DOCRPIJM 12b873bcef BAB VIIbab7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

7 Rencana Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya

  Upaya dilakukan untuk menuntaskan pemukiman kumuh adalah melalui pencapaian target melalui pengembangan air minum kepada masyarakat yang harus tercapai 100 persen, pengembangan cakupan layanan sanitasi pengolahan limbah 100 persen, pengelolaan sampah 100 persen, pembangunan sarana drainase 100 persen dan penataan kawasan kumuh 0 persen.

7.1 Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

7.1.1 Kondisi eksisting

  A) ISU STRATEGIS Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman di Kota Banjarmasin meliputi berbagai wilayah dan kawasan antara lain : 1) Mempertimbangkan keseimbangan perkembangan antar Sub Wilayah kota, maka pembangunan perumahan di Kota Banjarmasin ditetapkan dengan pola 1:3:6 dan pengembangannya untuk sementara diarahkan ke Wilayah Selatan dan Barat.

  2) Untuk Wilayah Utara perlu pengendalian lebih lanjut karena pertumbuhan perumahan di kawasan ini cukup pesat. Namun penting untuk memperhatikan

  7-1 ketersediaan lahan bagi RTH/Kantong Air dan tempat bermain anak (play ground). 3) Kawasan dengan kepadatan tinggi merupakan kawasan yang harus dibatasi perkembangannya. Kawasan dengan kepadatan sedang dan rendah perlu dikendalikan secara hati-hati mengingat kondisi lahan kota yang berada dalam ekosisitem rawa dan dipengaruhi pasang surut sungai/laut. 4) Dalam pemenuhan tingkat pelayanan infrastruktur dan adanya permasalahan yang disebabkan kondisi fisik kawasan, perlu pengendalian rencana program pada kawasan yang sedang dikembangkan yaitu :

   KASIBA/LISIBA: HKSN, Sei Andai  Koridor Utama Kota: Hasan Basri – S. Parman, Sutoyo S. – P. Samudra, A.Yani-Pramuka, Dan Lingkar Dalam Utara-Gatot Subroto

   Urban Renewal/Revitalisasi: Basirih-Teluk Tiram, Kelayan-Pekapuran, Kuin, Sei Jingah- Surgi Mufti

   Tepian sungai dan RTH: Rawasari  Urban Renewal/Revitalisasi: Pelambuan, Belitung, Veteran Kawasan tersebut teridentifikasi sebagai kawasan strategis yang sudah berjalan dikarenakan kawasan-kawasan tersebut merupakan kawasan yang memiliki pengaruh penting terhadap Provinsi khususnya dalam faktor permukiman yang menunjang bidang perekonomian masyarakat Kota Banjarmasin.

  5) Kawasan yang memiliki potensi sebagai kawasan strategis sehingga perlu didorong pertumbuhannya yaitu :  Lambung Mangkurat Kawasan Lambung Mangkurat merupakan kawasan sentral Kota Banjarmasin yang merupakan kawasan perkantoran, sehingga perlu adanya perencanaan dan perlu didorong pertumbuhannya untuk kawasan ini.

   Taman Tepian Sungai Martapura

  7-2 Sudimampir, Pasar

  Jalan Lambung Mangkurat Pasar

  Kawasan Hasan Basri - S.Parman -

  Mangkurat dan sekitarnya Kawasan Bisnis

  Kawasan Bisnis Jalan Lambung

  Jalan Lambung Mangkurat dan sekitarnya

  Mangkurat Kawasan Bisnis

  6 Koridor Jalan Lambung

  B

  Sultan Adam Kawasan Terminal

  5 Koridor Jalan Gatot Subroto-

  Kawasan Pengambangan

  A. Yani dan Pramuka

  Dalam Utara, Pengambangan,

  Yani dan Pramuka Kawasan Lingkar

  Pasar Lama 4 Koridor Jalan A. Yani

  Kawasan Hasan Basri - S.Parman

  7-3

  3 Koridor Jalan Hasan Basri

  Antasan Bondan dan Pangeran

  Bantaran Sungai Martapura, Barito,

  Kawasan Sungai Andai

  Kawasan Sungai Andai

  2 Kawasan Sungai Andai

  Kawasan Alalak/HKSN

  Kawasan Alalak/HKSN

  Kawasan Alalak/HKSN

  1 Kawasan Alalak/HKSN

  No Kawasan Strategis Tahun 2008 Kawasan Strategis Tahun 2009 Kawasan Strategis Tahun 2010 Kawasan Strategis Tahun 2011

  Tabel 7.1 Kawasan Strategis Kota Banjarmasin Tahun 2008 -2011

  Lokasi ini merupakan peruntukan pengembangan Ruang Terbuka Hijau (Taman Siring Martapura) pada pinggir jalan.  RTH Kamboja Berdasarkan RTH Kota Banjarmasin Kawasan ini merupakan wilayah yang direncanakan sebagai taman kota skala besar, mengingat lahan ini cukup besar dan berada pada wilayah Tengah Kota Banjarmasin.

  • – Pramuka Kawasan Lingkar Dalam Utara, Pengambangan, A.
  • – KM.6

  7-4

  Kawasan Rawasari dan Pelambuan Kawasan zafri zam-zam

  Kawasan Mesjid Sabilal Muhtadin kawasan Kamboja, kawasan ex.

  Kawasan Jalan Sutoyo S./Taman Kamboja - Sabilal Muhtadin

  Kamboja Kawasan Jalan Sutoyo S./Taman Kamboja - Sabilal Muhtadin

  15 Koridor Jalan Sutoyo S./ Taman

  Taman Tepian Sungai Martapura

  Taman Tepian Sungai Martapura

  14 Taman Tepian Sungai Martapura

  13 Kawasan Veteran Kawasan Veteran Kawasan Veteran Kawasan Veteran

  Duta Mall dan sekitarnya

  Plaza, Sentra Antasari, kawasan

  Kawasan Antasari, Ujung Murung dan Pasar Baru kawasan Mitra

  Kawasan Antasari, Ujung Murung dan Pasar Baru

  Murung dan Pasar Baru

  12 Kawasan Antasari, Ujung

  Kawasan Rawasari dan Pelambuan

  Baru, Pasar Lima dan sekitarnya

  Pelambuan Kawasan Rawasari dan Pelambuan

  11 Kawasan Rawasari dan

  Kawasan Sungai Jinggah

  Kawasan Sungai Jinggah dan Surgi Mufti

  Mufti Kawasan Sungai Jinggah dan Surgi Mufti

  10 Kawasan Sungai Jinggah dan Surgi

  Belitung

  Kawasan Kuin dan Belitung Kawasan Kuin dan

  9 Kawasan Kuin dan Belitung Kawasan Kuin dan Belitung

  Kawasan Kelayan dan Pekapuran Kawasan Kelayan dan Pekapuran

  8 Kawasan Kelayan dan Pekapuran Kawasan Kelayan dan Pekapuran

  Kawasan Basirih, Mantuil

  Kawasan Basirih, Mantuil dan Teluk Tiram

  7 Kawasan Basirih dan Teluk Tiram Kawasan Basirih, Mantuil dan Teluk Tiram

  Pelabuhan Martapura Lama, dan pasar induk Sumber :Perubahan Kawasan Strategis RPIJM Kota Banjarmasin, 2008-2011. 6) Struktur pusat kota belum mengakomodir potensi Kota Banjarmasin sebagai Kota

