PENGARUH KEMANDIRIAN DAN SIKAP BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PUNGGUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

PENGARUH KEMANDIRIAN DAN SIKAP BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII

SMP NEGERI 1 PUNGGUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh :

NOVI ROKAYAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PENGARUH KEMANDIRIAN DAN SIKAP BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII

SMP NEGERI 1 PUNGGUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh NOVI ROKAYAH

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kemandirian belajar dan sikap belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013. Jumlah populasi secara keseluruhan adalah 237 orang yang terdiri dari siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur. Dengan

menggunakan rumus T. Yamane dengan probability sampling didapat sampel

sebanyak 149 orang. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket. Metode yang digunakan adalah penelitian verifikatif dengan pendekatan ex post facto dan survei. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, angket, dan dokumentasi. Sedangkan, teknik analisis data menggunakan analisis regresi linier sederhana dan multipel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh kemandirian belajar dan sikap belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien korelasi (R) = 0,574 dan koefisien determinasi (R2) = 0,329, yang berarti hasil belajar IPS Terpadu siswa dipengaruhi oleh kemandirian belajar dan sikap belajar sebesar 32,9%; sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) Ada pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa

kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013,

2) Ada pengaruh sikap belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013,

3) Ada pengaruh kemandirian belajar dan sikap belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013.


(3)

Judul Skripsi

NamaMahasiswa

No. Pckok Mahasiswa

Jurusan Progra4 Studi FakultBs

PENGART]H KEMAI\I}IRIAI\T I}AN SIKAP

BELAJAR TEREAI}AP IIASIL BELAJAR IPS

TERPADU SISWA KELAS

VIII

SMP NEGERI 1

PT]NGGUR TAIIUN PELA.IARAN aTIaNOIS

q$vi

rckqcft

09r3mr059 Pendidikan IPS Pendidik*n Ekonomi

Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUflN

t:::

1. KomisiPembimbing Pembimbing I,

,/l

// /l?,"L

drs.

Yon

Rhrl,M.St

Nrp

19600818 198603 1005

2. Mengetahui Ketua Jurusan

Pendidikan ILnu Pengetahuan Sosial

M^

DrYIIi.

Buchori Asyrh

M.Si,*

NrP

19s6olo8 198s03

1oo2

r

Drs. HL Nurdin, M.Si.

NIP 19600817 198603 1 003 Pembimbing II,

Ilrs.

Tedi Rusman, M.SL NrP 19600826 198603

I

001

KetuaProgram Studi Pendidikan Ekonomi


(4)

l.

Tim Penguji Ketua

Sel$€tsris

Penguji

:

I)ro. Yon Rizal, M.Si.

:

Drs. Tedi Rusman, M.Si.

fuk

hry

t


(5)

KEMENITRIAN PENDIDIKAN I}AN KEBUDAYAAN UNIYERSTTAS LAIVIPUNG

FAKUI,TAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAI\T

JURUSAN PENDIDIKAT{ ILMU PDNGETAHUAN SOSIAL JL Soema*i Brajuugoro Na0l Gefutg Meneng Bandar Lmtpung 35145

Telp. (0721) 7&4624 Fainile (0721) 704624

Nama NPM

Junpan/kogram Sfidi Fakultas

Alamat

ST]RAT PtsRI\IYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini.

Novi Rokayah 0913031059

Pendi.rikan lPS/Pemdidikan Ekonomi Keguruan dan Ihnu Pendidikan

Du$m VII RT 022lRW 007, Ranra Utama Kecamatan Seputih Raman Kabupaten lampung Tengah

Dangan

ini

saya menyatakan bahwa dalam skripsi itri tidak terdapd karya yang pemah diajukm untuk memperoleh gelar koa{anaan di suatu pergururu tinggl dan sepanjang pengetahuan sayajuga tidak terdapat karya atau pendapat yang pemah ditulis atauditerbitkan oleh orang lain, kecuali dissbutkan dalam daftarpustaka

Demikian surat pernyataan

ini

saya

buat

dengan rebenarnya,

dan

dapat

dipergunakan sebagaimana

Bandar

Lamptrng,

Deseurber 2013 Yang membuat pernyataan

Novi Rokayah 09130310s9


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

ABSTRAK... ii

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Kegunaan Penelitian ... 11

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 13

1. Hasil Belajar ... 13

2. Kemandirian Belajar ... 17

3. Sikap Belajar ... 20

B. Penelitian yang Relevan ... 23

C. Kerangka Pikir.. ... 25

D. Hipotesis ... 27

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 29


(7)

Halaman

1. Populasi ... 30

2. Sampel... ... 31

3. Teknik Pengambilan Sampel ... 32

C. Variabel Penelitian ... 32

D. Definisi Konseptual dan Operasional ... 33

a. Definisi Konseptual Variabel ... 33

b. Definisi Operasional Variabel ... 34

E. Teknik Pengumpulan Data ... 36

1. Observasi... ... 36

2. Dokumentasi. ... 37

3. Angket ... 37

F. Uji Persyaratan Instrumen ... 37

1. Uji Validitas ... 37

2. Uji Reliabilitas ... 40

G.Uji Persyaratan Analisis Data ... 42

1. Uji Normalitas ... 42

2. Uji Homogenitas ... 44

H. Uji Persyaratan Regresi Linear Ganda... .. 45

1.Uji Keberartian dan Kelinieran Regresi ... 45

2.Uji Multikolinieritas ... 46

3.Uji Autokorelasi ... 48

4.Uji Heteroskedastisitas ... 49

I. Pengujian Hipotesis ... 50

1.Regresi Linier Sederhana... 50

2.Regresi Linier Multipel ... 51

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 53

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 1 Punggur ... 53

2. Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 1 Punggur... 54

3. Situasi dan Kondisi SMP Negeri 1 Punggur ... 56

4. Kondisi dan Karyawan SMP Negeri 1 Punggur... ... 57

5. Kegiatan Belajar Mengajar SMP Negeri 1 Punggur ... 57

6. Gambaran Umum Responden ... 57

7. Struktur Organisasi Sekolah ... 58

B. Deskripsi Data ... 58

1. Data Kemandirian Belajar (X1) ... 59

2. Data Sikap Belajar (X2) ... 61

3. Data Hasil Belajar IPS Terpadu (Y) ... 64

C. Uji Persyaratan Statistik Parametrik (Analisis Data) ... 68

1. Uji Normalitas Data ... 68

2. Uji Homegenitas Sampel ... 71

D. Uji Persyaratan Regresi Linier Ganda ... 72


(8)

3. Uji Autokorelasi ... 75

4. Uji Heterokedastisitas ... 77

E. Pengujian Hipotesis ... 79

1. Regresi Linier Sederhana ... 79

1.1. Pengujian Hipotesis Pertama (X1) ... 79

1.2. Pengujian Hipotesis Kedua (X2) ... 81

2. Regresi Linier Multipel ... 84

F. Pembahasan... ... 87

1. Pengaruh Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu………... 87

2. Pengaruh Sikap Belajar Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu . 92 3. Pengaruh Kemandirian Belajar, Sikap Belajar Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013... 96

G. Keterbatasan Penelitian ... 101

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... ... 102

B. Saran ... ... 103

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

I. PENDAHULUAN

Secara keseluruhan pada bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup penelitian. Pembahasan hal-hal tersebut secara rinci dikemukakan sebagai berikut.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Menurut UU No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan juga dapat diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik. Oleh karena itu, pendidikan mempunyai peranan penting dalam pembangunan sehingga pemerintah berusaha keras untuk meningkatkan pemerataan pendidikan, mutu pendidikan dalam setiap tingkat pendidikan,


(10)

relevansi pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan efektifitas serta efisiensi pelaksanaan kegiatan pendidikan di semua jenjang pendidikan.

Lembaga pendidikan merupakan suatu tempat untuk membentuk individu melalui berbagai metode agar individu tersebut dapat memperoleh pengetahuan, pemahaman dan dapat bertingkah laku dengan baik serta dapat berinteraksi dengan lingkungan sosial disekitarnya. Menurut bentuknya pendidikan dibedakan menjadi dua yakni pendidikan formal dan pendidikan informal. Dalam hal ini, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui proses belajar mengajar untuk memperoleh pengetahuan yang lebih tinggi. Pengetahuan yang diperoleh secara formal akan berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya.

Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal diharapkan dapat mencapai tujuan pendidikan melalui kegiatan belajar dan mengajar di sekolah.

Salah satu lembaga pendidikan formal adalah Sekolah Menengah Pertama atau yang sering disebut dengan SMP. SMP merupakan sekolah yang terdiri dari 3 tingkatan kelas yaitu kelas 1, 2, dan 3. SMP Negeri 1 Punggur merupakan salah satu lembaga tingkat menengah pertama yang ada di desa Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. SMP Negeri 1 Punggur


(11)

3

memiliki visi dan misi sekolah yang bertujuan menghasilkan individu yang berprestasi, terampil, beriman, dan bertaqwa. SMP Negeri 1 Punggur termasuk sekolah menengah pertama yang sudah memiliki fasilitas lengkap dan dapat menunjang proses pembelajaran.

