Revolusi industri Pertanian di indonesia

Revolusi Industri
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa
Lompat ke: navigasi, cari
Sebuah mesin uap. Penggunaan mesin uap, yang menyebabkan meningkatnya penggunaan
batubara turut mendorong terjadinya Revolusi Industri di Inggris dan di seluruh dunia.
Revolusi Industri merupakan periode antara tahun 1750-1850 di mana terjadinya perubahan
secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi
serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia.
Revolusi Industri dimulai dari Britania Raya dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa Barat,
Amerika Utara, Jepang, dan akhirnya ke seluruh dunia.
Revolusi Industri menandai terjadinya titik balik besar dalam sejarah dunia, hampir setiap aspek
kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh Revolusi Industri, khususnya dalam hal peningkatan
pertumbuhan penduduk dan pendapatan rata-rata yang berkelanjutan dan belum pernah terjadi
sebelumnya. Selama dua abad setelah Revolusi Industri, rata-rata pendapatan perkapita negaranegara di dunia meningkat lebih dari enam kali lipat. Seperti yang dinyatakan oleh pemenang
Hadiah Nobel, Robert Emerson Lucas, bahwa: "Untuk pertama kalinya dalam sejarah, standar
hidup rakyat biasa mengalami pertumbuhan yang berkelanjutan. Perilaku ekonomi yang seperti
ini tidak pernah terjadi sebelumnya".[1]
Inggris memberikan landasan hukum dan budaya yang memungkinkan para pengusaha untuk
merintis terjadinya Revolusi Industri.[2] Faktor kunci yang turut mendukung terjadinya Revolusi

Industri antara lain: (1) Masa perdamaian dan stabilitas yang diikuti dengan penyatuan Inggris
dan Skotlandia, (2) tidak ada hambatan dalam perdagangan antara Inggris dan Skotlandia, (3)
aturan hukum (menghormati kesucian kontrak), (4) sistem hukum yang sederhana yang
memungkinkan pembentukan saham gabungan perusahaan (korporasi), dan (4) adanya pasar
bebas (kapitalisme).[3]
Revolusi Industri dimulai pada akhir abad ke-18, dimana terjadinya peralihan dalam penggunaan
tenaga kerja di Inggris yang sebelumnya menggunakan tenaga hewan dan manusia, yang
kemudian digantikan oleh penggunaan mesin yang berbasis menufaktur. Periode awal dimulai
dengan dilakukannya mekanisasi terhadap industri tekstil, pengembangan teknik pembuatan besi
dan peningkatan penggunaan batubara. Ekspansi perdagangan turut dikembangkan dengan
dibangunnya terusan, perbaikan jalan raya dan rel kereta api.[4] Adanya peralihan dari
perekonomian yang berbasis pertanian ke perekonomian yang berbasis manufaktur menyebabkan
terjadinya perpindahan penduduk besar-besaran dari desa ke kota, dan pada akhirnya
menyebabkan membengkaknya populasi di kota-kota besar di Inggris.[5]
Awal mula Revolusi Industri tidak jelas tetapi T.S. Ashton menulisnya kira-kira 1760-1830.
Tidak ada titik pemisah dengan Revolusi Industri II pada sekitar tahun 1850, ketika kemajuan

teknologi dan ekonomi mendapatkan momentum dengan perkembangan kapal tenaga-uap, rel,
dan kemudian di akhir abad tersebut perkembangan mesin pembakaran dalam dan perkembangan
pembangkit tenaga listrik

Faktor yang melatarbelakangi terjadinya Revolusi Industri adalah terjadinya revolusi ilmu
pengetahuan pada abad ke 16 dengan munculnya para ilmuwan seperti Francis Bacon, René
Descartes, Galileo Galilei serta adanya pengembangan riset dan penelitian dengan pendirian
lembaga riset seperti The Royal Improving Knowledge, The Royal Society of England, dan The
French Academy of Science. Adapula faktor dari dalam seperti ketahanan politik dalam negeri,
perkembangan kegiatan wiraswasta, jajahan Inggris yang luas dan kaya akan sumber daya alam.
Istilah "Revolusi Industri" sendiri diperkenalkan oleh Friedrich Engels dan Louis-Auguste
Blanqui di pertengahan abad ke-19. Beberapa sejarawan abad ke-20 seperti John Clapham dan
Nicholas Crafts berpendapat bahwa proses perubahan ekonomi dan sosial yang terjadi secara
bertahap dan revolusi jangka panjang adalah sebuah ironi.[6][7] Produk domestik bruto (PDB) per
kapita negara-negara di dunia meningkat setelah Revolusi Industri dan memunculkan sistem
ekonomi kapitalis modern.[8] Revolusi Industri menandai dimulainya era pertumbuhan
pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi kapitalis.[9] Revolusi Industri dianggap sebagai
peristiwa paling penting yang pernah terjadi dalam sejarah kemanusiaan sejak domestikasi
hewan dan tumbuhan pada masa Neolitikum.[10]

Etimologi[sunting | sunting sumber]
Awal mula penggunaan istilah "Revolusi Industri" ditemukan dalam surat oleh seorang utusan
Perancis bernama Louis-Guillaume Otto pada tanggal 6 Juli 1799, dimana dia menuliskan bahwa
Perancis telah memasuki era industrialise..[11] Dalam buku terbitan tahun 1976 yang berjudul :

Keywords: A Vocabulary of Culture and Society, Raymond Williams menyatakan bahwa kata itu
sebagai sebutan untuk istilah "industri".
Revolusi Industri adalah perubahan besar, secara cepat, dan radikal yang mempengaruhi
kehidupan corak manusia sering disebut revolusi. Istilah revolusi biasanya digunakan dalam
melihat perubahan politik atau sistem pemerintahan. Namun, Revolusi Industri di Inggris pada
hakikatnya adalah perubahan dalam cara pembuatan barang-barang yang semula dikerjakan
dengan tangan (tenaga manusia) kemudian digantikan dengan tenaga mesin. Dengan demikian,
barang-barang dapat dihasilkan dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif singkat.

Sebab-sebab timbulnya Revolusi Industri[sunting | sunting
sumber]
Revolusi Industri untuk kali pertamanya muncul di Inggris. Adapun faktor-faktornya yang
menyebabkannya adalah sebagai berikut:
Situasi politik yang stabil. Adanya Revolusi Agung tahun 1688 yang mengharuskan raja
bersumpah setia kepada Bill of Right sehingga raja tunduk kepada undang-undang dan
hanya menarik pajak berdasarkan atas persejutuan parlemen.

Inggris kaya bahan tambang, seperti batu bara, biji besi, timah, dan kaolin. Di samping
itu, wol juga yang sangat menunjang industri tekstil.
Adanya penemuan baru di bidang teknologi yang dapat mempermudah cara kerja dan

meningkatkan hasil produksi, misalnya alat-alat pemintal, mesin tenun, mesin uap, dan
sebagainya.
Kemakmuran Inggris akibat majunya pelayaran dan perdagangan sehingga dapat
menyediakan modal yang besar untuk bidang usaha. Di samping itu, di Inggris juga
tersedia bahan mentah yang cukup karena Inggris mempunyai banyak daerah jajahan
yang menghasilkan bahan mentah tersebut.
Pemerintah memberikan perlindungan hukum terhadap hasil-hasil penemuan baru (hak
paten) sehingga mendorong kegiatan penelitian ilmiah. Lebih-lebih setelah dibentuknya
lembaga ilmiah Royal Society for Improving Natural Knowledge maka perkembangan
teknologi dan industri bertambah maju.
Arus urbanisasi yang besar akibat Revolusi Agraria di pedesaan mendorong pemerintah
Inggris untuk membuka industri yang lebih banyak agar dapat menampung mereka.

