RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUTUR CIPTA KARYA

  

RENCANA PEMBANGUNAN

BAB

  VII

INFRASTRUTUR CIPTA KARYA

  Rencana pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum dan pengembangan penyehatan lingkungan permukiman (sub sektor air limbah, persampahan dan drainase). Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Dilanjutkan dengan tahapan analisis kebutuhan dan kajian terhadap program-program sektoral dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilakukan perumusan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.

7.1 Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

  Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai sarana, prasarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan permukiman perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan serta desa tertinggal.

  Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Pengembangan permukiman ini meliputi pengembangan prasarani pusat berawalnya kegiatan yang keberadaanya serni menjadia dan sarana dasar perkotaan, pengembangan permukiman yang terjangkau, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan ekonomi kota, serta penciptaan sosial budaya di perkotaan. Adapun penyediaan permukiman tersebut baik dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Pesawaran sendiri maupun dengan keikutsertan dari pihak swasta dalam memenuhi kebutuhan pemukiman tersebut. Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain :

  1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang NasionalArahan RPIJM tahap 3(2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

  2. Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Pasal 4 mengamatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f)

  3. Undang-undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rmuah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

  4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan KemiskinanPeraturan ini menetapkan salah sarunya terkait dengan penanggulangan kawasan kumuh.

  5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayananan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata RuangPeraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

  Kawasan Permukiman adalah kawasan inti yang seringkali mendominasi dalam suatu kawasan perkotaan. Kawasan ini menjadi pusat berawalnya kegiatan yang keberadaanya seringkali mengikuti perkembangan kawasn lainnya. Setiap kawasan fungsional yang dikembangkan akan membutuhkan kawasan permukiman untuk mengakomodasi perkembangan masyarakat yang beraktifitas di dalam kawasan yang dikembangkan tersebut.

  Perkembangan kawasan tersebut pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam 2 (dua) jenis yaitu Permukiman yang berkembang karena faktor historis dan permukiman yang berkembang karena diciptakan. Permukiman jenis pertama adalah permukiman yang pertama adalah permukiman yang telah berkembang sebelum suatu wilayah atau kota berkembang menjadi sangat pesat. Permukiman jenis ini umumnya ditenggarai sebagai titik awal perkembangan suatu wilayah atau kota yang berkembang secara alami padalokasi lokasi yang dekat dengan sumber daya alam yag digunakan manusia untuk hidup seperti bantaran sungai, bantaran rel kereta api, daerah perbukitan, daerah SUTET, daerah pantai. Berkaitan dengan hal tersebut, umumnya permukiman jenis ini berkembang secara sporadis disekitar tempat tersebut. Untuk permukiman jenis kedua adalah permukiman yang berkembang karena diciptakan oleh pengembang. Permukiman ini dikembangkan pada lokasi lokasi yang umumnya berada di pinggiran kota untuk megakomodir pertumbuhan pusat pusat baru di pinggiran kota tersebut. Permukiman jenis kedua ini juga dikembangkan untuk memeratakan perkembangan wilayah atau kota serta memenuhi kebutuhan perumahan penduduk.

  Berkenaan dengan kedua jenis permukiman tersebut, dalam suatu wilayah atau kota perkembangan dari kawasan permukiman sangat rentan terhadap adanya perkembangan yang tidak terkendali. Adanya perrmintaan perumahan yang cukup tinggi yang tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan pengembangan kawasan permukiman yang memadai, menyebabkan perkembangan kawasan permukiman ini menjadi salah satu pemberi sumbangan terhadap fenomena urban sprawl. Selain itu berbagai persoalan pembangunan juga banyak muncul dari kawasan permukiman yaitu perumahan liardan permukiman kumuh yang seringkali berdampak lebh lanjut pada meningkatnyatingkat kesenjangan masyarakat, tingginya angka kriminalitas dan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat.

  Berkaitan dengan banyaknya persoalan pembangunan yang muncul dari perkembangan kawasan permukiman merupakan salah satu kawasan yang perlu dilakukan penanganan secara khusus, namun dalam konteks keruangan, penyelesaiannya tidak mungkin dilakukan secara bersamaan. Faktor luas kawasan permukiman yang besar disuatu wilayah atau kota dan banyaknya persoalan yang munculmegakibatkan tiap kawasan permukiman memiliki upaya penanganan yang berbeda beda bahkan bersifat sangat spesifik. Hal ini disebabkan persoalan yang muncul memiliki potensi dalam mempengaruhi keberlanjutan pembangunan wilayah atau kota maka beberapa bagian bahkan perlu ditangani terlebih dahulu atau diberikan prioritas penanganan bila dibandingkan dengan kawasan permukiman lainnya. Berdasarkan petimbangan tersebut perlu adanya penanganan didasarkan pada skala prioritas kawasan atau yang lazim diikenal penanganan kawasanpermukiman prioritas.

  Kawasan permukiman prioritas adalah bagian dari suatu wilayah administrasi pemerintahan yang memiliki karakteristik dan atau persoalan khusus yang menyebabkan kawasan ini perlu diprioritaskan atau diberikan perhaian khusus dalam penanganannya. Kesalahan dalam megantisipasi pola penanganan dan peberian prioritaspada kawasan dengan kebutuhan khusus tersebut akan berdampak terhadap proses dan pencapaian tujuan pembangunanperkotaan secara keseluruhan.

