Analisa Pengukuran Kinerja Keuangan Sebe

Analisa Pengukuran Kinerja Keuangan Sebelum Dan Setelah
Merger Pada Perbankan Yang Terdaftar Di BEI
Cintia Defi
Universitas Trilogi
1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dalam dunia usaha bisnis saat ini memang
menunjukan angka yang signifikan terlebih dalam era modern dan di jaman
globalisasi kondisi dimana perdagangan lokal maupun dunia yang bebas
sehingga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin meningkat
sehingga manajemen perusahaan pun harus inovatif dalam merumuskan
rancangan atau strategi baru. Pada dasarnya setiap perusahaan, baik
perusahaan dagang, industri, maupun jasa mempunyai tujuan untuk
memperoleh laba. Pengembangan perusahaan merupakan salah satu cara
untuk mencapainya. Perusahaan perlu mengembangkan suatu strategi yang
tepat agar bisa mempertahankan eksistensinya dan memperbaiki kinerjanya.
Perusahaan diharapkan dapat memilih strategi yang baik dan tepat agar
dapat dijadikan tujuan jangka panjang perusahaan. Pemilihan strategi yang
baik dan tepat akan membawa perusahaan bertahan pada ketatnya
persaingan saat ini dan bahkan akan membawa perusahan menuju
kemakmuran.
Pengembangan perusahaan dapat dilakukan dengan cara perluasan

usaha (business expansion) yang disebut juga sebagai perluasan usaha
secara internal ataupun perluasan usaha secara eksternal berupa
penggabungan usaha (business combination). Perluasan usaha secara
internal yaitu dilakukan dengan cara memperluas kegiatan perusahaan yang
sudah ada, misalnya dengan cara menambah kapasitas pabrik, menambah
produk atau mencari pasar baru. Sebaliknya secara eksternal yaitu dilakukan
dengan cara membeli perusahaan yang sudah ada atau dibeli oleh
perusahaan yang lebih besar (Azhagaiah dan Kumar, 2011).
Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang
didasarkan pada pertimbangan hukum, perpajakan atau alasan lainnya.
Namun, tidaklah mudah untuk mewujudkan penggabungan yang ideal.
Penggabungan usaha industri perusahaan di negara-negara maju telah lama
terjadi. Penggabungan usaha baru terlihat signifikan setelah krisis melanda
kawasan Asia. Kompetisi yang kian ketat serta tuntutan kemampuan
teknologi serta kualitas pelayanan, memaksa perusahaan Asia memilih
merger dan akuisisi. Di Indonesia didorong oleh semakin besarnya pasar
modal, transaksi merger dan akuisisi semakin banyak dilakukan. Di
Indonesia isu merger dan akuisisi hangat dibicarakan baik oleh para
pengamat ekonomi, ilmuwan dan praktisi bisnis sejak tahun 1970-an. Pada


periode 1989-1992 saja telah terjadi 32 kasus merger dan akuisisi terhadap
79 perusahaan (Santoso, 1992).
Alasan perusahaan lebih cenderung memilih merger dan akuisisi
daripada pertumbuhan internal sebagai strateginya adalah karena merger
dan akuisisi dianggap jalan cepat untuk mewujudkan tujuan perusahaan
dimana perusahaan tidak perlu memulai dari awal suatu bisnis baru. Merger
dan akuisisi juga dianggap dapat menciptakan sinergi, yaitu nilai
keseluruhan perusahaaan setelah merger dan akuisisi yang lebih besar
daripada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger dan
akuisisi. Selain itu keuntungan lebih banyak diberikan melalui merger dan
akuisisi kepada perusahaan antara lain peningkatan kemampuan dalam
pemasaran, riset, skill manajerial, transfer teknologi, dan efisiensi berupa
penurunan biaya produksi (Hitt, 2002).
Bank menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10
November 1998 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada
masyarakat dalam bentuk kredit atau dalam bentuk lainnya. Berarti bank
adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset
keuangan (financial assets) serta bermotifkan profit dan juga sosial, jadi
bukan hanya mencari keuntungan saja. Dalam usaha perbankan meliputi