  Sungai, pembangunan jaringan transportasi dan permukiman lebih berorientasi ke jalan darat. Hal tersebut bertentangan dengan sejarah terbentuknya kota Banjarmasin yang berorientasi ke sungai. 7) Terpusatnya kegiatan sosial ekonomi budaya di satu titik pusat kota berdampak terhadap konsentrasi penduduk, perumahan kumuh, masalah infrastruktur, utilitas, ruang terbuka hijau dan kemacetan lalu lintas di pusat kota. 8) Bercampurnya penggunaan lahan kegiatan yang bertentangan seperti industri dan perumahan sebagai dampak belum tertatanya pola ruang. 9) Terbatasnya pelayanan inftartuktur dan utilitas kota, khususnya pelayanan air bersih, limbah, sampah, dan drainase. 10) Berkurangnya RTH karena pembangunan perumahan, perlu dipertimbangkan ketetapan UU Penataan Ruang yang mewajibkan kota memiliki RTH minimal 20% dari Ruang Kota. 11) Pembangunan perumahan baru yang dilaksanakan developer belum mengikuti prinsip perancangan kota sungai, diindikasikan tidak dibangunnya green belt sebagai sepadan sungai oleh developer.

  B) KONDISI EKSISTING

  1. Kondisi Dan Karakteristik Perumahan Penduduk Jika dilihat dari pola dan karakteristik perumahan penduduk di Kota Banjarmasin, secara umum dapat dibagi menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu:

  7-5 Table 7.2 Karakteristk perumahan di kota Banjarmasin

  Tipologi Karakteristik Lokasi Keterangan Perumahan Umum Perumahan di Bangunan kayu, Banjarmasin Tepi S.

  tepi sungai dan nonpermanen, Utara, Selatan Martapura, S. lanting tidak terlalu luas, dan Tengah Kuin, S. Alalak sejajar dan S.Kelayan, dan memakan badan lain-lain sungai,

  Perumahan Bangunan beton, Banjarmasin Sepanjang Jl A. Campuran (Ruko, permanen, tidak Tengah dan Yani, Jl. Hasan Rukan dan luas Timur Basry, Jl. Veteran,

  • – bertingkat, Rudang) di pinggir jalan, Jl. Hasanuddin, Jl.

  pola kluster- Kol Soegiono, dll kluster kecil, Perumahan Bangunan variatif, Banjarmasin Di daerah Kayu Terencana permanen, di Utara dan Timur Tangi, Jl A. Yani pinggiran kota, Km 5-6, Jl. Gatot masyarakat Subroto variatif, pola teratur dengan lahan yang sangat luas

  Perumahan Biasa Sangat bervariasi Di semua Relatif menyebar kecamatan Sumber: Studi Kawasan Kumuh Perkotaan Banjarmasin, 2010

  7-6 Pola permukiman yang sangat bervariasi ini berdampak pada pola keruangan Kota Banjarmasin sendiri. Persebaran ruko di sepanjang jalan utama mempengaruhi tingginya volume lalu lintas yang ditimbulkan (trip generation/attraction), aktivitas permukiman di sepanjang sungai menimbulkan dampak pada penurunan kualitas air sungai, dan sebagainya. Perbedaan bangunan fisik perumahan ini juga dapat dijadikan indikator kesejahteraan penduduk Kota Banjarmasin.

  2. Tipologi Permukiman Berdasarkan hasil kajian, masing-masing tipologi memiliki permasalahan dan memerlukan treatment yang berbeda satu dan yang lainnya. Adapun, tipologi permasalahan perumahan di Kota Banjarmasin meliputi:

  A. Perumahan Kawasan Sungai Di Daerah Terbangun

  1. Sungai Kelayan Masalah pokok pada daerah ini adalah kurang tertatanya perumahan dan bangunan di sepanjang sungai, sehingga menyebabkan berbagai permasalahan:

  a) Menurunnya kualitas lingkungan (environmental quality) yang ditunjukkan dengan kepadatan lingkungan yang tinggi; kekumuhan, kesemrawutan dan keadaan tata bangunan yang tumbuh secara disharmonis; penampilan fasade dan komposisi bangunan yang kurang serasi dengan lingkungan sekitar; bencana banjir, kebakaran dan lain sebagainya;

  b) Sungai sebagai tempat pembuangan limbah rumah tangga, baik cair maupun padat (MCK dan sampah), menyebabkan kondisi fisik dan mutu air sungai kotor dan rusak.  Dasar air sungai semakin dangkal, sehingga debit air semakin kecil dan menyebabkan air sungai tidak mampu menghanyutkan materi alam maupun buangan sampah;  Kuantitas air sungai sangat rendah di musim kemarau, sedangkan volume air cenderung meningkat pada saat hujan dan air pasang,

  7-7 sehingga mengakibatkan luapan dan genangan air ke jalan pada waktu hujan dan air pasang; c) Menurunnya vitalitas dan stabilitas ekonomi kawasan, menyebabkan pertumbuhan dan produktivitas kawasan tidak terkendali serta dis- ekonomi kawasan (Diseconomic of a neighbourhood);

  d) Kondisi prasarana dan sarana yang ada belum berfungsi secara optimal:  Penurunan kondisi dan pelayanan prasarana (jalan/jembatan, air bersih, drainase, sanitasi, persampahan)  Penurunan kondisi dan pelayanan sarana (pasar, ruang untuk industri, ruang ekonomi formal dan informal, fasilitas budaya dan sosial, sarana transportasi)

  e) Memudarnya nilai-nilai tradisi sosial dan budaya setempat, serta lemahnya kesadaran publik dalam pemanfaatan ruang.

  2. Sungai Pekapuran Karakter masalah pada daerah ini sama dengan masalah di sungai Kelayan yakni penyempitan badan sungai akibat penggunaan perumahan yang terlalu menjorok ke sungai, sehingga menimbulkan degradasi kualitas lingkungan (enviromental quality) dan kualitas hunian di kawasan ini.