7.1.1 Kondisi Eksisting

  Peraturan perundangan-undangan di Kabupaten Pesawaran terkait peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota maupun peraturan lainnya yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan dan pemanfaatan pembangunan permukiman diuraikan pada masing-masing sektor pelaksanaan program di Bidang Cipta Karya.

Tabel 7.1 Peraturan Daerah Terkait Pengembangan Permukiman

  Perda/Pergub/Perwali/Perbup/Peraturan Lainnya Amanat Kebijakan No. Jenis Produk Nomor dan Perihal Daerah Pengaturan Tahun

  1 Perda Perda No. 4 RTRW Rencana Tata Ruang Tahun 2012 Wilayah Kabupaten

  Pesawaran

  Sumber : Dokumen RTRW Kabupaten Pesawaran

  Daerah permukiman kumuh yang ada di Kabupaten Pesawaran berpotensi menimbulkan gangguan terhadap kesehatan lingkungan pemukiman dan bahaya lain yang merugikan bagi yang tinggal di wilayah tersebut. Adapun sebaran perumahan dan permukiman di Kabupaten Pesawaran dengan melihat kondisi daerah permukiman kumuh dapat diidentifkasikan sebagai berikut :

  A. Daerah Bantaran Sungai Tipe kawasan permukiman ini sebagian besar Tidak teratur, pandangan atau tata letanya membelakangi sungai, jalan masuk sempit, jenis perkerasan tanah dan seringa mengalami genangan. Kondisi rumah semi permanen dan kurang didukung PSD yang memadai sehingga cederung terlihat kumuh.

  B. Daerah Pesisir Pantai (Daerah Nelayan) Kawasan permukiman ini terletak di pesisir atau tepi pantai dimana umumnya merrupakan bangunan ilegal mengingat berdirinya bangunan diatas lahan milik negara/lainnya yang ditempati karena kedekatan dengan sumber mata pencarian rumah yakni nelayan. Sebagian besar berbentuk panggung, sering banjir/tergenang, tata letak bangunan kurang teratur dengan lingkungan yang tidak sehat.

  Kabupaten Pesawaran terdapat 3 (tiga) kecamatan yang memiliki permukiman daerah nelayan yaitu Kecamatan Padang Cerimin, Kecamatan Punduh Pidada dan Kecamatan Marga Punduh.

  C. Daerah Lereng Bukit Kabupaten Pesawaran dengan kondisi fisik yang berbukit bukit dan tersebar sebagian besar hampir diseluruh kecamatan dimanfaatkan oleh sebagian msyarakat pendatang untuk dijadikan tempat tinggal. Kawasan permukiman ini terletak dilereng bukit dengan aksesibilitas rendah dan sulit dijangkau, prasarana air bersih, MK dan lainnya tidak tersedia, tipe rumah semi permanen, kondisi lingkungan terkesan kumuh.

Tabel 7.2 Data Kawasan Permukiman Kumuh di Kabupaten Pesawaran

  Sumber : SK Kumuh Kabupaten Pesawaran, 2015 Umumnya Sarana dan Prasarana yang ada di kawasan permukiman kumuh sangat tidak memadai. Dilihat dari aksesibilitas, fasilitas pelayanan, kesehatan lingkungan yang rendah. Untuk mengantisipasi serta merehbilitasi kondisi dikwasan permukiman kumuh tersebut dengan melalui perbaikan lingkungan permukiman.

  Sejalan dengan pertumbuhan penduduk Kabupaten Pesawaran yang cenderung pesat, menyebabkan permasalahan yang komprehensif untuk memenuhi kebutuhan akan rumah pun yang juga semakin meningkat, sementara lahan yang tersedia untuk perumahan semakin terbatas. Bagi penduduk yang memaksakan untuk memilih tempat tinggal/rumah di daerah perkotaan maka harus rela berbagi lahan dengan yang lainnya dengan luas lantai yang relative terbatas, hal ini mengakibatkan timbulnya daerah-daerah kumuh yang sangat rentan terhadap gangguan kesehatan bagi para penghuninya. Perkembangan permukiman hendaknya juga mempertimbangkan aspek-aspek sosial budaya masyarakat setempat, agar pengembangannya dapat sesuai dengan kondisi masyarakat dan alam lingkungannya. Aspek sosial budaya ini dapat meliputi desain, pola, dan struktur, serta bahan material yang digunakan.

  Dalam pengembangan kawasan permukiman perkotaan, diperlukan perencanaan dalam penentuan sasaran penyediaan PSD bagi perumahan dan permukiman di setiap daerah sangat ditentukan oleh kesiapan dan rencana pengembangan kelembagaan di daerah, kinerja pemenuhan kebutuhan perumahan, kinerja pencapaian kualitas permukiman. Pada saat ini telah terdapat beberapa program yang berkaitan dengan perumahan dan permukiman di Kabupaten Pesawaran, antara lain:  Program peningkatan kualitas lingkungan permukiman  Program pengembangan Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA)  Program pengembangan Kawasan Siap Bangun (KASIBA)  Program pengembangan Lingkungan Siap Bangun (LISIBA) Dalam pengembangan kawasan permukiman perdesaan dilakukan program dan kegiatan guna meningkatkan infrastruktur di kawasan permukiman perdesaan.

A. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

  Pembangunan di bidang perumahan dan permukiman di Kabupaten Pesawaran pada khususnya dalam beberapa dekade belakangan ini tentunya menemui bannyak tantangan dan permasalahan, permasalahan pembangunan permukiman dan perumahan tersebut diantaranya adalah:

  1) Belum melembaganya sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman

   Secara umum sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman masih belum mantap, baik di tingkat pusat, wilayah, maupun lokal, ditinjau dari segi SDM, organisasi, tata laksana, dan dukungan prasarana serta sarananya.

   Belum mantapnya pelayanan dan akses terhadap hak atas tanah untuk perumahan, khususnya bagi kelompok masyarakat miskin dan berpendapatan rendah.  Belum efisiennya pasar perumahan, karena adanya intervensi yang mengganggu penyediaan dan menyebabkan distorsi permintaan akan perumahan.

  

2) Rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak dan

terjangkau

   Tingginya kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau masih belum diimbangi kemampuan penyediaan, baik oleh masyarakat, dunia usaha dan pemerintah.  Ketidakmampuan masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah untuk mendapatkan rumah yang layak dan terjangkau serta memenuhi standar lingkungan permukiman yang responsif (sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan), karena terbatasnya akses informasi, terutama yang berkaitan dengan pertanahan dan pembiayaan perumahan.

   Belum tersedianya dana jangka panjang bagi pembiayaan perumahan yang menyebabkan terjadinya mismatch pendanaan dalam pengadaan perumahan. Di samping itu, sistem dan mekanisme subsidi perumahan bagi kelompok masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah masih perlu dimantapkan, baik melalui mekanisme pasar formal maupun melalui mekanisme perumahan yang bertumpu pada keswadayaan masyarakat.

  3) Menurunnya kualitas lingkungan permukiman

   Secara fungsional, sebagian besar kualitas perumahan dan permukiman masih belum memenuhi standar pelayanan yang memadai sesuai skala kawasan yang ditetapkan, baik sebagai kawasan perumahan maupun kawasan permukiman yang berkelanjutan, seperti terbatasnya ruang terbuka hijau, lapangan olah raga, tempat usaha dan perdagangan di samping prasarana dasar perumahan dan permukiman, seperti air bersih, sanitasi, dan pengelolaan limbah  Secara fisik lingkungan, masih banyak ditemui kawasan perumahan dan permukiman yang telah melebihi daya tampung dan daya dukung lingkungan. Dampak semakin menurunnya daya dukung lingkungan diantaranya adalah dengan meningkatnya lingkungan permukiman kumuh pertahunnya.

   Secara visual wujud lingkungan, juga terdapat kecenderungan yang kurang positif bahwa sebagian kawasan perumahan dan permukiman telah mulai bergeser menjadi lebih tidak teratur, kurang berjati diri, dan kurang memperhatikan nilai-nilai kontekstual sesuai sosial budaya setempat serta nilai-nilai arsitektural yang baik. Selain itu, kawasan yang baru dibangun juga tidak secara berlanjut dijaga penataannya sehingga secara potensial dapat menjadi kawasan kumuh yang baru.

  Tantangan pembangunan permukiman dan perumahan tersebut diantaranya adalah:

a) Banjir

  Banjir yang terjadi di Kabupaten Pesawaran disebabkan atas beberaa hal antara lain tingginya curah hujan, buruknya drainase, berkurangnya luas bantaran sungai, kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembarangan, dan berkurangnya daerah terbuka hijau. Hal lain yang juga sangat berperan menjadi penyebab banjir di Kabupaten Pesawaran ini adalah penyempitan sungai yang mempunyai DAS berukuran kecil yang merupakan drainase utama dari daerah pantai di sekitar Padang Cermin. Selain masalah penyempitan lahan tersebut, banjir yang terjadi di Kabupaten Pesawaran juga diakibatkan oleh gundulnya kawasan pegunungan Kabupaten Pesawaran sebagai salah satu gunung yang ada di Kabupaten Pesawaran. Pemerintah Pesawaran mengalami kesulitan untuk mengontrol perubahan fungsi lahan kawasan perbukitan karena umumnya kawasan perbukitan tersebut telah menjadi milik pribadi. Akibatknya para pemilik lahan dapat melakukan apapun terhadap lahan tersebut tanpa memikirkan akibat yang ditimbulkan.Serin terjadi selain masalah banjir, semakin berkurangnya kawasan perbukitan ini juga mengakibatkan longsor dikawasan tersebut yang tidak jarang memakan korban.

