Analisis Rasio Keuangan dengan Metode Altman Z-Score Untuk Mengukur Kebangkrutan Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

(1)

SKRIPSI

ANALISIS RASIO KEUANGAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE UNTUK MENGUKUR KEBANGKRUTAN

PERUSAHAAN FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh :

PRATIWI MANSYUR 100522143

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

MEDAN 2013


(2)

ABSTRAK

ANALISIS RASIO KEUANGAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE UNTUK MENGUKUR KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebangkrutan perusahaan dengan metode Altman Z-Score pada Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Nilai Z-Score sebagai variabel independen dan Tingkat Kebangkrutan Perusahaan sebagai variabel dependen. Dimana Nilai Z-Score diukur dengan Rasio yang ditemukan oleh Altman yang terdiri dari 5 (lima) rasio yaitu Working Capital to Total Assets Ratio (X1), Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2), Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio (X3), Market Value Eguity to Book Value of Total Debt Ratio (X4), Sales to Total Assets Ratio (X5).

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan teknik penentuan sampel secara purposive sampling dan diperoleh sebanyak 8 (delapan) perusahaan yang akan menjadi objek penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan melalui situs www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Data diambil dari laporan tahunan Perusahaan Farmasi yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 4 (empat) tahun periode 2009 sampai dengan 2012.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Metode Altman Z-Score tersebut dapat diimplementasikan dalam mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan Kontruksi Bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode Altman Z-Score tersebut mampu mengelompokkan perusahaan farmasi pada 3 (tiga) kategori, yaitu tidak bangkrut, rawan bangkrut dan bangkrut. Penilaian terhadap 8 (delapan) perusahaan kontruksi bangunan dengan menggunakan metode Altman Z-Score menunjukkan 25 % atau 2 perusahaan dikategori rawan bangkrut pada tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012. Sedangkan 75% atau 6 perusahaan pada tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012 dikategori perusahaan tidak bangkrut dan 0% atau tidak ada perusahaan yang dikategorikan bangkrut.


(3)

ABSTRACT

FINANCIAL RATIO ANALYSIS METHOD ALTMAN Z-SCORE FOR MEASURING THE BANKRUPTCY LISTED COMPANY IN INDONESIA

STOCK EXCHANGE (IDX)

This study aims to determine the level of corporate bankruptcy with the Altman Z -Score on Pharmaceutical Companies listed on the Indonesia Stock Exchange Period 2009-2012. Variables used in this study is the Total Value Z -Score as an independent variable and Corporate Bankruptcy rate as the dependent variable. Where the Z -Score value is measured by the ratio found by Altman consisting of 5 ( five ) Working Capital ratios to Total Assets Ratio ( X1 ), Retained Earnings to Total Assets Ratio ( X2 ), Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio ( X3 ), Eguity Market Value to Book Value of Total Debt Ratio ( X4 ), Sales to Total Assets Ratio ( X5 ).

The method used is the purposive sampling technique for sampling and gained as much as 8 ( eight ) companies that will be the object of research. The data used in this study are the financial statements of each of the sample companies are published through the site www.idx.co.id and Indonesian Capital Market Directory ( ICMD ). Data taken from annual reports Pharmaceutical Companies that went public and was listed on the Indonesia Stock Exchange during the four (4 ) year period of 2009 to 2012.

Results of this study indicate that the Altman Z -Score can be implemented in detecting the possibility of bankruptcy in Building Construction company listed in Indonesia Stock Exchange. Altman Z -Score method is able to classify pharmaceutical company in three ( 3 ) categories, which is not bankrupt , insolvent and bankrupt -prone. Assessment of 8 ( eight ) building construction company by using the Altman Z -Score showed 25% or 2 company categorized prone bankrupt in 2009, 2010, 2011 and 2012. While 75% or 6 companies in 2009, 2010, 2011 and 2012 are categorized company is not bankrupt and 0% or no company categorized bankrupt.


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, berkah dan karunia-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Rasio Keuangan dengan Metode Altman Z-Score Untuk Mengukur Kebangkrutan Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih ada kelemahan baik dari segi penulisan, tata bahasa maupun bentuk ilmiah. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang bermanfaat untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada yang tercinta Ayahanda Drs. Mansyurman M.Kes dan Ibunda Almh. Elvina dan semua pihak yang telah membantu saya sebagai penulis dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak. Selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera utara.

2. Bapak Drs. Syafrudin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, Selaku Ketua


(5)

Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak, Selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M. Si, Ak, Selaku Ketua Program Studi S1

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, Selaku Sekretaris Jurusan Program S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Yeti Melani Lubis,M.Si,Ak, selaku Dosen Pembimbing.

5. Bapak Drs. Irwan Djanahar, MAFIS, Ak. selaku Dosen Pembaca.

6. Keluarga penulis yang telah memberikan doa dan dorongan moril dan

materil, Adinda Fazri Dinata, Shasa Hafizha dan Dinda Yunisha. Seluruh teman – teman Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi Ekstensi 2010.

Semoga Allah Swt, senantiasa memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan yang telah diberikan. Amin-amin ya Rabbal Alamin.

Medan, 8 Oktober 2013 Penulis

Pratiwi Mansyur NIM. 100522143


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 8

2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan ... 8

2.1.2 Analisis Laporan Keuangan ... 11

2.1.3 Tujuan Laporan Keuangan ... 14

2.1.4 Analisis Rasio Keuangan ... 16

2.1.4.1 Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan ... 18

2.1.5 Kebangkrutan Perusahaan ... 19

2.1.5.1 Pengertian Kebangkrutan Perusahaan ... 19

2.1.5.2 Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan ... 23

2.1.6 Metode Altman ... 25

2.1.6.1 Model Z-Score Pertama (Z-Score) ... 25

2.1.6.2 Model Z-Score Revisi (Z’-Score) ... 27

2.1.6.3 Model Z-Score Modifikasi (Z”-Score) ... 30

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 31

2.3 Kerangka Konseptual ... 33

2.4 Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 39

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 39


(7)

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 42

3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 42

3.5.1 Defenisi Operasional ... 42

3.5.2 Pengklasifikasian Variabel ... 44

3.5.2.1 Variabel Bebas (Independent Variabel) ... 44

3.5.2.2 Variabel Terikat (Dependent Variabel) ... 44

3.6 Metode Analisis Data ... 44

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 45

3.6.1.1 Uji Normalitas ... 45

3.6.1.2 Uji Autokorelasi ... 46

3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 46

3.7 Pengujian Hipotesis ... 47

3.7.1 Analisis Regresi Berganda ... 47

3.7.2 Uji t (t-test) ... 48

3.7.3 Uji F (F-test) ... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Data Penelitian... ... 50

4.2 Analisis Rasio Metode Altman Z-Score ... ... 51

4.2.1 Working Capital to Total Assets ... 51

4.2.2 Retained Earning to Total Assets ... 52

4.2.3 Earnings Before Interest and Tax to Total Assets ... 53

4.2.4 Book Value of Equity to Total Debt ... 54

4.2.5 Sales to Total Assets... ... 55

4.3 Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia Tahun 2009 – 2012 Metode Altman.... 55

4.4 Analisis dan Hasil Penelitian ... ... 57

4.4.1 Analisis Statistik Deskriptif ... ... 57

4.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 59

4.5 Pengujian Hipotesis ... 69

4.5.1 Uji t (t-test) ... 70

4.5.2 Uji F (F-test) ... 75

4.6 Pembahasan Penelitian ... 76

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 78

5.2 Keterbatasan ... 79

5.2 Saran ... 79


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu... 32

Tabel 3.1 Daftar Populasi Perusahaan... 40

Tabel 3.2 Daftar Sampel Perusahaan... 41

Tabel 3.3 Ringkasan Definisi Oprasional... 42

Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan Farmasi... 50

Tabel 4.2 Working Capital To Total Assets... 51

Tabel 4.3 Retained Earnings To Total Assets... 52

Tabel 4.4 Earnings Before Interst and Tax To Total Assets... 53

Tabel 4.5 Book Value Of Equity to Total Liability... 54

Tabel 4.6 Sales To Total Assets... 55

Tabel 4.7 Nilai Z-score... 56

Tabel 4.8 Statistik Deskriptif ... 57

Tabel 4.9 Uji Kolmogrov Smirnov... 62

Tabel 4.10 Hasil Uji Durbin – Watson... 65

Tabel 4.11 Koefisien Regresi... 66

Tabel 4.12 Adjusted �2... 69

Tabel 4.13 Uji Statistik T... 71


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual... 34

Gambar 4.1 Histogram... 60

Gambar 4.2 Grafik P-Plot... 60


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran i Working Capital To Total Assets... 83

Lampiran ii Retained Earnings To Total Assets... 83

Lampiran iii Earnings Before Interst and Tax To Total Assets.. 83

Lampiran iv Book Value Of Equity to Total Liability... 84

Lampiran v Sales To Total Assets... 85

Lampiran vi Nilai Z-score... 86

Lampiran vii Statistik Deskriptif... 87

Lampiran viii Histogram... 88

Lampiran ix Grafik P-plot ... 88

Lampiran x Scaterplot... 88

Lampiran xi Uji Kolmogrov Smirnov... 89

Lampiran xii Hasil Uji Durbin – Watson... 90

Lampiran xiii Koefisien Regresi... 90

Lampiran xiv Adjusted �2... 91

Lampiran xv Uji Statistik T... 91


(11)

ABSTRAK

ANALISIS RASIO KEUANGAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE UNTUK MENGUKUR KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebangkrutan perusahaan dengan metode Altman Z-Score pada Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Nilai Z-Score sebagai variabel independen dan Tingkat Kebangkrutan Perusahaan sebagai variabel dependen. Dimana Nilai Z-Score diukur dengan Rasio yang ditemukan oleh Altman yang terdiri dari 5 (lima) rasio yaitu Working Capital to Total Assets Ratio (X1), Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2), Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio (X3), Market Value Eguity to Book Value of Total Debt Ratio (X4), Sales to Total Assets Ratio (X5).

