Window Shopping : Model Pembelajaran yang Unik dan Menarik

  Edisi 04 No. 03, Juli

  • – September 2017, p. 27 - 34

  Paper Riset / Paper Riset Singkat / Catatan Tenis / (delete yang tidak perlu)

Window Shopping : Model Pembelajaran yang Unik dan

1 Menarik

  

Maslichah Kurdi

  

1Widyaiswara Ahli Madya Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Banten

(Diterima 5 Juli 2017; Direvisi 12 Juli 2017; Disetujui 20 Juli 2017;

Diterbitkan 11 Agustus 2017)

  Abstrak: Telah dilakukan pengamatan tingkat antusiasme peserta pelatihan dalam proses

  pembelajaran melalui penerapan model: Buzz Group Discussion; Role Playing; dan

  Window Shopping. Pengamatan dilakukan pada bulan Pebruari

  • – April 2018 di kelas diklat prajabatan golongan II di lingkungan Pemerintah Povinsi Banten, dengan subyek peserta latih sebanyak 200 orang terbagi dalam 5 kelas, tiap kelas terdiri dari 40 orang, pada materi ASN sebagai Pelayan Masyarakat. Metoda pengamatan menggunakan polling atas dua butir pertanyaan sederhana, kemudian jawaban diolah dan dikelompokkan dalam prosen (%). Pengamatan bertujuan untuk menemukan model pembelajaran yang lebih disukai oleh peserta latih, serta untuk memahami keunggulan dan kelemahannya. Meski saat di dalam kelas bisa dilihat dan dirasakan model pembelajaran tersebut sama-sama mampu memancing antusiasme peserta, mampu mendorong peserta untuk lebih

  involved, namun hasil pengamatan menunjukkan model pembelajaran Window Shopping

  ternyata memperoleh nilai lebih tinggi dibandingkan dua model lainnya. Nilai tertinggi (41.5%) untuk Window Shopping; nilai sedang (31.0%) untuk Role Playing, dan nilai terendah (27.5%) untuk Buzz Group Discussion.

   Buzz Group Discussion; Role Playing; Window Shopping; antusiasme; polling.

  Keywords: ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ Corresponding author: Maslichah Kurdi, E-mail

  Pendahuluan

  Bila Anda mengajar di sebuah kelas diklat prajabatan, dapatkah Anda bayangkan suasana belajar seperti apa yang tercipta, manakala pesertanya pasif, pandangan tidak fokus, komunikasi berjalan satu arah, dan gesture menunjukkan kurangnya semangat mengikuti kegiatan pembelajaran. Nah suasana kelas seperti inilah yang menggelitik penulis untuk melakukan pengamatan agar dapat menjawab pertanyaan mengapa suatu kelas bisa berjalan sangat dinamis sementara kelas lain melempem. Tiga model pembelajaran yang penulis terapkan dalam pengamatan yaitu: Buzz Group Discussion; Role Playing; Window Shopping merupakan tipe-tipe pembelajaran kooperatif. Menurut pendapat Lie(2008: 29)

  Pembelajaran Kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan sesama peserta dalam tugas-tugas yang terstruktur. Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan belajar kelompok yang dilakukan asal-asalan. Menurut Sardiman (2011: Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar) Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan belajar yang diorganisasi. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang menantang dan merangsang para peserta didik, memberi rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujuan

yang diharapkan. Uraian berikut menjelaskan pengertian dari masing-masing metoda.

1. Group Discussion Buzz

  “ Afrom a larger group to talk about ideas,

  to problems ” (Cambridge English Dictionary).

  Pada awalnya metoda ini dinamai Phillip 66 karena selalu terdiri dari 6 kelompok yang beranggotaan enam orang dan berdiskusi selama enam menit dan dikembangkan oleh

  J. Donald Phillip. Tapi kemudian phillips 66 berubah menjadi Buzz Group atau Buzz Sesion karena jumlah tidak selalu enam kelompok begitu juga anggotanya tidak harus

  enam, bisa lebih dari enam orang dan waktu diskusi bisa lebih dari enam menit. Buzz berasal dari “bahasa inggris” yang berarti dengung. Jadi bisa dikatakan Buzz Group

  yang berdengung.

