Implikasi Kebijakan Pendidikan Islam Era
Volume: XXVll, Nomor 3,201211433
tssN.1412-064X
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
ll.egasama [rngan
ASOSTAST SARJANA pENDtDtKAN TSLAM (ASpt) TNbONES|A
Volume
XXV[, No 3,2012/1433
PenangungJawab
Mahmud
Ketua Dewan Penyunting
Ahmad Tafsir
Penyunting Ahli
Muhibbin Syah
Nina Nurmila
Penyunting Pelaksana
Yava Sun-ana
Erni Harranti
Aan Hasanah
Chaerul Rochman
Asep Nursobah
hawan
Dian
Penyunting Bahasa
Dedih Wahl.udin Q4rabic)
Nia I(urniaw an (E nghs h)
Yeti Heryati (Indoneia)
Asisten Penyunting
Oban Sobandi
Ihsan Abdul Nasir
Cover Design
Dodi Painting Center
DAFTAR ISI
Dampak Konflik Intemal Kepemimpinan
pada Kineria Dosen perguruan Tinggi Islam
Adri Efferi
347 - 364
Implikasi Kebiiakan pendidikan Era Soeharto
pada Eksistensi Madrasah
Toto Suhatto
365 - 382
Redefinisi Pendidikan Agama Islam dalarnTerarg
Pendidikan Karakter
Amri Darwis
Humanisme Progresif dalam Filsafat pendidikan Iclarn
!7edra Aprison
383
- 398
399
- 416
41.7
433
Corak Sosialisme Pesantren
Husnul Amin
Mengembalikan Misi pendidikan Sosial
dan Kebud ay?an Pesantren
Ngainun Naim
434
Tanggung Jawab Sosial perusahaan Terhadap Madrasah
AhmadJuhaidi
449 - 462
lt1der Pembelaiar an BahasaArab Berbasis Konstruktivisme
di Perguruan Tinggi Islam
Isop Syafe'i
Life Skills Orientation in Madrasah
463 - 474
i
Curriculum
Ahmadi
irrl4q
- 448
475
-
496
-514
495
CtiJl J--t*Jt ,te & ;i)LJt 6rr-. y=5&r;
J9art13
Acep Hermawan
11I
6.rajll
IMPLIKASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN ERA SOEHARTO PADA
EKSISTENSI MADRASAH
Toto Suharto
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta
Jl. Pendarva RT 002/01 Pucangan I{artosuro Soio Jawa Tengah
Email: totosuharto2000 @yahoo.com
ABSTRAK
Tulisan ini berupaya melacak seiumlah travmz- poJitis era Soeharto (Orde Baru) yang
menimpa pendidikan Islam khususnya madrasah. Pembahasan dilakukan secara
historis dan analitis terhadap sejumlah kebijakan dan fakta seiarah penyelenggaraan
madrasah pada masa Soeharto. Fakta dan data dttelaah melalui bidang politik
pendidikan Islam. Hasil kajian menunjukkan bahwa secara umum kebijakan politik
pendidikan pada masa Soeharto bersifat; 1) sentralistis, 2) diskriminatif dan 3)
cenderung kuantitatif. Ia betukar balik menjadi politisasi pendidikan dalam rangka
melanggengkan kekuasaan. Salah satu lembaga pendidikan Islam yang menjadi
'korban poJitik' Soeharto adalah madrasah. Kebijakan serba ljazah, persamaan dan
akreditasi baik melalui Departemen Agama maupun Pendidikan dan Kebudayaan
telah berhasil mengonrol (kualitas) perkembangan madrasah. 'Jfalaupun secara
kuantitas pernr.mbuhan ma&asah sangat pesat namufl secara kualitas sarlgat rendah
sehingga ia terma{inalkan. }{a&asah masih identik dengan 'sekolah kelas dua'.
Substansi ma&asah sebagai sebuah pemberdar-aan rr,asvarakat pun sedemikianrupa
sukses 'dibon-*ai' oleh rezim Soeharro. Kirri, masih sulit menemukan madrasah
swasta 1-ang berkualita-. sama/'di atas rata-tat:- sekolah negeri.
