Dewi Sri Tunjungsari Pendidikan IPS UIN

Analisis Kasus Kekerasan Anak SD di Bukit Tinggi Berdasarkan Teori FungsionalStruktural dan Teori Konflik
Diajukan untuk memenuhi tugas UTS Mata Kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia

Disusun oleh:
Dewi Sri Tunjungsari
1111015000030

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Kasus Kekerasan Anak
di SD Bukit Tinggi Berdasarkan Teori Fungsional-Strutural dan Teori Konflik” tepat pada
waktunya. Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia.
Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Ibu Cut selaku dosen matakuliah
Sistem Sosial Budaya Indonesia yang telah membimbing penulis sehingga makalah ini

dapat terwujud.
Penulis menyadari akan kemampuan yang penulis punya. Penulis yakin makalah ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan juga kritik
membangun agar lebih maju dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi kita di masa depan. Kami juga
berharap agar makalah ini dapat berguna bagi orang lain yang membacanya.

Jakarta, November 2014

Penulis
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia, memiliki satu kesatuan yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
Nilai-nilai Pancasila tersebut diintegrasikan ke dalam tingkah laku dan kepribadian
rakyat Indonesia. Belakangan ini, Indonesia sedang menyemarakkan kurikulum

karakter yang di dalamnya tentu mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila tersebut.
Sekolah merupakan salah satu lembaga untuk menanamkan nilai-nilai yang terintegrasi
dalam kurikulum tersebut. Adapun hal ini karena fungsi sekolah diantaranya adalah
melatih anak di dalam keterampilan, afeksi dan pengetahuan.
Namun, sangat mengejutkan, kasus kekerasan siswa di Bukit Tinggi
mengingatkan kita akan satu pernyataan masih bobroknya moral siswa. Banyak hal
yang ditunjukkan disini, diantaranya adalah disfungsi sekolah di dalam menanamkan
nilai-nilai moral, disfungsi peran guru sebagai pendidik dan lain sebagainya. Apalagi
kasus ini terjadi saat

mata pelajaran agama, yang seharusnya sudah berhasil

menanamkan nilai dan akhlak terhadap siswa.
Bagaimanakah pandangan teori struktural fungsional dan konflik terhadap
kasus ini? Bagaimanakah akhirnya kasus ini harus diselesaikan menurut para pakar
pendidikan?

Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7


Atas dasar pemikiran tersebut, penulis mengangkat paper berjudul, “Analisis
Kasus Kekerasan Siswa SD di Bukit Tinggi Berdasarkan Teori Fungsional-Struktural
dan Teori Konflik”

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Apa itu sekolah?
b. Bagaimana fungsi sekolah yang seharusnya?
c. Mengapa kasus kekerasan siswa di Bukit Tinggi terjadi?
d. Bagaimana pandangan teori struktural-fungsional dan konflik memandang kasus
ini?
e. Bagaimana penyelesaian yang terbaik terhadap kasus ini?

1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui definisi sekolah yang sebenarnya
b. Mengetahui fungsi sekolah yang seharusnya
c. Mengetahui sebab kasus kekerasan siswa di Bukit Tinggi
d. Mengetahui bagaimana pandangan teori struktural-fungsional dan konflik
memandang kasus ini

e. Mengetahui penyelesaian yang terbaik terhadap kasus ini

Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Sekolah
Menurut KBBI, sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar
serta tempat menerima dan memberi pelajaran, waktu atau pertemuan ketika murid diberi
pelajaran, usaha menuntut kepandaian atau bersekolah. 1
Menurut Wikipedia, Sekolah adalah tempat didikan bagi anak anak. tujuan dari
sekolah adalah mengajar tentang mengajarkan anak untuk menjadi anak yang mampu
memajukan bangsa .Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran
siswa / murid di bawah pengawasan guru. Sebagian besar negara memiliki sistem
pendidikan formal, yang umumnya wajib. Dalam sistem ini, siswa kemajuan melalui
serangkaian sekolah. 2
Jadi dapat disimpulkan bahwa sekolah adalah tempat untuk belajar mengajar antara
guru dan siswa, agar tercipta anak yang dapat memajukan bangsa.


2.2 Sekolah dan Fungsinya
1

Kamus Besar Bahasa Indonesia v1.1, didownload di ebsoft.web.id

2

Wikipedia.Sekolah. http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah (diakses 4 November 2014)

Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

Manfaat

dan

Fungsi

Belajar


di

Sekolah

dan

di

Perguruan

Tinggi

:

“1. Melatih Kemampuan Kemampuan Akademis Anak (Biar Pintar)
Dengan melatih serta mengasah kemampuan menghafal, menganalisa, memecahkan
masalah, logika, dan lain sebagainya maka diharapkan seseorang akan memiliki
kemampuan akademis yang baik.
2. Menggembleng dan Memperkuat Mental, Fisik dan Disiplin
Dengan mengharuskan seorang siswa atau mahasiswa datang dan pulang sesuai

dengan aturan yang berlaku maka secara tidak langsung dapat meningkatkan kedisiplinan
seseorang. Dengan begitu padatnya jadwal sekolah yang memaksa seorang siswa untuk
belajar secara terus-menerus akan menguatkan mental dan fisik seseorang menjadi lebih
baik.

3. Memperkenalkan Tanggung Jawab
Tanggung jawab seorang anak adalah belajar di mana orangtua atau wali yang
memberi nafkah. Seorang anak yang menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik
dengan bersekolah yang rajin akan membuat bangga orang tua, guru, saudara, famili, dan
lain-lain.

4. Membangun Jiwa Sosial dan Jaringan Pertemanan
Banyaknya teman yang bersekolah bersama akan memperluas hubungan sosial
seorang siswa. Tidak menutup kemungkinan di masa depan akan membentuk jaringan
bisnis dengan sesama teman di mana di antara sesamanya sudah saling kenal dan percaya.
Dengan memiliki teman maka kebutuhan sosial yang merupakan kebutuhan dasar manusia
dapat terpenuhi dengan baik.

Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7


5. Sebagai Identitas Diri
Lulus dari sebuah institusi pendidikan biasanya akan menerima suatu sertifikat atau
ijazah khusus yang mengakui bahwa kita adalah orang yang terpelajar, memiliki kualitas
yang baik dan dapat diandalkan. Jika disandingkan dengan orang yang tidak berpendidikan
dalam suatu lowongan pekerjaan kantor, maka rata-rata yang terpelajarlah yang akam
mendapatkan pekerjaan tersebut.

6. Sarana Mengembangkan Diri dan Berkreativitas
Seorang siswa dapat mengikuti berbagai program ekstrakurikuler sebagai pelengkap
kegiatan akademis belajar mengajar agar dapat mengembangkan bakat dan minat dalam diri
seseorang. Semakin banyak memiliki keahlian dan daya kreativitas maka akan semakin
baik pula kualitas seseorang. Sekolah dan kuliah hanyalah sebagai suatu mediator atau
perangkat pengembangan diri. Yang mengubah diri seseorang adalah hanyalah orang itu
sendiri.”3

2.3 Teori Struktural Fungsional
“Teori fungsionalisme struktural adalah suatu bangunan teori yang paling besar
pengaruhnya dalam ilmu sosial di abad sekarang. Tokoh-tokoh yang pertama kali
mencetuskan fungsional yaitu August Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer.

