RASIONALITAS PILKADA DAN CALON INDEPENDEN UNTUK PILKADA DKI JAKARTA
RASIONALITAS PILKADA DAN
CALON INDEPENDEN UNTUK PILKADA DKI JAKARTA Temuan Survei 23-29 Mei 2007 Urban Poor Consortium (UPC) & Lembaga Survei Indonesia (LSI)Tujuan Survei
Mengetahui evaluasi warga DKI Jakarta tentang isu-isu krusial DKI Jakarta.
Mengetahui evaluasi warga tentang kinerja PEMDA DKI Jakarta.
Mengetahui opini warga DKI JAKARTA tentang calon
INDEPENDEN PERSPEKTIF
Apa yang membedakan demokrasi dan bukan demokrasi dalam pemerintahan terutama adalah adanya pertanggung jawaban yang berkuasa kepada publik (accountability) setidaknya lewat mekanisme pemilihan umum tentang kinerja pemerintahan hingga berujung pada diterima atau tidak diterimanya pertanggung jawaban tersebut (Prezeworski et al, 1999).
Accountability yang berujung pada reward and punishment merupakan rasionalitas demokrasi.
Sebuah demokrasi punya fungsi rasional dalam mengatur hubungan antara elite penguasa dan massa pemilih bila asas accountability, reward and punishment, terhadap elite pemerintah berjalan.
Reward and punishment ini pada dasarnya bertumpu pada sejauhmana elite yang berkuasa bekerja sesuai dengan kepentingan pemilih: Semakin kinerja yang berkuasa mendekati kepentingan pemilih maka peluang untuk mendapat reward, dipilih kembali, menjadi semakin besar, dan demikian juga Lanjutan…
Untuk melihat sejauhmana rasionalitas demokrasi di atas bekerja atau tidak bekerja, pertama-tama bagaimana publik mengevaluasi kinerja pemerintah yang sedang berkuasa.
Komponen apa yang harus dievaluasi harus dilihat urgensi persoalan yang paling dirasakan masyarakat, dan kemudian
bagaimana pemerintah menangani masalah-masalah tersebut.
Bila dinilai negatif, diharapkan calon yang berasal dari pemerintah yang sedang berkuasa tidak dipilih, dan bila sebaliknya, dipilih.
Tapi, seperti akan ditunjukan di bawah, ada indikasi bahwa
rasionalitas demokrasi ini tidak bekerja dalam perilaku pemilih
Pilkada DKI. Sumber irasionalitas ini adalah kegagalan calon alternatif dalam membangun rasionalitas Pilkada DKI Jakarta, dan Undang-
Undang Pilkada yang mengahalangi munculnya calon alternatif
yang lebih bervariasi.LANJUTAN
Komponen dasar dari Pilkada demokratis adalah dijaminnya hak warga untuk memilih dan dipilih secara jurdil.
Undang-undang Pilkada harus ditundukan pada prinsip maksimalisasi hak memilih dan dipilih tersebut.
Tidak boleh ada undang-undang yang menghalang-halangi hak politik warga tersebut.
Undang-undang Pilkada kita selama ini menghambat maksimalisasi hak dipilih warga ketika warga hanya diakui sah sebagai calon kepala daerah bila dicalonkan oleh partai politik.
Undang-undang tersebut menghalangi maksimalisasi hak dipilih warga karena jumlah partai yang bisa mencalonkan jauh lebih
sedikit dibanding jumlah warga yang potensial kompeten dan
berkeinginan untuk menjadi kepala daerah.LANJUTAN
Undang-undang ini mencederai prinsip dasar demokrasi, dan mempersempit rekrutmen pemimpin terbaik menurut aspirasi rakyat yang merupakan komponen dasar dari demokrasi.
Undang-undang itu harus dicabut, dan diganti dengan yang lebih memaksimalkan pelaksanaan demokrasi dan memaksimalkan hasil dalam rekrutmen kepala daerah.
Dibolehkannya secara sah calon independen untuk kepala daerah merupakan wujud dari maksimalisasi hak dipilih warga, dan maksimalisasi pelaksanaan demokrasi, dan akan menjaga rasionalitas Pilkada.
Bagaimana warga DKI Jakarta memandang aspirasi calon independen ini? Untuk menjawab ini telah dilakukan survei opini publik atas populasi warga DKI Jakarta yang punya hak pilih.