Tahap Perkembangan Industri[sunting | sunting sumber]
Pada akhir abad Pertengahan kota-kota di Eropa berkembang sebagai pusat kerajinan dan
perdagangan. Warga kota (kaum Borjuis) yang merupakan warga berjiwa bebas menjadi tulang
punggung perekonomian kota. Mereka bersaing secara bebas untuk kemajuan dalam
perekonomian. Pertumbuhan kerajinan menjadi industri melalui beberapa tahapan, seperti
berikut.
Sistem Domestik

Tahap ini dapat disebut sebagai tahap kerajinan rumah (home industri). Para pekerja bekerja di
rumah masing-masing dengan alat yang mereka miliki sendiri. Bahkan, kerajinan diperoleh dari
pengusaha yang setelah selesai dikerjakan disetorkan kepadanya. Upah diperoleh berdasarkan
jumlah barang yang dikerjakan. Dengan cara kerja yang demikian, majikan yang memiliki usaha
hanya membayar tenaga kerja atas dasar prestasi atau hasil. Para majikan tidak direpotkan soal
tempat kerja dan gaji.
Manufaktur
Setelah kerajinan industri makin berkembang diperlukan tempat khusus untuk bekerja agar
majikan dapat mengawasi dengan baik cara mengerjakan dan mutu produksinya. Sebuah
manufaktur (pabrik) dengan puluhan tenaga kerja didirikan dan biasanya berada di bagian
belakang rumah majikan. Rumah bagian tengah untuk tempat tinggal dan bagian depan sebagai
toko untuk menjual produknya. Hubungan majikan dengan pekerja (buruh) lebih akrab karena
tempat kerjanya jadi satu dan jumlah buruhnya masih sedikit. Barang-barang yang dibuat
kadang-kadang juga masih berdasarkan pesanan.

Sistem pabrik
Tahap sistem pabrik sudah merupakan industri yang menggunakan mesin. Tempatnya di daerah
industri yang telah ditentukan, bisa di dalam atau di luar kota. Tempat tersebut untuk untuk
tempat kerja, sedangkan majikan tinggal di tempat lain. Demikian juga toko tempat pemasaran
hasil industri diadakah di tempat lain. Jumlah tenaganya kerjanya (buruhnya) sudah puluhan,

bahkan ratusan. Barang-barang produksinya dibuat untuk dipasarkan.

Berbagai jenis penemuan[sunting | sunting sumber]
Adanya penemuan teknologi baru, besar peranannya dalam proses industrialisasi sebab teknologi
baru dapat mempermudah dan mempercepat kerja industri, melipatgandakan hasil, dan
menghemat biaya. Penemuan-penemuan yang penting, antara lain sebagai berikut.
Kumparan terbang (flying shuttle) ciptaan John Kay (1733). Dengan alat ini proses
pemintalan dapat berjalan secara cepat.
Mesin pemintal benang (spinning jenny) ciptaan James Hargreves (1767) dan Richard
Arkwright (1769). Dengan alat ini hasilnya berlipat ganda.
Mesin tenun (merupakan penyempurnaan dari kumparan terbang) ciptaan Edmund
Cartwight (1785). Dengan alat ini hasilnya berlipat ganda.
Cottongin, alat pemisah biji kapas dari serabutnya ciptaan Whitney (1794). Dengan alat
ini maka kebutuhan kapas bersih dalam jumlah yang besar dapat tercukupi.
Cap selinder ciptaan Thomas Bell (1785). Dengan alat ini kain putih dapat dilukisi pola
kembang 200 kali lebih cepat jika dibandingkan dengan pola cap balok dengan tenaga
manusia.
Mesin uap, ciptaan James Watt (1769). Dari mesin uap ini dapat diciptakan berbagai
peralatan besar yang menakjubkan, seperti lokomotif ciptaan Richard Trevethiek (1804)
yang kemudian disempurnakan oleh George Stepenson menjadi kereta api penumpang.

Kapal perang yang digerakkan dengan mesin uap diciptakan olehRobert Fulton (1814).
Mesin uap merupakan inti dari Revolusi Industri sehingga James Watt sering dianggap
sebagai Bapak Revolusi Industri I'. Penemuan-penemuan baru selanjutnya, semakin
lengkap dan menyempurnakan. Hal ini merupakan hasil Revolusi Industri II dan III,
seperti mobil, pesawat terbang, industri kimia dan sebagainya.
Selain itu, Revolusi Industri merupakan masa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang menimbulkan penemuan-penemuan baru, seperti berikut :
Tahun 1750 : Abraham Darby menggunakan batu bara (cokes) untuk melelehkan besi
untuk mendapatkan nilai besi yang lebih sempurna.
Tahun 1800 : Alessandro Volta penemu pertama baterai

Tahun 1802 : Symington menemukan kapal kincir.
Tahun 1807 : Robert Fulton membuat kapal api yang telah menggunakan baling-baling
yang dapat menggerakkan kapal. Kapal itu diberi nama Clermont yang mengarungi
Lautan Atlantik pertama kali. Kapal ini berangkat dari Paris dan berlabuh di New York.
Selanjutnya, Robert Fulton berhasil membuat kapal perang pertama (1814) yang telah
digerakkan oleh mesin uap.
Tahun 1804 : Richard Trevethick membuat kapal uap.
Tahun 1832 : Samuel Morse membuat telegraf.
Tahun 1872 : Alexander Graham Bell membuat pesawat telepon.

Tahun 1887 : Daimler membuat mobil.
Tahun 1903 : Wilbur Wright dan Orville Wright membuat pesawat terbang

Akibat Revolusi Industri[sunting | sunting sumber]
Revolusi Industri mengubah Inggris menjadi negara industri yang maju dan modern. Di Inggris
muncul pusat-pusat industri, seperti Lancashire, Manchester, Liverpool, dan Birmingham.
Seperti halnya revolusi yang lain, Revolusi Industri juga membawa akibat yang lebih luas dalam
bidang ekonomi, sosial dan politik, baik di negeri Inggris sendiri maupun di negara-negara lain.

Akibat di bidang ekonomi[sunting | sunting sumber]
Barang melimpah dan harga murah
Revolusi Industri telah menimbulkan peningkatan usaha industri dan pabrik secara besar-besaran
melalui proses mekanisasi. Dengan demikian, dalam waktu singkat dapat menghasilkan barangbarang yang melimpah. Produksi barang menjadi berlipat ganda sehingga dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat yang lebih luas. Akibat pembuatan barang menjadi cepat, mudah, serta
dalam jumlah yang banyak sehingga harga menjadi lebih murah.
Perusahaan kecil gulung tikar
Dengan penggunaan mesin-mesin maka biaya produksi menjadi relatif kecil sehingga harga
barang-barang pun relatif lebih murah. Hal ini membawa akibat perusahaan tradisional terancam
dan gulung tikar karena tidak mampu bersaing.
Perdagangan makin berkembang

Berkat peralatan komunikasi yang modern, cepat dan murah, produksi lokal berubah menjadi
produksi internasional. Pelayaran dan perdagangan internasional makin berkembang pesat.