tiga kegiatan utama yaitu: menghimpun dana, menyalurkan dana, dan
memberikan jasa bank lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Sebagai badan usaha dalam bidang keuangan yang sangat
mengutamakan kepercayaan dari nasabah dan guna memperlancar kegiatan
yang dilakukan oleh perbankan, maka kinerja yang baik dalam lembaga
perbankan tersebut sangatlah penting karena sangat berpengaruh terhadap
kepercayaan nasabah. Profesional dalam kegiatan suatu lembaga perbankan
akan sangat mendukung dalam kesejahteraan para stakeholder dan tentunya
akan meningkatkan nilai lembaga perbankan.
Seiring dengan berkembangnya zaman, untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam pengelolahan dana maka sangat dibutuhkan informasiinformasi tentang kinerja keuangan dalam perbankan. Terdapat beberapa
indikator dalam penilaian kinerja keuangan perbankan. Salah satu sumber
menyatakan indikator dasar penilaian adalah dari laporan keuangan bank
yang bersangkutan (Almilia dan Herdiningtyas, 2005).
2. Rumusan Masalah
Penelitian ini akan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja keuangan perbankan sebelum dan sesudah merger di Indonesia,
sehingga dapat dirumuskan berbagai pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Apakah terdapat perbedaan loan to deposit ratio pada periode

sebelum dan sesudah merger?
b. Apakah terdapat perbedaan total assets turn over pada periode
sebelum dan sesudah merger?

c. Apakah terdapat perbedaan capital adequacy ratio pada periode
sebelum dan sesudah merger?
d. Apakah terdapat perbedaan return on assets pada periode sebelum
dan sesudah merger?
e. Apakah terdapat perbedaan price earnings ratio pada periode
sebelum dan sesudah merger?
3. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui perbedaan loan to deposit ratio pada periode
sebelum dan sesudah merger
b. Untuk mengetahui perbedaan total assets turn over pada periode
sebelum dan sesudah merger
c. Untuk mengetahui perbedaan capital adequacy ratio pada periode
sebelum dan sesudah merger
d. Untuk mengetahui perbedaan return on assets pada periode sebelum
dan sesudah merger
e. Untuk mengetahui perbedaan price earnings ratio pada periode

sebelum dan sesudah merger
4. Hipotesa Penelitian
a. H1 : Terdapat perbedaan loan to deposit ratio yang signifikan pada
periode sebelum dan sesudah merger
b. H2 : Terdapat perbedaan total assets turn over yang signifikan pada
periode sebelum dan setelah merger
c. H3 : Terdapat perbedaan capital adequacy ratio yang signifikan
pada periode sebelum dan setelah merger
d. H4 : Terdapat perbedaan return on assets yang signifikan pada
periode sebelum dan setelah merger
e. H5 : Terdapat perbedaan price earnings ratio yang signifikan pada
periode sebelum dan sesudah merger
5. Landasan Teori
a. Pengertian Kinerja Keuangan
Menurut Barlian (2003) kinerja keuangan adalah prospek atau masa
depan, pertumbuhan dan potensi perkembangan yang baik bagi
perusahaan. Informasi kinerja keuangan diperlukan untuk menilai
perubahan potensial sumber daya ekonomi, yang mungkin dikendalikan
dimasa depan dan untuk memprediksi kapasitas produksi dari sumber
daya yang ada. Suatu analisis ini dilakukan untuk melihat dan mengukur

sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan
menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan
benar.
Kinerja perusahaan juga merupakan suatu gambaran tentang kondisi
keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis
keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan
keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam

periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan
secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan.
b. Pengertian Merger
Perluasan atau ekspansi bisnis diperlukan oleh suatu perusahaan
untuk mencapai efisiensi, menjadi lebih kompetitif, serta untuk
meningkatkan keuntungan atau profit perusahaan. Salah satu caranya
adalah dengan melakukan merger dan akuisisi. Menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1998 tentang
penggabungan, peleburan dan pengambil-alihan perseroan terbatas
menyebut merger sebagai penggabungan adalah perbuatan hukum yang
dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri
dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang

menggabungkan diri menjadi bubar, sedangkan akuisisi menurut PP RI
No. 27 Tahun 1998 adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan
hukum atau perseorangan untuk mengambil-alih baik seluruh atau
sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya
pengendalian terhadap perseroan tersebut.
c. Beberapa Jenis Merger
Menurut Moin (2003) pada dasarnya menurut jenis usahanya merger
dapat dikategorikan ke dalam lima bagian, antara lain:
1). Merger Horisontal
Merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan yang bergerak
dalam industri yang sama dengan tujuan mengurangi persaingan atau
untuk meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas produksi,
pemasaran, distribusi, riset dan pengembangan dan fasilitas
administrasi. Dampak dari merger horisontal adalah semakin
terkonsentrasinya struktur pasar pada industri tersebut. Contohnya:
merger antara Bank of Tokyo dengan Mitsubishi Bank.
2). Merger Vertikal
Terjadi apabila suatu perusahaan membeli perusahaan-perusahaan
hulunya seperti perusahaan pemasoknya dan atau perusahaan hilirnya,
seperti perusahaan distribusinya yang langsung menjual produknya ke

pelanggan. Dengan demikian merger vertikal merupakan penggabungan
atau pengintegrasian dua tahapan produksi atau distribusi. Keuntungan
dari jenis merger seperti ini adalah terjaminnya pemasokan bahan baku,
penekanan biaya transaksi, terciptanya koordinasi yang lebih baik, dan
mempersulit kemungkinan masuknya perusahaan pesaing yang baru.
Contoh: merger antara PT Gudang Garam dengan PT Surya Pamenang
sebagai perusahaan kertas.
3). Merger Konglomerat
Merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan yang masingmasing bergerak dalam industri yang terkait. Merger konglomerat
terjadi apabila sebuah perusahaan mendiversifikasi bidang bisnisnya
dalam memasuki bidang bisnis yang berbeda sama sekali dengan bisnis

semula. Apabila merger konglomerat dilakukan secara terus menerus
oleh perusahaan, maka terbentuklah sebuah konglomerasi. Contoh:
merger antara Viks Richardson (farmasi) dengan Procter and Gamble
(Consumer Goods).
4). Merger Ekstensi Pasar
Merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan untuk
memperluas area pasar. Adapun tujuan utamanya adalah untuk
memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masing-masing

perusahaan. Biasanya merger ekstensi pasar dilakukan oleh perusahaanperusahaan lintas negara, dalam rangka ekspansi dan penetrasi pasar
serta untuk mengatasi keterbatasan ekspor karena kurang memberikan
fleksibilitas penyediaan produk terhadap konsumen luar negeri. Contoh:
merger antara Daimler Benz (Jerman) dengan Chrysler (Amerika
Serikat).
5). Merger Ekstensi Produk
Merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan sejenis atau
dalam industri yang sama tetapi tidak memproduksi produk yang sama
maupun tidak ada keterkaitan supplier . Penggabungan usaha ini
dilakukan untuk memperluas lini produk masing-masing perusahaan
setelah merger , perusahaan akan menawarkan lebih banyak jenis dan
lini produk sehingga akan dapat menjangkau konsumen yang lebih luas.
Merger ekstensi produk ini dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan
departemen riset dan pengembangan masing-masing untuk mendapat
sinergi melalui efektivitas riset sehingga lebih prodiktif dalam inovasi.
Contoh: merger antara perusahaan farmasi Upjohn (Amerika Serikat)
dengan Pharmacia (Swedia).
d. Alasan Melakukan Merger
Perusahaan mengambil kebijakan untuk merger atau mengakuisisi
perusahaan lain didasarkan pada berbagai alasan atau motif. Motif

utama dibalik merger perseroan menurut Eugene F. Bringham (2006)
yaitu:
1). Sinergi
Kondisi dimana nilai keseluruhan lebih besar daripada hasil
penjumlahan bagian-bagiannya. Merger yang bersifat sinergistik, nilai
perusahaan setelah merger lebih besar daripada penjumlahan nilai
masing-masing perusahaan sebelum merger.
2).Pertimbangan Pajak
Pertimbangan pajak dapat mendorong dilakukannya sejumlah
merger . Misalnya, perusahaan yang menguntungkan dan termasuk
dalam kelompok tarif pajak tertinggi dapat mengambilalih perusahaan
yang memiliki akumulasi kerugian yang besar. Kerugian tersebut dapat
mengurangi laba kena pajak dan tidak ditahan untuk digunakan dimasa
depan. Merger juga dapat dipilih sebagai cara untuk meminimalkan
pajak dan menggunakan kas yang berlebih.
3). Pembelian Aktiva dibawah Pembelian Pengganti