Metodologi
Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia di PROPINSI DKI
JAKARTA yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang
sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Dalam survei ini jumlah sampel ditetapkan sebanyak 1090 orang. Dengan
metode multistage random sampling, dan memiliki toleransi kesalahan (margin of error) sebesar +/- 3% pada tingkat kepercayaan 95 persen.Sampel berasal dari 109 Kelurahan dari seluruh Kota yang terdistribusi secara proporsional.
Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang
telah dilatih. Satu pewawancara bertugas untuk satu desa/kelurahan (10 responden).
Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar
15% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.Flow Chart : Multistage Random Sampling Populasi desa/kelurahan tingkat Propinsi
Desa/kelurahan di tingkat Kota/Kab k Kota/Kab 1
Kota/Kabupaten dipilih secara random … dengan jumlah proporsional
… Ds 1 … Ds m Ds 1 … Ds n
RT/lingkungan dipilih secara random RT1 RT2 RT3 RT4 RT5 sebanyak 5 dari tiap-tiap desa terpilih Di masing-masing RT/Lingkungan dipilih secara random dua KK
KK1 KK2 Di KK terpilih dipilih secara random
Laki-laki Perempuan
Temuan: Validasi sampel
Profile Demografi Responden Relatif Terhadap Populasi
KATEGORI BPS LSI KATEGORI BPS LSI
GENDERPENDIDIKAN Laki-laki
50.6 50.0 <= SD
32.3
30.9 Perempuan 49.4
50.0 SLTP
21.5
20.7 AGAMA SLTA
36.2
33.4 Muslim
85.7
88.5 Kuliah
10.0
12.0 Katolik
4.0
2.7 WILAYAH Protestan
6.0
4.9 JAKARTA BARAT
21.1
21.1 Hindu
0.3
0.4 JAKARTA PUSAT
11.8
11.9 Budha
3.8
2.9 JAKARTA SELATAN
22.8
22.9 Lainnya
0.1
0.6 JAKARTA TIMUR
28.2
27.5 ETNIS JAKARTA UTARA
15.8
15.6 Jawa
35.2
36.6 KEPULAUAN SERIBU
0.3
0.9 Betawi
27.6
28.6 Sunda
15.3
15.4 Minang
3.2
2.6 Tionghoa
5.5
5.1 Lainnya
13.2
11.7
EVALUASI ATAS KONDISI SOSIAL-
EKONOMI DAN PEMERINTAHAN
DKI JAKARTA
KONDISI EKONOMI
Bagaimana Ibu/Bpk melihat kondisi Ekonomi DKI Jakarta sekarang ini dibanding tahun lalu, dan kondisi Ekonomi DKI Jakarta setahun kedepan dibandingkan sekarang ini?…(%)
57,9 55,6 25,1 17,1 15,4
15 12,3 1,7 Lebih Buruk Tidak ada perubahan Lebih Baik TT/TJ Sekarang dibanding tahun lalu Setahun kedepan dibanding sekarang Umumnya warga DKI (58%) merasakan bahwa kondisi ekonomi DKI tahun ini lebih buruk
MASALAH MENDESAK
Menurut Ibu/Bapak, kira-kira apa masalah paling mendesak yang harus
pemerintah/pemda DKI Jakarta segera tangani dalam lima tahun ke depan? (%)
Pengangguran
14,8
Kemacetan
14,6
Banjir
11,6
Kriminalitas (kejahatan)
10,1
Biaya pendidikan/sekolah
7,5
Banyaknya orang miskin
6,9
Biaya Kesehatan/obat-obatan mahal
6,2
Narkoba
5,7
Kebersihan kota
4,8
Korupsi di pemerintahan
3,7
Sarana transportasi umum
3,5
Pelayanan pemerintah pada masyarakat
2,5
Penertiban pedagang kaki lima
1,3
Penggusuran (pengusiran) pemukiman liar
0,6
Penggusuran (pengusiran) pedagang kaki lima
0,6
Jumlah penduduk yang terlalu banyak
0,6
Penertiban Pemukiman liar
0,6
MASALAH MENDESAK
Setelah itu, masalah apa yang paling mendesak berikutnya yang harus
pemerintah/pemda DKI Jakarta segera tangani dalam lima tahun ke depan? (%)
