KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

  Disfungsi dan gangguan Seksual dan Terapinya PERTEMUAN - 4 YULI ASMI ROZALI, M.PSI FAKULTAS PSIKOLOGI KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

  • Mengenali dan menguraikan macam-macam disfungsi seksual
  • Mengenali dan menguraikan macam-macam gangguan seksual
  • Mengenali dan menganalisa dampak serta terapi dalam menghadapi disfungsi dan dan gangguan seksual

  Parafilia yang Tidak Tergolongkan

  • Skatologia Telepon • Nekrofilia • Parsialisme • Zoofilia • Koprofilia dan Klismafilia • Urofilia • Masturbasi

  

Klasifikasi

  I. Gangguan Identitas Jenis (Gender Identity Disorders) Ditandai oleh perasaan tidak senang (discomfort) dan tidak sesuai terhadap alat jenis kelaminnya, dan perilaku menetap yg mirip dg perilaku lawan jenisnya

  Contoh :

  • – Transseksualisme (302.5X)
  • – GIJ masa anak (302.60)
  • – GIJ tidak khas (302.85)

  • Ditandai oleh adanya kegairahan seksual terhadap benda (objek) atau situasi seksual yg tidak merupakan bagian dari pola aktifitas rangsang seksual yg lazim dan yg dlm pelbagai taraf dapat menghambat kemampuan untuk aktivitas seksual mesra secara terbalik

Parafilia…

  • Contoh :
    • – Zoofilia (bestialitas – 302.10)
    • – Pedophilia (302.20)
    • – Transvestisme (302.30)
    • – Exhibitionism (302.40)
    • – Fetishism (302.81)
    • – Voyeurism (302.82)
    • – Masochism seksual (302.83)
    • – Sadism seksual (302.84)
    • – Parafilia tidak khas (302. 90)

III. Disfungsi Psikoseksual

  • • Ditandai oleh hambatan dlm selera seksual atau

    perubahan psikofisiologik yg khas dari siklus respons seksual. Contoh :
    • – Hambatan selera seksual (302.71)
    • – Hambatan gairah seksual (302.72)
    • – Hambatan orgasme wanita (302.73)
    • – Hambatan orgasme pria (302.74)
    • – Ejakulasi prematur (302.75)
    • – Dispareunia fungsional (302.76)
    • – Vaginismus fungsional (306.51)
    • – Disfungsi psikoseksual tidak khas (302.70)

  • Homoseksualitas yang ego distonik

  (302.00)

  • Gangguan psikoseksual yang tidak di klasifikasikan di tempat lain (302.89)

Gangguan Identitas Jenis

  • • Gambaran Utama. Ketidak sesuaian antara alat

    kelamindengan identitas jenis (gender identity)
  • Identitas Jenis :
    • – Perasaan seseorang tergolong dalam jenis kelamin tertentu
    • – Kesadaran bahwa dirinya adalah pria atau wanita
    • – Suatu penghayatan pribadi dari peran jenis (gender rule)

  • Peran jenis
    • – Pernyataan terhadap masy dari identitas jenisnya
    • – Segala sesuatu yg dilakkan atau dikatakan oleh seseorang termasuk gairah seksual untuk menyatakan pada orang lain atau diri sendiri sampai berapa jauhnya dirinya itu pria atau wanita

Transeksualisme (302.5X)

  • Terdiri dari 4 subtipe, sesuai dgn yg paling dominan dalam riwayat seksual sebelumnya, dan diberi kode pada angka ke lima yaitu :

  1. Aseksual Individu mengatakan tidak pernah berhasrat dan bergairah seksual yg kuat. Kadang- kadang ada sedikit atau tidak ada sama sekali aktivitas seksual, atau perasaan menyenangkan yg didapat dari alat kelaminnya

  

4 sub…

  2. Homoseksual Didapat kecenderungan homoseksual yg predominan sebelum timbul keadaan transeksualisme meskipun seringkali individu itu menyangkal bahwa perilaku seks bersifat homoseksual karena ia yakin bahwa dirinya ‘sebenarnya’ adalah lawan jenisnya

