Laporan ke 2 IPN docx

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Protein berasal dari bahasa yunani yaitu proteo (Geraldus Mulder 1802),
yang bearti yang utama atau yang di dahulukan. Protein merupakan salah satu
kelompok bahan makronutrien yang sangat dibutuhkan oleh tubuh makhluk hidup.
Berbeda dengan karbohidrat dan lemak, protein berperan lebih penting dalam
pembentukan biomolekul daripada sumber energi. Meski pun demikian protein selain
berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur juga berfungsi dalam pengganti
energy saat kekurangan karbohidrat dengan memecahnya menjadi asam-asam amino.
Protein memiliki unsur molekul C, H, O, dan N. namun terkadang beberapa ptein
juga megandung unsur S, P, dan Fe.
Sifat protein sangant mudah dalam hal bentuk fisik maupun aktivitas biologis
karna protein memiliki molekul yang sangat besar perubahan ini juga biasa disebut
dengan Denaturasi. Adapun beberapa factor yang dapat menyebabkan perubahan dari
sifat protein yaitu seperti panas, asam, basa, pelarut organik, pH, garam, logam berat,
maupun sinar radiasi radioaktif. Selain itu protein juga bersifat ion zwiter karna
protein mengandung muatan ion positif maupun negative dan tiap protein memiliki
pH tertentu yang biasa disebut dengan pH isoiletrik yang berkisar antara 4 hingga 4,5
dan bermuatan 0.
Protein juga bersifaat amfoter yaitu adanya gugus amino yang bersifat basa
dan gugus karboksil yang bersifat asam. ikatan peptida terbentuk karena sifat

amfoternya, maka dua molekul asam amino atau lebih dapat bersenyawa satu sama
lain dengan melepaskan satu molekul air membentuk ikatan antara gugus karboksil
(COOH-) asam amino yang satu dengan gugus amino (-NH2) yang lain disebut
dengan ikatan peptida.
Tujuan
Tujuan dalam melakukan praktikum ini yaitu supaya mengetahui berbagai
sifat protein seperti sifat koagulasi, sifat amfoter dan sifat reversible pada bahan yang
mengandung protein.

TINJAUAN PUSTAKA
Susu Murni
Susu adalah cairan yang disekresikan oleh kelenjar ambing, berfungsi utama
sebagai nutrisi yang kompleks untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi manusia
atau hewan yang baru lahir karena zat gizi yang dikandung sangat lengkap dengan
perbandingan sempurna seperti karbohidrat, lemak susu, protein dari asam amino,
mineral, dan vitamin. Komposisi susu terdiri dari air (87.20%), protein (3.50%),
lemak (3.70%), abu (0.70%), bahan kering (12.80%), dan laktosa (4.90%) Badan
standarisasi nasional, 2011). Karbohidrat susu sapi terdiri dari laktosa yaitu 5% dan
hampir konsisten pada semua breed sapi. Protein susu sebagian besar terdiri dari
kasein yaitu 8085%, jika pH susu menurun menjadi 4.6 maka kasein akan berubah

menjadi lapisan endapan, bagian cairan endapan tersebut disebut whey. Kandungan
lemak pada susu yaitu 3.5-5% dan bervariasi pada setiap breed serta sebagian besar
terdiri dari trigliserida (Jay et al. 2005)
Sari Kedelai
Sari kedelai adalah cairan hasil ekstraksi protein biji kedelai dengan
menggunakan air panas. Sari kedelai berwarna putih seperti susu dan bergizi tinggi
mengandung protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin. Dalam pelaksanaan
pembutan susu kedelai, teknologinya sangat sederhana, peralatan yang dibutuhkan
seadanya dan mudah dipahami (Hartoyo, 2005).
Kandungan protein kedelai dipengaruhi oleh varietas kedelai yang digunakan
sebagai bahan, jumlah air yang ditambahkan, jangka waktu dan kondisi
penyimpanan, serta perlakuan panas. Semakin banyak jumlah air yang digunakan
untuk mengencerkan susu maka akan semakin sedikit kadar protein yang diperoleh
(Hartoyo, 2005).
Bubur kedelai disaring dan diperas dengan kain saring rangkap dua. Cairan
yang diperoleh disebut sari kedelai (Hartoyo, 2005).
Sari kedelai mengandung protein lesitin. Kandungan lesitin dalam protein
kacang kedelai dapat digunakan sebagai emulsifier alami untuk membentuk emulsi

minyak dalam air. Kandungan protein maksimal dalam susu/ sari kedelai adalah 7%.

