RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP Nam
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas / Semester
Materi Pokok
Sub Materi Pokok
Alokasi Waktu
: SMK N 2 Depok
: Sejarah (Peminatan)
:X/1
: Kerajaan Islam di Jawa
: Kerajaan Demak dan Mataram
: 4 x 45Menit
A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah mengikuti proses pembelajaran peserta didik dapat:
1. Menjelaskan perkembangan kerjaan Demak dan Mataram hingga keruntuhannya
2. Menganalisis kehidupan Pemerintahan kerjaan Demak dan Mataram
3. Menganalisis kehidupan sosial ekonomi masyarakat kerjaan Demak dan Mataram
4. Menganalisis Hasil kebudayaan kerjaan Demak dan Mataram
5. Mempresentasikan laporan hasil diskusi kelompok di depan kelas mengenai kerjaan
Demak dan Mataram
6. Membuat laporan hasil diskusi Menyajikan hasil telaah tentang kerjaan Demak dan
Mataram
7. Membuat peta konsep tentang silsilah raja-raja dari kerjaan Demak dan Mataram
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
3.8 Menganalisis perkembangan
3.8.1 Menjelaskan perkembangan kerjaan
kehidupan masyarakat, pemerintahan
Demak dan Mataram hingga
dan budaya pada masa kerajaankeruntuhannya
kerajaan Islam di Indonesia serta
3.8.2 Menganalisis kehidupan
menunjukkan contoh bukti-bukti yang
Pemerintahan kerjaan Demak dan
masih berlaku pada kehidupan
Mataram
masyarakat Indonesia masa kini
3.8.3 Menganalisis kehidupan sosial
ekonomi masyarakat kerjaan Demak
dan Mataram
3.8.4 Menganalisis hasil kebudayaan
kerjaan Demak dan Mataram
4.8 Menyajikan hasil penalaran dalam
4.8.1
Mempresentasikan laporan hasil
bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan
diskusi kelompok di depan kelas
unsur budaya yang berkembang pada
mengenai kerjaan Demak dan
masa kerajaan Islam dan masih
Mataram
berkelanjutan dalam kehidupan bangsa
4.8.2
Membuat
laporan hasil diskusi
Indonesia pada masa kini
Menyajikan hasil telaah tentang
kerjaan Demak dan Mataram
4.8.3 Membuat peta konsep tentang silsilah
raja-raja dari kerjaan Demak dan
Mataram
C. Materi Pembelajaran:
Peradaban awal Asia:
Fakta
Konsep
Prinsip
Prosedural
Nilai
Wilayah, Istana Kerajaan
Konflik, Peperangan
Tumbuh, berkembang dan mati
D. Metode Pembelajaran:
1. Pendekatan Pembelajaran
2. Model Pembelajaran
3. Metode pembelajaran
: Scientifik Learning
: Mind Mapping
: Diskusi
E. Media dan Alat Pembelajaran
Media:
1. Video
2. LKPD
3. Buku yang relevan
4. Power Point
Alat:
1. Laptop
2. LCD projector
F. Sumber Belajar
Buku siswa kerajaan demak dan mataram hal 54-61
G.
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke-1
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Pendahuluan
Menyapa siswa….
Alokasi
waktu
10 menit
Guru membuka kelas dengan mengajak peserta didik untuk
berdoa sebelum pelajaran dimulai.
Guru menyapa siswa dan menanyakan kondisi siswa
(menanyakan apa kabar, ada yang sakit atau tidak,
sekarang hari apa tanggal berapa dsb)
Guru memberi motivasi dan menyanyikan lagu Nasional
atau menayangkan video lucu atau video senam pendek
untuk diparktekkan oleh siswa sebelum kegiatan belajar
dimulai.
Guru melakukan presensi.
Guru mereview pelajaran sebelumnya
Guru Memberi orientasi pelajaraan yang akan dilaksanakan
Guru membagi para peserta didik kedalam kelompok yang
berjumlah 4 kelompok beserta LKPD dan lembar jawaban.
Guru menyampaikan tujuan dan manfaat yang akan dicapai
dan dipelajari.
Guru menyampaikan tema/sub tema dan skenario kegiatan
Kegiatan Inti
yang akan dilakukan hari ini.
Model: Mind Mapping
A. Mengamati
Guru membagi para peserta didik kedalam kelompok
yang berjumlah 4 kelompok beserta LKPD dan lembar
jawaban
Guru memutarkan video tentang Kerajaan Demak dan
Mataram
Peserta Didik mengamati video yang ditayangkan oleh
guru.
B. Menanya
Peserta Didik menanyakan kepada guru setelah
70 menit
melakukan pengamatan terhadap video atau Guru
memberi rangsangan terhadap peserta didik setelah
penayangan video tadi dengan bentuk mengeluarkan
pertanyaan “apa yang ada dipikiran kalian jika bapak
guru mengatakan Keraton Yogyakarta?”.
C. Mengumpulkan Informasi
Peserta Didik mengumpulkan informasi dari video
yang telah ditayangkan serta membaca buku teks
siswa yang berkaitan dengan materi dan mencari
sumber-sumber yang relevan melalui media internet,
serta
mecari
sumber
buku
yang
relevan
di
Perpustakaan
D. Mengasosiasi
Peserta
didik
mengidentifikasi
permasalah
yang
diberikan oleh guru lewat LKPD melalui kelompok
yang terdiri dari 5 atau 6 orang (satu kelas dibagi
menjadi 4 kelompok). Kemudian guru meminta peserta
didik untuk mengerjakan LKPD dengan materi sebagai
berikut:
Kelompok I dan IV bertugas mendiskusikan dan
menganalisis materi tentang Kerajaan Demak, dari
segi pemerintahan, sosial dan budaya mulai dari
berdiri hingga runtuh
Kelompok II dan III bertugas mendiskusikan dan
menganalisis materi tentang Kerajaan Mataran
mulai dari dari segi pemerintahan, sosial dan
budaya mulai dari berdiri hingga runtuh
Peserta didik melalukan asosiasi dan pengolahan data
didalam diskusi kelompok dan menulisakan hasilnya
dalam bentuk laporan hasil diskusi
E. Mengkomunikasikan (melaporkan hasil diskusi)
Peserta
didik(Kelompok)
mempresentasikan
dan
menjelaskan hasil diskusi kelompok pada siswa yang
lain, serta siswa yang lain diberikan kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan, saran atau masukan dan
sanggahan.
Guru mengawasi jalannya diskusi.
Guru memberi evaluasi serta mengkonfirmasi hasil
Penutup
analisis diskusi.
Guru melakukan evaluasi dengan memberi pertanyaan 10 menit
secara lisan kepada para peserta didik secara acak
Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru
Guru bersama peserta didik melakukan refleksi materi
pembelajaran yang telah dilakukan.
Guru memfasilitasi peserta didik untuk menggali dan
menemukan
nilai-nilai
yang
terkandung
di
dalam
pelajaran hari ini untuk diaplikasikan dalam kehidupan.
Guru menanyakan manfaat pelajaran hari ini kepada
siswa.
Siswa mengumpulkan hasil kerja.
Guru memberi tugas pekerjaan
Guru memberi tahu materi pelajaran selanjutnya.
Guru mengakhiri pelajaran dengan berdoa dilanjutkan
menutup pelajaran.
F. Penilaian Hasil Belajar
a. Jenis dan Teknik Penilaian:
1) Jenis nilai aspek Sikap dengan Teknik Pengamatan/observasi.
2) Jenis nilai aspek pengetahuan dengan Teknik Tes Tulisan.
3) Jenis nilai ketrampilan dengan Teknik Portofolio
b. Bentuk Instrumen
1) Penilaian Sikap
a) Bentuk
: Pengamatan sikap
b) Instrumen : Jurnal Penilaian sikap
2) Penilaian Pengetahuan
a) Bentuk
: Tes Tertulis
b) Instrumen : LKPD Uraian
3) Penilaian Keterampilan
a) Bentuk
: Tes Tertulis
b) Instrumen : Portofolio
Yogyakarata ,
Mei 2017
Guru Mata Pelajaran
ALFAJRI, S.Pd
Lampiran 1
Materi
KERAJAAN DEMAK
Para ahli memperkirakan Demak berdiri tahun 1500. Sementara Majapahit hancur
beberapa waktu sebelumnya. Menurut sumber sejarah lokal di Jawa, keruntuhan Majapahit
terjadi sekitar tahun 1478. Hal ini ditandai dengan candrasengkala, Sirna Hilang Kertaning
Bhumi yang berarti memiliki angka tahun 1400 Saka. Raja pertama Kerajaan Demak adalah
Raden Fatah, yang bergelar Sultan Alam Akbar Al-Fatah. Raden Fatah memerintah Demak
dari tahun 1500-1518. Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Fatah merupakan keturunan
raja terakhir dari Kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V. Di bawah pemerintahan Raden
Fatah, Kerajaan Demak berkembang dengan pesat karena memiliki daerah pertanian yang
luas sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras.
Selain itu, Demak juga tumbuh menjadi sebuah kerajaan maritim karena letaknya di
jalur perdagangan antara Malaka dan Maluku. Oleh karena itu Kerajaan Demak disebut juga
sebagai sebuah kerajaan yang agraris-maritim. Barang dagangan yang diekspor Kerajaan
Demak antara lain beras, lilin dan madu. Barang-barang itu diekspor ke Malaka, Maluku dan
Samudra Pasai. Pada masa pemerintahan Raden Fatah, wilayah kekuasaan Kerajaan Demak
cukup luas, meliputi Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan beberapa daerah di
Kalimantan. Daerah-daerah pesisir di Jawa bagian Tengah dan Timur kemudian ikut
mengakui kedaulatan Demak dan mengibarkan panji-panjinya.
Kemajuan yang dialami Demak ini dipengaruhi oleh jatuhnya Malaka ke tangan
Portugis. Karena Malaka sudah dikuasai oleh Portugis, maka para pedagang yang tidak
simpatik dengan kehadiran Portugis di Malaka beralih haluan menuju pelabuhan-pelabuhan
Demak seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan dan Gresik. Pelabuhan-pelabuhan tersebut
kemudian berkembang menjadi pelabuhan transit. Selain tumbuh sebagai pusat perdagangan,
Demak juga tumbuh menjadi pusat penyebaran agama Islam. Para wali yang merupakan
tokoh penting pada perkembangan Kerajaan Demak ini, memanfaatkan posisinya untuk lebih
menyebarkan Islam kepada penduduk Jawa. Para wali juga berusaha menyebarkan Islam di
luar Pulau Jawa. Penyebaran agama Islam di Maluku dilakukan oleh Sunan Giri sedangkan di
daerah Kalimantan Timur dilakukan oleh seorang penghulu dari Kerajaan Demak yang
bernama Tunggang Parangan. Setelah Kerajaan Demak lemah maka muncul Kerajaan Pajang.
KERAJAAN MATARAM
Setelah Kerajaan Demak berakhir, berkembanglah Kerajaan Pajang di bawah
pemerintahan Sultan Hadiwijaya. Di bawah kekuasaannya, Pajang berkembang baik. Bahkan
berhasil mengalahkan Arya Penangsang yang berusaha merebut kekuasaannya. Tokoh yang
membantunya mengalahkan Arya Penangsang di antaranya adalah Ki Ageng Pemanahan (Ki
Gede Pemanahan). la diangkat sebagai bupati (adipati) di Mataram. Kemudian putranya,
Raden Bagus (Danang) Sutawijaya diangkat anak oleh Sultan Hadiwijaya dan dibesarkan di
istana. Sutawijaya dipersaudarakan dengan putra mahkota, bernama Pangeran Benowo. Pada
tahun 1582, Sultan Hadiwijaya meninggal dunia. Penggantinya, Pangeran Benowo
merupakan raja yang lemah.
Sementara Sutawijaya yang menggantikan Ki Gede Pemanahan justru semakin
menguatkan kekuasaannya sehingga akhirnya Istana Pajang pun jatuh ke tangannya.
