Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang HIV/AIDS Di SMA Negeri 1 Medan Tahun 2013

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA

TENTANG HIV/AIDS DI SMA NEGERI 1 MEDAN

TAHUN 2013

Oleh :

REIZA FREIDHEA SUHUD 100100345

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI SMA NEGERI 1 MEDAN

TAHUN 2013

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

REIZA FREIDHEA SUHUD 100100345

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA

TENTANG HIV/AIDS DI SMA NEGERI 1 MEDAN TAHUN 2013

NAMA : REIZA FREIDHEA SUHUD

NIM : 100100345

Pembimbing Penguji I

(dr. Yosia Ginting, SpPD) (dr. Cut Aria Arina, SpS)

Penguji II

(dr. Zulkifli, MSc)

Medan,

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

( Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD – KGEH ) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

HIV/AIDS telah menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius di abad ke-20. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan kasus yang cukup tinggi (AUSAID, 2006). Sebanyak 50,7% kasus AIDS dari tahun 1987 hingga September 2010, terjadi pada remaja yang berusia 15-29 tahun (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Data ini secara jelas memberi gambaran bahwa, remaja memerlukan edukasi dan penyuluhan yang benar tentang penyakit ini supaya tidak terinfeksi oleh HIV.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Medan tahun 2013. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui cara akses remaja dalam memperoleh informasi mengenai HIV/AIDS.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu dengan menggunakan desain cross sectional untuk mengumpulkan data penelitian pada saat itu juga atau bersamaan. Dengan satu kali pengamatan pada rentang waktu tertentu, dapat mendeskripsikan sejauh mana tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS.

Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 96 orang dengan tingkat ketepatan relatif (d) sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan Stratified Random Sampling, dimana jumlah sampel yang diperoleh akan dibagi merata untuk setiap tingkatan kelas secara proporsional. Hasil uji tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan tentang HIV/AIDS berada dalam kategori baik sebesar (54.2%) begitu juga dengan sikap tentang HIV/AIDS berada dalam kategori baik yaitu sebesar (55.2%). Cara akses siswa-siswi untuk mendapatkan informasi mengenai HIV/AIDS terbanyak berasal dari keluarga sebanyak (36.5%). Tingkat pengetahuan dan sikap siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan tentang HIV/AIDS berada dalam kategori baik.


(5)

ABSTRACT

HIV / AIDS has become a serious health problem in the 20th century. Indonesia is one that experienced high enough increase in cases (AUSAID, 2006). A total of 50.7% of AIDS cases were reported from 1987 to September 2010, occurred in adolescents aged 15-29 years (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). These data clearly illustrate that teenagers need proper education and counseling about HIV to prevent further cases.

This study was conducted to apprehend the adolescents knowledge and attitude towards HIV/AIDS in SMA Negeri 1 Medan in 2013. Besides, this research was also designed to find out the accessibility of HIV/AIDS information in adolescents.

Descriptive study was chosen in this study, using cross-sectional design to collect research data at that time or simultaneously. With one observation at regular intervals, to describe the extent to which the level of knowledge and attitudes of adolescents about HIV / AIDS.

A total of 96 samples were included with 0.1 as the relative precisions rate (d). Sampling technique used was stratified random sampling and samples were then distributed proportionally based on their level of education. The percentage of high school students knowledge in SMA Negeri 1 Medan towards HIV/AIDS in good category was (54.2%) as well as attitudes about HIV / AIDS are in a good category that is (55.2%). Accessibility of HIV/AIDS information of the students in SMA Negeri 1 Medan was mostly by family, (36.5%) . The high school students knowledge and attitude in SMA Negeri 1 Medan towards HIV/AIDS were categorized good.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Medan Tahun 2013”. Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, karya tulis ilmiah ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan karya tulis ini, peneliti telah banyak mendapat bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. dr.Gontar Alamsyah Siregar, SpPD – KGEH sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. dr. Sutomo Kasiman, SpPD SpJP (K) selaku ketua komisi etik penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin penelitian.

3. dr.Yosia Ginting, SpPD sebagai dosen pembimbing karya tulis ilmiah atas kesabaran dan waktu yang diberikannya untuk membimbing peneliti sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Juga kepada dr. Cut Aria Arina, SpS dan dr. Zulkifli, MSc selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun untuk penelitian ini.

4. Buat Papa M.Suhud, Mama Gazwa Mettilia Hakim, adik Indhi dan kesayangan saya Davis Pratama yang telah memberikan dukungan dan doa kepada peneliti selama ini.

5. Teman-teman peneliti, M. Harmen Reza, Egi Erico, M. Akim Nst., Tengku Debbi Syafrina, Elissa Indriyani, Anggi Rininda, Arie Tika, Farahdita Lubis, Larasita Pulungan dan lain-lain yang telah


(7)

memberikan saran dan bantuan kepada peneliti selama penyusunan karya tulis.

6. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada peneliti.

Peneliti juga menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki peneliti.

Untuk itu, peneliti mengharapkan semua saran dan kritik yang sangat membangun bagi karya tulis ini agar lebih baik lagi di kemudian hari.

Medan, 7 Desember 2013 Peneliti

Reiza Freidhea Suhud NIM : 100100345


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR SINGKATAN ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... 3

1.4Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 HIV/AIDS ... 5

2.1.1 Definisi HIV/AIDS ... 5

2.1.2 Etiologi ... 5

2.1.3 Patogenesis ... 6

2.1.4 Cara Penularan ... 6

2.1.5 Gejala Klinis ... 7

2.1.6 Diagnosis ... 10

2.1.7 Pengobatan ... 11

2.1.8 Pencegahan ... 12

2.1.9 Prognosis ... 13

2.2 Pengetahuan ... 13

2.3 Sikap ... 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 17

3.2 Definisi Operasional ... 17

3.3 Aspek Pengukuran Pengetahuan dan Sikap ... 18

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ... 19

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 19

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 20

4.4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 20


(9)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian ... 22

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 22

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 22

5.1.3 Sumber Informasi Mengenai HIV/AIDS ... 23

5.1.4 Tingkat Pengetahuan ... 24

5.1.5 Sikap ... 26

5.2 Pembahasan ... 30

5.2.1 Tingkat Pengetahuan ... 30

5.2.2 Sikap ... 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 34

6.2 Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 36


(10)

DAFTAR SINGKATAN

AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome

ARV Anti Retroviral

CDC Centre for Disease Control

ELISA Enzyme-linked Immunosorbent

HIV Human Immunodeficiency Virus

HTLV-III Human T-cell Lymphotropic Virus-Type III

LAV Lymphadenopathy Associated Virus OSIS Organisasi Intra Sekolah

PMR Palang Merah Remaja

UKS Usaha Kesehatan Sekolah

WB Western blot


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Stadium HIV/AIDS ... 10

Tabel 2.2 Pengobatan HIV/AIDS ... 11

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 17

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 21

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakterisktik Responden Berdasarkan Kelas ... 22

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 23

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tentang Sumber Informasi Penyakit HIV/AIDS ... 23

Tabel 5.4 Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Medan ... 24

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Pengetahuan... 24

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Kelas ... 25

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 25

Tabel 5.8 Sikap Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Medan ... 26

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Sikap ... 27

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Sikap Berdasarkan Kelas ... 28

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Sikap Berdasarkan Jenis Kelamin ... 29


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman Gambar 2.1 Pilihan Kombinasi Obat Lini Pertama ... 12 Gambar 2.2 Pilihan Kombinasi Obat Lini Kedua ... 12 Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 17


(13)

ABSTRAK

HIV/AIDS telah menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius di abad ke-20. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan kasus yang cukup tinggi (AUSAID, 2006). Sebanyak 50,7% kasus AIDS dari tahun 1987 hingga September 2010, terjadi pada remaja yang berusia 15-29 tahun (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Data ini secara jelas memberi gambaran bahwa, remaja memerlukan edukasi dan penyuluhan yang benar tentang penyakit ini supaya tidak terinfeksi oleh HIV.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Medan tahun 2013. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui cara akses remaja dalam memperoleh informasi mengenai HIV/AIDS.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu dengan menggunakan desain cross sectional untuk mengumpulkan data penelitian pada saat itu juga atau bersamaan. Dengan satu kali pengamatan pada rentang waktu tertentu, dapat mendeskripsikan sejauh mana tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS.

Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 96 orang dengan tingkat ketepatan relatif (d) sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan Stratified Random Sampling, dimana jumlah sampel yang diperoleh akan dibagi merata untuk setiap tingkatan kelas secara proporsional. Hasil uji tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan tentang HIV/AIDS berada dalam kategori baik sebesar (54.2%) begitu juga dengan sikap tentang HIV/AIDS berada dalam kategori baik yaitu sebesar (55.2%). Cara akses siswa-siswi untuk mendapatkan informasi mengenai HIV/AIDS terbanyak berasal dari keluarga sebanyak (36.5%). Tingkat pengetahuan dan sikap siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan tentang HIV/AIDS berada dalam kategori baik.


(14)

ABSTRACT

HIV / AIDS has become a serious health problem in the 20th century. Indonesia is one that experienced high enough increase in cases (AUSAID, 2006). A total of 50.7% of AIDS cases were reported from 1987 to September 2010, occurred in adolescents aged 15-29 years (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). These data clearly illustrate that teenagers need proper education and counseling about HIV to prevent further cases.

This study was conducted to apprehend the adolescents knowledge and attitude towards HIV/AIDS in SMA Negeri 1 Medan in 2013. Besides, this research was also designed to find out the accessibility of HIV/AIDS information in adolescents.