Pemikiran structural fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu
menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yaitu terdiri dari organ-organ yang
saling ketergantungan, ketergantungan tersebut merupakan hasil atau konsekuensi agar
3

Organisasi ORG. Kegunaan Manfaat Fungsi Sekolah dan Kuliah Pendidikan Formal di Indonesia.
http://www.organisasi.org/1970/01/kegunaan-manfaat-fungsi-sekolah-dan-kuliah-pendidikan-formal-diindonesia.html (diakses 6 November 2014)

Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

organisme tersebut tetap dapat bertahan hidup. Sama halnya dengan pendekatan lainnya
pendekatan structural fungsional ini juga bertujuan untuk mencapai keteraturan sosial.
Teori struktural fungsional ini awalnya berangkat dari pemikiran Emile Durkheim,
dimana pemikiran Durkheim ini dipengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert Spencer.
Comte dengan pemikirannya mengenai analogi organismik kemudian dikembangkan lagi
oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan mencari kesamaan antara masyarakat
dengan organisme, hingga akhirnya berkembang menjadi apa yang disebut dengan requisite
functionalism, dimana ini menjadi panduan bagi analisa substantif Spencer dan penggerak


analisa fungsional. Dipengaruhi oleh kedua orang ini, studi Durkheim tertanam kuat
terminology organismik tersebut. Durkheim mengungkapkan bahwa masyarakat adalah
sebuah kesatuan dimana didalamnya terdapat bagian bagian yang dibedakan.
Bagian-bagian dari sistem tersebut mempunyai fungsi masing masing yang
membuat sistem menjadi seimbang. Bagian tersebut saling interdependensi satu sama lain
dan fungsional, sehingga jika ada yang tidak berfungsi maka akan merusak keseimbangan
sistem. Pemikiran inilah yang menjadi sumbangsih Durkheim dalam teori Parsons dan
Merton mengenai struktural fungsional. Selain itu, antropologis fungsional-Malinowski dan
Radcliffe Brown juga membantu membentuk berbagai perspektif fungsional modern.Selain
dari Durkheim, teori struktural fungsional ini juga dipengaruhi oleh pemikiran Max Weber.
Secara umum, dua aspek dari studi Weber yang mempunyai pengaruh kuat adalah :




Visi substantif mengenai tindakan sosial.
Strateginya dalam menganalisa struktur sosial.
Pemikiran Weber mengenai tindakan sosial ini berguna dalam perkembangan

pemikiran Parsons dalam menjelaskan mengenai tindakan aktor dalam menginterpretasikan

keadaan.

Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

Adapula asumsi dasar menurut Talcott Parsons. Menurut Parson, ada empat
komponen penting dalam teori struktural fungsional, yaitu : Adaptation, Goal Atainment,
Integration, dan Latency (AGIL).
a. Adaptation : sistem sosial (masyarakat) selalu berubah untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan yang terjadi, baik secara internal ataupun eksternal.
b. Goal Attainment : setiap sistem sosial (masyarakat) selalu ditemui tujuan-tujuan
bersama yang ingin dicapai oleh system sosial tersebut.
c. Integration : setiap system sosial selalu terintegrasi dan cendeung bertahan pada
equilibrium

(keseimbangan).

Kecenderungan

ini

dipertahankan

memalui

kemampuan bertahan hidup demi system.
d. Latency : system sosial selalu berusaha mempertahankan bentuk-bentuk interaksi
yang relatif tetap dan setiap perilaku menyimpang selalu di akomodasi melalui
kesepakatan-kesepakatan yang diperbaharui terus menerus.”4

2.4 Teori Konflik
”Teori konflik sebagian berkembang sebagai reaksi terhadap fungsionalisme
struktural dan akibat sebagai kritik dari teori struktural fungsional. Teori konflik ini berasal
dari berbagai sumber lain seperti teori Marxian dan pemikiran konflik sosial dari Simmel.”5

“Beberapa hal yang mendasari adanya teori konflik

4

Sanditricahyo, Teori Struktural Fungsional dan Teori Konflik,

http://sanditricahyo.blogdetik.com/2011/03/20/teori-struktural-fungsional-dan-teori-konflik/ (diakses 6
November 2014)
5

Ritzer, George dan J, Douglas. Edisi Keenam Teori Sosiologi Modern.( Jakarta: Penerbit Kencana, 2012) hlm
153

Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

1) Masyarakat senantiasa berada di dalam proses perubahan yang tidak pernah
berakhir. Proses perubahan masyarakat adat sederhana menjadi modern.
2) Masyarakat mengandung konflik di dalam dirinya (konflik antar individu, antar
kelompok, individu dengan kelompok).
3) Setiap unsur dalam masyarakat memberikan sumbangan terjadinya disintegrasi /
perubahan sosial (sosek : perbedaan tingkat kemakmuran, status sosial, budaya :
pruralisme etnis, agama, politik : simbolisme ketidak adilan).”6

Beberapa teori yang mendasari teori konflik
Teori Konflik Karl Marx
“Marx melihat konflik sosial yang terjadi di antara kelompok atau kelas daripada di
antara individu. Hakikat konflik antar kelastergantung pada sumber pendapatan mereka.
Kepentingan ekonomi mereka bertentangan karena kaum proletariat memperoleh upah dari
kaum kapitalis hidup dari keuntungan, dan bukan karena yang pertama melarat yang
terakhir kaya raya.
Marx menegaskan, fungsi negara tidak lebih dari penjagaan kelas-kelas ekonomis
yang berkuasa dengan jalan kekerasan. Pemerintah adalah sebuah manifestasi dan
pertahanan dari kekuasaan ekonomi.

Moralitas dan agama sebuah masyarakat adalah

sarana bagi kelas yang berkuasa untuk mempertahankan kedudukannya dengan mempunyai
ideologinya sendiri yang diterima sebagai kepentingan semua kelas, sebuah fenomena yang
dilukiskan Marx sebagai “kesadaran palsu” karena semua kelas secara keliru yakin akan
objektivitas dan universalis peraturan-peraturan dan cita-cita yang sebenarnya hanyalah
ungkapan kepentingan-kepentingan kelas. Demikian juga institusi institusi legal sebuah
6

Opcit, Sanditricahyo

Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

masyarakat hanyalah instrument dari sebuah negara. Marx melihat masyarakat berproses
dari primitive kemasyarakat perbudakan, feodalisme, kapitalisme dan akhirnya komunisme.
Asumsi yang mendasari teori Marx antara lain:
a. Manusia tidak memiliki kodrat yang persis dan tetap
b. Tindakan, sikap, dan kepercayaan individu tergantung pada hubungan sosialnya,
dan hubungan sosialnya tergantung pada situasi kelasnya dan struktur ekonomis
masyarakatnya.
c. Manusia tidak mempunyai kodrat, lepas dari apa yang diberikan oleh posisi
sosialnya
d. Marx menyamakan basis sebab akibat dari masyarakat dengan kekuatan produksi
yaitu dengan apa yang dihasilkan dan bagaimana sesuatu dihasilkan
e. Marx membedakan jenis masyarakat atas dasar cara-cara produksi masyarakat dari
primitive, perbudakan, feodalisme, kapitalisme dan komunisme.

