KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1. Belanja pemerintah pusat berdasarkan klasifikasi ekonomi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

59

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Kewenangan dalam pengelolahan keuangan negara di tingkat pusat .............................................................................

37 Gambar 2. Sistem Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran .............

86

LAMPIRAN 2 PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Untuk membantu Anda dalam memahami materi dalam modul ini, disarankan agar Anda terlebih dahulu mempelajari peta konsep yang ada sebelum membaca lebih jauh materi yang disajikan dalam modul ini. Pemahaman terhadap peta konsep yang telah disediakan akan membantu Anda memahami hubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain sehingga mempermudah Anda dalam mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan.

Jika dalam mempelajari materi dalam kegiatan belajar yang ada dalam modul ini Anda menemukan adanya keterkaitan dengan kegiatan belajar sebelumnya, sebaiknya pelajarilah kembali kegiatan belajar sebelumnya sebagai prasyarat kompetensi. Untuk memastikan bahwa Anda telah memahami seluruh isi dari modul ini, perhatikan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai untuk setiap materi modul.

Penguasaan Anda atas materi modul ini dapat diukur dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam uraian materi diklat secara mandiri lalu bandingkan jawaban dengan petunjuk jawabannya. Selain itu, kerjakanlah setiap latihan dan tes secara mandiri atau kelompok, kemudian cocokkanlah jawaban dengan kunci jawaban yang tersedia. Usahakan kuasai 80% dari setiap kegiatan belajar, jika belum maka ulangi kembali membahas modul.

Apabila Anda menginginkan untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi, akan sangat baik jika Anda membaca literatur yang berhubungan dengan materi dalam modul ini sebagaimana disebutkan dalam daftar pustaka. Maksimalkan pula peran widyaiswara dalam kegiatan tutorial untuk lebih mempermudah proses belajar Anda.

SELAMAT BELAJAR . . !!

Modul Pengelolaan Keuangan Negara Modul Pengelolaan Keuangan Negara

Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan

Negara

Pembiayaan Defisit

Lingkup Keuangan

Anggaran

Negara

KB V: Keseimbangan

Asas-Asas Umum

Umum dan Pembiayaan

Keseimbangan Umum

Pengelolaan Keuangan

Defisit Anggaran

Negara

Mengapa Keuangan

KB I: Keuangan Negara

Negara harus Dikelola

Pembiayaan Defisit

dengan Baik

Anggaran

Pengertian dan Dasar

Hukum Keuangan

Negara

Keseimbangan Umum

Belanja Pemerintah

Daerah

KB IV: Belanja

Belanja Pemerintah atas pelaksanaan APBN

Pemerintah

Pertanggungjawaban

Belanja Pemerintah

Pusat

Sistem Pengawasan

Pengelolaan Keuangan Negara

Eksternal

KB VI: Pengawasan dan Pertanggungjawaban

Sistem Pengawasan

Reformasi Pelaksanaan

Pemerintah

Pelaksanaan APBN

APBN

Sistem Pengawasan Internal

Reformasi Penyusunan

APBN Struktur dan Format

APBN Siklus Pengelolaan

APBN

Penerimaan Negara

Penerimaan Hibah

KB II: APBN

Bukan Pajak

Pengertian dan Dasar

KB III: Pendapatan

Hukum APBN

Negara dan Hibah Penerimaan Perpajakan

Penerimaan Pajak

viii PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM - BPPK 2010 |

1. PENDAHULUAN

1.1. Deskripsi Singkat

Pengelolaan dalam arti luas, adalah penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam penanganan keuangan negara. Seperti diketahui fungsi manajemen ada empat yang kadang-kadang disingkat POAC yaitu planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan),

controlling (pengawasan). Jadi pengelolaan keuangan negara dalam pengertian ini adalah rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan sampai pengawasan keuangan negara. Langkah-langkah demikian, dalam keuangan negara kita dapat dilihat pada siklus APBN.

dan

Sebagaimana dimaklumi, sebelum 5 April 2003 pelaksanaan pengelolaan negara masih didasarkan pada aturan kolonial Hindia Belanda yang berlaku berdasarkan aturan peralihan UUD 1945, yaitu Indische Comptabiliteitswet yang lebih dikenal dengan nama ICW, Indische Bedrijvenwet (IBW) dan Reglement voor het Administratief Beheer (RAB). Peraturan perundangan tersebut dipandang tidak dapat mengakomodasi berbagai perkembangan yang terjadi dalam sistem kelembagaan negara dan pengelolaan keuangan negara. Oleh karena itu, meskipun berbagai ketentuan tersebut secara formal masih tetap berlaku, secara materiil sebagian dari ketentuan perundangan tersebut tidak lagi dilaksanakan.

Dalam rangka mewujudkan sistem pengelolaan keuangan fiskal yang berkesinambungan sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam UUD 45 dan asas-asas umum yang berlaku secara universal dalam penyelenggaraan pemerintahan negara serta menghilangkan bentuk-bentuk penyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara sebagai akibat dari peraturan perundangan warisan kolonial Hindia Belanda, Pemerintah dengan persetujuan DPR telah mengundangkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang disahkan pada tanggal 5 April 2003 dan berlaku sejak diundangkannya.

Perubahan mendasar dan/atau hal-hal baru yang diatur dalam UU Nomor

17 Tahun 2003 tersebut meliputi pengertian dan ruang lingkup keuangan Negara, asas-asas umum pengelolaan keuangan Negara, kedudukan presiden 17 Tahun 2003 tersebut meliputi pengertian dan ruang lingkup keuangan Negara, asas-asas umum pengelolaan keuangan Negara, kedudukan presiden

penyampaian laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan APBD.

waktu

1.2. Prasyarat Kompetensi

Peserta yang akan ditunjuk untuk mengikuti Diklat Latihan Prajabatan II adalah Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang telah memiliki Surat Keputusan Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (SK CPNS). Titik berat materi pada pemahaman, aplikasi, analisis dan kesimpulan berkaitan dengan pelaksanaan tugas sehari-hari peserta diklat sebagai pengelola di bidang fiskal.

