etika berkomunikasi dalam islam dalam

ETIKA KOMUNIKASI VERBAL

MAKALAH
Disusun sebagai Tugas Mata Kuliah Studi al-Qur’an
Dosen Pengampu: Dr. H. Suaib H. Muhammad, M.Ag

Oleh:
Wahyu Setiawan Sutikno
Nim. 14710024

JURUSAN MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014/2015
Etika berkomunikasi| 1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini tanpa ada kendala dalam penyelesaianya. Makalah yang berjudul “Etika

Komunikasi Perspektif Ilmu Manajemen” ditulis dalam rangka memenuhi tugas
Mata Kuliah Studi al-Qur’an..
Makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa melibatkan banyak pihak yang
membantu penyelesaiannya. Karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Suaib H. Muhammad, M.Ag selaku dosen pengampu
Mata Kuliah Studi al-Qur’an di Jurusan Magister Manajemen
Pendidikan Islam Program Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang.
2. Teman-teman di Jurusan Magister Manajemen Pendidikan Islam kelas
B yang telah banyak memberikan masukan-masukan serta dukungan
yang bermanfaat dalam proses pembuatan makalah ini.
Tiada gading yang tak retak, tiada manusia tanpa kesalahan. Tentu
Makalah masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangannya. Oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan bagi pembaca dan membantu penyusun
dalam membuat Makalah berikutnya.

Malang, 3 Desember 2014

Wahyu Setiawan Sutikno


Etika berkomunikasi| 2

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I: PENDAHULUAN......................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................5
C. Tujuan Pembahasan................................................................................5
BAB II: PEMBAHASAN.......................................................................................6
A.
B.
C.
D.

Landasan Teologis..................................................................................6
Landasan Teoritis..................................................................................12
Landasan Empiris.................................................................................14

Implementasi Ilmu Manajemen dalam Etika Komunikasi...................19

BAB III KESIMPULAN......................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25

Etika berkomunikasi| 3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi1 yang beretika2, kini menjadi persoalan penting dalam
penyampaian aspirasi. Dalam keseharian eksistensi penyampaian aspirasi masih
sering dijumpai sejumlah hal yang mencemaskan dari perilaku komunikasi yang
kurang santun. Etika komunikasi sering terpinggirkan, karena etika berkomunikasi
belum membudaya sebagai urat nadi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.3
Komunikasi tidak hanya ilmu yang dipelajari di kelas perkuliahan semata.
Bahkan komunikasi sendiri sebenarnya telah diajarkan oleh Sang Pencipta, Allah
SWT, melalui kitabnya Al Qur’an tentang bagaimana pentingnya komunikasi bagi
umat manusia, khususnya umat Islam.4 Komunikasi merupakan keterampilan
paling penting dalam hidup kita. Seperti halnya bernafas, banyak orang

beranggapan bahwa komunikasi sebagai sesuatu yang otomatis terjadi, sehingga
orang tidak tertantang untuk belajar berkomunikasi secara efektif dan beretika.5
Hal yang paling penting dalam komunikasi, bukan sekadar pada apa yang
dikatakan, tetapi pada karakter kita dan bagaimana kita mentransfer pesan serta
menerima pesan. Komunikasi harus dibangun dari diri kita yang paling dalam
sebagai fondasi integritas yang kuat. Maka dalam Makalah ini, penulis akan
membahas tentang etika komunikasi dalam perspektif Islam.
1 (1). Pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yg
dimaksud dapat dipahami; hubungan; kontak; 2. Perhubungan; (a). Dua arah: komunikasi yg
komunikan dan komunikatornya dl satu saat bergantian memberikan informasi; (b). Formal:
komunikasi yg memperhitungkan tingkat ketepatan, keringkasan, dan kecepatan komunikasi; (c).
Massa: Penyebaran informasi yg dilakukan oleh suatu kelompok sosial tertentu kpd pendengar
atau khalayak yg heterogen serta tersebar di mana-mana; (d). Sosial: Komunikasi antarkelompok
sosial dl masyarakat. Lihat KBBI Online (http://kbbi.web.id/komunikasi, diakses pada Minggu 30
November 2014 Pukul 09:46 WIB)
2 Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban. Lihat KBBI
Online (http://kbbi.web.id/etika, diakses pada Minggu 30 November 2014 Pukul 09:50 WIB)
3 Andy Corry W, Etika Berkomunikasi dalam Penyampaian Aspirasi “Jurnal Komunikasi
Universitas Tarumanegara”, Tahun I/1/2009, hlm. 16
4

Faisal
Wibowo,
Komunikasi
dalam
Perspektif
Al-Qur’an,
(http://sosbud.kompasiana.com/2012/04/13/komunikasi-dalam-perspektif-islam-454798.html)
diakses pada Sabtu, 29 November 2014 Pukul 20:30 WIB
5 Andy Corry W, Op, cit. hlm. 16
Etika berkomunikasi| 4

B. Rumusan Masalah
Setelah melihat latar belakang di atas, maka ada beberapa masalah yang
akan digali dalam penulisan Makalah ini, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Apa landasan Teologis Etika Komunikasi perspektif al-Qur’an?