Fenomena yang mendasari teori ini adalah
a. Negara terlibat dalam konflik melalui paksaan dalam bidang hukum untuk
memelihara sosial (integrasi)
b. Kesenjangan sosial sumber utama konflik
c. Alienasi terjadi karena keterasingan dari sarana dasar produksi, sarana subsistem
dan pekerjaan
d. Kelas adalah motor dari segala perubahan dan kemajuan
e. Sejarah kehiduan manusia tidak lebih dari pertentangan antar kelas dan golongan

Pada dasarnya, Marx berpendapat bahwa bentuk-bentuk konflik terstruktur antara
berbagai individu dan kelompok muncul terutama melalui terbentuknya hubungan pribadi
dalam produksi sampai pada titik tertentu dalam evolusi kehidupan sosial manusia,
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

hubungan pribadi dalam produksi mulai menggantikan pemilihan komunal atas kekuatan
produksi.”7

Teori Konflik Dahrendorf
“Dalam karya dahrendorf, pendirian teori konflik disejajarkan. Menurut dahrendorf,
setiap masyarakat harus siap tunduk dengan perubahan sosial.

Model konflik dahrendorf bisa dilihat dari tabel:
Model integrasi
1. Setiap masyarakat secara relatif bersifat

Model konflik
1. Setiap masyarakat kapan saja tunduk pada

langgeng

proses perubahan, perubahan sosial ada
dimana-mana

2. Setiap masyarakat merupakan struktur 2.
elemen yang terintegrasi dengan baik

Setiap

masyarakat

kapan

saja

memperlihatkan perpecahan dan konflikkonflik sosial ada dimana-mana

3. Setiap elemen dalam suatu masyarakat 3.

Setiap

elemen

dalam

masyarakat

memiliki satu fungsi yaitu menyumbang menyumbang pada disintegrasi dan perubahan
pada bertahannya sistem itu

7

Wirawan, I.B, Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma: Fakta Sosial,Definisi Sosial & Perilaku Sosial,
(Jakarta: Penerbit Kencana, 2012) hlm 66

Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

4. Setiap struktur sosial yang berfungi 4. Setiap masyarakat didasarkan pada paksaan
didasarkan pada konsensus nilai diantara atas beberapa anggotanya oleh orang lain
para anggotanya

Menurut Dahrendorf, terdapat sejumlah syarat agar latent conflict dapat berubah
jadi manifest conflict, yakni
Kondisi teknis, berupa munculnya pemimpin kelompok dan tindakan kolektif
Kondisi politik, berupa tingkat kebebasan yang ada untuk membentuk kelompok
dan tindaan kelompok
Kondisi sosial, berupa kondisi yang merupakan prasyarat terbentuknya konflik.

Meskipun begitu, Dahrendorf mengingatkan “kondisi tersebut tidaklah menjamin
suatu kelompok konflik akan terbentuk. Konflik yang bersifat laten akan berubah menjadi
manifest apabila masing-masing sadar akan kepentingannya, dan secara kolektif, berusaha
memperjuangkan kepentingan itu melalui organisasi”
Selain itu,, bagan tersebut juga jelas menunjukkan bahwa model paksaann
merupakan konsekuensi kehidupan sosial. Dahrendorf juga berkata bahwa konflik selalu
terjadi dalam suatu struktur atau sistem tertentu yang secara umum dapat dilihat pada
lapisan atas dengan lapisan bawah.”8

Teori Konflik Cooser

8

Ibid, hlm 73

Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

“Teori konflik Cooser merupakan sebuah sistem sosial yang bersifat fungsional.
Bagi Lewis Cooser, konflik yang terjadi di dalam masyarakat tidak semata-mata
menunjukkan fungsi negatifnya saja, tetapi menimbulkan dampak positif. Konflik pun bisa
menguntungkan bagi sistem yang bersangkutan. Bagi Cooser, konflik merupakan bentuk
interaksi dan tak perlu diingkari keberadaannya. Teori konflik cooser lebih menyoroti pada
konsekuensi yang timbul bagi sistem sosial yang lebih besar dimana konflik tersebut terjadi.
Cooser menggambarkan konflik sebagai perselisihan mengenai nilai atau tuntutan
berkenaan dengan status, kekuasaan dan sumber kekayaan yang persediaannya tidak
mencukupi. Pihak yang berselisih tidak hanya bermaksud untuk memperoleh barang yyang
diinginkan, tetapi juga memojokkan, merugikan, atau menghancurkan lawan mereka.
Cooser menyatakan konflik bisa berlangsung antara individu, kumpulan atau antara
individu dan kumpulan. Cooser menyatakan konflik merupakan unsure interaksi penting.
Konflikk bisa mengintegrasikan orang, menghasilkan solidaritas dan keterlibatan dan
membuat orang lupa akan perselisihan intern mereka sendiri.

Menurut Cooser, konflik mempertegas sistem sosial yang ada. Contoh yang paling
jelas untuk memahami fungsi positif konflik adalah hal-hal yang menyangkut dinamika
hubungan antara ingroup dan outgroup.

Berikut sejumlah proposisi yang dikemukakan Lewis A Cooser:
a. Kekuatan solidaritas internal dan integrasi kelompok dalam akan bertambah tinggi
apabila tingkat permusuhan dan konflik bertambah besar
b. Integritas yang semakin tinggi dari kelompok yang terlibat dalam konflik dapat
membantu memperkuat batas antar kelompok itu dan kelompok lainnya dalam
lingkungan itu
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

c. Di dalam kelompok itu ada kemungkinan berkurangnya toleransi akan perpecahan
atau pengotakan dan semakin tingginya tekanan pada konsensus dan konformitas
d. Para penyimpang dalam kelompok itu tidak lagi ditoleransi, kalau mereka tidak
dapat dibujuk ke jalan yang benar, mungkin akan diusir dan dimasukkan dalam
pengawasan yang ketat
e. Sebaliknya, apabila kelompok itu tidak terancam konflik dengan kelompok luar
yang bermusuhan, tekanan yang kuat pada kekompakan, konformitas, dan
komitmen dalam kelompok tersebut makin berkurang.”9

