Binjai Shopping Mall : Arsitektur Metafora

(1)

BINJAI SHOPPING MALL

(ARSITEKTUR METAFORA)

LAPORAN PERANCANGAN TKA 490 – STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER A TAHUN AJARAN 2013/2014

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

oleh

HARIS ABADSYAH

090406037

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014


(2)

LAPORAN PERANCANGAN TKA 490 - TUGAS AKHIR

SEMESTER A TAHUN AJARAN 2013 / 2014

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur

Oleh

HARIS ABADSYAH

090406037

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014


(3)

Oleh :

HARIS ABADSYAH 09 0406 037

Medan, Oktober 2014

Disetujui Oleh :

Pembimbing

Hajar Suwantoro, ST. MT. NIP.19790203 200501 1 001

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. N. Vinky Rahman, MT. NIP.19660622 199702 1 001


(4)

Nama : Haris Abadsyah

NIM : 09 0406 037

Judul Proyek Tugas Akhir : Binjai Shopping Mall

Tema : Arsitektur Metafora

Rekapitulasi Nilai :

A B+ B C+ C D E

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :

No. Status Waktu Pengumpulan

Laporan

Paraf Pembimbing

Koordinator TKA-490

1. Lulus Langsung

2.

Lulus Melengkapi

3. Perbaikan Tanpa

Sidang

4. Perbaikan Dengan

Sidang

5. Tidak Lulus

Medan, Oktober 2014 Ketua Departemen Arsitektur,

Ir. N

.

Vinky Rahman, MT. NIP : 19660622 199702 1 001

Koordinator TKA-490,

Wahyuni Zahrah, ST. MS. NIP : 19730819 200004 2 001


(5)

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih karunia-Nya yang selalu menyertai sehingga saya dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Laporan Studio Tugas Akhir ini berisikan antara lain : pengumpulan data melalui studi literatur dan dari berbagai narasumber, telaah, analisa dan penyusunan landasan landasan teoritis (konseptual) bagi tahap perancangan serta gambar -gambar rancangan.

Selama proses hingga selesainya laporan ini, penulis tidak terlepas dari berbagai pihak yang turut andil dalam menyukseskannya. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

• Bapak Hajar Suwantoro, ST. MT. sebagai Dosen Pembimbing atas bimbingan, dukungan, dan semangat yang sangat berarti dan selalu memberikan motivasi dari awal hingga akhir.

• Ibu Wahyuni Zahrah, ST. MS. selaku Ketua Koordinator Studio Tugas Akhir Semester A TA. 2013/2014 yang selalu memberikan bimbingan dan selalu menyemangati, tidak hanya untuk saya tetapi juga untuk seluruh mahasiswa Tugas Akhir. Nasehat dan ajaran Ibu akan selalu saya ingat.

• Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT. Sebagai Ketua Jurusan Arsitektur USU. • Bapak Ir. Rudolf Sitorus, MLA. Sebagai Sekretaris Jurusan Arsitektur USU. • Seluruh Staf pengajar Bapak Ibu Dosen Arsitektur Universitas Sumatera Utara

atas semua kritik dan sarannya selama asistensi.

• Orang tua saya yang tercinta Ibu Bivan Diari Dwi Putri dan Bapak Drs. Syahril Sagala. Terima kasih buat doa, cinta, dan dukungan yang selalu menyertai selama saya hidup.

• Kakak saya, Rafika Anggraeni, SE. yang selalu memberikan contoh yang baik untuk adiknya, selalu memberikan dukungan dan doa.


(6)

Florine, Bonyta, Sesilia, Aci, dan Aya.

• Sahabat saya, Angela Christysonia Tampubolon, ST. yang turut membantu saya mulai dari pendaftaran Tugas Akhir sampai pada selesainya Tugas Akhir ini. • Teman-teman seperjuangan satu kelompok sidang, Dwiki, Desi, Agatha, Kak

Heni. Terimakasih atas semangat, kebersamaan dan suka duka yang kita lewati bersama dari awal hingga akhir.

• Teman-teman Arsitektur 2009 yang saya cintai, terimakasih atas dukungan dan semangat, kebersamaan dan suka duka selama kuliah di Arsitektur USU.

• Abang dan kakak senior dan alumni, terutama angkatan 2006, yang telah memberikan semangat dan masukan buat adik-adiknya.

• Adik-adik 2012 yang saya sayangi, Husni, Yogi, Fitra, Iwan, Mukhlis, Risol, Ricky, Boden, Prilsa, Ester, Pina, Yola, Ayu, dkk. Terima kasih untuk dukungan selama menjalani proses Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang sifatnya m embangun sangat diharapkan untuk kelengkapan dan terwujudnya kesempurnaan sebagaimana dimaksud.

Akhir kata, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.

Hormat Penulis,


(7)

LEMBARAN PENGESAHAN

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR (SHP2A)...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR GAMBAR...vii

DAFTAR TABEL...ix

ABSTRAK...x

BAB I PENDAHULUAN...1

I.1 Latar Belakang...1

I.2 Maksud dan Tujuan ...4

I.3 Masalah Perancangan ...4

I.4 Lingkup dan Batasan Proyek ...4

I.5 Kerangka Berpikir ...6

I.6 Sistematika Penulisan Laporan...7

BAB II DESKRIPSI PROYEK...8

II.1 Terminologi Judul ...8

II.2 Tinjauan Umum...9

II.2.1 Pusat Perbelanjaan ...9

II.3 Tinjauan Lokasi ...16

II.3.1 Kriteria Pemilihan Lokasi...16

II.3.2 Rencana Sistem Pusat Kegiatan...17

II.3.3 Deskripsi Kondisi Tapak Terpilih ...20

II.3.3.1 Analisa Penetapan Lokasi...20

II.3.3.2 Deskripsi Tapak ...23

II.4 Tinjauan Fungsi ...24

II.4.1 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan ...24

II.4.2 Deskripsi Kebutuhan Ruang ...29

II.4.3 Deskripsi Persyaratan Ruang dan Kriteria Ruang ...30


(8)

BAB III ELABORASI TEMA...36

III.1 Pengertian Tema ...36

III.1.1 Arsitektur ...36

III.1.2 Pengertian Metafora...36

III.1.3 Identifikasi Metafora ...38

III.1.4 Analogi Metafora...40

III.2 Interpretasi Tema ...42

III.3 Keterkaitan Tema dengan Judul ...43

III.4 Studi Banding Proyek Tema Sejenis ...43

III.4.1 Opera House, Sydney, Australia...43

III.4.2 Ex Plaza, Jakarta, Indonesia ...44

III.4.3 Museum of Fruit, Yamanshi, Jepang ...46

III.4.4 Dekanat F. N. G. Institut Seni Indonesia Yogyakarta ...47

BAB IV ANALISA ...48

IV.1 Analisa Fungsional ...48

IV.1.1 Analisa Studi Kelayakan...48

IV.1.2 Analisa Perkiraan Jumlah Pengunjung ...50

IV.1.3 Program Ruang ...51

IV.2 Analisa Lingkungan...56

IV.2.1 Eksisting ...56

IV.2.2 Tata Guna Lahan...57

IV.2.3 Generator Aktivitas...58

IV.2.4 Sirkulasi dan Pencapaian ...58

IV.3 Analisa Tapak IV.3.1 Pergerakan Matahari ...60

IV.3.2 Kebisingan ...62

IV.3.3 Vegetasi63 IV.3.4 Sirkulasi Pedestrian ...64


(9)

IV.3.7 View ke Dalam ...67

IV.3.8 View ke Luar ...68

IV.3.9 Skyline ...69

IV.3.10 Analisa Kompetitor ...70

BAB V KONSEP PERANCANGAN...71

V.1 Penerapan Tema Pada Bangunan ...71

V.2 Konsep Ruang Luar ...72

V.2.1 Konsep Zoning Site ...72

V.2.2 Konsep Entrance dan Sirkulasi Bangunan...73

V.2.3 Konsep Open Space ...74

V.3 Konsep Sirkulasi Ruang Dalam...76

V.3.1 Sirkulasi Horizontal ...76

V.3.2 Sirkulasi Vertikal ...76

V.4 Konsep Struktur Bangunan...77

V.4.1 Pondasi ...77

DAFTAR PUSTAKA...78


(10)

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir...6

Gambar II.1 Peta Rencana Pembagian Sistem Pusat Kota...17

Gambar II.2 Rencana Pengembangan Fungsi Kegiatan Kota Binjai ...18

Gambar II.3 Rencana Pengembangan Fungsi Kegiatan Kota Binjai ...20

Gambar II.4 Lokasi A...20

Gambar II.5 Lokasi B ...21

Gambar II.6 Lokasi C ...21

Gambar II.7 Paris Van Java Mall ...34

Gambar II.8 Mall at Milenia...35

Gambar III.1 Sydney Opera House ...44

Gambar III.2 Bentuk Sydney Opera House ...44

Gambar III.3 Ex Plaza Jakarta ...45

Gambar III.4 Ex Plaza Jakarta ...45

Gambar III.5 Museum of Fruit ...46

Gambar III.6 Bentuk Museum of Fruit...47

Gambar IV.1 Eksisting...56

Gambar IV.2 Tata Guna Lahan...57

Gambar IV.3 Generator Aktivitas...58

Gambar IV.4 Sirkulasi dan Pencapaian ...59

Gambar IV.5 Pergerakan Matahari ...60

Gambar IV.6 Kebisingan ...62

Gambar IV.7 Vegetasi ...63

Gambar IV.8 Sirkulasi Pedestrian...64

Gambar IV.9 Sirkulasi Kendaraan ...65

Gambar IV.10 Keistimewaan Alami Tapak...66

Gambar IV.11 View ke Dalam ...67


(11)

Gambar V.1 Penerapam Tema...71

Gambar V.2 Konsep Zoning Site ...72

Gambar V.3 Konsep Entrance dan Sirkulasi Bangunan...73

Gambar V.4 Konsep Open Space ...74

Gambar V.5 View Bangunan...76


(12)

Tabel II.1 Tabel Kriteria Pemilihan Lokasi ...17

Tabel II.2 Fungsi Pengembangan tiap SPK di kota Binjai ...19

Tabel II.3 Penilaian Lokasi...28

Tabel II.4 Persyaratan dan Kriteria Ruang ...30

Tabel II.5 Standarisasi ukuran bak cuci kamar mandi...32

Tabel II.6 Tabel Perbandingan ...35

Tabel IV.1 Perkiraan Kebutuhan Fasilitas Menurut Jenisnya Di Kota Binjai Tahun 2008-2029 ...48

Tabel IV.2 Kebutuhan fasilitas skala kota ...49

Tabel IV.3 Program Ruang Fasilitas Publik ...51

Tabel IV.4 Program Ruang Fasilitas Berbelanja...51

Tabel IV.5 Program Ruang Fasilitas Rekreasi (Hiburan) ...53


(13)

Abstrak

Kota Binjai memiliki potensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi khususnya di bidang perdagangan dan jasa. Hal ini dapat dilihat dari mulai munculnya bangunan-bangunan komersil seperti pusat perbelanjaan ( Binjai Super Mall, Ramayana dan Suzuya ), dan ruko. Pembangunan

