BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian - Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Infeksi Menular Seksual Di SMA Negeri 7 Medan

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

  Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang infeksi menular seksual.

  Langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah mengkaji pengetahuan dan sikap remaja di SMA Negeri 7 Medan tentang penyebab infeksi menular seksual, cara penularan, gejala, pengobatan dan komplikasi dengan menggunakan kuesioner.

  Skema 3.1 kerangka konseptual penelitian pengetahuan dan sikap remaja tentang infeksi menular seksual di SMA negeri 7 Medan Pengetahuan dan sikap

  Remaja Infeksi Menular Seksual: 1.

  Penyebab 2. Cara penularan 3. Gejala 4. Pengobatan 5. komplikasi

3.2 Defenisi Operasional

  Skala No Variabel Defenisi Alat Ukur Hasil Ukur

  Operasional

  1 Pengetahuan Sejauh mana Kuisioner Ordinal Baik

  • remaja remaja sebanyak 9 Skor > 7 tentang mengetahui pertanyaan
  • infeksi penyebab infeksi Skor 6 – menular menular seksual,

  Cukup

  7

  • seksual cara penularan,

  Kurang gejala, Skor 4 – pengobatan, dan

  5 komplikasi.

  2 Sikap remaja Sejauh mana Kuisioner Ordinal Positif

  • berhubungan sikap remaja sebanyak 6 Skor > 5 dengan tentang pernyataan
  • infeksi pencegahan Skor 0 – 4 menular infeksi menular seksual. seksual

  Negatif

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

  4.1 Desain Penelitian

  Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai pengetahuan dan sikap remaja SMA Negeri 7 Medan tentang infeksi menular seksual. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah “cross sectional study” dimana data dikumpulkan pada satu waktu tertentu.

  4.2 Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling

  4.2.1 Populasi Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi SMA negeri 7 Medan.

  Populasi penelitian terdiri dari 360 orang. Data dari Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Medan.

  4.2.3 Sampel

  Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari siswa/siswi SMA Negeri

  7 Medan. Dalam menentukan besarnya sample, dilakukan perhitungan sample dengan menggunakan rumus (Notoadmodjo, 2005).

  N n =

  2 1 + N �d �

  N = besar populasi n = jumlah sampel d = tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan.

  Dengan tingkat ketepatan relatif 10%, maka jumlah sampel yang diperoleh dari rumus diatas berjumlah sekitar 99 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik stratifield random sampling. Sampel tersebut kemudian di distribusikan merata pada siswa/siswi di SMA tersebut.

  4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 7 Medan, Provinsi Sumatera Utara, penelitian ini berlangsung sejak peneliti menentukan judul, menulis proposal hingga seminar hasil berlangsung semenjak bulan Juli hingga September.

  4.4 Pertimbangan Etik

  Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian diikuti dengan permohonan izin kepada Dinas Pendidikan Kota Medan dan Kepada Kepala sekolah SMA Negeri 7 Medan, untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan barulah melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika dengan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan. Jika responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian maka responden dapat menandatangani lembar persetujuan. Jika resonden menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

  Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi nomor kode pada masing-masing lembar tersebut. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti.

4.5 Instrumen Penelitian

  Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Kuisioner yang diadopsi dan dimodifikasi oleh peneliti. Kuisioner disusun secara tertutup dan berisikan pertanyaan yang harus dijawab responden.

  Pada pertanyaan nomor 1 sampai 9 apabila responden menjawab jawaban “benar”, maka akan diberi nilai 1, dan untuk responden yang menjawab “salah” akan diberi nilai 0. Dengan demikian, jumlah skor total adalah 9.

  Pengukuran tingkat pengetahuan responden dilakukan dengan menggunakan sistem skoring (Arikunto, 2007) yakni dengan skala ordinal sebagai berikut: a.

  Pengetahuan baik, apabila jawaban responden benar lebih dari 75% dari nilai tertinggi, yaitu skor > 7.

  b.

  Pengetahuan cukup, Apabila jawaban responden benar antara 56% - 75% dari nilai tertinggi, yaitu skor 6 – 7.

  c.

