Pertumbuhan Ekonomi terhadap pertumbuhan (2)

BAB I
PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah jangka panjang. Selain itu,
pertumbuhan ekonomi juga merupakan fenomena penting yang dialami dunia
dalam dua abad belakangan ini dan oleh Kuznets1 proses pertumbuhan ekonomi
tersebut dinamakannya sebagai Modern Economic Growth. Dalam periode
tersebut, dunia telah mengalami perubahan yang sangat nyata apabila
dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Sampai abad kedelapan belas
kebanyakan masyarakat di dunia ini masih hidup pada tingkat subsistence dan
mata pencaharian utamanya adalah dari melakukan kegiatan di sektor pertanian,
perikanan dan berburu. Kuda dan beberapa binatang peliharaan lain merupakan
alat pengangkutan yang utama. Pada masa kini keadaan sudah sangat berbeda.
Kemampuan manusia untuk pergi kebulan dan menciptakan komputer canggih
merupakan contoh yang nyata dari betapa jauhnya manusia telah mengalami
kemajuan sejak dua atau tiga abad yang lalu.
Ditinjau dari sudut ekonomi, perkembangan perekonomian dunia yang berlaku
dua abad yang lalu menimbulkan dua efek penting yang sangat menggalakkan,
yaitu kemakmuran atau taraf hidup masyarakat yang semakin meninggkat dan
terciptanya lapangan pekerjaan baru bagi penduduk yang semakin bertambah
jumlahnya. Sayangnya, pertumbuhan ekonomi bukanlah suatu peristiwa yang
secara otomatis akan berlaku. Perbedaan taraf kemakmuran yang nyata yang

terdapat di antara berbagai negara (terutama di antara negara industri dan
berkembang)

dan

perbedaan

tingkat

pertumbuhan

yang

mereka

capai

membuktikan bahwa usaha yang sungguh-sungguh harus dilakukan untuk
menciptakan


pertumbuhan

ekonomi.

Sebagai

mana

kita

ketahui

pada

kenyataannya berbagai perekonomian mengalami pertumbuhan yang lebih lambat
dari pertumbuhan ekonomi yang secara potensial dapat di capainya. Disamping itu
1

seorang ahli ekonomi terkemuka di amerika serikat dan juga pernah meraih hadiah nobel


1

pertumbuhan itu tidak selamanya berjalan dengan lancar. Adakalanya ia
berkembang dengan cepat, adakalanya inflasi berlaku dan adakalanya pula
kemunduran ekonomi yang serius terjadi dan menyebabkan tingkat pengangguran
yang tinggi.2
Sebenarnya jika kita berbicara tentang kemakmuran dan taraf hidup masyarakat
suatu negara, salah satu dari Sepuluh Prinsip Ekonomi menjelaskan bahwa tingkat
standar hidup suatu negara itu tergantung pada kemampuan negara tersebut untuk
memproduksi barang dan jasa. Selain itu juga, salah satu ekonom muslim yaitu
Ibnu Khaldun pernah mengatakan bahwa kekayaan dan kesejahteraan suatu
negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang di negara tersebut, akan tetapi
kekayaan dan kesejahteraan suatu negara ditentukan oleh tingkat produksi
domestik dan neraca pembayaran positif dari negara tersebut. Dengan demikian,
negara yang yang makmur dan sejahtera adalah negara yang mampu
memproduksi lebih banyak melebihi dari apa yang dibutuhkan oleh negara
tersebut.3
Maka jelas, untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, peran
produktivitas masyarakat sangatlah penting. Selain itu juga peran dari pemerintah
selaku pemengang kebijakan ekonomi sangat berpengaruh. Oleh karena itu jika

suatu negara ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi demi mencapai tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan, peran produktivitas dan kebijakan pemerintah
adalah hal yang utama.

2
3

Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, Rajawali Pers, Jakarta, 2000, hal. 413–414.
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Gramata, Depok, 2010, hal. 245.
2

BAB II
PERMASALAHAN
A. Bagaimana hubungan antara produktivitas dan pertumbuhan ekonomi?
B. Bagaimana peran pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi?

3

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan Ekonomi: Konsep dan Pengukuran
Pertumbuhan ekonomi atau economic growth merupakan perkembangan kegiatan
dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan
dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.4 Masalah
pertumbuhan ekonomi ini dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi dalam
jangka panjang. Karena dari satu periode ke periode yang lainnya kemampuan
suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan
yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi mengalami
pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah jumlah
barang modal. Teknologi yang digunakan berkembang. Selain itu, tenaga kerja
bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk dan pengalaman kerja
sekaligus pendidikan menambah keterampilan mereka.
Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat
pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh
pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi
memproduksi kerap kali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. 5
Selain itu juga, untuk mencatat pertambahan produksi bukanlah hal yang mudah.
Dalam dunia nyata, amat sulit untuk mencatat jumlah unit barang dan jasa yang
dihasilkan selama periode tertentu. Kesulitan itu muncul bukan saja karena jenis
barang dan jasa yang dihasilkan sangat beragam, tetapi satuan ukurnya pun

berbeda. Misalnya, produksi singkong diukur dengan satuan berat (kilogram atau
ton), sementara produk air bersih atau air minum diukur dalam satuan volume dan
minyak bumi dengan satuan barel. Belum lagi produk-produk yang terukur

4

Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi edisi kedua,Rajawali Pers, Jakarta, 2000,
hlm.10.
5
Ibid.
4

dengan satuan fisik, misalnya jasa konsultan, jasa pariwisata dan jasa-jasa modern
lainnya.
Karena itu, angka yang digunakan untuk menaksir pertumbuhan output adalah
dengan menggunakan nilai moneternya (uang) yang tercermin dalam nilai Produk
Domestik Bruto (PDB). Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, nilai PDB yang
digunakan adalah PDB berdasarkan harga konstan atau PDB Riil. Sebab, dengan
menggunakan harga konstan, pengaruh perubahan harga telah dihilangkan,
sehingga sekalipun angka yang muncul adalah nilai uang dari total output barang

dan jasa, perubahan nilai PDB sekaligus menunjukan perubahan jumlah kuantitas
barang dan jasa yang dihasilkan selama periode pengamatan.
Mengingat sulitnya mengumpulkan data PDB, maka penghitungan pertumbuhan
ekonomi tidak dapat dilakukan setiap saat. Biasanya penghitungan tersebut
dilakukan

dalam

dimensi

waktu

triwulan

dan

tahunan. Adapun

cara


penghitungannya adalah sebagai berikut:

Gt

=

x 100%

Dimana:
Gt

= Pertumbuhan ekonomi pada periode t (triwulan atau tahunan)

PDBRt

= Produk Domestik Bruto Riil periode t (berdasarkan harga konstan)

PDBRt-1

= Produk Domestik Bruto Riil satu periode sebelumnya.