  Untuk mengatasi masalah ini pemerintah Kabupaten Pesawaran telah melaksakan berbagai kegiatan baik dilakukan secara sendiri maupun bekerjsama dengan pemeritah pusat dan lembaga swadaya masyarakat. Beberapa program yang telah dilakukan antara lain program kali bersih, perbaikan drainase, pemberian perijinan yang lebih ketat dan program dan kegiatan lainnya yang bertujuan untuk mengatasi masalah banjir dan sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan sungai.

b) Air Minum dan Sanitasi

  Sebagaimana yang terjadi di sebagian besar kota di Indonesia, air mimum yang bersumber dari PDAM menjadi sumber utama bagi masyarakat perkotaan untuk memenuhi kebutuhan mereka. PDAM Pesawaran sebagai perusahaan daerah air minum yang memberikan pelayanan air minum di Kabupaten Pesawaran berperan besar untuk memenuhi kebutuhan warga Kabupaten Pesawaran akan air minum. Akan tetapi sampai dengan tahun 2013, tingkat pencapaian MDGs sebesar 59,5%. Akan tetapi pada kenyataannya PDAM Pesawaran tidak dapat memberikan pelayanan secara menerus selama 24 jam karena terbatasnya debit air. Selain itu, masih sangat banyak warga masyarakat mengenah ke bawah yang belum memperoleh akses air minum dari PDAM ini. Oleh karena itu, dalam waktu dekat PDAM akan menjalin kerjasama dengan pihak swasta untuk meningkatkan debit air sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih luas kepada masyarakat dengan tidak melupakan fungsi sosialnya untuk melayani masyarakat miskin untuk memperoleh air dengan harga yang terjangkau.

  Kondisi sanitasi lingkungan yang buruk di kawasan miskin mengakibatkan kerugian ekonomi serta menurunkan kualitas hidup, terutama di kalangan wanita dan anak- anak. Situasi sanitasi yang parah menyebabkan berulangnya epidemi infeksi perut sehingga keberjangkitan penyakit thypus di Indonesia tercatat tertinggi di Asia Timur. Pesawaran merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang juga menghadapi masalah sanitasi. Data perhitungan MDGs pada tahun 2013 menunjukkan bahwa cakupan pelayanan sanitasi di Kabupaten Pesawaran adalah 83.48% dengan cakupan pelayanan sanitasi provinsi sebesar 45,49%, hal ini menunjukkan bahwa masih ada sekitar 37,99% dari warga Kabupaten Pesawaran yang tidak memiliki akses terhadap pelayanan sanitasi yang sehat.

  Menghadapi masalah ini pemerintah Kabupaten Pesawaran sejak tahun 2013 mengikuti program Sanitasi Masyarakat (Sanimas) yang bertujuan untuk untuk mengenalkan pilihan lain, yaitu Sistem Pembuangan Limbah Berbasis Masyarakat. Upaya ini diharapkan bisa menjadi pilihan pemerintah setempat dalam strategi pembangunan sanitasinya. Program ini diikuti pula oleh berbagai program yang disusun oleh pemerintah kota melalui dinas kesehatan seperti kegiatan kesehatan keluarga dan kampanye hidup sehat. Melalui kegiatan yang saling mendukung ini diharapkan jumlah warga yang memiliki akses terhadap sanitasi akan dapat meningkat.

  Adapun permasalahan yang dihadapi serta alternatif strategi yang terkait perencanaan pembangunan daerah dan penanggulangan bencana di Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 7.3 Identifikasi Permasalahan, Tantangan dan Alternatif Solusi Pengembangan

  Permukimandi Kabupaten Pesawaran

  Permasalahan No. Pengembangan Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi Permukiman

  1 Aspek Teknis Masih rendahnya mutu dan Meningkatkan mutu dan kuantitas infrastruktur perkotaan kuantitas infrastruktur perkotaan

  Belum meratanya sarana Meningkatkan mutu dan danprasarana perkotaan di kuantitas bangunan publik

  No. Permasalahan Pengembangan Permukiman Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi

  Lemahnya penegakan hukumterhadap perusak lingkungan

  5 Aspek Lingkungan Permukiman

  Meningkatkan perlindungan terhadap SDA dari kerusakan dan melindungi kawasan konservasi agar fungsinya sebagai penyangga kehidupan tetap terjada

  Lemahnya kesadaran dan disiplin masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan

  4 Aspek Peran Serta Masyarakat

  Belum optimalnya pengelolaanSampah Merehabilitasi lingkungan yang telah rusak

  Meningkatkan akses masyarakat dalam pemberdayaan dan pengelolaan SDA dan LH

  Meningkatkan dan mengembangkan sarana transportasi

  seluruhwilayah kota dan gedung pemerintah Adanya ancaman bencana (longsor, banjir, gempa bumi dan tsunami

  Belum efektifnya pelaksanaanpenataan, pengendalian danpemanfaatan ruang

  3 Aspek Kelembagaan

  Meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana di daerah pinggiran

  Terbatasnya kemampuan dana pemerintah daerah dalam pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur daerah

  2 Aspek Pembiayaan

  Meningkatkan pengelolaan sampah dan manajemen pelayanan persampahan

  Kerusakan DAS yang cukup tinggi Meningkatkan pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang kota

  Permasalahan No. Pengembangan Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi Permukiman

  Banyaknya pertambangan Memperbaiki pengelolaan (gunung dan bukit) yang merusak SDA dan pelestarian fungsi lingkungan lingkungan hidup Meningkatnya pencemaran Meningkatkan pengendalian airPermukaan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup

  Aspek Teknis

  Penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD) perkotaan melalui pembangunan, peningkatan maupun pemeliharaan telah dilakukan selama ini. Selain itu bantuan stimulan sebagai pendorong dalam perbaikan PSD, perumahan dan permukiman juga telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Pesawaran, yang diberikan kepada warga/ masyarakat yang benar-benar membutuhkan untuk meningkatkan kualitas PSD perkotaan dan perumahan maupun lingkungannya.