Binjai Shopping Mall dimaksudkan agar merencanakan pusat perbelanjaan baru yang menyediakan kebuthan masyarakat di Kota Binjai dan juga merencanakan pusat perbelanjaan dengan pengolahan ruang yang optimal serta menciptakan suasana nyaman dan menyenangkan. Selain itu juga pembangunan

Binjai Shopping Mall dimaksudkan juga untuk melengkapi keberadaan mall di Kota Binjai dikarenakan berdasarkan hasil survey dirasa belum mencukupi karena belum adanya pusat perbelanjaan /mall di Binjai yang menyedikan barang barang yang lengkap, hal ini tidak diimbangi dengan antusias masyarakat Kota Binjai akan berbelanja. Fasilitas fasilitas yang terdapat di Binjai Shopping Mall ini antara lain meliputi Coffee shop dan Café untuk mendukung kegiatan berbelanja para pengunjung. Desain Bangunan Binjai

Shopping Mall dirancang dengan menganalogikan karakter fisik dari buah rambutan sebagai

identitas utama kota Binjai

Kata Kunci : Berbelanja, Binjai, Mall

Abstract

City of Binjai have a potential to increase economic growth, especially in the field of trade and services.It can be seen from appearance of the commercial building like the shopping center ( Binjai Super Mall, Ramayana and Suzuya ) Construction of Binjai Shopping Mall intended for planning new shopping centers that provide public kebuthan in Binjai and well planned shopping center with optimal processing space and create a comfortable and pleasant atmosphere. In addition, the construction of Binjai Shopping Mall is also intended to complement the mall in Binjai City is because according to the survey felt inadequate because of the lack of a shopping center / mall in Binjai provide goods are complete, this is not offset by an enthusiastic community Binjai will shop.The Facility that include in Binjai Shopping Mall including coffee shop and café to support the activities of shopping visitors. Shopping Mall Building Design Binjai designed to analogize the physical character of rambutan as the main identity Binjai city.


(14)

Abstrak

Kota Binjai memiliki potensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi khususnya di bidang perdagangan dan jasa. Hal ini dapat dilihat dari mulai munculnya bangunan-bangunan komersil seperti pusat perbelanjaan ( Binjai Super Mall, Ramayana dan Suzuya ), dan ruko. Pembangunan

Binjai Shopping Mall dimaksudkan agar merencanakan pusat perbelanjaan baru yang menyediakan kebuthan masyarakat di Kota Binjai dan juga merencanakan pusat perbelanjaan dengan pengolahan ruang yang optimal serta menciptakan suasana nyaman dan menyenangkan. Selain itu juga pembangunan

Binjai Shopping Mall dimaksudkan juga untuk melengkapi keberadaan mall di Kota Binjai dikarenakan berdasarkan hasil survey dirasa belum mencukupi karena belum adanya pusat perbelanjaan /mall di Binjai yang menyedikan barang barang yang lengkap, hal ini tidak diimbangi dengan antusias masyarakat Kota Binjai akan berbelanja. Fasilitas fasilitas yang terdapat di Binjai Shopping Mall ini antara lain meliputi Coffee shop dan Café untuk mendukung kegiatan berbelanja para pengunjung. Desain Bangunan Binjai

Shopping Mall dirancang dengan menganalogikan karakter fisik dari buah rambutan sebagai

identitas utama kota Binjai

Kata Kunci : Berbelanja, Binjai, Mall

Abstract

City of Binjai have a potential to increase economic growth, especially in the field of trade and services.It can be seen from appearance of the commercial building like the shopping center ( Binjai Super Mall, Ramayana and Suzuya ) Construction of Binjai Shopping Mall intended for planning new shopping centers that provide public kebuthan in Binjai and well planned shopping center with optimal processing space and create a comfortable and pleasant atmosphere. In addition, the construction of Binjai Shopping Mall is also intended to complement the mall in Binjai City is because according to the survey felt inadequate because of the lack of a shopping center / mall in Binjai provide goods are complete, this is not offset by an enthusiastic community Binjai will shop.The Facility that include in Binjai Shopping Mall including coffee shop and café to support the activities of shopping visitors. Shopping Mall Building Design Binjai designed to analogize the physical character of rambutan as the main identity Binjai city.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1.Latar Belakang

Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang semakin maju di Indonesia. Di provinsi Sumatera Utara terdapat beberapa kota yang dimana sektor-sektor perekonomian mulai mengalami laju pertumbuhan walaupun masih mengalami fluktuasi.

Kota Binjai adalah salah satu kota besar di provinsi Sumatera Utara yang memiliki jumlah sebanyak 248.456 jiwa pada tahun 2012. Adapun sektor-sektor perekonomian yang menjadi andalan di kota ini adalah pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik gas dan air bersih, bangunan/konstruksi, perdagangan,hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan jasa-jasa.

Dari data yang bersumber dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Sumatera utara ( Bappedasu ), permasalahan kota Binjai dalam bidang ekonomi adalah keterbatasan dana pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan perkembangan kota, sehingga perlu lebih dioptimalkan lagi peran swasta/investor dan bantuan lainnya.

Sehubungan dengan kota Medan yang sedang meningkatkan investasi, maka untuk menarik investor, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, pemerintah menerapkan berbagai strategi dalam mengembangkan serta mempromosikan kota, salah satu langkkah tersebut adalah dengan perluasan area kota Medan dengan konsep MEBIDANGRO ( Medan, Binjai, Deli Serdang, Tanah Karo ) sebagai satu kesatuan, sehingga pembangunan kota tidak hanya terpusat pada pusat kota.

Proyeksi jumlah penduduk kota Binjai Tahun 2008-2029 terus bertambah, dari Kecamatan Binjai Selatan, Kota, Timur, Utara, dan Binjai Barat.1

Dapat disimpulkan bahwa laju pertumbuhan penduduk dikota Binjai mengalami peningkatan. Perkembangan penduduk yang tinggi menyebabkan tingginya tingkat pertumbuhan kebutuhan akan fasilitas dan utilitas kota.

Kondisi perekonomian kota Binjai dilihat dari struktur PDRB riil kota Binjai yang menunjukkan karakteristik sebagai berikut :2

1

Bab 4 Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kota Binjai 2


(16)

a) Perekonomian kota Binjai mengandalkan sektor manufaktur sebagai andalan utama b) Aktivitas perdagangan, perkantoran dan sosial masyarakat merupakan andalan

berikutnya.

Kota Binjai memiliki potensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi khususnya di bidang perdagangan dan jasa. Hal ini dapat dilihat dari mulai munculnya bangunan-bangunan komersil seperti pusat perbelanjaan ( Binjai Super Mall, Ramayana dan Suzuya ), dan ruko.

3

Struktur ekonomi suatu wilayah dapat dilihat dari besarnya persentase nilai bruto dari masing-masing sektor perekonomian yang ada terhadap nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Semakin besar persentase suatu sektor maka semakin besar pula pengaruh sektor tersebut didalam mempengaruhi perkembangan ekonomi suatu daerah, dengan cara mengelompokkan sembilan sektor ekonomi menjadi 3 (tiga), yaitu :

1. Sektor primer ( pertanian, pertambangan dan penggalian )

2. Sektor sekunder ( industri, listrik, gas dan air bersih, konstruksi )

3. Sektor tersier ( perdagangan, hotel dan restoran, komunikasi, lembaga keuangan, persewaan, jasa perusahaan, jasa-jasa )

4

Perkembangan perekonomian kota Binjai semenjak 2001-2006 bertumpu pada sektor tersier dengan kontribusi 53,42 %. Sektor tersier yang mempunyai kontribusi paling besar terutama dari sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Penggunaan lahan untuk aktivitas perdagangan meliputi : a. Pasar

Penggunaan lahan untuk pasar selama ini menimbulkan berbagai permasalahan di kota Binjai. Letaknya yang umumnya berorientasi ke jalan utama serta image yang berkonotasi negatif memberikan pengaruh eksternalitas negatif bagi fungsi-fungsi lain.

Pasar sebaiknya terintegrasi dengan halte dan stasiun bagi transportasi massal serta berada di kawasan sub pusat kota dan pertemuan antara jalan arteri radial dan konsentris serta pertemuan jalan arteri dan kolektor. Lokasi pasar harus berorientasi kedalam blok, bukan ke jalan utama dengan menyediakan ruang terbuka untuk pedagang kaki lima secara terbatas dan teratur.

b. Pusat perbelanjaan (mall)

3

Bab 4 Bantek Pelaksanaan Penataan Ruang Kota Binjai Provinsi Sumatera Utara; struktur ekonomi kota Binjai 4


(17)

Jumlah mall di kota Binjai berada di pusat kota, khususnya di Jalan Soekarno-Hatta, Jalan Sutomo, dan Jalan Sudirman. Untuk keberadaan mall yang ada di kota Binjai berdasarkan hasil survey dirasa belum mencukupi karena belum adanya pusat perbelanjaan/mall di Binjai yang menyediakan barang-barang yang lengkap. Hal ini tidak diimbangi dengan antusias masyarakat kota Binjai akan berbelanja, untuk itulah diperlukan sebuah pusat perbelanjaan yang menyediakan fasilitas lebih lengkap daripada pusat perbelanjaan/mall sebelumnya.

Berdasarkan masalah dan kondisi pusat perekonomian/mall yang ada di kota Binjai, maka diperlukan suatu pusat perbelanjaan/mall di kota Binjai guna meningkatkan kualitas perekonomian kota dan menciptakan pemerataan penduduk di provinsi Sumatera Utara agar tidak terjadi penumpukan jumlah penduduk di satu kota saja yang disebabkan pembangunan yang hanya terpusat pada pusat kota.

Faktanya bahwa mall dapat memberikan beberapa kontribusi positif terhadap negara ini. Kita lihat beberapa diantaranya :5

a. Mall memberikan peningkatan pendapatan negara dalam bentuk pajak, karena adanya aktivitas ekonomi disitu. Aktivitas ekonomi yang terjadi juga bukanlah main-main karena faktor penggerak transaksi kaum urban yang datang ke mall sudah tentu didominasi kalangan menengah ke atas. Sejatinya mereka bisa mengeluarkan lebih dari 100rb rupiah untuk setiap kedatangan mereka ke pusat perbelanjaan (akumulasi dari parkir, belanja, makan dan minum, atau kegiatan lain seperti nonton bioskop). Ini adalah hal yang sangat menggiurkan terutama untuk pemerintah kita sebagai pendapatan negara. Meningkatnya jumlah orang kaya di tahun 2010 ini dan memboomingnya industri kreatif dapat turut mendongkrak psikologis manusia untuk berbelanja. Berbelanja hal-hal yang mungkin tidak terlalu mereka butuhkan.

b. Mall adalah sebuah lambang pengakuan. Pengakuan dari pihak-pihak; terutama tenant (terlebih jika tenant berasal dari luar negeri) bahwa iklim investasi di Indonesia baik. Menurut indeks investasi dunia, Indonesia masuk dalam peringkat 17 negara yang dapat dijadikan tempat berinvestati. Menyusul kenaikan harga IHSG yang nyaris menembus angka 3000, adalah indikasi-indikasi lain yang menunjukkan bahwa secara makro, negara ini memiliki fundamental ekonomi yang kuat.

