Latar Belakang - Pengaruh Campuran Media Tumbuh Dan Dosis Pupuk Npk (16:16:16) Terhadap Pertumbuhan Kakao (Theobroma Cacao L.) Di Pembibitan

  PENDAHULUAN Latar Belakang

  Pada 2011 produksi kakao dunia diperkirakan mencapai 4,05 juta ton atau tumbuh melambat menjadi 1,9% rata-rata per tahun (2007-2011), akibat makin tingginya ketidakseimbangan iklim global yang pada akhirnya menyebabkan rendahnya produktivitas. Sementara konsumsi dunia pada 2011 diperkirakan akan lebih tinggi dari produksi yang mencapai 4,1 juta ton. Pertumbuhan rata-rata sepanjang 2007-2012 diperkirakan mencapai 2,7% per tahun. ICCO memperkirakan dalam jangka panjang akan terjadi defisit kakao dunia sekitar 10- 50 ribu ton setiap tahun akibat makin tingginya konsumsi (Suryani dan Zulfebriansyah, 2007).

  Kakao Indonesia mengalami perkembangan cukup pesat. Tahun 1969- 1970, produksi kakao Indonesia hanya sekitar 1 ton atau peringkat ke-29 dunia (FAO,1972) kemudian meningkat menjadi sekitar 16 ton atau peringkat ke-16 pada tahun 1980-1981 (Soenaryo, 1983).

  Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah komoditas perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi perkebun. Tanaman kakao berasal dari daerah hutan hujan tropis di Amerika Selatan. Di daerah asalnya, kakao merupakan tanaman kecil di bagian bawah hutan hujan tropis dan tumbuh terlindung pohon-pohon yang besar (Widya, 2008).

  Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Komoditas kakao menempati peringkat ketiga ekspor sektor perkebunan dalam menyumbang devisa negara, setelah komoditas CPO dan karet. Pada tahun 2006 ekspor kakao mencapai US$ 975 juta atau meningkat 24,2% dibanding tahun sebelumnya (Suryani dan Zulfebriansyah, 2007).

  Dari biji-biji kakao ini, dengan perlakuan pascapanen, termasuk proses pengolahan dan pengeringan akan dihasilkan biji-biji kakao kering yang siap dikirim ke pabrik pengolah (prosesor). Oleh pengolahan, biji kakao diolah menjadi produk-produk setengah jadi dan produk-produk sudah jadi (Soedarsono, 1995).

  Pupuk NPK merupakan hara penting bagi tanaman. Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar. Nitrogen merupakan komponen penyusun dari banyak senyawa esensial bagi tumbuhan, misalnya asam asam amino. Karena setiap molekul protein tersusun dari asam-asam amino dan setiap enzim adalah protein maka nitrogen merupakan unsur penyusun protein dan enzim. Fosfor berperan dalam berbagai proses fisiologis di dalam tanaman seperti fotosintesis dan respirasi dan sangat membantu perkembangan perakaran dan mengatur pembungaan. Kalium berperan dalam aktivitas berbagai enzim yang esensial dalam reaksi – reaksi fotosintesis dan respirasi serta untuk enzim yang terkait dalam sintesis protein dan pati (Lakitan, 1993).

  Kompos Tandan Kelapa Sawit sangat bermanfaat untuk meningkatkan bahan organik tanah. Bahan organik dalam tanah berfungsi untuk memperbaiki sipat tanah seperti struktur tanah, kapasitas memegang air(water holding capacity) dan sifat kimia tanah seperti kapasitas tukar kation (KTK) yang makin tinggi. Dengan demikian tandan kosong kelapa sawit mempunyai potensi yang besar sebagai bahan penyubur tanah (Witjaksana dkk.,2000).

  Interaksi TKKS dengan subsoil ultisol dan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata pada diameter batang 10, 12 dan 14 MST serta total luas daun.

  Taraf kombinasi perlakuan M3P3 campuran (75% TKKS + 25 subsoil ultisol dengan pemberian dosis pupuk NPK 6 g/polybag) memberikan pertumbuhan bibit kakao yang baik (Sinaga, 2011).