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan teknik penentuan sampel secara purposive sampling dan diperoleh sebanyak 8 (delapan) perusahaan yang akan menjadi objek penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan melalui situs www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Data diambil dari laporan tahunan Perusahaan Farmasi yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 4 (empat) tahun periode 2009 sampai dengan 2012.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Metode Altman Z-Score tersebut dapat diimplementasikan dalam mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan Kontruksi Bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode Altman Z-Score tersebut mampu mengelompokkan perusahaan farmasi pada 3 (tiga) kategori, yaitu tidak bangkrut, rawan bangkrut dan bangkrut. Penilaian terhadap 8 (delapan) perusahaan kontruksi bangunan dengan menggunakan metode Altman Z-Score menunjukkan 25 % atau 2 perusahaan dikategori rawan bangkrut pada tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012. Sedangkan 75% atau 6 perusahaan pada tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012 dikategori perusahaan tidak bangkrut dan 0% atau tidak ada perusahaan yang dikategorikan bangkrut.


(12)

ABSTRACT

FINANCIAL RATIO ANALYSIS METHOD ALTMAN Z-SCORE FOR MEASURING THE BANKRUPTCY LISTED COMPANY IN INDONESIA

STOCK EXCHANGE (IDX)

This study aims to determine the level of corporate bankruptcy with the Altman Z -Score on Pharmaceutical Companies listed on the Indonesia Stock Exchange Period 2009-2012. Variables used in this study is the Total Value Z -Score as an independent variable and Corporate Bankruptcy rate as the dependent variable. Where the Z -Score value is measured by the ratio found by Altman consisting of 5 ( five ) Working Capital ratios to Total Assets Ratio ( X1 ), Retained Earnings to Total Assets Ratio ( X2 ), Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio ( X3 ), Eguity Market Value to Book Value of Total Debt Ratio ( X4 ), Sales to Total Assets Ratio ( X5 ).

The method used is the purposive sampling technique for sampling and gained as much as 8 ( eight ) companies that will be the object of research. The data used in this study are the financial statements of each of the sample companies are published through the site www.idx.co.id and Indonesian Capital Market Directory ( ICMD ). Data taken from annual reports Pharmaceutical Companies that went public and was listed on the Indonesia Stock Exchange during the four (4 ) year period of 2009 to 2012.

Results of this study indicate that the Altman Z -Score can be implemented in detecting the possibility of bankruptcy in Building Construction company listed in Indonesia Stock Exchange. Altman Z -Score method is able to classify pharmaceutical company in three ( 3 ) categories, which is not bankrupt , insolvent and bankrupt -prone. Assessment of 8 ( eight ) building construction company by using the Altman Z -Score showed 25% or 2 company categorized prone bankrupt in 2009, 2010, 2011 and 2012. While 75% or 6 companies in 2009, 2010, 2011 and 2012 are categorized company is not bankrupt and 0% or no company categorized bankrupt.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan merupakan organisasi yang bertujuan menciptakan pelanggan dengan menjalankan upaya-upaya pengembangan dengan memusatkan perhatian kepada kebutuhan masyarakat dalam hal produk yang diinginkan, kualitas, harga, kuantitas, waktu pelayanan, kegunaan produk dan sebagainya untuk menciptakan laba, memaksimalkan nilai saham dan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Tujuan lainnya yang tidak kalah penting yaitu tetap bertahan, berkembang diantara persaingan bisinis yang semakin ketat.

Persaingan bisnis yang semakin tinggi diantara berbagai perusahaan baik pada tingkat domestik dan internasional disebabkan oleh globalisasi dan kemajuan teknologi, yang membuat perusahaan-perusahaan harus bergerak cepat dalam rangka mengantisipasi perubahan yang ada. Perubahan semacam ini menimbulkan tuntutan perubahan organisasi agar lebih fleksibel dan adaptif dalam menyikapi perubahan itu.

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi dalam satu periode akuntansi. Akuntansi sendiri merupakan seni mencatat, menggolongkan, melaporkan peristiwa dan kejadian yang berhubungan dengan operasional perusahaan. Laporan keuangan juga merupakan informasi yang dilaporkan secara periodik kepada para pemakainya.


(14)

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 (2009), laporan keuangan yang lengkap terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Kelima jenis laporan keuangan tersebut dapat menjadi bahan dalam menilai kesehatan perusahaan.

Sebuah perusahaan dapat dikatakan sehat jika mengalami pertumbuhan positif, dan berpotensi menambah kekayaan, jika sebaliknya maka perusahaan tersebut kemungkinan akan mengalami kebangkrutan. Kebangkrutan merupakan masalah yang sangat esensial yang harus diwaspadai oleh perusahaan karena jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka perusahaan tersebut benar-benar mengalami kegagalan usaha. Untuk itu perusahaan harus sedini mungkin melakukan berbagai analisis terutama analisis yang menyangkut kebangkrutan perusahaan. Analisis ini sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk melakukan antisipasi yang diperlukan.

Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan (tanda-tanda bangkrut). Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut diketahui, semakin baik karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan agar kebangkrutan tersebut tidak terjadi dan perusahaan dapat mengantisipasi atau membuat strategi untuk menghadapi jika kebangkrutan benar-benar menimpa perusahaan.

Salah satu model yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan pada suatu perusahaan adalah Model Altman Z-Score, dimana model ini


(15)

menggunakan lima rasio keuangan yang dianggap paling berkontribusi dalam memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Analisis Z-Score sendiri merupakan alat prediksi kebangkrutan yang dibuat oleh Dr. Edward I. Altman pada tahun 1968. Metode ini menggunakan rasio-rasio tertentu dalam rangka memprediksi rasio kebangkrutan sebuah perusahaan. Metode ini juga telah mengalami revisi pada tahun 1983 sebanyak dua kali, dengan mengubah beberapa variabel dalam formula Z-Scorenya. Model Z-Score metode Altman ini sangat akurat dalam memprediksi kesehatan perusahaan.

Data menunjukkan, secara umum beberapa kelompok perusahaan farmasi terbesar yang ada cukup menguasai pangsa pasar. Kondisinya mungkin akan berbeda kalau dilihat dari struktur pasar per kategori produk. Dengan analisis yang lebih rinci terhadap pasar kategori produk antibiotik, misalnya, boleh jadi ditemukan satu atau segelintir perusahaan yang menguasai pasar itu secara monopoli.

Oleh pemerintah, harga beberapa jenis obat generik yang wajib sediakan ditetapkan di bawah harga produksi dan kerugiannya ditutup oleh beberapa jenis obat generik lainnya yang bermargin agak besar, atau disubsidi silang. Kenaikan harga obat-obat generik tertentu yang dilakukan pemerintah itu boleh dibilang hanya mengembalikan harga obat ke tingkat yang lebih wajar, dan hanya memerlukan sedikit subsidi silang. Dengan ditetapkannya peraturan yang sama, level playing field, bisa membawa Indofarma menjadi produsen obat generik yang sehat.


(16)

Strategi fokus ke obat generik adalah masuk akal. Di tingkat global ada semacam gerakan yang mendorong ketersediaan obat bermutu yang harganya terjangkau masyarakat luas. Fenomena lain yang mesti diwaspadai adalah dari dalam negeri, rencana pemberlakuan UU Sosial Asuransi Kesehatan yang oleh pemerintah merupakan hal yang mesti diwaspadai.

Masuknya asuransi besar yang pasti bakal mengubah struktur pasar ini harus diantisipasi oleh industri farmasi dengan inovasi di bidang pemasaran. Bagi masyarakat, UU SAK (Sosial Asuransi Kesehatan) merupakan berita baik. Dengan hadirnya asuransi yang memiliki posisi perundingan kuat terhadap perusahaan farmasi itu, kita semua dapat berharap di masa mendatang harga obat tidak terlalu tinggi.

Analisis rasio merupakan analisis yang sering digunakan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan, dan sumber utamanya adalah dengan melihat laporan keuangan perusahaan. Namun terdapat masalah dalam pemakaian analisis rasio karena masing- masing rasio memiliki kegunaan dan memberikan indikasi yang berbeda mengenai kesehatan keuangan perusahaan.

Munculnya berbagai model prediksi kebangkrutan merupakan antisipasi dan sistem peringatan dini terhadap financial distress karena model tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk mengidentifikasikan bahkan memperbaiki kondisi sebelum sampai pada kondisi krisis atau kebangkrutan.