1.3. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

1.3.1. Standar Kompetensi (SK)

Standar Kompetensi merupakan kecakapan untuk hidup dan belajar yang diperoleh melalui pengalaman belajar. Dengan pengertian tersebut, maka standar kompetensi untuk peserta diklat setelah mempelajari modul ini adalah meningkatnya pemahaman peserta diklat tentang Keuangan Negara dan peran Keuangan Negara dalam perekonomian, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Sistem Pengawasan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara.

1.3.2. Kompetensi Dasar (KD)

Kompetensi dasar adalah tujuan yang ingin dicapai setelah mempelajari modul yang merupakan penjabaran dari standar kompetensi. Kompetensi dasar yang diharapkan setelah mempelajari modul ini, peserta diklat diharapkan mampu :

1. Menyebutkan pengertian dan dasar hukum keuangan negara.

2. Menjelaskan lingkup dan asas-asas umum keuangan negara.

3. Menjelaskan kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara.

4. Menyebutkan pengertian dan dasar hukum APBN.

5. Menjelaskan kebijakan, struktur, dan siklus APBN.

6. Menjelaskan reformasi dalam penyusunan dan pelaksanaan APBN.

7. Menjelaskan sumber-sumber penerimaan negara.

8. Menjelaskan klasifikasi dan jenis-jenis belanja negara.

9. Menjelaskan keseimbangan umum dan pembiayaan defisit APBN.

10. Menjelaskan sistem pengawasan eksternal dan internal pemerintah.

11. Menjelaskan sistem pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN.

1.4. Relevansi Modul

Dengan mempelajari materi modul ini, diharapkan peserta diklat dapat memperoleh manfaat tambahan berupa pemahaman tentang pengertian, dasar hukum serta konsep-konsep pengelolaan keuangan negara secara umum, struktur dan siklus APBN, sumber-sumber pendapatan negara, jenis-jenis belanja negara, keseimbangan umum APBN dan pembiayaan defisit, serta sistem pengawasan dan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran di Indonesia.

Selaku otoritas dibidang fiskal, Departemen Keuangan memainkan peran yang sangat strategis dalam Pengelolaan Keuangan Negara. Oleh karena itu, diperlukan pegawai-pegawai Departemen Keuangan yang memahami dengan baik tugas-tugas Departemen Keuangan dalam mengelola keuangan negara baik dalam aspek makro maupun mikro.

Diharapkan, dengan semakin meningkatnya pemahaman para pegawai Departemen keuangan terhadap masalah pengelolaan keuangan negara selain akan sangat membantu dalam pelaksanaan tugas sehari-hari juga memberi keyakinan bahwa melalui pengelolaan keuangan negara yang semakin berkualitas, tujuan bernegara sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar dapat dicapai.

Perlu disadari bahwa pengelolaan keuangan negara merupakan masalah yang sangat kompleks. Diperlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk terus mempelajari dan mengenali permasalahan pengelolaan keuangan negara baik baik dalam konteks teoritis maupun teknis. Modul ini baru menyajikan secara umum dan ringkas berkenaan dengan pengelolaan keuangan negara disesuaikan dengan proporsi jam latihan yang tersedia dalam Diklat Diklat Latihan PraJabatan

II. Saudara diharapkan untuk terus II. Saudara diharapkan untuk terus

KEGIATAN BELAJAR (KB) 1 KEUANGAN NEGARA

2.1. Indikator

Indikator adalah kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan dasar untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran. Berdasarkan pengertian tersebut, setelah mempelajari kegiatan belajar satu ini, peserta diklat diharapkan dapat:

1. Menyebutkan pengertian dan dasar hukum keuangan negara.

2. Menjelaskan lingkup pengelolaan keuangan negara.

3. Menjelaskan asas-asas umum dalam pengelolaan keuangan negara.

4. Menjelaskan kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara.

5. Menerangkan alasan mengapa keuangan negara harus dikelola dengan baik.

2.2. Uraian dan Contoh

Untuk lebih memahami pengertian keuangan negara, terlebih dahulu perlu dipahami mengenai pengertian keuangan. Secara umum keuangan diartikan sebagai segala aktivitas yang bertalian dengan pembayaran uang. Pembayaran itu dimungkinkan apabila ada penerimaan terlebih dahulu. Oleh karena itu keuangan sering diartikan sebagai suatu sistem mengenai penerimaan dan pengeluaran uang. Bertolak dari alasan-alasan ini, yang dimaksud Keuangan Negara adalah semua hal yang bertalian dengan masalah penerimaan dan pengeluaran dari suatu negara.

2.2.1. Pengertian dan Dasar Hukum Keuangan Negara.

Seiring diterbitkannya UU Nomor 17 Tahun 2003, maka bagi Indonesia yang dimaksud dengan Keuangan Negara adalah pengertian Keuangan Negara sebagaimana didefinisikan dalam pasal 1 ayat 1 UU tersebut.

Dibawah ini kita lihat beberapa pengertian keuangan negara:

1. Bab VIII Undang - Undang Dasar 1945 (UUD 1945) mengatur tentang

keuangan negara. Dalam pasal 23 ditetapkan hal-hal yang keuangan negara. Dalam pasal 23 ditetapkan hal-hal yang

(a) Anggaran pendapatan dan belanja ditetapkan tiap-tiap tahun

dengan undang-undang. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran yang diusulkan pemerintah, maka pemerintah menjalankan anggaran tahun yang lalu.

(b) Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-

undang. (c) Macam-macam dan harga mata uang ditetapkan dengan

undang-undang. (d) Hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan undang-undang. (e) Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara

diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-undang. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

2. Dalam pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pengertian Keuangan Negara dinyatakan sebagai “Semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.” 4

Pendekatan yang digunakan dalam perumusan pengertian ini menurut angka 3 penjelasan umum UU Keuangan Negara dijabarkan bahwa:

1. Obyek dari Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal moneter, dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

2. Subyek Keuangan Negara adalah seluruh obyek Keuangan Negara yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh Pemerintah dan badan hukum publik lainnya.

3. Menurut prosesnya, Keuangan Negara merupakan seluruh rangkaian kegiatan pengelolaan semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang dimulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungjawaban.

4. Tujuan seluruh kebijakan, kegiatan, dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek Keuangan Negara tersebut dimaksudkan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Negara.