  Di daerah pertanaman, pemberian pupuk, terutama pupuk anorganik telah dianggap melampaui takaran sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dan pupuk NPK (16:16:16) dengan menaikkan dosis 0, 4, 8 dan 12 gr/polybag agar diketahui kadar efektivitas TKKS dan pupuk NPK yang optimum untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman kakao (Theobroma cacao. L.) secara khusus di tanah sub soil. Tanah sub soil ultisol digunakan sebagai media karena tanah ini mudah didapatkan, sebab banyak dijumpai pada lahan-lahan perkebunan, termasuk perkebunan kakao. Tanah ini merupakan tanah lapisan kedua yang miskin terhadap unsur hara, Akhirnya nanti dapatlah diefesienkan penggunaan pupuk anorganik yang diberikan dan kemudian dapat dilaksanakan pemupukan yang berimbang menuju sistem usaha tani yang menguntungkan dan berkelanjutan.

  Tujuan Penelitian

  Untuk mengetahui pengaruh pemberian kompos (TKKS) dan pupuk NPK (16:16:16) terhadap pertumbuhan kakao (Theobroma cacao. L.) di pembibitan.

  Hipotesis Penelitian

  Ada pengaruh perlakuan campuran media tumbuh dan pemberian pupuk NPK (16:16:16) serta interaksi kedua faktor tersebut.

  Kegunaan Penelitian

  Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusun skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

  Botani Tanaman

  Menurut Tjitrosoepomo (1988) sistematika tanaman kakao adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Malvales Family Sterculiaceae Genus : Theobroma Spesies : Theobroma cacao L.

  Akar kakao merupakan akar tunggang. Akar yang pertumbuhannya ke samping bisa mencapai 5 meter, sedangkan akar yang tumbuh ke arah bawah bisa mencapai 15 meter. Perkembangan pertumbuhan akar ke arah lateral tanaman kakao sebagian besar berkembang di dekat permukaan tanah, yaitu pada 0-30 cm.

  Penyebaran akar 56% akar lateral tumbuh pada bagian 0-10 cm, 26% pada bagian 10-20 cm, 14% pada bagian 21-30 cm dan hanya 4% dari bagian akar lebih dari 30 cm dari permukaan tanah (Syamsulbahri, 1996).

  Pada tanaman kakao dewasa sepanjang batang pokok tumbuh wiwilan atau tunas air (chupon). Dalam teknik budidaya yang benar, tunas air ini selalu dibuang, tetapi pada tanaman kakao liar, tunas air tersebut akan membentuk batang dan jorket yang baru sehingga tanaman mempunyai jorket yang tersusun (Mamangkey, 1983).

  Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat dimorfis (dua bentuk percabangan). Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm. Tangkai daunnya berbentuk silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya (Soenaryo, 1983).

  Daun kakao memiliki dua persendian atau cartilation yang terikat pada pangkal dan tangkai daun. Tangkai daun bersisik halus dan membentuk sudut 30- 60 dan berbentuk silinder. Warna daun muda kemerahan sampai merah bergantung pada varietasnya (Siregar dkk, 2000).

  Tanaman kakao asal biji, setelah mencapai tinggi 0,9-1,5 meter akan berhenti tumbuh dan akan membentuk jorket (jorquette). Jorket adalah tempat percabangan dari pola percabangan ortotrop ke plagiotrop dan khas hanya terdapat pada tanaman kakao. Pembentukan jorket didahului dengan berhentinya pertumbuhan ortotrop karena ruas-ruasnya tidak memanjang. Pada ujung tunas tersebut stipula (semacam sisik yang terdapat pada kuntum bunga) dan kuncup ketiak daun serta tunas daun tidak berkembang. Dari ujung perhentian tersebut kemudian tumbuh 3-6 cabang yang arah pertumbuhannya condong ke samping membentuk sudut 0-60