Sutawijaya segera memindahkan pusaka Kerajaan Pajang ke Mataram. Sutawijaya sebagai
raja pertama dengan gelar: Panembahan Senapati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Pusat
kerajaan ada di Kota Gede, sebelah tenggara Kota Yogyakarta sekarang. Panembahan
Senapati digantikan oleh putranya yang bernama Mas Jolang (1601-1613). Mas Jolang
kemudian digantikan oleh putranya bernama Mas Rangsang atau lebih dikenal dengan nama
Sultan Agung (1613-1645). Pada masa pemerintahan Sultan Agung inilah Mataram mencapai
zaman keemasan. Dalam bidang politik pemerintahan, Sultan Agung berhasil memperluas
wilayah Mataram ke berbagai daerah yaitu, Surabaya (1615), Lasem, Pasuruhan (1617), dan
Tuban (1620).
Di samping berusaha menguasai dan mempersatukan berbagai daerah di Jawa, Sultan
Agung juga ingin mengusir VOC dari Kepulauan Indonesia. Kemudian diadakan dua kali
serangan tentara Mataram ke Batavia pada tahun 1628 dan 1629. Mataram berkembang
menjadi kerajaan agraris. Dalam bidang pertanian, Mataram mengembangkan daerah-daerah
persawahan yang luas. Seperti yang dilaporkan oleh Dr. de Han, Jan Vos dan Pieter Franssen
bahwa Jawa bagian tengah adalah daerah pertanian yang subur dengan hasil utamanya adalah
beras. Pada abad ke-17, Jawa benar-benar menjadi lumbung padi. Hasil-hasil yang lain
adalah kayu, gula, kelapa, kapas, dan hasil palawija. Di Mataram dikenal beberapa kelompok
dalam masyarakat. Ada golongan raja dan keturunannya, para bangsawan dan rakyat sebagai
kawula kerajaan. Kehidupan masyarakat bersifat feodal karena raja adalah pemilik tanah
beserta seluruh isinya. Sultan dikenal sebagai panatagama, yaitu pengatur kehidupan
keagamaan. Oleh karena itu, Sultan memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Rakyat sangat
hormat dan patuh, serta hidup mengabdi pada sultan. Bidang kebudayaan juga maju pesat.
Seni bangunan, ukir, lukis, dan patung mengalami perkembangan. Kreasikreasi para seniman,
misalnya terlihat pada pembuatan gapura-gapura, serta ukir-ukiran di istana dan tempat
ibadah. Seni tari yang terkenal adalah Tari Bedoyo Ketawang. Dalam prakteknya, Sultan
Agung memadukan unsur-unsur budaya Islam dengan budaya Hindu-Jawa. Sebagai contoh,
di Mataram diselenggarakan perayaan sekaten untuk memperingati hari kelahiran Nabi
Muhammad saw, dengan membunyikan gamelan Kyai Nagawilaga dan Kyai Guntur Madu.
Kemudian juga diadakan upacara grebeg. Grebeg diadakan tiga kali dalam satu tahun, yaitu
setiap tanggal 10 Dzulliijah (Idul Adha), 1 Syawal (Idul Fitri), dan tanggal 12 Rabiulawal
(Maulid Nabi). Bentuk dan kegiatan upacara grebeg adalah mengarak gunungan dari keraton
ke depan masjid agung.
Gunungan biasanya dibuat dari berbagai makanan, kue, dan hasil bumi yang dibentuk
menyerupai gunung. Upacara grebeg merupakan sedekah sebagai rasa syukur dari raja
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan juga sebagai pembuktian kesetiaan para bupati dan
punggawa kerajaan kepada rajanya. Sultan Agung wafat pada 1645. Ia dimakamkan di Bukit
Imogiri. Ia digantikan oleh putranya yang bergelar Amangkurat I. Akan tetapi, pribadi raja ini
sangat berbeda dengan pribadi Sultan Agung. Amangkurat I adalah seorang raja yang lemah,
berpandangan sempit, dan sering bertindak kejam. Mataram mengalami kemunduran apalagi
adanya pengaruh VOC yang semakin kuat. Dalam perkembangannya Kerajaan Mataram
akhirnya dibagi dua berdasarkan Perjanjian Giyanti (1755). Sebelah barat menjadi
Kesultanan Yogyakarta dan sebelah timur menjadi Kasunanan Surakarta.
Lampiran 2
PENILAIAN PENGETAHUAN
Kisi-kisi Soal
Mata Pelajaran
Kelas/ Semester
Bentuk Soal
Jumlah Soal
: Sejarah(Peminatan)
: X/1
: Uraian
: 5 butir
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu:
1. Menjelaskan perkembangan kerjaan
Demak dan Mataram hingga
keruntuhannya
2. Menganalisis kehidupan
Pemerintahan kerjaan Demak dan
Mataram
3. Menganalisis kehidupan sosial
ekonomi masyarakat kerjaan Demak
dan Mataram
4. Menganalisis hasil kebudayaan
kerjaan Demak dan Mataram
5. Membuat peta konsep tentang
silsilah raja-raja dari kerjaan Demak
dan Mataram
Indikator
No. Soal
1. Menjelaskan perkembangan kerjaan
Demak dan Mataram hingga
keruntuhannya
2. Menganalisis kehidupan
Pemerintahan kerjaan Demak dan
Mataram
3. Menganalisis kehidupan sosial
ekonomi masyarakat kerjaan
Demak dan Mataram
4. Menganalisis hasil kebudayaan
kerjaan Demak dan Mataram
5. Membuat peta konsep tentang
silsilah raja-raja dari kerjaan Demak
dan Mataram
1
2
3
4
5
SOAL
1. Jelaskanlah perkembangan kerjaan Demak dan Mataram dari awal hingga keruntuhannya!
2. Analisislah kehidupan Pemerintahan kerjaan Demak dan Mataram!
3. Analisislah kehidupan sosial ekonomi masyarakat kerjaan Demak dan Mataram!
4. Analisislah hasil kebudayaan kerjaan Demak dan Mataram!
5. Membuat peta konsep tentang silsilah raja-raja dari kerjaan Demak dan Mataram
Kunci Jawaban:
1.
a. Kerajaan Demak
Berdirinya Kerajaan Demak
Pendiri dari Kerajaan Demak yakni Raden Patah, sekaligus menjadi raja pertama
Demak pada tahun 1500-1518 M. Raden Patah merupakan putra dari Brawijaya V dan Putri
Champa dari Tiongkok. Raden Patah secara diam-diam pergi ke Jawa yang tepatnya di
Surabaya dan berguru kepada Sunan Ampel. Kemudian Sunan Ampel memerintahkan kepada
Raden Patah supaya pindah ke Jawa tengah untuk membuka hutan Glagah Wangi atau
Bintara lalu mendirikan pesantren. Lambat laun, banyak yang menjadi santri di pesantren
tersebut dan pada akhirnya, Demak berkembang pesat. Raden Patah dikukuhkan menjadi
Adipati Demak oleh ayahnya, Brawijaya V dan mengganti nama Demak menjadi Bintara
yang akhirnya disebut Demak Bintara.
Suatu ketika, Majapahit mengalami kelemahan dengan adanya pemberontakan dan
perebutan kekuasaan antar keluarga kerajaan. Melihat situasi tersebut, Raden Patah justru
memanfaatkannya untuk melepaskan diri dari Kerajaan Majapahit. Dibantu para Bupati,
Raden Patah akhirnya menyerang Majapahit pada pemerintahanBrawijaya VI. Kemudian
berdirilah Kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa dibawah
kepemimpinan Raden Patah sebagai raja pertama.
Kejayaan Kerajaan Demak
Demak mengalami masa kejayaan pada pemerintahan Sultan Trenggono (1521-1526),
yakni raja ketiga setelah Pati Unus. Sultan Trenggono merupakan anak dari Raden Patah
yang tidak lain adik Pati Unus. Pada masa pemerintahannya, Demak menguasai Sunda
Kelapa dari Pajajaran serta menghalau para tentara Portugis yang mendarat disana (1527),
Tuban (1527), Surabaya dan Pasuruan (1527), Madiun (1529), Malang (1945), dan dan
Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa (1527, 1546). Kemudian
pada tahun 1546 Sultan Trenggono meninggal dalam sebuah pertempuran menaklukkan
Pasuruan.
Runtuhnya Kerajaan Demak
Wafatnya Sultan Trenggono menimbulkan konflik perebutan kekuasaan antar
saudara. Pengganti Sultan Trenggono, Pangeran Sido Lapen yang merupakan saudara Sultan
Trenggono dibunuh oleh Pangeran Prawoto yang tidak lain adalah anak dari Sultan
Trenggono. Kemudian anak dari Pangeran Sido Lapen, Arya Penangsang membunuh
Pangeran Prawoto dan mengambil alih kekuasaan. Tidak hanya berhenti disitu, Arya
Panangsang akhirnya dibunuh oleh anak angkat Joko Tingkir, yaitu Sutawijaya. Pada
akhirnya, tahun 1568 M tahta Kerajaan Demak jatuh ditangan Joko Tingkir. Kemudian
ibukota Demak dipindah ke Pajang.
b. Kerjaan mataram
Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat Kerajaan ini terletak di sebelah
tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Para raja yang pernah memerintah di Kerajaan
Mataram yaitu : Penembahan Senopati (1584-1601), Panembahan Seda Krapyak (16011677). Dalam sejarah Islam,Kesultanan mataram memiliki peran yang cukup penting dalam
perjalanan secara kerajaan-kerajaan islam di Nusantara (Indonesia). Hal ini terlihat dari
semangat raja-raja untuk memperluas daerah kekuasaan dan mengislamkan para penduduk
daerah kekuasaannya, keterlibatan para pemuka agama, hingga pengembangan kebudayaan
yang bercorak islam di Jawa. Pada awalnya daerah mataram dikuasai kesultanan pajang
sebagai balas jasa atas perjuangan dalam mengalahkan Arya Penangsang. Sultan Hadiwijaya
menghadiahkan daerah mataram kepada Ki Ageng Pemanahan.
Selanjutnya, oleh ki Ageng Pemanahan Mataram dibangun sebagai tempat
permukiman baru dan persawahan. Akan tetapi, kehadirannya di daerah ini dan usaha
pembangunannya mendapat berbagai jenis tanggapan dari para penguasa setempat. Misalnya,
Ki Ageng Giring yang berasal dari wangsa Kajoran secara terang-terangan menentang
kehadirannya. Begitu pula ki Ageng tembayat dan Ki Ageng Mangir. Namun masih ada yang
menerima kehadirannya, misalnya ki Ageng Karanglo. Meskipun demikian, tanggapan dan
sambutan yang beraneka itu tidak mengubah pendirian Ki Ageng Pemanahan untuk
melanjutkan pembangunan daerah itu. ia membangun pusat kekuatan di plered dan
menyiapkan strategi untuk menundukkan para penguasa yang menentang kehadirannya. Pada
tahun 1575, Pemahanan meninggal dunia. Ia digantikan oleh putranya, Danang Sutawijaya
atau Pangeran Ngabehi Loring Pasar. Di samping bertekad melanjutkan mimpi ayahandanya,
ia pun bercita-cita membebaskan diri dari kekuasaan pajang. Sehingga, hubungan antara
mataram dengan pajang pun memburuk.Hubungan yang tegang antara sutawijaya dan
kesultanan Pajang akhirnya menimbulkan peperangan.
Dalam peperangan ini, kesultanan pajang mengalami kekalahan. Setelah penguasa
pajak yakni hadiwijaya meninggal dunia (1587), Sutawijaya mengangkat dirinya menjadi raja
Mataram dengan gelar penembahan Senopati Ing Alaga. Ia mulai membangun kerajaannya
dan memindahkan senopati pusat pemerintahan ke Kotagede. Untuk memperluas daerah
kekuasaanya, penembahan senopati melancarkan serangan-serangan ke daerah sekitar.
Misalnya dengan menaklukkan Ki Ageng Mangir dan Ki Ageng Giring.