  B. Kawasan Perumahan Berubah Menjadi Kawasan Jasa 1) Jalan S. Parman

  Kawasan Jalan S. Parman terletak di Kelurahan Antasan Besar dan Pasar Lama. Menurut Rencana Teknik Ruang Kota (RTRK) Wilayah Banjarmasin Tengah rencana peruntukannya adalah Kawasan Perumahan dan Perkantoran dengan Right of Way (ROW) 20 meter. Namun, seiring dengan perjalanan waktu serta pesatnya perkembangan pembangunan dan teknologi modern, fasilitas ruko dan toko berkembang sangat pesat terutama di kanan kiri jalan

  • – terjadi konversi alih fungsi lahan dari

  7-8 kawasan perumahan dan perantoran ke kawasan perdagangan dan jasa dengan bangunan-bangunan toserba, ruko, warung/kios, hotel, serta rumah tinggal yang halamannya berubah menjadi warung makan atau tempat usaha. 2) Jalan Pahlawan

  Kawasan ini terletak di Kelurahan Seberang Mesjid. Menurut RTRW wilayah Banjarmasin Tengah, rencana peruntukannya adalah Kawasan Permukiman dengan ROW. 15 meter. Namun seiring dengat pesatnya perkembangan kota, kawasan ini telah berkembang menjadi kawasan jasa yang terlihat dengan bermunculannya bangunan-bangunan berupa usaha kerajinan meubel, ruko, minimarket, dan warung/kios.

  C. Perumahan Di Kawasan Berkembang Permasalahan perumahan di kawasan berkembang ini terjadi pada Kawasan Kayutangi dan Kawasan Gatot Subroto. Pelaksanaan pembangunan pada kedua kawasan ini sudah sesuai,tetapi pada Kawasan Kayutangi masih terdapat beberapa lahan/kapling yang belum dibangun. Sedangkan pada kawasan Gatot Subroto beberapa lahan untuk fasilitas umum/sosial masih belum dipergunakan warga.

  D. Kawasan Industri Masalah ini terjadi pada Kawasan Pelambuan dimana berdasarkan peruntukannya kawasan ini seharusnya adalah kawasan industri. Tapi pada kenyataannya kawasan ini tumbuh menjadi kawasan perumahan. Hal ini disebabkan kawasan industri belum berkembang secara optimal dalam artian kawasan yang telah disediakan belum sepenuhnya dimanfatkan oleh investor karena kurangnya promosi dan pengenalan potensi kawasan terkait.

  E. Kawasan Kumuh

  7-9 Berdasarkan hasil Studi Kawasan Kumuh Perkotaan Banjarmasin 2014, kawasan permukiman kumuh di Kota Banjarmasin tersebar pada hampir seluruh kelurahan (52 Kelurahan dari 5 Kecamatan) yang ada di Kota Banjarmasin. Luasan permukiman kumuh di Kota Banjarmasin meliputi kawasan seluas 549,7 Ha atau 5,58% dari luas Kota Banjarmasin yang seluas 9.846 Hektar. Hasil penilaian kekumuhan dihitung berdasarkan akumulasi dari bobot yang telah dilakukan dengan sistem yang telah ditentukan. Tahapan penilaian melalui proses dua kali, yakni Penilaian Tahap Pertama untuk menghasilkan lokasi-lokasi kawasan permukiman yang memenuhi kriteria kumuh. Penilaian Tahap Kedua untuk menentukan prioritas tindakan penanganan, yang terkait dengan status atau letak lokasi kawasan permukiman kumuh. Mengingat lokasi kawasan ini merupakan hinterland kawasan yang menjadi bagian kota metropolitan. Secara garis besar, kawasan kumuh prioritas di Kota Banjarmasin berdasarkan Studi Kawasan Kumuh Perkotaan Banjarmasin 2014 sebagai berikut:

  1. Kawasan Kumuh Rawasari

  • – Pelambuan, meliputi kawasan kumuh yang berada pada wilayah Kelurahan Teluk Dalam dan Pelambuan.

  2. Kawasan Kumuh Pasar Lama

  • – Seberang Masjid, meliputi kawasan kumuh yang berada pada wilayah Kelurahan Pasar Lama, Seberang Masjid, Melayu dan Kelurahan Gadang.

  3. Kawasan Kumuh Tepian Sungai Martapura, meliputi kawasan kumuh yang berada pada wilayah Kelurahan Sungai Baru, Pekapuran Laut, Pekauman, Teluk Tiram.

  4. Kawasan Kumuh Tepian Sungai Barito di Kawasan Alalak, meliputi kawasan kumuh yang berada pada wilayah Kelurahan Alalak Utara, Alalak Tengah, Alalak Selatan.

  5. Kawasan Kumuh Tepian Sungai Kuin, meliputi kawasan kumuh yang berada pada wilayah Kelurahan Kuin Utara, Kuin Selatan, Kuin Cerucuk, Belitung Utara, Belitung Selatan.

  7-10

  6. Kawasan Kumuh Kelayan, meliputi kawasan kumuh yang berada pada wilayah Kelurahan Pekapuran Raya, Kelayan Luar, Murung Raya, Tanjung Pagar.

  7. Kawasan Kumuh Telaga Biru

  • – Basirih, meliputi kawasan kumuh yang berada pada wilayah Kelurahan Telaga Biru dan Basirih.

  8. Kawasan Kumuh Belasung, meliputi kawasan kumuh yang berada pada wilayah Kelurahan Kertak Baru Hilir, Kertak Baru Hulu, Mawar, dan Kelurahan Telawang.

  9. Kawasan Kumuh Sungai Jingah

  • – Surgi Mufti, meliputi kawasan kumuh yang berada pada wilayah Kelurahan Banua Hanyar, Sungai Jingah, dan Surgi Mufti.

  10. Kawasan Pemurus, meliputi kawasan kumuh yang berada pada wilayah Kelurahan Pemurus Luar, Pemurus Baru dan Pemurus Dalam.