  ° dengan arah horizontal. Cabang-cabang itu disebut dengan cabang-cabang primer (cabang plagiotrop). Pada cabang primer tersebut kemudian tumbuh pada cabang-cabang lateral (fan) sehingga tanaman membentuk tajuk-tajuk yang rimbun (Soenaryo, 1983). Tanaman kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut dengan bantalan bunga (cushion). Bunga kakao terdiri atas 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkar yang tersusun dari 5 tangkai sari tetapi hanya 1 tangkai sari yang fertil, dan 5 daun buah yang bersatu. Bunga kakao berwarna putih, ungu atau kemerahan. Warna yang kuat terdapat pada benang sari dan daun mahkota. Warna bunga ini khas untuk setiap kultivar. Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). Daun mahkotanya panjang 6-8 mm, terdiri atas dua bagian. Bagian pangkal berbentuk seperti kuku binatang (claw) dan biasanya terdapat dua garis merah. Bagian ujung berupa lembaran tipis, fleksibel dan berwarna putih (Hartobudoyo, 1995).

  Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam warna. Buah yang ketika masih muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna merah, setelah masak berwarna jingga/orange (Tjitrosoepomo, 1988).

  Pada umumnya biji diambil dari bagian tengahnya sebagai benih, karena besarnya seragam sehingga diharapkan pertumbuhannya akan seragam. Perlu diketahui biji kakao tidak mempunyai masa istirahat (dormansi), sehingga harus segera dikecambahkan atau langsung ditanam di polibag (Syamsyulbahri, 1996).

  Syarat Tumbuh Iklim

  Menurut hasil penelitian, temperatur ideal bagi pertumbuhann cokelat adalah 30-32 C (maksimum) dan 18-21 C (minimum). Cokelat dapat tumbuh dengan baik pada tempertaur 15 C per bulan dengan temperatur minimum absolut

  10 C per bulan. Temperatur ideal bagi pertumbuhan cokelat adalah 23,9-26,7 C (Haltman dkk, 1981).

  Kakao tumbuh baik di dataran rendah sampai ketinggian 800 m dpl. Kebutuhan curah hujan sekitar 1100-3000 mm per tahun. Tanaman ini tidak memerlukan penyinaran matahari secara langsung (Pursglove, 1997).

  Daerah produsen kakao umumnya memiliki curah hujan berkisar antara 1250 – 3000 mm tiap tahun. Curah hujan yang kurang dari 1250 – 3000 mm akan terjadi evapotranspirasi melebihi presipitasi. Di daerah yang keadaan iklimnya demikian dianjurkan tidak menanam kakao kecuali ada irigasi seperti di Colombia dan Peru. Curah hujan yang melebihi dari 2500 mm tiap tahun akan meningkatkan serangan penyakit busuk buah Phytophtora dan VSD (Vascular

  

Streak Dieback ). Di samping itu, akan terjadi pencucian atau leaching yang berat

  terhadap tanah, sehingga akan menurunkan kesuburan tanah, pH turun dan petukaran kation rendah (Susanto, 1994).

  Tanah

  Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30-40% fraksi liat, 50% pasir, dan 10-20% debu. Susunan demikian akan mempengaruhi ketersediaan air dan hara serta aerasi tanah. Struktur tanah yang remah dengan agregat yang mantap menciptakan gerakan air dan udara di dalam tanah sehingga menguntungkan bagi akar (Siregar, dkk, 1997).

  Tanaman kakao dapat tumbuh pada tanah yang memiliki kisaran pH 4,0 – 8,5. Namun pH yang ideal adalah 6,0 – 7,5 dimana unsur-unsur hara dalam tanah dapat tersedia bagi tanaman. pada pH yang tinggi misalnya lebih dari 8,0 kemungkinan tanaman akan kekurangan unsur hara dan akan keracunan Al, Mn dan Fe pada pH rendah, misalnya kurang dari 4,0 (Susanto, 1994).

  Tanaman kakao mengehndaki tanah yang mudah diterobos oleh air tanah dan tanah harus dapat menyimpan air tanah terutama pada musim kemarau. Aerasi dan drainase yang baik sehingga tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah tanah liat berpasir dan lempung liat berpasir (Wood and Lass, 1987).