2. Sistem Pemerintahan
a. Pemerintahan demak
Kerajaan Demak berdiri kira-kira tahun 1478. Hal itu didasarkan pada saat jatuhnya
Majapahit yang diperintah oleh Prabu Kertabumi (Brawijaya V) dengan ditandai
candrasengkala, sirna ilang kertaning bumi (artinya tahun 1400 Saka atau tahun 1478
Masehi). Para wali kemudian sepakat untuk menobatkan Raden Patah menjadi raja di
Kerajaan Demak dengan gelar Senapati Jimbung Ngabdurrahman Panembahan Palembang
Sayidin Panatagama. Untuk jabatan patih diangkat Ki Wanapala dengan gelar Mangkurat
Kerajaan Demak berkembang menjadi kerajaan besar, di bawah kepemimpinan Raden
Patah (1481-1518). Negeri-negeri di pantai utara Jawa yang sudah menganut Islam mengakui
kedaulatan Demak. Bahkan Kekuasaan Demak meluas ke Sukadana (Kalimantan Selatan),
Palembang, dan Jambi. Pada tahun 1512 dan 1513, di bawah pimpinan putranya yang
bernama Adipati Unus, Demak dengan kekuatan 90 buah jung dan 12.000 tentara berusaha
membebaskan Malaka dari kekuasaan Portugis dan menguasai perdagangan di Selat Malaka.
Karena pernah menyerang ke Malaka Adipati Unus diberi gelar Pangeran Sabrang Lor
(Pangeran yang pernah menyeberang ke utara). Setelah Raden Patah wafat pada tahun 1518
M, Kerajaan Demak dipimpin oleh Adipati Unus (1518-1521). Ia menjadi Sultan Demak
selama tiga tahun. Kemudian ia digantikan oleh adiknya yang bernama Sultan Trenggana
(1521- 1546) melalui perebutan takhta dengan Pangeran Sekar Sedo Lepen. Untuk
memperluas daerah kekuasaannya, Sultan Trenggana menikahkan putra-putrinya, antara lain
dinikahkan dengan Pangeran Hadiri dari Kalinyamat (Jepara) dan Pangeran Adiwijaya dari
Pajang. Sultan Trenggana berhasil meluaskan kekuasaannya ke daerah pedalaman. Ia berhasil
menaklukkan Daha (Kediri), Madiun, dan Pasuruan. Pada saat melancarkan ekspedisi
melawan Panarukan, Sultan Trenggana terbunuh. Pada masa Sultan Trenggana, wilayah
kekuasaan Kerajaan Demak sangat luas meliputi Banten, Jayakarta, Cirebon (Jawa Barat),
Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Timur.
b. Pemerintahan Mataram
Sistem pemerintahan yang dianut Kerajaan mataram islam adalah sistem Dewa-Raja.
Artinya pusat kekuasaan tertinggi dan mutlak adaa pada diri sultan. Seorang sultan atau raja
sering digambarkan memiliki sifat keramat, yang kebijaksanaannya terpacar dari kejernihan
air muka dan kewibawannya yang tiada tara. Raja menampakkan diri pada rakyat sekali
seminggu di alun-alun istana. Selain sultan, pejabat penting lainnya adalah kaum priayi yang
merupakan penghubung antara raja dan rakyat. Selain itu ada pula panglima perang yang
bergelar Kusumadayu, serta perwira rendahan atau Yudanegara. Pejabat lainnya adalah
Sasranegara, pejabat administrasi.
Dengan sistem pemerintahan seperti itu, Panembahan senopati terus-menerus
memperkuat pengaruh mataram dalam berbagai bidang sampai ia meninggal pada tahun
1601. ia digantikan oleh putranya, Mas Jolang atau Penembahan Sedaing Krapyak (1601 –
1613). Peran mas Jolang tidak banyak yang menarik untuk dicatat. Setelah mas jolang
meninggal, ia digantikan oleh Mas Rangsang (1613 – 1645). Pada masa pemerintahannyalah
Mataram mearik kejayaan. Baik dalam bidang perluasan daerah kekuasaan, maupun agama
dan kebudayaan. Pangeran Jatmiko atau Mas Rangsang Menjadi raja mataram ketiga. Ia
mendapat nama gelar Agung Hanyakrakusuma selama masa kekuasaan, Agung
Hanyakrakusuma berhasil membawa Mataram ke puncak kejayaan dengan pusat
pemerintahan di Yogyakarta. Gelar “sultan” yang disandang oleh Sultan Agung menunjukkan
bahwa ia mempunyai kelebihan dari raja-raja sebelumnya, yaitu panembahan Senopati dan
Panembahan Seda Ing Krapyak. Ia dinobatkan sebagai raja pada tahun 1613 pada umur
sekitar 20 tahun, dengan gelar “Panembahan”. Pada tahun 1624, gelar “Panembahan” diganti
menjadi “Susuhunan” atau “Sunan”. Pada tahun 1641, Agung Hanyakrakusuma menerima
pengakuan dari Mekah sebagai sultan, kemudian mengambil gelar selengkapnya Sultan
Agung Hanyakrakusuma Senopati Ing Alaga Ngabdurrahman.
Karena cita-cita Sultan Agung untuk memerintah seluruh pulau jawa, kerajaan
Mataram pun terlibat dalam perang yang berkepanjangan baik dengan penguasa-penguasa
daerah, maupun dengan kompeni VOC yang mengincar pulau Jawa. Pada tahun 1614, sultan
agung mempersatukan kediri, pasuruan, lumajang, dan malang. Pada tahun 1615, kekuatan
tentara mataram lebih difokuskan ke daerah wirasaba, tempat yang sangat strategis untuk
menghadapi jawa timur. Daerah ini pun berhasil ditaklukkan. pada tahun 1616, terjadi
pertempuran antara tentara mataram dan tentara surabaya, pasuruan, Tuban, Jepara, wirasaba,
Arosbaya dan Sumenep. Peperangan ini dapat dimenangi oleh tentara mataram, dan
merupakan kunci kemenangan untuk masa selanjutnya. Di tahun yang sama Lasem
menyerah. Tahun 1619, tuban dan Pasuruan dapat dipersatukan. Selanjutnya mataram
berhadapan langsung dengan Surabaya. Untuk menghadapi surabaya, mataram melakukan
strategi mengepung, yaitu lebih dahulu menggempur daerah-daerah pedalaman seperti
Sukadana (1622) dan Madura (1624). Akhirnya, Surabaya dapat dikuasai pada tahun 1625.
Dengan penaklukan-penaklukan tersebut, Mataram menjadi kerajaan yang sangat kuat
secara militer. Pada tahun, 1627, seluruh pulau jawa kecuali kesultanan Banten dan wilayah
kekuasaan kompeni VOC di Batavia ttelah berhasil dipersatukan di bawah mataram. Sukses
besar tersebut menumbuhkan kepercayaan diri sultan agung untuk menantang kompeni yang
masih bercongkol di Batavia. Maka, pada tahun 1628, Mataram mempersiapkan pasukan di
bawah pimpinan Tumenggung Baureksa dan Tumenggung Sura Agul-agul, untuk
mengempung Batavia.
Sayang sekali, karena kuatnya pertahanan Belanda, serangan ini gagal, bahkan
tumenggung Baureksa gugur. Kegagalan tersebut menyebabkan matara bersemangat
menyusun kekuatan yang lebih terlatih, dengan persiapan yang lebih matang. Maka pada
pada 1629, pasukan Sultan Agung kembali menyerbu Batavia. Kali ini, ki ageng Juminah, Ki
Ageng Purbaya, ki Ageng Puger adalah para pimpinannya. Penyerbuan dilancarkan terhadap
benteng Hollandia, Bommel, dan weesp. Akan tetapi serangan ini kembali dapat dipatahkan,
hingga menyebabkan pasukan mataram ditarik mundur pada tahun itu juga. Selanjutnya,
serangan mataram diarahkan ke blambangan yang dapat diintegrasikan pada tahun 1639. Bagi
Sultan Agung, Kerajaan Mataram adalah kerajaan islam yang mengemban amanat Tuhan di
tanah Jawa. Oleh sebab itu, struktur serta jabatan kepenghuluan dibangun dalam sistem
kekuasaan kerajaan. Tradisi kekuasaan seperti sholat jumat di masjid, grebeg ramadan, dan
upaya pengamanalan syariat islam merupakan bagian tak terpisahkan dari tatanan istana.
Sultan agung juga berprediksi sebagai pujangga. Karyanya yang terkenal yaitu kitab
Serat Sastra Gendhing. Adapun kitab serat Nitipraja digubahnya pada tahun 1641 M. Serat
sastra Gendhing berisi tetang budi pekerti luhur dan keselarasan lahir batin. Serat Nitipraja
berisi tata aturan moral, agar tatanan masyarakat dan negara dapat menjadi
harmonis. Selain menulis, Sultan Agung juga memerintahkan para pujangga kraton untuk
menulis sejarah babad tanah Jawi.
Di antara semua karyanya , peran sultan agung yang lebih membawa pengaruh luas
adalah dalam penanggalan. Sultan agung memadukan tradisi pesantren islam dengan tradisi
kejawen dalam perhitungan tahun. Masyarakat pesantren biasa menggunakan tahun hijriah,
masyarakat kejawen menggunakan tahun Caka atau saka. Pada tahun 1633, Sultan Agung
berhasil menyusun dan mengumumkan berlakunya sistem perhitungan tahun yang baru bagi
seluruh mataram. Perhitungan itu hampir seluruhnya disesuaikan dengan tahun hijriah,
berdasarkan perhitungan bulan. Namun, awal perhitungan tahun jawa ini tetap sama dengan
tahun saka, yaitu 78 m. Kesatuan perhitungan tahun sangat penting bagi penulisan serat
babad. Perubahan perhitungan itu merupakan sumbangan yang sangat penting bagi
perkembangan proses pengislaman tradisi dan kebudayaan jawa yang sudah terjadi sejak
berdirinya kerajaan demak. Hingga saat ini, sistem penanggalan ala sultan Agung ini masih
banyak digunakan. Sejak masa sebelum sultan Agung pembangunan non-militer memang
telah dilakukan. Satu yang layak disebut, panembahan Senopati menyempurnakan bentuk
wayang dengan tatanan gempuran. Setelah zaman senopati, mas jolang juga berjasa dalam
kebudayaan, dengan berusaha menyusun sejarah negeri demak, serta menulis beberapa kitap
suluk. Misalnya Sulu Wujil (1607 M) yang berisi wejangan Sunan bonang kepada abdi raja
majapahit yang bernama Wujil. Pangeran Karanggayam juga menggubah Serat Nitisruti
(1612 m) pada masa mas jolang.
Menjelang akhir hayatnya. Sultan Agung menerapkan peraturan yang bertujuan
mencegah perebutan tahta, antara keluarga raja dan putra mahkota. Di bawah kepemimpinan
Sultan Agung, Mataram tidak hanya menjadi pusat kekuasaan, tapi juga menjadi pusat
penyebaran islam.
3. Sosial ekonomi
a. Kerajaan Demak
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan teratur. Pemerintahan
diatur dengan hukum Islam. Akan tetapi, norma-norma atau tradisi-tradisi lama tidak
ditinggalkan begitu saja. Hasil kebudayaan Kerajaan Demak merupakan kebudayaan yang
berkaitan dengan Islam. Hasil kebudayaannya yang cukup terkenal dan sampai sekarang
masih tetap berdiri adalah Masjid Agung Demak. Masjid itu merupakan lambang kebesaran
Demak sebagai kerajaan Islam. Masjid Agung Demak selain kaya dengan ukir-ukiran
bercirikan Islam juga memiliki keistimewaan, yaitu salah satu tiangnya dibuat dari kumpulan
sisa-sisa kayu bekas pembangunan masjid itu sendiri yang disatukan (tatal).
Selain Masjid Agung Demak, Sunan Kalijaga salah seorang dari Wali Sanga juga
meletakkan dasar-dasar perayaan Sekaten pada masa Kerajaan Demak. Perayaan itu
digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk menarik minat masyarakat agar masuk Islam. Sekaten
ini kemudian menjadi tradisi atau kebudayaan yang terus dipelihara sampai sekarang.