  karena saat diskusi ada suara riuh seperti suara lebah

  Menurut Agus (2011) kelompok Buzz (Buzz Groups) adalah suatu kelompok yang dibagi kedalam beberapa kelompok kecil (sub-groups) masing-masing terdiri dari 3-6 peserta dalam tempo yang singkat untuk mendiskusikan suatu topik atau memecahkan suatu masalah. Kelompok yang kecil itu akan melaporkan hasil dari kelompok mereka kepada kelompok besar dan kemudian pada diskusi kelas . Metode ini dilakukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri; yaitu dengan kebiasaan untuk beragumentasi yang dilakukan antar sesama peserta dalam kelompok diskusi, sehingga mendorong keberanian dan rasa percaya diri mengajukan pendapat maupun mencari solusi pemecahan.

  2. Role Playing “A technique in training or behavior for various situations”

  (Webster Dictionary)

  Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan ajar melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan peserta didik yang dilakukan dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, bergantung kepada apa yang diperankan (Departemen Pendidikan Nasional, 2002).

  3. Window Shopping Window Shopping is the activity of spending time looking at the goods on sale in shopwindows withou ( Cambridge English Dictionary). t intending to buy any of them”

  Menurut Rahma, W (2017 : Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia , Vol. 2, No. 2) Window Shopping adalah model pembelajaran berbasis kerja kelompok dengan melakukan berbelanja keliling melihat-lihat hasil karya kelompok lain untuk menambah wawasannya. Berdasar salah satu praktik pembelajaran terbaik dilakukan di SDN 2 Banjarnegara Jawa Tengah menggambarkan bahwa, “model pembelajaran kooperatif tipe window shopping (belanja hasil karya) akan mengantarkan siswa pada penanaman karakter kerjasama, keberanian, demokratis, rasa ingin tahu, interaksi antar teman, dan bertanggung jawab (USAID, 2015). Siswa dapat berbelanja secara aktif dan dinamis dengan memajang hasil karya secara kreatif. Dua orang dari masing- masing kelompok menjaga hasil karya mereka (menjaga stand/toko). Anggota kelompok lainnya mengunjungi stand untuk melihat hasil karya kelompok lainnya (berbelanja) dengan memberi komentar dan penilaian sehingga setiap peserta dalam kelompok dapat memicu kreativitasnya. Pembelajaran seperti ini dapat menimbulkan situasi yang menyenangkan, tetapi tetap efektif sesuai tujuan pembelajaran yang dicapai.

  Keunikan yang terdapat dalam model pembelajaran ini peserta tidak hanya melihat- lihat hasil pekerjaan kelompok lain tetapi juga mencatat hasil pekerjaan tersebut untuk saling berbagi dengan anggota kelompoknya. Sehingga setiap anggota atau kelompok tamu yang berkunjung juga berbelanja ilmu atau mendapatkan ilmu untuk oleh-o leh anggota lainnya khususnya anggota yang bertugas sebagai “penjaga stand / toko”. Pada dasarnya penerapan metoda apapun tujuannya adalah untuk menciptakan suasana senang dan gembira sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang optimal. Leslie (2001:242) menulis :

  “apapun yang anda pilih untuk berfokus secara aktif pada peningkatan kesenangan di tempat kerja, maka hasil-hasil yang diperoleh akan memberi anda sebuah gambaran bagus mengenai suksesnya perpaduan antara kesenangan dan kerja dala m hidup anda”.

  Pembahasan

  Untuk melakukan pengamatan ini perlu dipersiapkan langkah-langkah sebagai berikut :

  1. Perencanaan Pengamatan, meliputi :

  a. Pembuatan instrumen pengamatan (lembar pertanyaan) b. Pembuatan tabel untuk pengolahan data responden

  c. Pembuatan schedule pengamatan berdasarkan jadwal mengajar d. Penyiapan referensi untuk sumber bacaan / pustaka

  e. Berkomunikasi dengan Masterclass tentang rencana pengamatan

  2. Pelaksanaan Pengamatan

  a. Bersama masterclass menyiapkan perlengkapan pengamatan b. Mengarahkan masterclass yang akan bertindak sebagai observer

  c. Memberikan arahan kepada peserta tentang cara pengisian kuesioner d. Mengumpulkan lembar kuesioner yang telah diisi