  Tanaman kakao dapat tumbuh dan berproduksi pada jenis tanah ultisol yang dikenal dengan solum tanahnya antara 1,3-5,0 m, tanah podsolik merah hingga kuning, teksturnya lempung berpasir sampai lempung liat, gembur, kandungan haranya rendah, tanah andosol dapat dikenal dengan solum tanah yang tebal antara 1-2 m, berwarna hitam kelabu sampai coklat tua (Widya, 2008).

  Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)

  Kandungan nutrisi kompos dari tandan kosong kelapa sawit ini antara lain N > 1,5%, P > 0,3%, K > 2,00%, Ca > 0,72%, Mg > 0,4%. Kompos kelapa sawit tergolong pupuk organik yang fungsi utamanya adalah pembenahan tanah disamping sebagai sumber nutrisi terutama K 2010).

  Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan sisa tandan buah segar (TBS) yang telah dirontokan buahnya setelah dipanen dalam proses pengolahan dipabrik kelapa sawit. Banyaknya tandan kosong adalah 27% dari produksi tandan buah segar

  (Panjaitan, Sugiono, dan Sirait, 1983) dan bila dibakar akan diperoleh abunya sebanyak 1.65% dari berat tandan kosong (Chan, Suawandi, dan Tobing, 1982). Selain itu Hermawan, et al., (1999) menyatakan bahwa TKKS mempunyai nilai nutrisi yang tinggi dan berpotensi untuk dijadikan sebagai pupuk organik. Hasil analisis kimianya adalah : 34% C, 0,8% P O , 5,0% K O, 1,7% CaO, 4,0% MgO dan 275 ppm Mn serta

  2

  5

  2

  dengan nilai C/N rasio yang tinggi yaitu 43, sehingga sulit di dekomposisi oleh mikroba. Nuryanto (2000) menambahkan bahwa TKKS mengandung selulosa 45, 95%, hemiselulosa 22,84% dan lignin 22,60 %. Tingginya kandungan lignin dan selulosa dalam TKKS menyebabkan bahan tersebut sulit mengalami proses dekompsisi (Kasli, 2008).

  TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) adalah limbah pabrik kelapa sawit yang jumlahnya sangat melimpah. Setiap pengolahan 1 ton TBS (Tandan Buah Segar) akan dihasilkan TKKS sebanyak 22-23% TKKS atau sebanyak 220-230 kg TKKS. Jumlah limbah TKKS seluruh Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan mencapai 18,2 juta ton. Jumlah yang sangat besar. Ironis sekali,limbah ini belum dimamfaatkan secara baik oleh sebagian besar pabrik kelapa sawit (PKS) di Indonesia. Komponen utama limbah pada kelapa sawit ialah selulosa dan lignin, sehingga limbah ini disebut sebagai limbah lignoselulosa (Darnoko,1993).

  TKKS dapat digunakan dalam pembibitan kelapa sawit dan kakao. TKKS merupakan bahan organik yang mengandung unsur hara utama N, P, K dan Mg.

  Selain diperkirakan mampu memperbaiki sifat fisik tanah, TKKS diperkirakan mampu meningkatkan efisiensi pemupukan sehingga pupuk majemuk yang digunakan untuk pembibitan kakao dapat dikurangi (Suherman, 2007).

  

Pupuk NPK (16:16:16)

  Pupuk NPK yang dibutuhkan pada tanaman kakao NPK dengan kandungan 16% N, 16% P, 16% K (16:16:16). Pemberian pupuk diberikan pada usia tanaman kakao di pembibitan berusia 4 minggu. Pupuk NPK yang diberikan sebanyak 2 sampai 4 gram per tanaman, dengan tujuan untuk menyuburkan pertumbuhan, pupuk NPK dilakukan tiap 1 sampai 4 bulan sekali (Widya. 2008).