Apa landasan Teoritik Etika Komunikasi?
Apa landasan Empirik Etika Komunikasi?
Bagaimana implementasi ilmu Manajemen dalam bidang ilmu

komunikasi?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan penulisan Makalah ini, Penulis ingin mengetahui tentang?
1.
2.
3.
4.

Landasan Teologis Etika Komunikasi perspektif al-Qur’an
Landasan Teoritis Etika Komunikasi
Landasan Empiris Etika Komunikasi
Implementasi ilmu Manajemen dalam bidang ilmu komunikasi.

Etika berkomunikasi| 5

BAB II

PEMBAHASAN
A. Landasan Teologis Etika Berkomunikasi
Etika komunikasi juga dapat ditinjau dari perspektif religius. Kitab suci
seperti Al-Quran, Injil, dan Taurat dapat dipakai sebagai standar etika
berkomunikasi. Dalam kitab suci, dijelaskan apa yang seharusnya dilakukan dan
tidak boleh dilakukan dalam berkomunikasi. Rakhmat6 memberi contoh, dalam
Al-Quran ada prinsip Qaulan Sadidan, artinya dalam berkomunikasi, hendaknya
manusia melakukan pembicaraan yang benar dan jujur (tidak bohong). Kemudian
prinsip Qaulan Balighan, artinya informasi yang disampaikan, hendaknya berupa
kata-kata yang mampu membekas pada jiwa seseorang dan ada juga prinsip yang
disebut Qaulan Maisura, yakni informasi yang disampaikan hendaknya berupa
ucapan yang pantas untuk dibicarakan.
Dari perspektif Islam, secara gamblang bahwa Allah SWT mengajari
manusia untuk berkomunikasi, dengan menggunakan akal dan kemampuan
berbahasa yang dianugrahkan Allah SWT kepada kita. 7 Di dalam Al-Qur’an
dijelaskan:
 

  




    
Artinya: Tuhan yang Maha Pemurah. Yang telah mengajarkan al-Qur’an.
Dia menciptakan manusia, yang mengajarinya pandai berbicara. (QS. ArRahman [55]: 1-4).8
Dalam berbagai literatur tentang komunikasi Islam kita dapat menemukan
setidaknya enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan
sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam, yakni (1) Qaulan Sadida, (2)
Qaulan Baligha, (3) Qulan Ma’rufa, (4) Qaulan Karima, (5) Qaulan Layinan, dan
6 Jalaludin Rakhmat, Audientia Jurnal Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993),
hlm. 17
7 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar (Cetakan ketujuhbelas, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 3
8 Al-Qur’an in Word 2010
Etika berkomunikasi| 6

(6) Qaulan Maysura.9
1. Qaulan Sadida
Qaulan Sadidan berarti pembicaran, ucapan, atau perkataan yang benar,
baik dari segi substansi (materi, isi, pesan) maupun redaksi (tata bahasa). Dari segi

substansi, komunikasi Islam harus menginformasikan atau menyampaikan
kebenaran, faktual, hal yang benar saja, jujur, tidak berbohong, juga tidak
merekayasa atau memanipulasi fakta.
Allah SWT berfirman:

   
    
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan
Katakanlah Perkataan yang benar,” (Q.S. Al-ahzab: 70)10

...   
Artinya: “Dan jauhilah perkataan-perkataan dusta” (QS. Al-Hajj:30).11
2. Qaulan Baligha
Kata baligh berarti tepat, lugas, fasih, dan jelas maknanya. Qaulan Baligha
artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah
dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight to the point), dan tidak berbelitbelit atau bertele-tele. Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang
disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan
menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mereka.
Allah SWT berfirman:
      













   
9 Faisal Wibowo, Op, cit. hlm. 7-8
10 Al-Qur’an In Word 2007
11 Al-Qur’an in Word 2010
Etika berkomunikasi| 7

Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa
yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan

berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.“ (QS An-Nissa [4]:63).12
Gaya bicara dan pilihan kata dalam berkomunikasi dengan orang awam
tentu harus dibedakan dengan saat berkomunikasi dengan kalangan cendekiawan.
Berbicara di depan anak TK tentu harus tidak sama dengan saat berbicara di depan
mahasiswa. Dalam konteks akademis, kita dituntut menggunakan bahasa
akademis. Saat berkomunikasi di media massa, gunakanlah bahasa jurnalistik
sebagai bahasa komunikasi massa (language of mass communication).
3. Qaulan Ma’rufa
Kata Qaulan Ma`rufan disebutkan Allah dalam QS An-Nissa :5 dan 8, QS.
Al-Baqarah:235 dan 263, serta Al-Ahzab: 32. Qaulan Ma’rufa artinya perkataan
yang baik, ungkapan yang pantas, santun, menggunakan sindiran (tidak kasar),
dan tidak menyakitkan atau menyinggung perasaan. Qaulan Ma’rufa juga
bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (maslahat).
     