Berikut ini adalah contoh penghitungan pertumbuhan ekonomi dengan
menggunakan PDB Indonesia periode 1990 – 1995.

5

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Periode 1990 – 1995.6
Tahun

PDBR (konstan1990)

Tingkat Pertumbuhan

1990

(Rp miliar)
195.597

(%/tahun)
7,2


1991
1992

209.192
222.705

7,0
6,5

1993

237.172

6,5

1994
1995

255.055

276.003

7,5
8,2

Angka

pertumbuhan

ekonomi

tahunan

diperoleh

dengan

menggunakan

persamaan:
Gt

=

x 100%

Misalnya,
G1995

x 100%

=

=

x 100%

= 8,2%
Tujuan utama dari penghitungan pertumbuhan ekonomi adalah ingin melihat
apakah kondisi perekonomian makin membaik. Ukuran baik buruknya dapat
dilihat dari struktur produksi (sektoral) atau daerah asal (regional). Dengan
melihat struktur produksi, dapat diketahui apakah ada sektor yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah pertumbuhannya.7

B. Pentingnya Pertumbuhan Ekonomi
6

Diolah dari Internasional Financial Statistics (IMF), 1997.
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar, LP-FEUI,
Jakarta, 2012, hal. 131.
7

6

Ada hal yang terkadang menjadi perdebatan ketika kita membahas tentang
pertumbuhan ekonomi, sebenarnya mana kah yang lebih penting, pertumbuhan
ekonomi atau pemerataan? Terlepas dari mana yang lebih penting, yang pasti
pertumbuhan ekonomi sangat penting dan dibutuhkan. Sebab, tanpa pertumbuhan
ekonomi maka tidak akan terjadi peningkatan kesejahteraan, kesempatan kerja,
produktivitas dan distribusi pendapatan. Pertumbuhan ekonomi juga penting
untuk mempersiapkan perekonomian menjalani tahapan kemajuan selanjutnya.
1. Pertumbuhan Ekonomi dan Peningkatan kesejahteraan
Rakyat dikatakan makin sejahtera jika setidak-tidaknya output per kapita
meningkat. Dalam literatur ekomoni makro, tingkat kesejahteraan tersebut diukur
dengan PDB per kapita. Makin tinggi PDB per kapita, makin sejahtera
masyarakat. Agar PDB per kapita terus meningkat, maka perekonomian harus
terus bertumbuh dan harus lebih tinggi dari pada tingkat pertambahan penduduk.
Misalnya jika pertumbuhan penduduk suatu negara adalah 2% per tahun, maka
pertumbuhan ekonomi harus lebih besar dari 2% per tahun.
2. Pertumbuhan Ekonomi dan Kesempatan Kerja
Mengingat manusia adalah salah satu faktor terpenting dalam proses produksi,
maka dapat dikatakan kesempatan kerja akan meningkat bila output meningkat.
Hubungan antara kesemaptan dan output dapat dilihat berdasarkan rasio
kesempatan kerja output. Salah satu ekonom bernama Arthur Okun telah
membahas tentang hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja.
Menurutnya, tingkat pengangguran yang minimal (4% per tahun) akan tercapai
apabila seluruh seluruh kapasitas produksi terpakai (kesempatan kerja penuh atau
full employment). Konsekuensi dari pemikiran Okun adalah pentingnya menjaga
perekonomian agar selalu berada pada keadaan kesempatan kerja penuh.
Sebenarnya ada hubungan proposional antara tingkat output (dinotasikan Q) dan
kesempatan

kerja

(dinotasikan

L),

dilambangkan dengan c, maka:

7

dimana

hubungan

proposionalnya

L = cQ
∂L/∂Q = c
Dari persamaan diatas dapat segera diketahui bahwa untuk menambah kesempatan
kerja , output harus bertumbuh, sebab setiap unit pertambahan output akan
menambah kesempatan kerja sebanyak c unit. Makin besar nilai c, maka jumlah
kesempatan kerja yang tersedia akibat bertambahnya 1 unit output akan makin
besar. Besar kecilnya nilai c sangat tergantung pada teknik produksi (tingkat
teknologi) yang digunakan dan efesiensi. Teknik produksi yang padat karya
cenderung memperbesar nilai c. Sebaliknya dengan teknik produksi yang padat
modal maka akan cenderung memperkecil nilai c.
Sementara itu, dampak efesiensi terhadap kesempatan kerja ada dua. Pertama,
terutama dalam jangka pendek, membaiknnya efesiensi akan mengurangi
kesempatan kerja. Sebab, dengan membaiknya efesiensi, untuk tingkat output
yang sama, dibutuhkan tenaga kerja yang lebih sedikit. Kedua, terutama dalam
jangka panjang, efesiensi yang berkaitan dengan kemajuan teknologi akan
memperluas kesempatan kerja, bila kemajuan teknologi tersebut meresap ke
dalam diri manusia (tenaga kerja) yang meningkatkan mutu SDM (embodied
technology).
3. Pertumbuhan Ekonomi dan Perbaikan Distribusi Pendapatan
Distribusi pendapatan yang baik adalah yang semakin merata. Tetapi tanpa adanya
pertumbuhan ekonomi, yang terjadi adalah pemerataan kemiskinan. Pertumbuhan
ekonomi hanya akan menghasilkan perbaikan distribusi pendapatan bila
memenuhi setidaknya dua syarat, yaitu memperluas kesempatan kerja dan
meningkatkan produktivitas. Dengan meluasnya kesempatan kerja, maka akses
rakyat untuk memperoleh penghasilan makin besar.
Jika alat utama yang digunaka untuk perbaikan distribusi pendapatan adalah
mekanisme pasar, maka supaya dapat bertahan di pasar, para pekerja harus terus