  Pengetahuan kurang, apabila jawaban responden benar 40% - 55% dari nilai tertinggi, yaitu skor 4 – 5.

  Pengukuran sikap remaja mengenai infeksi menular seksual dilakukan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diiberikan oleh responden. Instrumen yang digunakan berupa angket dengan jumlah pertanyaan sebanyak 6 pertanyaan.

  Untuk pertanyaan nomor 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 apabila responden menjawab pilihan yang benar, maka akan diberi nilai 1, dan apabila responden menjawab pilihan yang salah akan diberi nilai 0. Dengan demikian, jumlah sekor total adalah 6.

  Pengukuran sikap responden dengan menggunakan sistem skoring dengan skala ordinal sebagai berikut: a.

  Positif, apabila jawaban responden benar lebih dari 75% dari nilai tertinggi, yaitu skor > 5.

  b.

  Negatif, Apabila jawaban responden benar antara 56% - 75% dari nilai tertinggi, yaitu skor 0 – 4.

4.6 Uji Validitas dan Realibilitas

  Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan keshahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti secara tepat, instrument ini telah dilakukan uji validitas oleh staf pengajar Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

  Uji reliabiitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan instrument untuk mengukur secara konsisten sasaran yang diukur serta istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran relative konsisten apabila pengukuran diulang dua kali atau lebih dimana hasil yang ditunjukkan adalah sama. Uji reabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji K – R 21 (Kuder Richaderson 21) yang dilakukan kepada 10 Remaja di kawasan Lingkungan Desa Sambirejo Timur Kecamatan Percut Sei Tuan.

  4.7 Tahap Pengumpulan Data

  Tahap persiapan pengumpulan data ini dilakukan melalui prosedur administrasi dengan cara mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada institusi Pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara kemudian mengajukan surat izin penelitian dari Fakultas ke Dinas Pendidikan Kota Medan dan kemudian mengajukan surat izin penelitian ke SMA Negeri 7 Medan.

  Saat melakukan pengumpulan data peneliti dibantu oleh asisten peneliti karena keterbasan peneliti dalam jumlah sampel yang banyak dengan metode observasi, dimana calon asisten peneliti sebelumnya diberi pemahaman tentang bagaimana cara melakukan observasi, setelah calon asisten peneliti paham maka peneliti menganggap layak untuk membantu dalam pengumpulan data. Selanjutnya peneliti akan memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan penelitian serta meminta kesediaan calon responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.

  4.8 Analisa Data

  Setelah semua data terkumpul maka peneliti akan mengadakan analisa data melalui beberapa tahap yang dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan semua lembar observasi telah terisi, dilanjutkan dengan memberikan kode pada kuisioner untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data. Kemudian peneliti memasukkan dat yang telah dikumpulkan ke dalam master table atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana. Setelah itu peneliti meloakukan teknik analisis yang dilakukan secara deskriptif dengan melihat presentase data yang telah terkumpul dalam tabel distribusi. Analisa data dilakukan dengan membahas hasil dengan menggunakan teori keputustakaan yang ada.

BAB 5 HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

  5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di sekolah SMA Negeri 7 Medan. Sekolah ini terdapat di jalan Timor No 36, Kecamatan Medan Timur, Kelurahan Gaharu Kota Medan.

  5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

  Penelitian ini, Populasi penelitian terdiri dari 360 orang. Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari siswa/siswi SMA Negri 7 Medan.

  Responden yang terpilih sebanyak 99 siswa/i yang terdiri dari 32 siswa/i kelas X, 33 siswa/i kelas XI, 34 siswa/i kelas XII.

  Keseluruhan data responden remaja SMA Negeri 7 Medan berdasarkan usia, jenis kelamin, dan kelas dapat dilihat pada tabel 5.1, bahwa usia terbanyak responden pada umur 17 tahun sebanyak 36,4 %, diikuti usia 16 tahun sebanyak 35,3%, dan terendah pada usia 15 tahun sebanyak 29,3%.

  Berdasarkan jenis kelamin diperoleh bahwa kelompok terbesar responden adalah perempuan sebanyak 58, 6%, dan Laki-laki sebanyak 41,4%.