I(ata Kunci: I{a&asah, Departemen
\ama
Orde Bam
ABSTRACT
ofpr'liiul tranma it Srxl:arto era Neu' Ordtrl that b{all of
madrasah. Tbe disussirrn is carried out ltistoicalb' and
anafitica@ to a number of policies and tbe irplentefiation o-i Isldntic lsisiairal '1acls ander
Suharto. Facls and data are reuiewed tlr*rgb politics af Islani tdrrafion. Tlte stadl resahs
showed that in general edacation policies undcr Suharta arc: 1.1 centraliqed, 21 discriminatorj, and
3) tends to be qaantitatiue. Thry sw@ped back intu the politiciiaiion a-f eduation in order to
Preserue power. One of the Islamic edacational institlations ibat becante tbe polirtcal futin of
Soeharto was madrasah. Ijaryisrue poliry, equali4t and accreditation either thmagh the ltinistry of
Religioas Afairs and Education and Culture haue managed to contrul tbe (qaaliry ofl the
deuelopruent of ruadrasah. Although the quantifli of madrasah greu, rery r@id!, bat the qualigt is
so low that made madrasah ruarginaliryd. Until now the madrasah is slill cansidered'the secondclass schools'. The substance of the madrasah as a cammunilt enrpl*-ement was rutricted b1 the
Soehaio regirue. As a result, b is still dfficuh to fnd qaalifed pitate madrasah which is
This paper seeks to track a nsmber
Islamic
edwcation,
particularS
in
equalf aboue auerage quali4t of the pablic school.
Kelwords: Madrasah, Departzuent of Rekgton,
I\ew Order
Toro Suharro
PENDAHULUAN
Berdirinya pemerintahan orde Baru ditandai sejak Soeharto ditunjuk
sebagai Presiden Sementara, pada tanggal 12 Pebruai 1,967, melalui Dekrit
MPRS (N{ajelis Permusyawaratafl Rakyat Sementara) (Faisal Ismail, 1999: 104107). Sebagai suatu rezim yang pernah berkuasa di Indonesia, pemerintahan
orde Baru memiliki empat pola dasar pengelolaan tatanan kenegaraan dan
kebangsaan yait.u; Peftama, Pancaslla dan UUD 1945 yang harus dilaksanakan
secara murni dan konsekuen. Kedwa, bercita-cita mengisi kemerdekaan dengan
berupaya menciptakan keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonisia
berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila dan UUD 1945. Kettgt, bercita-cita
menciptakan sistem negara yang menempatkan hukum sebagai supremasi
kehidupan bernegara dan membangun mas\-arakat vang demokratis. Keempat,
melaksanakan pembangunan di segala bidang kehidupan
fream pembinaan
Penatar dan Bahan Penatarart Pegarvai Republh lndonesia, 1978:167).
Pemerintah orde Baru, dengan empat pola dasar di atas, dalam
pengamatan Azra (1999: 62), telah menjadikan pembangunan ekonomi sebagai
kunci dan kebijakan pokoknrz. Dengan berorientasi pada pembangunan
ekonomi, Indonesia di era orde Baru sering dipandang sebagai negara yang
mengikuti paham bahu'a pembangunan (modernisme) adalah segalanya
(derclapnenta/isn). Saat iru, pembangunan seolah-olah telah dipandang iebagai
'agama baru' bagi umumn\-a negara-negara dunia ketiga, termasuk Indonesia. Ia
dipahami sebagai sebuah proses r.ang setahap demi tahap berupaya menuju
modernitas. Konsekuensi logrs dari 'pembangunanisme' iru timbul eksploitasi
ekonomi, hegemoru kultural, dominasi kekuasaan dan gender serta
kerusakan/pencemaran Lngkungan. Sejumlah permasalahan terseb;t melahirkan
semacam 'budaya tanding' r.ang diwakili terutama oleh lembaga swadaya
masyarakat (LSX! yang lebrh transformatif dan sifatnya mengimbangi kekuasaan
pemerintah (Fakih, 1996: 69-107).
Selain menimbulkan sejumlah persoalan ekonomi, pembangunanisme
(deue/opnentalism) luga merumbulkan sejumlah persoalan politis. Unluk dapat
mencapai tingkat perrumbuhan ekonomi yang stabil, pemerintah sangat
menekankan prinsip penciptaan stabilitas keamanan dan politik. Dalam
pandangan pemerintah, apabila bidang keamanan dan poiitik selalu dalam
keadaan stabil, maka pembangunan ekonomi dapat dijalankan dengan lancar.
Pembangunanisme pada masa orde Baru itu juga menimbulkan masalah dalam
bidang pendidikan. Setidaknr.a, ada ttga persoalan utama pendidikan Indonesia
pada masa 'orba' (orde Baru) yang dampaknya hingga saat ini masih terasa.