Descriptive study was chosen in this study, using cross-sectional design to collect research data at that time or simultaneously. With one observation at regular intervals, to describe the extent to which the level of knowledge and attitudes of adolescents about HIV / AIDS.

A total of 96 samples were included with 0.1 as the relative precisions rate (d). Sampling technique used was stratified random sampling and samples were then distributed proportionally based on their level of education. The percentage of high school students knowledge in SMA Negeri 1 Medan towards HIV/AIDS in good category was (54.2%) as well as attitudes about HIV / AIDS are in a good category that is (55.2%). Accessibility of HIV/AIDS information of the students in SMA Negeri 1 Medan was mostly by family, (36.5%) . The high school students knowledge and attitude in SMA Negeri 1 Medan towards HIV/AIDS were categorized good.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

HIV/AIDS telah menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius di abad ke-20. UNAIDS (2004) menyebutkan bahwa saat ini di dunia terjadi peningkatan jumlah kasus dengan HIV/AIDS dari 36,6 juta orang pada tahun 2002 menjadi 39,4 juta orang pada tahun 2004. Sedangkan di Asia diperkirakan mencapai 8,2 juta orang dengan kasus HIV/AIDS (Kesrepro, 2007).

Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan kasus yang cukup tinggi (AUSAID, 2006). Jumlah kasus AIDS yang dilaporkan dari Januari hingga September 2007 adalah 2190 (Depkes RI, 2007). Terjadi peningkatan kasus dari Januari hingga Desember 2010, jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 4158 (Depkes RI, 2010).

Secara kumulatif di Indonesia, dari 1 April 1987 hingga 30 Desember 2010 jumlah kasus AIDS adalah 24131 dan jumlah kematian akibat AIDS adalah sebanyak 4539. Jumlah terbanyak pada penderita laki-laki yaitu sebanyak 17626 dan 6416 pada perempuan dengan penyebaran tinggi melalui heteroseksual (Depkes RI, 2010).

Sebanyak 50,7% kasus AIDS dari tahun 1987 hingga September 2010, terjadi pada remaja yang berusia 15-29 tahun (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Data ini secara jelas memberi gambaran bahwa, remaja memerlukan edukasi dan penyuluhan yang benar tentang penyakit ini supaya tidak terinfeksi oleh HIV.

Sumatera Utara menduduki peringkat ke-9 dari 33 provinsi di Indonesia, dimana terdapat 507 kasus AIDS dan 94 kematian disebabkan AIDS telah dilaporkan hingga Desember 2010 (Depkes RI, 2010). Medan merupakan kota yang memiliki kasus AIDS yang terbanyak di Sumatera Utara, yaitu sebanyak 581 kasus dari tahun 1994 hingga April 2009 (Komisi Penanggulangan AIDS, 2007). Di RSUP H. Adam Malik Medan, jumlah penderita HIV/AIDS tahun 2008 ditemukan 403 kasus, tahun 2009 ditemukan 528 kasus, untuk tahun 2010


(16)

ditemukan 2366 kasus, dan untuk tahun 2011 ditemukan 2982 kasus ( Data VCT Pusyansus RSUP. HAM Medan, 2012).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan anak muda (youth) adalah mereka yang usia 15-24 tahun. Remaja terbagi dalam 3 kelompok usia yaitu :

- Remaja dini (early adolescence) 10-13 tahun

- Remaja pertengahan (mid adolescence) 14-16 tahun - Remaja lanjut (late adolescence) 17-19 tahun

Remaja aktif secara seksual dan mereka seringkali kekurangan informasi dasar mengenai kesehatan reproduksi, keterampilan menegosiasikan hubungan seksual dan akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi, sehingga mereka rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi seperti HIV/AIDS (UNFPA, 2000). Banyak di antara remaja yang kurang atau tidak memiliki hubungan yang stabil dengan orangtuanya maupun dengan orang dewasa lain. Mereka lebih senang berbicara dengan sahabat karib tentang masalah-masalah kesehatan reproduksi yang menjadi perhatian mereka. Apabila terjadi kecenderungan kearah penarikan diri, sangat mungkin terjadi tindakan irasional (UNFPA, 2000). Menurut hasil survey yang telah dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional di 33 provinsi pada tahun 2008, sebanyak 63% remaja di Indonesia usia sekolah SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah.

Usia remaja mempunyai sifat ingin tahu yang sangat besar sehingga menyebabkan mereka mencoba segala sesuatu yang menurut mereka menarik (Fauzan dan Sirait, 2002). Jika tidak tersedia informasi yang tepat dan relevan tentang penyakit HIV/AIDS, sikap ingin tahu mereka bisa menyebabkan mereka masuk ke dalam sub-populasi berperilaku resiko tinggi. Selain itu, masalah HIV/AIDS pada remaja selain berdampak secara fisik, juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental, emosi, keadaan ekonomi dan kesejahteraan sosial dalam jangka panjang. Hal tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap remaja itu sendiri, tetapi juga terhadap keluarga, masyarakat dan bangsa pada akhirnya (UNFPA, 2005).


(17)

Menurut Lawrence Green dan Marshall Kreuter (2005) bahwa pengetahuan seseorang merupakan salah satu faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi perubahan sikap. Pengetahuan yang benar tentang HIV dan AIDS pada remaja diharapkan dapat menghindari perilaku beresiko HIV/AIDS.

Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman pribadi, kebudayaan, media masa. Remaja yang lebih tahu tentang kesehatan reproduksi akan memiliki sikap positif (sikap tidak melakukan seks bebas), sikap negatif (sikap untuk melakukan seks bebas). Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk membuat penelitian tentang Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Medan. Karena cara bersikap terhadap suatu objek ditentukan dari pengetahuan tentang objek tersebut dan penting bagi kita untuk membuat perencanaan pencegahan HIV/AIDS.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Medan ?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang pengertian HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Medan

2. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang etiologi/penyebab HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Medan

3. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang manifestasi/gejala HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Medan

4. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang pengobatan HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Medan


(18)

5. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Medan

6. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang prognosis HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Medan

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1.4.1 Institusi Pendidikan Tempat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan yang bermanfaat. Pihak sekolah dapat melakukan program pendidikan kesehatan seperti ceramah, dan seminar untuk meningkatkan pengetahuan siswa-siswi tentang HIV/AIDS.

1.4.2 Akademik

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan siswa-siswi terhadap penyakit HIV/AIDS termasuk dalam pencegahan tertularnya HIV/AIDS.

1.4.3 Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam penulisan karya tulis ilmiah serta menambah pengalaman dalam bidang penelitian khususnya mengenai HIV/AIDS.

1.4.4 Masyarakat Khususnya Remaja

Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat khususnya remaja mengenai HIV/AIDS.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HIV/AIDS

2.1.1 Definisi HIV/AIDS

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Jika diterjemahkan secara bahasa : Acquired artinya didapat, jadi bukan merupakan penyakit keturunan, immuno berarti sistem kekebalan tubuh, deficiency artinya kekurangan, sedangkan syndrome adalah kumpulan gejala.

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) (Djoerban Z, 2006).

Human immunodeficiency virus (HIV) adalah penyebab acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Virus ini terdiri dari dua grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Kedua tipe HIV ini bisa menyebabkan AIDS, tetapi HIV-1 yang paling banyak ditemukan di seluruh dunia, dan HIV-2 banyak ditemukan di Afrika Barat.

2.1.2 Etiologi

Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus HIV merupakan retrovirus yang termasuk golongan virus RNA (virus yang menggunakan RNA sebagai molekul pembawa informasi genetik). Disebut retrovirus karena memiliki enzym reverse transcriptase (Finch, Moss, Jeffries dan Anderson, 2007 ). Virus ini ditemukan oleh Barre-Sinousi, Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 yang menyebabkan limfadenopati sehingga disebut LAV

(Lymphadenopathy Associated Virus). Tahun 1984, Popovic, Gallo dan kerabat kerjanya menggambarkan adanya perkembangan sel yang tetap berlangsung dan produktif setelah diinfeksi oleh virus yang kemudian disebut HTLV-III (Human T-cell Lymphotropic Virus-Type III). Virus ini merupakan virus yang sama dengan LAV.


(20)

Pada tahun 1986 Komisi Taksonomi Internasional memberi nama baru Human Immunodeficiency Virus (HIV). (Depkes RI, 2006).

2.1.3 Patogenesis

HIV menyerang sistem imun manusia yaitu menyerang limfosit T helper yang memiliki reseptor CD4 di permukaannya. Selain limfosit T helper, sel-sel lain yang mempunyai protein CD4 pada permukaannya seperti makrofag dan monosit juga dapat diinfeksi oleh virus ini. Limfosit T helper antara lain berfungsi menghasilkan zat kimia yang berperan sebagai perangsang pertumbuhan dan pembentukan sel-sel lain dalam sistem imun dan pembentukan antibodi. Setelah HIV mengikat diri pada molekul CD4, virus masuk kedalam target dan ia melepas bungkusnya kemudian dengan bantuan enzym reverse transcryptase ia merubah bentuk RNA agar dapat bergabung dengan DNA sel target. Selanjutnya sel yang berkembang biak akan mengandung bahan genetik virus. Infeksi HIV dengan demikian menjadi irreversibel dan berlangsung seumur hidup.

Pada awal infeksi, HIV tidak segera menyebabkan kematian dari sel yang di infeksinya tetapi terlebih dahulu mengalami replikasi (penggandaan), sehingga ada kesempatan untuk berkembang dalam tubuh penderita tersebut, yang lambat laun akan menghabiskan atau merusak sampai jumlah tertentu dari sel limfosit T helper. Setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun kemudian, barulah pada penderita akan terlihat gejala klinis sebagai dampak dari infeksi HIV tersebut. Masa laten infeksi ini berlaku selama 10 tahun (Weber, 2001).

