PERANAN WANITA DALAM PENGEMBANGAN USAHA KECIL RUMAH TANGGA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA Oleh Annisa Mardatillah, S.SoS,M.Si Dosen Ilmu Administrasi Niaga FISIPOL – UIR Abstract - Peranan Wanita Dalam Pengembangan Usaha Kecil Rumah Tangga Untuk M
PERANAN WANITA DALAM PENGEMBANGAN USAHA KECIL
RUMAH TANGGA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN
KELUARGA
Oleh
Annisa Mardatillah, S.SoS,M.Si
Dosen Ilmu Administrasi Niaga
FISIPOL – UIR
Abstract
Women are human resources who can supporting the achievement of development
goals. Nowadays women do not only as a housewife but they can help increase the
household economy. Destabilize of economic conditian which does not followed by
addition of economic income will disruptive welfare of economic of family
conditions. This situation is encouring women to participate in improving the
economy through entrepreneurship ( Home Industry ). The Government needs to
create programs which supports development of women home industry. Keyword : women, economy, home industryA. Latar Belakang
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor produksi yang penting karena produktivitas sumber daya manusia akan mempengaruhi faktor-faktor produksi yang lain seperti sumber daya alam, pembentukan modal, teknologi dan kewirausahaan. Peningkatan produktivitas dan kualitas sumber daya manusia, sumber daya alam yang jumlahnya sangat terbatas dapat diolah oleh manusia dengan berbagai keahlian yang dimiliki didukung dengan teknologi dan kewirausahaan untuk memenuhi tuntutan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Peran dan partisipasi masyarakat sangatlah dibutuhkan demi kelancaran pembangunan, tidak terkecuali peran wanita. Wanita merupakan sumber daya manusia yang mampu mendukung pencapaian tujuan pembangunan melalui keahlian yang dimilikinya. Saat ini wanita tidak hanya berperan sebagai wanita yang hanya mampu mengerjakan pekerjaan rutin rumahtangga saja.
Menurut Pujiwati dalam Handayani, M.Th dan Ni Wayan Putu Artini ( 2009 ) mempelajari peranan wanita, pada dasarnya menganalisis dua peranan wanita. Pertama, peran wanita dalam status atau posisi sebagai ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaan yang secara tidak langsung menghasilkan pendapatan, tetapi memungkinkan anggota rumah tangga yang lain melakukan pekerjaan mencari nafkah.
Kedua, peranan wanita pada posisi sebagai pencari nafkah (tambahan atau pokok) dalam hal ini wanita melakukan pekerjaan produktif yang langsung menghasilkan pendapatan.
Pada awalnya alasan wanita bekerja adalah untuk membantu perekonomian keluarga. Kondisi ekonomi yang semakin tidak menentu serta naiknya harga barang-barang pokok yang tidak diimbangi dengan tingkat pendapatan keluarga yang cenderung tidak meningkat akan berakibat pada terganggunya stabilitas perekonomian keluarga. Keadaan ini yang mendorong wanita khususnya ibu rumah tangga yang sebelumnya hanya mengurusi pekerjaan rumah tangga kemudian mulai melirik sektor pasar kerja melalui kewirausahaan dengan ikut serta membantu perekonomian keluarga.
Saat ini semakin banyak wanita bekerja yang artinya terjadi penambahan tingkat pendapatan keluarga. Penambahan pendapatan ini merupakan kontribusi atau sumbangan pendapatan wanita yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga kesejahteraan keluarga dapat dicapai. Hal ini dapat memberikan nilai tambah (added value) bagi kehidupan keluarga dalam maupun dalam masyarakat.
Secara sederhana arti wirausahawan
(entrepreneur) adalah orang yang berjiwa
berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. Kegiatan wirausaha dapat dilakukan seorang diri atau berkelompok. Seorang wirausahawan dalam pikirannya selalu berusaha mencari, memanfaatkan, serta menciptakan peluang usaha yang dapat memberikan keuntungan. Resiko kerugian merupakan hal biasa karena mereka memegang prinsip, bahwa faktor kerugian pasti ada. Bahkan, semakin besar pula peluang keuntungan yang dapat diraih. Tidak ada istilah rugi selama seseorang melakukan usaha dengan penuh perhitungan. Inilah yang disebut dengan jiwa wirausaha.