Kandungan protein yang lebih dari angka tersebut akan menyebakan terbentuknya
jendalan/gumpalan. Umumnya, kadar protein terlarut dalam susu kedelai berkisar
antara 3% sampai 5%. Susu kedelai dengan konsentrasi protein terlarut lebih dari 7%
akan menggumpal apabila dipanaskan pada suhu 70oC- 100oC selama lebih dari 10
menit.adapun sifat protein kedelai yang lain adalah akan menggumpal karena
pengaruh asam (Suprapti, 2010).
Putih Telur
Albumin atau lazimnya disebut putih telur merupakan protein globular yang
tidak rapat atau tersusun dalam aturan tertentu. Molekul air mudah menerobos ke
ruang-ruang kosong dalam molekul protein. Protein globular dapat terdispersi
dengan baik dalam air atau larutan garam, membentuk koloid, serta terpengaruh oleh
asam, alkali dan panas. Albumin atau putih telur tersusun atas empat lapis yaitu
bagian tipis luar, bagian kokoh, bagian tipis dalam dan lapisan khalsiferus.
Komposisi putih telur tersusun atas protein sebagai komponen utama.
Kandungan lemak yang ada dalam putih telur dapat diabaikan, karena jumlahnya
yang sangat sedikit. Kandungan karbohidrat dalam putih telur berupa karbohidrat
bebas dan karbohidrat yang terikat dengan protein, sekitar 98% karbohidrat bebas
dalam putih telur adalah glukosa. Albumin telur sebagai sumber protein yang murah
yang dapat digunakan sebagai pengikat senyawa tanin yang dapat menyebabkan
pencoklatan pada ekstrak (Rayner, 2002).

Protein
Protein berasal dari bahasa yunani yaitu proteos, yang bearti yang utama atau
yang di dahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh ahli kimia Belanda, Geraldus Mulder
(1802-1880). Ia berpendapat bahwa protein adalah zat yang paling penting dalam
setiap organisme (Ellya, 2010).
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena
zat ini disamping berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur, Protein adalah
sumber asam- asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak

dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula posfor,
belerang dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan
tembaga (Budianto, A.K, 2009).
Protein juga merupakan sumber energi tubuh, selain karbohidrat dan lemak,.
Jika tubuh kekurangan energi, fungsi protein sebagai pembangun berkurang untuk
menyediakan energi (Widodo, 2009).
Ciri-ciri Molekul Protein
1. Berat molekulnya besar, ribuan sampai jutaan sehingga merupakan suatu
makro molekul.
2. Umumnya terdiri dari 20 macam asam amino.
3. Terdapat ikatan kimia lain yang menyebabkan terbentuknya lengkunganlengkungan rantai polipeptida menjadi struktur tiga dimensi protein.

4. Strukturnya tidak stabil terhadap beberapa faktor seperti pH, radiasi,
temperatur, medium pelarut organik dan deterjen.
5. Umumnya reaktif dan sangat spesifik, disebabkan terdapatnya gugusan
samping yang reaktif dan susunan khas struktur makromolekul (Ellya, 2010).
Penggolongan Protein
Protein merupakan senyawa polipeptida yang tersusun dari berbagai jenis asam
amino, sehingga sifat protein juga dapat ditentukan oleh sifat asam amino
penyusunnya. Berdasarkan keanekaragaman penyusun struktur protein, maka
penggolongan protein dilakukan dengan berbagai kriteria sebagai berikut:


Berdasarkan bentuk morfologisnya protein digolongkan atas dua golongan
(Budianto, 2009), yaitu:
1. Protein serabut (fibrous protein) yaitu protein yang berbentuk serabut atau
lempengan, terutama disusun oleh polipeptida primer dan sekunder.
Contoh protein serabut adalah kolagen yang terdapat pada tulang rawan,
miosin pada otot, keratin pada rambut, dan fibrin pada gumpalan darah.
2. Protein bulat (globular protein) yaitu protein yang berbentuk bulat atau
lonjong, perbandingan panjang dengan tebal kurang dari 10, tersusun oleh
polipeptida struktur tersier dan kuartener. Contoh protein globular adalah

albumin terdapat dalam telur, susu, plasma dan hemoglobin; globulin

terdapat pada otot, serum, kuning telur; histon terdapat dalam jaringan

jaringan kelenjar timus, pankreas, dan protamin.
Berdasarkan fungsi protein (Almatsier, 2004), yaitu:
1. Penyusun Enzim, protein merupakan bagian terbesar pada enzim.
2. Protein Pengangkut, mampu mengikat, membawa, dan melepaskan
molekul protein tertentu, misalnya hemoglobin mengangkut O2 dalam
darah, lipoprotein mengangkut lipida dalam darah dan mioglobin
mengangkut O2 dalam otot.
3. Protein pembangun, sebagai protein pembangun dan pengganti protein
yang rusak pada organel atau jaringan. Contohnya glikoprotein, keratin,
kolagen dan elastin.
4. Protein otot, protein yang mengontrol gerak oleh otot, misalnya miosin
dalam otot, dinein dalam rambut.
5. Protein pertahanan tubuh, protein ini dikenal dengan imunoglobulin (Ig),
dimana merupakan suatu protein khusus yang dapat mengenal, mengikat,
dan menghancurkan benda-benda asing yang masuk dalam tubuh seperti
virus, bakteri, dan sel asing, misalnya berbagai antibodi, fibrinogen

(dalam proses pembentukan darah).
6. Protein hormon, sebagai pembentuk hormon, contohnya insulin.
7. Protein Racun, protein yang bersifat racun, misalnya risin dalam beberapa
jenis beras, racun ular.
8. Protein Makanan, protein yang dijadikan sebagai cadangan energi,
misalnya albumin, orizenin, dan sebagainya.

Akibat Kekurangan dan Kelebihan Protein


Akibat kekurangan protein
Dapat menyebabkan Kwashioskor, pertama kali diperkenalkan oleh Dr.
Cecily Wiliams pada tahun 1993 di Ghana, Afrika. Penyakit ini lebih banyak
terdapat pada usia dua hingga tiga tahun yang komposisi gizi makanannya
tidak seimbang terutama dalam hal protein (Yuniastuti, 2008).
Gejala penyakit Kwashioskor (Widodo, 2009), adalah sebagai berikut:
a. Pertumbuhan terhambat.
b. Otot-otot berkurang dan lemah.
c. Bengkak (edema) terutama pada perut, kaki dan tangan.




d. Muka bulat seperti bulan (moonface).
e. Gangguan psikimotor.
f. Nafsu makan kurang.
g. Apatis.
Akibat kelebihan protein
Jika terlalu berlebihan mengkomsumsi protein juga akan sangat membebani
kerja ginjal. Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Makanan
yang tinggi proteinnya biasanya tinggi lemak sehingga menyebabkan
obesitas.
Macam Sifat Protein

1. Denaturasi
Pada umumnya, protein sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh fisik dari
zat kimia, maka mudah mengalami perubahan bentuk. Perubahan atau
modifikasi pada struktur molekul protein disebut dengan denaturasi. Hal-hal
yang menyebabkan terjadinya denaturasi adalah panas, pH, tekanan, aliran
listrik, dan adanya bahan kimia seperti urea, alkohol, dan sabun. Temperatur
merupakan titik tengah dari proses denaturasi yang disebut dengan melting

temperature (Tm) yang pada umumnya protein mempunyai nilai Tm kurang
dari 100ºC, apabila diatas suhu Tm, maka protein akan mengalami denaturasi.
Protein yang mengalami denaturasi akan menurunkan aktivitas biologinya
dan berkurang kelarutannya, sehingga mudah mengendap (Yazid, 2006).
2. Ion zwiter dan pH isoelektrik
Larutan asam amino dalam air mempunyai muatan positif maupun negatif
sehingga asam amino disebut ion zwiter. Setiap jenis protein dalam larutan
mempunyai pH tertentu yang disebut pH isoelektrik (berkisar 4-4,5). Pada pH
isoelektrik molekul protein mempunyai muatan positif dan negatif yang
sama, sehingga saling menetralkan atau bermuatan nol. Pada titik isoelektrik,
protein akan mengalami pengendapan (koagulasi) paling cepat (Yazid, 2006).
3. Sifat amfoter
Sifat ini timbul karena adanya gugus amino (-NH2) yang bersifat basa dan
gugus karboksil (-COOH) yang bersifat asam yang terdapat pada molekul
protein pada ujung-ujung rantainya, maka dengan larutan asam atau pH
rendah, gugus amino pada protein akan bereaksi dengan ion H+, sehingga

