MEKANISME PENYELESAIAN TINDAK PIDANA ADAT TIKAM DI KECAMATAN AIR HANGAT KABUPATEN KERINCI

  MEKANISME PENYELESAIAN TINDAK PIDANA ADAT TIKAM DI KECAMATAN AIR HANGAT KABUPATEN KERINCI Oleh : ADI NUGRAHA PRATAMA NPM. 1110018412008 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVIVERSITAS BUNG HATTA PADANG 2015

  

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL

MEKANISME PENYELESAIAN TINDAK PIDANA ADAT

TIKAM DI KECAMATAN AIR HANGAT

KABUPATEN KERINCI

Oleh :

  

ADI NUGRAHA PRATAMA

NPM. 1110018412008

Menyetujui,

  Pembimbing I

  Prof. Dr. Sjofjan Thalib, SH

  Pembimbing II

  Adri, SH., MH

  Ketua Program Studi,

  

Dr. Uning Pratimaratri, SH, MH

  

MEKANISME PENYELESAIAN TINDAK PIDANA ADAT TIKAM DI

KECAMATAN AIR HANGAT KABUPATEN KERINCI

Adi Nugraha¹, Sjofjan Thalib¹, Adri¹

  ¹Progran Studi Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Bung Hatta e-mail adinugrahapratama83@gmail.com

  

ABSTRAK

  Masyarakat Kecamatan Air Hangat, Kabupaten Kerinci merupakan kelompok masyarakat yang masih berpegang teguh pada adat dan budaya yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat. hal ini dilakukan untuk menjaga dan melestarikan adatnya. hal ini terlihat dari masih terpeliharanya budaya serta lembaga-lembaga adat yang fungsinya dijalankan oleh para pemuka adat. setiap permasalahan yang timbul di dalam masyarakat masih diselesaikan terlebih dahulu secara adat sebelum diselesaikan melalui badan peradilan. tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis mekanisme penyelesaian perkara pidana "adat tikam" di kecamatan air hangat, kabupaten kerinci, serta menganalisis bentuk sanksi adat bagi pelaku tikam di kecamatan air hangat , kabupaten kerinci. jenis penelitian ini adalah jenis penelitian hukum sosiologis dan metode penelitian adalah metode non-probabilitas sampling. sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis. data lapangan di gunakan teknik wawancara untuk menghimpun data. berdasarkan analisis data diperoleh jawaban bahwa norma adat khususnya tikam masih berlaku di kabupaten kerinci. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prosedur penyelesaian penyelesaian delik "adat tikam" di kecamatan air hangat kabupaten kerinci meliputi empat macam proses peradilan, yaitu peradilan melalui lembago dapur, lembago kurung, lembago nagari, dan terakhir lembago alam. kemudian sanksi yang telah ditetapkan bersifat mengikat bagi warga adatnya.

  Kata Kunci : Mekanisme Penyelesaian, Tindak Pidana Adat Tikam, Kec. Air Hangat Kabupaten Kerinci

RESOLUTION MECHANISM OF ADAT TIKAM CRIMINAL OFFENSE

  

IN THE DISTRICT OF AIR HANGAT KERINCI REGENCY

Adi Nugraha¹, Sjofjan Thalib¹, Adri¹

  ¹Progran Studi Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Bung Hatta e-mail adinugrahapratama83@gmail.com

  

ABSTRACT

  Air hangat district community, Kerinci regency is a group of people who still cling to the customs and cultures that grow and thrive in the community. this is done to maintain and preserve customary. it is manifested in the preservation of cultural and traditional institutions whose function is run by traditional leaders. any problems that arise in the community still customarily resolved first before resolved through the judiciary. the purpose of this study was to analyze the mechanism of settlement of the criminal case "adat tikam" at air hangat district, Kerinci regency, as well as analyzing the shape of traditional sanctions for perpetrators of “tikam” in Air hangat districts, kerinci regency . This type of research is a kind of sociological research and research methods are non- probability sampling method. the nature of this research is descriptive analysis. field data is used interview techniques to collect data. based on analysis of data obtained answers that customary norms in particular “tikam” is valid in Kerinci regency. the results of this study indicate that the completion of the settlement procedure of the offense "adat tikam" in Air hangat districts Kerinci regency includes four kinds of judicial proceedings, namely the judiciary through lembago dapur, lembago kurung, lembago nagari, and the last lembago alam, then sanctions that have been established are binding for the citizens customary.