5


(18)

Dari pernyataan diatas, maka direncanakanlah proyek pembangunan pusat perbelanjaan/mall, yang perlu dibangun di kota Binjai dengan menerapkan pendekatan desain baru di kota Binjai berupa pusat perbelanjaan dengan konsep terbuka, maka masyarakat kota Binjai juga dapat menjangkau dan mulai merasakan gaya hidup perkotaan yang mulai berkembang.

Maka, pusat perbelanjaan/mall sangat pantas dibangun di kota Binjai sebagai penggerak pusat perbelanjaan baru dengan konsep yang belum pernah ada sebelumnya.

1.2.Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari perencanaan proyek ini adalah :

a. Merencanakan pusat perbelanjaan baru yang menyediakan kebutuhan masyarakat di kota Binjai.

b. Merencanakan pusat perbelanjaan dengan pengolahan ruang yang optimal serta menciptakan suasana nyaman dan menyenangkan.

1.3.Masalah Perancangan

Adapun rumusan masalah dalam perancangan adalah :

a. Lokasi yang sesuai untuk dapat mewujudkan rancangan bangunan yang memuat kegiatan-kegiatan yang diinginkan

b. Pencapaian yang mudah menuju ke lokasi perancangan

c. Merancang bangunan tanpa merusak ekosistem dan lingkungan disekitar d. Menyesuaikan rancangan dengan iklim di kawasan perancangan

e. Perancangan fisik bangunan secara arsitektural yang dapat memberi kenyamanan kepada pengunjung dari berbagai kalangan umur, status sosial, dan ekonomi

1.4.Lingkup dan Batasan Proyek

Lingkup kajian dalam studi kasus adalah perencanaan mall. Sedangkan pembahasan akan dibatasi dari berbagai aspek berikut :

a. Fungsi

Batasan fungsi adalah kegiatan yang akan dilangsungkan dalam bangunan, yaitu kegiatan berbelanja, kuliner, kegiatan hiburan, dan kegiatan pengelola bangunan b. Arsitektural


(19)

Batasan arsitektural yaitu batasan nilai-nilai arsitektur yang akan dibahas nantinya antara lain :

 Bentuk dan ruang, bagaimana gubahan massa, penataan ruang luar dan dalam, serta massa untuk fasilitas pendukung / penunjang,


(20)

1.5.Kerangka Berfikir

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Data Perencanaan:

Data Tapak Studi LiteraturStudi BandingSurvei Lapangan

Latar Belakang:

Perkembangan kota Binjai yang pesat belum diimbangi dengan fasilitas yang menyediakan kebutuhan sehari-hariTingkat kebutuhan masyarakat kota Binjai terhadapa pusat perbelanjaan cukup tinggi

Perlunya suatu fasilitas sebagai penggerak pusat perbelanjaan baru di kota Binjai

Maksud dan Tujuan

Menyediakan pusat perbelanjaan baru yang menyediakan kebutuhan masyarakat kota BinjaiMenciptakan pusat perbelanjaan dengan pengolahan ruang yang optimal

Sebagai alternatif tempat rekreasi

Judul dan Tema Proyek

Judul Perancangan: Binjai Shopping MallTema Perancangan: Arsitektur Metafora

Perumusan Masalah

Lokasi yang sesuai untuk dapat mewujudkan rancanganPencapaian yang mudah untuk mencapai ke lokasiMerancang bangunan tanpa merusak ekosistemMenyesuaikan rancangan dengan iklimPerancangan fisik bangunan secara arsitektural

Analisa

Analisa kondisi tapak

Analisa pengguna, aktivitas, kebutuhan ruang, program ruang

Konsep Perancangan

Konsep dasar

Konsep perancangan tapakKonsep perancangan bangunanKonsep sirkulasi


(21)

1.6.Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika pembahasan ini meliputi bagian sebagai berikut:

BAB I. Pendahuluan

Menjelaskan secara garis besar apa yang menjadi dasar perumusan perancangan yang meliputi: latar belakang, maksud dan tujuan pembahasan, sasaran, pendekatan, batasan masalah, kerangka berpikir dan sistematika pembahasan.

BAB II. Deskripsi Proyek

Berisi terminologi judul, alternatif lokasi, pemilihan lokasi, deskripsi kondisi eksisting, luas lahan, peraturan dan keistimewaan lahan, tinjauan fungsi dan studi banding arsitektur dengan fungsi sejenis.

BAB III. Elaborasi tema

Menjelaskan tentang pengertian tema yang diambil, interpretasi tema, keterkaitan tema dengan judul dan studi banding arsitektur dengan tema sejenis.

BAB IV. Analisa

Berisi analisa kondisi tapak dan lingkungan, analisa fungsional, analisa teknologi, analisa dan penerapan tema dan kesimpulan.

BAB V. Konsep Perancangan

Berisi konsep penerapan hasil analisis komprehensif yang digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah.

BAB VI. Hasil Perancangan

Merupakan hasil gambar rancangan arsitektur dan maket

Daftar Pustaka

Berisi daftar pustaka yang digunakan sebagai literatur selama proses perencanaan dan perancangan kasus proyek.


(22)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

II.1.Terminologi Judul

Judul dari proyek ini adalan “Binjai Shopping Mall”. Berikut ini merupakan

penjelasan terhadap judul kasus proyek tersebut :

Binjai, adalah salah satu kota ( dahulu daerah tingkat II berstatus kotamadya ) dalam wilayah provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Binjai terletak 22 km di sebelah Barat ibukota provinsi Sumatera Utara, Medan.

Shopping, berasal dari bahasa Inggris yaitu shop yang artinya toko/retail, dengan penambahan (ing) sehingga artinya menjadi berbelanja atau membeli sesuatu yang dibutuhkan/diinginkan. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia belanja berarti uang yang akan dikeluarkan untuk keperluan sesuatu. Sedangkan secara harfiah, belanja adalah suatu kegiatan membeli sesuatu untuk kebutuhan hidup yang mencakup kebutuhan primer, sekunder, dan tersier

Mall, adalah jenis dari pusat perbelanjaan yang secara arsitektur berupa bangunan tertutup dengan suhu yang diatur dan memiliki jalur untuk berjalan-jalan yang teratur sehingga berada diantara toko-toko kecil yang saling berhadapan6. Karena bentuk arsitektur bangunannya yang melebar (luas), umumnya sebuah mall memiliki tinggi tiga lantai.

Berdasarkan batasan pengertian diatas, diambil kesimpulan bahwa Binjai Shopping Mall adalah sebuah pusat perbelanjaan yang mencakup banyak kegiatan baik berbelanja, berjalan-jalan, berkumpul, makan, maupun rekreasi yang berada di kota Binjai.

6


(23)

II.2.Tinjauan Umum

Pada sub bab ini akan dibahas mengenai fungsi-fungsi apa saja yang akan dimiliki oleh Binjai Shopping Mall ini.

II.2.1. Pusat Perbelanjaan

Keberadaan sebuah tempat perbelanjaan dalam suatu kota selalu menjadi tempat yang menarik dan mudah diingat karena termasuk tempat yang dikunjungi oleh warga kota tersebut. Istilah pusat perbelanjaan memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah :

a. Bentuk usaha perdagangan individual yang dilakukan secara bersama melalui penyatuan modal dengan tujuan efektivitas komersial ( Beddington, Design For Shopping Centre )

b. Suatu tempat kegiatan pertukaran dan distribusi barang/jasa yang bercirikan komersial, melibatkan perencanaan dan perancangan yang matang karena bertujuan untuk memperoleh keuntungan ( profit ) sebanyak-banyaknya ( Gruen, Centers for the Urban Environment, Survival of the Cities )

c. Kompleks perbelanjaan terencana, dengan pengelolaan yang bersifat terpusat, dengan sistem menyewakan unit-unit kepada pedagang individu, sedangkan pengawasannya dilakukan oleh pengelola yang bertanggung jawab secara menyeluruh ( Beddington, Design For Shopping Centre )

d. Sekelompok kesatuan pusat perdagangan yang dibangun dan didirikan pada sebuah lokasi yang direncanakan, dikembangkan, dimulai, dan diatur menjadi sebuah kesatuan operasi, berhubungan dengan lokasi, ukuran, tipe toko, dan area perbelanjaan dari unit tersebut.

e. Suatu wadah dalam masyarakat yang menghidupkan kota atau lingkungan setempat. Selain berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan berbelanja atau transaksi jual beli, juga berfungsi sebagai tempat untuk berkumpul atau rekreasi

A. Klasifikasi Pusat Perbelanjaan 1. Berdasarkan fungsi dan kegiatan

a. Pusat perbelanjaan murni

Pusat perbelanjaan yang berfungsi sebagai tempat berbelanja dan sebagai tempat pertemuan masyarakat ( community center ) untuk segala urusan, baik untuk bersantai, mencari hiburan.


(24)

b. Pusat perbelanjaan multi fungsi

Fungsi sebagai pusat perbelanjaan dicampur dengan fungsi lain yang berbeda namun saling menunjang dan meningkatkan nilai komersialnya.

2. Berdasarkan lokasi a. Pasar ( market )

Merupakan kelompok fasilitas perbelanjaan sederhana ( toko, kios, dan sebagainya ) yang berada di suatu area tertentu pada suatu wilayah. Fasilitas perbelanjaan ini dapat bersifat terbuka ataupun berada didalam bangunan, biasanya berada dekat kawasan permukiman, merupakan fasilitas perbelanjaan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat di sekitarnya.

o Klasifikasi pasar :

 Pasar tradisional

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-mmenawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar

 Pasar modern

Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namum pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang ( barcode ), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan, sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama

b. Shopping street

Merupakan kelompok sarana perbelanjaan yang terdiri dari deretan toko atau kios terbuka pada suatu penggal jalan. Area perbelanjaan ini merupakan jenis pasar yang berlokasi di sepanjang tepi suatu penggal jalan.