Transportasi semakin lancar
Adanya penemuan di berbagai sarana dan prasarana transportasi yang makin sempurna dan
lancar. Dengan demikian, dinamika kehidupan masyarakat makin meningkat.

Akibat di bidang sosial[sunting | sunting sumber]
Berkembangnya urbanisasi
Berkembangnya industrialisasi telah memunculkan kota-kota dan pusat-pusat keramaian yang
baru. Karena kota dengan kegiatan industrinya menjanjikan kehidupan yang lebih layak maka
banyak petani desa pergi ke kota untuk mendapatkan pekerjaan. Hal ini mengakibatkan
terabaikannya usaha kegiatan pertanian.
Upah buruh rendah
Akibat makin meningkatnya arus urbanisasi ke kota-kota industri maka jumlah tenaga kerja
makin melimpah. Sementara itu, pabrik-pabrik banyak yang menggunakan tenaga mesin.
Dengan demikian, upah tenaga kerja menjadi murah. Selain itu, jaminan sosial pun berkurang
sehingga kehidupan mereka menjadi susah. Bahkan para pengusaha banyak memilih tenaga
buruh wanita dan anak-anak yang upahnya lebih murah.
Munculnya golongan pengusaha dan golongan buruh

Di dalam kegiatan industrialisasi dikenal adanya kelompok pekerja (buruh) dan kelompok
pengusaha (majikan) yang memiliki industri atau pabrik. Dengan demikian, dalam masyarakat
timbul golongan baru, yakni golongan pengusaha (kaum kapitalis) yang hidup penuh kemewahan
dan golongan buruh yang hidup dalam kemiskinan.
Adanya kesenjangan antara majikan dan buruh
Dengan munculnya golongan pengusaha yang hidup mewah di satu pihak, sementara terdapat
golongan buruh yang hidup menderita di pihak lain, maka hal itu menimbulkan kesenjangan
antara pengusaha dan buruh. Kondisi seperti itu sering menimbulkan ketegangan-ketegangan
yang diikuti dengan pemogokan kerja untuk menuntut perbaikan nasib. Hal ini menimbulkan
kebencian terhadap sistem ekonomi kapitalis, sehingga kaum buruh condong kepada paham
sosialis.
Munculnya revolusi sosial
Pada tahun 1820-an terjadi huru hara yang ditimbulkan oleh penduduk kota yang miskin dengan
didukung oleh kaum buruh. Gerakan sosial ini menuntut adanya perbaikan nasib rakyat dan
buruh. Akibatnya, pemerintah mengeluarkan undang-undang yang menjamin perbaikan nasib
kaum buruh dan orang miskin. Undang-undang tersebut, antara lain sebagai berikut:

1. Tahun 1832 dikeluarkan Reform Bill atau Undang-Undang Pembaharuan Pemilihan.

Menurut undang-undang ini, kaum buruh mendapatkan hak-hak perwakilan di dalam

parlemen.
2. Tahun 1833 dikeluarkan Factory Act atau Undang-Undang Pabrik. Menurut undang-

undang ini, kaum buruh mendapatkan jaminan sosial. Di samping itu, undang-undang
juga berisi larangan pengunaan tenaga kerja anak-anak dan wanita di daerah tambang di
bawah tanah.
3. Tahun 1834 dikeluarkan Poor Law Act atau Undang-Undang Fakir Miskin. Oleh karena
itu, didirikan pusat-pusat penampungan dan perawatan para fakir miskin sehingga tidak
berkeliaran.
4. Makin kuatnya sifat individualisme dan menipisnya rasa solidaritas. Dengan adanya
Revolusi Industri sifat individualitas makin kuat karena terpengaruh oleh sistem ekonomi
industri yang serba uang. Sebaliknya, makin menipisnya rasa solidaritas dan
kekeluargaan.

Akibat di bidang politik[sunting | sunting sumber]
Munculnya gerakan sosialis
Kaum buruh yang diperlakukan tidak adil oleh kaum pengusaha mulai bergerak menyusun
kekuatan untuk memperbaiki nasib mereka. Mereka kemudian membentuk organisasi yang lazim
disebut gerakan sosialis. Gerakan sosialis dimotivasi oleh pemikiran Thomas Marus yang
menulis buku Otopia. Tokoh yang paling populer di dalam pemikiran dan penggerak paham
sosialis adalah Karl Marx dengan bukunya Das Kapital.
Munculnya partai politik
Dalam upaya memperjuangkan nasibnya maka kaum buruh terus menggalang persatuan. Apalagi
dengan makin kuatnya kedudukan kaum buruh di parlemen mendorong dibentuknya suatu wadah
perjuangan politik, yakni Partai Buruh. Partai ini berhaluan sosialis. Di pihak pengusaha
mengabungkan diri ke dalam Partai Liberal.
Munculnya imperialisme modern
Kaum pengusaha/kapitalis umumnya mempunyai pengaruh yang kuat dalam pemerintahan untuk
melakukan imperialisme demi kelangsungan industrialisasinya. Dengan demikian, lahirlah
imperialisme modern, yaitu perluasan daerah-daerah sebagai tempat pemasaran hasil industri,
mencari bahan mentah, penanaman modal yang surplus, dan tempat mendapatkan tenaga buruh
yang murah. Dalam hal ini, Inggris yang menjadi pelopornya.

Pengaruh Revolusi Industri terhadap perubahan sosial,
ekonomi, dan politik di Indonesia[sunting | sunting sumber]

Revolusi Industri yang terjadi di Eropa dan Inggris khususnya membawa dampak di bidang
sosial, ekonomi, dan politik. Di bidang sosial munculnya golongan buruh yang hidup menderita
dan berusaha berjuang untuk memperbaiki nasib. Gerakan kaum buruh inilah yang kemudian
melahirkan gerakan sosialis yang menjadi lawan dari kapitalis. Bahkan kaum buruh akhirnya
bersatu dalam suatu wadah organisasi, yakni Partai Buruh. Di bidang ekonomi, perdagangan
makin berkembang. Perdagangan lokal berubah menjadi perdagangan regional dan internasional.
Sebaliknya, di bidang politik, Revolusi Industri melahirkan imperialisme modern.