     
    
Artinya: “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum
sempurna akalnya[268], harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang
dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian
(dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Ma’rufa kata-kata
yang baik.” (QS An-Nissa :5).










   
    
Artinya: “Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim
dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu (sekadarnya) dan
12 Al-Qur’an in Word 2010
Etika berkomunikasi| 8

ucapkanlah kepada mereka Qaulan Ma’rufa- perkataan yang baik” (QS AnNissa :8).














      












      
…
Artinya: “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu
dengan sindiran atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka)
dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka,
dalam pada itu janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan mereka secara
rahasia, kecuali sekadar mengucapkan (kepada mereka) Qaulan Ma’rufa perkataan yang baik…” (QS. Al-Baqarah:235).13
      
      
Artinya: “Qulan Ma’rufa - perkataan yang baik dan pemberian maaf
lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan
(perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (QS. AlBaqarah: 263).14




















     
   
Artinya:“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita
yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara
sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan
ucapkanlah Qaulan Ma’rufa - perkataan yang baik.” (QS. Al-Ahzab: 32).
4. Qaulan Karima
13 Al-Qur’an in Word 2010
14 Al-Qur’an in Word 2010
Etika berkomunikasi| 9

Qaulan Karima adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa
hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan bertatakrama.
Allah berfirman:














     
      
       
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua
orangtuamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, seklai kali
janganlah kamu mengatakan kepada kedanya perkatan ‘ah’ dan kamu janganlah
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Karima - ucapan
yang mulia” (QS. Al-Isra: 23).15
Dalam ayat tersebut perkataan yang mulia wajib dilakukan saat berbicara
dengan kedua orangtua. Kita dilarang membentak mereka atau mengucapkan
kata-kata yang sekiranya menyakiti hati mereka. Qaulan Karima harus digunakan
khususnya saat berkomunikasi dengan kedua orangtua atau orang yang harus kita
hormati. Dalam konteks jurnalistik dan penyiaran, Qaulan Karima bermakna
mengunakan kata-kata yang santun, tidak kasar, tidak vulgar, dan menghindari
“bad taste”, seperti jijik, muak, ngeri, dan sadis.16
5. Qaulan Layina
Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang
enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati. Dalam
Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layina ialah kata kata sindiran,
bukan dengan kata kata terus terang atau lugas, apalagi kasar. Ayat di atas adalah
perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara lemah-lembut,
tidak kasar, kepada Fir’aun. Dengan Qaulan Layina, hati komunikan (orang yang
diajak berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk
15 Al-Qur’an in Word 2010
16 Faisal Wibowo, Op, cit. hlm. 6
Etika berkomunikasi| 10

menerima pesan komunikasi kita.17
Allah berfirman:
   … 
Artinya: “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan Qulan
Layina - kata-kata yang lemah-lembut…” (QS. Thaha: 44).
Dengan demikian, dalam komunikasi Islam, semaksimal mungkin
dihindari kata-kata kasar dan suara (intonasi) yang bernada keras dan tinggi.
Karena dalam berkomunikasi harus menggunakan etika-etika yang sepantasnya
yang berkalu di masyarakat. Jadi jelas, bahwa landasan teologis dalam etika
berkomunikasi telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an sesuai dengan yang telah
disebutkan di atas.
6. Qaulan Maysura
Qaulan Maysura bermakna ucapan yang mudah, yakni mudah dicerna,
mudah dimengerti, dan dipahami oleh komunikan. Makna lainnya adalah katakata yang menyenangkan atau berisi hal-hal yang menggembirakan. Komunikasi
dilakukan oleh pihak yang memberitahukan (komunikator) kepada pihak
penerima (komunikan). Komunikasi efektif tejadi apabila sesuatu (pesan) yang
diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh
komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi.18
Dalam hal ini, Allah berfirman:
     
      
Artinya: ”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh
rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka
Qaulan Maysura - ucapan yang mudah. (QS. Al-Isra: 28).19
B. Landasan Teoritik Etika Berkomunikasi

17 Ibid, hlm. 7
18 Ibid, hlm. 7
19 Al-Qur’an in Word 2010
Etika berkomunikasi| 11

Istilah komunikasi atau dalam Bahasa Inggris communication berasal dari
kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.
Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam
komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi
atau selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan
bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan
kesamaan makna. Dengan perkataan lain, mengerti bahasanya saja, belum tentu
mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa tersebut. Jelas bahwa percakapan
kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya selain
mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang
dipercakapkan.20
Pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya, pendidikan dan
politik sudah disadari oleh para cendikiawan sejak Aristoteles 21 yang hidup
ratusan tahun sebelum Masehi. Akan tetapi, studi Aristoteles yang hanya berkisar
pada retorika dalam lingkungan kecil. Baru pada pertengahan abad ke-20 ketika
dunia dirasakan semakin kecil akibat revolusi industri dan revolusi teknologi
elektronik setelah ditemukan kapal api, pesawat terbang, listrik, telepon, surat
kabar, dan lain sebagainya membuat para cendikiawan menyadari betapa
pentingnya komunikasi ditingkatkan dari pengetahuan (knowledge) menjadi ilmu
(science).
Di antara para sosiologi, ahli psikologi dan ahli politik di Amerika Serikat,
yang menaruh perhatian terhadap perkembangan komunikasi adalah Carl I.
Hovland yang memberi pengertian tentang komunikasi. Menurut Carl I. Hovland 22
ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan dengan tegar
asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.
Defenisi Hovland diatas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi
komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan
20 Unong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori & Praktik (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1992), hlm. 9
21 Aristoteles adalah tokoh paling dini yang mengkaji komunikasi, yang ontinya adalah
persuasive. Ia berpendapat bahwa ada 3 unsur dasar proses komunikasi, pertama Pembicara
(speaker), kedua pesan (massage), dan ketiga Pendengar (listener). Lihat Deddy Mulyana, Op, cit.
hlm. 145
22 Selengkapnya lihat di Carl I. Hovland, Social Communication (USA: McGraw-Hill, 1978),
hlm. 154
Etika berkomunikasi| 12