Berdasarkan observasi pada saat penelitian pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013 dan juga keterangan dari guru bidang studi IPS Terpadu mengenai hasil ujian semester pada mata pelajaran ini yang diperoleh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur umumnya masih belum optimal. Sebagai bukti berikut disajikan hasil ujian Semester Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013.

Tabel 1. Nilai Ujian Semester Mata Pelajaran IPS Terpadu Siswa Kelas VIII Semester Ganjil di SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran

2012/2013

Kelas Nilai Jumlah Siswa Keterangan

< 70 ≥ 70 VIII A VIII B VIII C VIII D VIII E VIII F VIII G VIII H 14 13 9 6 21 27 29 27 17 17 22 24 8 3 0 0 31 30 31 30 29 30 29 27 Kriteria Ketuntasan Minimum yang ditetapkan sekolah adalah 70

Jumlah 146 91 237

Persentase (%) 61,60 38,40 100

Sumber : Guru Bidang Studi IPS Terpadu Kelas VIII

Berdasarkan tabel 1 di atas, terlihat bahwa jumlah siswa yang memperoleh nilai ujian semester pada mata pelajaran IPS Terpadu yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70 sebanyak 91 siswa dari 237 siswa atau sebanyak 38,40% artinya hanya sebesar 38,40% siswa yang dapat mencapai daya


(12)

serap materi. Sedangkan sebanyak 146 siswa dari 237 siswa atau sebanyak 61,40% yang belum mencapai daya serap materi. Kenyataan tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013 masih rendah. Dalam hal ini Djamarah dan Zain (2006: 128), mengemukakan bahwa siswa dinyatakan berhasil dalam belajarnya apabila siswa tersebut menguasai bahan pelajaran minimal 65%. Berdasarkan persentase belajar di atas, hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur masih tergolong rendah.

Selain itu, Djamarah dan Zain (2006: 121) juga mengemukakan bahwa untuk mengukur tingkat ketuntasan belajar sebagai berikut.

1. Istimewa/maksimal apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dapat

dikuasai oleh siswa 100%.

2. Baik sekali/optimal apabila sebagian besar dapat dikuasai siswa yaitu 76% - 99%.

3. Baik/minimal apabila bahan pelajaran yang dikuasai siswa sebesar 60% -

76%.

4. Kurang apabila bahan pelajaran yang dikuasai siswa sebesar < 60%.

Hasil belajar yang relatif rendah di SMP Negeri 1 Punggur ini diduga dikarenakan oleh kurangnya kemandirian belajar siswa. Hal ini didukung oleh pernyataan guru mata pelajaran IPS Terpadu yang bersangkutan. Menurut beliau, banyak siswa yang malas untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan kemampuannya sendiri dan memilih menyontek pekerjaan temannya.

Siswa sebagai generasi muda penerus bangsa yang telah mendapatkan berbagai latihan di sekolah seharusnya memiliki kemandirian dalam belajar yang baik. Kemandirian belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar karena kemandirian belajar merupakan sesuatu yang berasal dari dalam


(13)

5

diri siswa. Hal ini didukung oleh Slameto (2003: 54) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua golongan yaitu faktor intern (berasal dari diri individu) dan faktor ekstern (berasal dari luar individu). Kemandirian belajar adalah kemampuan internal yang dimiliki oleh setiap individu untuk tidak bergantung dengan orang lain dan berperilaku inisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain.

Kemandirian belajar sesungguhnya telah dilatih secara tidak langsung oleh guru di sekolah dengan memberikan tugas dan ujian kepada siswa. Siswa harus memiliki sifat kemandirian belajar agar mereka mempunyai rasa percaya diri dan berinisiatif melakukan segala hal atau kegiatan sendiri tanpa bergantung dengan orang lain. Dengan memiliki kemandirian belajar yang tinggi, siswa akan lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan percaya diri dalam mengerjakan tugas maupun ujian.

Siswa SMP Negeri 1 Punggur ternyata mempunyai kemandirian belajar yang rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang tidak memiliki kesiapan belajar seperti tidak membaca buku pelajaran untuk materi yang akan dipelajari esok hari dan lupa membawa buku pelajaran pada saat sekolah karena tidak mencatat jadwal pelajaran. Selain itu, ketika ujian masih banyak siswa yang menyontek pekerjaan temannya dan juga bekerja sama ketika ujian karena tidak adanya kesiapan belajar sebelum ujian dilaksanakan. Seharusnya mereka sudah belajar beberapa hari sebelumnya agar dapat mengerjakan soal ujian dengan baik dan tidak menyontek pekerjaan temannya.


(14)

Faktor lain yang diduga mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sikap belajar siswa. Sikap adalah kecenderungan individu untuk melakukan perbuatan secara sadar yang nyata terhadap objek disertai dengan perasaan positif atau negatif. Kemudian sikap ini menjadi sebuah dasar dan dorongan bagi sejumlah perbuatan yang berhubungan satu sama lain. Oleh karena itu sikap berperan penting dalam kehidupan seseorang karena sikap menentukan pola perilaku seseorang terhadap suatu objek. Sikap belajar merupakan respon siswa terhadap pelajaran dalam penelitian ini yang terutama pada pelajaran IPS Terpadu, dimana respon tersebut positif atau negatif. Berdasar hasil observasi, mayoritas siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur bersikap negatif terhadap mata pelajaran IPS Terpadu karena mereka kurang memberi respon yang baik ketika pelajaran IPS Terpadu berlangsung.

Sikap positif yang dimiliki oleh siswa terhadap apa yang dipelajarinya maka akan mudah bagi mereka untuk mengingat apa yang telah dipelajarinya sehingga terjadi perubahan tingkah laku akibat pengalaman belajar yang dialaminya. Namun, apabila yang terjadi adalah sikap negatif maka apa yang dipelajari siswa tidak akan masuk dalam ingatan mereka. Ingatan adalah penarikan kembali informasi yang pernah diperoleh sebelumnya (Slameto, 2003:111). Informasi yang diterima dapat disimpan untuk beberapa saat saja, beberapa waktu, dan jangka waktu yang tidak terbatas. Apabila sikap terhadap informasi tersebut negatif maka kemungkinan untuk menyimpan informasi dalam jangka waktu yang lama tidak mungkin terjadi. Sikap negatif ini juga ditunjukkan oleh siswa dengan cenderung bermalas-malasan dalam mengikuti pelajaran bahkan seringkali menghindari


(15)

7

pelajaran tersebut dan berakibat pada proses pembelajaran yang menjadi tidak kondusif dan hasil belajar siswa pun cenderung menurun.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada penelitian pendahuluan November 2012 di SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013 pada siswa kelas VIII, diperoleh hasil bahwa secara umum tingkat kemandirian dan sikap siswa masih tergolong rendah dan negatif. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Aktivitas Siswa di Dalam Kelas Saat Pelajaran Berlangsung

No. Aktivitas Siswa Jumlah Siswa

1. Memperhatikan penjelasan guru 9

2. Mengerjakan tugas mata pelajaran lain 6

3. Tidak mengerjakan tugas 1

4. Mengobrol dengan teman 4

5. Mengoperasikan telepon genggam (mengirim

pesan singkat dll)

5

6. Membolos jam pelajaran (ke kantin sekolah) 2

7 Tidak mencatat materi yang disampaikan guru 1

8 Tidak memberi tanggapan pada guru 2

Jumlah 30

Sumber : Hasil observasi pada penelitian pendahuluan.

Dari Tabel 2 di atas, terlihat tingkat kemandirian belajar siswa yang masih rendah. Selain itu kemandirian belajar siswa yang kurang dapat dilihat dari adanya beberapa siswa yang mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah (PR) saat di sekolah sebelum pelajaran yang bersangkutan di mulai dengan melihat pekerjaan temannya. Hal yang serupa ditunjukkan siswa ketika menghadapi ujian, mereka memilih untuk mengandalkan teman dalam menyelesaikan jawaban soal. Jika siswa belajar dengan mandiri maka akan mengembangkan pengetahuan yang lebih spesifik seperti halnya kemampuan untuk mentransfer pengetahuan konseptual ke


(16)

dalam situasi baru. Dengan adanya kemauan dan kemandirian belajar maka siswa dapat menciptakan tanggung jawab untuk belajar mandiri dan memperoleh pengetahuan. Namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang belum sadar akan tugas dan kewajibannya sebagai siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemandirian belajar siswa belum optimal.