Perubahan di bidang politik[sunting | sunting sumber]
Sejak VOC dibubarkan pada tahun 1799, Indonesia diserahkan kembali kepada pemerintahan
Kerajaan Belanda. Pindahnya kekuasaan pemerintahan dari VOC ke tangan pemerintah Belanda
tidak berarti dengan sendirinya membawa perbaikan. Kemerosotan moral di kalangan para
penguasa dan penderitaan penduduk jajahan tidak berubah. Usaha perbaikan bagi penduduk
tanah jajahan tidak dapat dilaksanakan karena Negeri Belanda sendiri terseret dalam perang
dengan negara-negara besar tetangganya. Hal ini terjadi karena Negeri Belanda pada waktu itu
diperintah oleh pemerintah boneka dari Kerajaan Prancis di bawah pimpinan Napoleon
Bonaparte. Dalam situasi yang demikian, Inggris dapat memperluas daerah kekuasaannya
dengan merebut jajahan Belanda, yaitu Indonesia.
Hindia Belanda di bawah Daendels (1808–1811)[sunting | sunting sumber]
Dalam usaha mengadakan pembaharuan pemerintahan di tanah jajahan, di Negeri Belanda ada
dua golongan yang mengusulkannya.
Golongan Konservatif dengan tokohnya Nenenberg yang menginginkan untuk
mempertahankan sistem politik dan ekonomi seperti yang dilakukan oleh VOC.
Golongan Liberal dengan tokohnya Dirk van Hogendorp yang menghendaki agar
pemerintah Hindia Belanda menjalankan sistem pemerintahan langsung dan
menggunakan sistem pajak. Sistem penyerahan paksa yang dilakukan oleh VOC agar
digantikan dengan sistem penyerahan pajak.
Di satu pihak pemerintah condong kepada pemikiran kaum konservatif karena kebijaksanaannya
akan mendatangkan keuntungan yang cepat dan mudah dilaksanakan. Di pihak lain, pemerintah
juga ingin menjalankan pembaharuan yang dikemukakan oleh kaum Liberal. Gagasan
pembaharuan pemerintahan kolonial dimulai semenjak pemerintahan Daendels. Sebagai
gubernur jenderal pemerintahan Belanda di Indonesia, Daendels banyak melakukan langkahlangkah baru dalam pemerintahan. Daendels mengadakan perombakan pemerintahan secara
radikal, yakni meletakkan dasar-dasar pemerintahan menurut sistem Barat. Langkah- langkah
tersebut, antara lain:
Pemerintahan kolonial dipusatkan di Batavia dan berada di tangan gubernur jenderal.
Pulau Jawa dibagi menjadi sembilan prefecture. Hal ini untuk mempermudah
administrasi pemerintahan.

Para bupati dijadikan pegawai pemerintah Belanda di bawah pemerintahan prefect.
Mengadakan pemberantasan korupsi dan penyelewengan dalam pungutan (contingenten)
dan kerja paksa.
Kesultanan Banten dan Cirebon dijadikan daerah pemerintah Belanda yang disebut
pemerintah gubernemen.
Berbagai upacara di istana Surakarta dan Yogyakarta disederhanakan.
Pada awal pemerintahannya, Daendels menentang sistem kerja paksa dan merombak sistem
feodal. Akan tetapi, tugas untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris
menyebabkan Daendels terpaksa harus mengadakan penyerahan kerja paksa secara besar-besaran
(dengan menggunakan pengaruh penguasa pribumi) untuk membangun jalan-jalan dan bentengbenteng pertahanan. Demikian juga karena kas negara kosong menyebabkan ditempuhnya caracara lama untuk mengisi kas negara. Dengan demikian, kehidupan rakyat pribumi tetap
menderita. Ketika akhirnya Inggris menyerbu Pulau Jawa, Daendels sudah dipanggil kembali ke
Eropa. Penggantinya tidak mampu menahan serangan Inggris dan terpaksa menyerah. Dengan
demikian, Indonesia berada di bawah kekuasaan Inggris.
Masa pemerintahan Raffles (1811–1816)[sunting | sunting sumber]
Setelah Indonesia (khususnya Pulau Jawa) jatuh ke tangan Inggris, oleh pemerintah Inggris
dijadikan bagian dari jajahannya di India. Gubernur Jenderal East India Company (EIC), Lord
Minto yang berkedudukan di Calcuta (India) kemudian mengangkat Thomas Stamford Raffles
sebagai letnan gubernur (wakil gubernur) untuk Indonesia (Jawa). Raffles didampingi oleh suatu
badan panasihat yang disebut Advisory Council. Tugas yang utama adalah mengatur
pemerintahan dan meningkatkan perdagangan, serta keuangan. Sebagai seorang yang beraliran
liberal, Raffles menginginkan adanya perubahan-perubahan dalam pemerintahan di Indonesia
(Jawa). Selain bidang pemerintahan, ia juga melakukan perubahan di bidang ekonomi. Ia hendak
melaksanakan kebijaksaaan ekonomi yang didasarkan pada dasar-dasar kebebasan sesuai dengan
ajaran liberal. Langkah-langkah yang diambil oleh Raffles dalam bidang pemerintahan dan
ekonomi adalah sebagai berikut.
Mengadakan penggantian sistem pemerintahan yang semula dilakukan oleh penguasa
pribumi dengan sistem pemerintahan kolonial ala barat. Untuk memudahkan sistem
administrasi pemerintahan, Pulau Jawa dibagi menjadi delapan belas karesidenan.
Para bupati dijadikan pegawai pemerintah sehingga mereka mendapat gaji dan bukan lagi
memiliki tanah dengan segala hasilnya. Dengan demikian, mereka bukan lagi sebagai
penguasa daerah, melainkan sebagai pegawai yang menjalankan tugas atas perintah dari
atasannya.
Menghapus segala bentuk penyerahan wajib dan kerja paksa atau rodi. Rakyat diberi
kebebasan untuk menanam tanaman yang dianggap menguntungkan.

Raffles menganggap bahwa pemerintah kolonial adalah pemilik semua tanah yang ada di
daerah tanah jajahan dan para penggarap sawah adalah penyewa tanah pemerintah. Oleh
karena itu, para petani mempunyai kewajiban membayar sewa tanah kepada pemerintah.
Sewa tanah atau landrente ini harus diserahkan sebagai suatu pajak atas pemakaian tanah
pemerintah oleh penduduk. Sistem sewa tanah semacam itu oleh pemerintah Inggris
dijadikan pegangan dalam menjalankan kebijaksanaan ekonominya selama berkuasa di
Indonesia. Sistem ini kemudian juga diteruskan oleh pemerintah Hindia Belanda setelah
Indonesia diserahkan kembali kepada Belanda.

Perubahan di Bidang Sosial Ekonomi[sunting | sunting sumber]
Sejak awal abad ke-19, pemerintah Belanda mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk
membiayai peperangan baik di Negeri Belanda sendiri (pemberontakan rakyat Belgia), maupun
di Indonesia (terutama perlawanan Diponegoro) sehingga Negeri Belanda harus menanggung
hutang yang sangat besar. Untuk menyelamatkan Negeri Belanda dari bahaya kebrangkrutan
maka Johanes van den Bosch diangkat sebagai gubernur jenderal di Indonesia dengan tugas
pokok menggali dana semaksimal mungkin untuk mengisi kekosongan kas negara, membayar
hutang, dan membiayai perang. Untuk melaksanakan tugas berat itu, van den Bosch memusatkan
kebijaksanaannya pada peningkatan produksi tanaman ekspor. Untuk itu, yang perlu dilakukan
ialah mengerahkan tenaga rakyat tanah jajahan untuk melakukan penanaman tanaman yang
hasilnya laku di pasaran dunia dan dilakukan dengan sistem paksa. Setelah tiba di Indonesia
(1830) van den Bosch menyusun program kerja sebagai berikut.
Sistem sewa tanah dengan uang harus dihapus karena pemasukannya tidak banyak dan
pelaksanaannya sulit.
Sistem tanam bebas harus diganti dengan tanam wajib dengan jenis-jenis tanaman yang
sudah ditentukan oleh pemerintah.
Pajak atas tanah harus dibayar dengan penyerahan sebagian dari hasil tanamannya kepada
pemerintah Belanda.
Apa yang dilakukan oleh van den Bosch itulah yang kemudian dikenal dengan nama sistem
tanam paksa atau cultuur stelsel. Sistem tanam paksa yang diajukan oleh van den Bosch pada
dasarnya merupakan gabungan dari sistem tanam wajib (VOC) dan sistem pajak tanah (Raffles).
Pelaksanaan sistem tanam paksa banyak menyimpang dari aturan pokoknya dan cenderung untuk
mengadakan eskploitasi agraria semaksimal mungkin.