pendapat umum (public opinion dan sikap publik (public attitude) yang dalam
kehidupan sosial politik memegang peranan yang sangat penting (Effendy
1990:10). Bahkan dalam defenisinya secara khusus mengenai pengertian
komunikasi sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses
mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the
behavior of other individuals).23
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran
atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).
Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari
benaknya. Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan (message),
orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator sedagkan orang yang
menerima pernyataan diberi nama komunikan. Untuk tegasnya, komunikasi
berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika
dianalisis pesan komunkasi terdiri adri dua aspek, pertama isi pesan (content of
the message), kedua lambang (symbol). Konkretnya isi pesan itu adalah pikiran
atau perasaan, lambang dan bahasa.24
Sebenarnya, teori komunikasi yang paling dasar adalah teori StimulusRespons.25 Teori ini mengatakan bahwa komunikasi sebagai proses aksi-reaksi
yang sangat sederhana. Misalnya ada seorang laki-laki berkedip kepada seorang
wanita, dan wanita itu kemudia tersipu malu, atau bila dia membalas dengan
senyuman. Itulah pola S-R.26
Selanjutnya ada model Lasswell27 yang berpendapat bahwa ada tiga fungsi
komunikasi, yaitu pengawasan lingkungan, korelasi berbagai hubungan terpisah di
masyarakat, dan transmisi warisan social dari satu generasi ke generasi. 28 Namun
kesemua teori yang ada masih membahas komunikasi secara umum, belum
memiliki kaitan dengan etika dalam berkomunikasi. Karena komunikasi yang
beretika akan memiliki dampak yang sangat besar.
23 Ibid
24 Unong Uchjana Effendy, Op, cit. hlm. 29
25 Deddy Mulyana, Op, cit. hlm. 143
26 Ibid
27 Harold Lasswell dalam Deddy Mulyana, Op, cit. hlm. 147
28 Ibid, hlm. 47
Etika berkomunikasi| 13

Untuk dapat berkomunikasi secara efektif kita perlu memahami unsurunsur komunikasi, antara lain:
1. Komunikator
Pengirim (sender) yang mengirim pesan kepada komunikan dengan
menggunakan media tertentu. Unsur yang sangat berpengaruh dalam komunikasi,
karena merupakan awal (sumber) terjadinya suatu komunikasi
2. Komunikan
Penerima (receiver) yang menerima pesan dari komunikator, kemudian
memahami, menerjemahkan dan akhirnya memberi respon.
3. Media
Saluran (channel) yang digunakan untuk menyampaikan pesan sebagai
sarana berkomunikasi. Berupa bahasa verbal maupun non verbal, wujudnya
berupa ucapan, tulisan, gambar, bahasa tubuh, bahasa mesin, sandi dan lain
sebagainya.
4. Pesan
Isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh
Komunikator kepada Komunikan. Kejelasan pengiriman dan penerimaan pesan
sangat berpengaruh terhadap kesinambungan komunikasi.
5. Tanggapan
Merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas penerimaan
pesan. Diimplentasikan dalam bentuk umpan balik (feed back) atau tindakan
sesuai dengan pesan yang diterima.29
Isu-isu kontemporar saat ini selalu bersinggungan dengan masalah akhlak
atau etika, begitu juga dengan kesejahteraan.30 Dalam perspektif komunikasi,
upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui pemilihan umum,
barangkali bisa terealisasi, ketika etika komunikasi bisa terpenuhi sebagaimana
gagasan Johannesen31 yakni pedoman etika yang berakar dalam nilai-nilai
demokrasi, antara lain bahwa komunikator harus menumbuhkan kebiasaan
29 Faisal Wibowo, OP, Cit, hlm. 5
30 Murtadho Muthahari, Falsafe Akhlaq, Terjem. Faruq bin Diya’, Falsafah Akhlak (Bandung:
Pustaka Hidayah, 1995) hlm. 151
31 Johannesen, Richard L., Ethics in Human Communication. (Prospect Heights, III. Waveland
Press, 1996), hlm. 73
Etika berkomunikasi| 14