Infeksi oleh virus HIV menyebabkan fungsi kekebalan tubuh rusak yang mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang atau hilang, akibatnya mudah terkena penyakit-penyakit lain seperti penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, protozoa, dan jamur dan juga mudah terkena penyakit kanker seperti sarkoma kaposi.

2.1.4 Cara Penularan

HIV dapat ditemukan di darah dan cairan tubuh manusia seperti semen dan cairan vagina. Virus ini tidak dapat hidup lama di luar tubuh, maka untuk transmisi HIV perlu ada penularan cairan tubuh dari orang yang telah terinfeksi


(21)

HIV. Cara penularan virus ini paling banyak adalah melalui kontak seksual, jarum suntik, dan dari ibu ke anak (AVERT, 2011).

1. Hubungan seksual (vagina, oral, anal)

Secara global, penularan virus HIV paling banyak terjadi melalui heteroseksual.

2. Kontak langsung dengan darah dan produk darah yg tercemar HIV/AIDS. 3. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril.

4. Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan virus.

5. Pengguna narkoba jarum suntik

Pengguna narkoba jarum suntik adalah kelompok resiko tinggi untuk mendapat HIV. Penggunaan jarum suntik secara bergantian adalah cara yang efisien untuk transmisi virus yang menular melalui darah seperti HIV.

Menurut CDC (2007), terdapat beberapa cara dimana HIV tidak dapat ditularkan antara lain:

1. Bekerja atau berada di sekeliling penderita HIV/AIDS.

2. Dari keringat, ludah, air mata, pakaian, telepon, kursi toilet atau melalui hal-hal sehari-hari seperti berbagi makanan.

3. Digigit nyamuk maupun serangga dan binatang lainnya.

2.1.5Gejala Klinis

Menurut Komunitas AIDS Indonesia (2010), gejala klinis terdiri dari 2 gejala mayor (umum terjadi) dan 1 gejala minor (tidak umum terjadi):

Gejala Mayor :

- BB menurun > 10% / bulan - Diare kronis > 1 bulan - Demam > 1 bulan

- Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis - Demensia (Penurunan Kemampuan Kognitif) Gejala Minor :


(22)

- Dermatitis generalisata

- Infeksi umum yang rekuren, misalnya herpes zoster - Kandidias orofaring

- Infeksi herpes simpleks kronik & progresif - Limfadenopati general

- Mikosis kelamin berulang

Menurut Anthony (Fauci dan Lane, 2008), perjalanan penyakit infeksi HIV/AIDS dapat dibagi dalam beberapa fase, yaitu :

1. Transmisi virus

2. Infeksi HIV primer (sindrom retroviral akut)

Setelah masuk ke dalam tubuh, virus menuju ke kelenjar limfe dan berada dalam sel dendritik selama beberapa hari. 2-6 minggu kemudian (rata-rata 2 minggu) terjadilah sindrom retroviral akut. Gejala umum pada infeksi primer dapat berupa (demam, nyeri otot, nyeri sendi, rasa lemah), kelainan mukokutan (ruam kulit, ulkus di mulut), pembengkakan kelenjar limfa, gejala neurologi (nyeri kepala, nyeri belakang kepala, depresi), maupun gangguan saluran cerna (anoreksia, nausea, diare, jamur di mulut). Gejala ini dapat berlangsung 2-6 minggu dan akan membaik dengan atau tanpa pengobatan.

3. Serokonversi

Setelah 2-6 minggu gejala menghilang disertai serokonversi (perubahan antibodi negatif menjadi positif) terjadi 1-3 bulan setelah infeksi, tetapi pernah juga dilaporkan sampai 8 bulan.

4. Fase asimptomatik

Pasien akan memasuki masa tanpa gejala (asimptomatik). Penderita tampak sehat, dapat melakukan aktivitas normal tetapi dapat menularkan kepada orang lain. Dalam masa ini terjadi penurunan bertahap jumlah CD4 (jumlah normal 800-1.000/mm2) yang terjadi setelah replikasi persisten HIV dengan kadar RNA virus relatif konstan. CD4 adalah reseptor pada limfosit T4 yang menjadi target sel utama HIV.

Pada awalnya penurunan jumlah CD4 sekitar 30-60/mm3/tahun, tapi pada tahun terakhir penurunan jumlah menjadi 50-100/mm3 sehingga bila tanpa


(23)

pengobatan rata-rata masa infeksi HIV sampai menjadi AIDS adalah 8-10 tahun, dimana jumlah CD4 akan mencapai kurang dari 200/mm3.

5. Fase Simptomatik

Fase simptomatik, akan timbul gejala-gejala pendahuluan seperti demam, pembesaran kelenjar limfa, yang kemudian diikuti oleh infeksi oportunistik. Infeksi oportunistik adalah infeksi yang timbul akibat penurunan kekebalan tubuh dimana pada orang normal infeksi ini terkendali oleh kekebalan tubuh. Dengan adanya infeksi oportunistik maka perjalanan penyakit telah memasuki stadium AIDS.

Setelah terjadi infeksi HIV ada masa dimana pemeriksaan serologis antibodi HIV masih menunjukkan hasil negatif, sementara virus sebenarnya telah ada dalam jumlah banyak. Pada masa ini, yang disebut window period, orang yang telah terinfeksi ini sudah dapat menularkan kepada orang lain walaupun pemeriksaan antibodi HIV hasilnya negatif. Periode ini berlangsung selama 3-12 minggu.

Gejala klinis bergantung pada stadium klinis. Ada 4 stadium klinis infeksi HIV/AIDS :

Stadium 1

1. Asimptomatik

2. Limfadenopati menyeluruh dan persisten (>3bulan)

Stadium 2

1. Penurunan berat badan < 10%

2. Manifestasi mukokutaneus yang ringan, infeksi jamur pada kuku, ulserasi mulut yang berulang

3. Herpes zooster dalam 5 tahun terakhir 4. Infeksi saluran nafas yang berulang

Stadium 3

1. Penurunan berat badan > 10% 2. Diare kronik 1 bulan

3. Demam berkepanjangan > 1 bulan 4. Kandidiasis oral


(24)

5. Oral hairy leukoplakia

6. Ulserasi nekrotising akut (stomatitis, ginggivitis atau periodontitis) 7. Tuberkulosis paru dalam tahun sebelumnya

8. Infeksi bakteri yang berat

9. Anemia, neutropenia, trombositopenia yang tidak jelas penyebabnya

Stadium 4

1. HIV Wasting Syndrome

2. Pneumocystis Jiroveci Pneumonia (PJP) 3. Toxoplasmosis otak

4. Sarkoma Kaposi 5. Ensefalopati HIV

Tabel 2.1 Stadium HIV/AIDS

Stadium HIV/AIDS Jumlah sel CD4 Rekomendasi

Stadium klinis 1 dan 2 > 350 sel/mm3 Belum mulai terapi. Monitor gejala klinis dan jumlah sel CD4 setiap 6 – 12 bulan

< 350 sel/mm3 Mulai terapi Stadium klinis 3 dan 4 Berapapun jumlah

sel CD4

Mulai terapi

Sumber: Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral 2011

2.1.6Diagnosis

Menurut MacCann (2008), ELISA (enzyme-linked immunosorbent) adalah salah satu tes yang paling umum dilakukan untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi HIV. ELISA sensitif pada infeksi HIV kronis, tetapi karena antibodi tidak diproduksi segera setelah infeksi, maka hasil tes mungkin negatif selama beberapa minggu setelah infeksi. Walaupun hasil tes negatif pada waktu jendela (window period) seseorang mempunyai resiko yang tinggi dalam menularkan infeksi. Jika hasil tes positif, maka dilanjutkan dengan menggunakan ELISA 3 metode dan apabila ketiganya menunjukkan hasil positif, maka pasien dikatakan


(25)

positif HIV. Pemeriksaan lain yang dapat digunakan adalah Western blot (WB), tetapi pemeriksaan Western Blot ini cukup sulit dan mahal.