Akibat Tanam Paksa Bagi Indonesia (Khususnya Jawa)[sunting | sunting
sumber]
1. Sawah ladang menjadi terbengkelai karena diwajibkan kerja rodi yang berkepanjangan
sehingga penghasilan menurun drastis.

2. Beban rakyat semakin berat karena harus menyerahkan sebagian tanah dan hasil
panennya, membayar pajak, mengikuti kerja rodi, dan menanggung risiko apabila gagal
panen.
3. Akibat bermacam-macam beban menimbulkan tekanan fisik dan mental yang
berkepanjangan.
4. Timbulnya bahaya kemiskinan yang makin berat.
5. Timbulnya bahaya kelaparan dan wabah penyakit di mana-mana sehingga angka
kematian meningkat drastis.
Bahaya kelaparan menimbulkan korban jiwa yang sangat mengerikan di daerah Cirebon (1843),
Demak (1849) dan Grobogan (1850). Kejadian ini mengakibatkan jumlah penduduk menurun
drastis. Penyakit busung lapar (hongorudim) juga berkembang di mana-mana.

Akibat Tanam Paksa Bagi Belanda[sunting | sunting sumber]
Apabila sistem tanam paksa telah menimbulkan malapetaka bagi bangsa Indonesia, sebaliknya
bagi bangsa Belanda berdampak sebagai berikut.
1. Mendatangkan keuntungan dan kemakmuran rakyat Belanda.
2. Hutang-hutang Belanda dapat terlunasi.
3. Penerimaan pendapatan melebihi anggaran belanja.
4. Kas Negeri Belanda yang semula kosong, dapat terpenuhi.
5. Berhasil membangun Amsterdam menjadi kota pusat perdagangan dunia.
6. Perdagangan berkembang pesat.
Sistem tanam paksa yang mengakibatkan kemelaratan bagi bangsa Indonesia, khusunya Jawa,
menimbulkan reaksi dari berbagai pihak, seperti golongan pengusaha, Baron Van Hoevel, dan
Edward Douwes Dekker. Akibat adanya reaksi tersebut, pemerintah Belanda secara berangsurangsur menghapuskan sistem tanam paksa. Sesudah tahun 1850, kaum Liberal memperoleh
kemenangan politik di Negeri Belanda. Mereka juga ingin menerapkan asas-asas liberalisme di
tanah jajahan. Dalam hal ini kaum Liberal berpendapat bahwa pemerintah semestinya tidak ikut
campur tangan dalam masalah ekonomi, tugas ekonomi haruslah diserahkan kepada orang-orang
swasta, dan agar kaum swasta dapat menjalankan tugasnya maka harus diberi kebebasan
berusaha. Sesuai dengan tuntutan kaum Liberal maka pemerintah kolonial segera memberikan
peluang kepada usaha dan modal swasta untuk menanamkan modal mereka dalam berbagai
usaha di Indonesia, terutama perkebunan-pekebunan di Jawa dan di luar Jawa. Selama periode
tahun 1870–1900 Indonesia terbuka bagi modal swasta Barat. Oleh karena itu masa ini sering
disebut zaman Liberal. Selama masa ini kaum swasta Barat membuka perkebunan-perkebunan

seperti, kopi, teh, gula dan kina yang cukup besar di Jawa dan Sumatera Timur. Selama zaman
Liberal (1870–1900), usaha-usaha perkebunan swasta Barat mengalami kemajuan pesat dan
mendatangkan keuntungan yang besar bagi pengusaha. Kekayaan alam Indonesia mengalir ke
Negeri Belanda. Akan tetapi, bagi penduduk pribumi, khususnya di Jawa telah membawa
kemerosotan kehidupan, dan kemunduran tingkat kesejahteraan. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti berikut.
1. Adanya pertumbuhan penduduk yang meningkat pada abad ke-19, sementara itu jumlah
produksi pertanian menurun.
2. Adanya sistem tanam paksa dan kerja rodi yang banyak menimbulkan penyelewengan
dan penyalahgunaan dari pihak pengusaha sehingga membawa korban bagi penduduk.
3. Dalam mengurusi pemerintahan di daerah luar Jawa, pemerintah Belanda mengerahkan
beban keuangan dari daerah Jawa sehingga secara tidak langsung Jawa harus
menanggung beban keuangan.
4. Adanya sistem perpajakan yang sangat memberatkan penduduk.
Adanya krisis perkebunan pada tahun 1885 yang mengakibatkan perusahaan- perusahaan
mengadakan penghematan, seperti menekan uang sewa tanah dan upah kerja baik di pabrik
maupun perkebunan. Pada akhir abad ke-19 muncullah kritik-kritik tajam yang ditujukan kepada
pemerintah Hindia Belanda dan praktik liberalisme yang gagal memperbaiki nasib kehidupan
rakyat Indonesia. Para pengkritik itu menganjurkan untuk memperbaiki rakyat Indonesia.
Kebijaksanaan ini didasarkan atas anjuran Mr. C. Th. van Deventer yang menuliskan buah
pikirannya dalam majalah De Gids (Perinstis/Pelopor) dengan judul Een Ereschuld (Berhutang
Budi) sehingga dikenal politik etis atau politik balas budi. Gagasan van Deventer terkenal
dengan nama Trilogi van Deventer.

Sejarah pertanian

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Lompat ke: navigasi, cari
Pada awal abad ke-20 didatangkan sapi penghasil susu Fries-Holland ke Jawa.
Sejarah pertanian adalah bagian dari sejarah kebudayaan manusia. Pertanian muncul ketika
suatu masyarakat mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri. Pertanian
memaksa suatu kelompok orang untuk menetap dan dengan demikian mendorong kemunculan
peradaban. Terjadi perubahan dalam sistem kepercayaan, pengembangan alat-alat pendukung
kehidupan, dan juga kesenian akibat diadopsinya teknologi pertanian.
Kawasan Hilal Subur di Asia Barat, serta Mesir dan India merupakan lokasi awal
pembudidayaan tanaman untuk mendapatkan hasilnya. Sebelum aktivitas ini dimulai, manusia
terbiasa mencari sumber makanan di alam liar. Pertanian berkembang secara independen di
berbagai tempat di dunia, yaitu di China, Afrika, Papua, India, dan Amerika.[1]
Sebagai bagian dari kebudayaan manusia, pertanian telah membawa revolusi yang besar dalam
kehidupan manusia sebelum revolusi industri. Bahkan dapat dikatakan, revolusi pertanian adalah
revolusi kebudayaan pertama yang dialami manusia.
Setiap bagian di dunia memiliki perkembangan penguasaan teknologi pertanian yang berbedabeda, sehingga garis waktu perkembangan pertanian bervariasi di setiap tempat. Di beberapa
bagian di Afrika dan Asia Tengah masih dijumpai masyarakat yang semi-nomaden (setengah
pengembara), yang telah mampu melakukan kegiatan peternakan atau bercocok tanam, namun
tetap berpindah-pindah demi menjaga pasokan pangan. Sementara itu, di Amerika Utara dan
Eropa traktor-traktor besar yang ditangani oleh satu orang telah mampu mendukung penyediaan
pangan ratusan orang.