Pada tanggal 5 April 2003, UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara disahkan dan dinyatakan mulai berlaku sebagai dasar hukum keuangan negara sejak tanggal diundangkannya. Mulai saat tersebut Indonesia memasuki era baru pengelolaan keuangan negara dimana pengelolaan keuangan negara tidak lagi menggunakan aturan kolonial, sebagai pemenuhan kewajiban konstitusional sebagaimana diamanatkan oleh pasal 23 butir d UUD 45.

2.2.2. Lingkup Keuangan Negara.

Pengertian-pengertian Keuangan Negara seperti tersebut diatas menjelaskan pula mengenai lingkup Keuangan Negara. Ruang lingkup Keuangan Negara menurut UU Nomor 17 Tahun 2003 meliputi: pengelolaan fiskal, pengelolaan moneter, dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.

Pengelolaan moneter dilakukan melalui serangkaian kebijakan di bidang moneter. Kebijakan moneter adalah kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah di bidang keuangan yang berkenaan dengan jumlah uang yang beredar dalam masyarakat. Pemerintah selalu mengusahakan agar ada keseimbangan yang dinamis antara jumlah uang yang beredar dengan barang dan jasa yang tersedia di masyarakat. Kebijakan moneter ini berkaitan dengan kurs, aktivitas perbankan, investasi modal domestik dan modal asing, dan sebagainya.

Tujuan kebijaksanaan moneter secara umum adalah untuk:

1. menyesuaikan jumlah uang yang beredar di masyarakat;

2. mengarahkan penggunaan uang dan kredit sedemikian rupa sehingga nilai rupiah dapat dipertahankan kestabilannya;

3. mendorong produsen untuk meningkatkan kegiatan produksi melalui penyediaan kredit dengan suku bunga rendah;

4. menyediakan tingkat lapangan kerja tertentu;

5. mengusahakan agar kebijakan moneter dapat dilaksanakan tanpa memberatkan beban keuangan negara dan masyarakat.

Ragam pengelolaan fiskal meliputi fungsi-fungsi pengelolaan kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro, penganggaran, administrasi perpajakan, administrasi kepabean, perbendaharaan, dan pengawasan keuangan. Pengelolaan fiskal ditempuh melalui beragam kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah berkaitan dengan penerimaan (pendapatan) dan pengeluaran (belanja) pemerintah. Tujuan dari kebijakan fiskal adalah stabilisasi ekonomi yang lebih mantap. Maksudnya mampu mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang layak tanpa adanya pengangguran disatu pihak atau adanya ketidakstabilan harga-harga umum dipihak lain.

Kekayaan negara yang dipisahkan adalah komponen kekayaan negara yang pengelolaannya diserahkan kepada perusahaan yang seluruh modalnya/sahamnya dimiliki oleh negara. Perusahaan semacam ini biasa disebut Badan Usaha Milik Negara dan Lembaga-Lembaga Keuangan Negara (BUMN/BUMD). Oleh karena kekayaan negara ini dikelola secara tersendiri (menurut ketentuan- ketentuan yang berlaku bagi suatu perusahaan) maka tidak ada hubungan langsung dengan APBN. Walaupun demikian hubungan dengan APBN sebenarnya masih ada, tapi tidak langsung, yaitu dalam hal pemerintah menyertakan tambahan modal dalam BUMN tersebut atau dalam hal adanya setoran bagian laba BUMN itu untuk Pemerintah, maka semuanya ini dicatat dalam suatu pos APBN. Dalam APBN kita hal ini dicatat dalam Bagian Pembiayaan dan Perhitungan.

Seperti diketahui, semula perusahaan milik negara itu hanya ada satu macam yaitu semuanya berstatus Perusahaan Negara (PN). Kemudian pada tahun 1969 diubah menjadi tiga macam yaitu Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero). Setelah Seperti diketahui, semula perusahaan milik negara itu hanya ada satu macam yaitu semuanya berstatus Perusahaan Negara (PN). Kemudian pada tahun 1969 diubah menjadi tiga macam yaitu Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero). Setelah

2.2.3. Asas-Asas Umum Pengelolaan Keuangan Negara

Agar tujuan pengelolaan seluruh kebijakan, kegiatan, dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek Keuangan Negara dapat memberikan daya dukung penyelenggaraan pemerintahan negara yang optimal, keuangan negara dikelola berdasarkan asas umum sebagai berikut:

1. Akuntabilitas yang berorientasi pada hasil, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan pengelolaan Keuangan

Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

2. Profesionalitas, yang berarti mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan perundang-undangan;

3. Proporsionalitas, yakni asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara Negara;

4. Keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang pengelolaan Keuangan Negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak-hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia Negara;

5. Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri, yang dalam praktiknya dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK RI).

Asas-asas baru sebagai pencerminan penerapan kaidah-kaidah yang baik (best practices) yang diatur dalam UU Nomor 17 tahun 2003 diatas dalam penerapannya didukung dengan asas-asas umum yang sebelumnya telah dipakai dalam pengelolaan keuangan negara seperti asas tahunan, asas Asas-asas baru sebagai pencerminan penerapan kaidah-kaidah yang baik (best practices) yang diatur dalam UU Nomor 17 tahun 2003 diatas dalam penerapannya didukung dengan asas-asas umum yang sebelumnya telah dipakai dalam pengelolaan keuangan negara seperti asas tahunan, asas

VI Undang-Undang Dasar 1945.

2.2.4. Kekuasaan Atas Pengelolaan Keuangan Negara

Berdasar UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Presiden adalah pemegang kekuasaan umum pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Dalam melaksanakan mandat Undang- Undang Keuangan Negara, fungsi

pemegang kekuasaan umum atas pengelolaan keuangan negara tersebut dijalankan dalam bentuk:

1. selaku Pengelola Fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan Negara yang dipisahkan dikuasakan kepada Menteri Keuangan;

2. selaku Pengguna

kementerian negara/lembaga

Anggaran/Pengguna

Barang

masing-masing menteri/pimpinan lembaga;

gubernur/bupati/walikota

selaku kepala

pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan;

4. tidak termasuk kewenangan di bidang moneter. Untuk mencapai stabilitas nilai rupiah, penetapan dan pelaksanaan kebijakan moneter serta mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran dilakukan oleh Bank Sentral.

Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden dalam bidang keuangan pada hakekatnya adalah Chief Financial Officer (CFO) yang berwenang dan bertanggung jawab atas pengelolaan asset dan kewajiban negara secara nasional, sedangkan para menteri dan pimpinan lembaga negara pada hakikatnya adalah Chief Operational Officer (COO) yang berwenang dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan pemerintahan sesuai bidang tugas dan fungsi masing-masing.

Pembagian kewenangan yang jelas dalam pelaksanaan anggaran antara menteri keuangan dan menteri teknis tersebut diharapkan dapat memberikan jaminan terlaksananya mekanisme saling uji (check and balance) dalam pelaksanaan pengeluaran negara dan jaminan atas kejelasan akuntabilitas Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara dan Menteri

Pengguna Anggaran. Selain itu, pembagian kewenangan ini akan memberikan fleksibilitas bagi menteri teknis, sebagai pengguna anggaran, untuk mengatur penggunaan anggaran kementeriannya secara efisien dan efektif dalam rangka optimalisasi kinerja kementeriannya untuk menghasilkan output yang telah ditetapkan.

Teknis

sebagai

Atas kuasa yang diterimanya, Menteri Keuangan selaku Pengelola Fiskal memiliki tugas-tugas sebagai berikut:

1. menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro;

2. menyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan APBN;

3. mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;

4. melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan;

5. melaksanakan pungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan

dengan undang-undang;

6. melaksanakan fungsi bendahara umum negara;

7. menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBN;

8. melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan

ketentuan undang-undang.

Penguna Anggaran/Pengguna Barang memiliki tugas-tugas sebagai berikut:

Sedangkan

Menteri/Pimpinan

Lembaga

selaku

1. menyusun anggaran kementerian negara/lembaga;

2. menyusun dokumen pelaksanaan pemungutan penerimaan negara;

3. melaksanakan anggaran kementerian negara/lembaga;

4. melaksanakan pungutan penerimaan negara bukan pajak dan

menyetorkannya ke Kas Negara;

5. mengelola piutang dan utang Negara yang menjadi tanggung jawab

kementerian negara/lembaga;

6. mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab 6. mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab

7. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian

negara/lembaga;

8. melaksanakan tugas-tugas lain berdasarkan ketentuan undang-undang.

2.2.5. Mengapa Keuangan Negara harus dikelola dengan baik?

Menurut Musgrave, masalah keuangan negara tidak sekedar menyangkut arus uang yang masuk sebagai penerimaan negara, dan arus uang yang keluar sebagai pengeluaran negara. Masalah keuangan negara juga menyangkut alokasi sumber- sumber ekonomi, distribusi pendapatan, dan pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, keuangan negara mempunyai dampak yang luas pada kegiatan ekonomi masyarakat.

Oleh karena itu, keuangan negara harus dikelola dengan baik dengan alasan-alasan berikut:

1. Mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

Hubungan antara keuangan negara dengan kegiatan ekonomi masyarakat sudah lama diketahui. Dalam bukunya yang berjudul ”An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nation”. Adam Smith menyatakan bahwa Negara tidak boleh campur tangan dalam perekonomian karena perekonomian sudah diatur oleh “invisible hands”, yaitu mekanisme naik atau turunnya harga sebagai akibat dari hukum penawaran dan permintaan barang dan jasa. Misalnya jika, permintaan lebih besar dari penawaran maka tingkat harga akan naik. Kenaikan harga akan mendorong kenaikan penawaran dan menekan permintaan sehingga terjadi keseimbangan baru dalam penawaran dan permintaan pada tingkat harga tertentu. Sebaliknya, jika penawaran lebih besar dari permintaan, harga akan turun. Turunnya harga akan menyebabkan naiknya permintaan dan menurunkan penawaran sehingga terjadi keseimbangan baru. Dengan demikian, naik/turunnya harga atau mekanisme harga bekerja secara

otomatis untuk menjaga keseimbangan antara penawaran dan permintaan atas barang dan jasa. Keuangan negara, melalui penerimaan/pendapatan dan pengeluaran/belanja negara dapat mempengaruhi bekerjanya mekanisme harga. Penerimaan negara yang berasal dari pungutan pajak akan mengurangi daya beli otomatis untuk menjaga keseimbangan antara penawaran dan permintaan atas barang dan jasa. Keuangan negara, melalui penerimaan/pendapatan dan pengeluaran/belanja negara dapat mempengaruhi bekerjanya mekanisme harga. Penerimaan negara yang berasal dari pungutan pajak akan mengurangi daya beli

Sebaliknya pengeluaran negara, untuk membeli barang dan jasa dari masyarakat, akan menambah daya beli masyarakat. Apabila penerimaan negara melebihi pengeluaran negara, yang berarti APBN surplus, berarti pengurangan daya beli masyarakat lebih besar dari penambahannya sehingga terjadi ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan. Sebaliknya, apabila pengeluaran lebih besar dari penerimaannya, yang berarti APBN defisit, berarti penambahan daya beli masyarakat lebih besar dari

masyarakat.

pengurangannya. Apabila permintaan masyarakat atas barang dan jasa melebihi penawarannya, harga-harga barang dan jasa akan naik atau terjadi inflasi. Namun jika penawaran lebih besar dari permintaannya maka harga-harga akan turun atau deflasi.

Menurut Boediono (1980), inflasi adalah suatu proses atau kecenderungan kenaikan harga secara umum dan terus menerus. Deflasi adalah sebaliknya. Baik inflasi maupun deflasi dapat menganggu kegiatan ekonomi masyarakat. Untuk mencegah dampak yang tidak dikehendaki, Adam Smith menganjurkan agar penerimaan negara harus sama dengan pengeluaran negara, yang berarti APBN suatu negara harus seimbang. Pajak

yang dipungut negara tidak boleh terlalu banyak atau terlalu sedikit, sebatas cukup untuk membiayai penyelenggaraan tugas dan fungsi negara, berupa:

a. menyelenggarakan pertahanan dan keamanan

b. peradilan, dan

c. menyediakan barang publik.