  Hasil identifikasi kawasan kumuh kota Banjarmasin tahun 2014 No Kecamatan Jumlah Kelurahan Lokasi kumuh (RT) Luas Lokasi kawasan kawasan kumuh Kumuh Kumuh Kumuh kumuh ringan sedang berat kumuh (Ha)

  1 Banjarmasin

  12 Seberang Tengah kelurahan mesjid Kampong melayu Gadang Kertak baru ulu Sungai baru Teluk dalam Kelayan luar Pekapuran laut Pasar lama mawar Kertak baru ilir Antasan besar jumlah

  41 RT

  18 RT

  7 RT 40,05

  2 Banjarmasin

  9 Belitung Barat kelurahan selatan Belitung utara

  7-11 Kuin cerucuk Kuin selatan pelambuan Telaga biru telawang Teluk tiram basirih jumlah

  45RT

  30RT

  5RT 56,83

  3 Banjarmasin

  10 Antasan kecil utara kelurahan timur Surgi mufti pangeran Alalak selatan Kuin utara Alalak tengah Sungai jingah Alalak utara Sungai andai Sungai miai jumlah

  43RT

  39RT

  8RT 137,21

  4 Banjarmasin

  9 Sungai bilu Timur Kelurahan Banua anyar Karang mekar Kebun bunga Kuripan Pekapuran raya Pemurus luar Pengambangan Sungai lulut jumlah

  27RT

  55RT

  19RT 95,25

  5 Banjarmasin

  12 Basirih selatan Selatan kelurahan Pamurus baru pekauman Kelayan timur Kelayan barat mantuil Tanjung pagar Kelayan dalam jumlah

  13 RT

  42 RT

  59RT total 52 169 RT 184 RT 98 RT 549,70 kelurahan 451 RT

  Sumber : SK Walikota Banjarmasin Nomor 460 tahun 2015 7-12

  Dalam RPIJM sektor pengembangan permukiman akan difokuskan pada kawasan prioritas. Dasar penetapan kawasan prioritas pengembangan permukiman di Kota Banjarmasin meliputi :

  1. Rencana Penetapan Kawasan Strategis Nasional;

  2. Rencana Penetapan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Selatan;

  3. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Banjarmasin;

  4. Rencana Program Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah (RP4D) Kota Banjarmasin;

  5. Rencana Kawasan Prioritas Kota Banjarmasin;

  6. Rencana dan kebijakan lainnya yang berkaitan dengan program pengembangan dan pembangunan permukiman;

  7. Studi Kawasan Kumuh Perkotaan Kota Banjarmasin.

  Berdasarkan beberapa pertimbangan sebagai hasil kebijakan dan kesepakatan yang tertuang dalam dokumen laporan rencana berkaitan dengan penggunaan ruang di Kota Banjarmasin, yang menjadi dasar dalam penentuan lokasi/kawasan prioritas untuk Penyusunan RPKPP Tahun 2010, terpillih sebagai Kawasan Prioritas, yaitu :

  1. Kawasan Pelambuan dan Rawasari

  2. Kawasan Basirih

  3. Kawasan Sungai Andai Kawasan prioritas, yaitu Kawasan Pelambuan Rawasari, Kawasan Basirih,

  Kawasan Sungai Andai merupakan bagian dari wilayah Kota Banjarmasin yang mempunyai fungsi utama sebagai pusat permukiman (KASIBA/LISIBA), perdagangan dan jasa dan industri dengan skala pelayanan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang ditandai dengan pusat-pusat pertokoan, perbankan dan adanya pelabuhan Trisakti. Pemanfaatan ruang lainnya diperuntukan bagi perumahan kepadatan rendah sampai tinggi, fasilitas umum berskala regional dan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

  7-13 Tujuan pengembangan kawasan sesuai dengan fungsinya adalah:

  a. Mengintegrasikan kebijakan-kebijakan pengaturan kota;

  b. Meningkatkan pelayanan kawasan;

  c. Meningkatkan aksesibilitas antar dalam kawasan;

  d. Meningkatkan produktifitas, efisiensi kawasan budidaya;

  e. Meningkatkan kelestarian sempadan sungai;

  f. Merevitalisasi fungsi kawasan yang mengalami penurunan kualitas lingkungan; g. Meningkatkan kelembagaan dan peran serta masyarakat.

  Rencana struktur pelayanan kegiatan kawasan dimaksudkan untuk menciptakan keteraturan ruang. Setiap pusat-pusat pelayanan merupakan lokasi terkonsentrasinya fasilitas-fasilitas pelayanan yang berperan sebagai faktor pengikat setiap lingkungan permukiman. Pusat-pusat lingkungan ini diharapkan dapat memenuhi tuntutan kebutuhan penduduk dalam melaksanakan aktivitas sosial ekonomi. Sedangkan penampatan lokasi beserta daerah pelayanannya yang jelas akan mengarah pada efisiensi dan efektifitas pola pelayanan yang akhirnya mengarah pada efisiensi dan pemanfaatan lahan.

  Struktur pelayanan kegiatan kawasan direncanakan sebagai berikut:

  1. Pengembangan pusat pelayanan skala regional atau fungsi primer (F1)

  a. Pelabuhan Trisakti;

  b. Kawasan Perdagangan dan Jasa;

  c. Industri dan Pegudangan

  2. Pengembangan pusat aktivitas skala kawasan sekunder (F2)

  a. Pusat kawasan diarahkan di sekitar Pusat Permukiman;

  b. Pusat kawasan diarahkan dengan fungsi utama perumahan dan permukiman

  7-14

  7-15

  Rencana pola pemanfaatan ruang di kawasan Pelambuan, Rawasari dan Basirih merupakan cerimanan ruang fisik dan penetapan dan pengalokasian elemen- elemen lingkungan di kawasan perencanaan.

  Rencana pola pemanfaatan ruang pada kawasan perencanaan pada dasarnya disesuaikan dengan karakter internal dan eksternalnya. Karakter eksternal kota dikaitkan dengan fungsi peran yang diemban sehingga diharapkan dapat berjalan seoptimal mungkin. Sedangkan karakter internal kawasan adalah kondisi-kondisi yang berpengaruh terhadap kualitas dan keberlangsungan kehidupan dalam kawasan.

  Pola dan kecenderungan perkembangan pemanfaatan ruang di kawasan Pelambuan, Rawasari dan Basirih, berdasarkan fungsi kegiatannya dapat diuraikan sebagai berikut:

  1. Kawasan Permukiman Daerah permukiman umumnya menyebar hampir di seluruh bagian kawasan perencaaan. Kecenderungan memusat, sedangkan pola memanjang (linier) berada pada sepanjang jaringan jalan dan aliran sungai yang ada. Wilayah permukiman masih banyak yang bercampur dengan fungsi kegiatan lainnya, terutama di pusat kawasan, yang melayani fungsi kegiatan perdagangan dan jasa serta perkotaan. Berdasarkan jenis perumahaan yaitu rumah kapling luas rumah kapling sedang dan rumah kapling kecil, di kawasan ditetapkan dengan komposisi 1 : 3 : 6. Penetapan komposisi ini berdasarkan pada tujuan pengembangan kawasan perumahan dengan konsep hunian berimbang.