Kemudian berdasarkan Tabel 2 di atas, terlihat bahwa sikap belajar siswa masih rendah. Selain itu, sikap belajar siswa yang kurang positif terlihat dari sikap siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal latihan dan ujian karena mereka tidak tertarik untuk mempelajari mata pelajaran IPS Terpadu. Hal ini juga ditunjukkan pada Tabel 1 yang menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang nilainya belum memenuhi KKM. Sikap belajar yang baik pada saat mata pelajaran IPS Terpadu berlangsung menunjukkan bahwa siswa memiliki sikap yang positif terhadap mata pelajaran tersebut, sedangkan sikap belajar yang buruk ketika mata pelajaran IPS Terpadu berlangsung menunjukkan sikap negatif siswa terhadap pelajaran tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sikap belajar yang dimiliki Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013 masih tergolong rendah karena siswa dan guru kurang berinteraksi pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Punggur dengan judul: ”Pengaruh

Kemandirian Belajar dan Sikap Belajar Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013”.


(17)

9

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat didentifikasikan permasalahan pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Hasil belajar mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013 yang masih rendah.

2. Kurangnya persiapan belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013.

3. Banyaknya siswa SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013

yang kurang aktif dalam kegiatan belajar.

4. Kurangnya kemandirian belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013.

5. Banyaknya siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran

2012/2013 yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru terutama pada mata pelajaran IPS Terpadu.

6. Banyaknya siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran

2012/2013 yang bekerja sama dalam mengerjakan soal pada saat ujian.

7. Banyaknya siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran

2012/2013 yang cenderung bermalas-malasan ketika mengikuti pelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas maka batasan masalah dalam penelitian ini hanya berkisar pada aspek kemandirian belajar (X1),

sikap belajar (X2), dan hasil belajar IPS Terpadu (Y) siswa kelas VIII semester


(18)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah ada pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu

siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013?

2. Apakah ada pengaruh sikap belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa

kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013?

3. Apakah ada pengaruh kemandirian belajar dan sikap belajar terhadap hasil

belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, penelitian yang akan dilakukan ini mempunyai tujuan untuk mengetahui adanya:

1. Pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas

VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Pengaruh sikap belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013.

3. Pengaruh kemandirian belajar dan sikap belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013.


(19)

11

F. Kegunaan Penelitian

Pada hakekatnya penelitian ini dilakukan agar dapat menghasilkan kegunaan tertentu. Adapun kegunaan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah.

1. Secara teoritis

a) Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu

yang telah diperoleh selama kuliah berlangsung.

b) Bagi para akademisi, dapat digunakan sebagai referensi atau bahan kajian

dalam menambah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan serta bagi peneliti yang akan melakukan penelitian di bidang yang sama.

2. Secara praktis

a) Bagi siswa, agar dapat menambah khasanah pengetahuan dan semangat dalam belajar sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan lebih mandiri dalam belajar baik di sekolah maupun di rumah.

b) Bagi guru dan calon guru, sebagai sumbangan pemikiran dan bahan

informasi untuk mengatasi masalah yang terjadi saat proses belajar berlangsung sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

c) Bagi pihak sekolah, sebagai bahan masukan dan kontribusi dalam usaha meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan juga peserta didik.

d) Memberikan motivasi kepada peneliti lainnya untuk bersama-sama


(20)

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini mencakup hal-hal sebagai berikut.

1. Objek Penelitian

Ruang lingkup yang akan diteliti adalah kemandirian belajar (X1), sikap

belajar (X2), dan hasil belajar (Y).

2. Subjek Penelitian

Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap.

3. Tempat Penelitian

Ruang lingkup tempat penelitian ini adalah SMP Negeri 1 Punggur.

4. Waktu Penelitian

Ruang lingkup waktu penelitian ini dilaksanakan pada Tahun Pelajaran 2012/2013.


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

Pada bagian ini akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir dan hipotesis penelitian. Secara rinci pembahasan tentang hal-hal tersebut dikemukakan sebagai berikut.

A. Tinjauan Pustaka 1. Hasil Belajar

Belajar merupakan sebuah proses bagi seseorang untuk mencapai suatu perubahan yang lebih baik maupun lebih buruk. Menurut Drs. Slameto dalam Djamarah (2011: 13) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hal ini diperkuat oleh pendapat Skinner dalam Syah (2012: 64) bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif.

Menurut Syah (2012: 63) belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya seseorang dalam mencapai tujuan pendidikan bargantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa baik dengan lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah atau


(22)

keluarganya sendiri. Djamarah (2011: 13) juga menyebutkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Belajar bertujuan untuk memperoleh perubahan prilaku maupun cara berpikir untuk menghasilkan intelektual yang tinggi. Untuk mengetahui perubahan tersebut maka harus melihat hasil belajar yang diperoleh. Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh seseorang setelah melalui sebuah proses interaksi seseorang dengan lingkungannya yang kemudian membuat seseorang dapat berubah menjadi lebih baik atau tidak.

Menurut Dalyono (2010: 55-60), Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada pula dari luar dirinya. Berikut ini faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar.

1. Faktor Internal (yang Berasal dari Dalam Diri)

1. kesehatan

2. intelegensi dan bakat 3. minat dan motivasi 4. cara belajar

2. Faktor Eksternal (yang Berasal dari Luar Diri) 1. keluarga

2. sekolah 3. masyarakat

4. lingkungan sekitar

Berdasar pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa beraneka ragam baik berasal dari dalam diri siswa yang meliputi kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi maupun cara belajar siswa ataupun faktor dari luar diri siswa yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.


(23)

15

Slameto (2003: 54 - 71) juga mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar secara garis besar dibagi menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

1. Faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang belajar. Faktor intern terdiri dari:

a. Faktor jasmaniah, yang terdiri dari faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh b. Faktor psikologis, yakni inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,

kematangan, dan kesiapan c. Faktor kelelahan

2. Faktor ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar diri individu yang belajar. Faktor ekstern terdiri dari:

a. Faktor keluarga, yakni cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga.

b. Faktor sekolah c. Faktor masyarakat

Menurut Hamalik (2004: 30) bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar tampak pada setiap aspek-aspek tersebut yakni.

1) Pengetahuan

2) Pengertian

3) Kebiasaan

4) Keterampilan

5) Apresiasi

6) Emosional

7) Hubungan sosial

8) Jasmani

9) Etis atau budi pekerti 10)Sikap

Menurut Burton dalam Hamalik (2004: 31) hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan. Hal ini berarti hasil belajar merupakan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa yang diwujudkan dalam bentuk skor atau angka setelah dilakukan tes pada akhir proses pembelajaran yang telah berlangsung serta dilihat dari perilakunya, baik dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir, maupun keterampilan motorik.


(24)

Menurut Mulyasa (2009: 208) penilaian hasil belajar tingkat kelas adalah penilaian yang dilakukan oleh guru atau pendidik secara langsung. Penilaian hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi pada diri peserta didik. Pada umumnya, hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk. Bentuk pertama, peserta didik akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan kelemahannya atas perilaku yang diinginkan. Sedangkan bentuk kedua, mereka mendapatkan bahwa perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap atau dua tahap sehingga timbul lagi kesenjangan antara penampilan perilaku yang sekarang dengan perilaku yang diinginkan. Kesinambungan tersebut merupakan dinamika proses belajar sepanjang hayat dan pendidikan yang berkesinambungan. Hal ini sesuai dengan ungkapan standar nasional pendidikan dalam Mulyasa (2009: 209) bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk penilaian harian, penilaian tengah semester, dan penilaian kenaikan kelas.

Menurut Hamalik (2004: 32) belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada.faktor-faktor–faktor itu adalah sebagai berikut.

1. Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan; siswa melakukan banyak

kegiatan baik kegiatan neural system.

2. Belajar memerlukan latihan, dengan jalan: relearning, recalling, dan

reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali.

3. Belajar siswa lebih berhasil, jika siswa merasa berhasil dan mendapatkan kepuasannya.

4. Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam

belajar.

5. Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar.

6. Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian-pengertian

yang telah dimiliki oleh siswa, besar peranannya dalam proses balajar mengajar.

7. Faktor kesiapan belajar.

8. Faktor minat dan usaha


(25)

17

10.Faktor intelegensi

Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh siswa dalam proses belajar di sekolah sebagai bukti dari kegiatan belajar dan mengajar yang dilaksanakan secara maksimal yang diwujudkan dalam bentuk skor/angka atau nilai.

2. Pengertian Kemandirian Belajar

Belajar merupakan suatu proses bagi seseorang agar orang tersebut dapat hidup secara mandiri. Bagi seorang siswa dalam proses belajar di sekolah, mereka selalu dituntut untuk mandiri karena selama hidupnya tidak bisa selalu bergantung dengan orang lain. Dengan demikian, setiap individu harus dilatih untuk dapat mandiri agar mereka mempunyai keyakinan dalam diri ketika mengambil suatu keputusan serta tanggung jawab. Sebagaimana yang diungkapkan Fatimah (2006: 114) mengatakan bahwa mandiri atau sering disebut sebagai berdiri di atas kaki sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk tidak bergantung pada orang lain dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukan.