8

meningkatkan produktivitas. Dalam jangka panjang, kesempatan kerja yang
tersedia memaksa orang untuk menetukan spesialisasi, yang akan meningkatkan
produktivitas. Denagn meningkatnya prosuktivitas, uang yang dihasilkan untuk
jam kerja yang sama akan lebih besar. Uang tersebut digunakan untuk
meningkatkan kualitas SDM generasi selanjutnya. Begitu seterusnya, sehingga
dalam beberapa generasi kemudian, distribusi pendapatan makin membaik.
4. Persiapan Bagi Tahapan Kemajuan Berikutnya
Suatu bangsa, terutama suatu perekonomian, dapata diumpamakan

sebagaa

manusia, yang tidak dapat menjadi vesar dan dewasa dalam tempo semalam.
Nahkan waktu yamg dibutuhkan untuk mendewasakan perekonomian lebihjauh
lebih lama dibandingkan waktu yang dibutuhkan manusia untuk menjadi
dewasa.jika manusia matang (jasmani dan rohani) umumnyua tercapai pada usia
sekitar 30 – 40 tahun, maka perekonomianbaru bisa dikatakan matang mungkin
setelah berusia ratusan bahkan ribuan tahun. Kita tidak dapat menentukan batas
usia kematangan suatu perekonomian. Hanya saja pengalaman negara-negara
maju menunjukan mereka membutuhkan waktu sekitar tiga sampai lima abad
untuk memodernisasi persokonomiannya.
Kenyataan diatas menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan tangga
untuk mencapai tahapan kemajuan ekonomi selanjutnya. Sebab, sebuah
perekonomian yang mampu terus-menerus bertumbuh dalam jangka panjang
(setidak-tidaknya dalam tempo lima puluh tahun), umumnya telah memiliki
kemampuan untuk menjadi modern. Untuk menunjang pertumbuhan jangka
panjang, yang dibutuhkan bukan saja tenaga kerja, bahan baku dan teknologi,
melainkan juga kelembagaan-kelembagaan ekonomi dan sosial yang modern.
Kelembagaan-kelembagaan tersebut misalnya pasar,, keuntungn, uang, hak milik,
kepastian hukun dan demokrasi.
Lembaga-lembaga tersebut tahp demi tahap terbentuk lewat proses akumulasi
modernisasi yang memakan waktu puluhan atau ratusan tahun. Proses akumulasi

9

modernisasi tidak akan terjadi tanpa adanya pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya
pertumbuhan ekonomi tidak mampu bertahan lama tanpa adanya akumulasi
modernisasi.8

C. Produktivitas : Peranan dan Faktor – Faktor Penentunya
Pada pembahasan di atas sebenarnya sudah sedikit dibahas dan disinggung
mengenai masalah produkivitas. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan sekarang
adalah sebenarnya apa hubungan antara produktivitas dengan pertumbuhan
ekonomi dan standar hidup yang berlaku pada suatu negara? Dan kenapa
produktivitas menjadi hal yang penting dalam masalah pertumbuhan ekonomi?
N. Gregory Mankiw dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ekonomi Makro
menjelaskan hubungan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi dengan sebuah
cerita sederhana. Cerita tersebut dimulai ketika seorang pelaut yang bernama
Robinson Crusoe terdampar disebuah pulau terpencil. Karena Crusoe hidup
sendiri sehingga dia harus menangkap ikan, menanam sayur dan membuat pakaian
untuk keperluannya sendiri. Kegiatan yang dilakukan oleh Crusoe seperti
produksi, konsumsi ikan, sayur serta pakaian itu merupakan bentuk kegiatan
ekonomi sederhana.
Lantas jika dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi sebenarnya hal apa yang
dapat mempengaruhi standar hidup Crusoe? Jawabannya jelas, jika Crusoe adalah
seorang ahli menangkap ikan, menanam sayur dan menjait pakaian maka ia akan
hidup sejahtera. Sebaliknya, jika ia tidak pandai melakukan kegiatan tersebut
maka hidupnya akan sengsara. Jadi, standar hidupnya tegantung pada kemampuan
produktivitas karena Crusoe hanya dapat mengkonsumsi apa yang ia hasilkan.9
Sebenarnya istilah produktivitas itu merujuk pada banyaknya barang dan jasa
yang dapat dihasilkan oleh seorang pekerja setiap jam kerjanya. Pada kasus
8

Ibid, hal 135.
N. Gregory Mankiw, Euston Quah dan Peter Wilson, Principle of Economic An ASIAN editionvolume 2, Salemba Empat, Jakarta, 2012, hal.46.
9

10

kegiatan ekonomi Crusoe dapat disimpulkan bahwa produktivitas adalah kunci
yang menetukan standar hidup dan dengan meningkatnya produktivitas akan
mengakibatkan perubahan standar hidup menjadi lebih baik. Semakin banyak ikan
yang bisa ditangkap oleh Crusoe per jamnya maka akan semakin banyak ikan
yang dapat dia makan. Jika Crusoe dapat menemukan tempat yang lebih baik
untuk menangkap ikan maka produktivitasnya akan meningkat. Bertambahnya
produktivitas ini mengubah kondisinya menjadi lebih baik. Dia dapat makan ikan
lebih banyak atau dia dapat melakukan kegiatan lain yang menyenangkan karena
waktunya tidak dihabiskan untuk menangkap ikan.
Peran kunci produktivitas dalam menentukan tingkat standar hidup yang berlaku
pada sebuah negara sama halnya seperti kisah pelaut diatas. Jika kita lihat
kembali, bahwa sebenarnya Produk Domestik Bruto suatu negara mengukur dua
hal sekaligus, yaitu total pendapatan yang diperoleh setiap penduduk dalam
kegiatan ekonomi dan total biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang
dan jasa. Alasan mengapa PDB dapat mengukur kedua hal tersebut secara
simultan adalah bahwa kegiatan ekonomi merupakan suatu kesatuan utuh yang
harus seimbang atau dengan kata lain pendapatan perekonomian sama dengan
pengeluarannya.
Seperti halnya Crusoe, sebuah negara dapat menikamati tingkat standar hidup
yang tinggi hanya jika negara tersebut dapat memproduksi barang dan jasa dalam
jumlah yang banyak. Penduduk Jepang hidup lebih baik dari penduduk Indonesia
karena pekerja Jepang lebih produktif dari pada pekerja Indonesia. Jepang
mengalami standar hidup yang lebih cepat dari Indonesia karena pekerja Jepang
lebih dapat meningkatkan produktivitasnya. Jadi benar, salah satu dari Sepuluh
Prinsip Ekonomi menjelaskan bahwa tingkat standar hidup suatu negara
tergantung pada kemampuan negara tersebut untuk memproduksi barang dan
jasa.10