(25)

Jenis perbelanjaan semacam ini biasanya berkembang di kawasan-kawasan wisata atau kawasan pertokoan.

c. Shopping precint

Merupakan kompleks pertokoan terbuka yang menghadap pada suatu ruang terbuka yang bebas. Perbelanjaan ini biasanya tumbuh didekat obyek atau kawasan wisata.

d. Shopping Arcade

Merupakan pusat perbelanjaan dimana terdapat retail atau toko, baik di kedua sisi ataupun satu sisi dengan naungan atau atap yang transparan sehingga menimbulkan suasana gang atau koridor didalamnya. Dan juga restoran pada shopping arcade biasanya mengambil jalan pada arcade sebagai area ruang makannya dengan meletakkan meja makan dan kursi.

e. Shopping center7

Shopping Center sebagai suatu sarana perdagangan terdiri dari berbagai jenis. Bila dilihat dari segi tata bahasa, pengertian pusat perbelanjaan dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Center (Pusat) :

1) Sebuah titik dimana perhatian orang diarahkan.(Oxford

Advanced Learner’s Dictionary)

2) Sebuah tempat dimana aktifitas-aktifitas tertentu

dikonsentrasikan.(Oxford Advanced Learner’s Dictionary)

3) Tempat yang berada ditengah-tengah /mengumpul pada suatu dimana segala sesuatu dipusatkan pada tempat tersebut.

b. Shopping (Perbelanjaan) :

suatu wadah yang menampung kelompok-kelompok dagang dalam

melakukan kegiatan jual beli, penyaluran, pertukaran, dan pertemuan antara

7


(26)

persediaan dan penawaran barang dan saja suatu sistem manajemen yang terencana. (menurut Clivi Darlow dalam endelosed shopping centers).

c. Shopping Center :

1) Adalah suatu kumpulan toko-toko eceran dalam suatu kelompok yang sedikit banyak ada hubungannya satu sama lain disuatu tempat biasanya diciptakan oleh seorang pembangun, yang kemudian menyewakan toko-toko itu kepada orang lain, seringkali persetujuan sewa menyewa itu menetapkan bahwa hanya terdapat satu toko dari jenis dalam pusat perbelanjaan tersebut, bahwa masing masing toko itu akan penjualannya, dan lain-lain.(menurut Drs. Abdul rahman dalam ensiklopedia ekonomi keuangan perdagangan)

2) Adalah sebagai suatu kesatuan bangunan komersil yang dibangun dan didirikan pada suatu lokasi yang direncanakan, dikembangkan, dimulai dan diatur menjadi sebuah kesatuan operasi yang berhubungan dengan lokasi, ukuran, tipe toko dan area perbelanjaan dari unit tersebut. Unit ini juga menyediakan temat parkir yang dibuat menurut tipe dan ukuran total dari toko-toko.(menurut urban institute).

f. Department store

Merupakan wadah perdagangan eceran besar dari berbagai jenis barang yang berada dibawah satu atap. Pada perbelanjaan ini transaksi masih menggunakan tenaga pelayan untuk membantu konsumen memilih dan mencari benda yang dikehendaki. Penataan barang-barangnya memiliki tata letak khusus yang memudahkan sirkulasi dan mencapai kejelasan akses.

g. Supermarket

Merupakan toko yang menjual barang kebutuhan sehari-hari dengan cara pelayanan mandiri ( self service ). Pemilihan dan pencarian produk dilakukan secara mandiri oleh konsumen. Pelayan hanya digunakan untuk membantu proses pembayaran. Jumlah bahan makanan yang dijual pada toko jenis ini kurang dari 15 % dari seluruh barang yang diperdagangkan.


(27)

h. Shopping mall8

Merupakan pengembangan dari pusat perbelanjaan yang dipadukan dengan sarana rekreasi dan hiburan. Dan umumnya bentuknya berupa selasar yang panjang. Barang yang diperdagangkan adalah barang kebutuhan sehari-hari sampai kebutuhan khusus.

a) Tipe-tipe pusat perbelanjaan dan hiburan ( Mall ) Tipe mall digolongkan dalam 3 (tiga) bagian yaitu 6) :

(1) Mall terbuka ( The Open Centre )

Awalnya berkembang di Eropa, daya tarik dari tipe mall ini terletak pada facade bangunan yang mengapit jalur pedestrian.

Mall tipe ini juga memberikan kesan alami, hal ini terlihat pada arcade seperti pohon, semak-semak, bungan dan kursi taman.

Tipe mall ini juga mempunyai kelemahan, utamanya bagi negara yang memiliki 4 (empat) musim. Yaitu adanya hambatan dari iklim, sehingga kegiatan perbelanjaan tidak dapat berlangsung sepanjang tahun.

Mall terbuka dapat dibedakan lagi atas 3 (tiga) jenis, yaitu Full Mall, Transit Mall dan Semi Mall.

(a) Full Mall

Full Mall dihasilkan oleh jalan yang tertutup yang dulunya digunakan oleh lalu-lintas kendaraan dan kemudian

mengembangkan pedestrian atau plaza dengan paving, pohon-pohon, tempat duduk, penerangan dan kenyamanan- kenyamanan lainnya seperti sculpture dan batu-batuan. (b) Transit Mall

Transit Mall dikembangkan dari pemindahan lalu-lintas automobil dan truk pada site jalan dan hanya membiarkan lalu-lintas publik seperti bus dan taxi. Parkir pada jalan dilarang, jalur pejalan kaki diperlebar dan asesories lainnya ditambahkan.

8


(28)

(c) Semi Mall

Pada Semi Mall jumlah lalu-lintas dan parkir dikurangi.

Pengembangan area pedestrian yang akan dihasilkan akan dilengkapi dengan pepohonan, tempat duduk, penerangan dan asesories lainnya.

(2). Mall Tertutup ( The Closed Mall Centre )

Mall tertutup memiliki konsep yang lengkap dimana penjual dan pembeli terlindung dalam satu area tertutup (bangunan) dan tempat pengaturan pengkondisian ruang, sehingga kegiatan jual beli dapat berlangsung sepanjang tahun.

Mall tertutup dapat menjadi community centre bagi kegiatan sosial seperti kegiatan promosi, eksebisi, sekedar tempat berjalan-jalan dan lain-lainnya. Pada dasarnya Mall Tertutup menerapkan konsep mall kedalam bangunan. Konsep ini door street ini diterapkan secara konsekuen, sehingga elemen-elemen luar dan elemen-elemen jalan seperti lampu-lampu jalan hadir secara nyata dalam mall tertutup.

Selain terdapat pengaturan pengkondisian ruang, jenis mall ini juga menggunakan pecahan buatan (artifical lighting) untuk membantu menciptakan suasana yang diinginkan, tetapi ada juga yang menggunakan skylight sebagai salah satu elemen utama mall.

Dalam merencanakan Mall tertutup, terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu :

(a) Magnet/Anchor

Dalam menghidupkan susana dan minat pengunjung, maka suatu perbelanjaan haruslah dibuat unsur penarik yang disebut magnet atau anchor. Magnet tersebut dapat berupa supermarket atau fasilitas rekreasi lainnya seperti cineplex, food court/restorant, playground. Penempatan dari magnet ini dapat bermacam-macam.

Tetapi umumnya penempatan magnet menggunakan pola ‘Pimpong Effect/Dumb Bell’. Dengan adanya pimpong Effect tersebut, membuat


(29)

mall menjadi daerah pergerakan aktivitas yang tinggi sehingga tidak ada retail shop yang tidak dilalui oleh pengunjung.

(b) Tenant Mix

Pengaturan dari pihak-pihak penyewa yang akan menempati retail-retail shop dan anchor, ditempatkan sesuai dengan tingkat ekonomi mayoritas pengunjung dan selera dari pengunjung.

Pengaturan dan penempatan jenis-jenis retail tersebut harus sesuai dengan penempatannya, sehingga antara retail yang satu dengan yang lainnya tidak saling mengganggu.

Perbandingan jumlah antara anchor dan retail-retail tersebut adalah 40 : 60. Hal ini dipertimbangkan dari infestasi dan pengambilan modal. (c) Desain Kriteria

Dalam perencanaan suatu mall haruslah terdapat kriteria-kriteria tertentu bagi para penyewa dalam mengatur retail yang disewanya, agar dapat membentuk satu kesatuan dengan retail-retail lainnya. Juga haruslah memperhatikan orientasi mall kedalam dan tidak banyak bukaan-bukaannya.

Perencanaan suatu mall harus memperlihatkan kesan santai atau rilex, menyenangkan dan mudah dilalui juga harus diperhatikan pintu masuk yang jelas dan pintu keluar dari unit utamanya. Lay Out dari mall dibuat secara sederhana, mudah diidentifikasikan serta tidak membosankan.

(3) Gabungan Mall Terbuka dan Tertutup (The Composite Mall Centere). Merupakan mall yang sebagian terbuka atau sebagian tertutup maksudnya yaitu bahwa selasar disepanjang arcade toko-toko ditutup oleh atap tembus pandang dan ada atap penghubung antara toko-toko yang saling berhadapan. Sehingga tidak semua pedestrian mall perlu ditutup. Hal ini untuk mengantisipasi keadaan dimusim dingin.

Unsur-unsur Pembentuk Lay Out Pusat Perbelanjaan dan Hiburan Paths


(30)

Paths adalah jalur sirkulasi atau jalur pergerakan manusia. Contohnya jalan, pedesterian, dan jalur kereta.

Paths juga berfunsi sebagai penghubung antara beberapa node. Nodes

Nodes adalah pusat dari aktifitas. Baik berupa pertemuan dari paths maupun persilangan dari beberapa paths, atau menunjukkan pada suatu konsentrasi tertentu seperti plaza.

Yang dimaksud dengan Nodes pada bangunan mall adalah anchor tenant (penyewa utama) yang menjadi daya tarik pada konsumen. Perletakan nodes disetiap pengakhiran poreder yang terdapat disetiap lantai suatu mall. Jarak maksimal antara magnet tersebut disetiap lantainya maksimum 200 meter, sedangkan jarak optimumnya 180 meter.

II.3.Tinjauan Lokasi

II.3.1. Kriteria Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi yang tepat merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dari hampir semua proyek arsitektur. Untuk memilih lokasi yang akan dijadikan tempat pelaksanaan proyek ini, maka penting terlebih dahulu dibuat kriteria-kriteria pemilihan lokasi.

No. Kriteria Lokasi

1 Tinjauan terhadap struktur kota

Tapak harus berada pada wilayah RUTRK yang tata guna lahannya diperuntukkan daerah perdagangan dan jasa

2 Pencapaian Lokasi harus terletak pada daerah yang mudah dicapai

oleh kendaraan pribadi, kendaraan umum, ataupun pejalan kaki

3 Area pelayanan Area disekitar site hendaknya merupakan

fungsi-fungsi yang dapat saling mendukung dengan bangunan yang direncanakan atau di sekitar sarana prasarana yang membutuhkan jasa/pelayanan yang berhubungan dengan berbelanja, seperti permukiman


(31)

penduduk, terminal, dan pusat komersil lainnya

4 Kemudahan entrance Entrance yang dipilih sebagai jalur menuju dan keluar

tapak harus mudah diakses oleh pengelola, penyewa, pengguna fasilitas, dan pengunjung

Tabel II.1 Kriteria Pemilihan Lokasi

II.3.2. Rencana Sistem Pusat Kegiatan9

Fungsi dan peranan kawasan-kawasan di kota Binjai dapat dilihat dari pembentukan pusat-pusat pertumbuhan eksisting saat ini, yaitu terbentuknya Kota Binjai dan pusat-pusat SPK sebagai sub pusat kota.

Pengembangan pelayanan kegiatan perkotaan kota Binjai akan dibagi di tiap bagian wilayah kota ( SPK ) sesuai dengan arahan fungsi pengembangannya masing-masing :

 Pusat kota, dengan skala pelayanan kota dan regional ( pusat primer ). Pusat kota yang ada saat ini di Binjai, dengan fungsi pengembangan sebagai pusat perdagangan dan jasa

 Subpusat pelayanan kota ( SPK ), dengan skala pelayanan bagian wilayah kota yang mencakup beberapa kelurahan, baik yang berada pada kecamatan yang sama maupun di beberapa kecamatan yang berbatasan

Gambar II.1 Peta Rencana Pembagian Sistem Pusat Kota

9


(32)

Pengembangan pusat-pusat kota Binjai adalah :

1. Pusat kota Binjai yang merupakan pusat pengembangan utama dengan orientasi kegiatan berupa pusat perdagangan dan jasa.