bersikap adil dalam memilih dan menampilkan fakta dan pendapat secara terbuka.
Komunikasi tidak boleh menyelewengkan atau menyembunyikan data yang
mungkin dibutuhkan untuk mengevaluasi argumen komunikator yang adil.32
C. Landasan Empiris Etika Berkomunikasi
Manusia mempunyai keistimewaan dibanding makhluk lain, yaitu
kemampuan berpikir. Dengan kemampuan berpikir inilah, manusia sadar akan
dirinya, siapa saya dan apa yang harus saya perbuat dan sebagainya, sehingga
manusia akan berpikir sebelum melakukan tindakan. Manusia akan berpikir dan
menimbang, apakah perbuatan yang dilakukannya sesuai dengan harkat
kemanusiannya atau justru sebaliknya. Etika merupakan kajian tentang bagaimana
seharusnya manusia itu berbuat, apakah perbuatan itu baik dan buruk. Sebagai
salah satu kajian dari filsafat, etika diartikan sebagai ilmu tentang apa yang baik
dan buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).33
Komunikasi merupakan suatu hal yang amat penting dalam kehidupan
manusia. Kita tidak bisa, tidak berkomunikasi. Kita belajar menjadi manusia
melalui komunikasi. Komunikasi sudah merupakan kebutuhan manusia, bahkan
kesuksesan seseorang sekarang ini, lebih banyak ditentukan pada kemampuan dia
berkomunikasi. Berikut beberapa bentuk / Tatanan Komunikasi, yang dijelaskan
sebagai berikut:
1. Komunikasi Pribadi ( personal communication )
a. Komunikasi antar pribadi ( interpersonal communication )
b.

Komunikasi intra pribadi ( intrapersonal communication )

2. Komunikasi Kelompok ( group communication )
a. Komunikasi kelompok kecil ( small group communication )
1) Ceramah ( lecture )
2) Forum
3) Simposium
4) Diskusi panel
5) Seminar
32 Ibid, hlm.73
33 Haryatmoko, Etika Komunikasi: Manipulasi Media, Kekerasan dan Pornografi, Yogyakarta:
Kanisius. 2007), hlm. 4
Etika berkomunikasi| 15

6) Curah saran ( brainstorning )
b. Komunikasi kelompok besar ( large group communication / public
speaking )
3. Komunikasi Organisasi ( organization communication )
4. Komunikasi Massa ( mass communication )
a. Komunikasi massa cetak ( printed mass communication )
1) Surat kabar
2) Majalah
3) Buku, dll
b. Komunikasi massa elektronik ( electronic mass communication )
1) Radio
2) Televisi
3) Film, dll.
Komunikasi berdasarkan sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Komunikasi verbal ( verbal communication )
a. Komunikasi lisan ( oral communicaton )
b. Komunikasi tulisan ( written communication )
2. Komunikasi non verbal
a. Komunikasi kial ( gesture / body communication )
b. Komunikasi gambar ( pictorial communication )
3. Komunikasi tatap muka ( face- to – face communication )
4. Komunikasi bermedia ( mediated communication )
Adapun tujuan Komunikasi terbagi empat yakni :
1. Untuk mengubah sikap ( to change the attitude )
2. Untuk mengubah opini/pandangan ( to change the opinion )
3. Untuk mengubah perilaku ( to change the behavior )
4. Untuk mengubah masyarakat ( to change the society )
Etika berkomunikasi| 16

Sedangkan fungsi Komunikasi adalah:
1. Menginformasikan ( to inform )
2. Mendidik ( to educated )
3. Menghibur ( to entertain )
4. Mempengaruhi ( to influence ).34
Adapun metode komunikasi yaitu:
1. Komunikasi informatif ( informatif communication )
2. Komunikasi persuasif ( persuasive communication )
3. Komunikasi pervasif ( pervasive communication )
4. Komunikasi koersif ( coersive communication )
5. Komunikasi instruktif ( instructive communication )
6. Hubungan manusiawi ( human relation )
Teknik Komunikasi Teknik berasal dari kata “technicon” bahasa yunani,
yang berarti ketrampilan. Berdasarkan ketrampilan komunikasi, maka teknik
komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Jurnalistik
2. Hubungan masyarakat ( public relations )
3. Periklanan ( advertasing )
4.

Propaganda

5. Publisitas ( publicity )
Beberapa model Komunikasi diantaranya:
1. Komunikasi satu tahap ( one step communication )
2. Komunikasi dua tahap ( two step flow communication )
34 Deddy Mulyana (ed), Komunikasi Organisasi: STrategi Meningkattkan Kinerja Perusahaan
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm 68-73
Etika berkomunikasi| 17