2.1.7 Pengobatan

Tujuan pemberian Antiretroviral (ARV) :

1) Memperpanjang usia dan memperbaiki kualitas hidup

2) Menekan jumlah virus, jika mungkin sampai tidak terdeteksi, selama mungkin menghambat progresivitas penyakit

3) Menjaga/memperbaiki imunitas tubuh

4) Menurunkan morbiditas mortalitas karena HIV

Tabel 2.2 Pengobatan HIV/AIDS

No Golongan Obat Nama Obat

1. Nucleoside Reverse

Trancriptase Inhibitor (NsRTI)

- Abacavir sulfate (ABC), Ziagen®

- Didanosine (ddI), Videx® - Lamivudine (3TC), Epivir®

- Stavudine (d4T), Zerit®

- Zalcitabine (ddC) , Hivid® - Zidovudine (AZT), Retrovir®

2. Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)

- Delavirdine mesylate (DLV), Rescriptor®

- Efavirenz (EFV), Sustiva™

- Nevirapine (NVP), Viramune®

3. Nucleotide Reverse

Transcriptase Inhibitor (NtRTI)

- Tenofovir (TDF), Viread® 4. Protease Inhibitor (PIs) - Amprenavir (APV), Agenerase™

- Indinavir Sulfate (IDV), Crixivan®

- Lopinavir/Ritonavir (LPV/RTV), Kaletra™

- Nelfinavir Mesylate (NFV ), Viracept®

- Ritonavir (RTV), Norvir® - Saquinavir Mesylate (SQV)

Sumber :Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral 2011

Cara Pemberian ARV :

- Berikan kombinasi 3 macam obat - Mulai dengan lini pertama


(26)

+ +

Gambar 2.1 Pilihan Kombinasi Obat Lini Pertama

Lini pertama gagal apabila :

- Timbul infeksi opurtunistik baru

- Muncul kembali infeksi opurtunistik lama - CD4 ≤ sebelum terapi

- Penurunan CD4 > 50% dari jumlah tertinggi sebelum terapi

+ +

Gambar 2.2 Pilihan Kombinasi Obat Lini Kedua

Pengobatan Pendukung : - Nutrisi

- Olahraga dan tidur teratur - Menjaga kebersihan - Dukungan agama - Dukungan psikososial

2.1.8 Pencegahan

Pencegahan merupakan satu-satunya upaya penanggulangan AIDS. 5 langkah untuk mencegah tertular HIV/AIDS dalam Notoatmodjo (2010), yaitu :

A = Abstinence of Sex (jauhi seks bebas)

B = Be Faithful (setia pada pasangan)

C = use Condom (gunakan kondom)

D = Don’t share a needle (jangan berbagi jarum suntik)

Zidovudine 2 x 300 mg

atau

Lamivudine 2 x 150 mg Nevirapine 2 x 200 mg

atau

Efavirenz 1 x 600 mg

Abicavir 2 x 300 mg atau

Tenofovir 1 x 300 mg

Didanosine 2 x 250 mg

Nelfinavir 2 x 1250 mg atau

Lopinavir/ritonavir

2 x 400mg/100mg


(27)

E = Education (pendidikan)

Pencegahan dan penanggulangan AIDS mempunyai tiga tujuan antara lain: mencegah infeksi HIV, mengurangi dampak perorangan dan sosial dari infeksi HIV serta menggerakan dan menyatukan upaya nasional dan internasional melawan AIDS.

Para pekerja kesehatan hendaknya mengikuti Kewaspadaan Universal (Universal Precaution) yang meliputi : cara penanganan dan pembuangan barang-barang tajam , mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah melakukan tindakan medis, menggunakan alat pelindung seperti sarung tangan, celemek, jubah, masker dan kacamata pelindung saat harus bersentuhan langsung dengan darah dan cairan tubuh lainnya, melakukan desinfeksi instrumen kerja seperti peralatan yang terkontaminasi (Komisi Penanggulangan AIDS, 2011)

2.1.9 Prognosis

Sebagian besar HIV/AIDS berakibat fatal. Sekitar 75% pasien yang didiagnosis AIDS meninggal tiga tahun kemudian. Penelitian melaporkan ada 5% kasus pasien terinfeksi HIV yang tetap sehat secara klinis dan imunologis (Widoyono, 2008).

2.2 Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu atau sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan , indera pendengaran , indera penciuman, indera perasa dan indera peraba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.


(28)

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.3 Sikap

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap adalah reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan ataupun aktivitas, namun merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap terdiri dari 3 komponen pokok :


(29)

a. Komponen kognitif (komponen perceptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana persepsi orang terhadap suatu objek.

b. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang menunjukkan arah sikap, yaitu positif (rasa senang) dan negatif (rasa tidak senang). Merupakan perasaan individu terhadap suatu objek dan menyangkut masalah emosi.

c. Komponen konatif (komponen perilaku, atau action component), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap suatu objek. Komponen ini menunjukan intensitas sikap, yaitu menunjukan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap suatu objek.

Menurut Notoatmodjo (2003), ada beberapa tingkatan sikap yaitu : 1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap merespon.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.


(30)

Berdasarkan penelitian Tay Chiu Mei tentang “Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pelajar SMA Negeri dan Swasta Tentang HIV/AIDS di Kota Medan tahun 2010”, menunjukkan bahwa sebanyak 200 responden, diantaranya 32 responden yang berpengetahuan baik (16%), 163 reponden (81,5%) berpengetahuan sedang dan 5 reponden (2,5%) yang berpengetahuan kurang. Dari hasil tersebut terlihat bahwa mayoritas pengetahuan tentang HIV/AIDS pada pelajar SMA Negeri dan Swasta di kota Medan berada pada tingkat sedang. Dari penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang sangat jauh tentang pengetahuan HIV/AIDS pada kedua sekolah SMA, ini mungkin disebabkan lingkungan sosial, budaya juga berperan terhadap pengetahuan mereka.

Sikap responden tentang HIV/AIDS, diperoleh sebanyak 84 responden (42%) yang memiliki kategori sikap baik, 116 responden (58%) termasuk kategori sikap sedang dan tidak mempunyai pelajar yang mempunyai sikap kurang terhadap HIV/AIDS. Dari hasil tersebut terlihat bahwa mayoritas sikap pelajar SMA Negeri dan Swasta tentang HIV/AIDS berada pada tingkat sedang.

Dari hasil analisa secara keseluruhan, didapati hasil pengetahuan dan sikap adalah sejalan dimana menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang diperoleh subjek selanjutnya akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang telah diketahuinya. Maka bisa disimpulkan bahwa pengetahuan yang diperoleh dari para responden berada pada kategori sedang dan memiliki sikap yang sedang juga.

Dalam kesempatan kali ini, saya ingin meneliti bagaimanakah gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Medan, apakah pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS lebih tinggi dari SMA-SMA yang lain, lebih rendah atau sama saja dengan SMA-SMA Negeri yang lain.


(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep berikut disusun berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS.

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Definisi Operasional

Variabel pada penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional

Cara

Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur

1. Pengetahuan

Segala sesuatu yang diketahui dan dimengerti oleh responden tentang HIV/AIDS

Angket Kuesioner

1 : Baik 2 : Cukup

3 : Kurang Ordinal

2. Sikap

Respon atau tanggapan responden terhadap pertanyaan yang diberikan tentang HIV/AIDS

Angket Kuesioner

1 : Baik 2 : Cukup 3 : Kurang

Ordinal Pengetahuan Siswa-Siswi

SMA Negeri 1

Sikap Siswa-Siswi SMA Negeri 1


(32)

3.3 Aspek Pengukuran Pengetahuan dan Sikap 1. Kelas :

- 1 (X), 2(XI), 3(XII) 2. Jenis Kelamin :

1. Laki-laki 2. Perempuan 3. Pengetahuan tentang HIV/AIDS

Pengetahuan responden diukur melalui 9 pertanyaan. Jika pertanyaan dijawab benar oleh responden maka diberi nilai 1, jika responden menjawab salah, tidak menjawab maupun tidak tahu maka diberi nilai 0. Masing-masing pertanyaan memiliki satu jawaban benar dengan total skor sebanyak 9 dari 9 pertanyaan tersebut.

a. Skor >6 : baik b. Skor 3-6 : cukup c. Skor <3 : kurang

4. Sikap tentang HIV/AIDS

Penilaian terhadap sikap remaja tentang HIV/AIDS dilakukan dengan mengajukan 12 pertanyaan yang memiliki 4 pilihan jawaban kepada responden dengan skoring 3 untuk jawaban yang paling benar kemudian mengalami penurunan hingga skoring 0 untuk jawaban yang salah. Total skoring yang diperoleh adalah 36 dari 12 pertanyaan tersebut.

a. Skor >24 : baik b. Skor 12-24 : cukup c. Skor <12 : kurang


(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu dengan menggunakan desain cross sectional untuk mengumpulkan data penelitian pada saat itu juga atau bersamaan. Dengan satu kali pengamatan pada rentang waktu tertentu, dapat mendeskripsikan sejauh mana tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah SMA Negeri 1 Medan, Jl. Teuku Cik Ditiro No. 1 Medan. Pemilihan tempat ini didukung oleh lokasinya yang berada di pusat kota dan lokasi sekolah yang disekitarnya banyak terdapat sarana hiburan. Waktu penelitian dilakukan pada semester 6 dan semester 7 yaitu antara bulan Maret hingga Oktober 2013. Waktu pengumpulan data pada bulan September hingga Oktober 2013.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi di sekolah SMA Negeri 1 Medan. Menurut Notoatmodjo (2005), perkiraan besar sampel pada penelitian ini diambil berdasakan rumus dibawah ini, dimana tingkat ketepatan relative 10% dengan jumlah populasi 1370 orang. Maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 96 orang.

N dimana : N = 1370 1 + N (d2) d = 0,1 1370

1 + 1370 (0,12) 1370

1+1370(0,01)

n =

n =

n =

N = Besar populasi

n = Besar sampel d = Tingkat kepercayaan/

ketepatan yang diinginkan


(34)

1370 1+13,7

1370 14,7 n = 93 → 96

Sampel pada penelitian akan diambil dengan menggunakan teknik

Stratified Random Sampling, dimana jumlah sampel yang diperoleh akan dibagi merata untuk setiap tingkatan secara proporsional yaitu:

a. Siswa-siswi SMA kelas X : 1/3 x 96 = 32 orang b. Siswa-siswi SMA kelas XI : 1/3 x 96 = 32 orang c. Siswa-siswi SMA kelas XII : 1/3 x 96 = 32 orang

4.4 Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapat langsung dari responden. Responden dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan yang menjadi sampel penelitian ini. Diberi kuesioner kepada responden yang akan dijawab oleh mereka untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap mereka terhadap HIV/AIDS. Data sekunder adalah data jumlah siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan yang didapatkan dari Tata Usaha sekolah.