  3. Heteroseksual Individu itu menyatakan pernah mempunyai kehidupan heteroseksual yg aktif sebelumnya

  

Usia Timbul

  • Dalam masa anak-anak sudah mempunyai masalah identitas jenis, meskipun demikian, beberapa diantaranya mengatakan bahwa hal itu hanya dikeahui oleh mereka sendiri dan tidak nyata di mata keluarga ata kawan- kawan mereka. Untuk subtipe aseksual atau homoseksual, biasanya sindrom lengkap timbul pada akhir masa remaja atau usia dewasa muda. Untuk subtipe ‘heteroseksual’ gangguan ini dapat timbul dalam usia lebih

Diagnosis Differensial

  • Laki-laki homoseksual yg bersifat kewanitaan
  • Keadaan interseks biologik
  • Schizophrenia • Transvestisme

Kriteria Diagnostik

  

A. Terdapat perasaan tidak senang dan tidak sesuai

terhadap alat kelamin B. Keinginan untuk menghilangkan alat kelaminnya dan hidup sebagai lawan jenisnya

C. Gangguan ini terjadi terus menerus (tidak terbatas

dalam periode stress), selama paling sedikit 2

tahun

  D. Tidak ada keadaan interseks biologik (fisik) atau abnormalitas genetik

Gangguan Identitas Jenis Masa Anak (302.60)

  • Diagnosa differensial:
    • – Anak-anak dg perilaku yang tidak sesuai dg jenis kelamin mereka menurut norma-norma kebudayaan.
    • – Abnormalitas alat kelamin

  • Contoh : Anak perempuan tomboy

  

Kriteria Diagnosa Anak Wanita

  • Keinginan yg kuat dan menetap untuk menjadi anak laki-laki atau bersikeras menyatakan bahwa dirinya seorang anak laki-laki, bukan semata-mata berkeinginan untuk menjadi anak laki-laki, karena secara kebudayaan menjadi laki-laki lebih menguntungkan.
  • Penolakan yg menetap akan struktur anatomik yg bermanifestasi secara berulang oleh paling sedikit satu dari pernyataan berikut ini :

  1. Bahwa dirinya akan tumbuh menjadi laki- laki (bukan hanya dalam peranan laki-laki saja)

  2. Bahwa secara biologik ia tidak bisa hamil

  3. Bahwa ia tidak mempunyai vagina

  4. Bahwa pada dirinya tidak akan berkembang payudara

  5. Bahwa pada dirinya telah ada atau akan

Kriteria Diagnosis untuk Pria

  • Keinginan yg kuat dan menetap untuk menjadi anak wanita atau bersikeras bahwa dirinya seorang anak wanita. Terdapat salah satu dari yg berikut ini :

  1. Penolakan yg menetap akan struktur anatomik pria, yg bermanifestasi secara berulang oleh paling sedikit satu dari pernyataan berikut ini

  a. Bahwa dirinya akan tumbuh menjadi wanita (bukan hanya peranan wanita saja) b. Bahwa penis dan testisnya menjijikan atau akan menghilang

  

Kriteria/…..

  2. Terdapat preokupasi dengan aktivitas stereotipik wanita, yg dimanifestasikan oleh kesenangan untuk memakai baju wanita atau meniru pakaian wanitaatau keinginan yg kuat ikut dalam permainan anak wanita. Usia timbul gangguan ini sebelum masa pubertas

  Gangguan Identitas Jenis Tidak Khas (kategori sisa). ( 302.85)

  

Parafilia = deviasi seksual

(terjadi penyimpangan

   tdk menyukai lawan jenisnya)