10

Ibid,hal. 47.
11

Selain itu juga, salah satu ekonom muslim yaitu Ibnu Khaldun pernah mengatakan
bahwa kekayaan dan kesejahteraan suatu negara tidak ditentukan oleh banyaknya
uang di negara tersebut, akan tetapi kekayaan dan kesejahteraan suatu negara
ditentukan oleh tingkat produksi domestik dan neraca pembayaran positif dari
negara tersebut. Dengan demikian, negara yang yang makmur dan sejahtera
adalah negara yang mampu memproduksi lebih banyak melebihi dari apa yang
dibutuhkan oleh negara tersebut.11
Setelah kita mengetahui bahwa produktivitas memiliki peran penting dalam
pertumbuhan ekonomi, maka selanjutnya hal-hal atau faktor-faktor

yang

mempengaruhi sekaligus menetukan produktivitas menjadi hal yang tidak bisa
kita abaikan. Ada beberapa faktor yang menetukan produktivitas diantaranya:
1. Modal Fisik (Physical Capital)
Pekerja akan lebih produktif jika dia memiliki peralatan yang membantu
pekerjaannya. Kelengkapan peralatan dan struktur yang dipakai dalam kegiatan
memproduksi barang dan jasa disebut modal fisik (physical capital), atau hanya
disebut dengan modal. Sebagai contoh, ketika seorang tukang kayu membuat
furnitur, mereka menggunakan gergaji, mesin bubut, mesin bor, dan lain-lain.
Semakin banyak peralatan untuk membuat pekerjaan, maka semakin cepat dan
hasilnya semakin baik. Dapat dikatakan tukang kayu yang mengandalkan
peralatan sederhana akan menghasilkan lebih sedikit furnitur pada setiap
minggunya dari pada tukang kayu yang menggunakan peralatan khusus dan
canggih.
Modal pada dasarnya dalah input pada sebuah proses produksi yang merupakan
output suatu proses produksi sebelumnya. Tukang kayu menggunakan mesin
bubut untuk membuat kaki meja. Sebelumnya, mesin bubut itu sendiri merupakan
hasil proses produksi perusahaan yang membuat mesin bubut. Denagn demikian,
modal adalah sebuah faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan segala
11

Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Gramata, Depok, hal. 245.
12

jenis barang atau jasa, termasuk modal yang akan digunakan untuk kegiatan
produksi selanjutnya.12
Ada pun untuk penambahan modal fisik bisa dilakukan melalui investasi. Dan
untuk itu, salah satu upaya pokok untuk meningkatkan investasi adalah dengan
menangani faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat investasi. Yang juga harus
diingat adalah pertumbuhan ekonomi baru dimungkinkan jika investasi neto lebih
besar dari pada nol. Sebab, jika investasi neto sama dengan nol, perekonomian
hanya akan berproduksi pada tingkat sebelumnya. Akan tetapi lebih baik lagi, jika
penambahan kualitas modal fisik juga disertai dengan peningkatan kualitasnya.13
2. Modal Manusia (Human Capital)
Faktor penentu produktivitas yang kedua adalah modal manusia (human capital),
yaitu istilah dalam ekonomi untuk pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
pekerja melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Modal manusia termasuk
kecakapan yang dibentuk mulai masa kanak-kanak , sekolah, universitas dan balai
pelatihan kerja untuk orang dewasa yang sudak termasuk angkatan kerja.
Sampai saat ini, khususnya di negara berkembang, modal manusia atau biasa
disebut juga dengan tenaga kerja masih menjadi faktor produksi yang dominan.
Penambahan tenaga kerja umumnya sangat berpengaruh terhadap peningkatan
produktivitas atau output. Yang menjadi persoalan adalah sampai berapa banyak
penambahan tenaga kerja akan terus meningkatkan output. Hal itu tergantung dari
seberapa cepat terterjadinya The Law of Diminishing Return (TLDR). Sedangkan
cepat atau lambatnya proses TLDR sangat ditentukan oleh kualitas SDM dan
keterkaitannya denngan kemajuan teknologi produksi. Selama ada sinergi antara
tenaga kerja dan teknologi, penambahan tenaga kerja akan mamacu peningkatan
prosuktifitas yang nantinya akan menaikan pertumbuhan ekonomi.
12

N. Gregory Mankiw, Euston Quah dan Peter Wilson, Principle of Economic An ASIAN editionvolume 2, Salemba Empat, Jakarta, 2012, hal. 47.
13

Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar, LP-FEUI,
Jakarta, 2012, hal. 136.
13

Sayangnya, jumlah tenaga kerja yang dapat dilibatkan dalam proses produksi akan
semakin sedikit bila teknologi yang digunakn makin tinggi. Timbullah trade-off
antara efesiensi produtivitas dan kesempatan kerja. Untuk meningkatkan output
secara efisien, pilihan yang rasional adalah teknologi padat modal. Harga dari
pilihan tersebut adalah menciutnya kesempatan kerja.14
3. Sumber Daya Alam (Natural Resources)
Faktor penentu produktivitas yang ketiga adalah sumber daya alam (natural
resources). Sumber daya alam merupakan masukan dalam kegiatan produksi
disediakan oleh alam, seperti tanah, sungai dan kandungan mineral. Sumber daya
alam dapat di kelompokan menjadi dua golongan besar, yaitu sumber daya alam
yang dapt di perbaharui dan sumber daya alam yang tidak dapt diperbaharui.
Hutan merupakan salah satu contoh sumber daya alam yang dapat di perbaharui.
Jika sebuah pohon di tebang, bibit dapat ditanam di tempat tersebut untuk diambil
manfaatnya di kemudian hari. Minyak bumi merupakan salah satu contoh sumber
daya alam yang tidak dapt diperbaharui. Jika persediaan minyak habis maka
hampir mustahil untuk membuatnya lagi.
Perbedaan sifat sumbet daya alam ini menyebabkan perbedaan pada tingkat
standar hidup di berbagai negara di dunia. Negara di Timur Tengah seperti Arab
Saudi dan Kuwait menjadi negara kaya saat ini hanya karena mereka berada di
atas kolam minyak terbesar di dunia.
Walaupun dapat menjadi sangat penting, sumber daya alam bukan merupakan
sesuatu yang wajib bagi perekonomian untuk menjadi sangat produktif dalam
menghasilkan barang dan jasa. Contohnya Singapura, Hong Kong dan Jepang
adalah beberapa negara yang kaya namun tidak mempunyai sumber daya alam
yang melimpah, perdagangan internasional membuat negara tersebut sukses
dengan cara mengimpor banyak sumber daya alam dari negara lain yang
14

Ibid, hal. 137
14

dibutuhkan dan mengekspor barang olahan atau menjual jasa kepada negara yang
kaya dengan sumber daya alam.15
4. Penguasaan

Ilmu

Pengetahuan

dan

Teknologi

(Technological

Knowledge)
Faktor penentu produktivitas yang keempat adalah penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi (iptek) (Technological Knowledge) atau pemahaman tentang cara
terbaik untuk memproduksi barang dan jasa. Lima puluh tahun yang lalu,
sebagian besar penduduk Thailand bercocok tanam karena teknologi untuk
bercocok tanam membutuhkan banyak pekerja guna menghasilkan pangan yang
dibutuhkan seluruh penduduk. Ketika terjadi perkembangan teknologi pertanian,
hanya dibutuhkan sedikit pekerja saja untuk dapat menghasilkan pangan dalam
jumlah yang sama banyak. Perubahan ini membuat sebagian penduduk dapat
memproduksi barang dan jasa lainnya.
Penguasaan teknologi memiliki banyak bentuk, beberapa teknologi bersifat
pengetahuan umum, setelah teknologi ini digunakan oleh seseorang, setiap orang
kemudian menggunakannya. Sebagai contoh, ketika Henry Ford berhasil
meningkatkan produksi dengan menggunakan sistem lini perakitan mobil di
Amerika Serikat, pembuat mobil lain mengikutinya. Ada juga yang sifatnya
tertutup, seperti Coca Cola, hanya perusahaan Coca Cola saja yang mengetahui
teknologi rahsia resep untuk membuat minuman ringannya.
Sangat perlu diketahui dan dipahami perbedaan antara penguasaan iptek dengan
modal manusia walaupun keduanya berhubungan erat, tetapi ada perbedaan
penting. Penguasaan iptek merujuk pada pemahaman masyarakat tentang
bagaimana sesuatu bekerja. Modal manusia merujuk pada sumber daya yang
diharapkan mentransformasikan pemahaman tersebut pada angkatan kerja.16