Hal lain yang mendorong perlunya peringatan dini adalah munculnya problema keuangan yang mengancam operasional perusahaan. Faktor modal


(17)

dan risiko keuangan mempunyai peran penting dalam menjelaskan fenomena kepailitan/ tekanan keuangan perusahaan tersebut. Dengan terdeteksinya lebih awal kondisi perusahaan, sangat memungkinkan bagi perusahaan dan investor melakukan langkah-langkah antisipatif untuk mencegah agar krisis keuangan segera tertangani.

Terkait model prediksi financial distress, menurut Rifqi (2009:3) ada beberapa model yang mencoba membantu calon-calon investor dan kreditur dalam memilih perusahaan tempat menaruh dana supaya tidak terjebak dalam masalah financial distress tersebut. Altman juga menemukan bahwa rasio-rasio tertentu, terutama likuiditas dan leverage, memberikan sumbangan terbesar dalam rangka mendeteksi dan memprediksi kebangkrutan perusahaan.

Penelitian ini ingin menguji kembali hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya dengan mengambil obyek penelitian pada sektor farmasi yang terdaftar di BEI untuk memprediksi potensi kebangkrutan perusahaan. Tingkat kesehatan keuangan bisa juga digunakan sebagai alat ukur yang pertama untuk menunjukkan kondisi keuangan perusahaan, dan untuk lebih meyakinkan kondisi kebangkrutannya bisa digunakan untuk memprediksi potensi kebangkrutan.

Dengan demikian formula yang ditemukan Altman bisa digunakan sebagai salah satu alat ukur yang handal dalam memprediksi kebangkrutan sebuah perusahaan. Berdasarkan gambaran dan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan metode Altman


(18)

dengan judul “Analisis Rasio Keuangan dengan Metode Altman Z-Score Untuk Mengukur Kebangkrutan Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”, dengan maksud untuk melanjutkan penelitian sebelumnya melalui pengembangan objek perusahaan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian mengenai latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dirumuskan masalah yang ingin diteliti dalam bentuk pertanyaan yaitu: “Apakah rasio keuangan metode Altman Z-Score memiliki pengaruh secara parsial dan simultan dalam pengukuran/prediksi tingkat kesehatan pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh secara parsial dan simultan dalam pengukuran/prediksi tingkat kesehatan pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia yang diukur dengan menggunakan metode Altman Z-Score.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, untuk memperluas wawasan peneliti di dalam bidang akuntansi mengenai metode Altman, kebangkrutan perusahaan, dan prediksi metode Altman Z-Score terhadap kebangkrutan perusahaan.


(19)

2. Bagi perusahaan, sebagai masukan dan pertimbangan untuk pengambilan keputusan jangka pendek dan mempertahankan likuiditas perusahaan. 3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini menjadi bahan referensi dan dapat

digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan prediksi kebangkrutan perusahaan.

4. Sebagai bahan pertimbangan dan referensi bagi berbagai pihak dan sebagai bahan masukan bagi peneliti sejenis untuk menyempurnakan penelitian berikutnya dan pengembangan lebih lanjut.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengertian laporan Keuangan

Pada dasarnya laporan keuangan adalah hasil dari proses identifikasi, pencatatan dan pengkomunikasian kejadian kejadian yang bersifat keuangan dengan setepat-tepatnya sebagai alat komunikasi antara data keuangan suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan yang menggambarkan kemajuan perusahaan dan disusun secara periodik. Periode yang biasa digunakan adalah tahun yang dimulai dari misalnya 1 Januari dan berakhir pada tanggal 31 Desember. Periode seperti ini disebut dengan periode tahun kalender. Selain tahun kalender, periode akuntansi bisa juga dimulai dari tanggal selain tanggal 1 Januari. Istilah periode akuntansi yang seperti ini sering disebut dengan isilah periode tahun buku. Periode tahun buku yang digunakan dapat secara tahunan, atau menyusun laporan keuangan untuk periode yang lebih pendek misalnya bulanan, triwulan atau kwartalan. Laporan keuangan dalam suatu perusahaan mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan. Laporan


(21)

keuangan dibuat oleh manajemen sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan.

Melalui laporan keuangan dapat dilihat kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek, struktur permodalan, distribusi aktiva, efektifitas penggunaan aktiva dan hasil atau pendapatan yang telah dicapai serta nilai buku tiap lembar saham suatu perusahaan. Karyawan perusahaan berkepentingan dengan laporan keuangan antara lain untuk kepentingan kompensasi. Dari laporan keuangan akan terlihat kemampuan perusahaan dalam memberikan kompensasi yang lebih baik, misal dengan memberikan tunjangan hari tua, Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja) agar karyawan dapat bekerja dengan optimal sehingga kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan baik.

Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2002:63), laporan keuangan adalah laporan yang diharapkan bisa memberi informasi mengenai perusahaan, dan digabungkan dengan informasi yang lain, seperti industri, kondisi ekonomi, bisa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai prospek dan risiko perusahaan, selain itu laporan keuangan juga menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Menurut PSAK No. 1, Laporan keuangan terdiri atas :


(22)

a. Neraca

Neraca adalah laporan tentang posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu seperti yang tertera dalam neraca, yaitu pada tanggal pelaporan, jadi kondisi yang dijelaskan pada neraca adalah kondisi pada tanggal tertentu. Neraca terdiri atas hak (sumber daya) perrtusahaan dan kewajiban (asal sumber daya) perusahaan. Akun – akun neraca dicatat berdasarkan akrual, artinya transaksi dicatat jika telah terjadi perpindahan hak dan kewajiban, meskipun kasnya belum diterima.

b. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan pendapataan dan biaya selama periode tertentu misalnya bulanan atau tahunan. SAK menyebutkan laba rugi memberikan gambaran kinerja operasional perusahaan yang dicatat dengan dasar akrual.

c. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menggambarkan perputaran uang (kas dan bank) selama periode tertentu misalnya bulanan atau tahunan, meliputi arus kas dari/untuk kegiatan operasional, kas dari/untuk kegiatan investasi serta kas dari/untuk kegiatan pendanaan.


(23)

Laporan perubahan ekuitas menjelaskan perubahan modal, laba ditahan, agio/disagio. Laporan ini menggambarkan saldo dan perubahan hak si pemilik yang melekat pada perusahaan.

e. Catatan atas Laporan Keuangan

Isi catatan ini adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan akuntansi yang dianut, dan penjelasan tiap – tiap akun neraca dan laba rugi.

2.1.2 Analisis Laporan Keuangan

Pada dasarnya analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di bidang finansial yang sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang. Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu, keadaan inilah yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan. Apalagi informasi mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat untuk berbagai pihak, seperti investor, kreditur, pemerintah, bankers, pihak manajemen sendiri dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.


(24)

Menurut Kasmir (2008:25) arti penting analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut:

1. Bagi pemilik, guna melihat perkembangan dan kemajuan perusahaan serta dividen yang diperolehnya,

2. Bagi manajemen, untuk menilai kinerjanya selama periode tertentu. 3. Bagi kreditor, untuk menilai kelayakan perusahaan dalam memperoleh

pinjaman dan kemampuan membayar pinjaman.

4. Bagi pemerintah, untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggungperusahaan tersebut, dan untuk persetujuan untuk go public.

5. Bagi investor, untuk menilai prospek usaha tersebut kedepan, apakah mampu memberikan dividend an nilai saham seperti yang diinginkan. Menurut Munawir (2010:35) analisis laporan keuangan terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan tersebut. Analisis laporan keuangan dapat digunakan untuk membandingkan pos-pos keuangan pada laporan tahunan berjalan dengan pos-pos terkait pada periode sebelumnya. Analisis laporan keuangan juga digunakan secara luas untuk memeriksa keterkaitan dalam laporan keuangan. Sama halnya dengan pendapat yang dikemukakan oleh Harahap (2010 : 189) tentang pengertian analisis laporan keuangan dapat disimpulkan sebagai sebuah uraian tentang


(25)

pos-pos dalam laporan keuangan secara lebih detail. Uraian ini berguna untuk melihat hubungan yang signifikan antara satu pos dengan pos lainnya. Dari uraian itu diharapkan dapat diambil kesimpulan.

Analisis laporan keuangan juga mengurangi ketergantungan pada firasat, tebakan dan intuisis dalam pengambilan keputusan, serta mengurangi ketidakpastian analisis bisnis. Secara legkap menurut Harahap (2006:195) manfaat analisis laporan keuangan sebagai berikut:

a. Dapat memberikan dan menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (eksplisit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan (implicit).

b. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.

c. Mengetahui sifat-sifat hubungan akhirnya dilapangan untuk prediksi dan peningkatan (rating).

d. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut criteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.

e. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standart industri normal atau standar ideal.


(26)

f. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan.

g. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dilakukan perusahaan di masa yang akan datang.

h. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.

2.1.3 Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi kepada semua pihak yang berkepentingan dan sebagai alat pertanggungjawaban manajemen kepada pihak yang menanamkan dananya di perusahaan.