Perekonomian Demak berkembang ke arah perdagangan maritim dan agraria. Ambisi
Kerajaan Demak menjadi negara maritim diwujudkan dengan upayanya merebut Malaka dari
tangan Portugis, namun upaya ini ternyata tidak berhasil. Perdagangan antara Demak dengan
pelabuhan-pelabuhan lain di Nusantara cukup ramai, Demak berfungsi sebagai pelabuhan
transito (penghubung) daerah penghasil rempah-rempah dan memiliki sumber penghasilan
pertanian yang cukup besar.
Demak dalam bidang ekonomi, berperan penting karena mempunyai daerah pertanian
yang cukup luas dan sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Selain itu,
perdagangannya juga maju. Komoditas yang diekspor, antara lain beras, madu, dan lilin.
Barang tersebut diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan Jepara. Dengan demikian, kehidupan
ekonomi masyarakat berkembang lebih baik. Sebagai negara maritim, Demak menjalankan
fungsinya sebagai penghubung atau transito antara daerah penghasil rempah-rempah di
bagian timur dengan Malaka, dan dari Malaka kemudian dibawa para pedagang menuju
kawasan Barat. Berkembangnya perekonomian Demak di samping faktor dunia kemaritiman,
juga faktor perdagangan hasil-hasil pertanian.
b. Kerajaan Mataram
Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan hukum
Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan Kerajaan
Mataram Islam, Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh
sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan
surantana yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang pengadilan,
dalam istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan istana.Untuk
menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang dinamakan angeranger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk. Kerajaan Mataram adalah kelanjutan dari
Kerajaan Demak dan Pajang. Kerajaan ini menggantungkan kehidupan ekonominya dari
sektor agraris. Hal ini karena letaknya yang berada di pedalaman.
Akan tetapi, Mataram juga memiliki daerah kekuasan di daerah pesisir utara Jawa yang
mayoritas sebagai pelaut. Daerah pesisir inilah yang berperan penting bagi arus perdagangan
Kerajaan Mataram.Kebudayaan yang berkembang pesat pada masa Kerajaan Mataram berupa
seni tari, pahat, suara, dan sastra. Bentuk kebudayaan yang berkembang adalah Upacara
Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan Islam.Di
samping itu, perkembangan di bidang kesusastraan memunculkan karya sastra yang cukup
terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending yang merupakan perpaduan dari hukum Islam dengan
adat istiadat Jawa yang disebut Hukum Surya Alam. Kerajaan Mataram adalah kelanjutan
dari Kerajaan Demak dan Pajang. Kerajaan ini menggantungkan kehidupan ekonominya dari
sektor agraris. Hal ini karena letaknya yang berada di pedalaman. Akan tetapi, Mataram juga
memiliki daerah kekuasan di daerah pesisir utara Jawa yang mayoritas sebagai pelaut. Daerah
pesisir inilah yang berperan penting bagi arus perdagangan Kerajaan Mataram. Kebudayaan
yang berkembang pesat pada masa Kerajaan Mataram berupa seni tari, pahat, suara, dan
sastra.
Bentuk kebudayaan yang berkembang adalah Upacara Kejawen yang merupakan
akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan Islam. Di samping itu, perkembangan di
bidang kesusastraan memunculkan karya sastra yang cukup terkenal, yaitu Kitab Sastra
Gending yang merupakan perpaduan dari hukum Islam dengan adat istiadat Jawa yang
disebut Hukum Surya Alam.E.
4. Hasil kebudayaan
a. Kerajaan Demak
Masjid Agung Demak
Masjid ini dibangun oleh walisongo dan diprakarsai oleh Sunan Kalijaga, lokasinya
berada di tengah pusat kota Demak. Setiap hari ribuan peziarah mendatangi Masjid Agung
Demak untuk berwisata rohani. Di komplek Masjid Agung juga terdapat pemakaman rajaraja Demak yang telah wafat. Peninggalan Kerajaan Demak yang paling terkenal
adalah Masjid Agung Demak. Masjid ini didirikan oleh Walisongo pada tahun
1479. Sampai saat ini, bangunan ini masih berdiri kokoh meskipun sudah
mengalami beberapa renovasi. Masjid ini berada di Desa Kauman, Demak, Jawa
Tengah.
Soko Tatal dan Soko Guru
Soko Guru adalah sebuah tiang berdiameter mencapai 1 meter yang memiliki fungsi
sebagai penyangga tegak kokohnya Masjid Demak. Ada sekitar 4 buah Soko Guru yang
digunakan di masjid ini. Berdasarkan cerita yang beredar, semua Soko Guru tersebut dibuat
oleh Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga mendapat tugas untuk membuat seluruh tiang tersebut
sendiri. Hanya saja, ketika dia baru bisa membuat 3 buah tiang setelah masjid sudah siap
berdiri. Kemudian Sunan Kalijaga dengan sangat terpaksa untuk menyambungkan semua
tatal sisa pembuatan 3 Soko Guru. Selanjutnya dengan kekuatan spiritualnya beliau
mengubahnya menjadi Soko Guru yang terbuat dari tatal.
b. Kerajaan Mataram
Kalang Obong
Kalang Obong ,upacara tradisional kematian orang Kalang, upacara ini seperti
Ngaben di Bali, tetapi upacara Kalang Obong ini bukan mayatnya yg dibakar melainkan
pakaian dan barang-barang peninggalannya
Pertapaan Kembang Lampir
Pertapaan Kembang Lampir, Kembang Lampir merupakan petilasan Ki Ageng Pemanahan
yang terletak di Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul. Tempat ini
merupakan pertapaan Ki Ageng Pemanahan ketika mencari wahyu karaton Mataram.
5. Peta Konsep
a. Raja Kerajaan Demak
b. Raja Kerajaan Mataram
Skor Penilaian Tes Tertulis
No. Soal
1
2
3
4
Skor Maksimal
25
25
25
25
5
Jml Skor Maksimal
25
100
NA = Jumlah Skor Maksimal
= 100
Keterangan:
NA : Nilai Akhir
Lampiran 3
Penilaian Keterampilan:
RUBRIK OBSERVASI
KEGIATAN DISKUSI KELOMPOK
Mata Pelajaran
Kelas / Semester
: Sejarah (Peminatan)
: X
/1
Tahun Pelajaran
Waktu Pengamatan
: 2016/2017
:
NO
Nama Peserta Didik
Menghargai
pendapat
0-100
Mendengarka
n
0-100
Berargumenta
si
0-100
Berkon
tribusi
0-100
Jumlah
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Keterangan :
Nilai = Jumlah skor dibagi 3
a. Keterampilan mengomunikasikan adalah kemampuan peserta didik untuk
mengungkapkan atau menyampaikan ide atau gagasan dengan bahasa lisan yang efektif.
b. Keterampilan mendengarkan dipahami sebagai kemampuan peserta didik untuk tidak
menyela, memotong, atau menginterupsi pembicaraan seseorang ketika sedang
mengungkapkan gagasannya.
c. Kemampuan berargumentasi menunjukkan kemampuan peserta didik dalam
mengemukakan argumentasi logis ketika ada pihak yang bertanya atau mempertanyakan
gagasannya.
d. Kemampuan berkontribusi dimaksudkan sebagai kemampuan peserta didik
memberikan gagasan-gagasan yang mendukung atau mengarah ke penarikan kesimpulan
termasuk di dalamnya menghargai perbedaan pendapat.
e. Kriteria
Skor rentang antara 0 – 100
• 91 – 100 = Amat Baik
• 81 – 90 = Baik
• 75 – 80 = Cukup
• 0 – 74 = Kurang
Lampiran 4
Penilaian Keterampilan:
RUBRIK OBSERVASI
KEGIATAN PRESENTASI
Mata Pelajaran
Kelas / Semester
: Sejarah (Peminatan)
: X /1
Tahun Pelajaran
Waktu Pengamatan
: 2016/2017
:
NO
Nama Peserta Didik
Menjelaskan
0-100
Percaya Diri
0-100
Merespon
0-100
Jumlah
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Keterangan :
a. Keterampilan menjelaskan adalah kemampuan menyampaikan hasil observasi dan
diskusi secara meyakinkan.
b. Keterampilan memvisualisasikan berkaitan dengan kemampuan peserta didik untuk
membuat atau mengemas informasi seunik mungkin, semenarik mungkin, atau sekreatif
mungkin.
f. Keterampilan merespon adalah kemampuan peserta didik menyampaikan tanggapan
atas pertanyaan, bantahan, sanggahan dari pihak lain secara empatik.
g. Kriteria
Skor rentang antara 0 – 100
• 91 – 100 = Amat Baik
• 81 – 90 = Baik
• 75 – 80 = Cukup
• 0 – 74 = Kurang
Lampiran 5
PENILAIAN KETERAMPILAN
Penilaian untuk Tugas Portofolio
Mata Pelajaran
:
Kelas / Semester
: X
/1
Tahun Pelajaran
Waktu
Pengamatan
: 2016/2017
:
NO
Nama Peserta Didik
Kebersihan
0-100
Keindahan
0-100
Ketepatan
0-100
Jumlah
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Nilai = Jumlah skor dibagi 3
Keterangan :
a. Kegiatan mengamati dalam hal ini dipahami sebagai cara peserta didik mengumpulkan
informasi faktual dengan memanfaatkan indera penglihat, pembau, pendengar, pengecap
dan peraba. Maka secara keseluruhan yang dinilai adalah HASIL pengamatan (berupa
informasi) bukan CARA mengamati.
b. Relevansi, kelengkapan, dan kebahasaan diperlakukan sebagai indikator penilaian
kegiatan mengamati.
Relevansi merujuk pada ketepatan atau keterhubungan fakta yang diamati dengan
informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan Kompetensi Dasar/Tujuan
Pembelajaran (TP).
Kelengkapan dalam arti semakin banyak komponen fakta yang terliput atau semakin
sedikit sisa (residu) fakta yang tertinggal.
h. Kebahasaan menunjukan bagaimana peserta didik mendeskripsikan fakta-fakta yang
dikumpulkan dalam bahasa tulis yang efektif (tata kata atau tata kalimat yang benar dan
mudah dipahami).
i. Kriteria
Skor rentang antara 0 – 100
• 91 – 100 = Amat Baik
• 81 – 90 = Baik
• 75 – 80 = Cukup
• 0 – 74 = Kurang
Lampiran 6
Lembar Kerja Peserta Didik
Mata Pelajaran
Materi Pokok
Sub Materi Pokok
: Sejarah (Peminatan)
: Kerajaan Islam di Jawa
: Kerajaan Demak dan Mataram
Tugas sebagai berikut:
Kelompok I dan IV bertugas mendiskusikan dan menganalisis materi tentang
Kerajaan Demak, dari segi pemerintahan, sosial dan budaya mulai dari berdiri
hingga runtuh
Kelompok II dan III bertugas mendiskusikan dan menganalisis materi tentang
Kerajaan Mataran mulai dari dari segi pemerintahan, sosial dan budaya mulai dari
berdiri hingga runtuh
Kelas
Kelompok
Pembahasan
: ………
: ………
: ............
Ketua
: ………………………………..
Anggota :
1. …………………………………………………………
2. …………………………………………………………
3. …………………………………………………………
4. …………………………………………………………
5. …………………………………………………………
6.