2. SPK Binjai Timur (SPK-B) dengan orientasi kegiatan sebagai pusat administrasi pemerintahan, sebagai pintu masuk mobilitas penduduk dari luar wilayah, pengembangan permukiman skala besar.

3. SPK Binjai Utara (SPK-A) sebagai pusat pengembangan kegiatan industri, dan sebagai Kawasn pertambangan minyak.

4. SPK Binjai Barat (SPK-D) sebagai pintu masuk mobilitas penduduk dari luar wilayah, pengembangan pemukiman skala besar.

5. SPK Binjai Selatan (SPK-E dan SPK-F) sebagai pusat pengembangan kegiatan wisata, perkebunan, dan jasa lingkungan.

Gambar II.2 Rencana Pengembangan Fungsi Kegiatan Kota Binjai

No. SPK Kelurahan Luas SPK

(Ha)

Pusat SPK/Subpusat Pelayanan Kota

Fungsi pengembangan

1 A Kel. Pahlawan Kel. Jatinegara Kel. Nangka Kel. Damai Kel. Kebun lada Kel. Cengkeh tiri Kel. Jati karya

2.359,12 Kelurahan kebun lada - perumahan

- industri & pergudangan - minyak dan gas


(33)

Tabel II.2 Fungsi Pengembangan tiap SPK di kota Binjai

2 B Kel. Mencerim

Kel. Tungguruno Kel. Timbang langkat Kel. Tanah tinggi Kel. Sumber mulyorejo Kel. Dataran tinggi Kel. Sumber karya

217 Kelurahan tunggurono - perumahan skala besar - pusat pemerintahan - perdagangan dan jasa - TPA

- kawasan militer

- kegiatan transportasi ( terminal terpadu )

3 C Kel. Berengam

Kel. Satria Kel. Setia Kel. Kartini Kel. Tangsi Kel. Binjai Kel. Pekan binjai

412 Kelurahan binjai - perumahan

- pusat perdagangan dan jasa

4 D Kel. Bandar senembah Kel. Limau mungkur Kel. Limau sundai Kel. Paya roba Kel. Suka maju Kel. Suka ramai

1.086 Kelurahan bandar sinembah

- perumahan

- perdagangan dan jasa

5 E Kel. Tanah merah Kel. Bhakti karya Kel. Binjai estate

2.996 Kelurahan bhakti karya

- perumahan

- kawasan pariwisata - kawasan pertanian - kawasan perkebunan

6 F Kel. Tanah seribu Kel. Puji dadi Kel. Rambung darat Kel. Rambung dalam Kel. Rambung timur


(34)

Gambar II.3 Rencana Pengembangan Fungsi Kegiatan Kota Binjai

II.3.3. Deskripsi Kondisi Tapak Terpilih II.3.3.1. Analisis Penetapan Lokasi

Pusat perbelanjaan merupakan bangunan komersil yang lebih mengarah kepada kegiatan untuk berbelanja atau berdagang dan rekreasi. Untuk itu dibutuhkan pilihan lokasi yang tepat untuk menjamin kelancaran aktivitas didalam bangunan tersebut.

Berdasarkan kriteria pemilihan lokasi diatas, maka diputuskan untuk memilih tiga alternatif lokasi di kota Binjai yang cocok untuk perancangan proyek ini.

a. Lokasi A


(35)

 Lokasi : Jalan Gatot Subroto, Kecamatan Binjai Kota

 Luas Lahan : ± 1,3 Ha

 Fasilitas pendukung : pemukiman, perkantoran, pertokoan b. Lokasi B

Gambar II.5 Lokasi B

 Lokasi : Jalan Tengku Amir Hamzah, Kecamatan Binjai

Utara

 Luas lahan : ± 1,1 Ha

 Fasilitas pendukung : pemukiman, pertokoan c. Lokasi C


(36)

 Lokasi : Jalan Letnan Umar Beki, Kecamatan Binjai Kota

 Luas lahan : ± 1,1 Ha

 Fasilitas pendukung : pemukiman, perkantoran

Dari ketiga alternatif lokasi yang ada, maka setiap lokasi akan dinilai berdasarkan kriteria yang sudah disebutkan diatas ;

Aspek Lokasi A Lokasi B Lokasi C

Luas lahan ± 1,3 Ha

(5)

± 1,1 Ha (5)

± 1,1 Ha (5)

Posisi site Pusat kota

(5) Pinggir kota (3) pusat kota (5) Pencapaian ke lokasi Mudah dicapai dengan angkutan umum, kendaraan pribadi, pejalan kaki

(5)

Mudah dicapai dengan angkutan umum, kendaraan pribadi, pejalan kaki

(5)

Mudah dicapai dengan angkutan umum, kendaraan pribadi, pejalan kaki

(5) Akses pejalan kaki Terdapat trotoar

(5) Terdapat trotoar (5) Terdapat trotoar (5) Fungsi pendukung sekitar lokasi Pertokoan, permukiman, perkantoran, taman kota (5) Pertokoan, permukiman (5) Pertokoan, permukiman, perkantoran (5) Kepadatan penduduk Tinggi (5) Sedang (3) Tinggi (5) Intensitas kendaraan Sedang (5) Sedang (5) Sedang (5) View kedalam dan

keluar Baik (5) Baik (5) Sedang (3)


(37)

Ketersesuaian lokasi dengan RUTRK wilayah perdagangan dan jasa Sesuai (5) Kurang sesuai (3) Sesuai (5)

Utilitas Tersedia dengan baik

(5)

Tersedia dengan baik (5)

Tersedia dengan baik (5)

Loading dock Terdapat jalan alternatif

(5)

Tidak terdapat jalan alternatif

(1)

Terdapat jalan alternatif

(5)

55 45 53

Tabel II.3 penilaian lokasi

Dari penilaian beberapa kriteria-kriteria dan analisa diatas serta memenuhi

persyaratan, maka terpilihlah lokasi A yaitu di Jalan Gatot Subroto, Kecamatan Binjai Kota.

II.3.3.2. Deskripsi Tapak

 Kasus proyek : Binjai Shopping Mall

 Status proyek : fiktif

 Pemilik proyek : swasta

 Lokasi lahan : Jl. Gatot Subroto, Kecamatan Binjai Kota

 Batas utara : pendopo umar baki

 Batas selatan : pemukiman penduduk

 Batas barat : Sungai Binge

 Batas timur : pertokoan

 Luas lahan : ± 1,3 Ha


(38)

Potensi lahan :

 Terletak di pusat kota Binjai

 Berada pada kawasan perdagangan dan jasa

 Transportasi lancar dan baik dengan adanya jalan raya yang lebar dan tidak macet

 Berada dekat dengan permukiman, pertokoan, dan perkantoran untuk menarik pengunjung

 Luas tapak .... II.4.Tinjauan Fungsi

II.4.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan

Pengguna kegiatan dalam Binjai Shopping Mall terdiri atas pengunjung, penyewa, pengelola, dan servis.

 Pengunjung adalah pihak yang melakukan kunjungan ke Binjai Shopping Mall, yang dibagi berdasarkan pertimbangan tertentu seperti :


(39)

Berdasarkan golongan :

- Masyarakat berpenghasilan menengah

- Masyarakat berpenghasilan cukup

Berdasarkan asal-usul

- Pengunjung yang datang dari kota Binjai dan sekitarnya

- Pengunjung yang datang dari luar kota Binjai

Berdasarkan klasifikasi umur :

- Anak-anak ( usia 5-13 tahun )

- Remaja ( usia 14-24 tahun )

- Dewasa ( usia 25-45 tahun )

- Lanjut usia

Berdasarkan motivasi atau tujuan :

- Pengunjung untuk berbelanja

- Pengunjung hanya untuk berjalan jalan

 Penyewa

Penyewa adalah pihak yang menyewa retail-retail yang terdapat dalam bangunan untuk menjual barang dan jasa mereka kepada pengunjung yang datang

 Pengelola

Pengelola adalah pihak yang melakukan pengelolaan kegiatan administrasi dan operasional yang dibedakan dalam 2 tingkatan, yaitu :

- Pimpinan, terdiri dari direktur dan wakil direktur. Direktur ini dibantu oleh sekretaris yang bertanggung jawab langsung kepada direktur

- Kepala bagian, terdiri dari kabag operasional, keuangan, pemasaran, keamanan, pemeliharaan, dan perawatan gedung

-  Servis

Servis adalah pihak yang melakukan kegiatan pelayanan bangunan seperti masalah teknis, kebersihan, keamanan, utilitas, pantry dan pergudangan


(40)

Berdasarkan pelaku kegiatan, maka kegiatan yang dilakukan adalah :

1. Kegiatan pengunjung, aktivitas umum yang dilakukan pengunjung adalah :

o Berbelanja

o Melihat pertunjukan yang diberikan oleh pihak pengelola

o Jalan-jalan / cuci mata

o Makan / minum

o Melakukan kegiatan permainan

o Menggunakan fasilitas penunjang yang ada di shopping arcade

2. Kegiatan pengelola, aktivitas yang dilakukan oleh pengelola adalah :

o Mengelola dan mengatur jalannya operasional bangunan

o Melayani kebutuhan para konsumen

o Persiapan peralatan dan tempat sebelum kegiatan pertunjukkan o Memberikan informasi singkat

o Melakukan kegiatan administrasi

o Penyelenggaraan kegiatan penunjang ( bisa saja bekerjasama dengan badan lain yang

bersangkutan )

o Mengadakan publikasi

3. Kegiatan servis, aktivitas yang dilakukan adalah :

o Membersihkan setiap ruangan

o Melakukan perawatan dan perbaikan terhadap bangunan dan peralatan-peralatan yang ada didalamnya

o Mengurus loading dock

o mengurus utilitas bangunan

o menjaga keamanan

Fungsi Fasilitas Pemakai Kegiatan Kebutuhan

ruang Fasilitas

perbelanjaan

Book store Pengelola Mengatur

pemasukan dan pengeluaran barang, administrasi, isoma

 R. Penjualan

 R. Pengelola

 R. Karyawan

 Toilet


(41)

pembeli, memeriksa kondisi barang, isoma

barang

 Hall

 Kasir

 Gudang

Pengunjung Membaca,

melihat-lihat, menitipkan barang, membeli buku, membayar barang

Pertokoan/retail Penyewa Mengatur

penjualan, melayani pembeli

 Retail

Karyawan Melayani

pembeli, isoma

Pengunjung Melihat-lihat,

tawar-menawar, belanja,

membayar barang

Hiburan dan

rekreasi

Game center Pengelola Administrasi,

mengontrol

 R.pengelola

 R.karyawan

 Toilet

 R.permainan

Karyawan Melayani

pengunjung, memeriksa kondisi alat dan barang  R.counter koin  R.antrian  R.hall  R.keamanan

Pengunjung Lihat-lihat,

duduk-duduk, bermain

Cafe Pengelola Administrasi,

mengontrol, isoma

 R.pengelola

 R.karyawan

 Toilet

Karyawan Melayani

pengunjung, memberishkan

dan merawat,

mempersiapkan hiburan  Dapur  Bar  R.operator  Kasir  Gudang

Pengunjung Makan/minum,

duduk-duduk, memesan makanan, bayar

Restoran Pengelola Administrasi,

mengontrol

 R.pengelola


(42)

 Toilet

Karyawan Melayani

pengunjung, servis  R.makan  Dapur  Kasir  Gudang Fasilitas

pendukung dan pelayanan

Kantor pengelola

Pengelola utama Administrasi, isoma

 R.pimpinan

 R.wakil

Karyawan Administrasi  R.manager

 R.sekretaris  R.bendahara  R.karyawan  R.rapat  R.tamu  Pantry  Toilet  Gudang arsip

Toilet umum Penyewa,

karyawan, pengunjung

Buang air, cuci muka

 Toilet umum

Musholla Penyewa,

karyawan, pengunjung

Wudhu, sholat  R.sholat

 Tempat

wudhu

Keamanan Petugas Menjaga

keamanan, menindak kriminal, istirahat

 Pos jaga

Utilitas Karyawan Mengawasi alat

bekerja,

menjalankan dan mengatur alat, isoma

 R.pompa

 R.AHU

 R.genset

 R.trafo

 R.mesin lift

 R.sampah

 R.karyawan

Pergudangan Karyawan Mengontrol,

servis, administrasi  R.bongkar muat  Gudang utama

Penyewa Menitipkan

barang dagangan, administrasi.