0,6 0,6 0,8 1,2 1,4 3,1 3,9 5,7 5,7 6,9 7,1 7,8 8,6 9,3 9,7 10,9 13,8Penggusuran (pengusiran) pemukiman liar Penertiban Pemukiman liar Penggusuran (pengusiran) pedagang kaki lima Jumlah penduduk yang terlalu banyak Penertiban pedagang kaki lima Sarana transportasi umum Pelayanan pemerintah pada masyarakat Kebersihan kota Korupsi di pemerintahan Biaya Kesehatan/obat-obatan mahal Banyaknya orang miskin Kriminalitas (kejahatan) Narkoba Biaya pendidikan/sekolah Banjir Kemacetan Pengangguran
MASALAH MENDESAK
Setelah itu, masalah apa lagi yang paling mendesak berikutnya yang harus
pemerintah/pemda DKI Jakarta segera tangani dalam lima tahun ke depan? (%)
Pengangguran
15,3
Biaya pendidikan/sekolah
10,3
Banyaknya orang miskin
9,5
Biaya Kesehatan/obat-obatan mahal
8,9
Kemacetan
8,1
Korupsi di pemerintahan
8,1
Banjir
7,3
Narkoba
7,1
Kriminalitas (kejahatan)
5,6
Pelayanan pemerintah pada masyarakat
4,1
Kebersihan kota
3,9
Sarana transportasi umum
3 Penertiban pedagang kaki lima 1,9
Jumlah penduduk yang terlalu banyak
1,8
Penertiban Pemukiman liar
0,8
Penggusuran (pengusiran) pedagang kaki lima
0,8
Penggusuran (pengusiran) pemukiman liar
0,7 Bagaimana Ibu/Bpk melihat Pemda DKI Jakarta menangani masalah-masalah berikut? (%)
7 Kemacetan Banjir Kemiskinan Pengangguran Buruk Baik KINERJA PEMERINTAH
91.6
71.2
79.6
91.4
7.4
27.2
18.7 Bagaimana Ibu/Bpk melihat Pemda DKI Jakarta menangani masalah berikut (%)
74.4
63.5
71
18.1
34.9
27.2
Pemberantasan korupsi di jajaran Pemda DKI Mengatasi masalah kejahatan/kriminal Pembersihan kali/sungai KINERJA PEMERINTAHIMPLIKASI ELEKTORAL
TIDAK RASIONAL
Umumnya warga DKI Jakarta merasakan bahwa kondisi ekonomi DKI
Jakarta tahun ini lebih buruk dari sebelumnya. Masalah utama dan paling mendesak yang dirasakan warga pada
umumnya dan meminta segera ditangani dalam lima tahun ke depan
adalah pengangguran, kemacetan, dan banjir. Warga DKI Jakarta umumnya menilai bahwa Pemda DKI Jakarta
sekarang gagal dalam menanggulangi tiga masalah utama tersebut.
Evaluasi negatif warga terhadap kinerja Pemda seperti itu seharusnya
berimplikasi pada tidak dipilihnya calon yang berasal dari Pemda.
Bila tetap dipilih berarti Pilkada DKI Jakarta tidak rasional, dan calon
alternatif yang ada (Adang Darajatun) gagal membangun rasionalitas
Pemilih Pilkada.
Kemungkinan kegagalan rasionalitas Pilkada juga karena mekanisme
Pilkada yang mengkerangkeng prinsip dasar dari demokrasi, yaknidibatasinya hak warga untuk dipilih hanya bila dicalonkan oleh partai
politik. Sebagaimana akan ditunjukan di bawah bahwa pembatasan pencalonan
KOMITMEN DAN EVALUASI
TERHADAP DEMOKRASI10,4 77,3
7,6
0,54,2 Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak TT/TJ Komitmen
Seberapa setuju atau tidak setuju Ibu/Bapak dengan pendapat bahwa demokrasi
adalah sistem pemerintahan terbaik untuk negara kita?…(%)2,9 40,5 46,4 6,0 4,1 Sangat puas Cukup puas Kurang puas Tidak puas sama TT/TJ Evaluasi Seberapa puas Ibu/Bapak dengan pelaksanaan demokrasi di negara kita sejauh ini?…(%)
43.4
87.7
- -44.3 Komitmen Pelaksanaan Defisit Defisit (Pelaksanaan – Komitmen) (%)
Temuan
Komitmen warga terhadap demokrasi sebagai sistem pemerintahan terbaik bagi negeri kita tumbuh sangat luas dalam masyarakat DKI Jakarta. Hanya satu dari sepuluh warga DKI yang tidak punya komitmen terhadap demokrasi tersebut.