Selamat Bekerja
Kelompok 1 dan 4
mendiskusikan dan menganalisis materi tentang Kerajaan Demak, dari segi
pemerintahan, sosial dan budaya mulai dari berdiri hingga runtuh
Kerajaan Demak
Perkembangan Kerajaan
Pemerintahan
Kehidupan Ekonomi
Sosial Budaya
Hasil Kebudayaan dan Peninggalan
Kelompok 2 dan 3
mendiskusikan dan menganalisis materi tentang Kerajaan Demak, dari segi
pemerintahan, sosial dan budaya mulai dari berdiri hingga runtuh
Kerajaan Mataram
Perkembangan Kerajaan
Pemerintahan
Kehidupan Ekonomi
Sosial Budaya
Hasil Kebudayaan dan Peninggalan
(RPP)
Nama Sekolah
Mata Pelajaran
Kelas / Semester
Materi Pokok
Sub Materi Pokok
Alokasi Waktu
: SMK N 2 Depok
: Sejarah (Peminatan)
:X/1
: Kerajaan Islam di Jawa
: Kerajaan Demak dan Mataram
: 4 x 45Menit
A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah mengikuti proses pembelajaran peserta didik dapat:
1. Menjelaskan perkembangan kerjaan Demak dan Mataram hingga keruntuhannya
2. Menganalisis kehidupan Pemerintahan kerjaan Demak dan Mataram
3. Menganalisis kehidupan sosial ekonomi masyarakat kerjaan Demak dan Mataram
4. Menganalisis Hasil kebudayaan kerjaan Demak dan Mataram
5. Mempresentasikan laporan hasil diskusi kelompok di depan kelas mengenai kerjaan
Demak dan Mataram
6. Membuat laporan hasil diskusi Menyajikan hasil telaah tentang kerjaan Demak dan
Mataram
7. Membuat peta konsep tentang silsilah raja-raja dari kerjaan Demak dan Mataram
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
3.8 Menganalisis perkembangan
3.8.1 Menjelaskan perkembangan kerjaan
kehidupan masyarakat, pemerintahan
Demak dan Mataram hingga
dan budaya pada masa kerajaankeruntuhannya
kerajaan Islam di Indonesia serta
3.8.2 Menganalisis kehidupan
menunjukkan contoh bukti-bukti yang
Pemerintahan kerjaan Demak dan
masih berlaku pada kehidupan
Mataram
masyarakat Indonesia masa kini
3.8.3 Menganalisis kehidupan sosial
ekonomi masyarakat kerjaan Demak
dan Mataram
3.8.4 Menganalisis hasil kebudayaan
kerjaan Demak dan Mataram
4.8 Menyajikan hasil penalaran dalam
4.8.1
Mempresentasikan laporan hasil
bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan
diskusi kelompok di depan kelas
unsur budaya yang berkembang pada
mengenai kerjaan Demak dan
masa kerajaan Islam dan masih
Mataram
berkelanjutan dalam kehidupan bangsa
4.8.2
Membuat
laporan hasil diskusi
Indonesia pada masa kini
Menyajikan hasil telaah tentang
kerjaan Demak dan Mataram
4.8.3 Membuat peta konsep tentang silsilah
raja-raja dari kerjaan Demak dan
Mataram
C. Materi Pembelajaran:
Peradaban awal Asia:
Fakta
Konsep
Prinsip
Prosedural
Nilai
Wilayah, Istana Kerajaan
Konflik, Peperangan
Tumbuh, berkembang dan mati
D. Metode Pembelajaran:
1. Pendekatan Pembelajaran
2. Model Pembelajaran
3. Metode pembelajaran
: Scientifik Learning
: Mind Mapping
: Diskusi
E. Media dan Alat Pembelajaran
Media:
1. Video
2. LKPD
3. Buku yang relevan
4. Power Point
Alat:
1. Laptop
2. LCD projector
F. Sumber Belajar
Buku siswa kerajaan demak dan mataram hal 54-61
G.
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke-1
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Pendahuluan
Menyapa siswa….
Alokasi
waktu
10 menit
Guru membuka kelas dengan mengajak peserta didik untuk
berdoa sebelum pelajaran dimulai.
Guru menyapa siswa dan menanyakan kondisi siswa
(menanyakan apa kabar, ada yang sakit atau tidak,
sekarang hari apa tanggal berapa dsb)
Guru memberi motivasi dan menyanyikan lagu Nasional
atau menayangkan video lucu atau video senam pendek
untuk diparktekkan oleh siswa sebelum kegiatan belajar
dimulai.
Guru melakukan presensi.
Guru mereview pelajaran sebelumnya
Guru Memberi orientasi pelajaraan yang akan dilaksanakan
Guru membagi para peserta didik kedalam kelompok yang
berjumlah 4 kelompok beserta LKPD dan lembar jawaban.
Guru menyampaikan tujuan dan manfaat yang akan dicapai
dan dipelajari.
Guru menyampaikan tema/sub tema dan skenario kegiatan
Kegiatan Inti
yang akan dilakukan hari ini.
Model: Mind Mapping
A. Mengamati
Guru membagi para peserta didik kedalam kelompok
yang berjumlah 4 kelompok beserta LKPD dan lembar
jawaban
Guru memutarkan video tentang Kerajaan Demak dan
Mataram
Peserta Didik mengamati video yang ditayangkan oleh
guru.
B. Menanya
Peserta Didik menanyakan kepada guru setelah
70 menit
melakukan pengamatan terhadap video atau Guru
memberi rangsangan terhadap peserta didik setelah
penayangan video tadi dengan bentuk mengeluarkan
pertanyaan “apa yang ada dipikiran kalian jika bapak
guru mengatakan Keraton Yogyakarta?”.
C. Mengumpulkan Informasi
Peserta Didik mengumpulkan informasi dari video
yang telah ditayangkan serta membaca buku teks
siswa yang berkaitan dengan materi dan mencari
sumber-sumber yang relevan melalui media internet,
serta
mecari
sumber
buku
yang
relevan
di
Perpustakaan
D. Mengasosiasi
Peserta
didik
mengidentifikasi
permasalah
yang
diberikan oleh guru lewat LKPD melalui kelompok
yang terdiri dari 5 atau 6 orang (satu kelas dibagi
menjadi 4 kelompok). Kemudian guru meminta peserta
didik untuk mengerjakan LKPD dengan materi sebagai
berikut:
Kelompok I dan IV bertugas mendiskusikan dan
menganalisis materi tentang Kerajaan Demak, dari
segi pemerintahan, sosial dan budaya mulai dari
berdiri hingga runtuh
Kelompok II dan III bertugas mendiskusikan dan
menganalisis materi tentang Kerajaan Mataran
mulai dari dari segi pemerintahan, sosial dan
budaya mulai dari berdiri hingga runtuh
Peserta didik melalukan asosiasi dan pengolahan data
didalam diskusi kelompok dan menulisakan hasilnya
dalam bentuk laporan hasil diskusi
E. Mengkomunikasikan (melaporkan hasil diskusi)
Peserta
didik(Kelompok)
mempresentasikan
dan
menjelaskan hasil diskusi kelompok pada siswa yang
lain, serta siswa yang lain diberikan kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan, saran atau masukan dan
sanggahan.
Guru mengawasi jalannya diskusi.
Guru memberi evaluasi serta mengkonfirmasi hasil
Penutup
analisis diskusi.
Guru melakukan evaluasi dengan memberi pertanyaan 10 menit
secara lisan kepada para peserta didik secara acak
Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru
Guru bersama peserta didik melakukan refleksi materi
pembelajaran yang telah dilakukan.
Guru memfasilitasi peserta didik untuk menggali dan
menemukan
nilai-nilai
yang
terkandung
di
dalam
pelajaran hari ini untuk diaplikasikan dalam kehidupan.
Guru menanyakan manfaat pelajaran hari ini kepada
siswa.
Siswa mengumpulkan hasil kerja.
Guru memberi tugas pekerjaan
Guru memberi tahu materi pelajaran selanjutnya.
Guru mengakhiri pelajaran dengan berdoa dilanjutkan
menutup pelajaran.
F. Penilaian Hasil Belajar
a. Jenis dan Teknik Penilaian:
1) Jenis nilai aspek Sikap dengan Teknik Pengamatan/observasi.
2) Jenis nilai aspek pengetahuan dengan Teknik Tes Tulisan.
3) Jenis nilai ketrampilan dengan Teknik Portofolio
b. Bentuk Instrumen
1) Penilaian Sikap
a) Bentuk
: Pengamatan sikap
b) Instrumen : Jurnal Penilaian sikap
2) Penilaian Pengetahuan
a) Bentuk
: Tes Tertulis
b) Instrumen : LKPD Uraian
3) Penilaian Keterampilan
a) Bentuk
: Tes Tertulis
b) Instrumen : Portofolio
Yogyakarata ,
Mei 2017
Guru Mata Pelajaran
ALFAJRI, S.Pd
Lampiran 1
Materi
KERAJAAN DEMAK
Para ahli memperkirakan Demak berdiri tahun 1500. Sementara Majapahit hancur
beberapa waktu sebelumnya. Menurut sumber sejarah lokal di Jawa, keruntuhan Majapahit
terjadi sekitar tahun 1478. Hal ini ditandai dengan candrasengkala, Sirna Hilang Kertaning
Bhumi yang berarti memiliki angka tahun 1400 Saka. Raja pertama Kerajaan Demak adalah
Raden Fatah, yang bergelar Sultan Alam Akbar Al-Fatah. Raden Fatah memerintah Demak
dari tahun 1500-1518. Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Fatah merupakan keturunan
raja terakhir dari Kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V. Di bawah pemerintahan Raden
Fatah, Kerajaan Demak berkembang dengan pesat karena memiliki daerah pertanian yang
luas sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras.
Selain itu, Demak juga tumbuh menjadi sebuah kerajaan maritim karena letaknya di
jalur perdagangan antara Malaka dan Maluku. Oleh karena itu Kerajaan Demak disebut juga
sebagai sebuah kerajaan yang agraris-maritim. Barang dagangan yang diekspor Kerajaan
Demak antara lain beras, lilin dan madu. Barang-barang itu diekspor ke Malaka, Maluku dan
Samudra Pasai. Pada masa pemerintahan Raden Fatah, wilayah kekuasaan Kerajaan Demak
cukup luas, meliputi Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan beberapa daerah di
Kalimantan. Daerah-daerah pesisir di Jawa bagian Tengah dan Timur kemudian ikut
mengakui kedaulatan Demak dan mengibarkan panji-panjinya.
Kemajuan yang dialami Demak ini dipengaruhi oleh jatuhnya Malaka ke tangan
Portugis. Karena Malaka sudah dikuasai oleh Portugis, maka para pedagang yang tidak
simpatik dengan kehadiran Portugis di Malaka beralih haluan menuju pelabuhan-pelabuhan
Demak seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan dan Gresik. Pelabuhan-pelabuhan tersebut
kemudian berkembang menjadi pelabuhan transit. Selain tumbuh sebagai pusat perdagangan,
Demak juga tumbuh menjadi pusat penyebaran agama Islam. Para wali yang merupakan
tokoh penting pada perkembangan Kerajaan Demak ini, memanfaatkan posisinya untuk lebih
menyebarkan Islam kepada penduduk Jawa. Para wali juga berusaha menyebarkan Islam di
luar Pulau Jawa. Penyebaran agama Islam di Maluku dilakukan oleh Sunan Giri sedangkan di
daerah Kalimantan Timur dilakukan oleh seorang penghulu dari Kerajaan Demak yang
bernama Tunggang Parangan. Setelah Kerajaan Demak lemah maka muncul Kerajaan Pajang.
KERAJAAN MATARAM
Setelah Kerajaan Demak berakhir, berkembanglah Kerajaan Pajang di bawah
pemerintahan Sultan Hadiwijaya. Di bawah kekuasaannya, Pajang berkembang baik. Bahkan
berhasil mengalahkan Arya Penangsang yang berusaha merebut kekuasaannya. Tokoh yang
membantunya mengalahkan Arya Penangsang di antaranya adalah Ki Ageng Pemanahan (Ki
Gede Pemanahan). la diangkat sebagai bupati (adipati) di Mataram. Kemudian putranya,
Raden Bagus (Danang) Sutawijaya diangkat anak oleh Sultan Hadiwijaya dan dibesarkan di
istana. Sutawijaya dipersaudarakan dengan putra mahkota, bernama Pangeran Benowo. Pada
tahun 1582, Sultan Hadiwijaya meninggal dunia. Penggantinya, Pangeran Benowo
merupakan raja yang lemah.
Sementara Sutawijaya yang menggantikan Ki Gede Pemanahan justru semakin
menguatkan kekuasaannya sehingga akhirnya Istana Pajang pun jatuh ke tangannya.