15

N. Gregory Mankiw, Euston Quah dan Peter Wilson, Principle of Economic An ASIAN editionvolume 2, Salemba Empat, Jakarta, 2012, hal. 48.
16
Ibid, hal 49.
15

D. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebijakan Publik
Pada pembahasan sebelumnya kita telah mengetahui bahwa pertumbuhan
ekonomi dan standar hidup masyarakat tergantung pada kemampuannya untuk
memproduksi barang dan jasa dan bahwa produktivitas tergantung pada modal
fisik, modal manusia, sumber daya alam, dan penguasaan iptek. Selanjutnya, mari
kita beralik kepada peran pemerintah dalam meningkatkan produktivitas dan
standar hidup masyarakat.
1. Pentingnya Tabungan dan Investasi
Karena modal adalah penghasil faktor produksi, sebuah kelompok masyarakat
dapat mengubah jumlah modal yang digunakan. Jika kegiatan ekonomi produksi
saat ini menghasilkan jumlah barang modal dalam jumlah yang banyak maka
paada masa yang akan datang akan terdapat banyak persediaan modal dan dapt
digunakan untuk menghasilkan banyak jenis barang dan jasa yang lainnya. Oleh
karena itu, salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas pada masa yang akan
datang adalah dengan lebih banyak menggunakan sumber daya alam dalam
produksi modal.
Salah satu dari Sepuluh Prinsip Ekonomi ada yang membahas tentang masalah
trade-off (pertukaran kepentingan). Prinsip ini penting, khususnya ketika terjadi
penimbunan modal. Karena sumber daya alam bersifat langka, pengkhususan
penggunaan untuk memproduksi modal menyebabkan penggunaan untuk produksi
barang dan jasa yang akan dikonsumsi menjadi terbatas. Oleh karena itu, unuk
masyarakat yang menginvestasikan lebih banyak pendapatannya pada modal,
harus dapat menghemat konsumsi dan dapat lebih menabung. Pertumbuhan yang
muncul dari pengakumulasian modal bukan hal yang mudah. Hal ini
membutuhkan pengorbanan masyarakat dalam mengurangi konsumsi barang dan
jasa pada saat sekarang sehingga dapat menikmati tingkat konsumsi yang lebih
tinggi pada masa yang akan datang.

16

Dalam pandangan tradisional, ada yang namanya penurunan perolehan
keuntungan (Diminshing Return). Seiring dengan bertambahnya persediaan
modal, output tambahan yang dihasilkan dari tambahan unit modal menjadi
menurun. Dengan kata lain, ketika pekerja telah memiliki banyak modal untuk
digunakan dalam memproduksi barang dan jasa, memberi tambahan unit modal
tidak akan meningkatkan produktivitas mereka. Karena keuntungan menurun,
peningkatan dalam rata-rata tabungan menyebabkan lonjakan pertumbuhan untuk
sementara. Seiring dengan bertambahnya rata-rata tabungan menyebabkan lebih
banyak modal terkumpul, keuntungan dari tambahan modal menjadi semakin
kecil seiring berjalannya waktu dan menyebabkan melambatnya pertumbuhan.
Dalam jangka panjang, semakin tinggi tabungan menyebabkan semakin tinggi
tingkat produktivitas dan pendapatan, tetapi, tidak menyebabkan bertambahnya
pertumbuhan. Untuk mencapai jangka panjang, walau bagaimana pun
membutuhkan waktu lama. Menurut penelitian data pertumbuhan ekonomi
internasional, meningkatkan tingkat tabungan dapat menyebabkan bertambahnya
tingkat petumbuhan secara substantif untuk periode waktu bebrapa dekade.
Penurunan perolehan keuntungan terhadap modal mempunyai implikasi yang lain.
Semua hal dianggap seimbang sehingga mudah bagi semua negara yang relatif
miskin untuk tumbuh dengan cepat. Efek kondisi awal ini dalam pertumbuhan
berkelanjutan disebut dengan efek pengejaran (catch-up effect). Di negara miskin
pekerja bahkan tidak mempunyai peralatan memadai dan sebagai akibatnya
mempunyai produktivitas yang rendah. Sejumlah kecil penanaman modal pada
hakikatnya akan meningkatkan produktivitas pekerja. Sebaliknya, pekerja di
negara kaya mempunyai banyak modal untuk membantunya bekerja, bagian ini
menjelaskan tingkat produktivitas mereka yang sangat tinggi. Sekalipun demikian,
dengan tingkat modal pekerja yang sudah sedemikian tinggi, tambahan
penanaman modal mempunyai akibat yang kecil terhadap produktivitas.17

17

Ibid, hal. 51-56.
17

2. Pendidikan
Pendidikan (investasi dalam sumber daya manusia) sama pentingnya dengan
investasi pada modal fisik untuk keberhasilan ekonomi jangka panjang suatu
negara. Di Amerika Serikat, setiap tahun yang di gunakan untuk sekolah biasanya
meningkatkan rata-rata upah seseorang sekitar 10%. Di negara berkembang,
termasuk negara-negara miskin di Asia, diamana biasanya sumber daya manusia
yang berkualitas langka, perbedaan antara upah pekerja terdidik dengan tidak
terdidik biasanya sangat besar. Jadi salah satu cara dimana kebiajakan pemerintah
dapat meningkatkan standar hidup adalah dengan menyediakan sekolah yang
baikdan mendoraong populasi penduduk guna memanfaatkan fasilitas sekolah
yang ada tersebut.
Investasi dalam sumber daya manusia sama seperti investasi dalam modal fisik,
membutuhkan pengorbanan biaya. Murid di sekolah, tidak memikirkan upah yang
dapat mereka peroleh. Di negara tertinggal, anak-anak sering kali keluar dan
berhenti sekolah pada usia dini, walaupun keuntungan jika bersekolah sangat
tinggi, hal ini dilakukan hanya karena tenaga mereka dibutuhkan untuk membantu
keluarga.
Beberapa ekonom membantah bahwa pentingnya sumber daya manusia dalam
pertumbuhan ekonomi karena sumber daya manusia tidak berhubungan secara
langsung. Sebuah pengesampingan adalah akibat dari pandangan orang berada
yang memandang sebelah mata. Orang yang terpelajar, sebagai contoh akan
mengemukakan gagasan baru tenatang cara terbaik memproduksi barang dan jasa.
Apabila gagasan ini di terima dikalangan umum sehingga semua menyetujuinya
maka gagasan tersebut adalah sebuah keuntungan tambahan pendidikan. 18
3. Hak Milik dan Stabilitas Politik
Cara lain yang dapat ditempuh oleh pembuat kebijakan dalam membantu
perkembangan pertumbuhan ekonomi adalah dengan melindungi hak milik dan
menjaga stabilitas politik. Negara yang yang memiliki sistem peradilan yang baik,
18