2. Menjaga stabilitas ekonomi

Pendapat Adam Smith diikuti sampai tahun 1930-an karena pada tahun itu terjadi peristiwa depresiasi dunia. Pada periode tersebut, meskipun hampir semua negara menerapkan APBN seimbang, pada kenyataannya terjadi juga ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan barang dan jasa. Ketidakseimbangan ini mengakibatkan jatuhnya perekonomian dan meningkatkan pengangguran. Pada tahun 1936, John Maynard Keyness menulis buku yang berjudul ”The General Theory of Employment, Interest and Money”.

Berdasarkan hasil penelitiannya, Keyness berpendapat bahwa employment ditentukan oleh permintaan agregat dan penawaran agregat. Yang dimaksud dengan permintaan agregat adalah keseluruhan jumlah uang yang diterima Berdasarkan hasil penelitiannya, Keyness berpendapat bahwa employment ditentukan oleh permintaan agregat dan penawaran agregat. Yang dimaksud dengan permintaan agregat adalah keseluruhan jumlah uang yang diterima

pengusaha untuk membeli factor-faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan barang dan jasa. Apabila permintaan agregat lebih besar dari penawaran agregat maka pengusaha akan untung sehingga bisa melakukan ekspansi usaha yang akan berdampak pada pertambahan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran. Sebaliknya, apabila penawaran agregat lebih besar dari permintaan agregat

maka pengusaha akan merugi yang akan memaksa para pengusaha untuk mengurangi produksi yang berarti juga pengurangan tenaga kerja. Akibatnya, penangguran meningkat.

Menurut Keyness, depresi dunia yang terjadi pada tahun 1930-an disebabkan oleh penawaran agregat yang lebih besar daripada permintaan agregatnya. Oleh karena itu, untuk mengatasi pengangguran, pemerintah melalui APBN dapat memperbesar permintaan agregat agar sama dengan penawaran agregat. Ini berarti APBN tidak lagi harus seimbang dan dapat juga digunakan sebagai alat untuk mengatasi inflasi dan deflasi, serta memelihara stabilisasi perekonomian.

Sejak lahirnya teori Keyness, tugas dan fungsi Negara menjadi lebih penting karena tidak sekedar menyelenggarakan pertahanan dan keamanan, menyelenggarakan peradilan dan menyediakan barang publik semata namun juga menjaga kestabilan perekonomian sehingga kehidupan masyarakat yang damai dan sejahtera dapat terpelihara.

3. Merealokasi sumber-sumber ekonomi

Pendapat Keyness kemudian dikembangkan lagi oleh Richard Musgrave. Dalam bukunya yang berjudul ”The Theory of Public Finance”, Musgrave menyatakan bahwa tugas dan fungsi negara meliputi: realokasi sumber-sumber daya ekonomi, redistribusi pendapatan, dan stabilisasi. Realokasi sumber-sumber ekonomi menurut Musgrave adalah memanfaatkan sumber-sumber ekonomi yang terbatas secara maksimal. Di Indonesia, sepanjang tidak ditentukan lain oleh peraturan perundangan berlaku, pada hakekatnya sumber-sumber daya ekonomi dimiliki masyarakat. Apabila sumber daya yang ada di masyarakat tersebut tidak terdistribusikan secara maksimal akibatnya akan menimbulkan Pendapat Keyness kemudian dikembangkan lagi oleh Richard Musgrave. Dalam bukunya yang berjudul ”The Theory of Public Finance”, Musgrave menyatakan bahwa tugas dan fungsi negara meliputi: realokasi sumber-sumber daya ekonomi, redistribusi pendapatan, dan stabilisasi. Realokasi sumber-sumber ekonomi menurut Musgrave adalah memanfaatkan sumber-sumber ekonomi yang terbatas secara maksimal. Di Indonesia, sepanjang tidak ditentukan lain oleh peraturan perundangan berlaku, pada hakekatnya sumber-sumber daya ekonomi dimiliki masyarakat. Apabila sumber daya yang ada di masyarakat tersebut tidak terdistribusikan secara maksimal akibatnya akan menimbulkan

4. Mendorong Redistribusi Pendapatan

Melalui kebijakan fiskal dalam APBN, negara dapat mendorong terjadinya redistribusi pendapatan agar tidak terjadi senjang (gap) antara golongan masyarakat kaya dan golongan masyarakat miskin secara menyolok. Sumber daya ekonomi berupa faktor-faktor produksi secara natural tidaklah terdistribusi secara merata di masyarakat. Akibatnya, sebagian masyarakat yang menguasai lebih banyak faktor produksi akan lebih diuntungkan dari kegiatan perekonomian yang ada. Untuk menciptakan keadilan, pemerintah dalam mengenakan pajak yang lebih banyak kepada kelompok masyarakat yang lebih mampu dan mengalokasikannya dalam bentuk pengeluaran/belanja negara yang berpihak kepada masyarakat yang kurang mampu (pro poor). Oleh karena itu, pengelolaan APBN tidak hanya menyangkut pada jumlah penerimaan dan pengeluaran saja, tetapi harus memperhatikan juga rincian dari penerimaan dan pengeluaran negara.

2.3. Latihan

1. Bagaimanakah rumusan keuangan negara yang tercantum dalam UUD 1945?

2. Apa saja yang termasuk lingkup keuangan negara menurut UU Keuangan Negara?

3. Jelaskan pendekatan yang dipakai UU No. 17 Tahun 2003 dalam merumuskan pengertian keuangan negara?

4. Jelaskan maksud menteri keuangan sebagai chief financial officer?

5. Alasan-alasan apa yang mendasari perlunya pengelolaan keuangan negara secara baik?

2.4. Rangkuman

Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan

Keuangan negara harus dikelola dengan baik mengingat dampak besarnya bagi perekonomian negara. Secara ekonomi, terdapat tiga fungsi pemerintah dalam perekonomian, yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi. Keuangan Negara dapat dikelola sebagai sarana untuk pemenuhan fungsi-fungsi tersebut.