Sutawijaya segera memindahkan pusaka Kerajaan Pajang ke Mataram. Sutawijaya sebagai
raja pertama dengan gelar: Panembahan Senapati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Pusat
kerajaan ada di Kota Gede, sebelah tenggara Kota Yogyakarta sekarang. Panembahan
Senapati digantikan oleh putranya yang bernama Mas Jolang (1601-1613). Mas Jolang
kemudian digantikan oleh putranya bernama Mas Rangsang atau lebih dikenal dengan nama
Sultan Agung (1613-1645). Pada masa pemerintahan Sultan Agung inilah Mataram mencapai
zaman keemasan. Dalam bidang politik pemerintahan, Sultan Agung berhasil memperluas
wilayah Mataram ke berbagai daerah yaitu, Surabaya (1615), Lasem, Pasuruhan (1617), dan
Tuban (1620).
Di samping berusaha menguasai dan mempersatukan berbagai daerah di Jawa, Sultan
Agung juga ingin mengusir VOC dari Kepulauan Indonesia. Kemudian diadakan dua kali
serangan tentara Mataram ke Batavia pada tahun 1628 dan 1629. Mataram berkembang
menjadi kerajaan agraris. Dalam bidang pertanian, Mataram mengembangkan daerah-daerah
persawahan yang luas. Seperti yang dilaporkan oleh Dr. de Han, Jan Vos dan Pieter Franssen
bahwa Jawa bagian tengah adalah daerah pertanian yang subur dengan hasil utamanya adalah
beras. Pada abad ke-17, Jawa benar-benar menjadi lumbung padi. Hasil-hasil yang lain
adalah kayu, gula, kelapa, kapas, dan hasil palawija. Di Mataram dikenal beberapa kelompok
dalam masyarakat. Ada golongan raja dan keturunannya, para bangsawan dan rakyat sebagai
kawula kerajaan. Kehidupan masyarakat bersifat feodal karena raja adalah pemilik tanah
beserta seluruh isinya. Sultan dikenal sebagai panatagama, yaitu pengatur kehidupan
keagamaan. Oleh karena itu, Sultan memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Rakyat sangat
hormat dan patuh, serta hidup mengabdi pada sultan. Bidang kebudayaan juga maju pesat.
Seni bangunan, ukir, lukis, dan patung mengalami perkembangan. Kreasikreasi para seniman,
misalnya terlihat pada pembuatan gapura-gapura, serta ukir-ukiran di istana dan tempat
ibadah. Seni tari yang terkenal adalah Tari Bedoyo Ketawang. Dalam prakteknya, Sultan
Agung memadukan unsur-unsur budaya Islam dengan budaya Hindu-Jawa. Sebagai contoh,
di Mataram diselenggarakan perayaan sekaten untuk memperingati hari kelahiran Nabi
Muhammad saw, dengan membunyikan gamelan Kyai Nagawilaga dan Kyai Guntur Madu.
Kemudian juga diadakan upacara grebeg. Grebeg diadakan tiga kali dalam satu tahun, yaitu
setiap tanggal 10 Dzulliijah (Idul Adha), 1 Syawal (Idul Fitri), dan tanggal 12 Rabiulawal
(Maulid Nabi). Bentuk dan kegiatan upacara grebeg adalah mengarak gunungan dari keraton
ke depan masjid agung.
Gunungan biasanya dibuat dari berbagai makanan, kue, dan hasil bumi yang dibentuk
menyerupai gunung. Upacara grebeg merupakan sedekah sebagai rasa syukur dari raja
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan juga sebagai pembuktian kesetiaan para bupati dan
punggawa kerajaan kepada rajanya. Sultan Agung wafat pada 1645. Ia dimakamkan di Bukit
Imogiri. Ia digantikan oleh putranya yang bergelar Amangkurat I. Akan tetapi, pribadi raja ini
sangat berbeda dengan pribadi Sultan Agung. Amangkurat I adalah seorang raja yang lemah,
berpandangan sempit, dan sering bertindak kejam. Mataram mengalami kemunduran apalagi
adanya pengaruh VOC yang semakin kuat. Dalam perkembangannya Kerajaan Mataram
akhirnya dibagi dua berdasarkan Perjanjian Giyanti (1755). Sebelah barat menjadi
Kesultanan Yogyakarta dan sebelah timur menjadi Kasunanan Surakarta.
Lampiran 2
PENILAIAN PENGETAHUAN
Kisi-kisi Soal
Mata Pelajaran
Kelas/ Semester
Bentuk Soal
Jumlah Soal
: Sejarah(Peminatan)
: X/1
: Uraian
: 5 butir
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu:
1. Menjelaskan perkembangan kerjaan
Demak dan Mataram hingga
keruntuhannya
2. Menganalisis kehidupan
Pemerintahan kerjaan Demak dan
Mataram
3. Menganalisis kehidupan sosial
ekonomi masyarakat kerjaan Demak
dan Mataram
4. Menganalisis hasil kebudayaan
kerjaan Demak dan Mataram
5. Membuat peta konsep tentang
silsilah raja-raja dari kerjaan Demak
dan Mataram
Indikator
No. Soal
1. Menjelaskan perkembangan kerjaan
Demak dan Mataram hingga
keruntuhannya
2. Menganalisis kehidupan
Pemerintahan kerjaan Demak dan
Mataram
3. Menganalisis kehidupan sosial
ekonomi masyarakat kerjaan
Demak dan Mataram
4. Menganalisis hasil kebudayaan
kerjaan Demak dan Mataram
5. Membuat peta konsep tentang
silsilah raja-raja dari kerjaan Demak
dan Mataram
1
2
3
4
5
SOAL
1. Jelaskanlah perkembangan kerjaan Demak dan Mataram dari awal hingga keruntuhannya!
2. Analisislah kehidupan Pemerintahan kerjaan Demak dan Mataram!
3. Analisislah kehidupan sosial ekonomi masyarakat kerjaan Demak dan Mataram!
4. Analisislah hasil kebudayaan kerjaan Demak dan Mataram!
5. Membuat peta konsep tentang silsilah raja-raja dari kerjaan Demak dan Mataram
Kunci Jawaban:
1.
a. Kerajaan Demak
Berdirinya Kerajaan Demak
Pendiri dari Kerajaan Demak yakni Raden Patah, sekaligus menjadi raja pertama
Demak pada tahun 1500-1518 M. Raden Patah merupakan putra dari Brawijaya V dan Putri
Champa dari Tiongkok. Raden Patah secara diam-diam pergi ke Jawa yang tepatnya di
Surabaya dan berguru kepada Sunan Ampel. Kemudian Sunan Ampel memerintahkan kepada
Raden Patah supaya pindah ke Jawa tengah untuk membuka hutan Glagah Wangi atau
Bintara lalu mendirikan pesantren. Lambat laun, banyak yang menjadi santri di pesantren
tersebut dan pada akhirnya, Demak berkembang pesat. Raden Patah dikukuhkan menjadi
Adipati Demak oleh ayahnya, Brawijaya V dan mengganti nama Demak menjadi Bintara
yang akhirnya disebut Demak Bintara.
Suatu ketika, Majapahit mengalami kelemahan dengan adanya pemberontakan dan
perebutan kekuasaan antar keluarga kerajaan. Melihat situasi tersebut, Raden Patah justru
memanfaatkannya untuk melepaskan diri dari Kerajaan Majapahit. Dibantu para Bupati,
Raden Patah akhirnya menyerang Majapahit pada pemerintahanBrawijaya VI. Kemudian
berdirilah Kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa dibawah
kepemimpinan Raden Patah sebagai raja pertama.
Kejayaan Kerajaan Demak
Demak mengalami masa kejayaan pada pemerintahan Sultan Trenggono (1521-1526),
yakni raja ketiga setelah Pati Unus. Sultan Trenggono merupakan anak dari Raden Patah
yang tidak lain adik Pati Unus. Pada masa pemerintahannya, Demak menguasai Sunda
Kelapa dari Pajajaran serta menghalau para tentara Portugis yang mendarat disana (1527),
Tuban (1527), Surabaya dan Pasuruan (1527), Madiun (1529), Malang (1945), dan dan
Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa (1527, 1546). Kemudian
pada tahun 1546 Sultan Trenggono meninggal dalam sebuah pertempuran menaklukkan
Pasuruan.
Runtuhnya Kerajaan Demak
Wafatnya Sultan Trenggono menimbulkan konflik perebutan kekuasaan antar
saudara. Pengganti Sultan Trenggono, Pangeran Sido Lapen yang merupakan saudara Sultan
Trenggono dibunuh oleh Pangeran Prawoto yang tidak lain adalah anak dari Sultan
Trenggono. Kemudian anak dari Pangeran Sido Lapen, Arya Penangsang membunuh
Pangeran Prawoto dan mengambil alih kekuasaan. Tidak hanya berhenti disitu, Arya
Panangsang akhirnya dibunuh oleh anak angkat Joko Tingkir, yaitu Sutawijaya. Pada
akhirnya, tahun 1568 M tahta Kerajaan Demak jatuh ditangan Joko Tingkir. Kemudian
ibukota Demak dipindah ke Pajang.
b. Kerjaan mataram
Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat Kerajaan ini terletak di sebelah
tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Para raja yang pernah memerintah di Kerajaan
Mataram yaitu : Penembahan Senopati (1584-1601), Panembahan Seda Krapyak (16011677). Dalam sejarah Islam,Kesultanan mataram memiliki peran yang cukup penting dalam
perjalanan secara kerajaan-kerajaan islam di Nusantara (Indonesia). Hal ini terlihat dari
semangat raja-raja untuk memperluas daerah kekuasaan dan mengislamkan para penduduk
daerah kekuasaannya, keterlibatan para pemuka agama, hingga pengembangan kebudayaan
yang bercorak islam di Jawa. Pada awalnya daerah mataram dikuasai kesultanan pajang
sebagai balas jasa atas perjuangan dalam mengalahkan Arya Penangsang. Sultan Hadiwijaya
menghadiahkan daerah mataram kepada Ki Ageng Pemanahan.
Selanjutnya, oleh ki Ageng Pemanahan Mataram dibangun sebagai tempat
permukiman baru dan persawahan. Akan tetapi, kehadirannya di daerah ini dan usaha
pembangunannya mendapat berbagai jenis tanggapan dari para penguasa setempat. Misalnya,
Ki Ageng Giring yang berasal dari wangsa Kajoran secara terang-terangan menentang
kehadirannya. Begitu pula ki Ageng tembayat dan Ki Ageng Mangir. Namun masih ada yang
menerima kehadirannya, misalnya ki Ageng Karanglo. Meskipun demikian, tanggapan dan
sambutan yang beraneka itu tidak mengubah pendirian Ki Ageng Pemanahan untuk
melanjutkan pembangunan daerah itu. ia membangun pusat kekuatan di plered dan
menyiapkan strategi untuk menundukkan para penguasa yang menentang kehadirannya. Pada
tahun 1575, Pemahanan meninggal dunia. Ia digantikan oleh putranya, Danang Sutawijaya
atau Pangeran Ngabehi Loring Pasar. Di samping bertekad melanjutkan mimpi ayahandanya,
ia pun bercita-cita membebaskan diri dari kekuasaan pajang. Sehingga, hubungan antara
mataram dengan pajang pun memburuk.Hubungan yang tegang antara sutawijaya dan
kesultanan Pajang akhirnya menimbulkan peperangan.
Dalam peperangan ini, kesultanan pajang mengalami kekalahan. Setelah penguasa
pajak yakni hadiwijaya meninggal dunia (1587), Sutawijaya mengangkat dirinya menjadi raja
Mataram dengan gelar penembahan Senopati Ing Alaga. Ia mulai membangun kerajaannya
dan memindahkan senopati pusat pemerintahan ke Kotagede. Untuk memperluas daerah
kekuasaanya, penembahan senopati melancarkan serangan-serangan ke daerah sekitar.
Misalnya dengan menaklukkan Ki Ageng Mangir dan Ki Ageng Giring.