 Keamanan

Mall Pengunjung Duduk,

jalan,mengambil uang di ATM, menelepon,

 Jalur pedestrian

 R. Informasi


(43)

mencari informasi ATM  R.telepon umum  Taman  Fountain

Parkir Pengelola,

karyawan

Parkir mobil dan motor

 R.parkir

pengelola dan karyawan

Pengunjung Parkir mobil dan

motor

 R.parkir

pengunjung

II.4.2. Deskripsi Kebutuhan Ruang 1. Fasilitas utama

A. Fasilitas perbelanjaan

o Supermarket

o Men’s and ladies’ fashion

o Sportwear equipment

o Bookstore

o Retail

2. Fasilitas pendukung

o Food court, cafe, restoran

o Mini timezone

3. Fasilitas pelengkap

o Open space, yaitu ruang terbuka seperti pedestrian, taman, dan sebagainya

o Atrium

4. Fasilitas pelayanan

o Kantor pengelola

o Toilet umum

o Musholla

o ATM gallery

o Loading dock


(44)

II.4.3. Deskripsi Persyaratan Ruang dan Kriteria Ruang

Fungsi Kelompok fungsi Kebutuhan ruang Persyaratan

Shopping arcade Utama Kantor pengelola Mudah dalam

pencapaian

Hall Cukup luas

Restoran Memerlukan view

yang bagus

Cafe Memerlukan view

yang bagus, suasana tenang

Supermarket Disesuaikan dengan

modul struktur

Food court Memerlukan view

yang bagus, suasana tenang

Retail Disesuaikan dengan

modul struktur

Musholla Nyaman, tenang

Area parkir Kemudahan

pencapaian

Tabel II.4 Persyaratan dan Kriteria Ruang

A. Persyaratan dapur, ruang makan, dab gudang makan

1. Dapur

o Luas dapur sekurang-kurangnya 40 % dari ruang makan atau 27 % dari luas

bangunan

o Permukaan langit-langit harus menutupi seluruh atap ruang dapur o Dapur paling sedikit terdiri dari :

 Tempat pencucian peralatan

 Tempat pengepakan

 Tempat persiapan

 Tempat administrasi

2. Ruang makan


(45)

o Pintu yang menghubungkan dengan halaman dibuat rangkap, pintu bagian

luar membuka kearah luar

3. Gudang bahan makanan

o Jumlah bahan makanan yang disimpan disesuaikan dengan jumlah bahan

makanan

o Tidak boleh menyimpan bahan lain selain makanan

o Dilengkapi dengan rak-rak tempat penyimpanan bahan makanan

B. Persyaratan tempat penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi

1. Penyimpanan bahan makanan

o Penempatan terpisah dengan makanan jadi o Bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis

2. Penyimpanan makanan jadi

o Terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan

C. Persyaratan fasilitas sanitasi 1. Air bersih

o Harus sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

yang berlaku

o Jumlahnya cukup memadai untuk seluruh kegiatan dan tersedia pada setiap

tempat kegiatan 2. Pembuangan air limbah

o Sistem pembuangan air limbah harus baik, tidak merupakan sumber pencemaran, misalnya memakai saluran tertutup

3. Toilet

o Letak tidak berhubungan langsung ( terpisah dari ) dengan dapur, ruang

persiapan makanan, ruang tamu, dan gudang makanan

o Didalam toilet harus tersedia jamban, bak air, dan sebagainya o Toilet untuk wanita terpisah dengan toilet untuk pria

o Toilet untuk tenaga kerja terpisah dengan toilet pengunjung o Tersedia cermin, tempat sampah, tempat abu rokok, dan sabun

o Lantai dibuat kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan dan kelandaiannya

cukup


(46)

o Didalam kamar mandi harus tersedia bak dan air bersih dalam keadaan cukup Jumlah tempat duduk Luas bangunan Kamar mandi wanita

Bak cuci Kamar mandi

pria

Bak cuci

-150 -250 1 1 1 1

151-350 251-750 2 2 2 2

351-950 501-750 4 2 2 2

951-1500 751-10000 4 2 3 3

Setiap penambahan

1000 orang

- 1 1 1 1

Tabel II.5 Standarisasi ukuran bak cuci kamar mandi

4. Tempat sampah

o Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat.

Mempunyai tutup dan memakai kantong plastik khusus untuk sisa-sisa bahan makanan dan makanan jadi cepat membusuk

o Tersedia pada setiap tempat / ruang yang memproduksi

5. Tempat cuci tangan

o Jumlah tempat cuci tangan tamu disesuaikan dengan kapasitas tempat

duduk

o Tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun cair dan alat pengering

6. Tempat mencuci peralatan

o Terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan mudah dibersihkan o Bak pencucian sedikitnya terdiri dari 3 bak pencuci, yaitu mengguyur,

menyabun, dan membilas 7. Tempat pencucian bahan makanan

o Terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat, dan mudah

dibersihkan

8. Fasilitas penyimpanan pakaian ( loker ) karyawan

o Terbuat dari bahan yang kuat, aman, mudah dibersihkan dan tertutup rapat o Loker utnuk pria dan wanita dibuat terpisah

9. Peralatan pencegahan masuknya serangga dan tikus D. Fasilitas pengelola

1. Berdasarkan peraturan ketenagakerjaan :


(47)

o Ruang gerak bebas masing-masing karyawan minimum 1.5 m²

o Ruang udara minimum 12 m² pada ruang beraktivitas duduk dan 15 m²

pada ruang beraktivitas gerak

o Untuk ruangan ≤50 m² = 2.50 m

o Untuk ruangan ≥50 m² = 2.75 m

o Untuk ruangan ≥100 m² = 3.00 m

o Untuk ruangan dari 250 2000 m² = 3.25 m

2. Berdasarkan “Peraturan Keamanan untuk Tempat Kerja Perkantoran”, untuk

kantor ruangan sel/kecil minimum 8-10 m, ruang kantor besar minimum 12-15 m²

3. Lebar minimum jendela adalah 1.25 m

II.5. Studi Banding Proyek Sejenis II.5.1. Paris Van Java Mall

Paris van Java10 Resort Lifestyle Place (juga dikenal dengan nama Paris Van Java Mall) adalah sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di Bandung, Jawa Barat. Mal ini bisa dicapai beberapa menit dengan mengemudi dari tol Pasteur.

Mal yang diresmikan pada bulan Juli 2006 ini, dirancang dengan nuansa open air yang alami serta pemandangan burung-burung merpati hias yang beterbangan bebas. Faktor lain yang menjadi daya tarik adalah konsep bangunan yang kental dengan desain Eropa. Paris van Java Mall adalah mall yang terbagi menjadi first floor, ground floor, upper ground serta lower ground dengan salah satu department store terbaik di Indonesia, Sogo Department Store di lantai teratas. Fasilitas lainnya yang cukup menjadi daya tarik adalah pasar swalayan Carrefour, toko buku Gramedia, serta bioskop Blitzmegaplex. Selain itu, di Paris van Java juga berjejer kafe-kafe.

10


(48)

Gambar II.7 Paris Van Java Mall

Paris van Java pada dibangun diatas kawasan bersejarah. Namun perencanaan proyek ini tidak melibatkan bangunan eksisting, melainkan membuat bangunan baru dengan tema kolonial. Fungsi utama adalah shopping center, pusat wisata kuliner, serta fungsi lifestyle masyarakat kota. Konsep shopping mall terbuka dengan bangunan bergaya kolonial membuat suasana kolonialnya kian terasa. Suasana berjalan dibawah arcade diantara bangunan kolonial dapat dirasakan disini.

Tanggapan : konsep open shopping mall pada Paris van Java mall memunculkan suasana alami bagi pengunjungnya.

II.5.2 Mall at milenia

The Mall at Millenia adalah pusat perbelanjaan kontemporer kelas atas. Mall Indah berlantai dua ini merupakan tempat belanja paling mewah di Orlando. Mal ini memiliki pilihan utama toko-toko desainer, department store, dan restoran. Jangkar department store di mal termasuk Bloomingdale, Macy, dan Neiman Marcus. Perdana toko desainer kelas atas termasuk Gucci, Chanel, Cartier, Louis Vitton, Tory Burch, Burberry, Tiffany & Co, dan banyak lainnya. Toko terkenal lainnya termasuk Apple Store, Urban Outfitters, Crate & Barrel, Sony, Zara, MAC Cosmetics, Lacoste, Hollister & Co, Abercrombie & Fitch, dan banyak lainnya.


(49)

Selain itu, banyak pilihan toko ritel juga dapat ditemukan segera mengelilingi Mall at Millenia, termasuk besar IKEA Orlando, Super Target, Robb & Stucky, Expo Design Center, dan Mercedes-Benz dari South Orlando.

Gambar II.8 Mall at Milenia

Paris Van Java Mall Mall at Millenia

Arsitek Wawa Sulaeman JPRA Arsitek

Gaya Bangunan Kolonial

Fasilitas  LG : ATM, restoran,

playground, hypermarket

 UG : ATM, fashion, toko buku, supermarket, restoran, pet shop, fitness

 GF : ATM, bioskop, giftshop, cafe, restoran, fashion

 Sky level : bioskop, fitness, cafe

Anchor Tenant  Bloomingdale

 Macy

 Neiman marcus

Jumlah pengunjung /

hari 60.000 - 80.000

Jadwal Buka  Minggu-kamis : 10.00-22.00

WIB

 Jumat-sabtu 10.00-23.00 WIB

 Senin-sabtu 10.00-21.00

 Minggu 11.00-19.00

Jumlah Toko ± 200 ± 147


(50)

BAB III

ELABORASI TEMA

III.1 Pengertian Tema III.4.1 Arsitektur

Terdapat beberapa pengertian Arsitektur antara lain :

1. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arsitektur mempunyai arti seni bangunan, gaya bangunan. Arsitektur adalah seni dan keteknikan bangunan, digunakan untuk memenuhi keinginan praktis dan ekspresifdari manusia-manusia beradab.