Teori Konflik George Simmel
“Simmel melihat dalam kehidupan sosial, bahwa individu tidak hanya mau
melibatkan diri dalam konflik, tetapi bersemangat untuk berkonflik. Kalau isu-isu yang
penting tidak ada, orang mau berkonflik karena isu kecil atau sepele. Simmel membedakan
antara konflik orang perorang secara langsung dan persaingan. Persaingan tidak perlu
kontak antar pribadi secara langsung, sebaliknya mereka yang bersaing berjuang sendirisendiri untuk tujuan bersama dengan antagonism yang muncul dari kenyataan bahwa
keuntungan seseorang merupakan kerugian bagi pihak lain. Simmel mengatakan, kalau
hubungan intim mungkin cukup kuat untuk memungkinkan percekcokan atau malah untuk
hidup bersama, maka tidak mengherankan bahwa intensitas konflik sering berbanding
langsung dengan tingkat solidaritas atau persamaan dalam hubungan itu.”10

Teori Konflik Weber

9

Ibid, Hlm 83

10

Ibid, hlm 81

Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

“Weber mengistilahkan konflik sebagai suatu sistem “otoritas” atau sistem
“kekuasaan”. Menurut weber, tindakan manusia itu didorong oleh kepentingan, tetapi
bukan saja oleh kepentingan yang bersifat material seperti yang dikatakan karl mar,
melainkan juga kepentingan ideal. Weber memandang bahwa pertentangan merupakan
suatu prinsip sosial yang tidak dapat dihilangkan.”11
Teori Konflik Collins
“Collins mengatakan bahwa perselisihan relatif jarang terjadi, apalagi perusakan
fisik, kondisi yang terjadi hanya maneuver untuk memisahkan hubungan organisasi. Teori
konflik sama sekali tidak meninggalkan solidaritas sosial, cita-cita sosial, sentiment sosial
dan perasaan. Mengacu pada simmel, Collins berpendapat bahwa kekuasaan, otoritas atau
pengaruh merupakan sifat dari suatu proses interaksional, bukan merupakan sifat dari suatu
proses interaksional, bukan merupakan sifat dari kepribadian individu.”12

2.5 Perbedaan Teori Konflik dengan Struktur Fungsional

A. Teori Struktural Fungsional
“Menurut teori struktural fungsionalisme, masyarakat pada dasarnya merupakan
jaringan dari bagian-bagian yang saling terkait, setiap bagisan menyumbang pada
pemeliharaan sistem secara keseluruhan. Masyarakat pada dasarnya akan selalu bergerak
kea rah interaksi yang mempersatukan (integrative). Integrasi merupakan bentuk dasar
interaksi masyarakat.

11

Ibid, hlm 69

12

Ibid, hlm 76

Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

Meskipun integrasi merupakan bentuk dasar masyarakat, namun tidak berarti dalam
masyarakat tidak ada ketegangan-ketegangan antarwarga. Karena berbagai sebab,
ketegangan dan konflik akan terus terjadi dalam masyarakat. Namun demikian, ketegangan
dan konflik tersebut akan lenyap. Masyarakat akan kembali berada dalam keseimbangan.
Hal ini terjadi karena dala setiap sistem sosial terdapat konsensus atau kesepakatan di
antara warga masyarakat mengenai nilai-nilsi dasar yang menjadi pondasi sistem sosial.
Konsensus itulah yang menjadikan warga masyarakat memiliki komitmen untuk mengatasi
perbedaan dan konflik mereka.
Selain itu, keseimbangan juga dapat terwujud karena setiap sistem sosial memiliki
mekanisme yang mengarahka keinginan-keinginan warga menuju terpeliharanya sistem
sosial. Mekanisme sosial tersebut adalah sosialisasi dan kontrol sosial. Melalui sosialisasi,
warga

masyarakat

belajar

tentang

norma-norma

sosial

yang

berlaku.

Teori struktural fungsionalisme sebagaimana yang telah dikembangkan oleh Parsons dan
para

pengikutnya,

dapat

dikaji

melalui

sejumlah

anggapan

dasar,

yaitu:

a. Masyarakat haruslah dilihat sebagai suatu sistem daripada bagian-bagian yang
saling berhubungan satu sama lain.
b. Dengan demikian hubunga pengaruh mempengaruhi di antara bagian-bagian
tersebut adalah bersifat ganda dan timbal balik.
c. Sekalipun integrasi sosial tidak pernah dapat dicapai dengan sempurna, namun
secara fundamental sistem sosial selalu cenderung bergerak ke arah equilibrium
yang bersifat dinamis, menanggapi perubahan-perubahan yang datang dari luar
dengan kecenderungan memelihara agar perubahan yang terjadi di dalam sistem
sebagai akibatnya, hanya akan mencapai derajat yang minimal.
d. Sekalipun disfungsi, ketegangan-ketegangan dan penyimpangan-penyimpangan
senantiasa terjadi juga, akan tetapi di dalam jangka yang panjang keadaan
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

tersebut pada akhirnya akan teratasi dengan sendirinya melalui penyesuaianpenyesuaian dan proses institusionalisasi. Dengan perkataan lain, sekalipun
integrasi sosial pada tingkatnya yang sempurna tidak akan pernah tercapai, akan
tetapi setiap sistem sosial akan senantiasa berproses ke arah itu.
e. Perubahan-perubaha di dalam sistem sosial pada umumnya terjadi secara
gradual, melalui penyesuaian-penyesuaian dan tidak secara revolusioner.
f. Pada dasarnya perubahan-perubahan sosial timbul atau terjadi melalui tiga
macam kemungkinan: (a) penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan oleh sistem
sosial tersebut terhadap perubahan-perubahan yang datang dari luar, (b)
pertumbuhan melalui proses diferensiasi struktural dan fungsionalisme, (c)
penemuan-penemuan baru oleh anggota masyarakat.
g. Faktor paling penting yang memiliki daya mengintegrasikan suatu sistem sosial
adalah konsensus di antara para anggota masyarakat mengenai nilai-nilai
kemasyarakatan tertentu. Di dalam setiap masyarakat selalu terdapat tujuantujuan dan prinsip-prinsip dasar tertentu terhadap sebagian besar anggota
masyarakat menganggap serta menerimanya sebagai suatu hal yang mutlak
benar.
Dengan cara lain dapat dikatakakan bahwa suatu sistem sosial pada dasarnya tidak
lain adalah suatu sistem daripada tindakan-tindakan. Ia terbentuk dari interaksi sosial yang
terjadi di antara berbagai individu, yang tumbuh dan berkembang tidak secara kebetulan
melainkan tumbuh dan berkembang di atas standar penilaian umum yang disepakati
bersama oleh para anggota masyarakat. Yang penting di antara berbagai standar penilaian
umum tersebut adalah apa yang dikenal sebagai norma-norma sosial yang pada akhirnya
membentuk struktur sosial.