  2. Kawasan perdagangan dan jasa Kawasan perdagangan umumnya terkonsentrasi sepanjang jaringan jalan kolektor primer da sekunder serta jalan-jalan lingkungan, hal ini ditandai dengan adanya kawasan pertokoan dan ruko. Beberapa bangunan perdagangan dan jasa, terutama yang bernilai tinggi (>2 Lantai) banyak digunakan untuk tempat sarang burung wallet.

  3. Fasilitas umum dan sosial a. Kawasan pendidikan sebagian berada di kawasan terutama sepanjang jalan Sutoyo. S terutama SLTP dan SMA. Pola pemanfaatan ruang untuk kawasan pendidikan ini (pendidikan dasar dan menengah) umumnya menyebar di sekitar permukiman sesuai dengan fungsinya untuk melayani lingkungan.

  b. Fasilitas kesehatan yang ada meliputi fasilitas rumah sakit (RSU Suaka Insan di Jalan Zafri Zamzam dengan skala pelayanan regional, kota dan BWK), puskesmas (Puskesmas Teluk Dalam), posyandu dan apotik/toko obat.

  4. Pengembangan Kawasan Pelabuhan Trisakti yang berada di pinggir Sungai Barito dan termasuk ke dalam Kawasan Pelambuan.

  5. Di dalam Kawasan Basirih dalam kebijakan RTRW Kota Banjarmasin, sebagian lahannya dialokasikan sebagai Kawasan Industri dan Pergudangan yang berada di sisi Jalan Lingkar Selatan.

  6. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Meliputi: Taman Lingkungan, Lapangan/Sarana Olah Raga dan sarana rekreasi, Jalur Hijau, Kawasan konservasi yang meliputi kawasan sempadan sungai dan pekarangan.

  Berdasarkan jenis kegiatan fungsional kawasan, rencana pola pemanfaatan ruang di kawasan Pelambuan, Rawasari dan Basirih sebagai berikut :

  1. Perdagangan dan Jasa a. Diarahkan disepanjang Jl. Kolektor Primer dan Jalan Lingkar Selatan.

  b. Perlu adanya pengaturan yang jelas mengenai bangunan yang digunakan untuk sarang burung wallet, bangunan yang mempunyai sarang burung wallet diwajibkan mengikuti ketinggian bangunan yang ditetapkan.

  2. Perumahan dan Permukiman a. Diarahkan ke pinggiran kawasan mengikuti struktur ruang BWK-Sub BWK.

  7-16

  7-17

  b. Pengembangan perumahan wajib mengikuti ketentuan penggunaan bangunan yang ditetapkan dalam zonasi.

  c. Pengembangan perumahan dengan konsep lingkungan hunian berimbang (1:3:6)

  3. Fasilitas Umum dan Sosial a. Fasilitas Umum dan Sosial di arahkan di lokasi Pusat Lingkungan.

  b. Pembangunan dan pengembangan sarana permukiman yang ada dalam kawasan yang berfungsi sebagai pelayanan kawasan.

  4. Kawasan Pelabuhan Trisakti di arahkan di lokasi yang ada sekarang khusus untuk pelabuhan samudera.

  5. Ruang Terbuka Hijau (RTH)

  a. Pertamanan: Pola Pengembangan perlu mempertimbangkan jenis, letak/lokasi serta jenis vegetasinya memenuhi kriteria:  Karakteristik tanaman: perakaran tidak mengganggu pondasi, dahan tidaknmudah patah, tidak bergetah, struktur daun setengah rapat sampai rapat.

   Ketinggian bervariasi, warna hijau dan variasi warna lain secara seimbang  Kecepatan tumbuh sedang  Berupa habitat tanaman local dan tanaman budidaya  Jenis tanaman tahunan atau musiman  Jarak tanaman setangah rapat, 90% dan luas arael harus dihijaukan

  b. Kawasan Lindung dan Konservasi Pola pengembangan meliputi kawasan rentan genangan pada kawasan sempadan Sungai, terutama Barito dan sungai-sungai lainnya yang melintasi kawasan.

   Lapangan Olahraga/Rekreasi: sarana olahraga dan rekreasi. Pola pengembangannya perlu dikaitkan dengan pengembangan kawasan perumahan dan pusat-pusat kegiatan olahraga.

   Jalur Hijau: Pola pengembangannya perlu mempertimbangkan lokasi, jaringan yang diamankan; serta kriteria vegetasi untuk jalur hijau:

  • Karakteristik tanaman: struktur daun setengah rapat sampai rapat, dominan warna hijau, perakaran tidak mengganggu fondasi;
  • Kecepatan tumbuhannya bervariasi;
  • ominasi jenis tanaman tahunan;
  • Jarak tanaman setengah rapat sampai rapat; 90% - 100% dan luas areal harus dihijaukan.

   Kawasan Sempadan Sungai: Pola pengembangannya tetap mempertimbangkan keberadaan kondisi yang telah ada. Penataan/penetapan lokasinya secara tepat perlu mempertimbangkan ketentuan: tidak berada dalam kawasan yang padat penduduknya, menghindari penggunaan lahan yang subur, memperhatikan keserasian lingkungan, mencegah pengrusakan tanah, serta mencegah penggunaan tanah yang berlebihan.

   Pekarangan: Pola pengembangan menyatu dengan kapling-kapling perumahan sesuai dengan kepadatan perumahan yang direncanakan serta unsur kawasan hijau kawasan, criteria vegetasi untuk pekarangan:

  • Jenis Tanaman tahunan atau musiman;
  • Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya;
  • Jatak tanam bervariasi, persentase hijau disesuaikan dengan intensitas kepadatan bangunan.

   Ruang Terbuka Air (RTA) Ruang Terbuka Air dibangun untuk mendukung pemecahan masalah banjir dengan menempatkan dibeberapa lokasi daerah genangan serta penataan

  7-18

  7-19

  Dengan demikian, kriteria bagi pemilikan/penentukan kesesuaian vegetasi untuk rencana hijau Kawasan Perencanaan adalah sebagai berikut :

  1. Diutamakan tanaman-tanaman yang dapat beradaptasi dengan lingkungan sungai;

  2. Perakaran kuat, terutama pada daerah-daerah yang lereng/labil;

  3. Berumur panjang;

  4. Mudah dalam perawatan;

  5. Mudah diperbanyak;

  6. Bermanfaat baik dari segi estetikanya maupun produksinya; 7. Pertumbuhan relatif cepat (terutama untuk penghijauan/RTH).

  Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Kawasan Perencanaan Aspek-Aspek Kebijakan Arah Pengembangan

  Perumahan dan Permukiman

  Kawasan permukiman umumnya menyebar hampir di seluruh bagian kawasan pola pengembangan kepadatan tinggi memusat pada pusat kawasan, dan Kepadatan sedang pada pusat Sub-Kawasan

   Diarahkan ke pinggiran kawasan pusat kawasan mengikuti struktur BWK-Sub BWK  Mengikuti ketentuan bangunan yang ditetapkan pada zonasi.

   Pengembangan perumahan dengan konsep lingkungan hunian berimbang (1:3:6)  Penataan kawasan permukiman

  Perdagangan Kawasan perdagangan &  Diarahkan di dan Jasa intensitasinya diarahkan sesuai sepanjang Jl. Lingkar fungsi pelayanan dan lebih Selatan, Jl. Sutoyo S, mudah dijangkau masyarakat dan Jl. Jafri Zamzam

   Bangunan yang memiliki sarang burung walet diwajibkan mengkuti ketentuan ketinggian bangunan yang ditetapkan Fasilitas  Fasilitas Umum & Sosial  Fasilitas Umum & Umum dan umumnya menyebar di Sosial diarahakan di Sosial sekitar permukiman lokasi optimal yang sesuai dengan skala mendukung fungsi pelayanan dan fungsinya pelayanannya dan

   Pengembangan sarana mudah dijangkau penunjang untuk masyarakat pelauyanan dalam  Pembangunan sarana kawasan dan pengembangan sarana pendukung untuk pelayanan kawasan Ruang RTH meliputi pertamanan,

   Pertamanan Pola Terbuka lapangan/sarana olahraga dan Pengembangan Hijau (RTH) sarana rekreasi, jalur hijau, perlu kawasan konservasi kawasan, mempertimbangkan pemakaman, dan pekarangan jenis, letak/lokasi serta jenis vegetasinya

  7-20 memenuhi kriteria  Karakteristik tanaman perakaran tidak mengganggu pondasi, dahan tidak mudah patah tidak bergetah

   Ketinggian bervariasi, warna hijau dan variasi warna lain secara seimbang

   Kecepatan tumbuh sedang  Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya

   Jarak tanaman setengah rapat, 90% dan luas areal harus dihijaukan

   Lapangan OR/Rekreasi Pola pengembangannya

  7-21 perlu dikaitkan dengan pengembangan kawasan perumahan dan pusat-pusat kegiatan olahraga

   Jalur hijau Pola Pengembangan perlu mempertimbangkan lokasi, jaringan yang diamankan, serta kriteria vegetasi untuk jalur hijau  awasan Konservasi,

  Pola Pengembangannya berada pada kawasan rentan genangan dan perlu memepertimbangkan lokasi, jaringan yang diamankan

   Pemakaman tetap mempertimbangkan keberadaan dengan ketentuan : tidak berada dalam

  7-22

  7-23

  kawasan yang padat penduduknya, menghindari penggunaan lahan yang subur

   Pekarangan. Pola Pengembangan: menyatu dengan kapling-kapling perumahan sesuai dengan kepadatan perumahan yang direncanakan serta unsur kawasan hijau Sumber: Laporan Review RPKPP Kota Banjarmasin, 2010

  Gambaran kondisi eksisting masing-masing kawasan prioritas yang menjadi fokus RPIJM dalam pengembangan permukiman adalah sebagai berikut:

  1. Kawasan Pelambuan dan Rawasari Kawasan Rawasari yang terletak di Kelurahan Teluk Dalam merupakan kawasan padat penduduk yang cenderung berkembang menjadi kumuh dan tidak sesuai lagi dengan standard lingkungan permukiman yang sehat. Penguasaan lahan di daerah aliran sungai oleh sekelompok penduduk secara tidak legal juga cukup tinggi. Lahan berkembang cepat menjadi hunian sementara yang kumuh dan seringkali bukan pada peruntukan perumahan dalam Rencana Umum Tata Ruang. Kawasan Pelambuan merupakan daerah pengembangan Kawasan Pelambuan merupakan daerah pengembangan baru Pemerintah Kota Banjarmasin yang berkembang cepat (new development area).

  Karakteristik pemanfaatan ruang yang dominan adalah industri menengah dan kecil (industri karet dan kayu), kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran, permukiman. Keberadaan kawasan kumuh di Kawasan Pelambuan sangat dipengaruhi oleh berdirinya berbagai industri/pabrik, dimana keberadaan pabrik/industri ini menjadi daya tarik bagi penduduk yang membutuhkan pekerjaan sehingga penduduk memilih bekerja dan bermukim di sekitar kawasan-kawasan industri. Seperti diketahui tanah- tanah yang ditempati oleh penduduk (kelas pekerja) ini merupakan lahan perusahaan atau lahan bukan miliknya. Pada kawasan prioritas pada jalan lingkungan dan jalan gang dengan kondisi jalan yang kurang baik dan perkerasan yang beranekaragam sehingga dalam perencanaan perlu diseragamkan dan disesuaikan dengan kemampuan masyarakat untuk perawatannya yaitu perkerasan cor beton. Kondisi Eksisting infrastruktur permukiman di Kawasan Rawasari Pelambuan dapat diuraikan sebagai berikut:  Pada Jalan Gang Rahayu di RT 28 perkerasan Jalan menggunakan batako, kondisi jalan kurang baik.  Pada jalan Gang Rahayu 2 di RT 74 perkerasan jalan menggunakan batako dan sebagian menggunakan beton cor, kondisi jalan yang menggunakan batako keadaannya rusak sedangkan pada jalan yang menggunakan beton cor kondisi jalannya baik.

   Pada Jalan Gang Rahayu di RT 29 perkerasan jalan menggunakan batako dan sebagian menggunakan beton cor, kondisi untuk bagian luar dalam keadaan kurang baik sedangkan pada jalan dalam gang Rahayu 3 kondisi jalannya baik.

   Pada Jalan Gang Rahayu di RT 30 perkerasan jalan menggunakan batako kondisi untuk bagian luar dalam keadaan kurang baik sedangkan pada bagian dalam pada Gang Al-Banjari kondisi jalannya baik.

   Pada Jalan Gang Rahayu di RT 75 perkerasan jalan menggunakan beton cor kondisi dalam keadaan baik.

  7-24

   Pada Jalan Gang Rahayu di RT 25 perkerasan jalan menggunakan aspal kondisi dalam keadaan kurang baik.  Pada Jalan Gang Rahayu di RT 27 perkerasan jalan menggunakan aspal kondisi dalam keadaan kurang baik.  Pada Jalan Gang Rahayu di RT 26 perkerasan jalan menggunakan batako kondisi dalam keadaan cukup baik.