protein bermuatan positif, sebaliknya dalam larutan basa gugus karboksilat
bereaksi dengan ion OH-, sehingga protein bersifat negatif. Adanya muatan
pada molekul protein menyebabkan protein bergerak dibawah pengaruh

medan listrik (Yazid, 2006).
Titik Isoelektrik
Titik isoelektrik merupakan titik dimana derajaf keasaman saat ketika
kehilanagn muatan oleh reaksi asam dan reaksi basa yang terjadi. Jadi saaat titik
isoelektrik terjadi muatannya bernilai 0. Daya reaksi berbagai jenis protein terhadap
asam dan basa tidak sama, tergantung dari jumlah dan letak gugus amino dan
karboksil dalam molekul
Setiap jenis protein dalam larutan mempunyai pH tertentu yang disebut pH
isoelektrik (berkisar 4-4,5). Pada pH isoelektrik molekul protein mempunyai muatan
positif dan negatif yang sama, sehingga saling menetralkan atau bermuatan nol. Pada
titik isoelektrik, protein akan mengalami pengendapan (koagulasi) paling cepat
(Yazid, 2006).

MATERI DAN METODE
Materi
Dalam praktikum ini menggunakan berbagai alat dan bahan. Alat-alat yang
digunakan pada praktikum ini adalah beaker glass, botol selai, tabung reaksi, rak
tabung reaksi, kertas indikator pH, magnetic stirrer, pipet, spoide, kompor dan panci
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu larutan HCl 0,1 N,
NaOH 0,1 N, HgCl2 jenuh, formaldehyde 10%, putih telur ayam ras, susu murni, sari

kedelai, dan aquades.
Metode


Kelarutan protein terhadap pemanasan.

Putih telur dimasukkan dalam tabung reaksi dengan bantuan corong
kemudian diamati dan dicatat sifat fisiknya. Tabung reaksi dimasukkan ke dalam
air yang mendidih beberapa lama kemudian diamati dan dicatat perubahan yang
terjadi. Prosedur yang sama juga dilakukan pada sampel susu murni dan sari
kedelai.


Reaksi dengan formaldehyde
Putih telur dimasukkan dalam masing-masing 5 tabung reaksi dengan bantuan
corong secukupnyakemudian lakukan pengamatan dan catat sifat fisiknya.
Larutan formaldehyde dimasukkan dalam masing-masing 5 tabung reaksi
sebanyak 2, 4, 6, 8, dan 10 tetes. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
Tabung reaksi dimasukkan ke dalam air yang mendidih selama beberapa lama
kemudian diamati dan dicatat perubahan yang terjadi. Prosedur yang sama
dilakukan pada sampel susu murni dan sari kedelai.



Pengendapan protein dengan logam berat
Putih telur dimasukkan dalam tabung reaksi dengan bantuan corong lalu
kemudian diamati dan dicatat sifat fisiknya. Kemudian ditambahkan larutan
HgCl2 jenuh sampai terlihat perubahan. Dicatat perubahan tersebut terjadi
setelah diteteskan berapa HgCl2. Prosedur yang sama dilakukan pada sampel
susu murni dan sari kedelai.



Pengamatan sifat amfoter
Putih telur dimasukkan dalam gelas piala yagn sebeleumnya telah diberi
pengaduk magnet. Nilai pH putih telur awal diukur dengan kertas indikator pH
atau pH meter untuk selanjutnya dicatat pH awalnya. Larutan HCl dimasukkan
kedalam buret, untuk selanjutnya mentitrasi putih telur. Kemudian amati
perubahan tiap ditambahkan sebanyak 5-10 ml lalu diaduk hingga homogen dan
diukur serta dicatat perubahan pH-nya. Penambahan HCl dilakukan berulang
kali sampai pH-nya menjadi 1. Kemudian dicatat total volume HCl yang
digunakan. Setelah itu, larutan HCl diganti dengan larutan NaOH 0,1 N dan
dilakukan prosedur yang sama sampai pH-nya menjadi 12. Setelah itu dibuat
kurva titrasinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari praktikum yang telah dilakukan tentang pengujian sifat protein,maka deperoleh
hasil :
Table 1. Kelarutan Protein Terhadap Pemanasan
Sampel
Control