  Berdasarkan kelas bahwa pembagian siswa pada kelas X sebanyak 32%, kelas XI sebanyak 33%, dan kelas XII sebanyak 35%.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Remaja SMA Negeri 7 Medan. Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Usia

  Kurang

  35

  5.1.3. Pengetahuan

  Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan mengenai infeksi menular seksual dengan menggunakan angket dapat dilihat pada tabel 5.4. terlihat bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai infeksi menular seksual paling banyak berada pada kategori kurang yaitu sebanyak 75 orang (75.8%), diikuti dengan kategori cukup sebanyak 15 orang (15.2%), dan kategori baik sebanyak 9 orang (9.0%)

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Tentang Infeksi Menular Seksual

  Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

  Baik Cukup

  9

  32

  15

  75

  9.0

  15.2

  75.8 Jumlah

  99 100

  5.1.4. Sikap

  33

  34

  15

  36.4 Jenis Kelamin Laki laki

  16

  17

  28

  35

  36

  29.3

  35.3

  Perempuan

  33

  41

  58

  41.4

  58.6 Kelas

  X XI

  XII

  32

  Hasil uji sikap terhadap infeksi menular seksual yang dilakukan dengat menggunakan angket dapat dilihat pada tabel 5.6, terlihat bahwa sikap responden terhadap infeksi menular seksual paling banyak berada dalam kategori negatif yaitu sebanyak 88 orang (88.9%), diikuti dengan sikap positif sebanyak 11 orang (11.1%).

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Tentang Infeksi Menular Seksual.

  Sikap Frekuensi Persentase (%)

  Positif

  11

  11.1 Negatif

  88

  88.9 Jumlah

  99 100

5.2. Pembahasan

5.2.1. Pengetahuan Remaja Tentang Infeksi Menular Seksual

  Berdaarkan data dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan siswa/siswi SMA Negeri 7 Medan mengenai infeksi menular seksual berada dalam kategori kurang baik. Pada penelitian ini memperlihatkan bahwa kebanyakan responden mengetahui jenis-jenis infeksi menular. Ini dikarenakan jenis-jenis infeksi menular seksual sudah terdapat dalam kurikulum pembelajaran responden yaitu dalam mata pelajaran biologi dalam topik sistem reproduksi manusia sejak SMP. Pada penelitian ini juga memperlihatkan bahwa kebanyakan responden tidak mengerti secara kongkrit pengertian dan cara penularan infeksi menular seksual.

  Berdasarkan hasil analisis dan data distribusi frekuensi hasil uji pengetahuan, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat pengetahuan responden mengenai infeksi menular seksual paling banyak berada pada kategori kurang yaitu 75,8% sebanyak 75 orang (75.8%), diikuti dengan kategori cukup 15,2% sebanyak 15 orang, dan kategori baik

  9,1% sebanyak 9 orang, dan dari hasil analisis dan data distribusi tersebut tingkat pengetahuan responden ditemukan bahwa proporsi responden yang memiliki pengetahuan baik pada usia 15 dan 16 tahun, yaitu 14,3%, untuk pengetahuan cukup paling banyak ditemukan pada usia 17 tahun sebanyak 25,0% dan pengetahuan kurang ditemukan pada usia 17 tahun yaitu sebesar 2,8%.

  Hal ini sesuai dengan hasil penelitian di Linda Chaiuman (2009), mengenai infeksi menular seksual di SMA Wiyata Dharma Medan mayoritas remaja atau siswa berada dalam kategori kurang baik, yaitu sebesar 52,4 %. Di karenakan para responden hanya mempunyai pengetahuan mengenai pengertian infeksi menular seksual secara etimologis, yaitu pengertian bahwa infeksi menular seksual adalah infeksi yang hanya bisa ditularkan melalui hubungan seksual, padahal sebenarnya infeksi menular seksual bisa ditularkan melalui cara lain selain berhubungan seksual.