Kewirausahaan merupakan ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidupnya. Dalam konteks bisnis menurut Thomas W. Zimmerer (1996)
“Entrepreneurship is the result of a disciplined, systematic process of appliying creativity and innovations to needs and opportunities in the market place ” . Kewirausahaan adalah hasil
dari suatu disiplin, proses sistematis penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar.9
Ada beberapa definisi tentang kewirausahaan diantaranya adalah sebagai berikut10:
1. Menurut Jean Baptista Say, seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat produksi dan menemukan nilai dari produksinya.
2. Menurut Frank Knight, wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan dalam menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang wirausahawan disyaratkan untuk melaksanakan fungsi- fungsi manajerial mendasar seperti pengarahan dan pengawasan.
3. Menurut Joseph Schumpeter, wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan- perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk: a) memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru, b) memperkenalkan metoda produksi baru, c) membuka pasar yang baru (new market), d) Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau e) menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Schumpeter mengkaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis serta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya.
4. Menurut Penrose, kegiatan kewirausahaan mencakup identifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas kewirausahaan.
5. Menurut Harvey Leibenstein, kewirausahaan mencakup kegiatan- kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.
6. Menurut Israel Kirzner, wirausahawan mengenali dan bertindak terhadap peluang pasar. Entrepreneurship Center at Miami University of Ohio: Kewirausahaan sebagai proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi resiko atau ketidakpastian.
Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari berbagai pengertian tersebut adalah bahwa kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi peluang-peluang yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan dengan pengarahan dan atau kombinasi input yang produktif. Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapi resiko atau peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan inovatif. Selain itu, seorang wirausahawan menjalankan peranan manajerial dalam kegiatannya, tetapi manajemen rutin pada operasi yang sedang berjalan tidak digolongkan sebagai kewirausahaan. Seorang individu mungkin menunjukkan fungsi kewirausahaan ketika membentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya menjalankan fungsi manajerial tanpa menjalankan fungsi kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan bisa bersifat sementara atau kondisional.
Melihat berbagai definisi tentang kewirausahaan di atas terdapat bermacam- macam perbedaan dalam memberikan definisi oleh beberapa tokoh, namun dalam hal ini penulis memberikan kesimpulan, hanya pada faktor penciptaan peluang usaha, karena melihat terdapat persamaan beberapa tokoh dalam mendefinisikannya. Apabila disimpulkan, kewirausahaan adalah seseorang yang berani mengambil resiko untuk menciptakan peluang, misalnya dengan membuka usaha (toko kelontong).
Peran Wanita (Ibu Rumah Tangga)
Untuk mengetahui peran dan kemampuan wanita dalam pengembangan usaha kecil dapat dibedakan menjadi: 1) Wanita sebagai pelaku usaha kecil, 2) Wanita sebagai pengelola usaha kecil, dan 3) Wanita sebagai pembina, pendamping, dan motivator, yang mana dalam peran tersebut diperlukan pengetahuan, kemampuan, dan kompetensi kewirausahaan ( Jurnal Pengkajian Koperasi
dan UKM No
I Tahun I-2006
(http://www.smecda.com/kajian/files/jurnal/ Hal_136.pdf., diakses 28 Oktober 2008)
Pada tingkat masyarakat yang lebih rendah, motif untuk bekerja antara lain: kebiasaan bekerja sejak dulu, keinginan untuk mempertahankan standar hidup atau desakan ekonomi keluarga. Pada dasarnya wanita ingin memberi sumbangan positif pada perekonomian keluarga. Penghasilannya tidak untuk membayar kebutuhan kecil saja atau untuk pendidikan anak-anak , melainkan untuk memikul beban rumah tangga. Motif wanita turut berpartisipasi dalam dunia kerja khususnya sektor usaha kecil menengah bukan untuk sambilan, maka posisinya dalam keluarga tambah tinggi, ia dianggap sebagai tokoh penting untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Ibu rumah tangga pada kelas menengah ke bawah sering mempunyai peran yang sulit dan rumit. Di satu pihak karena sumber keuangannya biasanya terbatas, ia harus memikul beban tugas rumah tangga dan tugas yang berkaitan dengan membesarkan anak- anak ( Ibid, hal 64 )