Peftanta, kebijakan pendidikan nasional menjadi sangat sentralisrik dan
menekankan uniformitas (keseragaman). Hal ini menyebabkan format
kurikulum, buku ajar, bahkan hingga penilaian hasil pendidikan diatur secara
serba setagam dengan mengikuu selalu harus petunjuk atau indoktrinasi dari
pemerintah pusat Jakarta. Kebrjakan seperti ini pada gilirannya menutup ruang
gerak kreativitas, pengembangan dan improvisasi pendidikan yang sesuai dengan
366
ffi
vot. XtnI No. 3 2012/1433
tssN.1412-064X
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
ll.egasama [rngan
ASOSTAST SARJANA pENDtDtKAN TSLAM (ASpt) TNbONES|A
Volume
XXV[, No 3,2012/1433
PenangungJawab
Mahmud
Ketua Dewan Penyunting
Ahmad Tafsir
Penyunting Ahli
Muhibbin Syah
Nina Nurmila
Penyunting Pelaksana
Yava Sun-ana
Erni Harranti
Aan Hasanah
Chaerul Rochman
Asep Nursobah
hawan
Dian
Penyunting Bahasa
Dedih Wahl.udin Q4rabic)
Nia I(urniaw an (E nghs h)
Yeti Heryati (Indoneia)
Asisten Penyunting
Oban Sobandi
Ihsan Abdul Nasir
Cover Design
Dodi Painting Center
DAFTAR ISI
Dampak Konflik Intemal Kepemimpinan
pada Kineria Dosen perguruan Tinggi Islam
Adri Efferi
347 - 364
Implikasi Kebiiakan pendidikan Era Soeharto
pada Eksistensi Madrasah
Toto Suhatto
365 - 382
Redefinisi Pendidikan Agama Islam dalarnTerarg
Pendidikan Karakter
Amri Darwis
Humanisme Progresif dalam Filsafat pendidikan Iclarn
!7edra Aprison
383
- 398
399
- 416
41.7
433
Corak Sosialisme Pesantren
Husnul Amin
Mengembalikan Misi pendidikan Sosial
dan Kebud ay?an Pesantren
Ngainun Naim
434
Tanggung Jawab Sosial perusahaan Terhadap Madrasah
AhmadJuhaidi
449 - 462
lt1der Pembelaiar an BahasaArab Berbasis Konstruktivisme
di Perguruan Tinggi Islam
Isop Syafe'i
Life Skills Orientation in Madrasah
463 - 474
i
Curriculum
Ahmadi
irrl4q
- 448
475
-
496
-514
495
CtiJl J--t*Jt ,te & ;i)LJt 6rr-. y=5&r;
J9art13
Acep Hermawan
11I
6.rajll
IMPLIKASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN ERA SOEHARTO PADA
EKSISTENSI MADRASAH
Toto Suharto
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta
Jl. Pendarva RT 002/01 Pucangan I{artosuro Soio Jawa Tengah
Email: totosuharto2000 @yahoo.com
ABSTRAK
Tulisan ini berupaya melacak seiumlah travmz- poJitis era Soeharto (Orde Baru) yang
menimpa pendidikan Islam khususnya madrasah. Pembahasan dilakukan secara
historis dan analitis terhadap sejumlah kebijakan dan fakta seiarah penyelenggaraan
madrasah pada masa Soeharto. Fakta dan data dttelaah melalui bidang politik
pendidikan Islam. Hasil kajian menunjukkan bahwa secara umum kebijakan politik
pendidikan pada masa Soeharto bersifat; 1) sentralistis, 2) diskriminatif dan 3)
cenderung kuantitatif. Ia betukar balik menjadi politisasi pendidikan dalam rangka
melanggengkan kekuasaan. Salah satu lembaga pendidikan Islam yang menjadi
'korban poJitik' Soeharto adalah madrasah. Kebijakan serba ljazah, persamaan dan
akreditasi baik melalui Departemen Agama maupun Pendidikan dan Kebudayaan
telah berhasil mengonrol (kualitas) perkembangan madrasah. 'Jfalaupun secara
kuantitas pernr.mbuhan ma&asah sangat pesat namufl secara kualitas sarlgat rendah
sehingga ia terma{inalkan. }{a&asah masih identik dengan 'sekolah kelas dua'.
Substansi ma&asah sebagai sebuah pemberdar-aan rr,asvarakat pun sedemikianrupa
sukses 'dibon-*ai' oleh rezim Soeharro. Kirri, masih sulit menemukan madrasah
swasta 1-ang berkualita-. sama/'di atas rata-tat:- sekolah negeri.