Gambaran utama

  • • Perlu khayalan/perbuatan tak lazim/aneh untuk

    mendapatkan gairah seksual. Khayalan perbuatan itu cenderung berulang secara involunter (tidak bisa dikuasai lagi) dan bersifat mendesak dan meliputi hal – hal :
    • – Lebih menyukai/memilih benda (bukan manusia untuk menimbulkan kegairahan seksual
    • – Aktivitas seksual dengan manusia secara berulang yg mencakup penderitaan/penghinaan, baik yg dibuat-buat (simulasi) maupun yg sungguh, atau
    • – Aktivitas seksual berulang dengan pasangan yang tidak menghendaki atau menginginkannya. khayalan parafilia dapat membahayakan diri pasangannya (misalnya dalam keadaan sadisme seksual berat) atau dirinya sendiri (masokisme seksual

  • Karena dari beberapa ggn in berkaitan dg pasangannya yg tidak menghendaki/menginginkan hal itu, maka keadaan itu sering berkaitan dengan aspek hukum dan masyarakat
  • Parafilia dapat terjadi secara berganda atau bersamaan dengan gangguan jiwa lainnya, seperti schizophrenia atau pelbagai jenis gangguan keperibadian  perlu dibuat diagnosa ganda

Zoofilia (Bestialitas 302.10)

  • Zoofilia ini tidak untuk orang yg di padang gurun/medan perang, terpaksa melakukan zoofilia karena tidak memungkinkan adanya wanita misalnya.
  • Aktivitas dapat berupa persetubuhan atau binatang itu diajar untuk menjilat/menggosok alat kelamin parafiliak. Seringkali binatang itu sudah lama tinggal bersama penderita

  Zoofilia …

  • Diagnosis differensial

  Aktivitas seksual patologik dengan binatang

  • Kriteria diagnosis terdapat perbuatan/fantasi mengadakan aktivitas seksual dengan hewan yg berulang kali, lebih disukai sebagai satu- satunya cara untuk menimbulkan gairah seksual

Pedofilia (Child Abuse 302.20)

  • Paling banyak adalah seksual abuse, disamping fisical abuse.
  • Umumnya terjadi pada orang-orang lemah, impoten, imatur dan sering pada orang dengan retardasi mental atau orang tua yang terisolasi.

Pedofilia…

  • Diagnosis differensial
    • – Retardasi mental
    • – Sindrom kepribadian organik
    • – Intoksikasi alkohol
    • – Schizophrenia – Ekshibisionisme – Sadisme seksual

Kriteria diagnosis

  A. Perbuatan/fantasi untuk melakukan aktivitas seksual dengan anak prapubertas yg berulang kali, lebih disukai sebagai satu-satunya cara untuk mendapatkan gairah seksual.

  B. Pada individu dewasa dimana beda usia dengan anak paling sedikit 10 tahun.

  Pada individu akhir masa remaja tidak diperlukan dengan tepat beda usia tetapi maturitas seksual anak itu dan beda usia ditentukan berdasarkan pertimbangan

Transvestisme (302.20)

  • • Lebih sering terjadi pada pria, dan ibu penderita

    sebetulnya menginginkan seorang anak wanita sehingga merawat/membesarkan penderita sebagai seorang wanita
  • • Transvestisme tidak boleh disamakan dengan

    homoseksual oleh karena orientasinya tetap hubungan heteroseksual dan pergaulan sosialnya juga dengan jenis kelamin berlawanan. Mereka seringkali dapat menikah
  • • Biasa mulai pd usia 5-14 thn bersamaan dengan

    pemakaian pakaian wanita dan pemuasan seksual melalui masturbasi. Perilaku ini diperkuat bila perkembangan heteroseksual dihalangi oleh sikap keluarga yang pasif menentang atau norma-norma

Trans…

  • Kriteria diagnosis:
    • – Transseksualisme – Pemakaian pakaian lawan jenis untuk menghilangkan ketegangan/perasaan tak senang tentang identitas jenis
    • – Female impersonators
    • – Pria homoseksual
    • – Fetihisme