4.4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan program statistik komputerisasi.

n =


(35)

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Variable No Total Pearson

Correlation Status Alpha status Pengetahuan 1

2 3 4 5 6 7 8 9 0.688 0.614 0.686 0.674 0.628 0.593 0.686 0.578 0.694 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

0.827 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel

Sikap 1

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 0.613 0.399 0.651 0.685 0.719 0.391 0.752 0.825 0.666 0.621 0.670 0.677 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

0.869 Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Pada penelitian ini, variabel pengetahuan dan sikap dianalisa secara deskriptif. Setelah data terkumpul dari angket berupa kuesioner maka dilakukan pengolahan data yang melalui tahapan sebagai berikut :

1. Editing yaitu memeriksa nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk.

2. Coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa.

3. Entry yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program statistik komputerisasi.

4. Cleaning yaitu memeriksa kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Hasil penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


(36)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

SMA Negeri 1 Medan didirikan pada tanggal 18 Agustus 1950 di jalan Teuku Umar No.1 Medan. Saat ini SMA Negeri 1 Medan terletak di jalan Cik Ditiro No.1 Medan. SMA ini memiliki kelas, perpustakaan, laboratorium biologi, laboratorium fisika, laboratorium kimia, laboratorium komputer, laboratorium bahasa, lapangan voli, lapangan basket, lapangan badminton, lapangan futsal, kantin dan Mesjid Ibnu Sina. Jumlah siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan pada tahun ajaran 2013/2014 adalah 1370 siswa, terdiri dari 588 siswa kelas X, 422 siswa kelas XI dan 360 siswa kelas XII.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Jumlah responden yang terpilih dalam penelitian ini adalah 96 siswa SMA Negeri 1 Medan, 32 siswa dari kelas X, 32 siswa dari kelas XI dan 32 siswa dari kelas XII.

Gambaran karakteristik responden yang diamati meliputi : kelas dan jenis kelamin. Data lengkap mengenai karakteristik kelas responden dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakterisktik Responden Berdasarkan Kelas

Kelas Jumlah %

1 32 33.3

2 32 33.3

3 32 33.3

Jumlah 96 100.0

Berdasarkan tabel 5.1, pada setiap kelas yaitu kelas 1, 2 dan 3 dibagi merata untuk setiap tingkatan secara proporsional yaitu 32 orang setiap kelas (33.3%).


(37)

Data lengkap mengenai distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-laki 35 36.5

Perempuan 61 63.5

Jumlah 96 100.0

Berdasarkan tabel 5.2, jenis kelamin kelompok terbesar adalah perempuan yaitu 61 orang (63.5%) dan terendah pada kelompok laki-laki yaitu 35 orang (36.5%).

5.1.3 Sumber Informasi Mengenai HIV/AIDS

Sumber informasi yang baik sangat penting untuk mendapat informasi yang benar sehingga dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang penyakit ini. Data lengkap mengenai distribusi frekuensi tentang sumber informasi penyakit HIV/AIDS dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tentang Sumber Informasi Penyakit HIV/AIDS

Sumber Informasi

HIV/AIDS Jumlah %

Televisi/Radio/Internet 15 15.6

Teman 18 18.8

Sekolah 28 29.2

Keluarga 35 36.5

Jumlah 96 100.0

Berdasarkan tabel 5.3, sumber informasi HIV/AIDS yang terbanyak adalah berasal dari keluarga yaitu sebanyak 35 orang (36.5%) kemudian diikuti oleh sekolah sebanyak 28 orang (29.2%).


(38)

5.1.4. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan dalam mencegah HIV/AIDS yang telah diuji dengan menggunakan kuesioner seperti pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Tingkat Pengetahuan Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Medan

Kategori f %

Baik 52 54.2

Cukup 30 31.3

Kurang 14 14.6

Jumlah 96 100.0

Dari tabel 5.4 tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan terbanyak pada kategori baik yaitu 52 orang (54.2%) diikuti kategori cukup sebanyak 30 orang (31.3%) dan kategori kurang sebanyak 14 orang (14.6%). Data lengkap mengenai distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Pengetahuan

No Pertanyaan

Jawaban Respondden

Benar Salah

f % f %

1 Pengertian HIV 73 76.0 23 24.0

2 Pengertian AIDS 75 78.1 21 21.9

3 Keberadaan virus HIV dalam tubuh manusia

72 75.0 24 25.0 4 Cara penularan HIV/AIDS 75 78.1 21 21.9 5 Cara yang tidak dapat menyebabkan

penularan HIV/AIDS

71 74.0 25 26.0 6 Waktu timbul gejala setelah

terinfeksi oleh virus HIV

75 78.1 21 21.9 7 Gejala HIV/AIDS 72 75.0 24 25.0 8 Kelihatan tahap awal penderita

HIV/AIDS

65 67.7 31 32.3 9 Tingkat penyembuhan penderita

HIV/AIDS


(39)

Berdasarkan tabel 5.5, pada pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar adalah pada nomor 2, 4, 6 dan 9 yaitu sebanyak 75 orang (78.1%) pada masing-masing pertanyaan. Sedangkan yang paling banyak menjawab salah adalah pada pertanyaan nomor 8 yaitu sebesar 31 orang (32.3%).

Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan kelas dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Kelas

Kelas

Tingkat Pengetahuan

Baik Cukup Kurang Total

f % f % f % f %

1 7 21.9 11 34.4 14 43.8 32 100.0

2 15 46.9 17 53.1 0 0 32 100.0

3 30 93.8 2 6.3 0 0 32 100.0

Total 52 54.2 30 31.3 14 14.6 96 100.0

Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan berdasarkan kelas yang dikategorikan baik yaitu pada kelas 3 yaitu sebesar 30 orang (93.8%) sedangkan tingkat pengetahuan yang dikategorikan cukup yaitu pada kelas 2 sebesar 17 orang (53.1%) dan kategori kurang paling banyak pada kelas 1 yaitu sebesar 14 orang (43.8%). Persentase ini dihitung berdasarkan jumlah masing-masing populasi.

Data lengkap distribusi hasil pengetahuan tentang pencegahan HIV/AIDS berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Tingkat Pengetahuan

Baik Cukup Kurang Total

f % f % f % f %

Laki-Laki 16 45.7 14 40.0 5 14.3 35 100.0 Perempuan 36 59.0 16 26.2 9 14.8 61 100.0

Total 52 54.2 30 31.3 14 14.6 96 100.0


(40)

Dari tabel 5.7, menunjukkan bahwa jumlah perempuan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 36 orang (59.0%) dan laki-laki yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 16 orang (45.7%). Tingkat pengetahuan yang dikategorikan cukup paling banyak pada perempuan yaitu sebesar 16 orang (26.2%), sedangkan laki-laki sebanyak 14 orang (40.0%). Seterusnya tingkat pengetahuan yang dikategorikan kurang paling banyak pada perempuan sebanyak 9 orang (14.8%) dan pada laki-laki yang mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 5 orang (14.3%). Persentase ini dihitung berdasarkan jumlah masing-masing populasi.

5.1.5 Sikap

Sikap siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan dalam mencegah HIV/AIDS yang telah diuji dengan kuesioner dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8 Sikap Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Medan

Kategori f %

Baik 53 55.2

Cukup 26 27.1

Kurang 17 17.7

Jumlah 96 100.0

Berdasarkan tabel 5.8, dapat diketahui bahwa sebanyak 53 orang (55.2%) siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan memiliki sikap dalam kategori baik, 26 orang (27.1%) dalam kategori cukup dan 17 orang (17.7%) dalam kategori kurang dalam mencegah HIV/AIDS.


(41)

Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada variabel sikap dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Sikap

No Pertanyaan

Jawaban Responden

SS S TS STS

f % f % f % f %

1 Bersedia untuk hidup dengan penderita HIV/AIDS di komunitas yang sama

29 30.2 42 43.8 24 25.0 1 1.0

2 Mendiskriminasi penderita HIV/AIDS

18 18.8 24 25.0 44 45.8 10 10.4 3 Penderita HIV/AIDS

boleh berkeja di tempat umum

55 57.3 24 25.0 8 8.3 9 9.4

4 Berteman dengan penderita HIV/AIDS

28 29.2 44 45.8 15 15.6 9 9.4 5 Penderita HIV/AIDS

boleh menggunakan toilet umum

28 29.2 42 43.8 18 18.8 8 8.3

6 Penderita HIV/AIDS didukung, diperlakukan dan dibantu

18 18.8 50 52.1 17 17.7 11 11.5

7 Penjualan kondom ditempat umum

20 20.8 26 27.1 42 43.8 8 8.3 8 Pendidikan seks diberikan

sejak SMA

45 46.9 28 29.2 7 7.3 16 16.7 9 Setuju terhadap pemakaian

narkoba

21 21.9 28 29.2 41 42.7 6 6.3 10 Hubungan seksual bebas 16 16.7 22 22.9 32 33.3 26 27.1 11 Membantu mendukung

promosi kesehatan masyarakat dalam mencegah HIV/AIDS

60 62.5 14 14.6 12 12.5 10 10.4

12 Program kesadaran HIV/AIDS dengan sasaran orang-orang muda

55 57.3 21 21.9 12 12.5 8 8.3


(42)

Dari tabel 5.9, terlihat bahwa pertanyaan sangat setuju yang paling banyak dijawab adalah pertanyaan no. 11 (membantu, mendukung promosi kesehatan masyarakat dalam mencegah HIV/AIDS) yaitu sebesar 60 orang (62.5%). Pertanyaan setuju paling banyak dijawab adalah pertanyaan no. 6 (penderita HIV/AIDS perlu didukung, diperlakukan dan dibantu) yaitu sebesar 50 orang (52.1), pertanyaan tidak setuju paling banyak dijawab pada pertanyaan no. 2 (mendiskriminasi penderita HIV/AIDS) yaitu sebesar 44 orang (45.8) dan pertanyaan sangat tidak setuju paling banyak dijawab pada pertanyaan no. 10 (hubungan seksual bebas) yaitu sebesar 26 orang (27.1).