Tapi sejauh ini warga DKI Jakarta umumnya (52%) merasa tidak puas dengan pelaksanaan demokrasi di negeri kita. Jadi ada gap sekitar 40% antara komitmen dan pelaksanaan demokrasi.
PILKADA DAN PERSEPSI
Apakah Ibu/Bapak tahu/pernah dengar bahwa pada bulan Agustus nanti akan diadakan
pemilihan Gubernur DKI Jakarta secara langsung?…(%) 86,313,7 Ya Tidak AWARENESS DENGAN PILKADA
HAK DIPILIH
Apakah Ibu/Bpk setuju atau tidak setuju dengan pandangan bahwa setiap warga yang punya hak pilih dalam pemilihan Gubernur juga punya hak untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur?…(%)
79,4 10,7 9,5 0,4 0,1 Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak TT/TJ setuju
PARTAI TAK MEJAMIN ASPIRASI WARGA
Apakah Ibu/Bpk yakin dengan pandangan bahwa pencalonan seseorang menjadi Gubernur DKI
Jakarta oleh PARPOL akan menghasilkan Gubernur yang sesuai dengan keinginan
pemilih/rakyat?…(%)
64,0 29,8 5,2 0,8 0,2
Sangat yakin Cukup yakin Kurang yakin Tidak yakin sama TT/TJ
sekali6,8 80,0 12,5 0,5 0,3 Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju TT/TJ PERILAKU PEMILIH Untuk membuka kesempatan seluas-luasnya bagi munculnya calon gubernur DKI Jakarta terbaik bagi warga Jakarta, ada yang usul agar pencalonan gubernur DKI Jakarta tidak harus hanya oleh partai politik, tapi dibolehkan juga oleh individu atau kelompok masyarakat di luar partai politik.
Apakah Ibu/Bapak setuju atau tidak setuju dengan pendapat tersebut ?…(%)
PERILAKU PEMILIH
Kalau ada dua calon gubernur dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta nanti, yang satu
dicalonkan oleh partai politik, dan yang satu lagi dicalonkan bukan oleh partai politik (calon
independen), tapi oleh kelompok masyarakat di luar partai politik. Calon yang mana yang akan
Ibu/Bapak pilih ?…(%)
59,3 39,4 1,3 Yang dicalonkan oleh partai Yang tidak dicalonkan oleh TT/TJ politik partai politik
DISTRIBUSI OPINI
PERILAKU PEMILIH
8.8
90.5 PKS TT/TJ Tidak setuju Setuju KATEGORI
9.5
88.5 PD
11.5
92.2 PDIP
7.8
91.2 GOLKAR
Apakah Ibu/Bpk setuju atau tidak setuju dengan pandangan bahwa setiap warga yang punya hak pilih dalam pemilihan Gubernur juga punya hak untuk mencalonkan diri sebaga Gubernur?…(%)
0.3
8.9
83.6 PAN
16.4
88.2 Lainnya
11.8
90.9 TJ/Rahasia
8.8
91.1 PPP
PERILAKU PEMILIH
42.7 GOLKAR
32.1 PKS TT/TJ Tidak yakin Yakin KATEGORI
67.3
0.6
38.5 PD
60.9
0.6
38.5 PDIP
61.5
Apakah Ibu/Bpk yakin dengan pandangan bahwa pencalonan seseorang menjadi Gubernur
DKI Jakarta oleh PARPOL akan menghasilkan Gubernur yang sesuai dengan keinginan
pemilih/rakyat?…(%)1.8
1.0
40.0 PPP
60.0
30.9 PAN
69.1
42.2 Lainnya
57.8
29.0 TJ/Rahasia
69.2
56.3
PERILAKU PEMILIH
16.2
89.9 PKS TT/TJ Tidak setuju Setuju KATEGORI
9.5
0.6
84.6 PD
15.4
83.8 PDIP
Untuk membuka kesempatan seluas-luasnya bagi munculnya calon gubernur DKI Jakarta
terbaik bagi warga Jakarta, ada yang usul agar pencalonan gubernur DKI Jakarta tidak
harus hanya oleh partai politik, tapi dibolehkan juga oleh individu atau kelompok