  Keyword: settlement mechanism, a criminal case "adat tikam", traditional institutions, Air Hangat Kerinci district. akan mengganggu ketentraman dan

1. Pendahuluan Eksistensi negara hukum yang ketertiban dalam kehidupan manusia.

  dianut oleh bangsa Indonesia Penyelewengan terhadap kaidah ini menghendaki agar hukum ditegakkan biasanya oleh masyarakat dicap di segala aspek kehidupan sebagai suatu kejahatan. Bambang sebagaimana diamanatkan oleh Waluyo menyatakan bahwa Undang-Undang Dasar 1945 dalam kenyataan telah membuktikan bahwa

  Pasal 1 ayat (3) bahwa Negara kejahatan hanya dapat dicegah dan Indonesia adalah Negara Hukum. Ini dikurangi tetapi sulit diberantas

  1 berarti bahwa hukum harus secara tuntas.

  dihormati dan ditaati oleh siapapun Dalam hukum pidana yang juga, baik warga negara maupun oleh oleh Moeljatno diartikan sebagai pemerintah itu sendiri. hukum tentang kejahatan adalah

  Segala perilaku yang tidak bagian dari keseluruhan hukum yang sesuai dengan norma-norma atau berlaku di suatu negara, Pidana 1 kaidah yang disepakati bersama ini

  Bambang Waluyo, 2004, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 3. adalah reaksi atas delik yang banyak berwujud suatu nestapa yang dengan sengaja ditimpakan negara pada pembuatan delik.

2 Seseorang yang disangkakan

  telah melakukan suatu tindakan pidana maka akan diproses secara hukum melalui tahapan-tahapan yang diatur oleh Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), seperti penyidikan, penuntutan di persidangan serta menjalankan eksekusi putusan hakim untuk menjalani sanksi pidana. Berbicara mengenai hukum, tidak hanya berbicara mengenai hukum tertulis saja, tetapi ada juga hukum yang tidak tertulis yang hidup di dalam masyarakat yang disebut dengan hukum adat.

  Hukum adat adalah norma- norma, kaidah-kaidah atau kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh 2 Ibid , hlm. 5. dalam suatu kelompok masyarakat yang menjadi pedoman dalam bertingkah laku bagi sesama anggota individu maupun dengan kelompok adat lainnya. Ini menunjukkan bahwa di dalam setiap kelompok masyarakat akan tumbuh dan berkembang norma-norma, kaidah- kaidah yang akan menjadi hukum atau aturan-aturan yang mengikat bagi setiap kelompoknya (Ibi societas ibi ius) .

  3 Kebiasaan-

  kebiasaan ini akan menjadi suatu kontrak atau kesepakatan tidak tertulis yang mengikat dan menjadi tolok ukur tentang apa yang boleh dan tidak boleh (terlarang) untuk dilakukan oleh anggota kelompoknya.

  Hukum adat ini tidak hanya mengatur mengenai apa-apa yang 3 Hedar Laudjeng, 2003,

  Mempertimbangkan Peradilan Adat, Huma, Jakarta. hlm. 1. boleh dan terlarang untuk dilakukan saja, tetapi lebih dari itu hukum adat juga mengatur bagaimana mengembalikan kepada keadaan seperti semula apabila terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap norma-norma hukum anggota kelompoknya, serta memberikan sanksi-sanksi adat bagi para pelaku pelanggarannya.

  Suatu masyarakat adat biasanya tumbuh dan berkembang secara tradisional. Hal ini dapat terlihat dari bagaimana tata cara penunjukan ketua adat, bagaimana lembaga-lembaga adat dalam masyarakatnya menjalankan fungsinya, bahkan bagaimana tata cara penentuan sanksi bagi si pelanggar. Sanksi bagi si pelanggar biasanya diselesaikan secara adat yang lebih menanamkan rasa kekeluargaan dan kekerabatan. Hal ini tidak terlepas dari homogenitas penduduknya, di samping untuk mendapatkan banyak manfaatnya.

  Penyelesaian-penyelesaian konflik adat baik berupa sengketa (Sengketa adat) maupun kejahatan- kejahatan (pidana adat) senantiasa diselesaikan secara adat, dengan maksud dan tujuan yang tentunya akan dirasakan adil bagi kedua belah pihak.

  Dalam masyarakat Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci yang merupakan kelompok masyarakat yang masih berpegang teguh pada adat dan budaya yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakatnya, senantiasa menjaga dan melestarikan adatnya. Ini terlihat dari masih terpeliharanya budaya- budaya serta lembaga-lembaga adat yang menjalankan fungsinya.