  2. Kawasan Basirih Kondisi perkembangan permukiman pada kawasan Basirih, yaitu:

  a. Umumnya jalan lingkungan disetiap gang dibuat dari cor beton, batako dan beberapa masih menggunakan pasir putih dimana dana berasal dari warga sendiri. Pengembangan jalan dilakukan oleh developer. Lebar jalan antara 2-4 meter dan panjang antara 50-500 m, maksudnya 2 dan 50 m adalah lebar dan panjang jalan terkecil rata- rata dari seluruh gang dan komplek yang ada diwilayah ini. Sedangkan 4 dan 500 m adalah lebar dan panjang jalan terbesar rata-rata diseluruh gang dan komplek diwilayah ini;

  b. Sebagian jalan menggunakan penutup jalan aspal dan sudah mengalami kerusakan; c. Gang-gang yang ada tidak dibuat oleh pengembang seperti developer, tapi perumahan yang dibentuk oleh masyarakat sendiri dan Jembatan terbuat dari kayu;

  d. Menurut penentuan kriteria kawasan permukiman kumuh yang dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek atau dimensi seperti kesesuaian peruntukan lokasi dengan rencana tata ruang, status (kepemilikan) tanah, letak/kedudukan lokasi, tingkat kepadatan penduduk, tingkat kepadatan bangunan, kondisi fisik, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat lokal, maka kawasan Basirih termasuk kawasan permukiman kumuh;

  7-25 e. Seiring dengan pertumbuhan kota dan meningkatnya jumlah penduduk, Permukiman baru di kawasan Basirih berkembang tidak terkendali disepanjang sungai, sehingga beberapa sungai kehilangan fungsinya dan menurun kualitas lingkungannya berupa pendangkalan, penyempitan, menurunnya kualitas air sungai dan banyak sungai yang hilang tertutup hunian atau diuruk untuk berbagai pembangunan.

  3. Kawasan Sungai Andai Kondisi perkembangan permukiman pada kawasan Sungai Andai, yaitu:

  a. Kawasan Sungai Andai masih banyak terdapat lahan kosong yang dapat digunakan sebagai ruang terbuka hijau dan kawasan terbangun; b. Banyak munculnya perumahan-perumahan di Sungai Andai c. Terdapat permukiman di pinggiran Sungai Andai.

  d. Menurut Studi Kawasan Kumuh 2010, Kawasan Sungai Andai merupakan kawasan dengan kumuh ringan.

  e. Terdapat pasar kompleks yang didirikan dengan mengambil badan sungai dan pasar tradisional ini terlihat kumuh; f. Beberapa jalan lingkungan menggunakan penutup jalan aspal dan paving blok, namun pada beberapa titik sudah mengalami kerusakan, sedangkan beberapa jalan lingkungan yang lain masih terdapat jalan yang menggunakan jalan tanah (tanah merah); g. Jalan yang di dekat sungai masih menggunakan jalan titian dari papan kayu.

  C) PERMASALAHAN DAN TANTANGAN Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di kawasan prioritas adalah sebagai berikut :

  1. Kawasan Pelambuan dan Rawasari Permasalahan pengembangan permukiman di kawasan Pelambuan Rawasari adalah: a. Adanya permukiman padat penduduk mengakibatkan lingkungan kumuh, karena umumnya masyarakat yang berpenghasilan rendah dan miskin

  7-26 bermukim di lingkungan kumuh sehingga penampilan facade bangunan sangat buruk dan tidak memberikan kontribusi terhadap estetika lingkungan; b. Pertumbuhan berbagai aktivitas, bangunan dan kawasan tidak tertata dengan baik, belum terencana secara komprehensif dan representatif, sehingga relatif kusam, kumuh dan tidak terawat;

  c. Peningkatan jumlah rumah tangga yang menempati rumah yang tidak layak huni dan tidak didukung oleh prasarana, sarana lingkungan infrastruktur khususnya jalan lingkungan dan utilitas umum yang memadai terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah; d. Adanya keterbatasan lahan untuk permukiman;

  e. Adanya permukiman tepian sungai yang tidak tertata sehingga mengakibatkan polusi air sungai; f. Berkembangnya fungsi-fungsi di sekitar kawasan yang tidak terarah dan tidak terkendali dengan baik cenderung menumbuhkan kesemrawutan; g. Pada malam hari,kawasan ini rawan terhadap tindakan kriminalitas;

  h. Kepadatan lalu lintas cukup tinggi pada saat peak-hour dan keberadaan industri menengah/kecil

  • – bau yang ditimbulkan pabrik karet – menimbulkan pencemaran udara dan suara;

  i. Penataan, penyediaan, kelengkapan dan persebaran street furniture yang belum optimal; j. Pada kawasan Pelambuan dimana berdasarkan peruntukannya kawasan ini seharusnya adalah kawasan industri. Tapi pada kenyataannya kawasan ini tumbuh menjadi kawasan perumahan. Hal ini disebabkan kawasan industri belum berkembang secara optimal dalam artian kawasan yang telah disediakan belum sepenuhnya dimanfatkan oleh investor karena kurangnya promosi dan pengenalan potensi kawasan terkait.

  Sedangkan hambatan dan tantangan dalam pengembangan permukiman di kawasan Pelambuan Rawasari adalah:

  7-27 A. Masyarakat menginginkan adanya relokasi sementara, sehingga Pemerintah Kota Banjarmasin harus menyediakan tempat yang dapat menampung ribuan kepala keluarga sebelum dibangunnya rusunawa di daerah tersebut.