Menurut Ali (2012: 114) kemandirian merupakan suatu kekuatan internal individu yang diperoleh melalui proses inviduasi. Proses individuasi adalah proses realisasi kedirian dan proses menuju kesempurnaan. Diri adalah inti dari kepribadian dan merupakan titik pusat yang menyelaraskan dan mengkoordinasikan seluruh aspek kepribadian. Sedangkan menurut Sutari Imam Barnadib dalam Fatimah (2006: 115) menyatakan bahwa kemandirian merupakan perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain.


(26)

Menurut Durkheim dalam Ali (2012: 110) kemandirian tumbuh dan berkembang karena dua faktor yang menjadi prasyarat bagi kemandirian, yaitu:

1. disiplin, yaitu adanya aturan bertindak dan otoritas, dan 2. komitmen terhadap kelompok.

Kemandirian bukan merupakan pembawaan sifat yang ada pada diri individu sejak lahir, melainkan perkembangan yang dipengaruhi oleh berbagai stimulasi yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungannya di samping adanya potensi yang telah dimiliki sejak lahir sebagai keturunan dari orang tuanya. Menurut Ali (2012: 118-119) ada sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kemandirian, yaitu sebagai berikut.

1. Gen atau keturunan orang tua. Orang tua yang memiliki sifat kemandirian

tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki sifat kemandirian juga. Namun, faktor keturunan ini masih menjadi perdebatan karena ada yang berpendapat bahwa sesungguhnya bukan sifat kemandirian orang tuanya itu yang menurun kepada anaknya, melainkan sifat orang tuanya muncul berdasarkan cara orang tua mendidiknya.

2. Pola asuh orang tua. Cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan mempengaruhi perkembangan kemandirian anak remajanya. Orang tua yang terlalu banyak melarang atau mengeluarkan kata “jangan” kepada anak tanpa disertai dengan penjelasan yang rasional akan menghambat perkembangan kemandirian anak.

3. Sistem pendidikan di sekolah. Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demokratisasi pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinasi tanpa argumentasi akan menghambat perkembangan kemandirian remaja.

4. Sistem kehidupan masyarakat. Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hierarki struktur sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang menghargai menifestasi potensi remaja dalam kegiatan produktif dapat menghambat kelancaran perkembangan kemandirian remaja. Sebaliknya lingkungan masyarakat yang aman, menghargai ekspresi potensi remaja dalam bentuk berbagai kegiatan, dan tidak terlalu hierarkis akan merangsang dan mendorong perkembangan kemandirian remaja.


(27)

19

Perkembangan kemandirian seseorang juga berlangsung secara bertahap sesuai dengan tingkatan perkembangan kemandirian tersebut. Menurut Lovinger dalam Ali (2012: 114-116) mengemukakan tingkatan kemandirian beserta ciri-cirinya sebagai berikut.

1. Tingkatan pertama, adalah tingkat impulsif dan melindungi diri.(peduli terhadap control dan keuntungan yang dapat diperoleh dari interaksinya dengan orang lain, mengikuti aturan secara oportunistik dan hedonistik, berpikir tidak logis dan tertegun pada cara berpikir tertentu, cenderung melihat kehidupan sebagai zero-sum game, cenderung menyalahkan dan mencela orang lain serta lingkungan)

2. Tingkatan kedua, adalah tingkat konformistik.(peduli terhadap penampilan

diri dan penerimaan sosial, peduli akan konformitas terhadap aturan eksternal, takut tidak diterima kelompok, tidak sensitif terhadap keindividualan, merasa berdosa jika melanggar aturan)

3. Tingkatan ketiga, adalah tingkat sadar diri.(mampu berpikir alternatif, melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi, menekankan pada pentingnya pemecahan masalah, memikirkan cara hidup, penyesuaian terhadap situasi dan peranan)

4. Tingkatan keempat, adalah tingkat saksama (conscientious).(bertindak atas dasar nilai-nilai internal, sadar akan tanggung jawab, mampu melakukan kritik dan penilaian diri, peduli akan hubungan mutualistik, memiliki tujuan jangka panjang, berpikir kompleks dan atas dasar pola analistik) 5. Tingkatan kelima, adalah tingkatan individualistis.(peningkatan kesadaran

individualitas, menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain, mengenal eksistensi perbedaan individual, mengenal kompleksitas diri, peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial)

6. Tingkatan keenam, adalah tingkat mandiri.(memiliki pandangan hidup

sebagai suatu keseluruhan, toleran terhadap ambiguitas, ada keberanian menyelesaikan konflik internal, responsif terhadap kemandirian orang lain, sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain)

Sesuai dengan fase perkembangannya, Ali (2012: 118) mengungkapkan upaya pengembangan kemandirian remaja seyogianya dilakukan melalui:

1. Penciptaan partispasi dan keterlibatan remaja secara penuh dalam keluarga

2. Penciptaan keterbukaan komunikasi dalam keluarga

3. Penciptaan kebebasan mengeksplorasi lingkungan

4. Penerimaan remaja secara positif tanpa syarat/tanpa pamrih

5. Penciptaan komunikasi empatik dengan remaja


(28)

Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat dikatakan bahwa kemandirian belajar adalah kemampuan internal yang dimiliki oleh setiap individu untuk tidak bergantung dengan orang lain dan berperilaku inisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Kemandirian juga bukan merupakan bawaan sifat sejak lahir, melainkan dipengaruhi oleh beberapa stimulus dan faktor-faktor yang dapat membentuk kemandirian dalam diri seseorang.

3. Pengertian Sikap Belajar

Dalam arti yang sempit, pengertian sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental. Hal ini sesuai dengan pendapat Trow dalam Djaali (2008: 114) yang mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. Menurut Bruno dalam Dalyono (2010: 216) sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu.

Menurut Chaplin dalam Ali (2004: 141) menyamakan sikap dengan pendirian, kemudian mendefinisikan sikap sebagai predisposisi atau kecenderungan yang relatif stabil dan berlangsung terus-menerus untuk bertingkah laku dan bereaksi dengan cara tertentu terhadap orang lain, objek, lembaga, atau persoalan tertentu. Harlen dalam Djaali (2008: 114) juga mengemukakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kecenderungan seseorang untuk bertindak dalam menghadapi suatu objek atau situasi tertentu.

Menurut Syah (2012: 150) sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif


(29)

21

dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Hal ini menunjukkan bahwa sikap positif yang ditunjukkan oleh siswa terutama pada guru dan mata pelajaran yang disajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Namun sebaliknya jika sikap negatif yang ditunjukkan oleh siswa, baik kepada guru maupun mata pelajaran dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa tersebut dan juga hasil belajar yang diperoleh tidak memuaskan.

Menurut Ahmadi (2002: 170) terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan, misalnya keluarga, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Sikap seseorang tidak selamanya tetap, sikap dapat berkembang dengan mendapat pengaruh, baik dari dalam maupun dari luar yang bersifat positif atau negatif. Ahmadi (2002: 171) juga menyebutkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan perubahan sikap seseorang antara lain:

1. faktor intern: yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi individu itu sendiri berupa daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.

2. faktor ekstern: yaitu faktor yang terdapat di luar pribadi individu yang berupa interaksi sosial di luar kelompok.

Pendapat Ahmadi ini juga didukung oleh Allport dalam Djaali (2008:114) bahwa sikap adalah sesuatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respons individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu. Hal ini menunjukkan bahwa sikap itu tidak muncul seketika atau dibawa lahir, tetapi disusun dan


(30)

dibentuk melalui pengalaman serta memberikan pengaruh langsung kepada respons seseorang.

Menurut Safari (2003: 58) sikap belajar adalah kecenderungan bertindak dalam perubahan tingkah laku melalui latihan dan pengalaman dari keadaan tidak tahu menjadi tahu yang dapat diukur melalui toleransi, kebersamaan dan gotong royong, rasa kesetiakawanan, dan jujur.

Sedangkan sikap belajar menurut Djaali (2008: 115) dapat diartikan sebagai kecenderungan perilaku seseorang tatkala ia mempelajari hal-hal yang bersifat akademik. Brown dan Holtzman dalam Djaali (2008:115) mengembangkan konsep sikap belajar melalui dua komponen, yaitu Teacher Approval (TA) dan

Education Acceptance (EA). TA berhubungan dengan pandangan siswa terhadap guru-guru; tingkah laku mereka di kelas; dan cara mengajar. Adapun Education Acceptance terdiri atas penerimaan dan penolakan siswa terhadap tujuan yang akan dicapai; dan materi yang disajikan, praktik, tugas, dan persyaratan yang ditetapkan di sekolah. Berdasarkan pendapat Brown dan Holtzman, dalam penelitian ini yang berkaitan dengan sikap siswa termasuk dalam Education Acceptance karena dalam penelitian ini yang diteliti adalah sikap belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu.

Menurut Ibid dalam Djaali (2008: 117) cara mengembangkan sikap belajar yang positif diantaranya.