Ibid, hal. 56-57.
18

pegawai pemerintah yang jujurdan perundang-undangan yang kuat kan
mengalami standar hidup perekonomian yang lebih tinggi dibandingkan dengan
negara yang sistem peradilannya lemah, pemerintahnya korup, dan sering terjadi
revolusi atau kudeta. Dengan sistem peradilan yang baik maka hak milik akan
lebih terjaga dan terjamin. Begitu juga dengan adanya perundang-undangan yang
kuat dan minimnya revolusi.19
4. Perdagangan Bebas
Beberapa negara miskin telah mencoba untuk mempercepat laju pertumbuhan
ekonominya dengan menggunakan kebijakan orientasi ke dalam. Kebijakan ini
diarahkan untuk meningkatkan produktivitas dan standar hidup suatu negara
dengan cara menghindari hubungan dengan dunia luar, pendekatan ini mendapat
dukungan dari perusahaan lokal yang mengatakan bahwa mereka membutuhkan
perlindungan dari persaingan asing untuk dapat tumbuh dan berkembang.
Pendapat industri yang kekanak-kanakan ini, bersama kebencian tanpa alasan
terhadap bangsa asing, telah mendorong pembuat kebijakan di beberapa negara
belum berkembang untuk meningkatkan tarif dan pembatasan perdagangan
denagn pihak luar.
Kebanyakan ekonom saat ini berpendapat bahwa negara belum berkembang
sebaiknya menggunakan kebijakan orientasi keluar yang menggabungkan negara
tersebut dengan dunia global. Sebenarnya dengan adanya perdagangan
internasional perekonomian suatu negara dapat meningkat. Perdagangan dapat
juga diartikan sebagai jenis teknologi. Ketika sebuah negara mengekspor gandum
dan mengimpor baja, sebuah negara memperoleh keuntungan yang sama seperti
jika negara tersebut mempunyai teknologi mengubah gandum menjadi baja.
Sebuah negara yang menghilangkan batasan perdagangan akan menikmati
pertumbuhan ekonomi yang sama jenisnya dengan yang terjadi ketiak
teknologinya telah berkembang.20
19
20

Ibid, hal. 57.
Ibid, hal. 58.
19

5. Penelitian dan Pengembangan
Alasan utama yang menyebabkan standar hidup sangat tinggi saat ini
dibandingkan dengan seabad yang lalu adalah berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi. Telepon, kendaraan dan komputer adalah salah satu dari ribuan
penemuan yang mrningkatkan kemampuan memproduksi barang dan jasa.
Walaupun kebanyakan penemuan muncul karena penelitian pribadi oleh
perusahaan dan penemu, ada juga keterlibatan umum dalam menyokong kemajuan
ini, lebih jauh, pengetahuan adalh barang umum. Jika seseorang menemukan
gagasan, gagasan tersebut diakui secara umum dan orang lain dapat
menggunakannya secara bebas. Pemerintah harus berperan pada porsi yang sama
dalam hal menyediakan barang umum untuk mengembangkanpertahahan nasional
sehingga

terciptakondisi

yang

baik

untuk

melakukan

penelitian

dan

pengembangan teknologi baru.
Pemerintah dapat mendoraong penelitian denagn memberlakukan sistem paten.
Ketiaka seseorang atau sebuah perusahaan menemukan produk baru, penemunya
dapt mengajukan paten. Jika penemuannya bagus dan baru, pemerintah bisa
memberikan penghargaan yang mebuat penemunya memiliki hak khusus untuk
memproduksi dalam jumlah tertentu sepanjang setahun. Pada dasarnya hak paten
memberikan penemu hak milik terhadap penemuannya, mengubah pengetahaun
umum menjadi pengetahuan khusus. Dengan memberikan keuntungankeapda
penemu dari hasil penelitiannya–meskipun hanhya sementara–sistem paten akan
mendorong individu atau perusahaan untuk meningkatkan penelitiannya. 21

E. Teori – Teori Pertumbuhan Ekonomi
Para ahli ekonomi telah sejak lama melakukan penyelidikan tentang pertumbuhan
ekonomi. Dan oleh sebab itu juga muncullah bermacam-macam teori tentang
pertumbuhan ekonomi. Semua teori tersebut didasarkan kepada hubungan antara
21

Ibid, hal. 58-59.
20

pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor penentu pertumbuhan. Adapun perbedaan
antara teori yang satu dengan yang lain terletak pada perbedaan fokus pembahasan
atau asumsi-asumsi yang digunakan.
1. Teori Pertumbuahan Ahli Ekonomi Klasik
Menurut pandangan ahli ekonomi klasik ada empat faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, yaitu jumlah penduduk, jumlah persediaan barang-barang
modal, luas tanah dan kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang digunakan.
Walaupun menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung kepada banyak
faktor, ahli-ahli ekonomi Klasik terutam menumpahkan perhatiannya kepada
pengaruh pertambahan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi. Dalam teori
pertumbuhan mereka dimisalkan luas tanah dan kekayaan alam adalah tetap
jumlahnya dan tingkat teknologi tidak mengalami perubahan. Berdasarkan kepada
pemisalan ini selanjutnya dianalisis bagaimana pengaruh pertambahan penduduk
kepada tingkat produksi dan pendapatan.
Menurut ahli ekonomi Klasik hukum diminishing of return akan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi. Ini berarti pertumbuhan ekonomi tidak akan terus menerus
berlangsung. Pada permulaannya, apabila penduduk sedikit dan kekayaan alam
relatif berlebih, tingkat pengembalian modal dari investasi yang dibuat adalah
tinggi. Maka para pengusaha akan memperoleh keuntungan yang besar. Ini akan
menimbulakan investasi baru dan pertumbuhan ekonomi akan terwujud. Keadaan
seperti itu tidak akan terus-menerus berlangsung. Apabila penduduk sudah terlalu
banyak, pertambahan akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena
produktivitas marjinal penduduk telah negatif. Maka kemakmuran masyarakat
turun kembali. Perekonomian akan mencapai tingkat perkembangan yang rendah.
Apabila keadaan ini dicapai, ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan tidak
berkembang atau stationary state. Pada keadaan ini pendapatan pekerja hanya
mencapai tingkat cukup hidup atau subsistance. Menurut ahli ekonomi Klasik
setiap masyarakat tidak akan mampu menghalangi terjadinya keadaan tidak