  Banyak ditemui sebagian dari warga masyarakat di Kabupaten Pesawaran bertempat tinggal di kawasan perkotaan, hal ini terkait dengan kemudahan aksesibilitas dan tersedianya prasarana dan sarana perkotaan. Di sisi lain lahan dan ruang di kawasan perkotaan sangat terbatas, sehingga sering dijumpai suatu kawasan perkotaan padat penduduk yang mengakibatkan kawasan tersebut tidak tertata, tidak teratur dan menjadi kumuh. Bila tidak segera kawasan kumuh ini ditata dan dibenahi dapat menimbulkan kerawanan, seperti: masalah lingkungan hidup, sosial, kriminalitas dll.

  Aspek Pendanaan

  Adanya keterbatasan pembiayaan pembangunan mengakibatkan tidak seluruh wilayah Kabupaten Pesawaran dapat menikmati prasarana dan sarana dasar permukiman yang memadai. Adanya keterbatasan pendanaan ini maka pembangunan prasarana dan sarana dasar yang dilakukan memperhatikan skala prioritas atau mendahulukan daerah-daerah yang benar-benar belum memiliki serta membutuhkan prasarana dan sarana dasar permukiman. Strategi pendanaan yang diterapkan pada penanganan masalah permukiman secara terpadu ini, adalah dari dana APBD dan kucuran dana APBN.

  Aspek Kelembagaan

  Tanggung jawab kelembagaan yang menangani pengembangan dan pembangunan perumahan dan permukiman di Kabupaten Pesawaran terdiri dari beberapa elemen, yakni: Pemerintah Daerah, Swasta dan Masyarakat. Namun secara garis besar instansi pemerintah daerah yang terlibat dalam hal ini adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Pekerjaan Umum, , Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Bagian Tata Pemerintahan. Masing-masing mempunyai peran di dalam penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman di Kabupaten Pesawaran, baik dalam hal pemberian izin, arahan lokasi, arahan/advis teknis, planning, administrasi maupun pemantauan pembangunan fisik.

  Pelaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman di Kabupaten Pesawaran dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dengan tugas pokok melaksanakan urusan rumah tangga daerah dan urusan pembantuan di bidang perumahan dan permukiman serta urusan lain yang diberikan oleh Bupati Kabupaten Pesawaran.

  Dalam usaha membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan perumahan yang layak huni terutama bagi masyarakat segmentasi ekonomi menengah ke bawah, pemerintah memberikan program sistem KPR, KP-KSB, BTN, TAPERUM, RUSUNAWA dan lain- lain. Beberapa program pembangunan perumahan untuk memenuhi kebutuhan rumah juga telah banyak digulirkan oleh swasta, seperti koperasi perumahan, dan kemudahan- kemudahan lainnya. Usaha tersebut juga nampaknya belum maksimal akibat keterbatasan kemampuan masyarakat (khususnya golongan ekonomi lemah). Dipihak lain, elemen terpenting yang sangat berperan didalam pembangunan perumahan dan permukiman adalah masyarakat, dimana sebagian besar pembangunan perumahan dan permukiman dilakukan oleh masyarakat. Adapun kelembagaan yang berwenang dalam menangani pembangunan perumahan dan permukiman di Kabupaten Pesawaran secara umum terdiri dari:

  1. Dinas Pekerjaan Umum : Penyediaan Prasarana dan Sarana Dasar

  2. Badan Perijinan dan Penanaman Modal : Penertiban Ijin Mendirikan Bangunan (IMB)

  3. Badan Pertanahan Nasional : Sertfikat Tanah/status hak penggunaan lahan Sedangkan untuk pembangunan perumahan dan permukiman skala besar atau yang dilakukan oleh pengembang, perencanaannya berdasarkan hasil rekaman resmi dari BKPRD (Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah) Kabupaten Pesawaran yang beranggotakan dinas/intansi terkait terhadap penataan ruang menyangkut rekomendasi:  Kesesuaian fungsi peruntukan lahan  Penyediaan fasilitas umum dan sosial seperti: jalan, drainase, RTH, TPU, TPS dan lain- lain.

  Sasaran Strategi Operasional

  Perwujudan kondisi lingkungan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan akan dilakukan melalui strategi operasional dengan sasaran sebagai berikut:

  1 Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Dengan prioritas permukiman kumuh di kawasan perkotaan dan daerah pesisir, yang meliputi:  Penataan dan rehabilitasi kawasan permukiman kumuh  Perbaikan prasarana dan sarana dasar permukiman  Pengembangan Rumah Sewa, termasuk Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA) di perkotaan

  Untuk mendukung keberlanjutan permukiman, kualitas lingkungan secara keseluruhan dari segi fungsional, lingkungan dan visual wujud lingkungan harus dapat terjaga sesuai dengan karakteristik dan dinamika sosial, ekonomi, dan lingkungan setempat serta dampak kesalingterkaitannya dengan kawasan disekitarnya pada skala yang lebih luas. Pada kawasan permukiman kumuh, upaya peningkatan kualitas tidak dapat dilakukan hanya terbatas pada aspek fisik lingkungannya, seperti pengadaan dan perbaikan prasarana dan sarana dasar kawasan permukiman, tetapi harus secara komprehensif didasari konsep tridaya, yaitu secara menyeluruh disamping kegiatan utamanya memperbaiki lingkungan, perumahan dan pendayagunaan prasarana serta sarana lingkungan secara konstekstual, juga harus dapat secara seimbang menampung kebutuhan pengembangan sistem sosial masyarakat dan pemberdayaan ekonomi lokal masyarakatnya.