B.Teori Konflik
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

Menurut paham ini, konflik selalu terkait dengan kekuasaan. Dalam masyarakat
selalu ada kelompok warga yang memiliki kekuasaan dan yang tidak. Dengan kata lain ada
ketidakmerataan pembagian kekuasaan, Kedua kelompok ini memiliki kepentingan berbeda,
kelompok pemilik kekuasaan berkepentingan untuk memelihara dan mengukuhkan polapola hubungan kekuasaan yang ada dan menguntungkan mereka. Sedangkan kelompok
yang tidak memiliki kekuasaan berkepentingan untuk mengubah pola-pola hubungan
kekuasaan itu.
Pandangan teori konflik berpangkal tolak pada anggapan-anggapan dasar bahwa:
1.Setiap masyarakat senantiasa berada di dalam proses perubahan yang tidak pernah
berakhir atau dengan perkataan lain, perubahan sosial merupakan gejala yang melekat di
dalam setiap masyarakat.
2.Setiap masyarakat mengandung konflik-konflik di dalam dirinya atau dengan perkataan
lain, konflik adalah merupakan gejala yang melekat di dalam setiap masyarakat.
3.Setiap unsur di dalam suatu masyarakat memberikan sumbangan bagi terjadinya
disintegrasi dan perubahan-perubahan sosial.
4.Setiap masyarakat terintegrasi di atas penguasaan atau dominasi oleh sejumlah orang atas
sejumlah orang-orang yang lain.
Perubahan social oleh para penganut faham ini tidak saja dipandang sebagai gejala
yang melekat di dalam kehidupan setiap masyarakat, akan tetapi lebih daripada itu malahan
dianggap bersumber di dalam faktor-faktor yang ada di dalam masyarakat itu sendiri yang
saling bertentangan.
Pendekatan konflik terhadap stratifikasi dapat diturunkan menjadi tiga prinsip,
yaitu; (a) orang hidup dalam dunia subjektif yang dibangun sendiri, (b) orang lain
mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi atau mengontrol pengalaman subjektif
seorang individu, (c) orang lain sering mencoba mengontrol orang yang menentang mereka.
Akibatnya adalah kemungkinan terjadinya konflik antar individu semakin besar.
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

Pada dasarnya konflik yang sering terjadi di dalam masyarakat terdiri atas sembilan tahap,
yaitu :
a) sistem sosial tersusun atas sejumlah unit yang saling tergantung satu sama
lain.
b) Ada ketidaksamaan distribusi mengenai sumber-sumber langkah yang
bernilai di antara unit-unit tersebut.
c) Unit-unit

yang

menerima

pembagian

sumber-sumber

secara

tidak

proporsional mulai mempersoalkan legitimasi dari sistem sosial yang ada.
d) Masyarakat yang tidak berpunya mulai menyadari bahwa ada kepentingan
bagi mereka untuk mengubah sistem lokasi sumber-sumber yang ada.
e) Mereka yang tidak berpunyai mulai menjadi emosional.
f) Secara berkala muncul ledakan frustrasi, seringkali tidak terorganisasi.
g) Intensitas keterlibatan mereka dalam konflik semakin meningkat dan
keterlibatan tersebut semakin emsosional.
h) Berbagai upaya dibuat untuk mengorganisasikan keterlibatan kelompok tak
berpunya dalam konflik tersebut.
i) Akhirnya, konflik terbuka dalam berbagai tingkat kekerasan terjadi diantara
mereka yang tidak berpunya dan mereka yang berpunya.
Namun demikian tidak semua konflik mengarah pada akibat negative tetapi juga
mempunyai fungsi-fungsi positif (konflik fungsional). Salah satunya adalah mengurangi
ketegangan dalam masyarakat, serta mencegah agar ketegangan tersebut tidak terus

Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

bertambah dan menimbulkan kekerasan yang memungkinkan terjadinya perubahan
sosial.”13

BAB III
ANALISIS KASUS
3.1 Kronologi Kasus
13

MuhakbarSyukur.

Perbedaan

Teori

Konflik

dan

Struktur.

http://muhakbar-

syukur.blogspot.com/2011/11/perbedaan-teori-konflik-dengan-struktur.html (diakses 6 November 2014)

Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

Inilah Kronologi Kasus Bully Anak SD di Bukittinggi
“REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah video yang menayangkan sejumlah
murid laki-laki memukuli dan menendang teman perempuannya beredar di jejaring sosial.
Dalam video tersebut, seorang siswi di pojok ruangan dihujani pukulan dan tendangan oleh
sekitar dua siswa dan satu siswi.
Kepala Bidang TK SD Dinas Pendidikan Pemuda Olah Raga di Bukit Tinggi,
Sumatra Barat, Erdi mengaku terkecoh dengan kejadian tersebut. Karena menurutnya, ia
baru mengetahui hal itu pada Senin (6/10) lalu.
Keesokan harinya, Selasa (7/10), pihaknya mendatangi sekolah SD di Bukit Tinggi
tersebut untuk mendalami kasusnya. Erdi mengatakan langsung mengumpulkan siswa kelas
V SD dan pihak sekolah.
Saat diminta keterangan pada anak-anak siswa SD tersebut, mereka mengaku hanya
iseng melakukan pemukulan. Setelah didesak, barulah anak-anak bercerita. Menurut salah
seorang anak yang melakukan pemukulan itu, ia memukul atas dasar sakit hati kepada siswi
berkerudung yang ia pukuli.
"Ibu saya dihina oleh teman ini. Ibu saya disamakan dengan sepatu," kata Erdi
mengutip perkataan siswa pelaku pemukulan itu, dalam wawancara melalui telepon dengan
Republika, Ahad (12/10).
Erdi mengatakan, peristiwa itu direkam oleh salah seorang siswa di kelas tersebut.
Kemudian siswa tersebut memberikan video kepada ibunya. Lalu, ibunya memberikan
rekaman tersebut kepada temannya hingga akhirnya beredar di dunia maya.

Menurutnya, kejadian berlangsung pada 18 September lalu. Namun, kasus ini sudah
diselesaikan oleh pihak sekolah bersama para orang tua murid. Dan menurutnya, sudah ada
perdamaian antara pihak terkait. Kejadian berlangsung di kelas saat berlangsung mata
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

pelajaran agama Islam. Namun, saat kejadian guru tersebut tengah mengajar di sekolah
SMP di Agam.
Menurut Erdi, guru agama tersebut adalah guru tambahan dan merupakan PNS pada
sekolah SMP di Agam. Atas kelalaian dan meninggalkan tugas, Erdi mengatakan pihaknya
telah meminta kepala sekolah untuk menghentikan kontrak guru agama mengajar di SD
tersebut. Ia juga menghimbau pada pihak sekolah agar lebih berhati-hati dalam menseleksi
guru dan agar kejadian ini tidak terulang.
Atas kejadian tersebut, Erdi juga telah mengimbau kepada sekolah di Bukit Tinggi
agar berhati-hati dalam proses pembelajaran di sekolah. Ke depan, katanya, ia akan
membuat program kelompok kerja guru per gugus di masing-masing kecamatan di Bukit
Tinggi. Di dalamnya menurutnya, berupa pemberian materi keragaan bagaimana
menanamkan karakter yang baik sejak dini kepada anak-anak. Pembinaan guru tersebut
menurutnya, diberikan
implementasi karakter.”