21

berkembang tersebut, ia hanya mampu mengundurkan terjadinya keadaan
tersebut.22
2. Teori Schumpeter
Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha di dalam
menciptakan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori itu ditunjukkan bahwa para
pengusaha merupakan golongan yang akan terus menerus membuat pembaruan
atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi: memperkenalkan
barang-barang baru, mempertinggikan efisiensi dalam memproduksikan suatu
barang, memperluas pasar suatu barang ke pasaran yang baru, mengembangkan
sumber bahan mentah yang baru dan mengadakan perubahan-perubahan dalam
organisasi perusahaan dengan tujuan mempertinggi efisiensinya.
Di dalam mengemukakan teori pertumbuhannya Schumpeter memulai analisisnya
dengan memisalkan bahwa perekonomian sedang dalam keadaan tidak
berkembang. Tetapi keadaan ini tidak akan berlangsung lama. Pada waktu
keadaan tersebut berlaku segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai
kemungkinan untuk mengadakan inovasi yang menguntungkan. Didorong oleh
keinginan keuntungan dari mengadakan pembaruan tersebut, mereka akan
meminjam modal dan melakukan penanaman modal. Investasi yang baru ini akan
meninggikan tingkat kegiatan ekonomi negara. Maka pendapatan masyarakat akan
bertambah dan tingkat konsumsi menjadi tambah tinggi. Kenaikan tersebut akan
mendorong perusahaan-perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang
dan melakukan penanaman modal baru. Maka menurut Schumpeter, investasi
boleh dibedakan dalam dua golongan, yaitu: penanaman modal outonomi dan
penanaman modal terpengaruh. Penanaman modal outonomi adalah penanaman
modal yang ditimbulkan oleh kegiatan ekonomi yang timbul sebagai akibat
kegiatan investasi.

22

Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi edisi kedua,Rajawali Pers, Jakarta, 2000, hlm.
430-432.
22

Menurut Schumpeter makin tinggi tingkat kemajuan sesuatu perekonomian makin
terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Maka pertumbuhan ekonomi
akan menjadi bertambah lambat jalannya. Pada akhirnya akan tercapai tingkat
“keadaan tidak berkembang” atau stationary state. Akan tetapi , berbeda dengan
pandangan Klasik, dalam pandangan Schumpeter tingkat keadaan tidak
berkembang itu dicapai pada tingkat pembangunan yang tinggi.23
3. Teori pertumbuhan Harrod-Domar
Teori pertumbuhan Harrod-Domar ini dikembangkan oleh dua ekonom sesudah
Keynes yaitu Evsey Domar dan Sir Roy F. Harrod. Teori Harrod-Domar ini
mempunyai asumsi yaitu:
a Perekonomian dalam keadaan full employment dan barang-barang modal
digunakan secara penuh.
b. Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor
perusahaan.
c. Besarnya tabungan proporsional dengan besarnya pendapatan nasional
d. Kecenderungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save = MPS)
besarnya tetap, demikian juga ratio antara modal-output (Capital-Output
Ratio atau COR) dan rasio pertambahan modal-output (Incremental CapitalOutput Ratio atau ICOR)
Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi
tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti barang-barang
modal yang rusak. Namun demikian untuk menumbuhkan perekonomian tersebut,
diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal. Hubungan
tersebut telah kita kenal dengan istilah rasio modal-output (COR). Dalam teori ini
disebutkan bahwa, jika ingin tumbuh, perekonomian harus menabung dan
menginvestasikan suatu proporsi tertentu dari output totalnya. Semakin banyak
tabungan dan kemudian di investasikan, maka semakin cepat perekonomian itu
akan tumbuh
23

Ibid, hal. 432.
23

4. Teori Pertumbuhan Endojenus
Teori yang dikembangkan oleh Romer ini merupakan pengembangan mutakhir
teori pertumbuhan Klasik-Neo Klasik. Kelemahan model Klasik maupun Neo
Klasik terletak pada asumsi bahwa teknologi bersifat aksojenus. Konsekuensi
asumsi ini adalah terjadinya The Law of Diminishing Return (TLDR), karena
teknologi dianggap sebagai faktor produksi tetap. Konsekuensi lebih serius dari
memperlakukan

teknologi

sebagai

faktor

eksogen

dan konstan

adalah

perekonomian yang telah terlebih dahulu maju, dalam jangka panjang akan
terkejar perekonomian yang lebih terbelakang selama tingkat pertambahan
penduduk, tingkat tabungan, dan akses terhadap teknologi adalah sama.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka perekonomian Asia Timur (kecuali Jepang)
dan Asia Tenggara dapat menyamai perekonomian Barat. Tetapi faktanya tidak
demikian. TLDR di perekonomian Barat dan Jepang tidak terjadi, sehingga
perekonomian Asia Timur dan Asia Tenggara makin tertinggal dibanding Barat
dan Jepang. Menurut Romer ketertinggalan ini disebabkan kemajuan teknologi
yang justru menimbulkan increasing return to scale (IRS). Semangat pengusaha
untuk memaksimalkan keuntungan justru dapat dipenuhi lewat penguasaaan
(monopoli)

teknologi.

Akibatnya,

pertumbuhan

output

disertai

dengan

menguatnya gejala monopoli.
Mengapa perusahaan cenderung ingin memonopoli keunggulan teknologi? Sebab
teknologi merupakan barang publik, yang dapat dimanfaatkan opleh pihak lain
yang bukan penemu, tanpa mengeluarkan biaya riset. Selama return dari
pengembangan teknologi terhadap semua perusahaan adalah sama, maka
kecenderungan memonopoli teknolohgi sangatlah kecil. Tetapi jiak return nya
berbeda, yang paling menikmati akan berusaha memonopoli. Dengan demikian

24

kita tidak dapat memperlakukan teknologi sebagai faktor eksogen melainkan
faktor endogen.24

24

Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar, LP-FEUI,
Jakarta, 2012, hal. 142-143.
25

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan standar hidup yang layak, maka
yang harus diperhatikan adalah seberapa besar kemampuan negara tersebut
menghasilkan barang dan jasa. Selain itu juga pemerintah selaku pembuat
kebijakan harus mengarahkan kebijakannya guna meningkatkan produktivitas
nasional. Caranya adalah dengan menghidupkan iklim produksi sehingga terjadi
pengumpulan faktor produksi yang cepat dan menjamin faktor-faktor produksi
tersebut dapat diolah seefektif mungkin.
Selain itu juga pemerintah dengan kekuasaannya bisa membuat undang-undang
sehingga dapat mengatur hak milik dan menjaga stabilitas politik. Keberhasilan
satu generasi pembuat kebijakan dalam meletakkan dan mengarahkan dasar yang
mengokohkan pertumbuhan ekonomi menetukan seperti apa kondisi negara yang
akan diwariskannya.