Distribusi frekuensi hasil uji sikap berdasarkan kelas dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Sikap Berdasarkan Kelas

Kelas

Sikap

Baik Cukup Kurang Total

f % f % f % f %

1 10 31.3 8 25.0 14 43.8 32 100.0

2 12 37.5 17 53.1 3 9.4 32 100.0

3 31 96.9 1 3.1 0 0 32 100.0

Total 53 55.2 26 27.1 17 17.7 96 100.0

Dari tabel 5.10 dapat dilihat bahwa tingkat sikap berdasarkan kelas yang dikategorikan baik yaitu pada kelas 3 yaitu sebesar 31 orang (96.9%) sedangkan tingkat sikap yang dikategorikan cukup yaitu pada kelas 2 yaitu sebesar 17 orang (53.1%) dan kurang paling banyak pada kelas 1 yaitu sebesar 14 orang (43.8%). Persentase ini dihitung berdasarkan jumlah masing-masing populasi.


(43)

Distribusi frekuensi hasil uji sikap berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.11.

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Sikap Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis

Kelamin

Sikap

Baik Cukup Kurang Total

f % f % f % f %

Laki-Laki 17 48.6 11 31.4 7 20.0 35 100.0 Perempuan 36 59.0 15 24.6 10 16.4 61 100.0

Total 53 55.2 26 27.1 17 17.7 96 100.0

Tabel 5.11 menunjukkan bahwa perempuan memiliki sikap baik yaitu sebanyak 36 orang (59.0%) dan laki-laki sebanyak 17 orang (48.6%). Tingkat sikap yang dikategorikan cukup paling banyak pada perempuan yaitu sebesar 15 orang (24.6%), sedangkan laki-laki 11 orang (31.4%). Seterusnya tingkat sikap yang dikategorikan kurang paling banyak pada perempuan sebanyak 10 orang (16.4%) dan pada laki-laki 7 orang (20.0%). Persentase ini dihitung berdasarkan jumlah masing-masing populasi.


(44)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Tingkat Pengetahuan

Menurut Soanes (2001), pengetahuan merupakan informasi dan keterampilan yang diperoleh dari pengalaman atau pendidikan. Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui. Dalam penelitian ini tingkat pengetahuan responden tentang HIV/AIDS diukur dengan menggunakan kuesioner.

Berdasarkan tabel 5.4, tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan berada pada kategori baik yaitu sebanyak 52 orang (54.2%), hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Siti Muhannur (2006) tentang Gambaran Perilaku Remaja Tentang HIV/AIDS di SMU Negeri 3 Medan dimana tingkat pengetahuan siswa-siswi di SMU Negeri 3 Medan pada kategori baik yaitu sebesar 51 orang (53.1%).

Berdasarkan tabel 5.5, didapatkan 73 orang (76.0%) responden mengetahui pengertian tentang HIV, sebagian besar responden 75 orang (78.1%) mengetahui pengertian tentang AIDS, sebanyak 72 orang (75.0%) mengetahui keberadaan virus HIV dalam tubuh manusia, 75 orang (78.1%) mengetahui bagaimana cara penularan HIV/AIDS, 71 orang (74.0%) mengetahui cara yang tidak dapat menyebabkan penularan HIV/AIDS, 75 orang (78.1%) mengetahui kapan waktu timbul gejala setelah terinfeksi oleh virus HIV, 72 orang (75.0%) mengetahui tentang gejala HIV/AIDS, 65 orang (67.7%) mengetahui bagaimana kelihatan tahap awal penderita HIV/AIDS, dan sebanyak 75 orang (78.1%) mengetahui tingkat penyembuhan penderita HIV/AIDS. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengetahuan responden mengenai HIV/AIDS baik. Hal ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan Wijaya, dimana hasil penelitiannya 54.8% responden dikategorikan baik dalam hal pengetahuan dalam pencegahan HIV/AIDS (Wijaya, 2010).


(45)

Menurut Notoatmodjo (2005) untuk mengukur seseorang tahu tentang sesuatu dapat menyebutkan dan menyatakan mengenai hal tersebut sedangkan tingkat memahami adalah kemampuan mengingat dan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan dengan benar. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai HIV/AIDS meliputi pengertian, penularan, pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS.

Dari hasil penelitian berdasarkan tabel 5.3, terlihat bahwa responden mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi lebih banyak berasal dari keluarga yaitu sebanyak 35 orang (36.5%) dimana keluarga memiliki peranan yang besar dalam memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja kemudian diikuti oleh sekolah sebanyak 28 orang (29.2%). Dari hasil penelitian bisa juga dikatakan bahwa SMA Negeri 1 Medan menyediakan fasilitas yang dapat mendukung atau mempermudah responden dalam mengakses segala informasi mengenai HIV/AIDS, contohnya tersedianya perpustakaan sekolah, laboratorium komputer atau internet sehingga memungkinkan para siswa untuk memperoleh informasi mengenai HIV/AIDS.

Dari hasil penelitian berdasarkan tabel 5.6, diperoleh bahwa tingkat pengetahuan berdasarkan kelas yang dikategorikan baik yaitu pada kelas 3 yaitu sebesar 30 orang (93.8%) sedangkan tingkat pengetahuan yang dikategorikan cukup yaitu pada kelas 2 sebesar 17 orang (53.1%) dan tingkat pengetahuan yang dikategorikan kurang paling banyak pada kelas 1 yaitu sebesar 14 orang (43.8%). Dapat disimpulkan bahwa responden yang berada pada kelas XII(3) memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan kelas XI(2) dan X(1). Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara pendidikan seseorang dengan tingkat pengetahuannya. Dari hasil penelitian Prihyugiarto (2008), faktor lain yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang HIV/AIDS adalah tingkat pendidikan. Dikatakan bahwa pada kelompok yang berpendidikan tinggi akan memberikan tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok dengan pendidikan rendah. Dengan kata lain, pengetahuan anak pada kelas 3 lebih tinggi dibandingkan kelas 1 dan kelas 2 dikarenakan pada anak kelas 3, mereka sudah mendapatkan pelajaran tentang


(46)

kesehatan reproduksi remaja lebih dulu dibandingkan kelas 1 dan kelas 2 sehingga pengetahuan pada anak kelas 3 lebih baik daripada pengetahuan anak kelas 1 dan kelas 2.

Berdasarkan tabel 5.7, distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa jumlah perempuan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 36 orang (59.0%) dan laki-laki yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 16 orang (45.7%). Tingkat pengetahuan yang dikategorikan cukup paling banyak pada perempuan yaitu sebesar 16 orang (26.2%), sedangkan laki-laki sebanyak 14 orang (40.0%). Seterusnya tingkat pengetahuan yang dikategorikan kurang paling banyak pada perempuan sebanyak 9 orang (14.8%) dan pada laki-laki yang mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 5 orang (14.3%). Tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin dapat dikatakan bahwa tingkat pengetahuan perempuan lebih baik dibandingkan dengan laki-laki. Ini mungkin terjadi karena perempuan lebih terbuka dalam menerima informasi sehingga pengetahuan mereka lebih baik daripada laki-laki yang terkesan lebih tertutup dalam menerima informasi. Dan juga disebabkan karena jumlah siswi perempuan di SMA Negeri 1 Medan lebih banyak daripada jumlah siswa yang berkelamin laki-laki.

5.2.2. Sikap

Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa tingkat sikap siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan tentang pencegahan HIV/AIDS berada dalam kategori baik yaitu sebesar 53 orang (55.2%). Hal ini sesuai karena pengetahuan akan suatu objek atau stimulus memegang peranan penting dalam penentuan sikap (Notoadmojo, 2007).

Berdasarkan hasil analisis tingkat sikap siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan tentang HIV/AIDS dan tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS berada dalam kategori baik. Menurut Rahayuningsih (2008) selain faktor pengetahuan, pengalaman pribadi, kebudayaan, dan faktor emosional dapat mempengaruhi sikap seseorang sehingga dapat meningkatkan tingkat sikap.


(47)

Berdasarkan tabel 5.9, distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel sikap terlihat bahwa pertanyaan sangat setuju yang paling banyak dijawab adalah pertanyaan no. 11 (membantu mendukung promosi kesehatan masyarakat dalam mencegah HIV/AIDS) yaitu sebesar 60 orang (62.5%), pertanyaan setuju paling banyak dijawab pada pertanyaan no. 6 (penderita HIV/AIDS didukung, diperlakukan dan dibantu) yaitu sebesar 50 orang (52.1%), pertanyaan tidak setuju paling banyak dijawab pada pertanyaan no. 2 (mendiskriminasi penderita HIV/AIDS) yaitu sebesar 44 orang (45.8%) dan pertanyaan sangat tidak setuju paling banyak dijawab pada pertanyaan no. 10 (hubungan seksual bebas) yaitu sebesar 26 orang (27.1%).

Dimana menurut Rahayuningsih (2008), pemahaman ataupun pengetahuan baik dan buruk, salah atau benarnya suatu hal akan menentukan

sistem kepercayaan seseorang sehingga akan berpengaruh dalam penentuan sikap seseorang.