Asal-mula pertanian[sunting | sunting sumber]
Berakhirnya zaman es sekitar 11.000 tahun sebelum Masehi (SM) menjadikan bumi lebih hangat
dan mengalami musim kering yang lebih panjang.[2] Kondisi ini menguntungkan bagi
perkembangan tanaman semusim, yang dalam waktu relatif singkat memberikan hasil dan biji
atau umbinya dapat disimpan. Ketersediaan biji-bijian dan polong-polongan dalam jumlah
memadai memunculkan perkampungan untuk pertama kalinya, karena kegiatan perburuan dan
peramuan tidak perlu dilakukan setiap saat.
Berbagai teori dan hipotesis mengemuka mengenai bagaimana manusia berpindah dari budaya
berburu ke budaya bercocok tanam.
Hipotesis Oasis dikemukakan oleh Raphael Pumpelly pada tahun 1908 dan dipopulerkan oleh
Vere Gordon Childe yang merangkum hipotesis tersebut ke dalam buku Man Makes Himself.[3]
Hipotesis ini menyatakan bahwa ketika iklim menjadi lebih kering, komunitas populasi manusia
mengerucut ke oasis dan sumber air lainnya bersama dengan hewan lain. Domestikasi hewan
berlangsung bersamaan dengan penanaman benih tanaman.

Hipotesis Lereng Berbukit (Hilly Flanks) dikemukakan oleh Robert Braidwood pada tahun
1948 yang memperkirakan bahwa pertanian dimulai di lereng berbukit pegunungan Taurus dan
Zagros, yang berkembang dari aktivitas pengumpulan biji-bijian di kawasan tersebut.[4]
Hipotesis Perjamuan dikemukakan oleh Brian Hayden yang memperkirakan bahwa pertanian
digerakkan oleh keinginan untuk berkuasa dan dibutuhkan sebuah perjamuan besar untuk
menarik perhatian dan rasa hormat dari komunitas. Hal ini membutuhkan sejumlah besar
makanan.[5]
Teori Demografik diusulkan oleh Carl Sauer pada tahun 1952, yang diadaptasikan oleh Lewis
Binford dan Kent Flannery. Mereka menjelaskan bahwa peningkatan populasi akan semakin
mendekati kapasitas penyediaan oleh lingkungan sehingga akan membutuhkan makanan lebih
banyak dari yang bisa dikumpulkan. Berbagai faktor sosial dan ekonomi juga mendorong
keinginan untuk mendapatkan makanan lebih banyak.[6][7]
Hipotesis Evolusioner oleh David Rindos mengusulkan bahwa pertanian merupakan adaptasi
evolusi bersama antara tumbuhan dan manusia. Diawali dengan perlindungan terhadap spesies
liar, manusia lalu menginovasikan praktek budi daya berdasarkan lokasi sehingga domestikasi
terjadi.[8]

Perkembangan[sunting | sunting sumber]
Penggambaran pertian pada zaman Mesir Kuno
Berdasarkan bukti-bukti peninggalan artefak, para ahli prasejarah saat ini bersepakat bahwa
praktik pertanian pertama kali berawal di daerah "bulan sabit yang subur" di Mesopotamia
sekitar 8000 SM. Pada waktu itu daerah ini masih lebih hijau daripada keadaan sekarang.
Berdasarkan suatu kajian, 32 dari 56 spesies biji-bijian budidaya berasal dari daerah ini. Daerah
ini juga menjadi satu dari pusat keanekaragaman tanaman budidaya (center of origin) menurut
Nikolai Vavilov. Jenis-jenis tanaman yang pertama kali dibudidayakan di sini adalah gandum,
jelai (barley), buncis (pea), kacang arab (chickpea), dan flax (Linum usitatissimum).
Di daerah lain yang berjauhan lokasinya dikembangkan jenis tanaman lain sesuai keadaan
topografi dan iklim. Di Tiongkok, padi (Oryza sativa) dan jewawut (dalam pengertian umum
sebagai padanan millet) mulai didomestikasi sejak 7500 SM dan diikuti dengan kedelai, kacang
hijau, dan kacang azuki. Padi (Oryza glaberrima) dan sorgum dikembangkan di daerah Sahel,
Afrika 5000 SM. Tanaman lokal yang berbeda mungkin telah dibudidayakan juga secara
tersendiri di Afrika Barat, Ethiopia, dan Papua. Tiga daerah yang terpisah di Amerika (yaitu
Amerika Tengah, daerah Peru-Bolivia, dan hulu Amazon) secara terpisah mulai
membudidayakan jagung, labu, kentang, dan bunga matahari.
Kondisi tropika di Afrika dan Asia Tropik, termasuk Indonesia, cenderung mengembangkan
masyarakat yang tetap mempertahankan perburuan dan peramuan karena relatif mudahnya
memperoleh bahan pangan. Migrasi masyarakat Austronesia yang telah mengenal pertanian ke
wilayah kepulauan Indonesia membawa serta teknologi budi daya padi sawah serta perladangan.

Sejarah berdasarkan lokasi[sunting | sunting sumber]
Mesin pemanen bangsa Romawi yang ditarik oleh hewan
Mural pada Dinasti Han mural, menggambarkan aktivitas pembajakan di Shennong
Petani Inca menggunakan chaki taklla, sebuah alat pembajak tanah

Kerajaan Romawi[sunting | sunting sumber]
Pertanian pada zaman Romawi berkembang dengan berdasarkan praktek pertanian yang telah
ditemukan oleh bangsa Sumeria yang ditransfer melalui runtunan kebudayaan. Pertanian bangsa
Romawi memiliki fokus utama sebagai perdagangan dan ekspor. Bangsa Romawi meletakkan
dasar sistem ekonomi yang menjadi pondasi Abad Pertengahan. Ukuran lahan usaha tani dapat
dibagi menadi tiga kategori, yaitu lahan usaha tani ukuran kecil (berukuran 18-88 iugera), ukuran
menengah (80-500 iugera), dan ukuran besar (disebut latifunda, berukuran lebih dari 500 iugera).
Ukuran satu iugera sekitar 0.65 acre.[9]
Bangsa romawi memiliki empat sistem manajemen pertanian, yaitu diatur langsung oleh pemilik
lahan dan keluarganya; memanfaatkan budak pekerja dengan diawasi oleh pengawas budak;
sistem bagi hasil (sharecropping) antara pemilik lahan dan penyewa lahan; dan disewakan.[9]
Setiap provinsi memiliki spesialisasi tersendiri dan saling mensuplai hasil pertanian satu sama
lain. Beberapa memproduksi serealia, lainnya memproduksi minuman anggur, dan yang lainnya
memproduksi zaitun, tergantung jenis lahan yang terdapat diprovinsi tersebut.