  Hasil ini tidak sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Novia Rahmawati (2012), terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual di SMA Batik 1 Surakarta dengan jumlah responden sebanyak 30 orang, menunjukkan hasil dengan kategori baik 10% sebanyak 3 responden, dan kategori cukup 77% sebanyak 23 responden dan kategori kurang 13% sebanyak 4 responden. Jadi tingkat pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual siswa di SMA Batik 1 Surakarta di jl. Slamet Riyadi 445 Kecamatan Laweyan kota Surakarta adalah cukup. Dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual tidak hanya sebatas pengetahuan yang di dapat di sekolah saja, tetapi juga berpengaruh terhadap informasi, pengalaman, pergaulan dikalangan remaja dan kultur/budaya.

  Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dan untuk merubah pengetahuan dengan pendidikan dan latihan. Agar remaja mampu memecahkan masalah yang berhubungan dengan penatalaksanaan akibat dari penyakit menular seksual dan terhindar dari penularan penyakit tersebut.

5.2.2. Sikap Remaja Tentang Infeksi Menular Seksual

  Berdasarkan analisis data dapat dilihat bahwa sikap siswa/i SMA 7 Medan terhadap infeksi menular seksual adalah kurang. Pada penelitian ini memperlihatkan bahwa kebanyakan siswa mempunyai sikap yang negatif dalam menanggapi masalah seks bebas dan pencegahan infeksi menular seksual. Namun, sebagian siswa masih mempunyai sikap positif dalam menghadapi seseorang yang menderita infeksi menular seksual.

  Berdasarkan hasil analisis data distribusi frekuensi hasil uji sikap, dapat dilihat bahwa sikap responden terhadap infeksi menular seksual paling banyak berada dalam kategori negatif yaitu 88,9 % sebanyak 88 orang, diikuti dengan sikap positif 11,1% sebanyak 11 orang.

  Hasil ini sesuai dengan apa yang dikemukakan pada hasil penelitian Novia Rahmawati (2012), sikap ramaja terhadap penyakit infeksi menular seksual kurang baik/negatif 60% sebanyak 18 orang, diikuti dengan sikap positif 40% sebanyak 12 orang. Kebanyakan remaja masih mempunyai sikap negatif dalam menghadapi seseorang yang menderita infeksi menular seksual.

  Para remaja lebih cenderung untuk menjauhi penderita infeksi menular seksual oleh karena takut tertular.

  Hasil ini tidak sesuai dengan apa yang dikemukakan pada hasil penelitian Linda Chaiuman (2009), sikap remaja terhadap infeksi menular seksual cukup baik/positif 57,1% sebanyak 48 0rang, diikuti dengan sikap kurang 36,9% sebanyak 31 orang, dan sikap baik 6% sebanyak 5 orang. Sikap seorang remaja tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memperoleh informasi yang diterima baik melalui penyuluhan, media massa maupun orang tua serta kemampuan anak untuk menyerap dan menginterprestasikan informasi tersebut.

  Dalam upaya untuk menurunkan angka kejadian infeksi menular seksual, promosi kesehatan dengan metode peer education terbukti efektif meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja terhadap infeksi menular seksual.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

  6.1. Kesimpulan

  Berdasarkan analisa data dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat diambil kesimpulan :

  1. pengetahuan siswa/siswi SMA Negeri 7 Medan tentang infeksi menular seksual berada pada kategori baik 9,0% sebanyak 9 orang, diikuti dengan kategori cukup 15,2 sebanyak 15 orang, dan kurang yaitu sebesar 75,8% 75 orang.

  2. Sikap siswa/siswi SMA Negeri 7 Medan tentang infeksi menular seksual berada dalam kategori positif yaitu sebanyak 11.1% sebanyak 11 orang, kategori negatif sebesar 88,9 sebanyak 88 orang.

  6.2. Saran 1.

  Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah dalam memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi pada kalangan remaja.

  2. Sebagai bahan masukan bagi orang tua dalam upaya merangsang kepedulian orang tua terhadap pendidikan seksual anak dimulai pada usia remaja.

3. Sebagai bahan masukan bagi remaja dalam menyikapi hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi.

  4. Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian selanjutnya oleh peneliti – peneliti lain dengan memperluas variabel lainnya seperti prilaku.