26

LAMPIRAN
Lampiran 125

Analisis:
25

Kompas, 10 juni 2014, hal. 20.
27

Sebagaimana yang telah kita bahas dalam makalah diatas, kita tahu bahwa pada
kenyataannya pertumbuhan ekonomi sebenarnya mengalami pertumbuhan yang
lebih lambat dari pada pertumbuhan ekonomi secara potensial. Selain itu,
pertumbuhan ekonomi tidak selamanya berjalan dengan lancar. Adakalanya ia
berkembang dengan cepat dan adakalanya juga ia stagnan atau malah mengalami
penurunan dan kemunduran.
Hal tersebut bisa kita lihat dalam berita diatas. Pada awal tahun 2014, pemerintah
Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi indonesia di tahun 2014 akan
berada di atas 6%. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, pemerintah khususnya
BI merevisi target pertumbuhan ekonomi menjadi 5,1 hingga 5,5 persen. Berarti
pertumbuhan ekonomi Indonesia sedang mengalami perlambatan. Hal tersebut
dipengaruhi oleh bebarapa faktor, diantaranya: melemahnya perekonomian
Tiongkok sebagai salah satu negara tujuan utama ekspor Indonesia, itu berarti
sedang ada penurunan harga dan jumlah ekspor yang menyebabkan PDB
menurun. Selain itu, penyebab lainnya adalah karena iklim investasi di Indonesia
masih belum stabil, hal tersebut bisa dilihat dari masih banyaknya investasi yang
di salurkan ke pasar moneter, akibatnya, karena uang yang ada tidak di alirkan ke
sektor riil maka meskipun adanya investasi, output yang dihasilkan tidak
mengalami peningkatan.

Lampiran 2

28

Tahun 2013 Ekonomi Indonesia Hanya 5,78 Persen
Rabu, 5 Februari 2014 | 12:21 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus turun.
Setelah mencapai pertumbuhan ekonomi 6,5 persen pada 2011, dan 6,23 persen
pada 2012, pertumbuhan ekonomi 2013 berada dibawah 6 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang
2013 sebesar hanya 5,78 persen. Angka tersebut turun dibandingkan sepanjang
2013 sebesar 6,23 persen.
Kepala BPS Suryamin memaparkan, pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2013
sebesar 5,72 persen, atau mengalami penurunan 1,42 persen dibanding kuartal III2013. "Triwulan empat ini dari pengalaman selalu lebih rendah dibanding triwulan
tiga setiap tahunnya," kata Suryamin, di Kantor BPS, Rabu (5/2/2014).
Kendati mengalami penurunan, Suryamin mengatakan ekspor pada triwulan IV2013 menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Hal ini disebabkan negaranegara yang tadinya terdampak krisis global seperti China dan Amerika Serikat
mulai pulih. Bakan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang tadinya
diprediksikan hanya 1,6 persen, realisasinya 1,9 persen.

29

"Ini artinya perekonomian global berdampak pada ekonomi kita, terutama untuk
ekspor dan sektor lain seperti wisatawan mancanegara," terang dia.
Lebih lanjut dia mengatakan, pertumbuhan terjadi di semua sektor ekonomi
dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar
10,19 persen, dengan nilai Rp 292,4 triliun. Berturut-turut disusul sektor
keuangan, real estate dan jasa perusahaan dengan pertumbuhan 7,56 persen,
dengan nilai Rp 272,1 triliun. Sektor ketiga yang mengalami pertumbuhan
signifikan adalah konstruksi, di mana mencatat pertumbuhan 6,57 persen dengan
nilai Rp 182,1 triliun. Sementara itu pertumbuhan sektor pertambangan dan
penggalian tercatat paling kecil sebesar 1,34 persen dengan nilai Rp 195,7 triliun.
"Gadget membuat pertumbuhan signifikan di sektor komunikasi menjadi paling
tinggi. Pembangunan real estate positif, demikian juga dengan lembaga keuangan.
Konstruksi tumbuh positif karena ini berkaitan dengan pembangunan infrastruktur
dari tahun ke tahun. Terutama yang dilakukan pemerintah dalam rangka MP3EI,"
jelas Suryamin.
Sedangkan jumlah total produk domestik bruto (PDB) sepanjang 2013 adalah Rp
9.084 triliun Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB). Sedangkan PDB Atas Dasar
Harga Konstan (tahun 2000) adalah Rp 2.770,3 triliun.
Untuk kuartal-IV 2013 sendiri PDB ADHB sebesar Rp 2.367,9 triliun, dan ADHK
sebesar Rp 699,9 triliun. Angka ini naik dibanding kuartal-IV 2012, dimana PDB
ADHB sebesar Rp 2.092,4 triliun, dan ADHK sebesar Rp 662,1 triliun.26
Analisis:

26

Diakses pada hari jumat, 20 Juni 2014, dari
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/02/05/1221161/Tahun.2013.Ekonomi.Indonesia.H
anya.5.78.Persen
30

Dari berita diatas, kita bisa melihat ternyata perekonomian global sangatlah
berdampak terhadap petumbuhan ekonomi, salah satunya adalah perdagangan
bebas. Hal tersebut bisa kita lihat ketika perekonomian Amerika dan Cina
mengalami perbaikan. Saat ekonomi Amerika dan Cina naik, maka ekspor dan
beberapa sektor wisata mancanegara mengalami peningkatan.
Peradagangan bebas menjadi salah satu pemicu meningkatnya produktivitas
dalam negeri, ketika demand terhadap produk lokal naik, maka output yang
dihasilkanpun akan bertambah banyak. Hal tersebut menyebabkan nilai PDB naik
sehingga naiknya nilai PDB berdampak pada meningkatnya pertumbuhan
ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

31

Amalia, Euis. 2010. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Depok: Gramata.
Mankiw, N. Gregory., Euston Quah., Peter Wilson. 2012. Principles of Ekonomics
An ASIAN Edition. Jakarta: Salemba Empat.
Rahardja, Prathama., Mandala Manurung. 2008. Teori Ekonomi Makro. Jakarta:
LP-FEUI.
Sukirno, Sadono. 2000. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: Rajawali Pers.

32