  Pupuk NPK merupakan sebutan dari unsur yang dikandungnya, bukan merek. Celakanya lagi ialah merek dagang pupuk NPK ada sangat banyak dengan kadar hara yang berbeda-beda. Misalnya NPK Holland dan NPK Mutiara yang sama-sama pupuk NPK, tetepai kadar N, P, dan K nya berlainan. Oleh karena itu, sebaiknya disebutkan merek dagangnnya atau kalu tidak sebutkan hara yang dikandungnya. Misalnya, disebutkan NPK (15-15-15) maka akan diperoleh puuk majemuk NPK berkadar N 15%, P 15% dan K 15%. (Lingga dan Marsono. 2004)

  Menurut Hasibuan (2009), pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur (N,P,K). Pupuk NPK terdiri dari pupuk majemuk tak lengkapdan pupuk majemuk lengkap. Pupuk majemuk tak lengkap adalah kombinasi dari pupuk yang mengandung unsur pupuk seperti NP, NK dan PK, sedangkan pupuk majemuk lengkap ialah pupuk yang mengandung tiga unsur yakni NPK. Pupuk NPK saat ini sudah sangat luas, berbagai merek, kualitas, dan analisis telah tersedia dipasaran. Kendati harganya relatif lebih mahal, pupuk NPK tetap dipilih karena kandungan haranya lebih lengkap. Efisiensi pemakaian tenaga kerja pada aplikasi pupuk NPK juga lebih tinggi dari pada aplikasi pupuk tunggal yang harus diberikan dengan cara campur (Novizan, 2005).

  Pada masa vegetatif tanaman membentuk tubuhnya agar menjadi tanaman yang sehat dan kuat sehingga ia menyerap nutrien atau makanan sebanyak- banyaknya. Pertumbuhan ukuran lingkar batang, panjang dan jumlah tunas batang baru berlangsung dengan cepat. Dalam masa pertumbuhan tanaman, sepeti juga pada manusia dan hewan, membutuhkan protein untuk membangun tubuhnya. Protein diambil dari unsur nitrogen. Contoh pupuk yang banyak dibutuhkan untuk masa vegetatif adalah urea, NPK (15:15:15), pupuk kandang dan humus (Prihmantoro, 1997).

  Kandungan unsur hara dalam pupuk majemuk NPK dinyatakan dalam 3 angka yang berturut-turut menunjukkan keadaan N, P O dan K O. Misalnya

  2 5,

  2

  pupuk majemuk NPK (15-25-10) menunjukkan setiap 100 kg pupuk mengandung 15 kg N + 25 kg P

2 O 5 + 10 kg K 2 O (Hardjowigeno, 2003).

  Nitrogen (N) merupakan unsur utama pembentuk protoplasma sel, asam amino, protein, amida, alkaloid, dan klorofil. Kekurangan nitrogen akan menurunkan aktifitas metabolisme tanaman yang dapat menimbulkan klorosis. Pemupukan nitrogen berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi buah. Fosfor (P) berperan dalam setiap proses fisiologis tanaman, baik yang menyangkut pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Fungsi lain unsur ini adalah membentuk ikatan fosfolipid dalam minyak. Kekurangan unsur ini akan memperlambat proses fisiologis. Kebutuhan unsur P lebih sedikit dibandingkan dengan N dan K. Untuk menambah produksi buah, unsur P tidak dapat bekerja sendiri, tetapi akan berkombinasi dengan unsur unsur lainnya. Kalium (K) merupakan unsur hara terpenting untuk kakao, karena unsur ini paling banyak ditransfer ke buah. Unsur ini juga berperan sebagai katalisator dalam setiap proses biokimia dan sebagai regulator dalam proses pembentukan minyak. Pada tanaman muda, unsur kalium nyata memperbesar perkembangan batang dan mempercepat panen pertama (Sastrosayono,2005).

  Pupuk NPK (nitrogen phosphate kalium) merupakan pupuk majemuk cepat tersedia yang paling dikenal saat ini. Bentuk pupuk NPK yang sekarang beredar di pasaran adalah pengembangan dari bentuk-bentuk NPK lama yang kadarnya masih rendah. Kadar NPK yang banyak beredar adalah 16-16-16 dan 8- 20-15. Kadar lain yang tidak terlalu umum beredar adalah 6-12-15, 12-12-12 atau 20-20-20. Tiga tipe pupuk NPK tersebut juga sangat populer karena kadarnya cukup tinggi dan memadai untuk menunjang pertumbuhan tanaman.