  Upaya peningkatan kualitas lingkungan permukiman yang pernah dilaksanakan selama ini, seperti perbaikan kampung (KIP), pemugaran serta peremajaan lingkungan perumahan dan permukiman kumuh dilaksanakan secara lebih komprehensif, sehingga untuk keberhasilannya sangat diperlukan aktualisasi konsep pembangunan partisipatif yang berbasis kepada keswadayaan masyarakat, termasuk didalamnya pertimbangan pengarusutamaan gender, dan melembaganya kemitraan positif dari berbagai pelaku pembangunan tidak saja dari sisi pemerintah dan masyarakat tetapi juga dari sisi dunia usaha.

  Pada kawasan permukiman padat penduduk di perkotaan dan permukiman kumuh di daerah pesisir/nelayan, upaya peningkatan kualitas permukiman diarahkan untuk dapat memenuhi kebutuhan perumahannya yang dilakukan dengan mengembangkan sistem rumah sewa atau Rumah Susun Sederhana Sewa (RUSUNAWA). Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kualitas permukiman kumuh, pembangunan peremajaan kawasan dan RUSUNA/RUSUNAWA tersebut harus tetap memberikan prioritas kepada masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah yang tinggal di permukiman kumuh tersebut untuk dapat lebih mudah mengakses kebutuhan huniannya dengan menciptakan berbagai kemudahan tertentu bagi mereka dan tetap berpegang kepada prinsip pembangunan dengan tanpa menggusur. Penerapan tata lingkungan permukiman dengan sasaran sebagai berikut:  Pelembagaan Rencana Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah (RP4D)  Pelestarian bangunan yang dilindungi dan lingkungan permukiman tradisional  Revitalisasi lingkungan permukiman strategis  Pengembangan penataan lingkungan permukiman dan pemantauan standar pelayanan minimal lingkungan permukiman

  Upaya pengembangan permukiman juga ditujukan secara seimbang bagi permukiman yang terbangun, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas permukimannya dan untuk meningkatkan kinerja kawasan sehingga dapat melampui ukuran indeks minimal keberlanjutan kawasan.

  Sejalan dengan dinamika masyarakat yang berinteraksi melakukan kegiatan berusaha, bersosial budaya dan bertempat tinggal, keberlanjutan suatu permukiman sangat ipengaruhi oleh tingkat pencapaian masyarakat secara keseluruhan dari segi sosial, ekonomi, dan tuntutan lingkungan yang dikehendaki. Karena itu, standar pelayanan minimal kawasan permukiman harus terus dimantapkan sekaligus diaplikasikannya konsep penataan lingkungan permukiman yang responsif (layak huni, berjatidiri dan produktif). Penataan lingkungan permukiman akan dikembangkan mulai dari yang berskala tapak bangunan suatu lingkungan sampai dengan skala kawasan, dengan memperhatikan berbagai aspek seperti keragaman fungsi lingkungan/kawasan, aksesbilitas, ekologi lingkungan dan saling keterkaitan dengan fungsi ruang dan kawasan lainnya termasuk pertimbangan keberlangsungan keanekaragaman hayati yang ada.

  Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

A. Analisa Permasalahan

  Analisis permasalahan dalam pengembangan permukiman Kabupaten Pesawaran adalah sebagai berikut:

  1. Kebutuhan Rumah dan Ketersediaan Lahan Pada daerah yang memiliki luas wilayah yang terbatas masih terjadi pengembangan kawasan permukiman secara horizontal. Hal ini tentunya akan meningkatkan persaingan dalam hal kepemilikan lahan permukiman. Adanya persaingan ini berkembang menjadi suatu keinginan untuk melakukan penguasaan lahan berskala besar yang bertujuan untuk kepentingan dan keuntungan perseorangan.

  Selain itu pula terdapat beberapa penguasaan lahan untuk aktifitas produktifitas yang rendah seperti rumah tinggal pada daerah / tempat yang strategis. Hal inin berakibat tingginya pajak bagi pemilik lahan permukiman dan berkurangnya lahan strategis bagi kegiatan produktifitas tinggi yang berimbas pada pendapatan daerah.