2.5. Test Formatif 1 PILIHLAH JAWABAN YANG PALING TEPAT.

1. Peraturan Undang-undang yang paling memenuhi amanat bab VIII pasal 23C Amandemen UUD 1945 adalah...

a. UU Nomor 1 Tahun 2004

b. UU Nomor 15 Tahun 2004

c. UU Nomor 17 Tahun 2003

d. UU Nomor 25 Tahun 2004

2. Tugas dan fungsi negara dalam bidang ekonomi berhubungan dengan permasalahan dibawah ini, kecuali...

a. Redistribusi pendapatan dalam masyarakat.

b. Realokasi sumber-sumber daya ekonomi.

c. Stabilisasi perekonomian.

d. Penentuan kebijakan publik.

3. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam kaitannya dengan...

a. Kekayaan negara yang dipisahkan.

b. Penerimaan dan pendapatan negara serta pengeluaran dan belanja negara.

c. Kurs mata uang, aktivitas perbankan dan investasi.

d. pengendalian jumlah uang yang beredar di masyarakat.

4. Sebagai pengguna anggaran, Menteri Keuangan memiliki tugas untuk....

a. melaksanakan pungutan PNBP dan menyetorkannya ke Kas Negara.

b. melaksanakan fungsi Bendahara Umum Negara (BUN).

c. mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA).

d. menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro.

5. Kebijakan perpajakan yang bersifat progresif adalah contoh nyata implementasi keuangan negara untuk tujuan....

a. meredistribusi pendapatan.

b. merealokasi sumber-sumber ekonomi.

c. menjaga stabilitas perekonomian.

d. mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

6. Keterlibatan pemerintah secara aktif dalam mempengaruhi perekonomian nasional melalui kebijakan APBN, pertama kali disarankan oleh....

a. John Maynard Keyness.

b. Adam Smith.

c. Richard Musgrave.

d. Holley Ulbrich.

7. Dalam suatu pasar yang efisien, pemerintah dapat mempengaruhi terjadinya perubahan pada harga di pasar. Apabila pemerintah ingin menurunkan harga pasar, maka kegiatan yang tepat yang dapat dilakukan pemerintah adalah ....

a. menurunkan penerimaan pajak

b. mengurangi tarif pajak

c. menaikkan penerimaan pajak

d. mengurangi subsidi atas konsumsi suatu barang

8. Definisi dari permintaan agregat adalah

a. keseluruhan jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu waktu tertentu a. keseluruhan jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu waktu tertentu

c. keseluruhan jumlah barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat

dalam suatu waktu tertentu

d. keseluruhan jumlah uang yang bersedia dibayarkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya

9. Suatu paham yang mengatakan bahwa penerimaan negara harus sama dengan pengeluaran negara, yang berarti APBN suatu negara harus seimbang dikemukakan oleh....

a. Holley Ulbrich

b. Richard Musgrave

c. Adam Smith

d. John Maynard Keyness

10. Keyness berpendapatan bahwa tingkat penangguran dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran agregat. Tingkat pengangguran akan semakin turun apabila terdapat kondisi dimana...

a. Permintaan aggregat sama dengan penawaran aggregat

b. Permintaan aggregat lebih besar dari penawaran aggregat

c. Penawaran aggregat lebih besar dari permintaan aggregat

d. Penawaran aggregat lebih kecil dari permintaan aggregat

2.6. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban yang tersedia. Hitunglah jawaban Anda yang benar kemudian gunakan rumus berikut untukmengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi kegiatan belajar ini.

Jumlah jawaban yang benar

TP =

Jumlah keseluruhan soal

Apabila Tingkat Pemahaman Saudara dalam memahami materi yang sudah dipelajari mencapai :

91 - 100 Sangat Baik

Apabila Nilai Anda 81 atau

lebih, berarti Anda

81 - 90

Baik

memahami materi kegiatan

belajar ini. Namun apabila

71 - 80

Cukup

nilai Anda kurang dan 81,

61 - 70

Kurang

Anda harus mempelajari

kembali materi kegiatan

0 - 60 Sangat Kurang

belajar ini

KEGIATAN BELAJAR II ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)

3.1. Indikator

Indikator adalah kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan dasar untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran. Berdasar pengertian tersebut, setelah mempelajari kegiatan belajar satu ini, peserta diklat diharapkan dapat:

a. Menyebutkan pengertian dan dasar hukum APBN.

b. Menerangkan siklus pengelolaan APBN.

c. Menjelaskan struktur dan format APBN.

d. Menjelaskan reformasi penyusunan anggaran yang sesuai ketentuan yang berlaku.

e. Menerangkan reformasi dalam pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja.

3.2. Uraian dan Contoh

Di atas telah disebutkan bahwa untuk mencapai tujuan nasional dalam rangka pelaksanaan pembangunan, Pemerintah harus melaksanakan kegiatan- kegiatan. Kegiatan Pemerintah yang beraneka ragam dan demikian komplek itu harus dilakukan berdasarkan suatu rencana kerja yang lengkap disertai dengan rencana keuangan. Yang dimaksud dengan rencana keuangan adalah rencana kerja yang telah diperhitungkan dengan uang. Rencana keuangan yang disusun Pemerintah disebut anggaran negara yang secara lengkap biasa disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Telah dijelaskan pula, mengingat lingkupnya yang lebih sempit, maka APBN merupakan bagian dari keuangan negara.

3.2.1. Pengertian dan Dasar Hukum APBN

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas, berikut akan kita lihat beberapa pengertian anggaran pendapatan dan belanja negara yang telah Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas, berikut akan kita lihat beberapa pengertian anggaran pendapatan dan belanja negara yang telah

a. Biasanya anggaran belanja memuat data-data keuangan mengenai pengeluaran-pengeluaran dan penerimaan-penerimaan dari tahun-tahun yang lalu, jumlah- jumlah taksiran untuk tahun yang sedang berjalan, dan jumlah-jumlah yang diusulkan untuk tahun yang akan datang (Due, 1973:63)

b Yang dimaksud dengan anggaran (budget) ialah suatu daftar atau pernyataan yang terperinci tentang penerimaan dan pengeluaran negara yang diharapkan dalam jangka waktu satu tahun (Suparmoko, 1992: 49).

c Pasal 1 ayat 7 UU Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

Dari rumusan-rumusan di atas, kita dapat mengetahui bahwa pada dasarnya APBN mengandung perkiraan jumlah pengeluaran dan perkiraan jumlah pendapatan untuk menutupi pengeluaran tersebut serta pembiayaan anggaran dalam rangka pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada Pemerintah.