3. Komunikasi banyak tahap ( multi step flow communication )
Beberapa bidang Komunikasi, yaitu:
1. Komunikasi sosial ( social communication )
2. Komunikasi management ( management communication )
3. Komunikasi perusahaan ( business communication )
4. Komunikasi politik ( politic communication )
5. Komunikasi pembangunan ( Development communication )
6. Komunikasi internasional ( internasional communication )
7. Komunikasi tradisional ( tradisional communication ).35
Komunikasi melibatkan interaksi antar anggota masyarakat. Dalam
interaksi diperlukan norma-norma atau aturan-aturan yang berfungsi untuk
pengendalian yang tujuannya adalah untuk tercapainya ketertiban dalam
masyarakat. Salah satu, upaya mewujudkan tertibnya masyarakat adalah adanya
etika komunikasi yakni kajian tentang baik buruknya suatu tindakan komunikasi
yang dilakukan manusia, suatu pengetahuan rasional yang mengajak manusia agar
dapat berkomunikasi dengan baik.36
Komunikasi menandakan pula adanya interaksi antar-anggota masyarakat,
karena komunikasi selalu melibatkan setidaknya dua orang. Dalam interaksi selalu
diperlukan norma-norma atau aturan-aturan yang berfungsi untuk pengendalian
atau social control. Tujuannya untuk menciptakan masyarakat yang tertib. Salah
satu bentuk untuk mewujudkan tertibnya masyarakat adalah adanya etika, yakni
filsafat yang mengkaji baik-buruknya suatu tindakan yang dilakukan manusia.
Etika berkomunikasi juga dikenal sebagai suatu pengetahuan rasional yang
mengajak manusia agar dapat berkomunikasi dengan baik.37

35 Ibid, hlm. 75
36 Haryatmoko, Op, cit. hlm. 16
37 Ibid , hlm. 17
Etika berkomunikasi| 18

Para komunikator, misalnya calon pemimpin, hendaknya mengajarkan
kejujuran dalam komunikasi, melalui tranparansi pesan yang dilontarkan.
Komunikator harus terbiasa mengutamakan kepentingan umum daripada
kepentingan pribadi. Apa yang menjadi keinginan dan cita-cita bersama warga
daerahnya lebih didahulukan. Artinya seorang calon pemimpin dituntut secara etis
untuk memikirkan nasib dan kebersamaan dengan pihak lain dalam lingkungan
tempat ia berada Komunikator menanamkan kebiasaan menghormati perbedaan
pendapat dengan mendorong berbagai ragam argumen dan pendapat. Artinya
proses pemilu betul-betul dijadikan momentum untuk membiasakan perbedaan
argumen dan pilihan namun saling menghormati, sehingga berimplikasi positif
bagi kepuasan batin individual lengkap dengan risiko pilihannya. Membiasakan
menerima beragam perbedaan dengan bijak adalah fundamen mahal bagi
terwujudnya bangunan demokrasi.
D. Implementasi Ilmu Manajemen dalam Etika Berkomunikasi
Etika berkomunikasi dalam implementasinya antara lain dapat diketahui
dari komunikasi yang santun. Hal ini merupakan juga cerminan dari kesantunan
kepribadian kita. Komunikasi diibaratkan seperti urat nadi penghubung
kehidupan, sebagai salah satu ekspresi dari karakter, sifat atau tabiat seseorang
untuk saling berinteraksi, mengidentifikasikan diri serta bekerja sama. Kita hanya
bisa saling mengerti dan memahami apa yang dipikirkan, dirasakan dan
dikehendaki orang melalui komunikasi yang diekspresikan dengan menggunakan
berbagai saluran, baik verbal maupun non-verbal. Pesan yang ingin disampaikan
melalui komunikasi, bisa berdampak positif bisa juga sebaliknya. Komunikasi
akan lebih bernilai positif, jika para peserta komunikasi mengetahui dan
menguasai teknik berkomunikasi yang baik, dan beretika.38
Etika berkomunikasi, tidak hanya berkaitan dengan tutur kata yang baik,
tetapi juga harus berangkat dari niat tulus yang diekspresikan dari ketenangan,
kesabaran dan empati kita dalam berkomunikasi. Bentuk komunikasi yang
demikian akan menghasilkan komunikasi dua arah yang bercirikan penghargaan,
38 Andy Corry W, Etika Berkomunikasi dalam Penyampaian Aspirasi “Jurnal Komunikasi
Universitas Tarumanegara”, Tahun I/1/2009, hlm. 14
Etika berkomunikasi| 19

perhatian

dan

dukungan

secara

timbal

balik

dari

pihak-pihak

yang

berkomunikasi.39
Dalam kaitannya dengan Ilmu Manajemen40, komunikasi saling berkaitan.
Itu dibuktikan dengan adanya salh satu bidang dalam komunikasi yaitu
komunikasi Manajemen.41 Maka daripada itu, Makalah ini akan membahas
tentang ilmu manajemen dalam kaitannya dengan komunikasi. Fungsi manajemen
yang paling dasar adalah:
1. Perencanaan
Perencanaan berarti mengidentifikasi berbagai tujuan untuk kinerja
organisasi di masa mendatang serta memutuskan tugas dan penggunaan sumber
daya yang diperlukan untuk mencapainya.42 Dalam kaitannya dengan komunikasi,
Herb Cohen43 memberikan teorinya tentang perencanaan dalam komunikasi. Ada
3 variabel penting yang perlu diperhatikan sebelum bernegosiasi, yaitu kekuatan,
waktu dan informasi.
Pertama adalah merencanakan kekuatan yang kita miliki. Kekuatan disini
adalah kemampuan atau kapasitas untuk menyelesaikan masalah dan cara untuk
mencapai ke tempat lain. Misalnya bahasa yang halus, kemampuan meyakinkan
orang lain, legitimasi, kekuatan mengambil resiko, komitmen dan kekuatan
kompetisi. Kedua adalah waktu. Hendaknya kita merencanakan kapan waktu yang
tepat alam berkomunikasi atau bernegosiasi. Ketiga adalah informasi. Ini adalah
jantung dari segala permasalahan, begitu juga dengan komunikasi. Informasi yang
kita dapat dapat membantu kita lebih dekat dengan lawan bicara kita.44
2. Pengelolaan