  B. Kehadiran RUSUNAWA diprediksi akan memberikan dampak, yaitu:

  • Meningkatkan jumlah penduduk, sehingga secara signifikan akan meningkatkan jumlah kebutuhan infrastruktur, termasuk kemungkinan terjadinya peningkatan volume dan frekuensi lalu lintas kendaraan serta pejalan kaki disekitar RUSUNAWA. Apabila pada beberapa titik muncul atau terdapat kemacetan lalulintas, kondisi jalan menjadi penting untuk difikirkan. Lebar jalan yang terlalu sempit dan pertemuan antara jalan yang menghubungkan dua pusat kegiatan dengan jalan-jalan lingkungan mempunyai potensi untuk berkembang secara fisik dengan berbagai aktifitas sehingga sebelum berkembang secara tidak terkendali dan dapat menyebabkan kemacetan, jalan sempit dan titik persimpangan seperti itu perlu diperhatikan dan ditata;
  • Perubahan iklim mikro di sekitar kawasan, sebagai akibat hadirnya bangunan baru di kawasan tersebut. Salah satu iklim mikro yang harus diperhatikan adalah arah dan kecepatan angin yang melalui kawasan. Sirkulasi udara yang baik dapat membawa heat-gains atau pertambahan panas dan kelembaban pada diri manusia sehingga dapat secara efektif meningkatkan kenyamanan manusia dalam suatu ruang. Udara akan bersirkulasi bila ada in-let dan outlet tertentu bagi udara. Oleh karena itu sirkulasi udara adalah hal yang paling penting untuk diciptakan dalam suatu kawasan di sebuah negara beriklim tropis lembab seperti Kota Banjarmasin. Sirkulasi udara dapat diciptakan dengan cara memperhatikan sirkulasi eksisting dan selanjutnya memperkuat dan mengarahkan sirkulasi udara tersebut. Oleh karena itu, Penataan Bangunan dan Infrastruktur (PSD) hendaknya juga mengandung suatu aturan yang ditujukan untuk menjamin agar sirkulasi udara aksisting tidak terhambat oleh letak dan

  7-28 orientasi dari bangunan-bangunan yang bakal tumbuh di kawasan tersebut;

  • Bila pola pembangunan dengan pengurukan dilanjutkan maka dikhawatirkan akan terjadi pergeseran daerah genangan ke kawasan lain. Oleh karena itu dalam penataan bangunan dan infrastruktur (PSD) pembangunan harus diatur dengan baik agar dampak pembangunan tidak menyebabkan kawasan lain mengalami limpahan air permukaan yang seharusnya diperankan oleh Kawasan Studi;
  • Bertambahnya limbah yang dihasilkan oleh pertambahan jumlah penduduk dan pembangunan lingkungan. Sampah bisa diatur pengelolaannya dengan sistem tempat pembuangan sementara (TPS) di titik-titik tertentu pada Kawasan Studi dan selanjutnya dibawa ke tempat pembuangan akhir di luar kawasan. Limbah cair dan padat yang umumnya berasal dari kotoran manusia bisa ditangani dengan sistem setempat dengan catatan sistem penyediaan air bersih dilakukan oleh PDAM dan bukan dari sumur artesis dari masing-masing persil. Biasanya peningkatan jumlah limbah akan diikuti dengan peningkatan jumlah pemulung disekitar kawasan, sehingga dengan demikian jumlah rumah kumuh akan bertambah pula. Hal ini memerlukan pemecahan yang cukup serius. Belum adanya kebijakan yang terperinci untuk pengembangan dan perencanaan kawasan studi akan menyebabkan terjadi perkembangan yang tidak terarah dan kurang terkoordinasi;
  • meningkatkan volume air kotor serta mengurangi daya serap tanah terhadap air hujan (sebab luas permukaan tanah yang ditutup oleh bangunan akan menjadi semakin besar), sehingga akan meningkatkan volume air hujan dalam sistim drainasi yang ada.

  C. Kendala dan hambatan yang dihadapi dalam menangani lingkungan permukiman kumuh, yaitu:

  7-29

  • Peremajaan lingkungan kumuh merupakan proyek besar. Jadi harga yang dipertimbangkan dengan matang mengenai manfaat proyek karena menyangkut sekian banyak manusia yang akan tergusur atau dimukimkan kembali;
  • Masih ada dualisme antara penataan lingkungan dengan peremajaan lingkungan yang mengikuti standar teknis bangunan. Penghuni permukiman kumuh kelihatannya masih senang tinggal dirumah kumuhnya dari pada dirumah sewa bertingkat atau rumah susun;
  • Banyak proyek peremajaan lingkungan kumuh yang tidak didahului oleh survai sosial untuk melihat karakteristik kemampuan dan kemauan penduduk yang akan tergusur. Pembangunan rumah susun bukan sekedar masalah teknis tetapi menyangkut sosial ekonomi dan budaya penduduk;
  • Banyak proyek peremajaan lingkungan yang kurang memperhatikan kelengkapan lingkungan seperti taman, ruang terbuka, tempat rekreasi, pencegahan kebakaran, tempat pembuangan sampah sementara dan tempat bermain anak- anak;
  • Penggusuran sering diartikan buruk, akan tetapi pemerintah berusaha meremajakan lingkungan kumuh dan memungkinkan penduduknya ketempat yang lebih baik;
  • Keterbatasan lahan, dalam pelaksanaan peremajaan lingkungan kumuh harus dipilih lokasi yang benar- benar cocok baik terhadap program itu sendiri maupun program lainnya yang sedang dilaksanakan;
  • Perlu diciptakan kebersamaan, masyarakat perkotaan yang cenderung mengutamakan kepentingan individu, perlu diarahkan pada hidup dengan rasa kebersamaan dalam lingkungan permukiman yang baru;
  • Belum kuatnya dana pembangunan permukiman;
  • Belum berkembangnya prinsip yang dilakukan pendekatan yang manusiawi tanpa kekerasan;

  7-30

  • Sulitnya penegakan hukum karena penghuni lingkungan kumuh hampir tidak mengerti peraturan perundang- undangan yang berlaku. Diperlukan waktu yang cukup lama untuk mengubah pola hidup masyarakat;
  • Pengelolaan program peremajaan lingkungan kumuh harus berpandangan objektif dan luas. Pengelola harus melihat kepentingan pemerintah dan kepentingan masyarakat yang lingkungan permukimannya akan diremajakan.

  2. Kawasan Basirih Analisis permasalahan pengembangan permukiman di kawasan Basirih yaitu untuk mewujudkan struktur pemanfaatan ruang Kasiba dan Lisiba, disamping melalui pentahapan program yang dikembangkan oleh badan pengelola dan sejalan dengan program pembangunan daerah, tetap diperlukan dukungan Pemerintah di dalam menyediakan prasarana dan sarana dasar kawasan yang bersifat strategis sebagai kegiatan stimulan dan pendampingan, yang untuk selanjutnya diharapkan dapat lebih diwujudkan berdasarkan prinsip kemitraan yang positif dari dunia usaha, masyarakat, dan pemerintah.

  Prinsip-prinsip pembangunan kawasan permukiman yang berkelanjutan, baik secara internal di dalam kawasan maupun secara eksternal kesalingterkaitannya dengan skala kawasan yang lebih luas, diterapkan secara efektif di dalam pengembangan Kasiba dan Lisiba, termasuk Lisiba berdiri sendiri. Penyelenggaraan Kasiba dan Lisiba dengan manajemen kawasan yang efektif diharapkan juga mampu berfungsi sebagai instrumen untuk mengendalikan tumbuhnya lingkungan perumahan dan permukiman yang tidak teratur dan cenderung kumuh.