Peran Ganda Entrepreneur Wanita
Peran wanita tidak hanya sebagai istri (melayani suami, mengasuh dan membina anak, mencuci, membersihkan rumah, memasak dan melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya), tetapi banyak yang membantu suaminya dalam hal mencari nafkah. Bahkan tidak sedikit wanita menjadi tulang punggung keluarga. Wanita bekerja memiliki peran ganda. Pertama, sebagai ibu rumah tangga dan terdiri dari : (1) badang usaha (Fa, CV, PT, isteri yang bertanggung jawab untuk mengurus dan koperasi) dan (2) perorangan rumah tangga. Kedua, sebagai pencari nafkah (pengrajin/industri rumah tangga, petani, yang berusaha keras untuk memenuhi dan peternak, nelayan, perambah hutan, meningkatkan kesejahteraan keluarga. penambang, pedagang barang dan jasa). Faktanya wanita bekerja merasa “terpaksa”,
c. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat karena terhimpit oleh kebutuhan (ekonomi) yang berskala kecil, dan memenuhi kriteria yang tidak bisa ditunda. Fenomena wanita kekayaan bersih atau hasil penjualan bekerja dan berusaha bukanlah hal yang baru tahunan serta kepemilikan sebagaimana dalam kehidupan kelompok-kelompok diatur dalam Undang-Undang. Kegiatan marginal dan miskin. Usaha-usaha mikro ekonomi rakyat yang berskala kecil adalah seperti perdagangan, pengolahan makanan, kegiatan ekonomi yang dimiliki dan usaha yang banyak dijalankan wanita baik menghidupi sebagian rakyat. secara mandiri maupun sebagai bagian dari
2. Kelebihan Usaha Kecil
sistem produksi keluarga (Husnayeti, dkk, Usaha kecil pada kenyataannya mampu Peran serta Wanita Pedagang Sayur dalam bertahan dan mengantisipasi kelesuan Meningkatkan Pendapatan Keluarga, (Ciputat, perekonomian yang diakibatkan inflasi maupun 2005) ) berbagai faktor penyebab lainnya. Tanpa
Usaha Kecil subsidi maupun proteksi, usaha kecil mampu
1. Pengertian Usaha Kecil menambah nilai devisa Negara khususnya
Usaha kecil memiliki arti yang berbeda industri kecil di sektor informal dan mampu dalam berbagai konteks dan lembaga yang berperan sebagai penyangga dalam menggunakannya. Definisi usaha kecil yang perekonomian masyarakat kecil atau lapisan disampaikan berbeda-beda antara lembaga satu bawah. dengan yang lainnya. Macam-macam devinisi Usaha kecil memiliki nilai strategis bagi usaha kecil, adalah sebagai berikut perkembangan perekonomian Negara kita, a. Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan antara lain sebagai berikut: definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga a. Banyaknya produk-produk tertentu yang kerja. Usaha kecil identik dengan industri dikerjakan oleh perusahaan kecil. kecil dan industri rumah tangga. BPS Perusahaan besar dan menengah banyak mengklasifikasikan industri berdasarkan ketergantungan kepada perusahaan kecil, jumlah pekerjanya, yaitu: (1) industri rumah karena jika hanya dikerjakan perusahaan tangga dengan pekerja 1-4 orang; (2) besar dan menengah, marginnya menjadi industri kecil dengan pekerja 5-19 orang; (3) tidak ekonomis. industri menengah dengan pekerja 20-99
b. Merupakan pemerataan konsentrasi dari orang; (4) industri besar dengan pekerja 100 kekuatan-kekuatan ekonomi dalam orang atau lebih. masyarakat. (M. Tohar, Loc cit, hlm. 27 24
b. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Ibid, hlm. 28-29) Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni Secara umum perusahaan dalam skala 1994, usaha kecil didefinisikan sebagai kecil baik usaha perseorangan maupun perorangan atau badan usaha yang telah persekutuan (kerja sama) memiliki kelebihan melakukan kegiatan/ usaha yang dan daya tarik. Kelebihan dan daya tarik mempunyai penjualan/ omset per tahun tersebut adalah sebagai berikut: setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau aset/
a. Pemilik merangkap manajer perusahaan aktiva setinggi-tingginya Rp 600.000.000 dan merangkap semua fungsi manajerial (di luar tanah dan bangunan yang ditempati) seperti marketing, finance dan administrasi. b. Dalam pengelolaanya mungkin tidak memiliki keahlian manajerial yang handal.
c. Sebagian besar membuat lapangan pekerjaan baru, inovasi, sumber daya baru serta barang dan jasa-jasa baru.
d. Persediaan barang terlalu banyak sehingga beberapa jenis barang ada yang kurang laku.
Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil
c. Tidak pernah melakukan studi kelayakan, penelitian pasar dan analisis perputaran uang tunai.
b. Sering kekurangan informasi bisnis, hanya mengacu pada instuisi dan ambisi pengelola, serta lemah dalam promosi.
Adapun yang menyangkut faktor ekstern, antara lain: a. Resiko dan utang-utang kepada pihak ketiga ditanggung oleh kekayaan pribadi pemilik.
f. Sumber modal yang terbatas pada kemampuan pemilik.
e. Sering terjadi mis manajemen dan ketidak pedulian pengelolaan terhadap prinsip- prinsip managerial.
c. Tidak mengetahui secara tepat berapa kebutuhan modal kerja karena tidak adanya perencanaan kas.
d. Risiko usaha menjadi beban pemilik.
b. Pembagian kerja yang tidak proporsional, karyawan sering bekerja diluar batas jam kerja standar.
3. Kelemahan Pengelolaan Usaha Kecil Beberapa kelemahan dalam pengelolaan usaha kecil umumnya berkaitan dengan faktor intern dari usaha itu sendiri, kelemahan teresebut antara lain adalah: a. Terlalu banyak biaya yang dikeluarkan
h. Mudah dalam proses pendiriannya. i. Mudah dibubarkan setiap saat jika dikehendaki. j. Pemilik mengelola secara mandiri dan bebas waktu. k. Pemilik menerima seluruh laba. l. Cocok untuk mengelola produk, jasa atau proyek perintisan yang sama sekali baru, atau belum pernah ada yang mencobanya, sehingga pemilik sedikit pesaing. m. Memberikan peluang dan kemudahan dalam peraturan dan kebijaksanaan pemerintah demi berkembangnya usaha kecil. n. Relatif tidak membutuhkan investasi terlalu besar, tenaga kerja tidak berpendidikan tinggi dan sarana produksi lainnya relatif tidak terlalu mahal. o. Mempunyai ketergantungan secara moril dan semangat usaha dengan pengusaha lainnya
g. Pajak relatif ringan, karena yang dikenakan pajak adalah pribadi atau pengusaha, bukan perusahaannya.
f. Bebas menentukan harga produksi atas barang dan jasa.
e. Pertumbuhannya lambat, tidak teratur, tetapi kadang-kadang terlalu cepat dan bahkan prematur.
Kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan usaha kecil dalam jangka panjang bertujuan untuk meningkatkan potensi dan partisipasi aktif usaha kecil dalam proses pembangunan nasional, khususnya dalam kegiatan ekonomi dalam rangka mewujudkan pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan. Sasaran dan pembinaan usaha kecil adalah meningkatnya jumlah pengusaha menengah dan terwujudnya usaha yang makin tangguh dan mandiri, sehingga pelaku ekonomi tersebut dapat berperan dalam perekonomian nasional, meningkatnya daya saing pengusaha nasional di pasar dunia, serta seimbangnya persebaran investasi antarsektor dan antargolongan. Setelah mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki usaha kecil, maka perlu dilakukan pembinaan di bergai aspek antara lain pasar, modal, teknologi, manajemen secara menyeluruh mulai dari proses produksi hingga pemasaran dan dilakukan secara terpadu antarinstansi. Tujuan pembinaaan usaha kecil antara lain adalah: a. Meningkatkan akses pasar dan memperbesar pangsa pasar.
b. Meningkatkan akses terhadap sumber- sumber modal dan memperkuat struktur modal.
c. Meningkatkan kemampuan organisasi dan manajemen.
d. Meningkatkan akses dan penguasaan teknologi.