masyarakat di luar partai politik. Apakah Ibu/Bapak setuju atau tidak setuju dengan
pendapat tersebut ?…(%)
9.9
16.5
86.7 PPP
13.3
90.9 PAN
9.1
90.1 Lainnya
83.5 GOLKAR
PERILAKU PEMILIH
45.6 GOLKAR
32.3 PKS TT/TJ Bukan dari partai Dari partai KATEGORI
66.5
1.2
46.8 PD
53.2
38.8 PDIP
60.3
0.9
Kalau ada dua calon gubernur dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta nanti, yang satu dicalonkan oleh partai politik, dan yang satu lagi dicalonkan bukan oleh partai politik (calon independen), tapi oleh kelompok masyarakat di luar partai politik. Calon yang mana yang akan Ibu/Bapak pilih ?…(%)
2.8
1.9
43.2 PPP
56.8
30.2 PAN
69.8
43.0 Lainnya
57.0
37.5 TJ/Rahasia
59.7
52.4
PERILAKU PEMILIH
Apakah Ibu/Bpk setuju atau tidak setuju dengan pandangan bahwa setiap warga yang punya hak pilih
dalam pemilihan Gubernur juga punya hak untuk mencalonkan diri sebaga Gubernur?…(%)
KATEGORI Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju TT/TJ Laki-laki 13,1% 76,5% 9,9% 0,6% Perempuan 8,3% 82,3% 9,0% 0,2% 0,2% <= 19 thn 3,2% 83,9% 12,9% 20 - 29 thn 11,2% 79,7% 9,1% 30 - 39 thn 12,3% 77,5% 9,6% 0,7% 40 - 49 thn 11,6% 80,2% 7,0% 0,8% 0,4% => 50 thn 8,9% 79,5% 11,6% <= SD 7,0 84,5 7,8 0,4 0,4 SLTP 7,5 81,6 10,9 SLTA 12,7 77,0 10,0 0,2 KULIAH 14,5 75,4 9,2 1,0 JAWA 10,8% 80,2% 8,8% 0,3% BETAWI 9,9% 81,3% 8,5% 0,3% SUNDA 9,6% 78,4% 10,8% 1,2% CINA 10,9% 72,7% 16,4% Lainny a 13,7% 75,8% 9,7% 0,8% JAK-BAR 10,1% 76,8% 12,7% 0,4% JAK-PUS 8,6% 81,3% 8,6% 1,6% JAK-SEL 10,4% 80,0% 9,6% JAK-TIM 12,3% 79,3% 8,0% 0,3% JAK-UT 10,6% 80,0% 8,8% 0,6%
WILAYAH GENDER USIA ETNIS PENDIDIKAN
PERILAKU PEMILIH
BETAWI
GENDER USIA PENDIDIKAN ETNIS WILAYAH
6,0% 26,8% 65,6% 0,3% 1,3%
JAK-TIM
4,0% 27,7% 67,5% 0,4% 0,4%
SUNDA 4,2% 31,1% 64,1% 0,6% CINA 3,8% 39,6% 56,6% Lainnya 6,5% 18,5% 72,6% 0,8% 1,6% JAK-BAR 3,5% 31,0% 64,2% 1,3% JAK-PUS 8,6% 30,5% 60,2% 0,8% JAK-SEL
6,7% 30,4% 61,7% 0,3% 0,9%
Apakah Ibu/Bpk yakin dengan pandangan bahwa pencalonan seseorang menjadi Gubernur DKI Jakarta
oleh PARPOL akan menghasilkan Gubernur yang sesuai dengan keinginan pemilih/rakyat?…(%)KATEGORI Sangat yakin Cukup yakin Kurang yakin Tidak yakin sama sekali TT/TJ Laki-laki
<= SD 7,5 39,2 52,2 0,4 0,8 SLTP 5,4 31,7 62,4 0,5 SLTA 4,1 27,8 67,5 0,7 KULIAH 3,9 20,3 73,9 0,5 1,4 JAWA
6,0% 33,4% 59,2% 0,7% 0,7%
<= 19 thn 12,9% 35,5% 51,6% 20 - 29 thn 4,3% 22,5% 73,3% 30 - 39 thn 5,0% 26,7% 67,7% 0,7% 40 - 49 thn 4,2% 33,2% 60,6% 1,9% => 50 thn
3,1% 33,5% 62,6% 0,7%
Perempuan
7,2% 26,1% 65,4% 0,4% 0,9%
4,0% 30,9% 64,3% 0,8%
PERILAKU PEMILIH
Kalau ada dua calon gubernur dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta nanti, yang satu dicalonkan oleh
partai politik, dan yang satu lagi dicalonkan bukan oleh partai politik (calon independen), tapi oleh
kelompok masyarakat di luar partai politik. Calon yang mana yang akan Ibu/Bapak pilih ?…(%)
KATEGORI Yang dicalonkan oleh partai politik Yang tidak dicalonkan oleh partai politik TT/TJ Laki-laki
38,0% 60,2% 1,9%
Perempuan 40,8% 58,4% 0,8% <= 19 thn