39 Ibid, hlm. 15
40 Ada empat fungsi manajemen yang paling dasar, yaitu Perencanaan, Pengelolaan,
Kepemimpinan, dan Pengendalian. Lihat Richard L. Draf, Management 1, Terjem. Diana Angelica
(Jakarta: Salemba Empat, 2006), hlm. 7-8
41 Lihat Haryatmoko, Op, cit, hlm. 16-17
42 Richard L. Daft, Op, cit, hlm. 7
43 Ia lebih menggunakan kata “Negosiasi” dalam mengungkapkan istilan komunikasi. Lihat Herb
Cohen, You Can Negotiate Anything How to Gets What You Want, Terjem. Fahmy Yamani (Jakarta:
Serambi, 2011)
44 Ibid, hlm. 69-149
Etika berkomunikasi| 20

Pengelolaan biasanya dilakukan setelah perencanaan. Pengelolaan
mencakup menentukan tugas, mengelompokkan tugas, mendelegasikan otoritas,
dan mengalokasikan sumber daya yang ada.45 Dalam kaitan dengan negosiasi, bisa
dilakukan lewat telepon, dengan membuat catatan, dan pidato. Dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada.
Selanjutnya, untuk mencapai etika komunikasi, perlu diperhatikan sifatsifat berikut: (1) penghormatan terhadap seseorang sebagai person tanpa
memandang umur, status atau hubungannya dengan si pembicara, (2)
penghormatan terhadap ide, perasaan, maksud dan integritas orang lain, (3) sikap
suka memperbolehkan, keobjektifan, dan keterbukaan pikiran yang mendorong
kebebasan berekspresi, (4) penghormatan terhadap bukti dan pertimbangan yang
rasional terhadap berbagai alternatif, dan (5) terlebih dahulu mendengarkan
dengan

cermat

dan

hati-hati

sebelum

menyatakan

menggunakan

pengaruh

persetujuan

atau

ketidaksetujuan.46
3. Kepemimpinan
Kepemimpinan

berarti

untuk

memotivasi

karyawan guna mencapai tujuan-tujuan organisasi. Kepemimpinan berarti
menciptakan nilai-nilai dan budaya bersama, mengkomunikasikan tujuan-tujuan
kepada karyawan, dan menyuntikkan semangat untuk memperlihatkan kinerja
tertinggi.47 Dalam kaitan dengan komunikasi (negosiasi), yaitu:
Pertama, menang dengan menggunakan segala cara (gaya Soviet). Gaya
ini dianggap tidak beretika karena hanya menguntungkan satu belah pihak. Gaya
ini menekankan pada hasil, bukan pada proses. Kedua negosiasi untuk kepuasan
bersama. Gaya ini dinilai sangat efektif dikarenakan tidak adanya pihak yang
dirugikan. Ketiga adalah gaya Win-Win Solution. Gaya ini menekankan pada 3
aspek yaitu membangun kepercayaan, mendapatkan komitmen, dan menangani
pihak lawan.48 Etika berkomunikasi dalam hal ini perlu dilakukan karena untuk

45 Richard L. Daft, Op, cit, hlm. 7
46 Johannesen, Richard L., Op, Cit, hlm. 86
47 Richard L. Daft, Op, cit. hlm. 8
48 Herb Cohen, Op, cit, hlm. 175-243
Etika berkomunikasi| 21

mendapatkan kepuasan bersama dan membangun budaya komunikasi Win-Win
Solution.
4. Pengendalian
Pengendalian berarti memonitor aktivitas karyawan, menentukan apakah
organisasi sejalan dengan tujuannya, dan membuat koreksi jika diperlukan.49
Dalam kaitannya dengan komunikasi, dengan berkomunikasi, insya Allah, kita
dapat menjalin saling pengertian dengan orang lain karena komunikasi memiliki
beberapa fungsi yang sangat penting, di antaranya adalah:
a. Fungsi Informasi. Untuk memberitahukan sesuau (pesan) kepada
pihak