Diagnosis Differensial

  A. Pemakaian pakaian wanita secara berulang dan menetap oleh pria heteroseksual

  B. Tujuan pemakaian wanita yaitu untuk mendapatkan kegairahan seksual, setidak-tidaknya pada awal gangguan ini

  C. Timbul frustasi yg mendalam apabila terjadi halangan dalam upayanya memakai pakaian wanita

Ekshibisionisme (302.40)

  • Salah satu jenis parafilia yg paling sering
  • • Penderita biasanya putra dari seorang ibu yg

    dominan, agresif, menyesalkan peranan wanitanya dan menjalankan hidupnya melalui anak-anaknya terutama putra-putrinya. Sang ayah merupakan seorang yg lemah, kurang efektif dan sedikit pengaruhnya terhadap perkembangan emosional penderita. Hal ini menyebabkan penderita mengidentifikasikan dirinya kepada ibunya  timbul keinginan incest tetapi hal ini disadari terlarang  mekanisme pertahanan tak sadar yg bersifat kompulsif dg memperlihatkan alat kelamin untuk meyakinkan dirinya terhadap bahayakastrasi.
  • • Keadaan ini sering bercampur dengan pedofilia,

  

Ekshibisionisme…

  Diagnosis Differensial

  • Perilaku memperlihatkan alat kelamin secara berulang tanpa menghayati rangsang seksual pada penderita ggn jiwa lain.
  • Pada pedofilik dpt terjadi perilaku memperlihatkan alat kelamin sebagai tindakan permulaan untuk melakukan aktivitas seksual dg anak

  

Kriteria Diagnosis

  • Perilaku berulang dg mempertunjukkan alat kelaminnya secara tak terduga kepada org yg tak dikenal, dg tujuan untuk mendapat kegairahan seksual tanpa upaya lanjut untuk mengadakan aktivitas seksual dg org yg tak dikenalnya itu

Fetihisme (302.81)

  • Khusus terdapat pd pria
  • • Benda-benda fetish mempunya nilai genital dan

    bertujuan untuk mengakal perbedaan anatomi dari pria dan wanita
  • • Fetihisme biasanya dianggap sebagai subtitusi adanya

    dorongan genital terhadap rasa takut akan kastrasi
  • • Beberapa psikoanalisa menganggap fetihisme sebagai

    usaha untuk mendapatkan identifikasi ego melalui kontak dg benda pengganti yg memberi kepuasan
  • • Pada anak-anak yg tdk bisa dipisahkan dari boneka,

    selimut, sarung bantal, dll dpt dianggap sbg usaha pemuasan pada saat tak ada ibu. Sehingga benda-

Diagnosis Differensial

  • • Eksperimen seksual yg tidak

    patologik
  • Transvestisme

Kriteria Diagnosis

  • Penggunaan benda (fetish) yg berulangkali lebih disukai sebagai satu- satunya cara untuk mendapatkan kegairahan seksual.
  • Benda fetish yg digunakan tdk terbatas pada perangkat pakaian wanita yg biasa diapakai pada transvestisme atau pada alat khusus untuk merangsang gairah seksual (seperti vibrator)

Voyuerisme (302.82)

  • • Penderita voyeurisme sering mempuyai perasaan

    takut utuk melihat langsung dan tak dapat menerima pandangan/tatapan orang lain.
  • • Pada masa kecil penderita sering melihat ibunya

    telanjang. Ia tak berani mengadakan hubungan seks oleh karena bayangan ketakutan akan persatuan dengan ibunya
  • • Penderita biasanya melakukan masturbasi pada

    waktu mengintip dan sering menikmati fantasi agresif dan tindakan pembun uhan terhadap wanita.

Diagnosis Differensial

  • Perilaku yg berulang dg cara melihat/mengintip orang lain telanjang, membuka pakaian atau melakukan aktivitas seksual tanpa sepengetahuan mereka, dan tidak ada usaha lanjut untuk melakukan aktivitas seksual dg orang yg dilihat/diintipnya itu.
  • Perilaku melihat/mengintip itu adalah cara yang berulang kali lebig disukai atau satu- saunya cara untuk mendapatkan kegairahan seksual.