Menurut IAI dalam PSAK No. 1 (2008:1.2) :Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas, perusahaan yangbermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangkamembuat keputusan – keputusn ekonomi serta menunjukkanpertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber –sumber daya yang dipercayakan kepada mereka dalam rangka mencapaitujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenaiperusahaan yang meliput: 1) aktiva, 2) kewajiban, 3) ekuitas, 4)pendapatan, beban termasuk keuntungan dan kerugian, 5) arus kas.


(27)

Sedangkan menurut Accounting Principle Board (APB) statement no. 4, tujuan laporan keuangan terdiri dari :

a. Tujuan khusus

Untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar sesuai dengan GAAP.

b. Tujuan umum

• Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonomi, dan kewajiban perusahaan,

• Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaaan bersih yang berasal dari kergiatan usaha dalam mencari laba,

• Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perubahan dalam menghasilkan laba,

• Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan harta dan kewajiban,

• Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan pada pemakai laporan

c. Tujuan Kualitatif

Relevance

Memilih informasi yang benar-benar dapat membantu pemakai laporan keuangan dalam proses pengambilan keputusan,


(28)

Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting, tetapi juga harus informasi dimengerti pemakai,

Verifiability

Hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang akan menghasilkan pendapat yang sama,

Neutrality

Laporan keuangan itu netral terhadap pihak-pihak yang berkepentingan,

Timelines

Laporan keuangan itu hanya bermanfaat untuk pengambilan keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat,

Comparability

Informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan, artinya ada kekonsistenan dalam menjalankan prinsip akuntansi,

Completeness

Informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua kebutuhan yang layak dari para pemakai.


(29)

Untuk membantu pengguna dalam menganalisis laporan keuangan, tersedia beragam alat yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang spesifik, salah satu alat bantu yang digunakan adalah analisis rasio. Rasio memperlihatkan hubungan antara satu jumlah dengan jumlah lainnya.

Sama dengan pendapat yang dikemukakan Jumingan (2006:118) rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya yang dinyatakan dalam bentuk sistematis. Perbandingan rasio ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu perbandingan internal dan perbandingan eksternal (Harahap, 2009:227).

Perbandingan internal yaitu membandingkan rasio saat ini dengan rasio masa lalu dan rasio yang akan datang dari perusahaan yang sama. Dengan membandingkan rasio dari setiap periode yang ada, maka akan terlihat kecenderungan apakah rasio tersebut bergerak meningkat atau menurun, dari analisi tersebut dapat menunjukkan kinerja dan kondisi perusahaan. Sedangkan perbandingan eksternal yaitu membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan rasio keuangan lainnya yang sejenis atau rata-rata industri pada titik yang sama.

Namun terdapat masalah dalam pemakain analisis rasio karena masing-masing rasio memiliki kegunaan dam memberikan indikasi yang berbeda mengenai keadaan keuangan perusahaan. Menurut Harahap (2009:298) kelemahan-kelamahan dari analisis rasio sebagai berikut :


(30)

a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan.

c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan dalam perhitungannya.

d. Jika dua perusahaan dibandingkan, bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama, sehingga jika diperbandingkan akan menimbulkan kesalahan.

Disamping memiliki kelemahan, analisis rasio juga memiliki keunggulan , diantaranya sebagai berikut :

a. Lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

b. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. c. Lebih mudah membandingkan dengan perusahaan lain.

d. Pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

e. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa akan datang.

2.1.4.1Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

Meskipun analisis rasio keuangan sangat bermanfaat, tetapi ada beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan menurut Weston dan Copeland dalam Deviasri (2008:19), antara lain:


(31)

1. Rasio keuangan disusun dari data laporan keuangan dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bias merupakan hasil manipulasi. Hal ini terkait dengan perilaku manajemen yang mungkin melakukan window dressing (suatu teknik untuk mempercantik laporan keuangan) agar laporan keuangan telihat lebih baik bagi pihak-pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan perusahaan tersebut.

2. Rasio keuangan tidak selalu menggambarkan kondisi perusahaan yang sesungguhnya, khususnya cash inflow dan cash flow.

3. Metode analisis rasio keuangan bersifat suatu penyimpangan, yaitu setiap rasio diuji secara terpisah sehingga tidak dapat menggambarkan secara keseluruhan.

2.1.5 Kebangkrutan Perusahaan

2.1.5.1Pengertian Kebangkrutan Perusahaan

Salah satu aspek pentingnya analisis laporan keuangan dari sebuah perusahaan adalah manfaatnya untuk meramalkan kelangsungan hidup perusahaan. Prediksi ini sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan untuk mengantisipasi kemungkinan kebangkrutan.


(32)

Kebangkrutan ini dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannnya pada saat jatuh tempo. Kebangkrutan diartikan sebagai kegagalan yang didefenisikan dalam beberapa pengertian menurut Martin dalam Fakhrurozie (2007:15) :

1) Kegagalan ekonomi (Economy failure)

Kegagalan dalam arti ekonomi jika perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaaan tidak menutup biayanya sendiri, tingkat laba kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari pada biaya modal.

2) Kegagalan Keuangan (Financial failure)

Kegagalan keuangan diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara aruskas dan dasar saham.

a. Insolvensi teknis (technihcal insolvency)

Perusahaan dapat dianggap gagal jika perusahaan, tidak dapat memenuhikewajiban pada saat jatuh tempo. Walaupun total aktiva melebihi total utangatau terjadi bila suatu perusahaan gagal memenuhi salah satu atau lebih kondisidalam ketentuan hutangnya seperti rasio aktiva lancar terhadap utang lancer yang telah ditetapkan atau rasio kekayaan bersih terhadap total aktiva yangdisyaratkan. Insolvensi teknis juga terjadi bila arus


(33)

kas tidak cukup untukmemenuhi pembayaran bunga pembayaran kembali pokok pada tangga tertentu.

b. Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan

Dalam pengertian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagaikekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari aruskas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban. Likuidasi merupakan suatuproses yang berakhir pada pembubaran perusahaan sebagai suatu perusahaan. Likuidasi lebih menekankan pada aspek status yuridis perusahaan sebagai suatubadan hukum dengan segala hak-hak dan kewajiban. Likuidasi atau pembubaranperusahaan senantiasa berakibat penutupan usaha akan tetapi likuidasi tidakselalu berarti perusahaan bangkrut.

c. Indikator Terjadinya Kebangkrutan

Menurut Hanafi (2005:264) kebangkrutan yang terjadi sebenarnya dapat diprediksi dengan melihat beberapa indikator-indikator, yaitu :

1) Analisis aliran kas untuk saat ini atau masa mendatang.

2) Analisis strategi perusahaan, yaitu analisis yang memfokuskan pada persaingan yang dihadapi oleh perusahaan.


(34)

4) Kualitas manajemen.

5) Kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya. Ada beberapa tanda atau indikator manajerial dan operasional yang muncul ketika perusahaan akan mengalami kebangkrutan antara lain :

a. Indikator dari lingkungan bisnis

Pertumbuhan ekonomi yang rendah menjadikan indikator yang cukup penting pada lemahnya peluang bisnis, apalagi jika disaat yang sama banyak perusahaan baru yang memasuki pasar. Besarnya perusahaan tertentu menjadi sebab mengecilnya perusahaan yang lain.

b. Indikator internal

Manajemen tidak mampu melakukan perkiraan bisnis dengan alat analisa apapun yang digunakan, sehingga manajemen kesulitan mengembangkan sikap proaktif. Lebih cenderung bersikap reaktif, dan oleh karena itu biasanya terlambat mengantisipasi perubahan.

c. Indikator kombinasi

Seringkali perusahaan yang sakit disebabkan oleh interaksi ancaman yang datang dari lingkungan bisnis dan kelemahan yang berasal dari lingkunganperusahaan itu sendiri. Jika disebabkan oleh keduanya, biasanya membawa akibat yang


(35)

lebih kompleks dibanding yang disebabkan oleh salah satu saja.

Selain itu jika perusahaan mengandalkan hutang di dalam melakukan aktivitas operasinya dan investasinya juga akan berada dalam keadaan kritis karena jika perusahaan tersebut mengalami penurunan hasil produksinya maka perusahaan tersebut akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan kewajibannya.

2.1.5.2Faktor-Faktor Penyebab Kebangkrutan

Kebangkrutan akan cepat tercapai pada perusahaan yang berada di negara yang sedang mengalami kesulitan ekonomi, karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya kebangkrutan yang mungkin tadinya sudah tidak sehat, yang kemudian semakin tidak sehat dan akhirnya bangkrut.

Perusahaan yang belum sakit pun akan mengalami kesulitan akibat adanya krisis ekonomi tersebut. Namun, proses kebangkrutan sebuah perusahaan tidak hanya disebabkan faktor ekonomi saja, tetapi bisa disebabkan faktor non ekonomi.

Secara garis besar faktor penyebab kebangkrutan sebuah perusahaan dibagi tiga yaitu :


(36)

Dalam sistem perekonomian bebas, dunia usaha terbagi menjadi dua golongan, yaitu perusahaan tradisonal dan perusahaan yang memanfaatkan teknologi. Kemampuan bersaing ini yang menjadi faktor penyebab kebangkrutan, sehingga efisiensi manajemen sangat berperan dalam menangkal terhadap persaingan ini.