Kadang-kadang perusahaan diambil alih karena nilai pengganti
(replacement value) aktivanya jauh lebih tinggi daripada nilai pasar
perusahaan itu sendiri. Nilai sebenarnya dari setiap perusahaan adalah

fungsi daya menghasilkan laba masa depannya, bukan biaya untuk
mengganti aktivanya. Jadi akuisisi harus berdasarkan nilai ekonomi dari
aktiva yang diakuisisi bukan atas biaya penggantinya.
4). Diversifikasi
Manajer berpendapat bahwa diversifikasi menstabilkan laba
perusahaan sehingga bermanfaat bagi pemiliknya. Akan tetapi pada
perusahaan pemilik tidak mau menjual sebagian saham yang
dimilikinya untuk melakukan diversifikasi karena akan memperkecil
kepemilikan dan mengakibatkan kewajiban pajak yang besar atas
keuntungan modal. Jadi merger dapat menjadi jalan terbaik untuk
mengadakan diversifikasi perorangan.
5). Insentif Pribadi Manajer
Beberapa keputusan bisnis banyak didasarkan pada motivasi pribadi
daripada analisis ekonomi. Tidak ada eksekutif yang akan mengakui
bahwa egonya merupakan alasan utama dibalik suatu merger, akan
tetapi ego memegang peranan penting dalam banyak merger.
6). Nilai Pecahan
Para analis mengestimasi nilai pemecahan suatu perusahaan, yang
merupakan nilai masing-masing bagian dari perusahaan itu jika dijual
terpisah. Jika nilai ini lebih tinggi dari nilai pasar berjalan perusahaan,
maka seorang spesialis pengambil alihan dapat mengakuisisi perusahaan
itu pada atau bahkan di atas nilai pasar berjalannya, dijual secara
sepotong-sepotong dan menghasilkan laba yang besar.
e. Motivasi Melakukan Merger
Menurut Moin (Muhammad Aji, 2010) pada prinsipnya terdapat dua
motif yang mendorong sebuah perusahaan melakukan merger dan
akuisisi, yaitu motif ekonomi dan motif non-ekonomi. Motif ekonomi
berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai
perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham.
Sedangkan di sisi lain, motif non-ekonomi adalah motif yang bukan di
dasarkan pada esensi tujuan perusahaan tersebut, melainkan didasarkan
pada keinginan subyektif atau ambisi pribadi pemilik. Kedua motif
tersebut akan dijelaskan lebih lanjut dibawah ini:
1). Motif Ekonomi
Esensi dari tujuan perusahaan, jika ditinjau dari perspektif
manajemen keuangan adalah seberapa besar perusahaan mampu
menciptakan nilai (value creation) bagi perusahaan dan bagi
pemegang saham. Merger dan akuisisi memiliki motif ekonomi
yang tujuan jangka panjangnya adalah mencapai peningkatan nilai
tersebut. Oleh karena itu seluruh aktivitas dan keputusan yang
diambil oleh perusahaan harus diarahkan mencapai tujuan ini.