Masochism Sexual (302.83)

  • • Berasal dari nama org yaitu Sacher Masoch yg juga

    merupakan seorang masokhis
  • • Masokisme mungkin berasal dari proses identifikasi

    seorang anak pada seseorang yg sedang dihukum dan pada saat bersamaan mengalami kenikmatan / kegairahan seksual ketika rasa nyeri diberikan oleh seorang yg dicintai. Misalnya seorang anak menyenangi pukulan seorang saudara saingannya. Dengan menderita, seorang melatih kepuasan (power) dg menyebabkan rasa bersalah pada objek yg cinta yg diingini, yg memberikan kepuasan seksual
  • Fantasi yg bersifat masokistik

  

Kriteria Diagnostik

Salah satu dari kedua hal berikut

  • Bahwa caa yg lebih disukai atau satu-satunya untuk mendapatkan kegairahan seksual yaitu dg cara dihina, diikat, dipukul atau penderitaan lainnya.
  • • Individu itu dengan sengaja turut dalam aktivitas

    dimana ia mendapat penderitaan atau rudapaksa jasmani atau kehidupannya terancam demi tercapainya kegairahan seks.

Sadism Sexual (302.84)

  • • Tulisan otobiografi Marquis De Sade  pertamakali

    menggambarkan hubungan antara seksualitas dengan kekeasan
  • • Mula-mula penderita sering berfantasi + masturbasi

     melakukan tindak kekerasan + penghinaan terhadap objek tertentu  timbul kegairahan seksual
  • • Kraff – Ebing (1882): memandang sadisme sebagai

    suatu keinginan untuk menaklukan orang lain, dengan kekuasaan sebagai tenaga motivasinya
  • • Para psikoanalisa memandang sadisme sebagai

    pelampiasan (acting out) keinginan-keinginan terhadap korban yg telah ditransfernya dg perasaan-

  • Terhadap pasangan yg tidak menginginkan hal itu,

    individu telah secara berulang kali dan dengan

    sengaja menimbulkan penderitaan psikologi/fisik

    agar timbul kegairahan seksual. Dengan pasangan

    yg memang menginginkan hal itu, cara yg berulang

    kali telah disukai atau satu-satunya cara untuk

    mendapat kegairahan seksual adalah dengan

    melakukan kombinasi penghinaan dengan

    penderitaan yg dibuat-buat, atau penderitaan fisik

    dengan cedera ringan. Terhadap pasangan yg

    menginginkan hal itu menimbulkan cedera fisik

    berat, luas, permanen, atau bahkan dapat berakhir

    dengan kematian agar tercapainya kegairahan

Parafillia tidak Khas (302.20)

  • Koprofilia (feces)
  • Fronturisme (menggosok)
  • Klismafilia (enema)
  • Misofilia (kotoran)
  • Nekrofilia (mayat)
  • Urofilia (urin)
  • Skatologia (bicara kotor melalui telepon)

  Disfungsi Psikoseksual Gambaran Utama

  • Terdapat hambatan (inhibisi) pada selera (appetitive) atau perubahan patofisiologik yg merupakan ciri khas dari siklus respon seksual yg lengkap.
  • Siklus ini terdiri dari 4 fase:
    • – Selera (Appetitive)
    • – Gairah (Excitement)
    • – Orgasme

  Selera (Appetitive)

  • FANTASI TENTANG AKTIVITAS SEKS dan KEINGINAN untuk MELAKUKAN AKTIVITAS SEKS

Gairah (Excitement)

  • • Perasaan senang seks secara subjektif. Dan

    perubahan-perubahan fisiologik yg menyertainya
  • Pada Pria – Pembesaran penis  ereksi
    • – Sekresi kelenjar Cowper • Pada Wanita – Vasokongesti menyeluruh dalam pelvis dengan pelumas vagina dan pembengkakan genetalia luar.
    • – Perkembangan ‘platform’ organik yg berupa penyempitan 1/3 dinding luar vagina oleh karena ketegangan otot pubokoksingeal dan vasokongesti; vasokongesti labia minor; pembengkakan buah dada, perpanjangan + pelebaran 2/3 dinding dalam vagina