54,8% 45,2%
20 - 29 thn 36,6% 62,3% 1,1% 30 - 39 thn 38,7% 60,6% 0,7% 40 - 49 thn
41,3% 56,3% 2,4%
=> 50 thn 38,1% 60,5% 1,4% <= SD 47,2 52,0 0,8 SLTP 41,8 57,7 0,5 SLTA 38,0 60,8 1,2 KULIAH 29,6 67,3 3,0 JAWA 39,2% 60,3% 0,5% BETAWI 42,9% 55,3% 1,8% SUNDA
40,9% 58,5% 0,6%
CINA 34,0% 64,0% 2,0% Lainnya 30,6% 66,1% 3,3% JAK-BAR 40,9% 58,6% 0,5% JAK-PUS 40,7% 58,5% 0,8% JAK-SEL 43,6% 56,0% 0,4% JAK-TIM 30,3% 67,2% 2,4%
GENDER USIA PENDIDIKAN ETNIS WILAYAH
KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN
Kesimpulan dan saran-saran
Warga DKI Jakarta yang punya hak pilih pada umumnya menilai kinerja
Pemda DKI gagal dalam mengatasi masalah-masalah yang mereka rasakan
paling mendesak (pengangguran, banjir, dan kemacetan).
Evaluasi negatif atas Pemda DKI Jakarta ini bisa membuat Fauzi Bowo
sebagai calon yang terkait langsung dengan kinerja Pemda tidak dipilih bila
Pilkada berlangsung secara rasional: menghukum pejabat yang dinilai gagal
dengan tidak memilihnya. Bila Fauzi tetap terpilih berarti Pilkada DKI Jakarta tidak rasional, dan
lawannya Adang Darajatun gagal membangun rasionalitas Pilkada DKI
Jakarta.
Irasionalitas itu bisa juga lahir karena Undang-undang Pilkada DKI (pemilu
presiden dan Pilkada-Pilkada daerah-daerah lain kecuali Aceh) mempersempit munculnya peluang lebih besar bagi calon-calon alternatif. Penyempitan rekrutmen calon-calon ini hanya oleh partai politik mengebiri
Kesimpulan dan saran-saran Undang-undang yang membatasi agar calon gubernur hanya bisa
dicalonkan secara sah oleh partai politik bertentangan juga dengan aspirasi warga DKI Jakarta.
Hampir semua warga DKI Jakarta mengakui hak bahwa setiap warga
yang punya hak pilih juga punya hak untuk dipilih.Hampir semua warga DKI Jakrta menginginkan agar pencalonan gubernur DKI Jakarta tidak hanya boleh oleh partai politik tapi juga boleh oleh perorangan maupun oleh kelompok masyarakat di luar partai politik.
Sebagian besar warga DKI Jakarta tidak yakin bahwa calon gubernur
DKI Jakarta yang dicalonkan partai akan menghasilkan gubernur yang sesuai dengan keinginan rakyat.Kesimpulan dan saran-saran Bila ada dua calon, yang satu dicalonkan oleh partai dan yang lainnya tidak
dicalonkan oleh partai, mayoritas pemilih DKI akan memilih calon yang tidak
dicalonkan oleh partai politik. Dalam demokrasi aspirasi warga ini penting untuk didengar dan diterjemahkan ke dalam keputusan politik. Karena itu PEMBATASAN CALON GUBERNUR DKI
JAKARTA HANYA OLEH PARTAI POLITIK HARUS DICABUT, DAN DIBERIKAN KESEMPATAN PENCALONAN OLEH PERORANGAN ATAU OLEH KELOMPOK MASYARAKAT DI LUAR PARTAI POLITIK.
Mahkamah konstitusi harus segera meninjau ulang (menguji) konstitusionalitas
Undang-Undang yang mengatur pencalonan kepala daerah apakah bertentangan
dengan Konstitusi atau tidak, apakah bertentangan dengan suara rakyat sebagai
sumber dasar demokrasi, atau tidak.
Bila aspirasi ini tidak dijalankan maka Pilkada DKI Jakarta yang akan datang
tidak mendapat legitimasi demokrasi yang kuat.