1. Bangkitkan kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk mendapat

penghargaan, dan sebagainya

2. Hubungkan dengan pengalaman yang lampau

3. Beri kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik

4. Gunakan berbagai metode mengajar, seperti diskusi, kerja kelompok,


(31)

23

Menurut Ahmadi (2002: 178-179) ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut: 1. Sikap itu dipelajari (learnability)

2. Memiliki kestabilan (Stability)

3. Personal-societal significance

4. Berisi cognisi dan affeksi

5. Approach-avoidance directionality

Ahmadi (2002: 179-181) juga menyebutkan fungsi (tugas) sikap dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu:

1. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri 2. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku

3. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman

4. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian

Berdasarkan uraian beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa sikap belajar adalah kecenderungan yang relatif tetap dan stabil yang terjadi secara terus-menerus untuk bereaksi dan berperilaku dengan cara tertentu ketika mempelajari hal-hal yang bersifat akademik secara positif atau negatif. Dalam penelitian ini sikap belajar difokuskan pada mata pelajaran IPS Terpadu yakni bagaimana pola perilaku setiap siswa ketika proses belajar mengajar IPS Terpadu berlangsung.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dalam pembahasan ini merupakan penelitian yang telah dilakukan lebih dulu oleh peneliti lain dan memiliki pokok permasalahan penelitian yang hampir sama dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan guna kelengkapan penelitian ini adalah sebagai berikut.


(32)

Tabel 3. Penelitian yang Relevan

Nama Judul Hasil

1.Eva Rina (2010)

Pengaruh Sikap Belajar dan Minat Belajar Tehadap Prestasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Ekonomi Kelas X Semester Genap SMA YP Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010

Ada Sikap Belajar dan Minat Belajar Tehadap Prestasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Ekonomi Kelas X Semester Genap SMA YP Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010 dengan koefisien korelasi (R) = 0,17 dan koefisien determminasi (R2) = 0,508 pada taraf signifikan 0,05.

Berdasarkan analisis data diperoleh Fhitung = 60,865 sedangakan Ftabel

=3,073, ini berarti Fhitung> Ftabel.

2.Burhan Nudin (2011)

Pengaruh Minat belajar, Kemandirian Belajar, dan Persepsi Siswa Tentang Kepedulian Orang Tua Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP 11 Maret Sumberagung Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2010/2011

Ada pengaruh Minat belajar, Kemandirian Belajar, dan Persepsi Siswa Tentang Kepedulian Orang Tua Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP 11 Maret Sumberagung Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2010/2011 yang dibuktikan dari hasil perhitungan koefesiens regresi linier multiple R= 0,611 dengan kadar determinasi (R2) 37,3% pada taraf signifikan 0,05. Berdasarkan analisis data Fhitung = 18,048

sedangkan Ftabel = 2,705, ini berarti

Fhitung> Ftabel.

3.Susanti (2012)

Pengaruh Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi dan Iklim Sekolah Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI IPSSemester Ganjil SMANegeri 1 Purbolinggo Lampung Timur Tahun Pelajaran 2011/2012

Ada pengaruh Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi dan Iklim Sekolah Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI IPS Semester Ganjil SMA Negeri 1 Purbolinggo Lampung Timur Tahun Pelajaran 2011/2012dengan

koefisien korelasi ( r ) 0,602 dan koefisien determinasi ( r2) 0,362 pada taraf signifikan 0,05. Berdasarkan analisis data thitung =

7,646 sedangkan ttabel = 1,987, ini


(33)

25

C. Kerangka Pikir

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang dapat terjadi pada setiap individu. Berhasil atau tidaknya individu tersebut dalam belajar dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada tingkah laku dalam keseharian individu tersebut setelah belajar. Namun, bila belum ada perubahan dalam tingkah laku individu tersebut maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut belum berhasil dalam belajar.

Tingkat keberhasilan belajar terutama dalam pencapaian tujuan suatu kegiatan belajar bergantung dari bagaimana proses atau pelaksanaan kegiatan belajar tersebut terjadi. Pada proses belajar, ada banyak faktor yangdapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan tolok ukur keberhasilan proses belajar yang dialami oleh siswa. Tinggi atau rendahnya hasil belajar IPS Terpadu yang akan dicapai siswa dapat dipengaruhi oleh faktor intern yang salah satunya berupa kemandirian belajar dan sikap belajar.

Kemandirian belajar dan sikap belajar merupakan salah satu faktor intern yang sangat berpengaruh bagi keberhasilan belajar siswa. Menurut Sutari Imam Barnadib (Fatimah, 2006: 115) Kemandirian merupakan perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Seorang siswa yang mempunyai kemandirian belajar yang tinggi akan lebih aktif dalam segala kegiatan dan mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah, sedangkan siswa yang memiliki kemandirian belajar yang rendah cenderung lebih pasif dalam kegiatan belajar dan ketika mengerjakan tugas-tugas


(34)

sekolah hanya bisa mengandalkan temannya atau orang lain untuk mengerjakan tugas tersebut.

Sikap belajar juga akan menentukan tingkah laku siswa saat proses belajar mengajar pelajaran IPS Terpadu berlangsung. Sikap belajar siswa akan berwujud perasaan senang atau tidak senang ketika pembelajaran IPS Terpadu berlangsung. Siswa yang memiliki perasaan senang akan bersikap positif pada mata pelajaran IPS Terpadu sehingga siswa akan lebih mudah menerima dan menyerap materi yang disampaikan oleh guru. Sikap positif yang dimiliki oleh siswa dapat mendukung mereka untuk mendapat hasil belajar yang tinggi. Sedangkan siswa yang memiliki perasaan tidak suka akan bersikap negatif pada mata pelajaran IPS Terpadu sehingga mereka akan sulit menerima dan menyerap materi yang disampaikan oleh guru. Sikap negatif yang dimiliki siswa akan menyebabkan sifat malas untuk belajar sehingga hasil belajar yang mereka pun rendah.

Uraian tentang sikap belajar di atas juga didukung oleh pendapat Djaali (2008: 116-117) bahwa sikap belajar ikut berperan dalam menentukan aktivitas belajar siswa. Oleh karena itu, apabila faktor lainnya sama, siswa yang sikap belajarnya positif akan belajar lebih aktif dan dengan demikian akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang sikap belajarnya negatif.

Dengan adanya kemandirian belajar yang tinggi dan sikap belajar siswa yang baik pada mata pelajaran IPS Terpadu, akan sangat membantu pencapaian hasil belajar yang baik. Hasil belajar yang baik merupakan gambaran dari keberhasilan guru dan siswa dalam proses kegiatan belajar dan mengajar.


(35)

27

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka diduga hasil belajar IPS Terpadu (Y) dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab, diantaranya kemandirian belajar (X1)

dan sikap belajar (X2). Dengan demikian, maka kerangka pikir dalam penelitian

ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Kerangka Pikir

Gambar 1 di atas menunjukkan ada pengaruh kemandirian belajar dan sikap belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu.

D. Hipotesis

Berdasar uraian kerangka pikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Ada pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu

siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013. 2. Ada pengaruh sikap belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas

VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013.

Hasil belajar IPS Terpadu

(Y)

Sikap Belajar (X2)

Kemandirian Belajar (X1)


(36)

3. Ada pengaruh kemandirian belajar dan sikap belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013.


(37)

III. METODOLOGI PENELITIAN

Pada bagian ini akan membahas tentang metode penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, uji persyaratan instrumen, uji persyaratan analisis data, uji keberartian dan kelinieran regresi, dan pengujian hipotesis.

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif verifikatif dengan pendekatan ex post facto dan survei. Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki (Nazir, 2003:54). Menurut Sukardi (2008: 157) tujuan penelitian verifikatif yaitu untuk menentukan tingkat pengaruh variabel-variabel dalam suatu populasi.

Karena dalam penelitian ini mempunyai tujuan penelitian verifikatif yakni menentukan tingkat pengaruh variabel-variabel dalam suatu populasi maka penelitian


(38)

ini menggunakan pendekatan ex post facto dan survei. Penelitian dengan pendekatan

ex post facto merupakan penelitian yang datanya sudah ada ketika peneliti mulai melakukan pengamatan yang kemudian diteliti untuk mengetahui penyebab adanya data tersebut. Seperti yang dinyatakan Sugiyono (2004: 7) bahwa Pendekatan ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. Sedangkan pendekatan penelitian survei menurut Robandi dalam Musfiqon (2012: 67) penelitian survei adalah pendekatan dasar yang dapat digunakan untuk mengetahui berbagai pola perilaku, pola sikap, pendapat, dan opini responden.

Menurut Sugiyono (2010: 12) metode survei adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu dimana peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, tes, wawancara terstruktur, dan sebagainya.

B. Populasi, Sampel, danTeknik Sampling 1. Populasi

Populasi adalah totalitas objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, dan benda yang mempunyai kesamaan sifat menurut Musfiqon (2012: 89). Sedangkan menurut Sugiyono (2012: 80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.