tertentu,

dengan

maksud

agar

komunikan

dapat

memahaminya.
b. Fungsi Ekspresi. Sebagai wujud ungkapan perasaan / pikiran
komunikator atas apa yang dia pahami terhadap sesuatu hal atau
permasalahan.
c. Fungsi Kontrol. Menghindari terjadinya sesuatu yang tidak
diinginkan, dengan memberi pesan berupa perintah, peringatan,
penilaian dan lain sebagainya.
d. Fungsi Sosial. Untuk keperluan rekreatif dan keakraban hubungan
di antara komunikator dan komunikan.
e. Fungsi Ekonomi. Untuk keperluan transaksi usaha (bisnis) yang
berkaitan dengan finansial, barang dan jasa.
f. Fungsi Da’wah. Untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan
dan perjuangan bersama.50
Dalam kaitannya dengan pengendalian, sebagai pembicara kita harus
menyesuaikan untuk apa dan dalam hal apa kita berkomunikasi, serta ketika apa
yang kita komunikasikan tidak sesuai dengan etika yang berlaku, hendaknya kita
memiliki control terhapat apa yang kita bicarakan. Etika komunikasi kita harus
sesuai dengan fungsi-fungsi diatas, sehingga jika kita keluar dari apa yang telah
49 Richard L. Daft, Op, cit, hlm. 8
50 Faisal Wibowo, Op, cit, hlm. 8
Etika berkomunikasi| 22

digariskan, maka kita perlu evaluasi diri dalaam hal berkomunikasi.

Etika berkomunikasi| 23

BAB III
KESIMPULAN
1. Dalam berbagai literatur tentang komunikasi Islam kita dapat menemukan
setidaknya enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang
dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam, yakni
(1) Qaulan Sadida, (2) Qaulan Baligha, (3) Qulan Ma’rufa, (4) Qaulan
Karima, (5) Qaulan Layinan, dan (6) Qaulan Maysura.
2. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran
atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain
(komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lainlain yang muncul dari benaknya. Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan
dinamakan pesan (message), orang yang menyampaikan pesan disebut
komunikator sedagkan orang yang menerima pernyataan diberi nama
komunikan. Untuk tegasnya, komunikasi berarti proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika dianalisis pesan
komunkasi terdiri adri dua aspek, pertama isi pesan (content of the
message), kedua lambang (symbol). Konkretnya isi pesan itu adalah
pikiran atau perasaan, lambang dan bahasa.
3. Komunikasi merupakan suatu hal yang amat penting dalam kehidupan
manusia. Kita tidak bisa, tidak berkomunikasi. Kita belajar menjadi
manusia melalui komunikasi. Komunikasi sudah merupakan kebutuhan
manusia, bahkan kesuksesan seseorang sekarang ini, lebih banyak
ditentukan pada kemampuan dia berkomunikasi.
4. Sebagai pembicara kita harus menyesuaikan untuk apa dan dalam hal apa
kita berkomunikasi, serta ketika apa yang kita komunikasikan tidak sesuai
dengan etika yang berlaku, hendaknya kita memiliki control terhapat apa
yang kita bicarakan. Etika komunikasi kita harus sesuai dengan fungsifungsi diatas, sehingga jika kita keluar dari apa yang telah digariskan,
maka kita perlu evaluasi diri dalaam hal berkomunikasi.

Etika berkomunikasi| 24

DAFTAR RUJUKAN
Andy Corry W, Etika Berkomunikasi dalam Penyampaian Aspirasi “Jurnal
Komunikasi Universitas Tarumanegara”, Tahun I/1/2009, hlm. 16
Cohen, Herb. 2011. You Can Negotiate Anything How to Gets What You Want,
Terjem. Fahmy Yamani. Jakarta: Serambi.
Daft, Richard L. 2006. Management 1, Terjem. Diana Angelica. Jakarta: Salemba
Empat
Effendy, Unong Uchjana. 1992. Ilmu Komunikasi: Teori & Praktik. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Faisal

Wibowo,
Komunikasi
dalam
Perspektif
Al-Qur’an
(http://sosbud.kompasiana.com/2012/04/13/komunikasi-dalamperspektif-islam-454798.html, diakses pada Sabtu, 29 November 2014
Pukul 20:30 WIB)

Haryatmoko. 2007. Etika Komunikasi: Manipulasi Media, Kekerasan dan
Pornografi. Yogyakarta: Kanisius
Hovland, Carl I. 1978. Social Communication. New York: McGraw-Hill
Johannesen, Richard L. 1996. Ethics in Human Communication. Prospect Heights,
III: Waveland Press
KBBI. KBBI Online (http://kbbi.web.id/etika, diakses pada Minggu 30 November
2014 Pukul 09:50 WIB)
KBBI. KBBI Online (http://kbbi.web.id/komunikasi, diakses pada Minggu 30
November 2014 Pukul 09:46 WIB)
Mulyana, Deddy. 2013. Ilmu Komunikasi: Suatu
ketujuhbelas, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Pengantar.

Cetakan

_______________ (ed). 2007. Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkattkan
Kinerja Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Muthahari, Murtadho. 1995. Falsafe Akhlaq, Terjem. Faruq bin Diya’, Falsafah
Akhlak. Bandung: Pustaka Hidayah.
Rakhmat, Jalaludin. 1993. Audientia Jurnal Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya

Etika berkomunikasi| 25