Arah keuangan negara menurut Musgrave adalah untuk mengusahakan stabilitas ekonomi, mengusahakan pembagian pendapatan yang lebih merata, dan mengusahakan alokasi sumber-sumber secara efisien.

Pendapat Musgrave ini menunjukkan bahwa keuangan negara dapat dijadikan landasan kebijaksanaan untuk mencapai apa yang dikehendaki oleh Pemerintah. Urutan sasaran yang dikemukakan oleh Musgrave diatas, tentu ada kaitannya dengan keadaan perekonomian Amerika Serikat pada waktu itu dimana ia mengadakan penelitian. Stabilitas ekonomi dan pembagian pendapatan menjadi perhatiannya karena hal itu merupakan hal yang sangat rawan dalam perekonomian Amerika Serikat. Sistem ekonomi liberal yang dianut Amerika Serikat dimana perekonomian sebagian besar dikendalikan oleh mekanisme pasar sering mengakibatkan fluktuasi perekonomian yang besar/konjungtur. Untuk mengurangi hal ini maka keuangan negara dapat dijadikan salah satu alat anti konjungtur. Dalam sistem ekonomi kapitalis, sesuai dengan namanya, modal memegang peranan yang sangat penting. Karena itu para pemilik modal mempunyai pendapatan yang tinggi. Sebaliknya mereka yang tidak memiliki Pendapat Musgrave ini menunjukkan bahwa keuangan negara dapat dijadikan landasan kebijaksanaan untuk mencapai apa yang dikehendaki oleh Pemerintah. Urutan sasaran yang dikemukakan oleh Musgrave diatas, tentu ada kaitannya dengan keadaan perekonomian Amerika Serikat pada waktu itu dimana ia mengadakan penelitian. Stabilitas ekonomi dan pembagian pendapatan menjadi perhatiannya karena hal itu merupakan hal yang sangat rawan dalam perekonomian Amerika Serikat. Sistem ekonomi liberal yang dianut Amerika Serikat dimana perekonomian sebagian besar dikendalikan oleh mekanisme pasar sering mengakibatkan fluktuasi perekonomian yang besar/konjungtur. Untuk mengurangi hal ini maka keuangan negara dapat dijadikan salah satu alat anti konjungtur. Dalam sistem ekonomi kapitalis, sesuai dengan namanya, modal memegang peranan yang sangat penting. Karena itu para pemilik modal mempunyai pendapatan yang tinggi. Sebaliknya mereka yang tidak memiliki

Alokasi sumber-sumber juga menjadi sorotan Musgrave karena faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal dan keahlian) merupakan piranti yang sangat penting dalam sistim ekonomi kapitalis. Dalam hal ini keuangan negara harus diarahkan agar jangan sampai tejadi pengangguran faktor-faktor produksi tersebut. Hal lain yang tidak disoroti oleh Musgrave adalah masalah pertumbuhan ekonomi, yang justru merupakan hal yang sangat penting bagi negara-negara yang sedang membangun seperti Indonesia. Hal ini tentu tidak disoroti oleh Musgrave karena perekonomian AS sudah maju (pertumbuhan ekonomi sudah mapan).

Seperti tercantum dalam pasal 15 ayat 1 sampai ayat 6 UU Nomor 17 tahun 2003 antara lain dinyatakan bahwa yang menyiapkan rancangan APBN dan sekaligus rancangan Undang-Undang APBN (RUU APBN) adalah Pemerintah. Kemudian RUU APBN itu diajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk mendapat persetujuan. Dalam praktek, RUU APBN itu setelah disetujui oleh DPR baru dinyatakan berlaku setelah disahkan oleh Presiden. Dari praktek semacam ini jelas kiranya yang menjadi dasar hukum APBN adalah Undang- Undang APBN (UU APBN).

3.2.2. Siklus Pengelolaan APBN

Pengelolaan APBN secara keseluruhan dilakukan melalui 5 tahap yaitu tahap perencanaan APBN, tahap penetapan UU APBN, tahap pelaksanaan UU APBN,

dan tahap pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. Kegiatan-kegiatan yang dimulai dari perencanaan anggaran sampai ke perhitungan anggaran biasa disebut siklus APBN atau daur APBN atau lingkaran APBN.

tahap pengawasan

pelaksanaan UU

APBN,

1) Tahap Perencanaan APBN

Secara garis besar kegiatan yang dilakukan pada tahap ini secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut: (a) Penyusunan Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga.

Berdasarkan PP Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja

Pemerintah dan PP Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, Kementerian Negara/Lembaga menyusun Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga (Renja-KL) dengan berpedoman pada Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga (Renstra-KL) dan mengacu pada prioritas pembangunan nasional dan pagu indikatif yang ditetapkan dalam Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri Perencanaan dan Menteri Keuangan. Rencana kerja ini memuat kebijakan, program dan kegiatan yang dilengkapi sasaran kinerja dengan menggunakan pagu indikatif untuk tahun anggaran yang sedang disusun dan prakiraan maju (forward estimate) untuk tahun anggaran berikutnya. Program dan kegiatan dalam Renja-KL disusun dengan pendekatan berbasis kinerja, kerangka pengeluaran jangka menengah, dan penganggaran terpadu

(b) Pembahasan Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga.

Kementerian Perencanaan setelah menerima rencana kerja Kementerian Negara/Lembaga melakukan penelaahan bersama-sama dengan Kementerian Keuangan. Pada tahap ini, perubahan-perubahan terhadap program Kementerian Negara/Lembaga dapat disetujui oleh Kementerian Perencanaan setelah berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan berdasarkan usulan Menteri/Pimpinan Lembaga terkait.