Berdasarkan tabel 5.10, distribusi frekuensi sikap berdasarkan kelas yang dikategorikan baik yaitu pada kelas 3 yaitu sebesar 31 orang (96.9%) sedangkan tingkat sikap yang dikategorikan cukup yaitu pada kelas 2 yaitu sebesar 17 orang (53.1%) dan kategori kurang paling banyak pada kelas 1 yaitu sebesar 14 orang (43.8%).

Berdasarkan tabel 5.11, hasil analisis data distribusi frekuensi sikap berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa perempuan memiliki tingkatan sikap yang baik dibandingkan laki-laki yaitu sebanyak 36 orang (59.0%). Hal ini dikarenakan perempuan lebih cenderung mentaati aturan normatif yang berlaku di masyarakat dibandingkan laki-laki sehingga perempuan cenderung mencari rasa aman dengan lebih banyak bertanya dan berhati-hati dalam bertindak (Desilianty Sari, 2011).

Hal ini sesuai dengan hasil pengetahuan dan sikap adalah sejalan dimana menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang diperoleh subjek selanjutnya akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang telah diketahuinya. Maka bisa disimpulkan bahwa pengetahuan yang diperoleh dari para responden berada pada kategori baik dan memiliki sikap yang baik juga.


(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan tentang HIV/AIDS berada dalam kategori baik yaitu sebanyak 52 orang (54.2%).

2. Tingkat pengetahuan berdasarkan kelas yang dikategorikan baik yaitu pada kelas 3 sebesar 30 orang (93.8%).

3. Tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa perempuan memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan laki-laki yaitu sebanyak 36 orang (59.0%).

4. Sumber informasi siswa-siswi SMA Negeri I Medan mengenai penyakit HIV/AIDS yang terbanyak adalah berasal dari keluarga yaitu sebanyak 35 orang (36.5%) kemudian diikuti oleh sekolah sebanyak 28 orang (29.2%). 5. Tingkat sikap siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan tentang HIV/AIDS berada

dalam kategori baik yaitu sebanyak 53 orang (55.2%).

6. Tingkat sikap berdasarkan kelas yang dikategorikan baik yaitu pada kelas 3 yaitu sebesar 31 orang (96.9%).

7. Tingkat sikap berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa perempuan memiliki sikap yang lebih baik dibandingkan laki-laki yaitu sebanyak 36 orang (59.0%).

6.2 Saran

1. Bagi siswa-siswi SMA Negeri 1 Medan diharapkan agar tetap mencari informasi untuk memperluas pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS sehingga dapat mencegah diri untuk tertular penyakit ini. Dan


(49)

ekstrakurikuler sekolah seperti pramuka, PMR, OSIS serta kegiatan positif lainnya agar tidak mudah terlibat dalam pergaulan bebas.

2. Bagi pendidik di sekolah dapat lebih memperhatikan pendidikan kesehatan siswa-siswi dan tetap memberikan informasi mengenai HIV/AIDS yang diperlukan oleh siswa-siswi.

3. Bagi pihak sekolah agar lebih meningkatkan lagi cara penyampaian materi tentang HIV/AIDS kepada para siswa, misalnya dengan cara memutarkan video tentang kasus HIV/AIDS yang terjadi pada remaja serta akibat yang ditimbulkan, memasang gambar atau poster tentang HIV/AIDS di lingkungan sekolah dan dapat memberikan program promosi kesehatan melalui ceramah, seminar maupun ilmu pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja yang dapat dimasukkan dalam mata pelajaran sekolah untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa-siswi terutama mengenai HIV/AIDS.

4. Bagi pihak orang tua agar dapat memberikan informasi mengenai penyakit HIV/AIDS, khususnya cara penularan dan pencegahan. Upaya ini berguna untuk mencegah remaja dari penularan penyakit HIV/AIDS.

5. Bagi petugas kesehatan ataupun puskesmas setempat dapat membantu pihak sekolah untuk memberikan informasi yang benar mengenai HIV/AIDS dengan membentuk UKS.

6. Bagi peneliti, diharapkan agar penelitian selanjutnya dapat lebih memperluas variabel-variabel lainnya, misalnya pengetahuan, sikap dan tindakan.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Australian Government’s overseas aid program (AusAID), 2006. Epidemiological model for HIV transmission. Impacts of HIV/AIDS 2005-2025 in Papua New Guinea, Indonesia and East Timor, 10-15.

AVERT, 2011. What is AIDS. Available from: http://www.avert.org/aids.htm. [Accessed 18 March 2013]

Centers for Disease Control and Prevention, 2006. HIV/AIDS Basics. Available from: http://www.cdc.gov/hiv/resources/qa/definitions.htm. [Accessed 2 April 2013]

Depkes RI. 2006. Situasi HIV-AIDS di Indonesia Tahun 1987-2006. Depkes RI. Jakarta. http://www.depkes.go.id/download/publikasi/Situasi HIV-AIDS 2006.pdf

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia Dilapor s/d Desember 2010, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan.

Dhamayanti, Meyita, 2009. A Controversy on Immunization on Adolescents.

Majalah Kedokteran Indonesia, Volume: 59, Nomor: 6, Juni 2009

Djoerban Z, Djauzi S. HIV/AIDS di Indonesia. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi 4. Jakarta : Balai Penerbit FK-UI ; 2006. h. 1825-29.

Fauci, S.A. & Lane, C.H., 2008. Human Immunodefeficiency Virus Disease: AIDS and Related Disorders. In: Fauci, S.A., Braunwald, E., Kasper, L.D., Hauser, L.S., Longo, L.D., Jameson, L.J. & Loscatzo, J., Harrison’s Principles of Internal Medicine, USA: The McGraw-Hill Companies, 1164-1169.

Fauzan, F. & Sirait, B.A., 2002. Pendidikan seks bagi remaja. Cerita Remaja Indonesia. Diperoleh dari: http://ceria.bkkbn.go.id/ referensi/substansi/detail/174.[Diakses pada 2 April 2013]

Finch, R.G., Moss, P., Jeffries, D.J., & Anderson, J., 2007. Infectious diseases, tropical medicine and sexually transmitted diseases. In: Kumar, P. &Clark, M., Clinical Medicine. Philadelphia: Elsevier, 129-133.

Hastuti, dr. Endang Budi., Waluyo, dr. Dyah Agustina., Rasjid, dr. Ainor, dkk. 2011. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada orang Dewasa dan Remaja 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.


(51)

Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS), 2000. Preventions : daunting challenges ahead. Repost on the global HIV/AIDS epidemic, 55-76.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Laporan Triwulan Situasi Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sampai dengan 30 September 2010. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Kesrepro. 2007. Kasus HIV/AIDS di Indonesia terus meningkat. Maret 18, 2013.

Komisi Penanggulangan AIDS, 2007. Gambaran Kasus AIDS di Sumatera Utara s/dApril 2009. Diperoleh dari: http://kpaprovsu.org/datakasus.p. hp.[Diakses pada 20 Maret 2013]

Komisi Penganggulangan AIDS. 2011. Pencegahan HIV. April 7, 2013.

Komunitas AIDS Indonesia, 2010. Informasi Dasar. Diperoleh dari: http://aidsina.org/modules.php?name=FAQ&myfaq=yes&id_cat=1&

categories=HIV-AIDS. [Diakses pada 7 April 2013]

Lawrence W. Green dan Marshall W. Kreuter, 2005. Health Program Planning an Educational and Ecological Approach, Rolling School of Public Health of Emory University

MacCann, J.A.S., 2008. Blood Tests. In: Catagnus, J.M. & Hager, L., Deciphering

diagnostic tests. USA: Lippincott Williams & Wilkins, 215 216.

Mei, Tay Chiu. 2007. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pelajar SMA Negeri dan Swasta Tentang HIV/AIDS di Kota Medan tahun 2010. Diperoleh dari : Maret 2013]

Muhannur, Siti.2006.Gambaran Perilaku Remaja Tentang HIV/AIDS di SMU

Negeri 13 Medan Tahun 2006. Diperoleh dari :

repository.usu.ac.id/handle/123456789/14749 [Diakses pada 20 Maret 2013]

Notoadmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta, 40-60

Notoadmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Dalam : Notoadmodjo,S. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta : Rineka Cipta, 143-149


(52)

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta

Prihyugiarto, T.Y., 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Terhadap Perilaku Seks Pranikah pada Remaja di Indonesia. Dalam : Jurnal Ilmiah Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi II (2). Diperoleh dari :

www.bkkbn.go.id/Webs/DetailJurnalLitbang.php [Diakses pada 20 Oktober 2013]

Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan RI Jakarta 2006.

Rahayuningsih, S.U., 2008. Sikap (Attitude). Diperoleh dari : http://nurul_q.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/9095/bab1 sikap-1.pdf[Diakses pada 21 Oktober 2013]

Sari, Desilianty., 2011. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku mengenai HIV/AIDS Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter

Universitas Tanjung Pura. Diperoleh dari :

jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/article/1759/1700 [Diakses pada 25 Oktober 2013]

Soanes, C., 2001. Oxford Dictionary of Current English, 3rded. Oxford: Oxford University Press, 502.

United Nations Population Fund, 2000. Kesehatan Reproduksi Remaja: Membangun Perubahan yang Bermakna, 1-5.

United Nations Population Fund, 2005. Analisis Situasi Kesehatan Reproduksi.

Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia, 33-46.

VCT Pusyansus, 2012 ; Rekam Medik, RSUP H. Adam Malik, Medan.