Sebelum pemanasan (control)
Kekentala Endapan Warna

Setelah pemanasan
Kekentala Endapan Warna

n

n

Putih

++

-

Bening

+++

+++

Putih

telur
Susu sapi

+

-

Putih

++

++

susu
Putih

Sari
kedelai
Keterangan :

+

-

susu

susu

buram
Putih

cerah
Kream

kream

-

+

-

: Tidak kental

+

: Kental

++

: Agak Kental

+++

: Sangat Kental

Table 2. Reaksi Dengan Formadehyde
Sampel
Telur
Susu

Sebelum Pemanasan (control)
Setelah Pemanasan
2
4
6
8
10
2
4
6
8
+
++
+++ ++++ +++++ +++++ ++++ +++
++
+
++
+++ ++++ +++++ +++++ ++++ +++
++

10
+
+

kedelai
Susu

+

+

++

+++

++++ +++++ +++++ ++++

+++

++

Table 3. Pengendapan Protein dengan Logam Berat
Sampel
Susu murni
Kedelai
Putih telur

Jumlah Tetesan HgCl2
7
1
1

Keterangan
+
+++
++

Pembahasan
Protein selain merupakan komponen yang sangat penting bagi tubuh, karena
berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur, Protein juga merupakan sumber
asam- asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh
lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula posfor, belerang dan ada
jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga.
Protein memiliki berat molekul yang besar,terdiri berbagai macam asam amino,
memiliki strukturnya yang tidak stabil. Sifat protein juga dapat ditentukan oleh sifat
asam amino penyusunnya. Berdasarkan fungsi, protein berguna dalam penyusun
Enzim,sebagai pengangkut, pembangun,pertahanan tubuh, dan sebagai hormone.
Protein memiliki berbagai sifat seperti mudah terdenaturasi atau mudah
mengalami perubahan bentuk fisik dan kimia. Hal ini biasa disebabkan oleh panas,

pH, tekanan, aliran listrik, dan adanya bahan kimia seperti urea, alkohol, sabun dan
temperature. Selain itu protein juga bersifat Ion zwiter karna protein memiliki
muatan ion positif maupun negatif dan mempunyai pH isoelektrik yang berkisar 44,5. Protein juga memiliki sifat amfoter yang disebabkan karena adanya gugus amino
(-NH2) yang bersifat basa dan gugus karboksil (-COOH) yang bersifat asam yang
terdapat pada pada ujung-ujung rantainya.
Pada praktikum ini dilakukan percobaan dengan tiga metode pengamatan, yaitu
yang pertama pengujian kelarutan protein terhadap pemanasan (table 1).sampel yang
digunakan adalah putih telur susu sapi dan sari kedelai. Pada saat sebelum
dipanaskan putih telur dan susu sapimemiliki tingkat kekentalan yang biasa dan agak
kental dan tidak memiliki endapan setelah pemanasan diperoleh bahwa terjadinya
peningkatan kekentalan dan terdapatnya endapan dengan warna yang berubah lebih
terang. Hal ini terjadinya karena denaturasi protein dari putih telur dan susu yang
dapat mengubah sifat protein menjadi lebih sukar larut dan makin kental yang
disebut koagulasi. Semakin lama waktu pemanasan semakin banyak gumpalan yang
terbentuk pada susu dan putih telur karena suhu yang tinggi dapat menyebabkan
protein yang terdenaturasi lebih banyak. Sedangkan pada sari kedelai mengalami
penurunan kekentalan dan peningkatan endapan setelah pemanasan.. ini karena
Protein kedelai yang sebagian besar mengandung globulin tersebut mempunyai titik
isoelektrik 4.1- 4.6. Globulin akan mengendap pada pH 4.1 sedangkan protein
lainnya seperti proteosa, prolamin, dan albumin bersifat larut dalam air sehingga
diperkirakan penurunan kadar protein dalam perebusan disebabkan terlepasnya
ikatan struktur protein non-globulin karena panas yang menyebabkan terlarutnya
komponen protein tersebut dalam air.
Pada metode reaksi dengan formaldehyde (table 2). Sampel yang digunakan sama
dengan table 1. Perubahan terjadi saat pemanasan diperoleh penggumpalan paling
banyak pada sampel dengan 2 tetes formadehyde dan terjadi penurunan
penggumpalan pada sampel dengan 10 tetes formaldehyde. Formaldehyde jika
bereaksi dengan protein akan membentuk hubungan diantara rangkaian-rangkaian
protein yang berdekatan, sehingga dapat mempertahankan protein terhadap degradasi
dan denaturasi.