  (Marsono dan Sigit, 2001).

BAHAN DAN METODE

  Tempat dan Waktu

  Penelitian ini dilaksanakan di lahan masayarakat yang terletak di Jalan Berdikari, Padang Bulan, Medan, dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2011 sampai dengan Mei 2011.

  Bahan dan Alat

  Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kakao lindak, polibag ukuran 20 x 30 cm, tanah sub soil ultisol, pasir, pupuk kompos (TKKS), pupuk NPK (16:16:16), fungisida, bambu sebagai pondasi naungan, daun nipah sebagai atap naungan, dan bahan-bahan lain yang mendukung pelaksanaan penelitian.

  Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, parang, hansprayer, meteran, timbangan analitik, dan alat-alat lain yang mendukung pelaksanaan penelitian.

  Metode Penelitian

  Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan dua faktor perlakuan, sebagai berikut : Faktor 1: Media Tanam Subsoil Ultisol dan pupuk kompos (TKKS) (M) dengan empat taraf, yaitu:

  M0 : 100% Subsoil Ultisol (Bobot) + 0% Pupuk kompos (TKKS) M1 : 75% Subsoil Ultisol (Bobot) + 25% Pupuk kompos (TKKS) M2 : 50% Subsoil Ultisol (Bobot) + 50% Pupuk kompos (TKKS)

  M3 : 25% Subsoil Ultisol (Bobot) + 75% Pupuk kompos (TKKS) M4 : 0% Subsoil Ultisol (Bobot) + 100% Pupuk kompos (TKKS)

  Faktor 2: Dosis Pupuk NPK (16:16:16) dengan 4 taraf, yaitu: P0 = 0 gram / polibag P1 = 4 gram / polibag P2 = 8 gram / polibag P3 = 12 gram / polibag

  Sehingga diperoleh 20 kombinasi, yaitu: M0P0 M1P0 M2P0 M3P0 M4P0 M0P1 M1P1 M2P1 M3P1 M4P1 M0P2 M1P2 M2P2 M3P2 M4P2 M0P3 M1P3 M2P3 M3P3 M4P3

  Jumlah ulangan = 3 Jumlah Kombinasi = 20 Jumlah plot penelitian = 60 Jumlah sampel/plot = 2 Jumlah tanaman / plot = 4 Jumlah tanaman seluruhnya = 240 tanaman Jumlah sampel seluruhnya = 120 tanaman Jarak antar blok = 50 cm Jarak antar plot = 30 cm Ukuran plot = 80 cm x 80 cm

  Analisis Data

  Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut: Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk dimana: Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i yang diberi pemberian TKKS pada taraf ke- j dan pupuk NPK pada taraf ke-k

  µ = Nilai tengah

  ρi = Pengaruh blok ke-i

  αj = Pengaruh pemberian TKKS pada taraf ke- j βk

  = Pengaruh pupuk NPK pada taraf ke-k ( αβ)jk = Pengaruh interaksi pemberian TKKS pada taraf ke- j dan pupuk NPK pada taraf ke-k εijk

  = Pengaruh galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan pemberian TKKS pada taraf ke- j dan pupuk NPK pada taraf ke-k

  Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5%.

PELAKSANAAN PENELITIAN

  Persiapan Areal

  Areal penelitian dibersihkan dari gulma dan sampah lainnya. Lahan diukur dan dilakukan pembuatan plot dengan luas 80 x 80 cm dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm.

  Persiapan Naungan

  Naungan dibuat dari bambu sebagai tiang dan daun nipah sebagai atap memanjang utara-selatan dengan tinggi 1,5 m di sebelah timur dan 1,2 m di sebelah barat dengan panjang areal naungan 22 m dan lebar 5 m.

  Persiapan Media Tanam

  Dicampur media tanam yakni dengan tanah subsoil ultisol dengan pupuk kompos (TKKS) sesuai dengan perbandingan yang telah ditetapkan di atas.