dalam rangka memberikan pencerahan dan peningkatan

14

3.2 Analisis Kasus Berdasarkan Struktural Fungsional

14

Republika, Inilah Kronologi Kasus Bully Anak SD di Bukit Tinggi,

http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/14/10/12/ndbsmg-inilah-kronologi-kasus-bully-anak-sddi-bukittinggi (diakses 6 November 2014)

Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

Seperti yang sudah dibahas di dalam kajian teori tadi bahwa teori struktural
fungsional adalah teori yang menggambarkan bahwa suatu hubungan masyarakat memiliki
sesuatu pola struktur atau bersistem, dimana setiap bagian sistem tersebut memiliki suatu
fungsinya masing-masing.
Berdasarkan kasus diatas, dapat dilihat bahwa terdapat kasus disfungsional, dimana
itu terjadi dalam sekolah, guru, orangtua atau pemerintah dalam pengawasan belajar anak.
Seorang guru yang seharusnya bertindak sebagai pengawas, sebagai pendidik yang
menanamkan nilai dan akhlak, tidak berfungsi dengan baik. Hal ini terbukti dari kejadian
yang terjadi adalah saat guru tidak mengawasi pada jam pelajaran agama.
Disfungsi juga terjadi pada fungsi sekolah, dimana sekolah yang seharusnya
berfungsi sebagai tempat penanaman pengetahuan, nilai dan moral malah tidak berfungsi
secara sangat tidak efektif. Disini masih terlihat pihak sekolah yang masih masa bodoh
apabila guru sedang tidak ada di dalam kelas.
Meskipun begitu, kita tak semata-mata menyalahkan guru atau sekolah. Hal ini bisa
terjadi karena ada disfungsional juga di dalam keluarga atau pemerintah. Keluarga
mengalami disfungsional, dimana seharusnya keluarga juga mengawasi anak, mendidik
anak… disini malah kurang terlihat fungsinya. Seorang anak bisa belajar dari manapun,
sehingga anak kurang bisa menyaring yang mana yang baik dan yang mana yang tidak.
Disfungsional juga mungkin terjadi dalam pemerintah, dimana seharusnya pemerintah
mencanangkan kurikulum 2013 yang baik, malah sebaliknya. Dengan adanya kasus ini,
sebaiknya pemerintah berkaca apakah penyebab pendidikan Indonesia menjadi sebobrok itu
dan bagaimana penyelesaiannya.

3.3 Analisis Kasus Berdasarkan Teori Konflik
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

Jika kita mendengarkan kata konflik mungkin kita akan selalu berpikir bahwa
konflik menimbulkan sesuatu yang negative, yang mampu menimbulkan percekcokan dan
perpecahan, padahal sesungguhnya tidak. Dalam kasus ini terlihat adanya perpecahan
antara orang tua yang anaknya bertikai, perpecahan yang mungkin timbul antara guru dan
pihak sekolah, sekolah dan pihak hukum, atau lainnya. Namun, cobalah kita lihat, sebuah
konflik juga bisa menimbulkan integrasi, seperti perkataan Cooser, dengan adanya konflik
ini malah mempersatukan pemerintah untuk membuat pendidikan yang lebih baik. Dengan
adanya konflik ini membuat para orang tua, guru pun tersadar untuk lebih memperhatikan
anaknya dalam menyerap pengetahuan, atau dalam penanaman nilai moral. Dengan adanya
kasus ini, setiap murid dapat tersadar bahwa perilaku yang mereka lakukan salah, sehingga
timbullah fungsi dan struktural yang baik lagi diantara kesemua sistem. Jadi teori
struktural-fungsional dan konflik, semuanya sangat berkaitan apabila kita melihat kasus ini.
Atau mungkin juga tidak hanya dalam kasus ini saja, tetapi juga kasus lainnya.
Beberapa bukti bahwa kasus tersebut menimbulkan persatuan juga adalah sebagai
berikut:
DPR Minta Kasus Kekerasan Anak SD di Bukittinggi Diusut Tuntas
JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua DPR Agus Hermanto meminta kasus
kekerasan yang dilakukan sejumlah siswa sekolah dasar di Bukittinggi, Sumatera Barat,
diusut tuntas. Ia mendesak pihak terkait segera merespons peristiwa memprihatinkan
tersebut.
"Secara internal, sekolahnya harus mengusut tuntas dengan seadil-adilnya," kata
Agus, di Kompleks Gedung Parlemen, Jakarta, Senin (13/10/2014).
Agus melanjutkan, respons yang dilakukan jangan berhenti pada pengusutan pelaku
dan penyebab kasus kekerasan itu. Ia berharap pihak sekolah dan Dinas Pendidikan
setempat menentukan formula untuk menjadi solusi agar kejadian serupa tak terulang
kembali.
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

"Harus ada langkah strategis dan tidak boleh terjadi kembali karena semua ada
aturannya," ucap Agus.
Aksi kekerasan terhadap pelajar terjadi di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. DAN
(12), pelajar kelas V Sekolah Dasar Trisula Perwari Bukittinggi, menjadi korban
pemukulan rekan satu kelasnya saat jam pelajaran berlangsung.
Kejadian itu diketahui setelah sebuah video diunggah ke situs YouTube, Sabtu
(11/10/2014). Dalam waktu singkat, video tersebut menjadi pembicaraan di jejaring sosial,
seperti Facebook dan Twitter. Saat ini, video itu sudah dihapus dari YouTube, tetapi
diunggah kembali oleh akun lain.15

KPAI Wanti-wanti Video Kekerasan Anak Seperti di Bukittinggi Tak Diunggah Lagi

Jakarta - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mewanti-wanti masyarakat
agar tak sembarang mengunggah video kekerasan anak di media sosial. Mereka yang
melakukannya bisa terancam pidana UU ITE.
"Diingatkan ada hak anak untuk dirahasiakan identitasnya, baik anak yang jadi
korban, yang jadi saksi maupun jadi pelaku," jelas Ketua KPAI Asrorun Niam, Rabu
(15/10/2014).

Sejauh ini KPAI belum akan mempidanakan pengunggah video kekerasan siswi SD di
15

Indra.