PEMBAHASAN
Kebijakan pemerintah dalam pengembangan usaha kecil bertujuan untuk meningkatkan potensi dan partisipasi aktif masyarakat secara menyeluruh termasuk juga kaum wanita untuk mampu meningkatkan kesejahteraan rumah tangga. Wanita kini tidak hanya berperan sebagai ibu rumah tangga namun juga sebagai pendukung ekonomi rumah tangga melalui kegiatan usaha kecil.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kontribusi pendapatan ibu dalam keluarga antara lain yaitu tingkat pendidikan, jam kerja, jumlah tanggungan keluarga dan jumlah anggota keluarga yang bekerja. Adapun keterkaitan antara tingkat pendidikan dengan kontribusi pendapatan ibu dalam keluarga adalah dimana investasi pendidikan merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan nilai stock manusia. Dimana nilai stock manusia setelah mengikuti pendidikan, dengan berbagai jenis, jenjang dan bentuk pendidikan., dapat meningkatkan berbagai bentuk nilai. Para ekonom mengklasifikasikan bahwa nilai yang diperoleh adalah berupa peningkatan penghasilan individu, peningkatan produktifitas kerja, peningkatan nilai sosial ( social benefit ) individu dibandingkan dengan sebelum memperoleh pendidikan ( Elfindri, 2001a).
Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kontribusi pendapatan ibu bekerja dalam keluarga adalah jam kerja. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiandarini (2001: 58) terhadap curahan jam kerja wanita dan pria di luar sektor petanian menunjukkan bahwa curahan jam kerja wanita lebih besar ( 877,04 jam setahun ) dibanding pria ( 657,14 jam setahun ). Besarnya curahan jam kerja wanita pada kegiatan di luar sektor pertanian menunjukkan bahwa wanita mempunyai peranan cukup besar sebagai the secondary
worker yaitu dalam membantu kepala rumah tangga memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Jumlah anggota keluarga menentukan jumlah kebutuhan keluarga. Semakin banyak anggota keluarga berarti relatif semakin banyak pula jumlah kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi sehingga cenderung lebih mendorong ibu rumah tangga untuk ikut bekerja guna memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Namun, berbeda halnya apabila jumlah anggota keluarga yang bekerja mengalami peningkatan. Artinya pendapatan keluarga meningkat karena sumber pendapatan bertambah sehingga kontribusi pendapatan ibu menurun.
Sebagai tenaga kerja wanita dalam keluarga, umumnya ibu rumah tangga cenderung lebih memilih bekerja di sektor informal. Mereka memilih melakukan pekerjaan pada sektor informal dengan alasan waktu bekerja pada sektor informal lebih fleksibel sehingga mereka masih dapat membagi waktu anatara pekerjaan dan menyelesaikan tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga.
Kegiatan sektor informal melalui Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan kegiatan yang dianggap sebagai penyelamat perekonomian Indonesia khususnya di masa krisis moneter pada periode 1998-2000 karena Bisnis UKM dianggap sebagai sektor penting yang mampu menunjang pembangunan ekonomi di Indonesia. Kegiatan Usaha Kecil Menengah ini memiliki beberapa ciri khas yaitu modal yang kecil, resiko yang sedikit tinggi tetapi return juga tinggi, dan membawa kewirausahawan bagi pemiliknya. Usaha Kecil Menengah (UKM) saat ini tidak hanya dilakukan oleh kepala rumah tangga saja melainkan sudah lumrah dilakukan oleh kaum memberikan peluang wanita mengembangkan wanita juga. potensinya untuk membantu menopang Usaha Kecil Menengah ( UKM ) perekonomian rumah tangga. dianggap sebagai usaha kecil yang mampu bertahan di tengah krisis. Biasanya semakin besar skala suatu usaha, semakin besar pula komponen impornya dan UKM merupakan usaha yang tidak memiliki komponen impor yang besar karena merupakan usaha yang tidak berskala besar. Kemampuan usaha kecil untuk bertahan karena pada dasarnya usaha kecil dilakukan dengan berbasis jiwa kewirausahaan. Masalah kewirausahaan (entrepreneurship) merupakan persoalan paling penting di dalam perekonomian suatu bangsa yang sedang membangun. Kemajuan atau kemunduran ekonomi suatu bangsa sangat ditentukan oleh keberadaan dan peranan dari kelompok wirausahawan.
KESIMPULAN
Peran dan partisipasi masyarakat sangatlah dibutuhkan demi kelancaran pembangunan, tidak terkecuali peran wanita. Wanita merupakan sumber daya manusia yang mampu mendukung pencapaian tujuan pembangunan melalui keahlian yang dimilikinya. Saat ini wanita tidak hanya berperan sebagai wanita yang hanya mampu mengerjakan pekerjaan rutin rumahtangga saja namun juga berperan sebagai pendukung ekonomi rumah tangga melalui kegiatan usaha kecil.