2) Faktor Eksternal Perusahaan

Eksternal perusahaan selain dapat membantu kinerja perusahaan, juga dapat menjadi penyebab kehancuran perusahaan dan terkadang hal-hal ini berada di luar jangkauan manajemen. Berbagai faktor tersebut antara lain :

a. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan.

b. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk diproduksi.

c. Bencana alam dan kecelakaan yang menimpa perusahaan. d. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor.


(37)

Faktor internal yang menyebabkan kebangkrutan perusahaan, yaitu :

a. Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada debitur atau pelanggan.

b. Manajemen yang tidak efisien yang akan mengakibatkan pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan dan keahlian manajemen.

c. Moral Hazard oleh manajemen. Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan bisa mengakibatkan kebangkrutan.

2.1.6 Metode Altman

Analisis model Altman telah mengalami perkembangan sebanyak tiga kali yaitu Z-Score model pertama (Z-Score), Z-Score revisi (Z’-Score), dan Z-Score modifikasi (Z’’-Score). Z-Score digunakan untuk menilai tingkat kesehatan keuangan dari sebuah perusahaan.

2.1.6.1Model Z-Score Pertama (Z-Score)

Model Z-Score diciptakan pertama kali lewat penelitian yang dilakukan oleh Edward I Altman pada tahun 1968. Metode ini diciptakan menggunkan metode analisis diskriminan berganda (Mulitiple Diskriminant Analyisis).


(38)

Dalam penelitian tersebut,Altman mengambil sampel yang dikelompokkan menjadi tiga, yaitu berdasarkan keadaan itu perusahaan pada tahun-tahun yang sama (Bangkrut dan tidak bangkrut), berdasarkan industrinya, dan berdasarkan ukuran perusahaan yang tercermin pada besarnya asset yang dimiliki. Sedangkan variabel yang diambil dikelompokkan ke dalam lima katagori standar yaitu profitabilitas, likuiditas, leverage, solvabilitas, dan aktivitas.

Setelah melakukan penelitian terhadap variabel dan sampel yang dipilih, Altman menghasilkan persamaan kebangkrutan yang pertama sebagai berikut :

Z = 0,012 + 0,014 + 0,033 + 0,006 + 0,999 Sumber: wikipedia.org

Keterangan :

X1 : modal kerja / total asset X2 : laba ditahan / total asset X3 : laba usaha (EBIT) / total asset

X4 : nilai pasar ekuitas / nilai buku total hutang X5 : penjualan / total asset

Z : nilai Z-Score

Untuk dapat menyatakan dan mengelompokkan perusahaan tersebut bangkrut atau tidak bangkrut pada masa yang akan datang,


(39)

maka Almant membuat suatu daerah pembatas (discriminat area) sebagai berikut :

• Z > 2,99 : kemungkinan bangkrut perusahaan kecil

• Z < 1,81 : kemungkinan bangkrut perusahaan besar

• 1,81 < Z < 2,99 : kemungkinan bangkrut meragukan (grey area) Model kebangkrutan ini hanya bisa diterapkan pada perusahaan publik berukuran besar dan bergerak dalam sektor manufaktur.

2.1.6.2Model Z-Score Revisi (Z’-Score)

Setelah menciptakan model kebangkrutan yang pertama, Altman melakukan revisi, dengan tujuan menyesuaikan model prediksi kebangkrutan tersebut jika diterapkan pada perusahaan yang tidak mempunyai nilai ekuitas, atau perusahaan non publik. Revisi yang dilakukan terhadap �4,dimana Altmanmengganti rasio nilai pasar ekuitas terhadap total asset menjadi nilai buku ekuitas terhadap total asset. Berikut adalah persamaan Altman:

Z’ = 0,717 + 0,847 + 3,107 + 0,420 + 0,998 Sumber: wikipedia.org

Selain �4 yang mengalami perubahan, nilai koefisien pada variabel juga mengalami perubahan terutama pada �1dan �4. Model Z’-Score ini mempunyai rata-rata skor kelompok perusahaan tidak bangkrut yang lebih rendah dibandingkan dengan model


(40)

kebangkruta yang pertama. Tetapi daerah abu-abu menjadi lebih lebar karena batas terndahnya sekarang menjadi 1,23 yang sebelumnya 1,81.

Rasio-rasio yang digunakan pada model Z-Score ini juga berkaitan dengan likuiditas, profitabilitas dan aktivitas, dimana rasio yang digunakan :

a. Working Capital to Total Assets

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimiliki. Modal kerja yang dimaksud adalah selisih antara aktiva lancer dengan hutang lancar. Modal kerja yang negatif kemingkinan besar akan menghadapi masalah dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk menutupi kewajiban tersebut. Sebaliknya, perusahaan dengan modal kerja bersih yang bernilai positif jarang sekali menghadapi kesulitan dalam melunasi kewajibannya.

b. Retained Earning to Total Assets

Rasio ini merupakan rasio profitabilitas yang mendeteksi atau mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan


(41)

keuntungan dalam periode tertentu. Retained earnings di sini adalah laba ditahan. Perbandingan retained earning terhadap total assets merupakan rasio profitabilitas yang dapat mendeteksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, yang ditinjau dari kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dibandingkan dengan kecepatan perputaran operating assets sebagai ukuran efisiensi usaha.

c. Earning Before Interest and Tax to Total Assets

Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Rasio Earning Before Interest and Tax di sini adalah operating income. Rasio ini merupakan kontributor terbesar dari model tersebut.

d. Book Value of Equity to Total Liability

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dari nilai pasar modal sendiri.

e. Sales to Total Assets

Rasio ini merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar dalam satu periode tertentu. Rasio ini mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva untuk


(42)

menghasilkan penjualan. Sales yang dipakai pada perusahaan adalah revenue.

Berikut discriminant area dari metode Z’ –Scoresebagai berikut :

• Z’ > 2,90 : kemungkinan bangkrut perusahaan kecil

• Z’ < 1,23 : kemungkinan bangkrut perusahaan besar

• 1,23 < Z’ < 2,90 : kemungkinan bangkrut meragukan (grey area)

2.1.6.3Model Z-Score Modifikasi (Z”-Score)

Seiring berjalannya waktu, perkembangan pasar obligasi dan investasi pada obligasi sudah menjalar ke negara-negara berkembang. Maka Altman memodifikasi kembali model ini. Dalam Z’’-Score ini, Altman mengeliminasi variabel �5, yaitu rasio penjualan terhadap total aset. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan potensi dampak industri yang kemungkinan terjadi pada variabel yang sensitif terhadap industry sebagaimana jika perputaran aset dimasukkan dan nilai pasar ekuitas menjadi nilai buku ekuitas. Persamaan Z”-Score adalah sebagai berikut “


(43)

Z” = 6,56 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3 + 1,05 X4 Sumber: wikipedia.org

Keterangan :

X1 : modal kerja / total aset X2 : laba ditahan / total aset X3 : laba usaha (EBIT) / total aset X4 : nilai pasar ekuitas / total aset Z : nilai Z-Score

Maka discriminant area yang ditetapkan Altman, adalah sebagai berikut :

•Z’ > 2,60 : kemungkinan bangkrut perusahaan kecil

•Z’ < 1,21 : kemungkinan bangkrut perusahaan besar

•1,21 < Z’ < 2,60 : kemungkinan bangkrut meragukan (grey area) Model kebangkrutan modifikasi ini diterapkan pada perusahaan publik dan non publik, pada semua jenis ukuran perusahaan, dan untuk semua perusahaan dalam industri yang berbeda.

Jadi, karena penelitian mengguanakan sampel perusahaan manufaktur yang khususnya pada industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka penelitian ini menggunakan formula Altman yaitu :


(44)

Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 Sumber: wikipedia.org

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Di bawah ini hasil penelitian terdahulu yang menjadi panduan membuat skripsi ini. Penelitian tersebut yaitu :

Tabel 2.1

Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nama Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian

Tommy saragih Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Analisa Model Z-Score Altman Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Dependen = Prediksi kebagkrutan perusahaan. Independen = model disktriminan Altman.

Analisis terhadap perusahaan farmasi dengan model Altman menunjukkan

bahwa 22,2% atau 2 perusahaan yang berpotensi kebangkrutan pada tahun

2005, 11,1% atau 1 perusahaan pada tahun 2006, 22,2% atau 2 perusahaan pada tahun 2007 dan 22,2% atau 2 perusahaan pada tahun 2008 Harry Sibarani Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Analisa Model Z-score Altman Pada Perusahaan Makanan dan Dependen = Prediksi kebagkrutan perusahaan. Independen = model

tingkat signifikansi yang dimiliki masing-masing

variabel independen menunjukkan bahwa rasio

keuangan tidak dapat digunakan memprediksi kondisi financial distress perusahaan, karena tingkat


(45)

Minuman di BEI disktriminan Altman.

signifikansi masing-masing variabel independen berada di atas 5%.