DPR

Minta

Kasus

Kekerasan

Anak

SD

di

Bukit

Tinggi

Diusut

Tuntas.

http://regional.kompas.com/read/2014/10/13/10232211/DPR.Minta.Kasus.Kekerasan.Anak.SD.di.Bukittingg
i.Diusut.Tuntas (diakses 6 November 2014)

Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

Bukittinggi itu. KPAI masih melakukan sosialisasi agar tak terulang. Bila terjadi peristiwa
itu agar dilaporkan ke pihak berwenang.
"Ini pembelajaran bagi pengunggah. Mengingatkan kepada publik untuk cerdas
menggunakan media sosial, untuk memperhatikan ketentukan hukum dan etis.
Pembelajaran dan pengingat, ini tahap sosialisasi," terang Niam.
Menurut Niam, sosialisasi ini dilakukan agar publik tahu ada UU Nomor 11 tahun
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
"Makanya ini tahap sosialisasi agar publik mengetahui ada UU yang mengatur
perlindungan terhadap hak anak untuk tidak dipublikasi. Kepolisian diminta agar juga
jadikan untuk momentum sosialisasi UU 11 Tahun 2014 tentang sistem peradilan pidana
anak. Sosialisasi dulu sebelum penindakan," tegas Niam.
Video aksi brutal siswa SD di Bukittinggi, Sumatera Barat, tersebar luas di dunia
maya. Seorang siswa dikeroyok dan dianiaya rekan-rekannya. Tindakan para siswa itu
membuat publik terperangah dan kaget. Kasus ini sudah ditangani sekolah dan pihak
pemerintah setempat.16

Dirjen Dikdas Minta Kepsek dan Guru Siswi SD di Bukittinggi Disanksi
Jakarta - Dirjen Pendidikan Dasar Kemendikbud Hamid Muhammad turut
berkomentar atas kasus kekerasan siswa-siswi di sebuah SD di Bukittingi. Menurut Hamid,
guru dan kepsek di SD tersebut harus diberi sanksi.

16

News detik. KPAI Wanti-Wanti Video Kekerasan Anak di Bukit Tinggi Tak Diunggah Lagi.

http://news.detik.com/read/2014/10/15/153338/2719556/10/kpai-wanti-wanti-video-kekerasan-anakseperti-di-bukittinggi-tak-diunggah-lagi?n992204fksberita (diakses 6 November 2014)

Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

"Kami minta kepada kadis di sana untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi di
situ. Kalau kejadiannya karena kelalaian guru dan kepsek, kadis harus kasih sanksi, entah
teguran atau teguran keras," ujar Hamid usai Lokakarya Nasional Kebijakan dan
Pemerataan Guru di Hotel Sultan, Jl Sudirman, Jakarta, Selasa (14/10/2014).
Menurut Hamid, SD di Bukittinggi tersebut merupakan sekolah swasta, bukan
negeri. Karena itu kepsek dan guru tidak bisa diberi sanksi dengan dipindah.
"Kalau negeri bisa dipindah. Jadi ini kita minta ke kepala sekolah dan kepada
yayasannya. Termasuk minta komitmen sekolah, hal seperti itu jangan sampai terjadi lagi,"
kata Hamid.
Hamid berharap, kasus tersebut menjadi pembelajaran berharga bagi sekolahsekolah. Kekerasan tidak hanya terjadi di SMA dan SMP, namun SD.
"Ini lampu merah untuk kita sekarang. Pendidikan karakter harus diberikan di
sekolah. Termasuk dilakukannya pengawasan, karena anak-anak SD kemampuan mengkopi
apa yang dilihat dan dialami melekat. Justru mencontoh kekerasan melalui video, tv, atau
video games, termasuk kartun, luar biasa! Kemampuan menirunya luar biasa," beber Hamid.
Kekerasan anak-anak SD di Bukittinggi beredar di Youtube. Aksi brutal siswasiswa anak SD terhadap seorang siswi dilakukan saat guru sedang tidak ada di kelas.17

17

News

Detik.

Dirjen

Dikdas

Minta

Kepsek

dan

Guru

Siswi

SD

di

Bukit

Tinggi

Disanksi.

http://news.detik.com/read/2014/10/14/121429/2718171/10/dirjen-dikdas-minta-kepsek-dan-guru-siswisd-di-bukittinggi-disanksi?n992204fksberita (diakses 6 November 2014)

Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

Mendikbud Soal Video SD di Bukittinggi: Tangani Bullying Semua Harus Terlibat

Jakarta - Mendikbud M Nuh angkat bicara tentang video kekerasan yang dilakukan
anak SD di Bukittinggi, Sumatera Barat. Menurutnya, menangani kasus bullying tidak serta
merta seperti membalikkan telapak tangan. Semua pihak, selain sekolah, harus terlibat.
"Jadi urusan kekerasan, bullying kan kekerasan toh, tidak bisa serta merta
diserahkan kepada sekolah. Tidak bisa serta merta. Tetapi harus semuanya ikut terlibat di
situ," jelas M Nuh di Istana Negara, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Selasa (14/10/2014).
Mencegah bullying, harus terus menerus, selama masa pendidikan anak dari dasar
hingga tinggi dengan menanamkan nilai-nilai positif.
"Harus terus menerus kita upayakan pendidikan yang berbasis pada penanaman
nilai-nilai cinta kasih, nilai-nilai kasih sayang, itu yang mendasarkan supaya orang itu tidak
timbul kekerasan," jelas dia.
Untuk penanaman nilai, Kurikulum 2013 sudah memuat nilai-nilai dengan
menambah jam pelajaran agama juga budi pekerti. Namun hal ini juga membutuhkan
pelibatan masyarakat pula.
"Berulang kali saya sampaikan, kenapa di K13 itu kita tanamkan betul mengenai
sikap. Agama pun kita tambah dengan budi pekerti. Harapannya apa? Harapannya supaya
nilai-nilai kemuliaan itu tertanam sejak awal. Mulai dari PAUD sampai perguruan tinggi.
Dan itu harus terus-menerus, tapi itu saja tidak cukup. Harus juga diajak masyarakat secara
keseluruhan," imbuh mantan rektor ITS ini.
Pengaruh tayangan televisi diakuinya juga bisa menjadi alat bantu atau sebaliknya,
senjata yang merusak. Bila tayangan TV membangkitkan nilai kasih sayang, maka nilai ini
bisa menular pada anak.
"Tapi kalau di tayangan-tayangan itu pun juga yang ditampilkan model-model
benih-benih kekerasan, ya anak-anak akan tertular. Intinya itu," tegasnya.
Pihaknya juga sudah meminta Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Barat untuk
menangani kasus video kekerasan ini. Nuh mengimbau agar pihak Disdik Sumbar
Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

mengajak media untuk melihat langsung kondisi sekolah tempat terjadinya bullying itu agar
tidak timbul spekulasi.
"Saya sudah berkomunikasi dengan kepala dinas di Sumbar, karena Ibu Kepala
Dinas sedang haji, untuk segera ditangani dengan baik. Ajak kawan-kawan media ke
sekolah langsung untuk supaya tahu duduk perkara secara persis. Ketemu murid, guru,
kepala sekolah dan orang tua sekalian. Supaya tidak modelnya spekulasi, dispekulasi lagi.
Kalau sudah selesai, jangan nanti ini tetap bergulir menjadi sesuatu yang sudah usang gitu,"
harap Nuh.18

Aksi Kekerasan di SD Bukittinggi, Kak Seto: Jangan Salahkan Anak

Jakarta - Aksi kekerasan yang dilakukan siswa-siswa di salah satu SD di
Bukittinggi sempat menghebohkan jejaring sosial. Pemerhati anak, Kak Seto mengatakan
bahwa kejadian tersebut tidak semata-mata ditudingkan kepada anak.
"Kejadian seperti ini sering luput dari pengamatan dan anak salah. Seharusnya guru,
sekolah, dinas pendidikan, dan Mendikbud introspeksi apa yang salah dengan sistem
pendidikan. Jangan hanya anak yang disalahkan," kata Kak Seto saat ditemui di daerah
Ampera, Jakarta Selatan, Senin (13/10/2014).
Menurut Kak Seto, sistem pendidikan sekarang ini tidak ramah anak dan terkesan
dipaksakan. Selain itu, peran orang tua juga harus dilibatkan secara penuh dalam
pendidikan.