China[sunting | sunting sumber]
Catatan sejarah yang ada sejak tahun 481 SM hingga 220 M menggambarkan perkembangan
pertanian di China yang mencakup sistem lumbung nasional dan praktek serikultur atau budi
daya ulat sutra. Perdagangan dan pemanfaatan secara kuliner juga tercatat.[10]
China telah mengembangkan mesin tumbuk bertenaga air pada abad ke 1 SM khusus digunakan
untuk pertanian.[11] Pompa rantai telah ditemukan pada abad ke 1 M bertenaga air maupun
hewan, yang menggerakan sistem roda mekanik.[12] Pompa ini terutama digunakan untuk
mengairi saluran irigasi, namun juga bisa digunakan untuk menyediakan air bagi masyarakat.[13]
[14]

Indus[sunting | sunting sumber]
Kapas dibudidayakan pertama kali pada milenium ke 5 SM di India.[15] Sedangkan gandum dan
barley didomestikasikan sejak tahun 9000 SM. Domestikasi domba, kambing, dan sapi terjadi
beberapa lama setelah itu.[16][17][18] Sekitar tahun 8000 SM- hingga 6000 SM, domestikasi gajah
juga terjadi.[16] Praktek pertanian yang paling mencolok mencakup perontokan, penanaman
dengan sistem baris, dan sistem lumbung.[18][19] Pada milenium ke 5 SM, peradaban pertanian

menjadi umum di Kashmir.[18] Padi telah menjadi bahan baku makanan utama masyarakat India
sejak tahun 8000 SM.[20][21] Perkembangan kebudayaan lainnya pada bidang pertanian lalu
muncul dan mengembangkan budi daya padi di Asia Tenggara.
Irigasi berkembang di peradaban lembah sungai Indus sekitar 4500 SM.[22] Ukuran peradaban
dan kesejahteraan tumbuh sehingga membutuhkan perencanaan sipil seperti drainase dan
selokan.[22] Bajak yang ditarik oleh hewan dimulai pada tahun 2500 SM di tempat tersebut.[23]

Amerika Tengah[sunting | sunting sumber]
Di Amerika Tengah, teosinte liar didomestikasikan melalui seleksi sehingga memunculkan
jagung, lebih dari 6000 tahun yang lalu. Jagung lalu tersebar di Amerika Utara dan menjadi
tanaman pertanian utama masyarakat pribumi di sana hingga kehadiran bangsa penjelajah dari
Eropa.[24] Tanaman pertanian utama lainnya meliputi labu, kacang-kacangan, dan kakao. Kalkun
juga didomestikasikan pertama kali di Meksiko atau selatan Amerika Serikat.
Di Amerika Tengah, bangsa Aztec merupakan masyarakat yang aktif bercocok tanam dan
memiliki ekonomi berbasis pertanian. Lahan di sekitar danau Texcoco ketika itu merupakan
lahan yang subur dan cukup untuk memproduksi pangan bagi kerajaan yang sedang berkembang.
Bangsa Aztec juga mengembangkan irigasi, teras di lereng gunung, dan pemupukan. Chinampa
merupakan salah satu temuan terbesar mereka, yang disebut juga dengan "kebun terapung".

Amerika Selatan[sunting | sunting sumber]
Di sekitar kawasan Andes, Amerika Selatan, kentang menjadi tanaman domestikasi utama yang
terjadi sejak 5000 tahun yang lalu. Sejumlah besar kacang-kacangan juga didomestikasikan.
Llama, alpaca, dan guinea pig menjadi hewan yang didomestikasikan. Tumbuhan koka masih
menjadi tanaman pertanian utama sampai sekarang.
Peradaban Andes didominasi oleh masyarakat pertanian. Bangsa Inca telah memahami peran
cuaca dan tanah bagi pertanian. Adaptasi teknologi pertanian telah digunakan secara terencana
dan memungkinkan produksi berbagai jenis hasil pertanian di berbagai tempat seperti pinggir
pantai, gunung, dan hutan.

Amerika Utara[sunting | sunting sumber]
Masyarakat pribumi di kawasan timur Amerika Serikat telah membudidayakan berbagai jenis
tanaman seperti bunga matahari, tembakau, berbagai jenis labu dan Chenopodium, juga tanaman
yang tidak lagi dibudidayakan seperti marshelder dan jelai kecil.[25][26][27] Padi liar dan maple juga
telah dibudidayakan. Strawberry dibudidayakan pertama kali di Amerika bagian timur laut.[28]
Pecan dan anggur Concord, pernah dibudidayakan, namun sempat menghilang hingga kembali
dibudidayakan pada abad ke 19.[29][30]
Masyarakat pribumi di kawasan yang saat ini California dan Pasifik melakukan berbagai jenis
usaha kebun hutan dan pertanian tongkat api (fire-stick farming) di kawasan padang rumput,
hutan, dan rawa. Mereka mampu memanfaatkan ekologi api sehingga tidak menyebabkan

kebakaran hutan dan mampu menunjang usaha pertanian berkelanjutan secara berpindah
(permakultur alam liar").[31][32][33][34]

Australia[sunting | sunting sumber]
Hingga dimulainya kolonisasi Inggris di Australia pada tahun 1788, masyarakat pribumi
Australia dicirikan sebagai masyarakat pemburu dan pengumpul yang tidak melakukan aktivitas
pertanian atau bentuk produksi pangan lainnya. Namun Rhys Jones mengemukakan pada tahun
1969 bahwa masyarakat pribumi Australia mungkin melakukan pembakaran padang rumput dan
hutan secara sistematis untuk mempertahankan tanaman tertentu dan menghilangkan tanaman
yang tidak dibutuhkannya.[35] Pada tahun 1970an dan 1980an, sebuah penelitian arkeologi yang
dilakukan di Victoria menemukan bahwa pemeliharaan belut dan sistem penjebakan ikan telah
ada sejak 5000 tahun yang lalu.[36]

Revolusi Perindustrian adalah zaman pada akhir kurun ke-18 dan awal kurun ke-19 apabila
perubahan besar dalam pertanian, pembuatan dan pengangkutan memberi impak yang besar
kepada sosio-ekonomi dan kebudayaan di Britain. Perubahan ini seterusnya merebak ke seluruh
Eropah dan Amerika Utara sehingga ke serata dunia melalui proses yang dikenali sebagai
perindustrian. Revolusi Perindustrian merupakan satu titik perubahan penting dalam sejarah
manusia, sama seperti penemuan perladangan atau kebangkitan negara-kota.

Pada akhir tahun 1700-an, berlaku perubahan ekonomi Great Britain yang berasaskan tenaga
manual buruh kepada pembuatan berasaskan mesin. Perubahan ini dimulakan dengan industri
tekstil, perkembangan teknik membuat besi dan peningkatan penggunaan arang batu.
Perkembangan perdagangan pula dipermudahkan dengan pengenalan terusan, jalan yang baik
dan landasan keretapi. Pengenalan enjin stim yang digerakkan oleh arang batu dengan
penggunaan mesin terutamanya dalam pembuatan tekstil telah meningkatkan lagi pengeluaran
secara besar-besaran[1]. Revolusi ini dirancakkan dengan perkembangan peralatan mesin yang
dibuat dari besi pada dua dekad pertama kurun ke-19 yang membolehkan pengeluaran mesinmesin untuk kegunaan industri lain. Kesannya kemudian merebak ke seluruh Eropah Barat dan
Amerika Utara semasa kurun ke-19, yang kemudiannya memberi kesan menyeluruh kepada
dunia. Impak perubahan ini kepada masyarakat sangat besar[2].kesan revolusi pertanian di Eropah
- Sebagai puna ekonomi negara - Dikomersilkan - Lebihan produk pertanian dieksport Peladang menjadi pedagang antarabangsa - Menyediakan makanan yang cukup - Tenaga buruh
banyak - Tuan tanah menjadi penguasaha ladang - Peningkatan perdagangan antarabangsa/tidak
dapat dipasarkan semuanya di dalam negara - Keuntungan dimaksimumkan - Kemajuan bidang
pengangkutan - Rekaan enjin berkuasa wap - Penggunaan keretapi - Kemunculan golongan
buruh dan majikan - Muncul sistem ekonomi berskala besar - Buruh tidak mendapat layanan baik