(39)

31

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013 sebanyak 237 siswa dari 8 kelas, seperti yang terlihat dalam tabel berikut.

Tabel 4. Jumlah Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Punggur Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013.

No Kelas Jumlah

1 VIII A 31

2 VIII B 30

3 VIII C 31

4 VIII D 30

5 VIII E 29

6 VIII F 30

7 VIII G 29

8 VIII H 27

Jumlah 237

Sumber: Administrasi tata usaha SMP Negeri 1 Punggur tahun 2012

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012: 81).

Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus T. Yamane sebagai berikut:

n

=

Keterangan: n = jumlah sampel N = jumlah populasi


(40)

Berdasarkan rumus di atas, besarnya sampel dalam penelitian ini dihitung sebagai berikut:

n

=

n = 148,823 dibulatkan menjadi 149 orang siswa.

Jadi, banyaknya sampel dalam penelitian ini sebesar 149 orang siswa.

3. Teknik Pengambilan sampel

Teknik pengumpulan data adalah probability sampling dengan menggunakan simple

random sampling. Teknik ini merupakan teknik pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2012: 82).

Untuk menentukan besarnya sampel pada setiap kelas dilakukan dengan alokasi proporsional agar sampel yang diambil lebih proporsional. Hal ini dilakukan dengan cara:

Jumlah sampel tiap kelas =

Tabel 5. Perhitungan Proporsional Sampel Untuk Setiap Kelas

Kelas Perhitungan Pembulatan Persentase (%)

VIII A N=(149:237)31=19,49 20 13,42

VIII B N=(149:237)30=18,86 19 12,75

VIII C N=(149:237)31=19,49 19 12,75

VIII D N=(149:237)30=18,86 19 12,75

VIII E N=(149:237)29=18,23 18 12,08

VIII F N=(149:237)30=18,86 19 12,75

VIII G N=(149:237)29=18,23 18 12,08

VIII H N=(149:237)27=16,97 17 11,42

Jumlah 149 100%


(41)

33

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini jumlah dari seluruh populasi yang akan diteliti sebanyak 149 siswa, dari seluruh populasi itu mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 60). Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya variabel terikat (Sugiyono, 2010: 61). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kemandirian belajar (X1) dan sikap belajar (X2).

b. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010: 61). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS Terpadu (Y).


(42)

D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel a. Definisi Konseptual Variabel

1. Kemandirian Belajar (X1)

Kemandirian merupakan perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain.Sutari Imam Barnadib (Fatimah, 2006: 115).

2. Sikap Belajar (X2)

Sikap belajar merupakan kecenderungan perilaku seseorang tatkala ia mempelajari hal-hal yang bersifat akademik. Djaali (2008: 115).

3. Hasil belajar (Y)

Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan.Burton (Hamalik, 2004: 31).

b. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah pendefinisian secara operasional suatu konsep sehingga dapat diukur, dicapai dengan melihat pada dimensi tingkah laku atau properti yang ditunjukkan oleh konsep, dan mengkategorikan hal tersebut menjadi elemen yang diamati dan dapat diukur (Sudjarwo dan Basrowi, 2009: 174).

1. Kemandirian belajar adalah kemampuan internal yang dimiliki oleh setiap individu untuk bertanggung jawab dalam belajar secara mandiri, tidak


(43)

35

bergantung dengan orang lain dan berperilaku inisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain.

2. Sikap belajar merupakan respon siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu yang

dicerminkan dalam tiga dimensi yaitu kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berprilaku terhadap suatu objek di lingkungan sekitarnya.

3. Besarnya angka atau nilai yang diperoleh siswa dalam pelajaran IPS Terpadu

pada saat Ujian Semester siswa SMP kelas VIII.

Berdasar uraian definisi yang dikemukakan di atas, untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan tabel yang menggambarkan definisi operasional variabel tentang variabel-variabel, indikator- indikator, dan sub indikator yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini.

Tabel 6. Indikator dan Sub Indikator Variabel

Variabel Indikator Sub Indikator Skala

Kemandirian Belajar (X1)

1. Bertanggung

jawab

1. Berinisiatif untuk belajar jika ada waktu senggang 2. Belajar jauh hari

sebelum ujian dilaksanakan

3. Menggunakan

lingkungan sebagai sumber belajar

Interval dengan pendekatan


(44)

2. Kesiapan belajar

3. Percaya diri

1. Tersedianya buku

IPS Terpadu 2. Tersedianya

perlengkapan belajar

1. Mengerjakan ujian

dengan usaha sendiri/ tidak menyontek teman

2. Mengerjakan tugas

dengan kemampuan sendiri

Sikap Belajar (X2)

1. Kognitif

2. Afektif

3. Konatif

1. Respon siswa

terhadap isi materi yang disampaikan

2. Keyakinan siswa

untuk menerima materi yang diberikan 1. Reaksi yang

menunjukkan rasa senang belajar 2. Reaksi yang

menunjukan rasa tidak senang belajar 1. Reaksi yang

menunjukan prilaku yang tidak baik pada siswa dalam

menerima pelajaran 2. Sikap positif belajar siswa yang sungguh-sungguh

menunjukan rasa suka siswa pada pelajaran

Interval dengan pendekatan

rating scale

Hasil Belajar IPS Terpadu (Y)

Hasil ujian semester mata pelajaran IPS Terpadu siswa

Besarnya atau nilai ujian tengah semester genap pada mata pelajaran IPS Terpadu


(45)

37

kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling utama dalam sebuah penelitian guna mendapatkan data untuk penelitian tersebut. Adapun teknik-teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Observasi

Observasi adalah kegiatan pengumpulan data melalui pengamatan atas gejala, fenomena, dan fakta empiris terkait dengan masalah penelitian (Musfiqon, 2012: 120). Teknik ini dilakukan pada saat peneliti melakukan penelitian pendahuluan guna memperoleh data mengenai siswa dan SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan berdasarkan perkiraan (Sudjarwo dan Basrowi, 2009:161). Teknik dokumentasi digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data terkait dengan jumlah siswa dan hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013.


(46)

3. Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012: 142). Angket digunakan untuk memperoleh informasi mengenai kemandirian belajar dan sikap belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013.

F. Uji Persyaratan Instrumen

Untuk mendapatkan data yang lengkap, maka alat instrument harus memenuhi persyaratan yang baik. Instrument yang baik dalam suatu penelitian harus memenuhi dua syarat, yaitu valid dan reliabel. Pembahasan tersebut secara rinci sebagai berikut.

1. Uji Validitas

Validitas dapat dikatakan sebagai suatu tes pengukuran yang menunjukkan valid atau sahihnya suatu instrumen. Uji validitas ini digunakan untuk mengukur sejauh mana alat ukur yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Seperti yang diungkapkan Arikunto (2009: 58) bahwa jika data yang dihasilkan dari sebuah instrumen valid maka dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut valid, karena dapat memberikan gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau


(47)

39

keadaan sesungguhnya. Untuk mengukur tingkat validitas angket digunakan rumus korelasi product moment dengan rumus:

=

√{ }{ }

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N : Jumlah sampel

X : Skor butir soal

Y : Skor total

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus:

thitung = rhitung =

√ √

Dimana: t : nilai thitung

r : nilai korelasi hasil rhitung

n : jumlah responden

Dengan kriteria pengujian apabila r hitung > r tabel dengan

0,05

maka alat ukur

tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila r hitung< r tabel maka alat ukur

tersebut adalah tidak valid (Arikunto, 2009: 72).

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil uji coba angket pada variabel X1, X2, dan


(48)

Hasil perhitungan kemudian dicocokan dengan Tabel r Product Moment dengan

0,05

adalah 0.361, maka diketahui hasil perhitungan sebagai berikut.

Tabel 7. Hasil Analisis Uji Validitas Angket Kemandirian Belajar (X1)

No. rhitung rtabel Kesimpulan Keterangan

1. 0.377 .361 rhitung>rtabel Valid

2. 0.405 .361 rhitung>rtabel Valid

3. 0.440 .361 rhitung>rtabel Valid

4. 0.385 .361 rhitung>rtabel Valid

5. 0.449 .361 rhitung>rtabel Valid

6. 0.448 .361 rhitung>rtabel Valid

7. 0.726 .361 rhitung>rtabel Valid

8. 0.626 .361 rhitung>rtabel Valid

9. 0.550 .361 rhitung>rtabel Valid

10. 0.405 .361 rhitung>rtabel Valid

11. 0.700 .361 rhitung>rtabel Valid

12. 0.273 .361 rhitung>rtabel Tidak Valid

13. 0.497 .361 rhitung<rtabel Valid

14. 0.675 .361 rhitung>rtabel Valid

15. 0.496 .361 rhitung>rtabel Valid

16. 0.302 .361 rhitung>rtabel Tidak Valid

17. 0.386 .361 rhitung>rtabel Valid

18. 0.099 .361 rhitung>rtabel Tidak Valid

19. 0.148 .361 rhitung>rtabel Tidak Valid

20. 0.042 .361 rhitung<rtabel Tidak Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data Tahun 2013.