  Makin bertambahnya penduduk dan terbatasnya ketersediaan lahan untuk pengembangan permukiman dan perumahan juga telah berimplikasi pada alih fungsi lahan kawasan lindung dan konservasi kota seperti kawasan bukit dan gunung serta sempadan sungai dan pantai untuk kegiatan atau pembangunan perumahan. Kondisi tersebut berdampak langsung pada semakin menurunya kualtas lingkungan serta timbulnya bencana alam seperti banjir dan longsor. Oleh karena itu pembangunan perumahan pada kawasan konservasi dan lindung kota perlu dikendaikan dan dibatasi. Penerapan pola insentif dan disinsentif juga dapat diterapkan sebagai salah satu wujud pengendalian pembangunan

  2. Ketersediaan Prasarana Sarana Dasar

  • Prasarana dan sarana air limbah

  Kondisi PSD air limbah Kabupaten Pesawaran belum sesuai dengan standar yang ada, dimana masih terdapat pemanfaatan alur sungai sebagai jamban. Selain itu masih terdapat septic tank – septic tank yang berukuran kecil sehingga belum dapat memberikan pengolahan limbah secara memadai.

  • Prasarana dan sarana air bersih

  Dengan menggunakan standar kebutuhan air di lingkungan perumahan 30- 50 lt/org/hr dan dengan asumsi setiap KK terdiri dari 5 jiwa, maka setiap KK memerlukan air bersih ± 250 ltr/KK/hr.

  • Prasarana persampahan

  Berdasarkan asumsi 1 KK menghasilkan 10 ltr/KK/hr, maka pada tahun 2017 Kabupaten Pesawaran akan menghasilkan timbulan sampah sebesar 1.354.175 liter/hari. Pada saat ini pelayanan persampahan hanya mencapai < 50 % dari jumlah penduduk. Untuk sampah yang tidak terangkut sebagian dikelola oleh penduduk setempat dan sebagian lagi masuk ke sungai ataupun drainase yang ada. Beberapa kelurahan mengalami kendala terbatasnya jangkauan pelayanan petugas bahkan ada yang kurang efektif, karena persoalan renumerasi dan terbatasnya jumlah kontainer penampungan sampah.

  • Prasarana jalan lingkungan dan drainase

  Kondisi jalan lingkungan dan drainase di Kabupaten Pesawaran rata-rata berkondisi sedang hingga rusak. Berdasarkan standar Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, jalan lingkungan memiliki panjang 40

  • – 60 m/ha dengan lebar 2 – 5 m. Dengan standar tersebut dan asumsi setiap hektarnya memerlukan 60 m jalan lingkungan, maka pada tahun 2017 Kabupaten Pesawaran memerlukan jalan lingkungan sepanjang 348,46 m dan drainase di sisi kanan dan kirinya.

  3. Masalah kelembagaan Permasalahan kelembagaan di Kabupaten Pesawaran terutama yang berkaitan dengan penyediaan perumahan dan permukiman adalah:

   Kurangnya koordinasi antara perencanaan yang telah dibuat dengan implementasi yang ada di lapangan

   Pemberian perijinan penguasaan lahan untuk kawasan perumahan dan permukiman yang belum mengacu pada dokumen rencana tata ruang wilayah yang ada sehingga seringkali memunculkan konflik guna lahan Izin lokasi pemanfaatan perumahan dan permukiman yang diberikan

   seringkali melebihi kebutuhan nyata, sehingga mengakibatkan luas lahan tidur semakin meningkat Belum terorganisasikannya perencanaan/pemograman pembangunan

   perumahan dan permukiman yang dapat saling mengisi antara ketersediaan sumberdaya pembangunan dan kebutuhan yang berkembang di masyarakat Penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman nampaknya

   belum menjadi prioritas bagi Pemerintah Daerah.

   Belum terciptanya mekanisme kerjasama anatar instansi pemerintah dan lintas wilayah sehingga proses koordinasi keterpaduan rencana antar kabupaten/kota dalam penyiapan prasarana dan sarana dasar permukiman belum berjalan dengan baik

B. Alternatif Pemecahan dan Rekomendasi

  Dari permasalahan-permasalahan diatas terlihat bahwa belum adanya suatu pedoman bagi penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman di daerah yang bertumpu pada kondisi daerah yang bersangkutan. Untuk mengantisipasi permasalahan perumahan dan permukiman dimasa mendatang perlu disusun suatu pedoman yang mengakomodasi kepentingan-kepentingan dalam aspek perumahan permukiman yang meliputi prasarana sarana dasar dan kelembagaan yang mengelolanya serta aspek pembiayaan dalam usaha kepemilikan rumah sehat. Berdasarkan hal tersebut diatas, langkah-langkah penanganan yang direncanakan adalah sebagai berikut:

  1. Pengembangan perumahan dan permukiman secara vertikal pada lokasi-lokasi padat di kawasan pusat Kabupaten Pesawaran.

  2. Pelibatan peran serta masyarakat mulai dari proses perencanaan, pemanfaatan hingga pengendalian ruang, khususnya dalam penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman melalui pengembangan forum komunikasi dan kerjasama

  3. Penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM) yang dijadikan acuan/pedoman khususnya dalam penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman di daerah yang didasarkan pada kondisi setempat.

  4. Pengembangan mekanisme pembiayaan perumahan dan permukiman yang didasarkan pada kemampuan dan kebutuhan masyarakat.

  5. Pengembangan program-program pembangunan perumahan dan permukiman serta perbaikan dan peningkatan prasarana dan sarana dasar permukiman

  6. Pemberian disinsentif bagi perumahan yang tidak berada pada daerah peruntukan permukiman

  7. Pengembangan community based development, dimana masyarakat diajak, didorong dan difasilitasi untuk dapat berpartisipasi dalam penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman

  8. Pelaksanaan sosialisasi terhadap hasil-hasil perencanaan maupun program- program pemerintah, khususnya yang berkaitan dengan masalah perumahan dan permukiman secara berkesinambungan

  9. Pengembangan institusi pelayanan perumahan dan permukiman satu atap, yang memungkinkan terciptanya proses koordinasi dan keterpaduan program pembangunan perumahan dan permukiman.