I(ata Kunci: I{a&asah, Departemen
\ama
Orde Bam
ABSTRACT
ofpr'liiul tranma it Srxl:arto era Neu' Ordtrl that b{all of
madrasah. Tbe disussirrn is carried out ltistoicalb' and
anafitica@ to a number of policies and tbe irplentefiation o-i Isldntic lsisiairal '1acls ander
Suharto. Facls and data are reuiewed tlr*rgb politics af Islani tdrrafion. Tlte stadl resahs
showed that in general edacation policies undcr Suharta arc: 1.1 centraliqed, 21 discriminatorj, and
3) tends to be qaantitatiue. Thry sw@ped back intu the politiciiaiion a-f eduation in order to
Preserue power. One of the Islamic edacational institlations ibat becante tbe polirtcal futin of
Soeharto was madrasah. Ijaryisrue poliry, equali4t and accreditation either thmagh the ltinistry of
Religioas Afairs and Education and Culture haue managed to contrul tbe (qaaliry ofl the
deuelopruent of ruadrasah. Although the quantifli of madrasah greu, rery r@id!, bat the qualigt is
so low that made madrasah ruarginaliryd. Until now the madrasah is slill cansidered'the secondclass schools'. The substance of the madrasah as a cammunilt enrpl*-ement was rutricted b1 the
Soehaio regirue. As a result, b is still dfficuh to fnd qaalifed pitate madrasah which is
This paper seeks to track a nsmber
Islamic
edwcation,
particularS
in
equalf aboue auerage quali4t of the pablic school.
Kelwords: Madrasah, Departzuent of Rekgton,
I\ew Order
Toro Suharro
PENDAHULUAN
Berdirinya pemerintahan orde Baru ditandai sejak Soeharto ditunjuk
sebagai Presiden Sementara, pada tanggal 12 Pebruai 1,967, melalui Dekrit
MPRS (N{ajelis Permusyawaratafl Rakyat Sementara) (Faisal Ismail, 1999: 104107). Sebagai suatu rezim yang pernah berkuasa di Indonesia, pemerintahan
orde Baru memiliki empat pola dasar pengelolaan tatanan kenegaraan dan
kebangsaan yait.u; Peftama, Pancaslla dan UUD 1945 yang harus dilaksanakan
secara murni dan konsekuen. Kedwa, bercita-cita mengisi kemerdekaan dengan
berupaya menciptakan keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonisia
berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila dan UUD 1945. Kettgt, bercita-cita
menciptakan sistem negara yang menempatkan hukum sebagai supremasi
kehidupan bernegara dan membangun mas\-arakat vang demokratis. Keempat,
melaksanakan pembangunan di segala bidang kehidupan
fream pembinaan
Penatar dan Bahan Penatarart Pegarvai Republh lndonesia, 1978:167).
Pemerintah orde Baru, dengan empat pola dasar di atas, dalam
pengamatan Azra (1999: 62), telah menjadikan pembangunan ekonomi sebagai
kunci dan kebijakan pokoknrz. Dengan berorientasi pada pembangunan
ekonomi, Indonesia di era orde Baru sering dipandang sebagai negara yang
mengikuti paham bahu'a pembangunan (modernisme) adalah segalanya
(derclapnenta/isn). Saat iru, pembangunan seolah-olah telah dipandang iebagai
'agama baru' bagi umumn\-a negara-negara dunia ketiga, termasuk Indonesia. Ia
dipahami sebagai sebuah proses r.ang setahap demi tahap berupaya menuju
modernitas. Konsekuensi logrs dari 'pembangunanisme' iru timbul eksploitasi
ekonomi, hegemoru kultural, dominasi kekuasaan dan gender serta
kerusakan/pencemaran Lngkungan. Sejumlah permasalahan terseb;t melahirkan
semacam 'budaya tanding' r.ang diwakili terutama oleh lembaga swadaya
masyarakat (LSX! yang lebrh transformatif dan sifatnya mengimbangi kekuasaan
pemerintah (Fakih, 1996: 69-107).
Selain menimbulkan sejumlah persoalan ekonomi, pembangunanisme
(deue/opnentalism) luga merumbulkan sejumlah persoalan politis. Unluk dapat
mencapai tingkat perrumbuhan ekonomi yang stabil, pemerintah sangat
menekankan prinsip penciptaan stabilitas keamanan dan politik. Dalam
pandangan pemerintah, apabila bidang keamanan dan poiitik selalu dalam
keadaan stabil, maka pembangunan ekonomi dapat dijalankan dengan lancar.
Pembangunanisme pada masa orde Baru itu juga menimbulkan masalah dalam
bidang pendidikan. Setidaknr.a, ada ttga persoalan utama pendidikan Indonesia
pada masa 'orba' (orde Baru) yang dampaknya hingga saat ini masih terasa.
Peftanta, kebijakan pendidikan nasional menjadi sangat sentralisrik dan
menekankan uniformitas (keseragaman). Hal ini menyebabkan format
kurikulum, buku ajar, bahkan hingga penilaian hasil pendidikan diatur secara
serba setagam dengan mengikuu selalu harus petunjuk atau indoktrinasi dari
pemerintah pusat Jakarta. Kebrjakan seperti ini pada gilirannya menutup ruang
gerak kreativitas, pengembangan dan improvisasi pendidikan yang sesuai dengan
366
ffi
vot. XtnI No. 3 2012/1433