2. Sistem Pemerintahan
a. Pemerintahan demak
Kerajaan Demak berdiri kira-kira tahun 1478. Hal itu didasarkan pada saat jatuhnya
Majapahit yang diperintah oleh Prabu Kertabumi (Brawijaya V) dengan ditandai
candrasengkala, sirna ilang kertaning bumi (artinya tahun 1400 Saka atau tahun 1478
Masehi). Para wali kemudian sepakat untuk menobatkan Raden Patah menjadi raja di
Kerajaan Demak dengan gelar Senapati Jimbung Ngabdurrahman Panembahan Palembang
Sayidin Panatagama. Untuk jabatan patih diangkat Ki Wanapala dengan gelar Mangkurat
Kerajaan Demak berkembang menjadi kerajaan besar, di bawah kepemimpinan Raden
Patah (1481-1518). Negeri-negeri di pantai utara Jawa yang sudah menganut Islam mengakui
kedaulatan Demak. Bahkan Kekuasaan Demak meluas ke Sukadana (Kalimantan Selatan),
Palembang, dan Jambi. Pada tahun 1512 dan 1513, di bawah pimpinan putranya yang
bernama Adipati Unus, Demak dengan kekuatan 90 buah jung dan 12.000 tentara berusaha
membebaskan Malaka dari kekuasaan Portugis dan menguasai perdagangan di Selat Malaka.
Karena pernah menyerang ke Malaka Adipati Unus diberi gelar Pangeran Sabrang Lor
(Pangeran yang pernah menyeberang ke utara). Setelah Raden Patah wafat pada tahun 1518
M, Kerajaan Demak dipimpin oleh Adipati Unus (1518-1521). Ia menjadi Sultan Demak
selama tiga tahun. Kemudian ia digantikan oleh adiknya yang bernama Sultan Trenggana
(1521- 1546) melalui perebutan takhta dengan Pangeran Sekar Sedo Lepen. Untuk
memperluas daerah kekuasaannya, Sultan Trenggana menikahkan putra-putrinya, antara lain
dinikahkan dengan Pangeran Hadiri dari Kalinyamat (Jepara) dan Pangeran Adiwijaya dari
Pajang. Sultan Trenggana berhasil meluaskan kekuasaannya ke daerah pedalaman. Ia berhasil
menaklukkan Daha (Kediri), Madiun, dan Pasuruan. Pada saat melancarkan ekspedisi
melawan Panarukan, Sultan Trenggana terbunuh. Pada masa Sultan Trenggana, wilayah
kekuasaan Kerajaan Demak sangat luas meliputi Banten, Jayakarta, Cirebon (Jawa Barat),
Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Timur.
b. Pemerintahan Mataram
Sistem pemerintahan yang dianut Kerajaan mataram islam adalah sistem Dewa-Raja.
Artinya pusat kekuasaan tertinggi dan mutlak adaa pada diri sultan. Seorang sultan atau raja
sering digambarkan memiliki sifat keramat, yang kebijaksanaannya terpacar dari kejernihan
air muka dan kewibawannya yang tiada tara. Raja menampakkan diri pada rakyat sekali
seminggu di alun-alun istana. Selain sultan, pejabat penting lainnya adalah kaum priayi yang
merupakan penghubung antara raja dan rakyat. Selain itu ada pula panglima perang yang
bergelar Kusumadayu, serta perwira rendahan atau Yudanegara. Pejabat lainnya adalah
Sasranegara, pejabat administrasi.
Dengan sistem pemerintahan seperti itu, Panembahan senopati terus-menerus
memperkuat pengaruh mataram dalam berbagai bidang sampai ia meninggal pada tahun
1601. ia digantikan oleh putranya, Mas Jolang atau Penembahan Sedaing Krapyak (1601 –
1613). Peran mas Jolang tidak banyak yang menarik untuk dicatat. Setelah mas jolang
meninggal, ia digantikan oleh Mas Rangsang (1613 – 1645). Pada masa pemerintahannyalah
Mataram mearik kejayaan. Baik dalam bidang perluasan daerah kekuasaan, maupun agama
dan kebudayaan. Pangeran Jatmiko atau Mas Rangsang Menjadi raja mataram ketiga. Ia
mendapat nama gelar Agung Hanyakrakusuma selama masa kekuasaan, Agung
Hanyakrakusuma berhasil membawa Mataram ke puncak kejayaan dengan pusat
pemerintahan di Yogyakarta. Gelar “sultan” yang disandang oleh Sultan Agung menunjukkan
bahwa ia mempunyai kelebihan dari raja-raja sebelumnya, yaitu panembahan Senopati dan
Panembahan Seda Ing Krapyak. Ia dinobatkan sebagai raja pada tahun 1613 pada umur
sekitar 20 tahun, dengan gelar “Panembahan”. Pada tahun 1624, gelar “Panembahan” diganti
menjadi “Susuhunan” atau “Sunan”. Pada tahun 1641, Agung Hanyakrakusuma menerima
pengakuan dari Mekah sebagai sultan, kemudian mengambil gelar selengkapnya Sultan
Agung Hanyakrakusuma Senopati Ing Alaga Ngabdurrahman.
Karena cita-cita Sultan Agung untuk memerintah seluruh pulau jawa, kerajaan
Mataram pun terlibat dalam perang yang berkepanjangan baik dengan penguasa-penguasa
daerah, maupun dengan kompeni VOC yang mengincar pulau Jawa. Pada tahun 1614, sultan
agung mempersatukan kediri, pasuruan, lumajang, dan malang. Pada tahun 1615, kekuatan
tentara mataram lebih difokuskan ke daerah wirasaba, tempat yang sangat strategis untuk
menghadapi jawa timur. Daerah ini pun berhasil ditaklukkan. pada tahun 1616, terjadi
pertempuran antara tentara mataram dan tentara surabaya, pasuruan, Tuban, Jepara, wirasaba,
Arosbaya dan Sumenep. Peperangan ini dapat dimenangi oleh tentara mataram, dan
merupakan kunci kemenangan untuk masa selanjutnya. Di tahun yang sama Lasem
menyerah. Tahun 1619, tuban dan Pasuruan dapat dipersatukan. Selanjutnya mataram
berhadapan langsung dengan Surabaya. Untuk menghadapi surabaya, mataram melakukan
strategi mengepung, yaitu lebih dahulu menggempur daerah-daerah pedalaman seperti
Sukadana (1622) dan Madura (1624). Akhirnya, Surabaya dapat dikuasai pada tahun 1625.
Dengan penaklukan-penaklukan tersebut, Mataram menjadi kerajaan yang sangat kuat
secara militer. Pada tahun, 1627, seluruh pulau jawa kecuali kesultanan Banten dan wilayah
kekuasaan kompeni VOC di Batavia ttelah berhasil dipersatukan di bawah mataram. Sukses
besar tersebut menumbuhkan kepercayaan diri sultan agung untuk menantang kompeni yang
masih bercongkol di Batavia. Maka, pada tahun 1628, Mataram mempersiapkan pasukan di
bawah pimpinan Tumenggung Baureksa dan Tumenggung Sura Agul-agul, untuk
mengempung Batavia.
Sayang sekali, karena kuatnya pertahanan Belanda, serangan ini gagal, bahkan
tumenggung Baureksa gugur. Kegagalan tersebut menyebabkan matara bersemangat
menyusun kekuatan yang lebih terlatih, dengan persiapan yang lebih matang. Maka pada
pada 1629, pasukan Sultan Agung kembali menyerbu Batavia. Kali ini, ki ageng Juminah, Ki
Ageng Purbaya, ki Ageng Puger adalah para pimpinannya. Penyerbuan dilancarkan terhadap
benteng Hollandia, Bommel, dan weesp. Akan tetapi serangan ini kembali dapat dipatahkan,
hingga menyebabkan pasukan mataram ditarik mundur pada tahun itu juga. Selanjutnya,
serangan mataram diarahkan ke blambangan yang dapat diintegrasikan pada tahun 1639. Bagi
Sultan Agung, Kerajaan Mataram adalah kerajaan islam yang mengemban amanat Tuhan di
tanah Jawa. Oleh sebab itu, struktur serta jabatan kepenghuluan dibangun dalam sistem
kekuasaan kerajaan. Tradisi kekuasaan seperti sholat jumat di masjid, grebeg ramadan, dan
upaya pengamanalan syariat islam merupakan bagian tak terpisahkan dari tatanan istana.
Sultan agung juga berprediksi sebagai pujangga. Karyanya yang terkenal yaitu kitab
Serat Sastra Gendhing. Adapun kitab serat Nitipraja digubahnya pada tahun 1641 M. Serat
sastra Gendhing berisi tetang budi pekerti luhur dan keselarasan lahir batin. Serat Nitipraja
berisi tata aturan moral, agar tatanan masyarakat dan negara dapat menjadi
harmonis. Selain menulis, Sultan Agung juga memerintahkan para pujangga kraton untuk
menulis sejarah babad tanah Jawi.
Di antara semua karyanya , peran sultan agung yang lebih membawa pengaruh luas
adalah dalam penanggalan. Sultan agung memadukan tradisi pesantren islam dengan tradisi
kejawen dalam perhitungan tahun. Masyarakat pesantren biasa menggunakan tahun hijriah,
masyarakat kejawen menggunakan tahun Caka atau saka. Pada tahun 1633, Sultan Agung
berhasil menyusun dan mengumumkan berlakunya sistem perhitungan tahun yang baru bagi
seluruh mataram. Perhitungan itu hampir seluruhnya disesuaikan dengan tahun hijriah,
berdasarkan perhitungan bulan. Namun, awal perhitungan tahun jawa ini tetap sama dengan
tahun saka, yaitu 78 m. Kesatuan perhitungan tahun sangat penting bagi penulisan serat
babad. Perubahan perhitungan itu merupakan sumbangan yang sangat penting bagi
perkembangan proses pengislaman tradisi dan kebudayaan jawa yang sudah terjadi sejak
berdirinya kerajaan demak. Hingga saat ini, sistem penanggalan ala sultan Agung ini masih
banyak digunakan. Sejak masa sebelum sultan Agung pembangunan non-militer memang
telah dilakukan. Satu yang layak disebut, panembahan Senopati menyempurnakan bentuk
wayang dengan tatanan gempuran. Setelah zaman senopati, mas jolang juga berjasa dalam
kebudayaan, dengan berusaha menyusun sejarah negeri demak, serta menulis beberapa kitap
suluk. Misalnya Sulu Wujil (1607 M) yang berisi wejangan Sunan bonang kepada abdi raja
majapahit yang bernama Wujil. Pangeran Karanggayam juga menggubah Serat Nitisruti
(1612 m) pada masa mas jolang.
Menjelang akhir hayatnya. Sultan Agung menerapkan peraturan yang bertujuan
mencegah perebutan tahta, antara keluarga raja dan putra mahkota. Di bawah kepemimpinan
Sultan Agung, Mataram tidak hanya menjadi pusat kekuasaan, tapi juga menjadi pusat
penyebaran islam.
3. Sosial ekonomi
a. Kerajaan Demak
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan teratur. Pemerintahan
diatur dengan hukum Islam. Akan tetapi, norma-norma atau tradisi-tradisi lama tidak
ditinggalkan begitu saja. Hasil kebudayaan Kerajaan Demak merupakan kebudayaan yang
berkaitan dengan Islam. Hasil kebudayaannya yang cukup terkenal dan sampai sekarang
masih tetap berdiri adalah Masjid Agung Demak. Masjid itu merupakan lambang kebesaran
Demak sebagai kerajaan Islam. Masjid Agung Demak selain kaya dengan ukir-ukiran
bercirikan Islam juga memiliki keistimewaan, yaitu salah satu tiangnya dibuat dari kumpulan
sisa-sisa kayu bekas pembangunan masjid itu sendiri yang disatukan (tatal).
Selain Masjid Agung Demak, Sunan Kalijaga salah seorang dari Wali Sanga juga
meletakkan dasar-dasar perayaan Sekaten pada masa Kerajaan Demak. Perayaan itu
digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk menarik minat masyarakat agar masuk Islam. Sekaten
ini kemudian menjadi tradisi atau kebudayaan yang terus dipelihara sampai sekarang.