Implementasi program yang dilakukan oleh perusahaan harus
melalui langkah-langkah konkrit misalnya melalui efisiensi
produksi, peningkatan penjualan, pemberdayaan dan peningkatan
produktivitas sumber daya manusia. Disamping itu menurut Moin
(Muhammad Aji, 2010) motif ekonomi merger dan akuisisi yang
lain meliputi:
Mengurangi waktu, biaya dan risiko kegagalan memasuki pasar baru
a. Mengakses reputasi teknologi, produk dan merk dagang
b. Memperoleh individu-individu sember daya manusia yang
profesional
c. Membangun kekuatan pasar
d. Memperluas pangsa pasar
e. Mengurangi persaingan
f. Mendiversifikasi lini produk
g. Memperoleh pertumbuhan
h. Menstabilkan cash flow dan keuntungan
2). Motif Sinergi
Motivasi utama perusahaan melakukan merger dan akuisisi
adalah menciptakan sinergi. Sinergi merupakan kondisi yang saling
menguntungkan dari peristiwa merger maupun akuisisi. Sinergi
dapat berarti nilai keseluruhan perusahaan setelah merger dan
akuisisi yang lebih besar daripada penjumlahan nilai masing-masing
perusahaan sebelum merger dan akuisisi. Sinergi dihasilkan melalui
kombinasi aktivitas secara simultan dari kekuatan atau lebih elemenelemen perusahaan yang bergabung sedemikian rupa sehingga
gabungan aktivitas tersebut menghasilkan efek yang lebih besar
dibandingkan dengan penjumlahan aktivitas-aktivitas perusahaan
jika mereka bekerja sendiri.
Pengaruh sinergi dapat timbul dari empat sumber:
a. Penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomis
dalam manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi
b. Penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang
lebih rendah dan evaluasi yang lebih baik oleh para analisis
sekuritas
c. Perbedaan efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah
satu perusahaan, lebih efisien dan aktiva perusahaan yang
lemah akan lebih produktif setelah merger
d. Peningkatan penguasaan pasar akibat berkurangnya
persaingan (Bringham, 2006).

3). Motif Diversifikasi
Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang
dapat dilakukan melalui merger dan akuisisi. Diversifikasi
dimaksud untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan
untuk mengamankan posisi bersaing. Akan tetapi jika melakukan
diversifikasi yang semakin jauh dari bisnis semula, maka perusahaan
tidak lagi berada pada koridor yang mendukung kompetensi inti
(core competence). Disamping memberikan manfaat seperti transfer
teknologi dan pengalokasian modal, diversifikasi juga membawa
kerugian yaitu adanya subsidi silang.
4). Motif Non-Ekonomi
Aktivitas merger dan akuisisi terkadang dilakukan bukan
untuk kepentingan ekonomi saja tetapi juga untuk kepentingan yang
bersifat non-ekonomi, seperti prestise dan ambisi. Motif nonekonomi dapat berasal dari manajemen perusahaan atau pemilik
perusahaan.
f. Sisi Positif dan Sisi Negatif Penggabungan Perusahaan
Penggabungan badan usaha menurut Desak Agung Oka Suardewi
(Yeni, 2006) memiliki sisi positif dan sisi negatif.
a). Sisi Positif Penggabungan Usaha
1). Dengan skala usaha yang relatif besar, konglomerat dapat
menikmati dan memanfaatkan economics of scale
2). Dengan melaksanakan diversifikasi setiap perusahaan yang
berada dibawah kepemilikan konglomerat dapat menikmati dan
memanfaatkan eksternal economics karena terbentuknya peluang
untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas yang pada
gilirannya akan mendatangkan laba yang memuaskan.
3). Dengan melakukan diversifikasi usaha dan ditunjang dengan
skala usaha yan relatif besar, dapat meningkatkan profesionalisme
dan mempercepat penguasaan alih teknologi.
4). Dengan efisiensi dan produktifitas yang lebih tinggi pada
gilirannya dapar meningkatkan ekspor, menciptakan dan
memperluas kesempatan kerja serta mendukung industrialisasi.
5). Bargaining position yang lebih kuat
6). Dari segi manajemen, sentralisasi pengambilan keputusan
mengandung aspek positif seperti pengambilan keputusan yang
cenderung lebih cepat, berpandangan jauh ke depan dan
berwawasan luas.
b). Sisi Negatif Penggabungan Usaha