Usaha Kecil Menengah ( UKM ) dianggap sebagai usaha kecil yang mampu bertahan di tengah krisis. Biasanya semakin besar skala suatu usaha, semakin besar pula komponen impornya dan UKM merupakan usaha yang tidak memiliki komponen impor yang besar karena merupakan usaha yang tidak berskala besar. Kemampuan usaha kecil mampu bertahan dengan dasar jiwa kewirausahaan yang kuat sehingga selalu mempu menghadapi kendala dan tantangan masa depan dunia usaha.
Wanita melakukan bisnis di sektor usaha kecil menengah dirasakan dapat
DAFTAR PUSTAKA Anoraga, Pandji. 1992. Psikologi Kerja.
Tahun I-2006 (http://www.smecda.com/kajian/files/jurn al/Hal_136.pdf., diakses 28 Oktober 2008).
Sofa. 2008. Kupas Tuntas Metode Penelitian Kualitatif Bagian
Indonesia .(http://ismadjid.com/umkm /?p=90keragaman-definisi-ukm-di- indonesia, diakses 29 Oktober 2008)
Kompas. Rahmana, Arif. Keragaman Definisi UKM
UIN (Universitas Islam Negeri) Malang 2009. Rachman, Eileen. 2007. Sukses dalam Karier dan Rumah Tangga. Jakarta: Penerbit Buku
Skala Kecil atau Menengah. Ghalia Jakarta: Indonesia. Pedoman Penulisan Skripsi. Fakultas Tarbiyah.
Jakarta: Gema Insani. Partomo, Tiktik Sartika, dkk. 2004. Ekonomi
Skripsi. Muslikati, Siti. 2004. Pemberdayaan Wanita.
Dalam Sartini Pawe. Peranan Industri Rumah Tangga dalam Peningkatan Pendapatan Masyarakat Desa Roworena.
Kusrianto, Nazir. Prosedur Penelitian Sosial.
Industri Rumah Tangga dalam Peningkatan Pendapatan Masyarakat Desa Roworena. Skripsi.
Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Koentjoroningrat, Metode Penelitian masyarakat. Dalam Sartini Pawe. Peranan
Berwirausaha. Jakarta: PT Gramedia Widia sarana Indonesia. Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM No I
Jakarta: PT Rineka Cipta. Arif Rahmana. 2008. Keragaman Definisi
Jakarta: Fakultas Ekonomi UI. Iwantono, Sutrisno. 2002. Kiat Sukses
Ihromi, T.O. dkk. 1991. Kisah Kehidupan Wanita untuk Mempertahankan Kelestarian Ekonomi Rumah Tangga.
Pedagang Sayur dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga. Ciputat. (http://stiead.ac.id/index.php?option=com _content&task=view&id=60&Itemid=92, diakses 8 Juni 2009)
Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Honorer di UIN Malang. Skripsi. Husnayeti, dkk. 2005. Peran serta Wanita
Hasibuan, Malayu. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Dalam Lailatun Ni’mah.
Harini, dkk. 2008. Peranan Ibu Rumah Tangga dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga Melalui Sektor Usaha Informal di Kabupaten Sukoharjo. ( http://sirine.uns.ac.id/penelitian.php?act=d etail&idp=458, diakses 9 juni 2009)
Hariandja, Marihot Tua E. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Dalam Lailatun Ni’mah. Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Honorer di UIN Malang. Skripsi.
Dalam Lailatun Ni’mah. Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Honorer di UIN Malang. Skripsi.
Gibson, James L, dkk. 1996. Manajemeni.
9 Juni 2008) Damsar. 1995. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta. Budi Hermana. 2008. Pengertian dan Teori Kewirausahaan. (http://nustaffsite. gunadarma.ac.id/blog/bhermana/2008/04/ 05/sejarah-dan-teori-kewirausaha/, diakses
UKM Indonesia (http://ismadjid.com/umkm/?p=90keraga man-definisi-ukm-di-Indonesia, diakses 29 Oktober 2008). Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian
I (http://massofa.wordpress.com/2008/01/1 4/kupas-tuntas-metodepenelitian- kualitatif-bag-1/, diakses 29 Oktober 2008).