Ardani, Sarifah Vesselina Analisis Rasio Keuangan dengan Menggunakan Metode Altman untuk Mengukur Kesehatan Perusahaan Manufaktur Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Dependen = Prediksi kebagkrutan perusahaan. Independen = model disktriminan Altman

Almant Z – Score menunjukkan hubungan yang parsial dan simultan terhadap

kesehatan perusahaan. Putri Siregar Penilaian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Dengan Metode Altman Z-Score Pada Perusahaan Kontruksi Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009 Dependen = Kebangkrutan Perusahaan. Independen = Model

disktriminan Altman

Hasil Penelitian :

Penilaian terhadap 6 (enam) perusahaan kontruksi bangunan dengan

menggunakan model Altman menunjukkan 16.66 % atau 1 perusahaan dikategori

bangkrut pada tahun 2007,2008 dan 2009. Sedangkan yang masuk kategori rawan bangkrut sebanyak 66.66 % atau 4 perusahaan pada tahun 2007,2008 dan 2009, serta 16.66% atau 1 perusahaan pada tahun 2007,2008 dan 2009 dikategori perusahaan tidak bangkrut.


(46)

Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian terdahulu mengenai tingkat kebangkrutan perusahaan dengan berbagai macam metode Alman Z-Score. Kerangka konseptual ini adalah adanya pengaruh positif dari rasio Net Working Capital to Total Assets(�1 ), Retained Earning to Total Assets( �2), Earnings Before Interest Before Interest and Tax to Total Assets (�3), rasio Book Value of Equity to Total Liability(�4), dan rasio Sales to Total Assets terhadap kebangkrutan perusahaan. Maka permasalahan dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan kerangka pemikiran sebagai berikut :

H1 H2

H3 H6

Working Capital / Total Asset (X1)

Retained Earnings / Total Assets (X2)

EBIT / Total Asset (X3)

Prediksi Kebangkrutan

Perusahaan (Y)


(47)

H4

H5

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

1) Perbandingan antara modal kerja terhadap total aktiva (X1).

Merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja. Dimana modal kerja (working capital) diperoleh dari selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahaan adalah indikator-indikator internal, seperti kekurangan kas, besarnya utang dagang, utilisasi modal (harta kekayaan), tingginya hutang yang tidak terkendali dan beberapa indikator lainnya (Altman, 1968).

2) Perbandingan laba ditahan terhadap total aktiva (X2). Book Value of Equity / Total

Liability (X4)

Sales / Total Asset (X5)


(48)

Merupakan rasio untuk mengukur besarnya kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, ditinjau dari kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam memperoleh laba (Altman, 1968).

3) Perbandingan antara pendapatan sebelum dikurangi biaya bunga, pinjaman dan pajak terhadap total aktiva (X3).

Merupakan rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah adanya masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah tingginya piutang dagang, tingkat penjualan yang rendah, besarnya persediaan, rendahnya perputaran piutang, kecilnya kredibilitas perusahaan, serta kesediaan member kredit pada konsumen yang tidak dapat membayar tepat pada waktunya (Altman, 1968). 4) Perbandingan antara total nilai saham terhadap nilai pembukuan total hutang atau

modal sendiri terhadap total hutang.

Merupakan rasio aktivitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modal sendiri (Altman, 1968). 5) Perbandingan antara penjualan terhadap total aktiva.

Merupakan rasio aktivitas juga yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu. Rasio ini dapat pula digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk menghasilkan revenue (Altman, 1968).


(49)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah prediksi kebangkrutan perusahaan dari setiap perusahaan yang dipilih menjadi sampel. Kesehatan perusahaan merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam mengelola usahanya agar tidak terancam kebangkrutan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan perusahaan.

2.4 Hipotesis

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu mengenai prediksi kebangkrutan dengan menggunakn Almant Z-Score, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

H1 : Net Working Capital to Total Assets berpengaruh positif terhadap prediksi tingkat kebangkrutan

H2 : Retained Earning to Total Assets berpengaruh positif terhadap prediksi tingkat kebangkrutan

H3 : Earning Before Interest and Tax to Total Assets berpengaruh positif terhadap prediksi tingkat kebangkrutan

H4: Book Value of Equity to Total Liability berpengaruh positif terhadap prediksi tingkat kebangkrutan

H5: Sales to Total Asset berpengaruh positif terhadap prediksi tingkat kebangkrutan.

H6 : Net Working Capital to Total Assets, Retained Earning to Total Asset, Earning Before Interest and Tax to Total Assets, Book Value of Equity to


(50)

Total Liability, Sales to Total Asset berpengaruh positif terhadap prediksi tingkat kebangkrutan secara simultan.


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif dengan hubungan kausal, karena penelitian ini bertujuan untuk berusaha

menjelaskan hubungan sebab akibat antara variabel independen (variabel yang

mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi). Penelitian ini menguji kemampuan rasio keuangan dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan.

3.2Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang menunjukkan cirri-ciri tertentu yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan (Sanusi, 2011 : 87).

Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009, 2010, dan 2011 yaitu sebanyak 9 perusahaan farmasi.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu umumnya disesuaikan dengan tujuan dan masalah penelitian. Beberapa pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:


(52)

1. Perusahaan tercatat di BEI periode tahun 2009-2012 dan melaporkan laporan keuangannya per 31 desember.

2. Laporan Keuangan periode 2009-2012 perusahaan tersebut telah diaudit oleh auditor independen. Peneliti menggunakan laporan keuangan yang telah diaudit agar lebih relevan dan dapat dipercaya.

3. Perusahaan tersebut memiliki pertumbuhan laba positif selama masa periode

2009-2012. Peneliti memilih perusahaan yang memperoleh laba positif selama periode pengamatan karena pada penelitian ini, variabel dependen yang digunakan adalah pertumbuhan laba, oleh karena itu peneliti menggunakan objek penelitian yang selama periode pengamatan memperoleh laba.

Berdasarkan karateristik penarikan sampel di atas, maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 8 perusahaan dan diamati selama periode 3 tahun yang termasuk sebagai data pooling.

Tabel 3.1

Daftar Populasi Perusahaan

No Kode Nama Perusahaan Kriteria

1 2 3

1 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk √ √ √

2 INAF IndofarmaTbk √ √ √

3 KAEF Kimia FarmaTbk √ √ √

4 KLBF Kalbe Farma √ √ √

5 MERK Merck Tbk √ √ √

6 PYFA PyridamFarmaTbk √ √ √

7 SCPI Schering Plough Indonesia Tbk √ √ X


(53)

9 TSPC Tempo Scan PasifikTbk √ √ √

Dari 9 populasi perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek, yang memenuhi kriteria sebagai sempel sebanyak 8 perusahaan, maka sampel dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.2

Daftar Sampel Perusahaan

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain (Sanusi, 2011 : 104). Sumber data dan penulisan pada skripsi ini dari berbagai sumber buku, jurnal dan penelitian terdahulu yang mendukung penelitian. Sedangkan untuk data yang diolah diambil dari Indonesian Capital Market

No Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel

1 2 3

1 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk √ √ √ 1

2 INAF IndofarmaTbk √ √ √ 2

3 KAEF Kimia FarmaTbk √ √ √ 3

4 KLBF Kalbe Farma √ √ √ 4

5 MERK Merck Tbk √ √ √ 5

6 PYFA PyridamFarmaTbk √ √ √ 6

7 DVLA DayaVariaLaboratoriaTbk √ √ √ 7


(54)

Directory (ICMD) dan situberupa laporan keuangan yang dipublikasikan.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data berupa laporan keuangan perusahaan dari tahun 2009 sampai dengan 2011 yang digunakan sebagai sampel dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.5.1 Defenisi Operasional

Agar hasil dari penelitian ini seperti yang diharapkan, maka perlu diketahui unsur-unsur yang menjadi dasar dari penelitian ilmiah yang terdapat pada operasionalisasi variabel. Secara rinci, berikut operasionalisasi variabel penelitian ini

Tabel 3.3

Ringkasan Defenisi Operasional Variabel

(1)

Konsep (2)

Indikator (3)

Skala (4) X1 Rasio ini menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih

Net Working Capital to Total


(55)

dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya

Assets

X2 Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari aktiva perusahaan

Retained Earnings to Total Assets

Rasio

X3 Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum bunga dan pajak

Earnings Before Interest and Tax to

Total Assets

Rasio

X4 Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang

Book Value of Equity to Total

Liabilities

Rasio

X5 Merupakan rasio aktivitas yang juga dapat mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode. Rasio ini juga digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk menghasilakn revenue.

Sales to Total Assets

Rasio

������ Dari data laporan keuangan

perusahaan yang dianalisis dengan menggunakan beberapa rasio keuangan yang dianggap dapat memprediksi kebangkrutan perusahaan.

Z-Score = 0,717 �1 + 0,847 �2 + 3,107

�3 + 0,420 �4 +

0,998 �5

1. Z’ lebih kecil dari 1,88 berarti perusahaa n mengalam i kesulitan keuangan atau kebangkr


(56)

3.5.2 Pengklasifikasian Variabel

3.5.2.1Variabel bebas ( independent variable )

Variabel bebas yaitu variabel yang keberadaanya dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan positif dan negatif bagi variabel dependen.Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

utan. 2. Z’score

antara 1,88 – 2,99 perusahaa n

dianggap berada pada daerah abu-abu (grey area) 3. Z’score>

2,99 artinya perusahaa n dalam keadaan sehat.