(c) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. Selambat-lambatnya pertengahan Mei, pemerintah menyampaikan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal kepada DPR untuk dibahas bersama. Hasil-hasil pembahasan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal tersebut kemudian menjadi Kebijakan Umum dan Prioritas Anggaran bagi Presiden/Kabinet yang akan dijabarkan oleh Kementerian Keuangan dalam bentuk Surat Edaran Pagu Sementara. Kementerian Negara/Lembaga setelah menerima Surat Edaran Menteri Keuangan tentang pagu sementara bagi masing-masing program pada pertengahan bulan Juni, melakukan penyesuaian Renja-KL menjadi RKA-KL yang dirinci menurut unit organisasi dan kegiatan. Selanjutnya, Kementerian Negara/Lembaga melakukan pembahasan RKA-KL dengan komisi-komisi di DPR yang (c) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. Selambat-lambatnya pertengahan Mei, pemerintah menyampaikan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal kepada DPR untuk dibahas bersama. Hasil-hasil pembahasan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal tersebut kemudian menjadi Kebijakan Umum dan Prioritas Anggaran bagi Presiden/Kabinet yang akan dijabarkan oleh Kementerian Keuangan dalam bentuk Surat Edaran Pagu Sementara. Kementerian Negara/Lembaga setelah menerima Surat Edaran Menteri Keuangan tentang pagu sementara bagi masing-masing program pada pertengahan bulan Juni, melakukan penyesuaian Renja-KL menjadi RKA-KL yang dirinci menurut unit organisasi dan kegiatan. Selanjutnya, Kementerian Negara/Lembaga melakukan pembahasan RKA-KL dengan komisi-komisi di DPR yang

Sebelumnya komisi-komisi terkait telah mendapatkan Pagu Anggaran Sementara yang disampaikan oleh Panitia Anggaran DPR sebagai bahan dalam pembahasan RKA-KL. Hasil pembahasan RKA-KL disampaikan kepada Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan selambat-lambatnya pada pertengahan bulan Juni. Kementerian Perencanaan akan menelaah kesesuaian antara RKA-KL hasil pembahasan dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP), sementara Kementerian Keuangan akan menelaah kesesuaian antara RKA-KL hasil pembahasan dengan SE Menteri Keuangan tentang pagu sementara, prakiraan maju yang telah disetujui tahun anggaran sebelumnya dan standar biaya yang telah ditetapkan.

(d) Penyusunan Anggaran Belanja

RKA-KL hasil pembahasan Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan menjadi dasar penyusunan anggaran belanja negara. Belanja negara disusun menurut asas bruto dimana masing-masing Kementerian Negara/Lembaga selain harus mencantumkan rencana jumlah pengeluaran tapi juga perkiraan penerimaan yang mungkin didapat selama tahun anggaran yang bersangkutan.

(e) Penyusunan Perkiraan Pendapatan Negara

Tidak seperti halnya penyusunan perkiraan belanja negara, dimana dilakukan pembahasan antara Kementerian Keuangan, Bappenas selaku kementerian perencanaan dan Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan, maka penentuan perkiraan pendapatan negara pada dasarnya ditetapkan oleh Kementerian Keuangan dibantu Bappenas dengan memperhatikan masukan-masukan dari Kementerian Negara/Lembaga lain. Misalnya dalam penentuan perkiraan penerimaan bukan pajak.

(f) Penyusunan Rancangan APBN

Setelah disusun perkiraan belanja negara dan perkiraan pendapatan negara, selanjutnya Kementerian Keuangan menyusun Rancangan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk dibahas dalam sidang kabinet yang dipimpin oleh Presiden.

Dari hasil pembahasan pada sidang kabinet, selanjutnya disusun Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RUU APBN) beserta dokumen pendukungnya yang terdiri dari Nota Keuangan

dan Himpunan RKA-KL dari seluruh Kementerian Negara/Lembaga untuk disampaikan kepada DPR.

2) Tahap Penetapan UU APBN

Selanjutnya, Nota Keuangan dan Rancangan APBN beserta Himpunan RKA-KL yang telah dibahas dalam Sidang Kabinet disampaikan Pemerintah kepada DPR selambat-lambatnya pertengahan Agustus untuk dibahas dan ditetapkan menjadi Undang-Undang APBN selambat-lambatnya pada akhir bulan Oktober. Proses penyelesaian pada tahap ini melalui beberapa tingkat pembicaraan, yaitu:

Tingkat I

Pada tingkat ini disampaikan keterangan atau penjelasan Pemerintah tentang Rancangan UU APBN. Pada kesempatan ini Presiden menyampaikan pidato Pengantar Rancangan UU APBN didepan Sidang Paripurna DPR.

Tingkat II

Dilakukan pandangan umum dalam Rapat Paripurna DPR dimana masing- masing Fraksi di DPR mengemukakan pendapatnya mengenai RUU APBN dan keterangan Pemerintah. Jawaban Pemerintah atas pandangan umum tersebut biasanya diberikan oleh Menteri Keuangan.

Tingkat III

Pada tingkat ini dilakukan pembahasan dalam Rapat Komisi, Rapat Gabungan Komisi atau Rapat Panitia Khusus. Pembahasan dilakukan bersama-sama Pemerintah yang diwakili oleh Menteri Keuangan.

Tingkat IV

Diadakan rapat Paripurna DPR yang kedua. Pada rapat ini disampaikan laporan hasil pembicaraan pada tingkat III dan pendapat akhir dari masing- masing fraksi DPR. Apabila ada dan dianggap perlu dapat juga pendapat- pendapat itu disertai dengan catatan tentang pendirian fraksinya. Setelah penyampaian pendirian akhir masing-masing fraksi selanjutnya dengan menggunakan hak budget yang dimilikinya DPR menyetujui RUU APBN. Setelah DPR menyetujui RUU APBN, pada kesempatan ini pula DPR mempersilahkan Pemerintah yang diwakili oleh Menteri Keuangan untuk menyampaikan sambutannya bertalian dengan keputusan DPR tersebut. Sesuai dengan ketentuan yang ada, agar RUU APBN yang telah disetujui DPR dapat berlaku efektif maka Presiden mengesahkan RUU APBN itu menjadi UU APBN.

3) Tahap Pelaksanaan UU APBN

UU APBN yang sudah disetujui DPR dan disahkan oleh Presiden, sudah disusun dengan rinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja. Hal tersebut berarti bahwa setiap pergeseran anggaran antar unit organisasi, antarkegiatan, dan antar jenis belanja harus mendapat persetujuan DPR. Selanjutnya pelaksanaan UU APBN dituangkan lebih lanjut dengan

kementerian negara/lembaga negara dalam melaksanakan anggaran.