2. Menurut James C. Snyder, Anthony J. Catanesse, dalam buku Introduction to Architecture (1979), Arsitektur adalah lingkungan buatan yang mempunyai bermacam-macam kegunaan melindungi manusia dan kegiatan-kegiatannya serta hak miliknya dari elemen, dari musuh, dan dari kekuatan-kekuatan adikodrati, membuat tempat, menciptakan suatu kawasan aman yang berpenduduk dalam dunia fana dan cukup berbahaya, menekankan sosial dan menonjolkan status.

3. Menurut Le Corbusier, dalam buku Toward an Architecture(1927), Arsitektur adalah pengaturan massa yang dilakukan dengan tepat, penuh pemahaman dan magnifisien. Massa itu disatukan dan ditonjolkan dalam suatu penyinaran cahaya, kubus, kerucut, silinder, piramid, yang merupakan bentuk-bentuk primer yang kegunaannya jelas. Oleh adanya penyinaran cahaya, massa tersebut merupakan bentuk yang paling indah. 4. Menurut Louis I Khan, Arsitektur ialah pemikiran-pemikiran yang

matang dalam pembentukan ruang. Pembaharuan arsitektur secara menerus disebabkan adanya perubahan konsep ruang.

III.4.2 Pengertian Metafora

Istilah metafora berasal dari bahasa yunani metapherein (latin: metafora, inggris : metaphor, perancis : metaphore). “Meta” dapat diartikan sebagai memindahkan atau berhubungan dengan perubahan. “Pherein” berarti mengandung atau memuat. Pengertian metafora secara umum berdasarkan


(51)

A figure of speech denoting by a word or phrase usually one kind of object or idea in place of another to suggest a likeness between them A figure of speech in which a term is transferred from the object it

ordinarily designates to on object it may designate only by implicit comparison or analogies

A figure of speech in which a name or quality is attributed to something

to which it is not literally applicable

The use of words to indicate something different from the literal meaning.

Terdapat beberapa cara pandang terhadap metafora antara lain sebagai berikut:

 Secara etimologi metafora menunjukkan pemindahan (transfer) sesuatu yang dikandungnya (makna). Arti leksikal dari metafora adalah kiasan. Pengertian lain adalah looking at the abstraction (melihat hubungan antar hal secara abstrak).

 Secara epistemologis, sesuai dengan pengertiannya, metafora dalam arsitektur dilakukan dengan cara displacement of concept (Schon, 1963-1967) yaitu dengan mentransfer konsep suatu objek kepada objek lain sehingga mempermudah pemahaman lewat perbandingan yang lebih sederhana.

 Secara aksiologis, sejarah mencatat bahwa tanda tanda penggunaan metafora dalam karya arsitektur sesungguhnya telah lama ada. Kualitas arsitektur piramida secara estetis dan structural menjadi symbol bangsa mesir kuno akan keyakinan tentang keabadian. Bangsa yunani membedakan penggunaan tiang dorik dan ionic sebagai pemujaan berdasar gender. Gothic dengan konsep kesemerawangan kulit bangunan menjadi sebuahstandar bagi gereja untuk mewujudkan suasana kehadiran Tuhan dalam perwujudan cahaya dan masih banyak lagi contoh bangunan pada zaman pra modern yang sarat akan simbol-simbol metaforik.

Perhatian terhadap metafora yang kemudian menjadikannya sebagai sebuah terobosan dalam metode desain baru terjadi pada tahun 1970-an ketika muncul ide


(52)

untuk mengkaitkan arsitektur dengan bahasa. Metafora bukan lagi menjadi tujuan, namun lebih berperan sebagai pemicu (trigger) dalam proses kreatif penciptaan desain. Proses desain menemukan sebuah “pintu” menuju “ruang kreatif” baru yaitu dengan melihat dari sisi pandang disiplin ilmu ilmu lain untuk tujuan menciptakan konsep konsep yang autentik. Hal ini terlihat dari berbagai metaphor dari modern movement, the ruin metaphor dari post modern, teknologi / kekuatan sosial metaphor dari Russian constructivist ; anthropomorphy & vertebrata (no core, no heart) metafora dari arsitek Peter Eisenman dan Frank Gehry (Antoniades, 1990).

III.4.3 Identifikasi Metafora

Terdapat beberapa pendapat yang mencoba mengajukan pengertian metafora antara lain:

1. Antoniades, A.C. Poetics of Architecture van nostrand Reinhold, New York, 1990.

Kategori metaphor dalam arsitektur menurut antoniades (1990):

Intangible metaphor : metafora dalam tataran ide, konsep atau kualitas

kualitas khusus.

Tangible metaphor : Metafora yang berangkat dari hal-hal visual serta

spesifikasi / karakter tertentu dari sebuah benda seperti sebuah rumah adalah puri atau istana, maka wujud rumah menyerupai istana.Dapat dirasakan dari suatu karakter visual atau material.

Combination : Merupakan penggabungan intangible metaphors dan tangible

metaphors dengan membandingkan suatu objek visual dengan yang lain dimana mempunyai persamaan nilai konsep dengan objek visualnya. Dapat dipakai sebagai acuan kreativitas perancangan.Dimana secara konsep dan visual saling mengisi sebagai unsur-unsur awal dan visualisasi sebagai pernyataan untuk mendapatkan kebaikan kualitas dan dasar.

2. Broadbent, Geoffry / Bunt, Richard / Jencks; sign, symbol and architecture; John Wiley and sons; New York; 1980.

Kategorisasi desain dari Broadbent tentang analogic design mengindikasikan pembagian metaphor dalam 3 kategori yaitu :


(53)

 Structural, metafora dalam aspek struktur, fungsi , system

 Filosofikal , metafora dalam aspek ide, konsep dan nilai.

Menurut Antoniades kualitas penggunaan metafora dapat dinilai berdasarkan aspek yang dijadikan acuan dari penampakannya dalam suatu hasil desain. Aspek yang lebih mudah terdeteksi (detectable) secara substansial dianggap lebih baik daripada yang tidak. Kualitas metafora akan semakin baik jika terkonsep dan dinyatakan dengan jelas.

3. James C. Snyder dan Anthony J. Cattanese dalam “Introduction to

Architecture” (1979).

Metafora mengidentifikasikan pola pola yang mungkin terjadi dari hubungan hubungan parallel dengan melihat keabstrakannya berbeda dengan analogi yang melihat secara literal.

4. Charles Jencks dalam “ The Language of Post Modern Architecture”.

Metafora dianggap sebagai kode yang ditangkap pada suatu saat oleh pengamat dari suatu objek dengan mengandalkan objek lain dan bagaimana melihat suatu bangunan sebagai suatu yang lain karena adanya kemiripan.

5. Geoffrey Broadbent, dalam buku “Design in Architecture” (1995).

Transforming : figure of speech in which a name of description term is transferred to some object different form. Dan juga menurutnya pada metafora pada arsitektur adalah merupakan salah satu metode kreativitas yang adal pada desain spectrum perancang.

Kegunaan Penerapan Metafora dalam Arsitektur, sebagai salah satu cara atau metode sebagai perwujudan kreativitas Arsitektural, yakni sebagai berikut : 1. Memungkinkan untuk melihat suatu karya Arsitektural dari sudut

pandang yang lain.

2. Mempengaruhi untuk timbulnya berbagai interprestasi pengamat.

3. Mempengaruhi pengertian terhadap sesuatu hal yang kemudian dianggap menjadi hal yang tidak dapat dimengerti ataupun belum sama sekali ada pengertiannya


(54)

4. Dapat menghasilkan Arsitektur yang lebih ekspresif.

III.4.4 Analogi Metafora

Metafora atau kiasan pada dasarnya mirip dengan konsep analogi dalam arsitektur, yaitu menghubungkan di antara benda-benda. Tetapi hubungan ini lebih bersifat abstrak ketimbang nyata yang biasanya terdapat dalam metode analogi bentuk. Perumpamaan adalah metafora yang menggunakan kata-kata senada dengan

“bagaikan” atau “seperti” untuk mengungkapkan suatu hubungan. Metafora dan perumpamaan mengidentifikasi pola hubungan sejajar.

Analogi dalam bahasa Indonesia adalah kias (Arab: Qasa=mengukur, membandingkan). Analogi adalah suatu perbandingan yang mencoba membuat suatu gagasan terlihat benar dengan cara membandingkannya dengan gagasan lain yang

mempunyai hubungan dengan gagasan yang pertama. (sumber :

www.google.com/analogi)

Dari beberapa kajian Analogi yang telah dibahas, dapat disarikan bahwa:

1. Menurut Holyoak & Thagard , analogi merupakan

pengandaian yang digunakan untuk menjelaskan adanya kemiripan dari dua hal yang berbeda. Terdapat tiga hal yang mendasari pemikiran analogi, yaitu kesamaan, struktur/susunan dan kegunaan.

2. Menurut Chris Abel, analogi merupakan suatu bahasa untuk

mengkomunikasikan arsitektur. Analogi bahasa dalam arsitektur mempunyai fungsi :

 Memberi pengertian arsitektur adalah suatu bentuk kebudayaan (identitas)

 Metoda dalam penyelidikan arsitektur

 Bahasa komunikasi sosial

Menurut Ian Barbour (dalam Abel, 1997), untuk dapat menggunakan analogi maka harus diteliti dahulu bagaimana kesamaan dan perbedaan sifat dasar, fungsi dan karakter dari kedua benda yang akan dianalogikan.

3. Menurut Broadbent, analogi merupakan suatu proses untuk menterjemahkan analisa menjadi sintesa di dalam berarsitektur. Dari proses analogi akan muncul bentuk visual baru berdasarkan bentuk visual yang telah dikenal sebelumnya. Menurutnya, ada 3 macam analogi yang dikenal :


(55)

Personal Analogy : Membayangkan dirinya sebagai salah satu elemen Arsitektur yang ada.

Direct / Straight Analogy : Analogi langsung berdasarkan kesamaan-kesamaan yang bias diidentifikasikan, diamati bentuk fisik dari objek arsitektur yang memiliki kemiripan dengan apa yang ada di jagad raya.

Symbolic Analogy : Kesamaan yang lebih bersifat simbolis (kepala, mata,

kaki).

4. Menurut Duerk, analogi adalah suatu cara yang digunakan untuk membuat arsitektur. Membuat analogi dari dua benda adalah mencari persamaan dalam beberapa hal dari dua benda yang berbeda.

5. Menurut Attoe, analogi digunakan untuk menjelaskan arsitektur. Obyek rancangan telah ada dulu baru dianalisa memakai analogi yang mana.

Jika dilihat dari sudut arsitektur sebagai proses, terdapat beberapa strategi desain yang menunjukkan penggunaan metafora di dalamnya yaitu:

 Antoniades yang mengkategorikan desain berdasarkan prosesnya

menunjukkan bahwa kategori strategi adopsi merupakan strategi desain yang menggunakan metafora pada prosesnya.