Perekonomian Demak berkembang ke arah perdagangan maritim dan agraria. Ambisi
Kerajaan Demak menjadi negara maritim diwujudkan dengan upayanya merebut Malaka dari
tangan Portugis, namun upaya ini ternyata tidak berhasil. Perdagangan antara Demak dengan
pelabuhan-pelabuhan lain di Nusantara cukup ramai, Demak berfungsi sebagai pelabuhan
transito (penghubung) daerah penghasil rempah-rempah dan memiliki sumber penghasilan
pertanian yang cukup besar.
Demak dalam bidang ekonomi, berperan penting karena mempunyai daerah pertanian
yang cukup luas dan sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Selain itu,
perdagangannya juga maju. Komoditas yang diekspor, antara lain beras, madu, dan lilin.
Barang tersebut diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan Jepara. Dengan demikian, kehidupan
ekonomi masyarakat berkembang lebih baik. Sebagai negara maritim, Demak menjalankan
fungsinya sebagai penghubung atau transito antara daerah penghasil rempah-rempah di
bagian timur dengan Malaka, dan dari Malaka kemudian dibawa para pedagang menuju
kawasan Barat. Berkembangnya perekonomian Demak di samping faktor dunia kemaritiman,
juga faktor perdagangan hasil-hasil pertanian.
b. Kerajaan Mataram
Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan hukum
Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan Kerajaan
Mataram Islam, Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh
sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan
surantana yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang pengadilan,
dalam istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan istana.Untuk
menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang dinamakan angeranger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk. Kerajaan Mataram adalah kelanjutan dari
Kerajaan Demak dan Pajang. Kerajaan ini menggantungkan kehidupan ekonominya dari
sektor agraris. Hal ini karena letaknya yang berada di pedalaman.
Akan tetapi, Mataram juga memiliki daerah kekuasan di daerah pesisir utara Jawa yang
mayoritas sebagai pelaut. Daerah pesisir inilah yang berperan penting bagi arus perdagangan
Kerajaan Mataram.Kebudayaan yang berkembang pesat pada masa Kerajaan Mataram berupa
seni tari, pahat, suara, dan sastra. Bentuk kebudayaan yang berkembang adalah Upacara
Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan Islam.Di
samping itu, perkembangan di bidang kesusastraan memunculkan karya sastra yang cukup
terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending yang merupakan perpaduan dari hukum Islam dengan
adat istiadat Jawa yang disebut Hukum Surya Alam. Kerajaan Mataram adalah kelanjutan
dari Kerajaan Demak dan Pajang. Kerajaan ini menggantungkan kehidupan ekonominya dari
sektor agraris. Hal ini karena letaknya yang berada di pedalaman. Akan tetapi, Mataram juga
memiliki daerah kekuasan di daerah pesisir utara Jawa yang mayoritas sebagai pelaut. Daerah
pesisir inilah yang berperan penting bagi arus perdagangan Kerajaan Mataram. Kebudayaan
yang berkembang pesat pada masa Kerajaan Mataram berupa seni tari, pahat, suara, dan
sastra.
Bentuk kebudayaan yang berkembang adalah Upacara Kejawen yang merupakan
akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan Islam. Di samping itu, perkembangan di
bidang kesusastraan memunculkan karya sastra yang cukup terkenal, yaitu Kitab Sastra
Gending yang merupakan perpaduan dari hukum Islam dengan adat istiadat Jawa yang
disebut Hukum Surya Alam.E.
4. Hasil kebudayaan
a. Kerajaan Demak
Masjid Agung Demak
Masjid ini dibangun oleh walisongo dan diprakarsai oleh Sunan Kalijaga, lokasinya
berada di tengah pusat kota Demak. Setiap hari ribuan peziarah mendatangi Masjid Agung
Demak untuk berwisata rohani. Di komplek Masjid Agung juga terdapat pemakaman rajaraja Demak yang telah wafat. Peninggalan Kerajaan Demak yang paling terkenal
adalah Masjid Agung Demak. Masjid ini didirikan oleh Walisongo pada tahun
1479. Sampai saat ini, bangunan ini masih berdiri kokoh meskipun sudah
mengalami beberapa renovasi. Masjid ini berada di Desa Kauman, Demak, Jawa
Tengah.
Soko Tatal dan Soko Guru
Soko Guru adalah sebuah tiang berdiameter mencapai 1 meter yang memiliki fungsi
sebagai penyangga tegak kokohnya Masjid Demak. Ada sekitar 4 buah Soko Guru yang
digunakan di masjid ini. Berdasarkan cerita yang beredar, semua Soko Guru tersebut dibuat
oleh Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga mendapat tugas untuk membuat seluruh tiang tersebut
sendiri. Hanya saja, ketika dia baru bisa membuat 3 buah tiang setelah masjid sudah siap
berdiri. Kemudian Sunan Kalijaga dengan sangat terpaksa untuk menyambungkan semua
tatal sisa pembuatan 3 Soko Guru. Selanjutnya dengan kekuatan spiritualnya beliau
mengubahnya menjadi Soko Guru yang terbuat dari tatal.
b. Kerajaan Mataram
Kalang Obong
Kalang Obong ,upacara tradisional kematian orang Kalang, upacara ini seperti
Ngaben di Bali, tetapi upacara Kalang Obong ini bukan mayatnya yg dibakar melainkan
pakaian dan barang-barang peninggalannya
Pertapaan Kembang Lampir
Pertapaan Kembang Lampir, Kembang Lampir merupakan petilasan Ki Ageng Pemanahan
yang terletak di Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul. Tempat ini
merupakan pertapaan Ki Ageng Pemanahan ketika mencari wahyu karaton Mataram.
5. Peta Konsep
a. Raja Kerajaan Demak
b. Raja Kerajaan Mataram
Skor Penilaian Tes Tertulis
No. Soal
1
2
3
4
Skor Maksimal
25
25
25
25
5
Jml Skor Maksimal
25
100
NA = Jumlah Skor Maksimal
= 100
Keterangan:
NA : Nilai Akhir
Lampiran 3
Penilaian Keterampilan:
RUBRIK OBSERVASI
KEGIATAN DISKUSI KELOMPOK
Mata Pelajaran
Kelas / Semester
: Sejarah (Peminatan)
: X
/1
Tahun Pelajaran
Waktu Pengamatan
: 2016/2017
:
NO
Nama Peserta Didik
Menghargai
pendapat
0-100
Mendengarka
n
0-100
Berargumenta
si
0-100
Berkon
tribusi
0-100
Jumlah
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Keterangan :
Nilai = Jumlah skor dibagi 3
a. Keterampilan mengomunikasikan adalah kemampuan peserta didik untuk
mengungkapkan atau menyampaikan ide atau gagasan dengan bahasa lisan yang efektif.
b. Keterampilan mendengarkan dipahami sebagai kemampuan peserta didik untuk tidak
menyela, memotong, atau menginterupsi pembicaraan seseorang ketika sedang
mengungkapkan gagasannya.
c. Kemampuan berargumentasi menunjukkan kemampuan peserta didik dalam
mengemukakan argumentasi logis ketika ada pihak yang bertanya atau mempertanyakan
gagasannya.
d. Kemampuan berkontribusi dimaksudkan sebagai kemampuan peserta didik
memberikan gagasan-gagasan yang mendukung atau mengarah ke penarikan kesimpulan
termasuk di dalamnya menghargai perbedaan pendapat.
e. Kriteria
Skor rentang antara 0 – 100
• 91 – 100 = Amat Baik
• 81 – 90 = Baik
• 75 – 80 = Cukup
• 0 – 74 = Kurang
Lampiran 4
Penilaian Keterampilan:
RUBRIK OBSERVASI
KEGIATAN PRESENTASI
Mata Pelajaran
Kelas / Semester
: Sejarah (Peminatan)
: X /1
Tahun Pelajaran
Waktu Pengamatan
: 2016/2017
:
NO
Nama Peserta Didik
Menjelaskan
0-100
Percaya Diri
0-100
Merespon
0-100
Jumlah
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Keterangan :
a. Keterampilan menjelaskan adalah kemampuan menyampaikan hasil observasi dan
diskusi secara meyakinkan.
b. Keterampilan memvisualisasikan berkaitan dengan kemampuan peserta didik untuk
membuat atau mengemas informasi seunik mungkin, semenarik mungkin, atau sekreatif
mungkin.
f. Keterampilan merespon adalah kemampuan peserta didik menyampaikan tanggapan
atas pertanyaan, bantahan, sanggahan dari pihak lain secara empatik.
g. Kriteria
Skor rentang antara 0 – 100
• 91 – 100 = Amat Baik
• 81 – 90 = Baik
• 75 – 80 = Cukup
• 0 – 74 = Kurang
Lampiran 5
PENILAIAN KETERAMPILAN
Penilaian untuk Tugas Portofolio
Mata Pelajaran
:
Kelas / Semester
: X
/1
Tahun Pelajaran
Waktu
Pengamatan
: 2016/2017
:
NO
Nama Peserta Didik
Kebersihan
0-100
Keindahan
0-100
Ketepatan
0-100
Jumlah
Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Nilai = Jumlah skor dibagi 3
Keterangan :
a. Kegiatan mengamati dalam hal ini dipahami sebagai cara peserta didik mengumpulkan
informasi faktual dengan memanfaatkan indera penglihat, pembau, pendengar, pengecap
dan peraba. Maka secara keseluruhan yang dinilai adalah HASIL pengamatan (berupa
informasi) bukan CARA mengamati.
b. Relevansi, kelengkapan, dan kebahasaan diperlakukan sebagai indikator penilaian
kegiatan mengamati.
Relevansi merujuk pada ketepatan atau keterhubungan fakta yang diamati dengan
informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan Kompetensi Dasar/Tujuan
Pembelajaran (TP).
Kelengkapan dalam arti semakin banyak komponen fakta yang terliput atau semakin
sedikit sisa (residu) fakta yang tertinggal.
h. Kebahasaan menunjukan bagaimana peserta didik mendeskripsikan fakta-fakta yang
dikumpulkan dalam bahasa tulis yang efektif (tata kata atau tata kalimat yang benar dan
mudah dipahami).
i. Kriteria
Skor rentang antara 0 – 100
• 91 – 100 = Amat Baik
• 81 – 90 = Baik
• 75 – 80 = Cukup
• 0 – 74 = Kurang
Lampiran 6
Lembar Kerja Peserta Didik
Mata Pelajaran
Materi Pokok
Sub Materi Pokok
: Sejarah (Peminatan)
: Kerajaan Islam di Jawa
: Kerajaan Demak dan Mataram
Tugas sebagai berikut:
Kelompok I dan IV bertugas mendiskusikan dan menganalisis materi tentang
Kerajaan Demak, dari segi pemerintahan, sosial dan budaya mulai dari berdiri
hingga runtuh
Kelompok II dan III bertugas mendiskusikan dan menganalisis materi tentang
Kerajaan Mataran mulai dari dari segi pemerintahan, sosial dan budaya mulai dari
berdiri hingga runtuh
Kelas
Kelompok
Pembahasan
: ………
: ………
: ............
Ketua
: ………………………………..
Anggota :
1. …………………………………………………………
2. …………………………………………………………
3. …………………………………………………………
4. …………………………………………………………
5. …………………………………………………………
6.
Selamat Bekerja
Kelompok 1 dan 4
mendiskusikan dan menganalisis materi tentang Kerajaan Demak, dari segi
pemerintahan, sosial dan budaya mulai dari berdiri hingga runtuh
Kerajaan Demak
Perkembangan Kerajaan
Pemerintahan
Kehidupan Ekonomi
Sosial Budaya
Hasil Kebudayaan dan Peninggalan
Kelompok 2 dan 3
mendiskusikan dan menganalisis materi tentang Kerajaan Demak, dari segi
pemerintahan, sosial dan budaya mulai dari berdiri hingga runtuh
Kerajaan Mataram
Perkembangan Kerajaan
Pemerintahan
Kehidupan Ekonomi
Sosial Budaya
Hasil Kebudayaan dan Peninggalan