Kriteria yang digunakan adalah jika rhitung > rtabel, maka soal tersebut valid dan

sebaliknya (Rusman, 2011: 54). Berdasarkan kriteria tersebut, terdapat 5 soal yang tidak valid dan dalam penelitian ini soal tersebut didrop atau dibuang. Dengan demikian, angket yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 15 soal.


(49)

41

Tabel 8. Hasil Analisis Uji Validitas Angket Sikap Belajar (X2)

No. rhitung rtabel Kesimpulan Keterangan

1. 0.647 .361 rhitung>rtabel Valid

2. 0.787 .361 rhitung>rtabel Valid

3. 0.524 .361 rhitung>rtabel Valid

4. 0.774 .361 rhitung>rtabel Valid

5. 0.783 .361 rhitung>rtabel Valid

6. 0.507 .361 rhitung>rtabel Valid

7. 0.248 .361 rhitung>rtabel Tidak Valid

8. 0.656 .361 rhitung>rtabel Valid

9. 0.270 .361 rhitung>rtabel Tidak Valid

10. 0.294 .361 rhitung>rtabel Tidak Valid

11. 0.748 .361 rhitung>rtabel Valid

12. 0.320 .361 rhitung>rtabel Tidak Valid

13. 0.544 .361 rhitung<rtabel Valid

14. 0.789 .361 rhitung>rtabel Valid

15. 0.292 .361 rhitung>rtabel Tidak Valid

16. 0.407 .361 rhitung>rtabel Valid

17. 0.749 .361 rhitung>rtabel Valid

18. 0.621 .361 rhitung>rtabel Valid

19. 0.544 .361 rhitung>rtabel Valid

20. 0.789 .361 rhitung<rtabel Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data Tahun 2012.

Kriteria yang digunakan adalah jika rhitung > rtabel, maka soal tersebut valid dan

sebaliknya (Rusman, 2011: 54). Berdasarkan kriteria tersebut, terdapat 5 soal yang tidak valid dan dalam penelitian ini soal tersebut didrop atau dibuang. Dengan demikian, angket yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 15 soal.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk menguji taraf kepercayaan suatu instrumen, dimana instrument dapat memberikan hasil yang tetap. Seperti yang diungkapkan Arikunto (2009: 86) bahwa suatu tes dapat dikatakan reliabel (taraf kepercayaan) yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Jadi reliabilitas tes adalah


(50)

ketetapan hasil tes atau seandainya hasilnya berubah-berubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.

Untuk mengukur tingkat reliabilitas instrumen dapat digunakan rumus Alpha sebagai berikut.

=

[

-

] [

]

Keterangan:

r11 : Reliabilitas instrumen

: Skor tiap-tiap item

n : Banyaknya butir soal

: Varians total (Arikunto, 2009: 109)

Dengan kriteria pengujian reliabilitas menggunakan rumus Alpha adalah apabila rhitung > rtabel, dengan taraf signifikan 0,05 maka alat ukur tersebut reliabel. Dan

sebaliknya, jika rhitung < rtabel maka alat ukur tidak reliabel.

Jika instrumen itu valid, maka untuk menginterpretasikan besarnya koefisien korelasi (r) adalah.

a. Antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi b. Antara 0,600 sampai dengan 0,799 : tinggi

c. Antara 0,400 sampai dengan 0,599 : cukup

d. Antara 0,200 sampai dengan 0,399 : kurang

e. Antara 0,000 sampai dengan 0,100 : sangat rendah (Arikunto, 2009: 75)

Berikut disajikan Tabel hasil uji reliabilitas angket pada 30 responden dengan 15 item pertanyaan.


(51)

43

Tabel 9. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Angket Untuk Variabel X1

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.815 15

Bedasarkan perhitungan SPSS, diperoleh hasil rhitung > rtabel, yaitu 0.815 > 0.361. Hal

ini berarti alat instrumen yang digunakan adalah reliabel. Jika dilihat pada kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya r = 0.815, maka memiliki tingkat reliabel sangat tinggi.

Berikut disajikan Tabel hasil uji reliabilitas angket pada 30 responden dengan 15 item pertanyaan.

Tabel 10. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Angket Untuk Variabel X2

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.915 15

Bedasarkan perhitungan SPSS, diperoleh hasil rhitung > rtabel, yaitu 0.915 > 0.361. Hal

ini berarti alat instrumen yang digunakan adalah reliabel. Jika dilihat pada kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya r = 0.915, maka memiliki tingkat reliabel sangat tinggi.

G. Uji Persyaratan Analisis Data 1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diproleh berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas pada penelitian


(52)

ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Alasannya menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov, karena datanya berbentuk interval yang disusun berdasarkan distribusi frekuensi komulatif dengan menggunakan kelas-kelas interval. Dalam uji Kolmogorov-Smirnov diasumsikan bahwa distribusi variabel yang sedang diuji

mempunyai sebaran kontinue. Kelebihan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov

dibandingkan dengan uji normalitas yang lain adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat yang lain. Jadi uji Kolmogorov-Smirnov, sangat tepat digunakan untuk uji normalitas pada penelitian ini. Rumus uji Kolmogorov-Smirnov, adalah sebagai berikut.

Syarat Hipotesis yang digunakan :

H0 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Statistik Uji yang digunakan :

D = | |

Dimana :

Fo(Xi) = fungsi distribusi frekuensi kumulatif relatif dari distribusi teoritis dalam

kondisi H0


(53)

45

Dengan cara membandingkan nilai D terhadap nilai D pada tabel Kolmogorov-Smirnov dengan taraf nyata α maka aturan pengambilan keputusan dalam uji ini adalah:

Jika D ≤ D tabel maka Terima H0

Jika D > D tabel maka Tolak H0

Keputusan juga dapat diambil dengan berdasarkan nilai Kolmogorov-Smirnov Z, jika KSZ ≤ Zα maka Terima H0, demikian juga sebaliknya. Dalam perhitungan

menggunakan software komputer keputusan atas hipotesis yang diajukan dapat menggunakan nilai signifikansi (Asymp.significance). Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari α maka Tolak H0 demikian juga sebaliknya. (Sugiyono, 2011: 156-159).

2. Uji Homogenitas

Salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi dalam penggunaan statistik parametrik yaitu uji homogenitas. Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data sampel yang diperoleh berasal dari populasi yang bervarians homogen atau tidak. Untuk melakukan pengujian homogenitas populasi diperlukan hipotesis sebagai berikut.

Ho : Data populasi bervarians homogen


(54)

Kriteria pengujian sebagai berikut.

Menggunakan nilai significancy. Apabila menggunakan ukuran ini harus dibandingkan dengan tingkat alpha yang ditentukan sebelumnya. Karena α yang ditetapkan sebesar 0,05 (5 %), maka kriterianya yaitu.

1. Terima H0 apabila nilai significancy> 0,05

2. Tolak Ho apabila nilai significancy< 0,05 (Sudarmanto, 2005 : 123)

H. Uji Persyaratan Regresi Linear Ganda (Uji Asumsi Klasik) 1. Uji Keberartian dan Kelinearan Regresi

Uji keberartian dan kelinieran dilakukan untuk mengetahui apakah pola regresi bentuknya linier atau tidak serta koefisien arahnya berarti atau tidak. Untuk uji keberartian regresi linier multiple menggunakan statistik F, dengan rumus:

Keterangan:

= Varians regresi = Varians sisa

Sedangkan untuk uji kelinieran regresi linier multiple menggunakan statistik F dengan rumus:


(55)

47

Keterangan:

=

VariansTuna Cocok

=

Varians Kekeliruan

Tabel 11. Ringkasan Anova Keberartian dan Kelinieran Regresi

Sumber: (Sujana, 2005:332)

Kriteria uji keberartian dan kelinieran regresi:

a. Jika Fhitung ≥ Ftabel (1-)(1,n-2) maka koefisien arah regresi berarti, sebaliknya apabila

Fhitung ≤ Ftabel (1-)(1,n-2) maka koefisien arah regresi tidak berarti

b. Jika Fhitung ≥ Ftabel (1-)(k-2,n-k-1) maka regresi berpola linier, sebaliknya apabila Fhitung

≤ Ftabel (1-)(k-2,n-k-1) maka regresi tidak berpola linier.(Sudjana, 2005: 332)

Sumber Varians (SV)

Dk Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT)

Fhitung

Total N -

Regresi (a)

Regresi (b/a)

Residu

1

1

n-2

)

Tuna cocok

Kekeliruan

k-2

n-k

JK (TC)

JK (E)


(56)

2. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas merupakan bentuk pengujian untuk asumsi untuk membuktikan ada tidaknya hubungan yang linear antara variabel bebas satu dengan variabel bebas yang lainnya. Dalam analisis regresi linear berganda, maka akan terdapat dua atau lebih variabel bebas yang diduga akan mempengaruhi variabel terikatnya. Pendugaan tersebut akan dapat dipertanggungjawabkan apabila tidak terjadi adanya hubungan yang linear (multikolinearitas) di antara variabel-variabel independen. Adanya hubungan yang linear antar variabel bebasnya akan menimbulkan kesulitan dalam memisahkan pengaruh masing-masing variabel bebasnya terhadap variabel terikatnya.