Pada perccobaan dengan pengendapan protein dengan logam berat (table 3).
Laruttan yang digunakan untuk campuran pada sampel susu murni, sari kedelai dan
putih telor adalah larutan HgCl2 jenuh. Perubahan yang terjadi setelah dilakukan
penambahan HgCl2 adalah dengan hasil sari kedelai lebih cepat diketahui adanya
logam berat dari susu murni dan putih telor karna sari kedelai sudah terdapat endapan
pada tetesan 1. Sedangkan pada susu murni pengendapa baru terjadi pada tetesan ke
7 dan putih telur pada tetesan 1. Ikatan yang terbentuk amat kuat dan akan
memutuskan jembatan garam, sehingga protein mengalami denaturasi. Albumin
dengan kasein akan mengalami pengendapan karena mengalami titik isolistrik akibat
reaksi antara albumin dan kasein (basa sehingga laritan bermuatan negatif) dengan
Zn mengakibatkan terjadinya denaturasi dan koagulasi. Warna keruh disebabkan
karena terjadi ikatan antara Zn dengan albumin menjadi Zn proteinat, Zn dapat
menjenuhkan larutan hingga pH larutan berada di atas pH isolistrik sehingga
gumpalan larut kembali.
Percobaan keempat mengenai sifat amfoter pada table 4. Dengan cara menghitug
menggunakan sampel putih telur dengan penambahan 5, 10, 15, 20, 25 ml HCl
dengan NaOH. pH awal sampel telur adalah 9 . Pada penambahan larutan HCl
diperoleh hasil bahwa pH larutan semakin turun hingga bersifat asam karna pada
penambahan 25 ml HCl memperoleh hasil pH = 1.ini dikarenakan larutan asam HCl
menikat protein pada sampel putih telur. Dengan penambahan larutan NaOH pada
sampel putih telur dapat menaikkan kembali pH hingga menjadi bersifat basa
kembali karna NaOh bersifat basa kuat yang dapat melepaskan kembali ikatan
protein yang terikat pada HCl.

KESIMPULAN
Dari hasil semua percobaan yang dilakukan tersebut didapatkan kesimpulan
bahwa protein mempunyai sifat koagulasi, sifat amfoter, dan sifat reversibel. Putih
telur mempunyai kandungan protein terbesar. Pada proses pemanasan protein dapan
ter denaturasi, tergantung pada lama penamasan dan Pada penambahan larutan
formaldehyde, sifat protein dapat dipertahankan dari degradasi dan denaturasi.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI 01-3141-2011 Susu Sapi Segar. BSN:
Jakarta.
Jay, et al. 2005. Penetapan kesegaran susu sapi berkualitas. Gadjah mada university
press, Yogyakarta.

Suprapti. 2010. Teknologi Tepat Guna Kembang Tahu Dan Susu Kedelai. Kanisius:
Yogyakarta.
Rayner T. 2002. Fining and Clarifying Agent. (terhubung berkala)
http://www.nature.com/onc/journal/v22/n42/full/1206814a.html. Diakses
pada 10 Maret 2014.
Almatsier. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Budianto. AK. 2009. Pangan, gizi, dan pembangunan Manusia Indonesia. DasarDasar Ilmu Gizi, Malang: UMM pen 1-16.
Yuniastuti. 2008.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/125/jtptunimus-gdl-lailiratna-6245-3babii.pdf. Diakses pada 10 Maret 2014.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18842/4/Chapter%20II.pdf.
Yazid, E. dan Nurjanti,L. 2006. Penentuan Praktikum Biokimia. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Widodo. 2009.Biokimia harper Edisi 25. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. EGC.