  Orgasme

  • Pemuncakan kepuasan seks dengan pelepasan ketegangan seks dan kontraksi ritmik otot-otot perineum dan alat-alat reproduksi dalam pelvis. Pada pria terjadi perasaan ejakulasi yg tidak dapat ditahan lagi dan diikuti oleh pengeluaran air mani (kontraksi prostat, vesikula seminal, uretera). Pada wanita kontraksi 1/3 dinding luar vagina. Baik pria dan wanita sering terjadi kontraksi otot menyeluruh seperti gerakan involunter pelvis ke depan

  

Resolusi

  • Relaksasi dan rasa puas yg menyeluruh serta relaksasi otot. Selama fase ini pria secara fisiologik tak dapat (refraktor) ereksi dan orgasme untuk suatu periode tertentu. Sebaliknya wanita dapat hampir segera menanggapi stimulasi tambahan. Hambatan dapat timbul pada satu atau lebih fase, meskipun hambatan pada fase resolusi jarang bermakna secara klinis
  • Disfungsi dapat bersifat menetap seumur hidup, atau didapat imbangan sesudah suatu periode berfungsi (sementara), menyeluruh atau situasional terbatas pada situasi (pasangan tertentu), dan total, atau sebagian derajat (frekuensi gangguan itu). Pada beberapa kasus perlu ditelaah apakah disfungsi timbul juga sewaktu masturbasi.

Gambaran Penyerta

  • Depresi, cemas, rasa salah, malu, frustasi dan keluhan somatik
  • Ketakutan gagal dan sensitivitas luar biasa terhadap reaksi pasangannya

  

Usia Timbul

  • Paling sering dalam usia dewasa muda

  (awal 30-an dan akhir 20-an)

  • Untuk ejakulasi prematur  perjumpaan seksual pertama kali
  • Usia dewasa lanjut  hambatan gairah seksual pada pria

  Komplikasi

  • Gangguan dlm hubungan perkawinan atau seksual

  

Faktor Predisposisi

  • Pada wanitas  ciri kepribadian histrionik

   hambatan gairah seks dan hambatan orgasme

  • Pada prias  ciri kepribadian kompulsif  hambatan selera dan gairah seks
  • Kecemasan  ejakulasi prematur
  • Sikap negatif terhadap seksualitas akibat pengalaman tertentu, konflik internal, berpegang teguh kepada nilai-nilai budaya

Prevalensi

  • Sering ditemukan khususnya dalm bentuk ringan
    • – Hambatan selera seks + orgasme  pada wanita lebih banyak daripada pria
    • – Dispareunia fungsional  pada wanita lebih banyak daripada pria

Diagnostik Defferensial

  • Depresi berat
  • Gangguan kepribadian
  • • Gejala sementara akibat robekan selaput dara 

    hambatan gairah seks
  • • Keadaan sementara dari kegagalan ereksi penis

    oleh karena kelelahan, kecemasan, alkohol dan obat-obatan
  • • Problem perkawinan atau problem hubungan

    interpersonal lainnya
  • • Keadaan dengan stimulus seks tidak adekuat, baik

  Kriteria Diagnosis

  Hambatan Selera Seksual (Inhibited Sexual Desire – 302.71)

  • Terapat hambatan selera seks yg enetap serta meresap (pervasif). (perhitungan faktor: umur, jenis kelamin, kesehatan, intensitas dan frekwensi selera seks, konteks kehidupan individu)
  • Faktor organis tidak ada
  • Gangguan jiwa lain pada axis I tidak ada

  

Hambatan Gairah Seksual

(Inhibited Sexual Excitement – 302.72)

  • Termasuk frigiditas dan

    impotensi psikogenik (karena

    faktor psikologis bukan karena faktor fisik)

Kriteria Diagnosis

  