  Pengecambahan Benih

  Media perkecambahan adalah pasir setebal 10-15 cm, dibuat arah utara- selatan. Benih didederkan dengan radikula pada bagian bawah dengan jarak antar benih 2 cm x 3 cm.

  Penanaman Kecambah

  Pemindahan bibit ke dalam polibag dilakukan setelah benih mulai tersembul ke atas yaitu saat berumur 5 hari. Setiap polibag diisi satu kecambah, dengan membenamkannya sedalam jari telunjuk lalu ditutup dengan campuran media tanam. Polibag yang telah diisi kecambah disusun rapi/teratur di atas lahan pembibitan dan diberi naungan.

  Aplikasi pupuk NPK (16:16:16)

  Aplikasi pupuk NPK (16:16:16) dilakukan 1 minggu dan 5 minggu setelah penanaman kecambah ditanam dengan dosis sesuai perlakuan masing-masing

  Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

  Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari atau sesuai dengan kondisi di lapangan.

  Penyiangan

  Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut rumput yang berada dalam polibag dan menggunakan cangkul untuk gulma yang berada pada plot. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.

  Pengendalian Hama dan Penyakit

  Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan insektisida Matador 25 EC dan fungisida Dithane M 45 dengan konsentrasi 2 g/l air. Aplikasi dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.

  Pengamatan Parameter Tinggi Bibit (cm)

  Tinggi bibit diukur mulai dari garis permukaan tanah pada patok standar hingga titik tumbuh bibit dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan sejak tanaman berumur 4 MST hingga 14 MST dengan interval pengamatan dua minggu sekali.

  Jumlah Daun (Helai)

  Jumlah daun yang dihitung adalah seluruh daun yang telah membuka sempurna dengan ciri-ciri helaian daun dalam posisi terbuka yang ditandai telah terlihatnya tulang-tulang daun seluruhnya bila diamati dari atas daun. Pengukuran jumlah daun dilakukan sejak tanaman berumur 4 MST hingga 14 MST dengan interval pengamatan dua minggu sekali.

  Diameter Batang (mm)

  Diameter batang diukur sejajar garis 1 cm di atas garis permukaan tanah pada patok standar dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan pada tiga bagian sisi batang yang diukur diameternya yang kemudian dirata- ratakan. Pengukuran dilakukan sejak tanaman berumur 4 MST hingga 14 MST dengan interval pengamatan dua minggu sekali.

2 Total Luas Daun (cm )

  Pengukuran total luas daun dilakukan pada akhir penelitian (pada saat tanaman berumur 16 MST) dengan menggunakan alat Leaf Area Meter. Luas seluruh daun dari satu bibit kemudian ditotalkan sehingga diperoleh total luas daun yang dimaksud, didalam pengamatan terakhir

  Bobot Basah Tajuk (g)

  Tajuk tanaman adalah bagian atas tanaman yang terdiri dari batang, serta daun-daun pada tanaman kakao. Bobot basah tajuk diukur pada akhir penelitian .

  Bahan dibersihkan dan kemudian ditimbang dengan timbangan analitik. Pengukuran bobot basah tajuk dilakukan pada akhir penelitian (pada saat tanaman berumur 16 MST)

  Bobot Kering Tajuk (g)

  Bobot kering tajuk diukur pada akhir penelitian (pada saat tanaman berumur 16 MST) Setelah bahan dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam amplop coklat yang telah dilubangi, kemudian dikeringkan pada suhu 75°C di dalam oven hingga bobot keringnya konstan saat penimbangan.

  Bobot Basah Akar (g)

  Bobot basah akar diukur pada akhir penelitian (pada saat tanaman berumur 16 MST). Bahan dibersihkan dan kemudian ditimbang dengan timbangan analitik.

  Bobot Kering Akar (g)

  Bobot kering akar diukur pada akhir penelitian (pada saat tanaman berumur 16 MST) Setelah dibersihkan bahan kemudian dimasukkan ke dalam amplop coklat yang telah dilubangi, kemudian dikeringkan pada suhu 75°C di dalam oven hingga bobot keringnya konstan saat penimbangan.