1). Apabila penggabungan usaha tidak dibatasi dalam jenis dan
skala usahanya, maka cenderung dapat menimbulkan free fight
liberalism, yang pada akhirnya bermuara pada struktur pasar baru
yang monopolistis.
2). Sentralisasi pengambilan keputusan dapat dimanfaatkan untuk
melakukan manipulasi pelaporan hasil usaha, pelaporan kekayaan
perusahaan maupun manipulasi melalui transfer pricing. Cara ini
sering disebut conglomerate game.
3). Integrasi horisontal dengan tujuan mengurangi jumlah pesaing
maupun vertikal dengan tujuan membatasi kemampuan pesaing
melalui penguasaan sejumlah mata rantai produksi dari hulu sampai
hilir dapat berdampak kepada melemahnya mekanisme pasar yang
menjurus kepada monopoli.
4). Dengan adanya sentralisasi pengambilan keputusan, maka
kepentingan tiap perusahaan anak disubordinasikan pada
kepentingan perusahaan induk yang pada gilirannya dapat
berdampak negatif dan destruktif, seperti peluang yang semakin
besar dan mudah untuk membentuk semacam trust dan kartel.
Kondisi ini juga memungkinkan terbentuknya community of
interest diantara konglomerat yang tidak sejalan dengan
kepentingan nasional.
5). Kecenderungan timbulnya praktik reprocity yakni penciptaan
kondisi yang memungkinkan kesepakatan sejumlah perusahaan
yang tergabung, untuk salig membeli barang dan jasa yang
dihasilkan
masing-masing
perusahaan
tersebut
tanpa
mempertimbangkan keadaan pasaran, sehingga membatasi atau
meniadakan akses pasar bagi pesaing.
g. Tahapan Merger
Perusahaan yang akan melakukan merger perlu memerlukan
beberapa proses untuk bergabung dengan perusahaan yang menjadi
salah satu targetnya.
Menurut Sartono (2001) tahapan pertama dalam merger adalah
perusahaan yang akan melakukan pengambil-alihan akan
mengindentifikasi perusahaan target. Kemudian dilanjutkan dengan
penentuan harga beli yang bersedia dibayarkan. Manajemen perusahaan
pengambil-alih akan menghubungi manajemen perusahaan target untuk
dilakukan sebuah negosiasi. Bila kedua perusahaan sepakat maka
manajemen perusahaan target akan melakukan pendekatan kepada para
pemegang saham untuk meyakinkan mereka bahwa penggabungan
perusahaan ini akan membawa keuntungan kepada kedua perusahaan,
setelah para pemegang saham setuju maka penggabungan dapat

dilaksanakan baik dalam bentuk pembayaran tunai maupun dalam
bentuk pembayaran dengan saham perusahaan.
h. Operasional Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Rasio Likuiditas
Rasio ini diperoleh melalui persamaan berikut (Dendawijaya, 2005)
Kredit
� �
� �� � � � =
Dana Pihak Ketiga
2. Rasio Aktivitas
Rasio ini diperoleh melalui persamaan berikut (Berlian, 2013)
Pendapatan
� �� �

��� =
Total Asset
3. Rasio Permodalan
Rasio ini diperoleh melalui persamaan berikut (Almilia, 2005)
Modal Sendiri
� � �� �
� � �� �
�� =
ATMR
4. Rasio Profitabilitas
Rasio ini diperoleh melalui persamaan berikut (Barlian, 2013)
EBIT


� � =
Total Assets

5. Rasio Nilai Pasar
Rasio ini diperoleh melalui persamaan berikut (Barlian, 2013)
Harga Saham

� � � �� �
� =
Laba Bersih per Saham

6. Metode Penelitian
a. Jenis Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder yang
diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, website dan lainlain yang berhubungan dengan aspek penelitian.
b. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif.
Sumber data berasal dari laporan keuangan perbankan sebelum dan
setelah merger yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.
c. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini di ambil dengan menggunakan
metode Purposive Sampling.

Purposive Sampling adalah metode yang digunakan untuk pengambilan
sample secara sengaja dengan kriteris-kriteria yang di tentukan sesuai
dengan keperluan peneliti. Kriteria yang diambil oleh peneliti yaitu
perbankan yang telah melalukan merger dengan bank terkait yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Dalam penelitian ini akan digunakan 10 sample perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia:

