiba
pada acara menyembelih seekor babi untuk dipersembahkan kepada roh para leluhur.
Tujuannya, supaya mereka memberkahi tanah, memberikan penghasilan, dan menjauhkan
dari malapetaka. Para peserta pun mulai melantunkan lagu pujian yang diulangi sebanyak
lima kali. Lagu itu disebut Sanda Lima. Usai itu, rombongan kembali ke rumah adat sambil
43
menyanyikan lagu yang syairnya menceritakan kegembiraan dan penghormatan terhadap padi
yang telah memberikan kehidupan. Ritual Barong Lodok yang pertama ini dilakukan
keluarga besar yang berasal dari rumah adat Gendang . Upacara serupa juga dilakukan
keluarga besar dari rumah adat Tambor . Keduanya dipercaya sebagai cikal bakal suku
Mangg