(57)

X1 = ����������

���������

X2 = ��������ℎ��

���������

X3 = ����

���������

X4 = �����������������ℎ��

��������������

X5 = ���������

���������

3.5.2.2Variabel terikat ( dependent variable )

Variabel terikat yaitu variabel keberadaannya yang dipengaruhi oleh besarnya variabel independen.Variabel dependent pada penelitian ini berupa kesehatan perusahaan, berupa nilai Z-Score.

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis statistik yang menggunakan software statistik SPSS versi 18. Metode dan teknik yang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

3.6.1 Pengujian asumsi klasik 3.6.1.1Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2005 : 160) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel independen dan dependen berdistribusi normal. Ada dua cara mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. 1. Analisis grafik


(58)

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogral dari residualnya, dimana jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Analisis Statistik

Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik Kolmogorov Smirnov (K-S). Pedoman pengambilan keputusan rentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat dari:

a) Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal,.

b) Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal (Ghozali,2005 : 165).

3.6.1.2Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1


(59)

sebelumnya (Ghozali, 2005 : 110). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Pengujian autokorelasi menggunakan uji Durbin Watson (DW-test).Pengambilan keputusan mengenai ada tidaknya autokorelasi yaitu :

1) DW < -2 berarti ada autokorelasi positif 2) -2 > DW <2 berarti tidak ada autokorelasi 3) DW > +2 berarti ada autokorelasi negatif

3.6.1.3Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2005 : 139) uji ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya.Untuk melihat ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan mengamati Grafik Scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot dengan dasar analisis:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,


(60)

b. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005 : 139).

3.7 Pengujian Hipotesis

Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana.Analisis regresi ini digunakan untuk memperkirakan atau meramalkan hubungan antara dua variabel dengan membuat sebuah asumsi kedalam suatu bentuk fungsi tertentu.Untuk menguji apakan hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, digunakan uji F (F-test) dan uji t (t-test).

3.7.1 Analisis regresi berganda

Model regresi yang digunakan yaitu :

Y = α + β1(X1) + β2(X2) + β3(X3) + β4(X4) +β5(X5) + e Keterangan :

Y = Variabel dependen (kesehatan perusahaan)

α = Konstanta

βi = Koefisien regresi

X1 = working capital / total assets. X2 = retained earning / total assets.

X3 = earning before interest and tax / total assets. X4 = book value of equity / total liability.


(61)

e = variabel pengganggu

3.7.2 Uji t (t-test)

Uji parsial digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005 :178). Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis adalah:

a. Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel, pada α = 5% dan nilai p-value<level of significant sebesar 0,05.

b. Ha ditolak apabila t-hitung < t-tabel, pada α = 5% dan nilai p-value>level of significant sebesar 0,05.

3.7.3 Uji F (F-test)

Uji F dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap varibel dependen (Ghozali, 2005 : 177). Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis adalah:

1. Ha diterima apabila F-hitung > F-tabel, pada α = 5% dan nilai p-value <level of significant sebesar 0,05.

2. Ha ditolak apabila F-hitung < F-tabel, pada α = 5% dan nilai p-value> level of significant sebesar 0,05%.


(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Data Penelitian

Objek penelitian ini adalah Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling dan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, diperoleh 8 perusahaan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel penelitian ini dan diamati selama periode 2009-2012. Daftar perusahaan yang dijadikan sebagai sampel dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Daftar Sampel Perusahaan Farmasi

Sumber: Data diolah penulis, 2013

NO Kode Emiten Tgl Berdiri Tgl Listing

1 DVLA Daya Varia Laboratoria Tbk 5 Feb 1976 11 Nov 1984 2 INAF Indofarma Tbk 2 Jan 1996 17 April 2001 3 KAEF Kimia Farma Tbk 10 Sept 1966 30 Juli 1994 4 KLBF Kalbe Farma 16 Agt 1971 4 Juli 2001

5 MERK Merck Tbk 14 Okt 1970 23 Juli 1981

6 PYFA Pyridam Farma Tbk 27 Nov 1976 16 Okt 2001 7 SQBI Taisho Pharmaceutical

Indonesia Tbk

20 Mei 1970 19 Juni 1994 8 TSPC Tempo Scan Pasifik Tbk 8 Juli 1970 29 Mar 1983


(63)

4.2Analisis Rasio Keuangan Metode Altman Z-Score 4.2.1 Working Capital to Total Assets

Rasio ini menunjukkan modal kerja bersih dari keseluruhan aktiva yang dimiliki. Modal kerja bersih yang negatif kemungkinan besar akan menghadapi masalah dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk menutupi kewajiban tersebut. Sebaliknya, perusahaan dengan modal kerja bersih yang positif jarang menghadapi kesulitan keuangan. Hasil perhitungan Working Capital to Total Assets disajikan pad table 4.2

Tabel 4.2

Working Capital to Total Assets Tahun 2009 – 2012

No Nama Perusahaan Kode

Working Capital to Total Assets (X1)

2009 2010 2011 2012

1 Daya Varia Laboratoria Tbk DVLA 0.52 0.56 0.60 0.59

2 Indofarma INAf 0.28 0.28 0.22 0.34

3 Kimia Farma KAEF 0.33 0.40 0.45 0.47

4 Kalbe Farma KLBF 0.48 0.55 0.52 0.48

5 Merck MERK 0.63 0.63 0.73 0.60

6 Pyridam Farma Tbk PYFA 0.21 0.31 0.34 0.30 7

Taisho Pharmaceutical

indonesia Tbk SQBI 0,64 0,61 0,64 0,61


(64)

Pyridam Farma Tbk merupakan perusahaan dengan rasio X1 yang terendah dibandingkan dengan perusahaan lain selama periode 2009 – 2012. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat likuidasinya paling rendah diantara perusahaan lainnya.

4.2.2 Retained Earning to Total Assets

Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio ini karena semakin lama perusahaan beroperasi maka memungkinkan untuk mempelancar akumulasi laba ditahan. Berikut ini hasil perhitungan Retained earning to Total Assets Ratio (X2).

Tabel 4.3

Retained Earnings to Total Asets Tahun 2009 - 2013

No Nama Perusahaan Kode

Return Earning to Total Assets (X2)

2009 2010 2011 2012

1 Daya Varia Laboratoria Tbk DVLA 0.24 0.32 0.39 0.44

2 Indofarma INAf (0.14) (0.12) 0.02 0.05

3 Kimia Farma KAEF 0.04 0.08 0.10 0.10

4 Kalbe Farma KLBF 0.69 0,79 0.77 0.76

5 Merck MERK 0.71 0.73 0.77 0.65

6 Pyridam Farma Tbk PYFA 0.17 0.22 0.23 0.23 7

Taisho Pharmaceutical

indonesia Tbk SQBI 0.55 0.67 0.71 0.73


(65)

Indofarma Memiliki X2 yang terrendah dibandingkan dengan perusahaan farmasi lainnya selama periode 2009-2012. Hal ini kemungkinan perusahaan tersebut tidak membukukan laba ditahan melainkan mengakumulasikan rugi di tahan. Hal ini mengindentifikasikan bahwa kemampuan aktiva untuk menghasilkan laba ditahan sangatlah rendah bila dibandingakan dengan perusahaan lain. Rugi ditahan yang rendah kemungkinan disebabkan penghasilan yang diterima rendah dan tidak mampu menutupi biaya yang menjadi tanggungannya.

Kalbe Farma selama empat tahun berturut-turut mengalami kenaikan pada rasio (X2). Hal ini mengindentifikasikan bahwa selama empat tahun tersebut selalu mengalami kenaikan laba ditahan.

4.2.3 Earnings Before Interest and Tax to Total Assets

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan mengahasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bungan dan pajak. Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur produktivitas sebenarnya dari aktiva perusahaan. Semakin besar tingkat profitabilitas berarti semakin besar pula tingkat efisien dan efektif perusahaan dalam menggunakan aktivanya, begitu juga sebaliknya.Berikut ini hasil perhitungan Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets (�3).

Tabel 4.4


(66)

Tahun 2009 – 2012

No Nama Perusahaan Kode EBIT to Total Assets (X3) 2009 2010 2011 2012

1

Daya Varia Laboratoria

Tbk DVLA 0.13 0.18 0.18 0.19

2 Indofarma INAf 0.02 0.03 0.05 0.05

3 Kimia Farma KAEF 0.06 0.11 0.13 0.13

4 Kalbe Farma KLBF 0.23 0.25 0.24 0.25

5 Merck MERK 0.48 0.36 0.48 0.26

6 Pyridam Farma Tbk PYFA 0.05 0.06 0.06 0.06 7

Taisho Pharmaceutical

indonesia Tbk SQBI 0.57 0.39 0.45 0.46

8 Tempo Scan Pasifik TBK TSPC 0.14 0.18 0.23 0.18

Perusahaan dengan X3 terendah adalah Indofarma pada tahun 2010, hal ini menunjukkan bahwa pihak manajemen tidak dapat mengelola aktivanya secara efektif. Perusahaan dengan X3 tertinggi adalah Merck. Hal ini mengindentifikasikan bahwa perusahaan tersebut lebih tinggi tingkat produktivitasnya dibandingkan dengan perusahaan lain dalam sektor perusahaan farmasi.