Faktor penyebab[sunting | sunting sumber]
Sebilangan sejarawan berpendapat Revolusi Perindustrian berlaku akibat perubahan sosial dan
institusi yang berlaku dengan berakhirnya sistem feudalisme di Great Britain setelah berakhirnya
Perang Saudara Inggeris pada kurun ke-17. Dan dengan pengawalan sempadan yang semakin
cekap, pengawalan penyakit berjangkit dapat dipertingkatkan sekaligus mengawal epidemik
yang biasa terjadi pada zaman itu. Bilangan kanak-kanak yang hidup selepas dilahirkan
meningkat yang membawa kepada gunatenaga yang lebih besar. Perladangan yang lebih baik
serta Revolusi Pertanian di Britain menjadikan pengeluaran makanan lebih cekap dan kurang
menggunakan tenaga buruh telah memaksa penduduk yang ramai tidak lagi dapat bekerja dalam
sektor pertanian tetapi ke industri kecil seperti menganyam dan ke bandar-bandar untuk bekerja
di kilang-kilang yang baru dibina. Perluasan wilayah kolonial pada kurun ke-17 pula
menggalakkan perkembangan kegiatan perdagangan, kewujudan pasaran kewangan dan
pengumpulan modal juga disebut sebagai faktor-faktor revolusi berlaku.
Inovasi teknologi adalah ciri utama Revolusi Perindustrian dan kunci kepada teknologi ini adalah
penciptaan enjin stim[3]. Enjim stim yang dicipta oleh James Watt, telah digunakan untuk
menggerakkan kilang-kilang dan lombong-lombong. Ia juga digunakan sebagai enjin yang
menggerakkan keretapi.
aspek-aspek yang telah membawa kepada berlakunya perkembangan revolusi pertanian di
Eropah 1)Pemilikan Tanah Persendirian - Sistem pemilikan tanah persendirian - Sistem
pemilikan tanah awam - Dipunyai oleh golongan kaya - Dimiliki oleh orang perseorangan Digunakan untuk berucuk tanam secara kecil-kecilan - Memelihara ternakan - Memburu
binatang - Memancing - Untuk menampung kehidupan harian - Memanfaatkan tanah awam
untuk tujuan pengeluaran pertanian secara besar-besaran - Tuan tanah memagari tanah awam Akta Pemagaran Tanah dikuatkuasakan - Tersedia kawasan lebih uas untuk penanaman - Rakyat

biasa kehilangan punca rezeki - Petani kecil-kecilan menjadi buruh ladang - Berhijrah ke bandar
- Menjadi buruh kilang
2)Kaedah dan ciptaan baru dalam pertanian - Sistem penggiliran tanaman oleh Lord Townshend Digunakan secara berterusan sepanjang tahun - Menanam jenis tanaman berbeza mengikut
musim - Menggunakan nutrien tanah berbeza, tanaman dapat tumbuh dengan subur - Tanaman
baru diperkenalkan - Seperti semanggi/clover/turnip/ubi kentang - Alatan baru dicipta/Jethro Tull
- untuk menggali dan menugal - dilakukan dengan lebih pantas
3)Pertanian komerial - Baja asli mula digunakan - Tanaman lebih subur - Hasil pertanian
bertambah - Peningkatan kualiti hasil pertanian - Lebihan produk diperdagangkan
(cabaran yang dihadapi oleh Malaysia pada abad ke-21 bagi menjamin kesejahteraan ekonomi
negara)
kewangan -kekurangan moda -nilai mata wang turun naik Pelaburan -Kejatuhan pasaran saham
-Masalah menarik pelabur asing Teknologi -Masih rendah -Bergantung kepada teknologi luar
Globalisasi -Persainagn dengan negara maju -Pengiktirafan oleh negara-negara maju Pasaran
-Menembusi pasaran antarabangsa -Pasaran terhad -Tekanan negara maju Tenaga kerja -Kurang
mahir -Bergantung kepada negara luar Ramai tenaga mahir berkhidmat di negara luar (Nyatakan
langkah-langkah untuk mengatasi cabaran di atas) -Penguasaan ilmu pengetahuan -Menguasai
ICT -Penyelidikan dan pembangunan R&D -Mengukuhkan sistem kewangan -Meningkatkan
kualiti barangan -Mencari pasaran baru -E-dagang -promosi -modal insan (langkah-langkah
untuk menjadikan Malaysia sebagai pusat pertanian antarabangsa)
-menguasai ilmu pengetahuan -menguasai kemahiran -menjamin keamanan -mengekalkan
perpaduan kaum -kreatif dan inovatif -mengalakkan pelaburan asing -menaik taraf infranstrutur
-menambah tenaga mahir -tingkatkan kecekapan pentadbiran kerajaan -kurangkan karenah
birokrasi -memberikan bantuan modal -mencari pasaran baru -melakukan penyelidikan

REVOLUSI KEBUDAYAAN PERTANIAN INDONESIA

Latar Belakang

Pertanian merupakan salah kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Pertanian
Indonesia memeliki banyak potensi, sejarah pertanian telah membawa revolusi yang besar
dalam kehidupan manusia. Kebudayaan masyarakat yang tergantung pada aspek pertanian
diistilahkan sebagai kebudayaan agraris.
Cukup banyak obyek pertanian yang dianut di Indonesia meliputi budidaya tanaman
(termasuk tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan), kehutanan, peternakan, dan
perikanan.
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia
untuk menghasilkan bahan pangan, adapun makalah ini menjelaskan tentang sejarah dan
perkembagan pertanian di Indonesia. serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.
Dengan adanya pertanian di Indonesia merupakan dampak positif bagi kita dan
semuanya. Salah satunya dibidang pertanian seperti tanaman dan masih banyak lagi. Oleh
karena itu, pertanian perlu untuk di lestarikan dan dijaga agar lebih baik di masa mendatang.

Tujuan tugas ini sebagi berikut
Untuk mengetahui sejarah pertanian dan perkembagan pertanian
Untuk mengetahui asal mula pertanian
Sejarah Pertanian
Sejarah pertanian adalah bagian dari sejarah kebudayaan manusia. Pertanian muncul
ketika suatu masyarakat mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri.
Kebudayaan masyarakat yang tergantung pada aspek pertanian diistilahkan sebagai
kebudayaan agraris.
Sebagai bagian dari kebudayaan manusia, pertanian telah membawa revolusi yang
besar dalam kehidupan manusia sebelum revolusi industri. Bahkan dapat dikatakan, revolusi
pertanian adalah revolusi kebudayaan pertama yang dialami manusia.
Usaha tani (farming) adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan
kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. Petani adalah sebutan bagi mereka yang
menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani ikan". Pelaku
budidaya hewan ternak (livestock) secara khusus disebut sebagai peternak.
Berdasarkan data statistik yang ada saat ini sekitar 75% penduduk Indonesia tinggal
diwilayah pedesaan. Lebih dari 54% diantaranya menggantungkan hidup dari sektor pertanian

dengan tinggat pendapatan yang relative rendah jika dibandingkan dengan penduduk yang
tinggal di perkotaan.
Kondisi sosial budaya pertanian merupakan masalah utama dalam fungsi sektor
pertanian di dalam pembagunan nasional dan kemampuan sektor untuk bersaing pada abad
yang akan datang.
Sistem pertanian di Indonesia
Pertanian adalah kegiatan pemanfaat