18

News Detik. Mendikbud Soal Video SD di Bukit Tinggi Tangani Bulliying Semua Harus

Terlibat.http://news.detik.com/read/2014/10/14/183130/2718732/10/mendikbud-soal-video-sd-dibukittinggi-tangani-bullying-semua-harus-terlibat?n992204fksberita (diakses 6 November 2014)

Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

"Kalau semua diberikan dengan cara kekerasan, paksaan, anak menjadi robot. Maka
harus ada pelatihan agar guru lebih kreatif, lebih ramah anak dan profesional gurunya,"
ucapnya.
"Sekolah juga orangtua dilibatkan, adakan pertemuan rutin. Sekolah yang benar
adalah sekolah yang menyenangkan. Solusinya ya mendengar suara anak," tutupnya. 19

19

News

Detik.

Aksi

Kekerasan

Di

SD

Bukit

Tinggi:

Kak

Seto

Berkata

Jangan

Salahkan

anak.http://news.detik.com/read/2014/10/13/140509/2717184/10/aksi-kekerasan-di-sd-bukittinggi-kakseto-jangan-salahkan-anak?nd771104bcj (diakses 6 November 2014)

Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

BAB IV
PENUTUP
4.1 Penutup
Menurut saya, sebuah kasus, atau peristiwa di dalam kehidupan kita tidak hanya
menimbulkan dampak negative, tetapi juga dampak positif. tidak semata-mata konflik
menimbulkan pertentangan saja, tetapi juga menimbulkan integrasi.

4.2 Saran
Setiap pihak sebaiknya saling bekerja sama untuk membangun pendidikan
Indonesia yang lebih baik. Tidak hanya aspek pengetahuan saja, tetapi penilaian nilai
karakter dan moral juga.

Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

DAFTAR PUSTAKA
Ritzer, George dan J, Douglas. 2012. Edisi Keenam Teori Sosiologi Modern. Jakarta:
Penerbit Kencana
Wirawan, I.B. 2012. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma: Fakta Sosial,Definisi
Sosial & Perilaku Sosial Jakarta: Penerbit Kencana

WEBSITE:
Indra. DPR Minta Kasus Kekerasan Anak SD di Bukit Tinggi Diusut Tuntas.
http://regional.kompas.com/read/2014/10/13/10232211/DPR.Minta.Kasus.Kekerasan.
Anak.SD.di.Bukittinggi.Diusut.Tuntas (diakses 6 November 2014)
MuhakbarSyukur.

Perbedaan

Teori

Konflik

dan

Struktur.

http://muhakbar-

syukur.blogspot.com/2011/11/perbedaan-teori-konflik-dengan-struktur.html (diakses
6 November 2014)
News detik. KPAI Wanti-Wanti Video Kekerasan Anak di Bukit Tinggi Tak Diunggah Lagi.
http://news.detik.com/read/2014/10/15/153338/2719556/10/kpai-wanti-wanti-videokekerasan-anak-seperti-di-bukittinggi-tak-diunggah-lagi?n992204fksberita (diakses 6
November 2014)

------. Dirjen Dikdas Minta Kepsek dan Guru Siswi SD di Bukit Tinggi Disanksi.
http://news.detik.com/read/2014/10/14/121429/2718171/10/dirjen-dikdas-mintakepsek-dan-guru-siswi-sd-di-bukittinggi-disanksi?n992204fksberita

(diakses

November 2014)

Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

6

-------. Mendikbud Soal Video SD di Bukit Tinggi Tangani Bulliying Semua Harus
Terlibat.http://news.detik.com/read/2014/10/14/183130/2718732/10/mendikbud-soal-

video-sd-di-bukittinggi-tangani-bullying-semua-harus-terlibat?n992204fksberita
(diakses 6 November 2014)
--------. Aksi Kekerasan Di SD Bukit Tinggi: Kak Seto Berkata Jangan Salahkan
anak.http://news.detik.com/read/2014/10/13/140509/2717184/10/aksi-kekerasan-di-

sd-bukittinggi-kak-seto-jangan-salahkan-anak?nd771104bcj (diakses 6 November
2014)
Organisasi ORG. Kegunaan Manfaat Fungsi Sekolah dan Kuliah Pendidikan Formal di
Indonesia. http://www.organisasi.org/1970/01/kegunaan-manfaat-fungsi-sekolah-dankuliah-pendidikan-formal-di-indonesia.html (diakses 6 November 2014)
Republika,

Inilah

Kronologi

Kasus

Bully

Anak

SD

di

Bukit

Tinggi,

http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/14/10/12/ndbsmg-inilah-kronologikasus-bully-anak-sd-di-bukittinggi (diakses 6 November 2014)

Sanditricahyo,

Teori

Struktural

Fungsional

dan

Teori

Konflik,

http://sanditricahyo.blogdetik.com/2011/03/20/teori-struktural-fungsional-dan-teorikonflik/ (diakses 6 November 2014)
Wikipedia.Sekolah. http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah (diakses 4 November 2014)

Aplikasi:
Kamus Besar Bahasa Indonesia v1.1, didownload di ebsoft.web.id

Dewi Sri Tunjungsari, Mahasiswi Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Pendidikan IPS Semester 7

Dokumen yang terkait

ENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS POKOK BAHASAN KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA DENGAN MODEL PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS V SDN GAMBIRAN 01 KALISAT JEMBER TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 24 17

Perilaku Kesehatan pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakrta Angkatan 2012 pada tahun2015

8 93 81

SOAL ULANGAN HARIAN IPS KELAS 2 BAB KEHIDUPAN BERTETANGGA SEMESTER 2

12 263 2

KLAS 2 SOAL UTS IPS SEMESTER 2

8 142 3

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

PENGARUH KEMANDIRIAN DAN SIKAP BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PUNGGUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

6 71 68

Studi Perbandingan Sikap Sosial Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaraan Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dan Think Pair Share Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu

3 49 84

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 1 RAJABASA RAYA KOTA BANDAR LAMPUNG

6 60 62

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU ANTARA PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO-VISUAL DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN GRAFIS KELAS VII SMP NEGERI 3 TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2014/2015

3 51 68

HUBUNGAN PERHATIAN ORANGTUA DAN MANAJEMEN WAKTU BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

11 108 89