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kode
Emiten
Tahun Merger
BSWD
Bank of India Indonesia
Tahun 2002
NISP
Bank OCBC NISP
Tahun 1994
PNBS
Bank Panin Dubai Syariah
Tahun 2014
BABP
Bank MNC Internasional
Tahun 2002
BKSW
Bank QNB Indonesia
Tahun 2002
BSIM
Bank Sinar Mas
Tahun 2010
NOBU
Bank Nasional Nobu
Tahun 2013
AGRS
Bank Agris
Tahun 2014
DNAR
Bank Dinar Indonesia
Tahun 2014
BNGA
Bank CIMB NIAGA
Tahun 2009
Tabel 1.1 Daftar Perbankan yang dijadikan Sampel

d. Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui masalah ini adalah
dengan menggunakan:
1) Statistik Deskriptif
Dengan analisi ini membantu peneliti menggambarkan suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi dan
varian indikator kinerja perusahaan dari rasio keuangan sebelum dan
sesudah merger yang ditinjau dari kinerja perbankan yang terdaftar
di BEI. Menentukan perbedaan mean (naik turun) indicator
keuangan perbankan sebelum dan setelah merger.
2) Uji Asumsi Klasik
Untuk pengujian asumsi klasik dilalukan lima asumsi uji klasik:
uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji
autokorelasi, dan uji linearitas.
- Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam
data memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2005). Uji
normalitas bisa dilakukan melalui dua pendekatan, pertama melalui
pendekatan grafik (histogram dan p-p plot). Kedua, menggunakan
uji statistic (Kolmogorov-smirnov, chi-square, liliefors maupun
shapiro-wilk).dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas
yakni: jika nilai signifikan lebih besar dari 0,05 maka data tersebut

berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai signifikan lebih kecil dari
0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal.
3) Uji Beda
Uji beda ini dipergunakan untuk mencari perbedaan, baik antara
dua sampel data atau antara beberapa sampel data. Jenis uji beda lain
selain berdasarkan jumlah kelompok sampel yang diuji. Misalnya
jumlah sampel pada masing-masing kelompok juga menentukan
jenis uji beda yang digunakan. Jika dua kelompok mempunyai
anggota yang sama dan mempunyai korelasi maka dipergunakan uji
sampel berpasangan (paired test), dan jika jumlah anggota
kelompok berbeda, tentunya tidak berkorelasi, maka memerlukan uji
beda yang lain, misalnya independent Sample t test atau MannWhitney U-test.
7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penyusunan jurnal metodologi
penelitian ini terdiri dari:
1. Latar Belakang Masalah
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Hipotesa Penelitian
5. Landasan Teori
a. Pengertian kinerja keuangan
b. Pengertian merger
c. Beberapa jenis merger
d. Alasan melakukan merger
e. Motivasi melakukan merger
f. Sisi positif dan negatif melakukan merger
g. Tahapan merger
h. Operasional variable penelitian
6. Metode Penelitian
a. Jenis data
b. Sumber data
c. Populasi dan sampel
d. Alat analisis
7. Sistematika Penulisan
8. Daftar Pustaka
8. Daftar Pustaka
1. Kisman, Z. Model For Overcoming Decline in Credit Growth (Case
Study of Indonesia with Time Series Data 2012MI-2016M12). Journal
of Internet Banking and Commerce. Vol.22, No.3, 2017
2. Kisman, Z., & Shintabelle Restiyanita, M. The Validity of Capital Asset
Pricing Model (CAPM) and Arbitrage Pricing Theory (APT) in
Predicting the Return of Stocks in Indonesia Stock Exchange. American

Journal of Economics, Finance and Management Vol. 1, No. 3, 2015,
pp.184-189
3. Kisman, z. Disappearing Dividend Phenomenon:A Review of Theories
and Evidence.
4. https://www.researchgate.net/publication/323169940_ANALISIS_PE
NGUKURAN_KINERJA_KEUANGAN_PASCA_MERGER_DAN_
AKUISISI_PADA_PERUSAHAAN_YANG_TERDAFTAR_DI_BEI
5. http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/benefita/article/view/1435/8
37
6. http://eprints.uny.ac.id/53301/1/PhilliphusErgiHanantyo_1380814104
4.pdf
7. www.kppu.go.id/docs/Merger/Lampiran.pdf
8. https://tipsserbaserbi.blogspot.co.id/2017/01/pengertian-dan-tujuanlaporan-keuangan.html
9. https://dosen.perbanas.id
10. https://www.spssindonesia.com
11. www.kosultanstatistik.com