Weber, J., 2001. The pathogenesis of HIV-1 infection. The changing face of HIV and AIDS, 61-71.

Widoyono, 2008. HIV-AIDS. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan danPemberantasannya. Jakarta : Penerbit Erlangga. 83-90.


(53)

Lampiran 1

RIWAYAT HIDUP

Nama : Reiza Freidhea Suhud

Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 22 Maret 1991

Agama : Islam

Alamat : Jl. Gatot Subroto Km.7 Depan Kodam Komplek BPPV No. 9 Medan

Riwayat Pendidikan :

1. TK Harapan 1 Medan (1995 - 1997) 2. SD Harapan 1 Medan (1997 - 2003) 3. SMP Harapan 1 Medan (2003 - 2006) 4. SMA Negeri 1 Medan (2006 - 2009) 5. Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara (2010 - sekarang) Riwayat Organisasi :

1. Panitia PMB FK USU 2013 sebagai Kakak Asuh

2. Anggota HOPH (Humanity of Public Health)


(54)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN SUBYEK PENELITIAN

Saya Reiza Freidhea Suhud, mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan mengadakan penelitian yang berjudul “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 1 MEDAN Tahun 2013”. Saya mengikut sertakan saudara/i dalam penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja SMA Negeri 1 Medan tentang HIV/AIDS.

Hasil penelitan ini akan bermanfaat bagi petugas kesehatan dan para pendidik di sekolah untuk meningkatkan program pendidikan yang berkaitan dengan HIV/AIDS.

Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini adalah sukarela. Identitas saudara/i dalam penelitian ini akan disamarkan. Kerahasiaan identitas saudara/i akan dijamin sepenuhnya.

Saya mengucapkan terima kasih atas bantuan, partisipasi dan kesedian waktu saudara/i sekalian dalam penelitian ini.

Peneliti,


(55)

Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

( Informed Consent )

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Kelas :

Alamat :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

Medan, 2013

Peneliti Peserta penelitian,


(56)

Lampiran 4

KUESIONER PENELITIAN

ISILAH JAWABAN ANDA PADA LEMBARAN YANG TELAH TERSEDIA.

I. IDENTITAS RESPONDEN

II.

No. Responden : ... (diisi oleh peneliti)

1. Umur : ... tahun

2. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan 3. Duduk di kelas :

4. Sumber Informasi tentang HIV/AIDS (Pilih satu saja jawaban yang benar) :

a. Tv/Radio/Internet b. Teman

c. Keluarga d. Sekolah (guru)

Pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS 1. Apakah yang dimaksud dengan HIV ?

a. Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia b. Virus yang menyerang alat kelamin seseorang

c. Bakteri yang menyerang kekebalan tubuh manusia d. Virus yang menyerang semua jenis sel di tubuh manusia 2. Apakah yang dimaksud dengan AIDS ?

a. Virus yang menyebabkan terjadinya HIV b. Kumpulan berbagai gejala dan infeksi c. Kumpulan penyakit alat kelamin d. Kumpulan penyakit imun

3. HIV terdapat pada tubuh manusia seperti dibawah ini, KECUALI : a. Sekresi vagina dan semen

b. Keringat c. Darah d. Air susu ibu

4. Bagaimana cara penularan HIV ?


(57)

b. Gigitan nyamuk

c. Berpelukan dengan penderita HIV/AIDS d. Kontak seksual dengan penderita HIV/AIDS

5. HIV tidak ditularkan melalui :

a. Kontak seksual dengan penderita HIV/AIDS b. Mendonorkan darah

c. Bergaul sehari-hari dengan penderita HIV/AIDS d. Melakukan seks bebas

6. Kapan gejala HIV/AIDS timbul setelah seseorang terinfeksi oleh HIV ? a. Setelah 1 mingggu

b. Setelah 1 tahun c. Setelah 10 tahun

d. Benar semua jawaban diatas

7. Dibawah ini merupakan gejala yang terdapat pada penderita HIV/AIDS, KECUALI :

a. Berat badan menurun lebih dari 1 bulan b. Demam lebih dari 1 bulan

c. Kejang

d. Penurunan kesadaran

8. Pada tahap awal seseorang yang telah terinfeksi HIV akan terlihat : a. Sehat

b. Lemah c. Hiperaktif d. Tidak sadar

9. Bagaimanakah pengetahuan saudara tentang pengobatan HIV/AIDS ? a. Penderita HIV/AIDS tidak harus memakan obat seumur hidup b. Sampai sekarang belum ada pengobatan untuk HIV/AIDS c. Hasil pengobatan akan jauh lebh baik bila HIV diberikan pada

pengidap HIV stadium dini


(58)

Sikap remaja terhadap HIV/AIDS

BERILAH TANDA () PADA KOLOM JAWABAN

SS (SANGAT SETUJU) ; S (SETUJU) ; TS (TIDAK SETUJU) ;

STS (SANGAT TIDAK SETUJU)

No. Pertanyaan SS S TS STS

1. Apakah anda bersedia untuk hidup dengan penderita HIV/AIDS di komunitas yang sama?

2. Apakah anda setuju untuk mendiskriminasi penderita HIV/AIDS?

3. Apakah anda setuju bila penderita HIV/AIDS bekerja di tempat umum? 4. Apakah anda bersedia untuk berteman

dengan penderita HIV/AIDS? 5. Apakah anda setuju penderita

HIV/AIDS boleh menggunakan toilet umum?

6. Apakah anda setuju penderita HIV/AIDS perlu didukung, diperlakukan dan dibantu?

7. Apakah anda setuju dengan penjualan kondom ditempat umum?

8. Apakah anda setuju pendidikan seks diberikan sejak SMA?

9. Apakah anda setuju dengan pemakaian narkoba?

10. Apakah anda setuju dengan seks bebas?

11. Apakah anda setuju dalam membantu mendukung promosi kesehatan masyarakat dalam mencegah HIV/AIDS?

12. Apa pendapat anda tentang program kesadaran HIV/AIDS dengan sasaran orang-orang muda?


(59)

Lampiran 5

Master Data

Data Hasil Uji Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang HIV/AIDS di SMA Negeri I Medan Tahun 2013

Nama JK Kelas S.info P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Pt Kategori

A01 L X tmn 1 0 1 1 1 1 1 0 0 6 Cukup

A02 L X tmn 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 Kurang

A03 L X klg 1 0 1 1 1 1 1 0 0 6 Cukup

A04 P X klg 0 1 0 0 0 0 0 1 0 2 Kurang

A05 P X klg 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 Kurang

A06 P X tmn 1 1 0 1 0 1 1 1 1 7 Baik

A07 L X klg 0 0 1 0 1 1 0 0 0 3 Cukup

A08 L X tmn 0 1 0 1 0 0 0 0 0 2 Kurang

A09 P X tmn 1 1 1 1 1 0 1 0 1 7 Baik

A10 P X klg 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 Kurang

A11 P X klg 1 0 1 1 0 0 1 1 1 6 Cukup

A12 L X sklh 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2 Kurang

A13 L X klg 1 1 0 1 0 1 1 1 0 6 Cukup

A14 L X tmn 1 0 0 0 0 0 1 0 0 2 Kurang

A15 P X sklh 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 Baik

A16 P X sklh 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 Kurang

A17 L X sklh 1 1 0 1 0 0 1 1 1 6 Cukup

A18 P X tmn 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 Baik

A19 L X tmn 1 1 0 1 0 1 0 0 1 5 Cukup

A20 L X klg 0 0 1 0 1 0 0 0 0 2 Kurang

A21 L X sklh 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 Baik

A22 L X klg 1 1 0 1 0 1 1 1 0 6 Cukup

A23 P X tv 0 0 0 0 0 1 0 0 1 2 Kurang

A24 P X klg 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 Baik

A25 P X sklh 0 1 1 1 1 0 0 1 1 6 Cukup

A26 L X tv 1 0 0 1 1 0 1 1 1 6 Cukup

A27 P X klg 0 1 0 0 1 0 0 0 0 2 Kurang

A28 P X klg 1 0 1 1 1 0 1 0 1 6 Cukup

A29 P X klg 0 0 1 0 1 0 0 0 0 2 Kurang

A30 P X tv 1 0 0 0 0 1 0 0 0 2 Kurang

A31 P X klg 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 Kurang

A32 P X sklh 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

A33 L XI tmn 1 1 1 0 0 1 0 1 1 6 Cukup

A34 P XI klg 0 1 1 0 1 1 1 0 1 6 Cukup

A35 P XI klg 1 1 0 1 0 0 0 1 1 5 Cukup

A36 L XI sklh 0 1 0 1 1 1 1 0 1 6 Cukup

A37 P XI klg 0 0 1 1 1 0 1 1 1 6 Cukup

A38 P XI klg 1 0 1 0 1 1 1 0 1 6 Cukup

A39 P XI klg 1 1 0 1 1 1 1 0 0 6 Cukup

A40 P XI tv 0 1 1 1 0 1 1 0 1 6 Cukup

A41 L XI sklh 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 Baik

A42 P XI sklh 1 0 1 1 1 1 1 0 1 7 Baik

A43 P XI tmm 0 1 1 0 1 1 0 1 1 6 Cukup

A44 P XI tv 0 1 1 1 1 0 1 0 1 6 Cukup

A45 P XI sklh 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik

A46 P XI sklh 1 0 1 1 1 0 0 1 1 6 Cukup

A47 P XI tm 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Baik

A48 P XI sklh 1 1 1 1 1 1 0 0 0 6 Cukup

A49 P XI sklh 1 1 0 0 0 1 1 1 1 6 Cukup


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)