A. Hambatan yg berulang dan menetap dari gairah

selama aktivitas seks yang bermanifestasi sebagai berikut :

  1. Pada pria terdapat kegagalan sebagian/menyeluruh untuk mencapai atau mempertahankan ereksi sampai akhir aktivitasseks, atau

  2. Pada wanita terdapat kegagalan sebagian/menyeluruh untuk mencapai atau mempertahankan respon pelumasan dan pembengkakan alat kelamin yg merupakan respon gairah seks sehingga akhir dari

Kriteria…

  B. Penilaian klinik bahwa individu itu melakukan aktivitas seks yg cukup adekuat dalam fokus, intensitas dan lamanya

  C. Faktor organik tidak ada

  • Gangguan jiwa lain pada aksis I tidak ada

Hambatan Orgasme Wanita (inhibited orgasme 302.73)

  • • Hambatan orgasme pada wanita yg berulang dan

    menetap serta bermanifestasi sebagai keterlambatan atau tiodak terjadinya orgasme setelah terjadi fase gairah yg cukup kuat dalam fokus, intensitas dan lamanya individu itu mungkin pula memenuhi kriteria hambatan gairah seks. Apabila pada saat-saat lain terdapat masalah selama fase gairah dari aktivitas seks. Dalam hal demikian kedua kategori diagnosa disfungsi psikoseksual harus dicatat
  • • Faktor organik dan gangguan jiwa lain pada aksis I

  Hambatan Orgasme Pria (inhibited Male Orgasme 302.74)

  Kriteria diagnosis

  • Sama dengan wanita kecuali kata orgasme diganti dengan ejakulasi

Ejakuasi Prematur

  1. Ejakulasi yg terjadi sebelum individu itu menghendaki karena secara berulang dan menetap tidak ada pengendalian volunter yg wajar terhadap ejakulasi dan orgasme selama aktivitas seks (pertimbangan faktor umur, ciri pasangan seks, frekwensi serta lamanya senggama)

  2. Gangguan jiwa pada aksis I tidak ada

Dispareunia Fungsional (302.76)

  Kriteria Diagnosis

  A. Rasa nyeri berulang dan menetap pada alat kelamin pada waktu senggama baik pada wanita maupun wanita

  B. Gangguan fisik/kurang pelumasan dalam vagina/vaginismus fungsional/gangguan jiwa lain pada aksis I tidak ada

Vaginismus Fungsional

  • Dikategorikan sebagai faktor psikologik yg mempengaruhi kondisi fisik

  Kriteria diagnostik

  A. Terdapat riwayat yg berulang dan menetap dari spasme involunter otot 1/3 bagian luarvagina sehingga menghalangi senggama

  B. Gagguan fisik/jiwa lain pada aksis I tidak ada

  

Disfungsi Psikoseksual Tidak Khas

(302.70) kategori sisa

  • Terapi disfungsi seksual: bila ada cemas/depresi

   beri antisiolotik/anti depresan

  • – Konseling pernikahan
  • – Psikoterapi individual  untuk pasien dengan kepribadian neurotik
  • – Terapi tingkah laku : sex therapy – Master dan Johnson • Prognosis : baik bila mempunyai fungsi

Homoseksualitas yg ego-distonik (302.00)

  • Termasuk lesbianisme yg ego-distonik
  • Homoseksualitas: rasa tertarik secara perasaan (kasih sayang, hubungan emosional) dan atau secara erotik, baik secara predominan (lebih menonjol) maupun eksklusif (semata-mata) terhadap orang-orang yg berjenis kelamin sama, dengan atau tanpa hubungan fisik (jasmaniah)

  Kinsley dkk (1948-1953)

  • Homoseksualitas dan heteroseksualitas adalah suatu kontinum dengan pelbagai gradasi kelabu diantaranya ada 7 gradasi:

  

7 Gradasi (Kinsley)

  1. Heterosexual exclusive (semata-mata)

2. Heteroseks predominan (lebih menonjol), homoseks.

  Hanya kadang-kadang (gradasi sedikit saja)