 Broadbent yang mengkategorikan desain berdasarkan aktivitas atau cara menunjukkan bahwa kategori analogic design menggunakan metafora dalam cara mendesainnya.

Persamaan kedua pendapat tersebut terletak pada aspek proses atau aktivitas dalam desain yang menggunakan metode penglihatan ( adopsi dan analogi) konsep dari suatu objek kepada objek yang lain.

Dilihat dari sudut arsitektur sebagai produk, terdapat tipe desain dan konsep desain yang menunjukkan penggunaan metaphor di dalamnya yaitu:

• Pierce yang mengkategorikan desain sebagai sistem tanda menunjukkan bahwa kategori symbol lebih memperlihatkan penggunaan metaphor dalam karya fisiknya. Kategori symbol memerlukan pemahaman yang cukup kompleks, karena melibatkan aspek yang lebih bersifat abstrak daripada literal.


(56)

• White dengan konsep metaphor yang menengok hubungan antar hal secara abstrak (looking at abstraction) jelas menunjukkan metaphor dalam konsep arsitektur. Konsep adalah gagasan gagasan yang memadukan berbagai elemen dalam satu keseutuhan. Suatu konsep mensyaratkan bagaimana tuntutan programatik, konteks dan filosofi perancang serta klien dapat disatukan, jika diurutkan menjadi makin kompleks, makin realistis dan makin dipikirkan secara mendalam, maka dapat diperoleh urutan : angan-angan --- idea --- konsep --- scenario.

Pada dasarnya arsitektur dapat dikatakan sebagai sebuah alat komunikasi bagi sang arsitek yang ingin menyuarakan idealism pribadinya dalam proses kreatif kepada siapapun yang menikmati dan mengapresiasi hasil karyanya. Proses komunikasinya sendiri penuh dengan interpretasi. Di sini kesenjangan latar pengetahuan dan budaya dapat menjadi sebuah dinding penghalang bertemunya sebuah idealisme kreatif dengan opini individu bahkan masyarakat selaku apresiator terlebih jika bahasa yang digunakan tidak bersifat literal . Penggunaan bahasa metaforik yang “bersayap” dan kaya akan interpretasi makna, memerlukan penghayatan dan penelusuran dalam mengapresiasinya. Seperti pisau bermata dua, di satu sisi metaphor dapat digunakan sebagai alat untuk mengakselerasi imaji kreatif dalam proses desain, di sisi lain dapat digunakan untuk mengupas dan mengkritik desain itu sendiri.

Jika mengikuti kategori metaphor menurut Antoniades dan Broadbent, maka kualitas penggunaan metaphor dapat dinilai berdasarkan aspek yang dijadikan acuan (referens) dan penampakannya dalam suatu hasil desain. Aspek yang lebih bersifat substansial dianggap lebih baik daripada yang hanya bersifat visual literal dan keberadaan metaphor yang memerlukan identifikasi mendalam dianggap lebih baik daripada penampakan metaphor secara langsung.

III.2 Interpretasi Tema

Interpretasi dari suatu karya bernama Metafora dapat berbeda-beda pada setiap individu atau kelompok. Selain dapat dikategorikan berdasarkan kiasan objeknya, sebuah arsitektur bisa memiliki multi-interpretasi bahasa metafora bagi yang melihatnya. Itulah keunikan metafora dalam arsitektur. Arsitek dituntut untuk bisa memperhatikan bagaimanan masyarakat “membaca” karyanya.


(57)

III.3 Keterkaitan Tema Dengan Judul

Binjai Shopping Mall merupakan satu fasilitas perbelanjaan terbaru yang dibangun dikota Binjai. Binjai sebagai kota berkembang tentunya memerlukan sebuah fasilitas perbelanjaan yang dapat bersaing dengan kota besar disekitarnya. Binjai sebagai daerah tingkat II di Provinsi Sumatera Utara juga memiliki identitas kota yang sudah dikenal oleh masyarakat. Identitas yang melekat pada Kota Binjai adalah “Kota Rambutan” karena rambutan Binjai yang terkenal akan bibitnya yang sudah banyak dibudidayakan diseluruh daerah di Indonesia. Maka dari itu identitas ini harus tetap dipertahankan sebagai nilai lokal Kota Binjai. Tidak terlepas dari hal tersebut, pembangunan Binjai Shopping Mall sebagai fasilitas perbelanjaan yang berkualitas di Kota Binjai harus tetap mempertahankan unsur lokal sebagai identitas kota. Maka dari itu, tema metafora tangible sangat cocok diterapkan pada perencanaan Binjai Shopping Mall agar tujuan mempertahankan nilai lokal dan identitas Kota Binjai sebagai kota rambutan dapat terjaga dengan baik.

III.4 Studi Banding Proyek Tema Sejenis III.4.1 Opera House, Sydney, Australia

Selain dapat dikategorikan berdasarkan kiasan obyeknya, sebuah karya arsitektur bisa memiliki multi-interpretasi bahasa metafora bagi yang melihatnya. Sydney Opera House adalah salah satu contohnya. Sydney Opera House dirancang oleh Jørn Utzon, seorang arsitek kelahiran Denmark. Setiap orang yang melihat karya arsitektur ini, akan menghasilkan berbagai macam interpretasi sesuai dengan pikiran masing-masing. Ada yang berpendapat bahwa konsep metafora Sydney Opera House berasal dari cangkang siput atau kerang. Ada pula yang berpendapat, karya arsitektur ini adalah kiasan layar kapal yang sedang terkembang. Dan ada pula yang berpendapat, bagaikan bunga yang sedang mekar.


(58)

Gambar 3.1 Sydney Opera House

Sydney Opera House ini terletak di atas pelataran menjorok di tepian air, berdampingan dengan pelabuhan di kawasan Benellong Point diatas teluk Sydney yang dulunya difungsikan sebagai gudang penyimpanan kereta trem oleh Jørn Utzon diubah menjadi suatu mahakarya yang indah dan dikenang sepanjang masa pada tahun 1957 untuk memenuhi ambisi pemerintah setempat.

Gambar 3.2 Bentuk Sydney Opera House

Bentuknya yang melengkung berwarna putih menggunakan sistem struktur cangkang (shell system) selaras dan seolah-olah seperti echo dari pelengkung jembatan Sydney ini merupakan sistem struktur ruang dimana hal ini dinding tanpa tiang menyatu dengan atap seperti pada rumah siput. Bentuk dan warna yang ditampilkan oleh sistem tersebut selain memberikan kesan sesuai dengan lingkungan, yaitu siput binatang laut, didukung oleh lokasinya di tepian air yang sangat luas terbuka membuat Sydney Opera House terlihat monumental.


(59)

III.4.2 Ex Plaza Jakarta, Indonesia

EX Plaza merupakan salah satu contoh bangunan yang menerapkan konsep metafora kombinasi. Gubahan massa E.X yang terdiri atas lima buah kotak dengan posisi miring adalah hasil ekspresi dari gaya kinetik mobil-mobil yang sedang bergerak dengan kecepatan tinggi dan merespon gaya sentrifugal dari Bundaran Hotel Indonesia yang padat. Kolom-kolom penyangga diibaratkan dengan ban-ban mobil, sedangkan beberapa lapis dinding melengkung sebagai kiasan garis-garis ban yang menggesek aspal.

Gambar 3.3 Ex Plaza Jakarta

Dari konsep-konsep tersebut, gaya kinetik merupakan sebuah obyek yang abstrak (intangible). Kita tidak dapat melihat gaya kinetik secara visual. Akan tetapi, ban-ban mobil merupakan obyek yang dapat kita lihat secara visual (tangible). Perpaduan antara gaya kinetik (obyek abstrak) dan ban-ban mobil (konkrit) inilah yang menghasilkan metafora kombinasi.


(60)

III.4.3 Museum of Fruit, Yamanshi, Jepang

Bangunan yang berlokasi di Jepang tepatnya di kota Yamanashi ini didirikan pada tahun 1996 dan berfungsi sebagai museum serta green house dengan material baja dan kaca.

Gambar 3.5 Museum of Fruit

Pusat pengetahuan ini memiliki tiga struktur shell yang terbuat dari baja dengan tinggi sampai 20 meter dan bentang 50 meter yang dihubungkan oleh bangunan bawah tanah.Kompleks bangunan ini terdiri dari tiga massa utama, yaitu: Fruit Plaza, green house, dan workshop. Ketiga massa ini ditata menyebar seolah-olah berupa bibit yang disebar di sebuah lahan.


(61)

Gambar 3.6 Bentuk Museum of Fruit

Kehadiran metafora terlihat pada bangunan yang menjadi obyek kasus, yaitu Museum of Fruit. Pada bangunan ini, sang perancang menghadirkan sifat-sifat buah dan bibit dalam bentuk bangunan. Sehingga dapat dikatakan bahwa bangunan Museum of Fruit ini merupakan perumpamaan Arsitektur sebagai sebaran bibit dan buah. Bukan hanya bentuk buah atau bibit yang dimunculkan pada bentuk arsitektural bangunan ini, tapi juga sifat-sifatnya. Hal inilah yang membuat bangunan ini dikatakan memiliki tema metafora. Terlebih lagi bentuk dan sifat buah atau bibit yang diambil tersebut sesuai dengan fungsi bangunannya yaitu sebagai Museum buah-buahan. Jadi dalam pencapaian ide bentuknya, Itsuko Hazegawa mentransfer sifat-sifat buah dan bibit ke dalam bangunan.


(62)

BAB IV

ANALISA

IV.1 Analisa Fungsional

IV.1.1Analisa Studi Kelayakan

Tabel IV.1Perkiraan Kebutuhan Fasilitas Menurut Jenisnya Di Kota Binjai Tahun 2008-2029 Kelompok fasilitas luas/un it (m2) Jumlah pendud uk penduk ung (jiwa)

Tahun 2008 Tahun 2012 Tahun 2018 Tahun 2023 Tahun 2029

Penduduk 248256 Penduduk 295216 Penduduk 345469 Penduduk 393825 Penduduk 460864 Unit Luas Laha n (Ha) Unit Luas Laha n (Ha) Unit Luas Lahan (Ha) Unit Luas Lahan (Ha) Unit Luas Lahan (Ha) perdagangan

dan jasa 1091 72,82 1297 86,60 1518 101,34 1731 115,52 2025 135,19

warung 100 250 993 9,93 1181 11,81 1382 13,82 1575 15,75 1843 18,43 pertokoan 3600 3000 83 29,79 98 35,43 115 41,46 131 47,26 154 55,30

pasar 10000 60000 4 4,14 5 4,92 6 5,76 7 6,56 8 7,68

pusat

perbelanjaan 10000 60000 4 4,14 5 4,92 6 5,76 7 6,56 8 7,68 pasar , pertokoan, Dept, store bank, perusahaan swasta dan jasa lainnya

36000 36000 7 24,83 8 29,52 10 34,55 11 39,38 13 46,09

olah raga dan

rekreasi 1092 49,31 1298 58,64 1519 68,62 1732 78,22 2027 91,54

bioskop 2000 120000 2 0,41 2 0,49 3 0,58 3 0,66 4 0,77

Sumber : Bab IV analisis 2008, standar pedoman perencanaan lingkungan dan perumahan kota


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)