4.2.4 Book Value of Equity to Total Debt

Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan dapat turun nilainya sebelum jumlah hutang lebih besar daripada aktivanya dan perusahaan menjadi pailit. Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa dan saham prefer, sedangkan


(67)

hutang mencakup hutang lancar dan hutang jangka panjang. Berikut ini adalah perhitungan Book value of Equity to Total Debt.

Tabel 4.5

Book Value of Equity to Total Liability Tahun 2009 – 2012

Nama Perusahaan Kode

Book Value of Equity to Total Liability (X4)

2009 2010 2011 2012

Daya Varia Laboratoria Tbk DVLA 2.43 3.00 3.63 3.61

Indofarma INAf 0.70 0.74 1.20 1.21

Kimia Farma KAEF 1.74 2.05 2.31 2.27

Kalbe Farma KLBF 2.55 4.26 3.53 3.60

Merck MERK 4.43 5.06 5.48 2.73

Pyridam Farma Tbk PYFA 2.71 3.31 2.31 1.82

Taisho Pharmaceutical indonesia Tbk SQBI 4.75 5.28 5.10 4.53

Tempo Scan Pasifik TBK TSPC 2.98 2.80 2.53 2.62

4.2.5 Sales to Total Assets

Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan volume bisnis yang cukup dibandingkan investasi dalam total aktivanya. Rasio ini mencerminkan efisiensi manajemen dalam menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan mendapatkan laba. Berikut tabel perhitungan Sales to Total Assets

Tabel 4.5 Sales to Total Assets

Tahun 2009 – 2012

No Nama Perusahaan Kode Sales to Total Assets (X5) 2009 2010 2011 2012

1 Daya Varia Laboratoria Tbk DVLA 1.09 1.06 1.03 1.01

2 Indofarma INAf 1.55 1.43 1.08 0.97

3 Kimia Farma KAEF 1.82 1.92 1.94 1.80


(68)

5 Merck MERK 1.73 1.83 1.57 1.63 6 Pyridam Farma Tbk PYFA 1.32 1.40 1.28 0.13 7

Taisho Pharmaceutical

indonesia Tbk SQBI 1.32 0.95 0.94 0.98

8 Tempo Scan Pasifik TBK TSPC 1.38 1.43 1.77 1.43

4.3Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia Tahun 2009 – 2012 Metode Altman

Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2005 sampai 2008. Perusahaan yang dijadikan sampel berjumlah 9 perusahaan. Sampel sebanyak 9 perusahaan tersebut terlebih dahulu dihitung nilai Z-Score Altman masing-masing dengan rumus:

Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 Dimana:

X1 : Working Capital / Total Assets X2 : Retairned Earnings / Total Assets

X3 : Earning Before Interest and Taxes / Total Assets

X4 : Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities X5 : Sales / Total Assets

Dari nilai Z-Score yang didapat sampel perusahaan kemudian dikelompokkan ke kategori financial distress, gray area atau non financial distress, dengan interval:


(1)

yang termasuk dalam kategori rawan bangkrut adalah PT. Indofarma dan PT. Pyridam Farma Tbk. Berdasarkan hasil penelitian dengan metode altman Z-Score pada tahun 2009 - 2012 tidak ada perusahaan yang dinyatakan bangkrut.

Setelah melakukan penelitian dengan metode altman Z-Score maka hasil penelitian tersebut di lakukan pengujian hipotesis dan di dapatkan hasil bahwa working capital to total assets, retained earning to total assets, earning before interest and tax to total assets, book value of equity to total liability, sales to total assets memiliki hubungan secara parsial terhadap prediksi tingkat kebangkrutan perusahaan farmasi yang ditunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 setelah dilakukan uji t.

Perbandingan working capital to total assets, retained earning to total assets, earning before interest and tax to total assets, book value of equity to total liability, sales to total assets secara simultan juga mempunyai hubungan yang signifikan terhadap prediksi tingkat kebangkrutan perusahaan, yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 setelah dilakukan uji F.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Penilaian terhadap delapan perusahaan farmasi periode 2009 s.d 2012 dengan menggunakan metode Altman menunjukkan tidak ada perusahaan dikategorikan bangkrut, sedangkan yang masuk katagori rawan bangkrut sebanyak 25 % atau 2 perusahaan dan katagori sehat 75% atau 6 perusahaan . 2. Secara parsial working capital to total assets, retained earning to total assets, earning before interest and tax to total assets, book value of equity to total liability, sales to total assets memiliki hubungan dengan prediksi tingkat kebangkrutan perusahaan farmasi yang ditunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 setelah dilakukan uji t. Informasi dari hasil perhitungan dengan metode Altman Z-Score dapat digunakan oleh pihak manajemen perusahaan untuk menentukan kebijakan yang akan diambil untuk kebaikan perusahaan. 3. Perbandingan working capital to total assets, retained earning to total assets,

earning before interest and tax to total assets, book value of equity to total liability, sales to total assets secara simultan juga mempunyai hubungan yang signifikan dengan prediksi tingkat kebangkrutan perusahaan, yang


(3)

ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 setelah dilakukan uji F.

5.2Keterbatasan

Keterbatasan – keterbatasan yang terdapat pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Faktor-faktor diluar rasio keuangan seperti kondisi ekonomi, politik dan

lain-lain tidak dapat digunakan dalam penelitian ini karena kesulitan pengukurannya.

2. Periodisasi data yang terbatas hanya empat tahun, kemampuan memprediksi akan lebih baik apabila digunakan periodisasi data yang panjang.

5.3Saran

1. Prediksi kebangkrutan perusahaan tidak hanya dilakukan dengan menggunakan rasio keuangan model Altman Z-Score, tetapi juga harus memperhatikan faktor lain, baik yang berasal dari dalam perusahaan maupun luar perusahaan seperti kondisi ekonomi, politik dan lain lain.Bila faktor- faktor dapat diukur dengan baik, maka akan diperoleh tingkat prediksi kebangkrutan yang lebih akurat.

2. Sehubungan dengan kondisi keuangan perusahaan, manajemen perlu tetap berhati – hati dalam mengelola dan menjalankan operasi perusahaan dengan melakukan perbaikan kinerja perusahaan guna menghindari terjadinya gangguan terhadap kelangsungan usaha.


(4)

3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah periodisasi data yang lebih panjang untuk melakukan prediksi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ardani, Sarifah Vasselina 2011, Analisa Rasio Keuangan dengan Menggunakan Metode Altman untuk Mengukur Kesehatan Perusahaan Manufaktur Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Deviasri, Raden Roro S., (2008). Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Islam Indonesia

Fakhrurozie, 2007, ”Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank Dengan Metode Altman Z-Score Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Jakarta”, Skripsi Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 2002. Analisis Laporan Keuangan. UPP AMP YKPN.

---, Mamduh M. 2005. Manajemen Keuangan. Yogyakarta : BPFE

Harahap, Sofyan Safri. 2006. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi 1, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2008, Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

--- Akuntansi Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Jumingan, 2006, Analisis Laporan Keuangan, Bumi Aksara, Jakarta.

Kasmir, 2008, Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada. Munawir, 2010. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty.

Nugroho, Mokhamad Iqbal, 2012. Analisis Prediksi Financial Distress Dengan Menggunakan Model Almant Z-Score Modifikasi 1995 (Studi Kasus Perusahaan


(6)

Manufaktur yang Go Public di Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2008, Universitas Diponegoro, Semarang.

Ray, Sarbapriya, 2011. “Assessing Corporate Financial Distress in Automobile Industry of India: An Application of Altman’s Model”, Research Journal of Finance and Accounting, Vol. 2 No.3, Hal 155 – 169.

Rifqi, Muhammad, (2009). Analisis Perbandingan Model Prediksi Financial Distress Altman, Ohlson, Zmijewski dan Springate dalam Penerapannya di Indonesia. Skripsi. Universitas Indonesia.

Sanusi, Anwar, 2011. Metodologi Penelitian Bisnis, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Saragih, Tommy D, 2010. Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Analisa

Model Z- Score Altman Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sibarani, Harry J.K.P, 2010. Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Analisa Model Z-score Altman Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Universitas Sumatera Utara, Medan. Siregar, Putri Nanda, 2011. Penilaian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Dengan

Metode Altamn Z-Score Pada Perusahaan Konstruksi Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Website:


Dokumen yang terkait

Penilaian Kesehatan Keuangan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score

0 53 98

Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Analisa Model Z-Score Altman Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

9 104 86

Analisis Kebangkrutan Perusahaan dengan Menggunakan Metode Altman Z Score pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 91 91

ANALISIS KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE Z-SCORE ALTMAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 4 49

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN (Z-SCORE) UNTUK MEMPREDIKST KEBANGKRUTAN PADA INDUSTRI TEKSTIL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 6

ANALISIS KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE Z SCORE ALTMAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR TRANSPORTASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2010-2012.

1 16 106

PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN MODEL ALTMAN Z-SCORE PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2012-2016

1 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian laporan Keuangan - Analisis Rasio Keuangan dengan Metode Altman Z-Score Untuk Mengukur Kebangkrutan Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 1 31

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

3 15 17

ANALISIS KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE Z SCORE ALTMAN PADA PERUSAHAAN SEKTOR TRANSPORTASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2010-2012

0 0 21