  3. Heteroseks predominan, homoseks lebih sering (gradasi lebih banyak)

  4. Heteroseks dan homoseks kurang lebih sama banyak/gradasinya

  5. Homoseks predominan, heteroseks lebih sering (gradasi lebih banyak)

  6. Homoseks predominan, heteroseks hanya kadan- kadang (gradasi sedikit saja) 7 – 13%

  7. Homoseks eksklusif (semata-mata) 2 – 4%

  • Epidemiologi : homoseks terdapat pada hampir

  

Etiologi

Hasil penelitian masih kontroversial

  • • Bell, Weinberg, Hammersmith (1981) + Kallman

    (1952). Kondisi konstitusionalyg berdasarkan bawaan biologik  converdance rate 100% diantara anak kembar monozigot homoseks
  • • Pengaruh peran orang tua (ayah lemah/absen, ibu

    dominan)

    • Bujukan orang dewasa homoseks terhadap remaja.

  Pendapat sekarang homoseks bukan suatu gangguan atau penyakit jiwa

  • 1973 – APA (American Psychiatric Association)
  • 1975 – American Psychology Association

Alasan

  • • Psikopatologi kalangan homoseks setara

    heteroseks (Saabter 1970, Bell + Weinberg 1978)
  • • Hopmoseks mampu mencapai taraf pendidikan,

    pekerjaan dan ekonomi yg setara heteroseks (Saghir, dkk 1970)
  • • Homoseks dapat berfungsi secara efektif dalam

    bidang seksual, sosial maupun pekerjaan (Bell + Weinberg)
  • • Test psikologik (Rorschach, MMPI, dll)  homo dan

    heteroseks  tak ada perbedaan berarti
  • • Sikap tak manusiawi/tak toleran/fobik terhadap

    homoseks  sumber tekanan mental bagi kalangan

  

Gambaran Utama

  • Keinginan untuk mendapatkan/menambah kegairahan heteroseks, agar hubungan heteroseks dpt terbentuk atau dipertahankan dan yg pola kegairahan homoseksnya yang nyata (overt) dengan jelas dinyatakan oleh individu itu sebagai sesuatu yg tidak diinginkan dan merupakan sumber penderitaan bagi dirinya

Dampak

  Perasaan kesepian (sering), rasa bersalah,

malu, cemas dan depresi

Proses

  • Banyak individu dg gangguan ini akhirnya melepaskan keinginan untuk menjadi heteroseks dan akhirnya menerima diri mereka sebagai homoseks (perlu sikap suportif dan pengertian terhadap homoseks)
  • Perubahan ke heteroseks pada homoseks eksklusif  jarang sekali walaupun dengan terapi
  • Hendaya : Hendaya ringan dalam fungsi sosial Komplikasi : depresi neurotik
  • Faktor predisposisi : Pandangan negatif masyarakat terhadap homoseks yg telah di internalisasi oleh

Diagnosis Banding

  • Homoseks yg ego sintonik
  • Hambatan hasrat seksual (302.71)
  • Homoseks yg menderita depresi berat

Kriteria Diagnosis

  • Individu itu mengeluh secara terus menerus, kegairahan heteroseks tidak ada atau lemah, dan secara cukup bermakna menghalangi upaya dirinya untuk memulai atau mempertahankan hubungan heteroseksnya.
  • Terdapat pola kegairahan homoseks yg menetap dan oleh individu itu secara jelas dinyatakan bahwa hal itu tidak dikehendakinya dan merupakan suatu

  Therapy Tetapkan tujuan terapi yang jelas

  • • Obati masalah-masalah yg menyertainya (ggn afektif

    neurotik)
  • • Pertahankan kesungguhan motivasi untuk beralih ke

    heteroseks (tanpa paksaan)
  • Terapi tingkah laku Fokus pengobatan
  • Pengurangan ansietas heteroseks
  • Peningkatan respon heteroseks
  • • Mengembangkan rasa puas pada tingkah laku