7.1.2 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

  Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman

  kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan Perkotaan terdiri dari : 1) Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan

  Rusunawa serta 2) Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.

  Sedangkan untuk pengembangan kawasan Perdesaan terdiri dari : 1) Pengembangan kawaan permukiman pedesaan untuk kawasan potenisal

  (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil, 2) Pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE), 3) Desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.

  Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman

  dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan SPPIP dan RPKPP ataupun review bilamana diperlukan.

  Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

  • Infrastruktur kawasan permukiman kumuh
  • Infrastruktur permukiman RSH
  • Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya

  Pembangunan Kawasan Permukiman Perdesaan

  • Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (agropolitan/minapolitan)
  • Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
  • Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil

  • Infrastruktur kawasan permukiman kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)
  • Infrastruktur perdesaan PPIP
  • Infrastruktur RIS PNPM

  Adapun alur fungsi dan program pengembanganpermukiman tergambar dalam gambar berikut a. penyusunann kebijakan teknis dan permukiman di perkotaan dan strategi pengembangan

Gambar 7.1 Alur Program Pengembangan Permukiman RPKPP :. SPPIP dan Penyusunan perkotaan kiman baru kwsn. Permu- Pembangungan PRESIDEN DIREKTIF

  perdesaan ; b. pembinaan teknik, pengawasan kawasan permukiman di perkotaan teknik dan fasilitasi pengembangan baru Pengemb kim  PNPM perkotaan kumuh kuali- tas kim PningkatanKlaster II dan pembangunan kawasan perdesaan potensial ; Kws PengembKlaster IV c. pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh terma- suk peremajaan kawasan dan pem- potenisal perdesaan Permukiman Penataan plus Pembangunan Rusunawa PNPM perkotaanPeningkata n kehidupan perkotaan msikin masy bangunan rumah susun sederhana ; Kumuh PembPerdesaan d. pembinaan teknik, pengawasan kualitas permukiman di kawasan teknik dan fasilitasi peningkatan tertiggal, terpencil, daerah Pengemb kws perbatasan agro, mina potensial : KSK, perbatasan Pembng. Kwsn Penanganan Kawasan PerbatasanPeningkata n kehidupan nelayan e. penyusunan norma, standar, perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusakan sosial ; Pengemb kws terpencil, dll tertinggal, perdesaan Pembng.perdesaa masy n melalui pmbrdy prosedur dan kriteria, serta pengembangan permukiman ; dan serta masyarakat di bidang pembinaan kelembagaan dan peran permukiman bencana Pengemb kws pasca Pmbng.kws permukiman psca bencana f. pelaksanaan tata usaha dan Direktorat Manajemen perkantoran/Reformasi Birokrasi Penyusunan NSPM Bangkim Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)

  Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut .

  1. Umum

  • Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
  • Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.

  • Kesiapan lahan (sudah tersedia)
  • Sudah tersedia (DED).
  • Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP, RPKPP, Masterplan Kawasan Agropolitan, Metropolitan dan KSK)
  • Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.
  • Ada unit pelaksanaan kegiatan.
  • Ada lembaga pengelola pasca kontruksi.

  2. Khusus Rusunawa

  • Kesedian Pemda untuk penandatanganan MoA
  • Dalam Rangka penangananKawasan Kumuh
  • Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya
  • Ada calon Penghuni Selain kriteria kesiapan seperti diatas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utiltas umum (3) penurunan kualitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut :

  1. Vitalitas Non Ekonomi

  a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota. b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi terhadap penanganan kawasan permikiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.

  c. Kondisi kependudukan dalam kawasan permukimman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.

  2. Vitalitas Ekonomi Kawasan

  a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.

  b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana ketekaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.

  c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh.

  3. Status Kepemilikan Tanah

  a. Stastus pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman

  b. Status sertifikat tanah yang ada

  4. Keadaan Prasaran dan Sarana

  a. Kondisi Jalan

  b. Drainase

  c. Air bersih

  d. Air limbah

  5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penangannya.

  b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnya.

7.1.3 Usulan Program dan Kegiatan Sektor Pengembangan Permukiman

  Secara sistematis sistem infrastruktur permukiman di Kabupaten Pesawaran yang diusulkan dalam prioritas program infrastruktur permukiman adalah sebagai berikut:

Tabel 7.4 Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten Pesawaran

  No Program/Kegiatan Kondisi Saat Ini Kondisi Yang Diinginkan

  1. Penataan dan Masih banyaknya kawasan- Meningkatnya Peremajaan kawasan kumuh yang belum kehidupan masyarakat Kawasan tertangani di kawasan permukiman kumuh

  2. Peningkatan Kondisi PSD RSH masih banyak Meningkatnya kapasitas Prasarana dan yang kurang memadai pelayanan PSD RSH Sarana bagi RSH baik skala lingkungan, kota dan wilayah