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika terjadi hubungan yang linier (multikolinieritas) maka akan mengakibatkan (Sudarmanto, 2005:137):

1. Tingkat ketelitian koefisien regresi sebagai penduga sangat rendah, dengan demikian menjadi kurang akurat.

2. Koefisien regresi serta ragamnya akan bersifat tidak stabil, sehingga adanya sedikit perubahan pada data akan mengakibatkan ragamnya berubah sangat berarti.

3. Tidak dapat memisahkan pengaruh tiap-tiap variabel independen secara individu


(57)

49

Metode uji multikolinearitas yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu :

1. Menggunakan koefisien signifikansi dan kemudian membandingkan dengan

tingkat alpha.

2. Menggunakan harga koefisien Pearson Correlation dengan penentuan harga

koefisien sebagai berikut.

r =

}

)

(

}{

)

(

{

)

)(

(

.

2 2 2

2

X

n

Y

Y

X

n

Y

X

XY

n

Keterangan :

r = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = Skor butir soal

Y = Skor total

n = Jumlah sampel (Arikunto, 2007: 72).

Rumusan hipotesis yaitu:

H0 : tidak terdapat hubungan antarvariabel independen.

Hi : terdapat hubungan antar variabel independen.

Kriteria pengujian sebagai berikut.

1. Apabila koefisien signifikansi < α maka terjadi multikolinearitas di antara variabel independennya.

2. Apabila rhitung< rtabeldengan dk = n dan α = 0,05 maka H0 ditolak sebaliknya jika

rhitung> rtabel maka H1 diterima.

xy


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian kelima ini merupakan bab penutup yang akan membahas mengenai kesimpulan dan saran. Bagian ini menyimpulkan keseluruhan inti dari hasil penelitian secara singkat namun terperinci dan jelas serta saran kepada pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. Pembahasannya secara rinci disajikan sebagai berikut.

A. Kesimpulan

Berdasar hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan mengenai kemandirian belajar dan sikap belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Ada pangaruh yang positif dan signifikan kemandirian belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Ada pengaruh positif dan signifikan sikap belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013.


(2)

105

3. Ada pengaruh positif dan signifikan kemandirian belajar dan sikap belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang kemandirian belajar dan sikap belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Punggur Tahun Pelajaran 2012/2013, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut.

1. Siswa sebagai peserta didik, hendaknya menumbuhkan kemandirian belajar yang tinggi dalam dirinya. Kemandirian akan tumbuh dengan sendirinya, ketika seorang siswa mau mengerjakan apa yang diperintahkan oleh guru dan melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru serta mengerjakan soal ujian dengan kemampuannya sendiri. Karena dengan memiliki kemandirian belajar yang tinggi, siswa akan terpacu untuk bisa mendapatkan hasil belajar yang baik di dalam proses pembelajaran di sekolah. Sebaliknya, siswa yang memiliki kemandirian belajar rendah, maka hasil belajar yang diperoleh siswa kurang optimal atau tidak akan mendapatkan hasil belajar yang baik.

2. Siswa hendaknya memperbaiki sikap belajarnya, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Sikap belajar ini dapat dibentuk dengan adanya interaksi terhadap individu yang ada di lingkungan sekitar siswa, tentunya dengan tidak terlepas dari bimbingan orang tua. Dengan demikian siswa dapat membedakan mana sikap positif atau baik maupun sikap negatif atau buruk terhadap segala hal. Dengan adanya sikap belajar yang baik berkaitan dengan


(3)

106

interaksi dengan orang lain seperti toleransi, kebersamaan, gotong royong dan rasa kesetiakawanan akan mempermudah siswa dalam menerima pelajaran dan dapat memperoleh hasil belajar yang tinggi.

3. Guru hendaknya memberikan semangat belajar dan juga pembelajaran yang bervariasi agar siswa tidak mudah bosan, merasa senang, dan tertarik dengan mata pelajaran yang disampaikan sehingga tumbuh sikap belajar positif dalam diri siswa. Hal yang dapat dilakukan oleh guru dapat berupa memberikan model pembelajaran yang bervariasi dalam setiap pertemuan. Dengan adanya sikap belajar positif yang dimiliki oleh siswa maka akan terjadi interaksi di dalam proses belajar mengajar yang baik antara guru dan siswa dikelas agar terjalin suatu komunikasi yang baik sehingga dapat meningkatkan dan mengoptimalkan hasil belajar siswa.

4. Penting bagi pihak terkait terutama sekolah dan orang tua untuk dapat memperhatikan hal-hal yang berkaitan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Sebab hasil belajar tidak hanya dipengaruhi oleh kemandirian belajar dan sikap belajar saja, akan tetapi hasil belajar juga dipengaruhi oleh faktor lainnya yakni motivasi belajar, keadaan ekonomi keluarga, minat belajar, aktivitas belajar, cara belajar, lingkungan belajar atau yang lainnya. Selain itu, peneliti berharap kepada peneliti lain untuk dapat meneliti faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan hasil belajar selain kemandirian belajar dan sikap belajar.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2012. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Azwar, Saifuddin. (1995). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Liberty.

Dalyono, M. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Darmayanti, T., Islam, S., & Asandhimitra. (2004). Pendidikan tinggi jarak jauh: Kemandirian belajar pada PTJJ. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: Rineka Cipta

Fajriyah, Aprina. 2009. Pengaruh Penguasaan Konsep Dasar Akuntasi dan Sikap Siswa Tentang Pelajaran Akuntansi Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran

2008/2009. Bandarlampung: Universitas Lampung

Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Pustaka Setia

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Haryono, A. (2001). Belajar mandiri konsep dan penerapannya dalam sistem

pendidikan dan pelatihan terbuka/jarak jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, 2(2 ), hal. 137- 161. Jakarta: Universitas Terbuka.


(5)

Mudjiman, Haris. (2009). Belajar Mandiri. Surakarta: UNS Press. Mulyasa. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,

Kemandirian Guru, dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara Musfiqon, H. M. 2012. Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan.

Jakarta: Prestasi Pustakaraya

Nazir. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta.

Nudin, Burhan. 2011. Pengaruh Minat belajar, Kemandirian Belajar, dan Persepsi Siswa Tentang Kepedulian Orang Tua Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP 11 Maret Sumberagung Kecamatan Ambarawa Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran

2010/2011. Skripsi: Unila

Rina, Eva. 2010. Pengaruh sikap Belajar dan Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X Semester Genap SMA YP Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Safari. 2003. Evaluasi Pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional

Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga kependidikan 2003

Sarwono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Soedijarto. (1993). Menuju pendidikan nasional yang relevan dan bermutu. Jakarta: Balai Pustaka

Syah, Muhibbin. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers

Sudarmanto, R. Gunawan. 2005. Analisis Regresi Linear Ganda dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudjana, N. (1995). Penilaian hasil belajar. Bandung: PT. Rosda Karya.

Sudjarwo, Basrowi. 2009. Manajemen Penelitian Sosial. Bandung: Mandar Maju Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta

. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D. Bandung: Alfabeta


(6)

Sukardi. 2007. Metodelogi Penenlitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara

Susanti. 2012. Pengaruh Sikap Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi dan Iklim Sekolah Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI IPS Semester Ganjil SMA Negeri 1 Purbolinggo Lampung Timur Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi: Unila

Tahar, Irzan dan Enceng. 2006. Hubungan Kemandirian Belajar Dan Hasil Belajar Pada Pendidikan Jarak Jauh. Universitas Terbuka: Jurnal

Tarmidi, dan Rambe, Ade Riza Rahma. 2010. Korelasi Antara Dukungan Sosial Orang Tua dan Self‐Directed Learning pada Siswa SMA. Universitas Sumatra Utara: Jurnal


Dokumen yang terkait

PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR MELALUI KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS IX SMP NEGERI 4 GEDONGTATAAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 25 119

PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SIDOMULYO SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 11 1

PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SIDOMULYO SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 20 83

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN CARA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 WAY LIMA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 14 80

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG VARIASI MENGAJAR GURU DAN CARA BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 70

PENGARUH BUDAYA MEMBACA DAN DISIPLIN BELAJAR MELALUI MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 NATAR LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 14 79

PENGARUH CARA BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR DAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP KARTIKATAMA METRO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 84

PENGARUH MOTIVASI DAN KETERSEDIAAN FASILITAS BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 19 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 15 93

PENGARUH KEMANDIRIAN DAN SIKAP BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PUNGGUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

6 71 68

PENGARUH KONSEP DIRI MELALUI AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 TUMIJAJAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 4 89