  3. Pengolahan Data a. Memeriksa data, memindahkan data ke tabel untuk dikalkulasi.

  b. Membuat diagram yang menggambarkan posisi perolehan nilai

  4. Penulisan Hasil Pengamatan Instrument Pengamatan

  Bentuk Pertanyaan yang dimintakan jawaban peserta adalah sebagai berikut :

  1. Setelah mengikuti pembelajaran materi ASN sebagai Pelayan Masyarakat, manakah metoda yang paling menarik menurut Saudara : a) Buzz Group Discussion :

  b) Role Playing :

  c) Window Shopping :

  2. Berikan alasan mengapa memilih metoda itu ?

  a) ………………………………………………………………

  b) ……………………………………………………………… Hasil pengumpulan data dihitung dan ditabulasikan dalam tabel berikut :

  Tabel 01: Persentase pilihan model pembelajaran Angkatan (Kelas BGD RP WS ) K1

  9

  21

  10 K2

  14

  10

  16 K3

  11

  9

  20 K4

  8

  12

  20 K5

  13

  10

  17 Jumlah

  55

  62

  83 Persentase (%) 27.5 % 31.0 % 41.5 %

  • BGD : Buzz Group *RP : Role Playing *WS : Window Shopping

  Pilihan Model Pembelajaran

  90

  83

  80

  70

  62

  55

  60 BGD

  50 RP

  40 WS

  30

  21

  20

  20

  17

  16

  20

  14

  13

  12

  

11

  10

  10

  10

  9

  9

  8

  10 K1 K2 K3 K4 K5 Jumlah Tabel 02 : Jumlah Kelas (K) dan Jumlah peserta yang memilih pembelajaran BGD

  (Buzz Group Discussion); RP (Role Playing); dan WS (Window Shopping)

  Persentase Pilihan model Pembelajaran WS BGD 41% 28%

  RP 31% Kesimpulan

  Dari pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa :

  1. Metoda pembelajaran Window Shopping lebih disukai dibandingkan dengan metoda Role Playing dan Buzz Group Discussion. Meskipun perbedaan nilai tidak terlalu signifikan.

  2. Adanya tutor sebaya menjadi daya tarik peserta untuk berperan lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan meringankan peran widyaiswara karena tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar.

  3. Adanya kelompok tamu menjadi keunikan tersendiri karena perannya tidak hanya berkunjung melihat-lihat hasil pekerjaan kelompok lain tetapi juga mencatat hasil pekerjaan tersebut untuk dibagi (sharing) kepada anggota di kelompoknya.

  4. Peserta berkemampuan tinggi dapat membantu rekan peserta lainnya yang berkemampuan kurang dalam menyelesaikan tugas dan memahami konsep.

  5. Makin tinggi antusiasme semakin tinggi pula ketertarikan dan keinginan untuk involved dalam pembelajaran, terlihat dari cara peserta menjelaskan hasil kerja kelompoknya kepada siswa yang bertanya.

  Rekomendasi

1. Metoda Window Shopping sebaiknya dilakukan di bagian penghujung pada sessi terakhir setelah seluruh pokok bahasan disampaikan oleh Narasumber.

  2. Penghargaan kepada kelompok yang berhasil keluar sebagai kelompok terbaik, sebaiknya tidak hanya berupa perolehan nilai, tetapi diberikan pula sebuah tanda- mata misalnya buku bacaan ringan, flash disk, atau souvenir unik sebagai kejutan.

  3. Meminta bantuan masterclass untuk merekam dalam video, proses berlangsungnya kegiatan Window Shopping dan kemudian rekaman ini diputar

dan ditonton bersama sebagai closing penutup pembelajaran.

  Referensi 1. Sardiman. 2011. Interaksi& Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

  2. Rahma, W. 2017. Pengaruh penggunaan metode kooperatif window shopping

  terhadap partisipasi bimbingan konseling klasikal. Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 2, No. 2, April.

3. Leslie, Y. 2001: Fun Works, Creating Places Where People Love to Work. Alih Bahasa oleh Ferdinandus Untoro Ardi. Buana Ilmu Populer, Jakarta.

  4. http://bidandiah.blogspot.com/2011/11/model-pembelaran-kooperatif- tipe twostay Twostray..html 5. http://goeswarno.blogspot.com/2011/11/model-pembelajaran- windowshopping.html