  Salah satu bentuk penyelesaian konflik adat di Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci ini dapat terlihat dari bagaimana masyarakat adat meyelesaikan masalah melalui lembaga-lembaga adatnya. Salah satu contohnya penyelesaian pidana adat ” tikam “, yang menurut hukum adat yaitu dengan cara para pemimpin adat melakukan pertemuan untuk memusyawarahkan tentang sanksi apa yang akan diberikan kepada pelaku. Proses penyelesaian adat tikam ini memiliki beberapa tingkatan-tingkatan dalam melakukan penyelesaiannya, selain itu pemberian sanksi atau penjatuhan sanksi terhadap pelaku tindak pidana adat tikam juga berbeda-beda dalam penerapannya terhadap pelakunya.

  Penjatuhan sanksi ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan sehingga tidak terjadi kegoncangan di dalam masyarakat. Penyelesaian melalui hukum adat ini sangat efektif dilakukan oleh masyarakat adat Kec.

  Air Hangat Kabupaten Kerinci, untuk menyelesaikan berbagai macam masalah. Sesuai dengan pendapat para pemikir aliran

  sociological Jurisprudence yaitu

  hukum yang baik hendaknya sesuai dengan hukum yang hidup didalam masyarakat.

  4 Sebab jika ternyata

  tidak, akibatnya ketentuan tersebut akan tidak dapat dilaksanakan dan akan mendapat tantangan-tantangan. Padahal, pidana adat ini merupakan delik pidana penganiayaan dengan kekerasan yang akan mengakibatkan terancamnya keselamatan orang lain bahwa nyawa orang lain.

  Penyelesaian tindak pidana penganiayaan ini sudah diatur dalam KUHP akan tetapi masyarakat adat di Kecamatan Air hangat Kabupaten Kerinci masih menggunakan hukum adat dalam menyelesaikan delik ini, yaitu dengan cara adanya 4 Lili Rasjidi,Ira Thania Rasjidi,

  2002, Pengantar Filsafat Hukum, Mandar Maju, Bandung, hlm. 7 kesepakatan kedua belah pihak Dari uraian latar belakang di (pihak korban dan pihak pelaku) hal atas maka penulis membuat artikel

  “MEKANISME

  ini sejalan dengan falsafat adat tentang setempat yang berbunyi: “luko

PENYELESAIAN TINDAK

  

dipampeh, mati dibangun” yang PIDANA ADAT TIKAM DI

  maknanya kurang lebih “apabila KECAMATAN AIR HANGAT

  KABUPATEN KERINCI”

  terjadi suatu tindak pidana dan mengakibatkan orang lain terluka,

  2. Permasalahan

  maka yang luka diobati dan apabila Berdasarkan uraian di atas, sampai mati, maka si pelaku harus penulis tertarik untuk mengetahui membayar denda”. lebih jauh, bagaimana keadaan

  Menurut para perangkat adat, sesunguhnya yang terjadi di dalam setiap permasalahan yang timbul di masyarakat adat setempat. Berkaitan dalam masyarakat hendaknya dengan itu, maka permasalahan yang diselesaikan terlebih dahulu secara perlu dibahas dan diteliti adalah adat sebelum diselesaikan melalui sebagai berikut : hukum positif, mengingat pada

  1. Bagaimanakah mekanisme dasarnya mereka merupakan satu penyelesaian perkara pidana adat keluarga sehingga penyelesaian yang tikam di Kecamatan Air Hangat berprinsip kekeluargaan dan Kabupaten Kerinci? kebersamaan harus diutamakan.

  2. Apa bentuk sanksi adat bagi Selain itu, manfaat dari penyelesaian pelaku tikam di Kecamatan Air secara adat ini dirasakan lebih adil

  Hangat Kabupaten Kerinci? bagi kedua belah pihak.

3. Pembahasan

  A. Gambaran Umum Kabupaten Kerinc i

  a. Sko Anak Jantan (Teganai)

  Di dalam ketentuan adat alam kerinci kita jumpai kaidah- kaidah pokok yang terdiri dari ketentuan alam yang nyata yang disusun menjadi pepatah-petitih yang sifatnya supel dan dinamis, bisa menyesuaikan diri dengan

  hukumnya beras seratus kerbau seekor.

  c. Sko Depati, pegangan

  hukumnya beras dua puluh kambing seekor.

  b. Sko Ninik Mamak pegangan

  pegangan hukumnya beras sepinggan ayam seekor.

  Yang Tigo Takah yaitu :

  Sebelum langsung membicarakan hasil penelitian penulis kemukakan juga sedikit mengenai daerah kerinci.

  takah-takah dalam hukum adat Kerinci adalah jenjang yang harus dilalui/ditempuh dalam menyelesaikan suatu masalah/persoalan. Adapun Sko

  Takah . Yang dimaksud dengan

  disesuai dengan Sko Yang Tigo

  58

  mempunya tingkatan yang 5 I Gede A.B. Wiranata, Op. Cit, hlm.

  Sistem hukum adat bersendi atas dasar alam pikiran bangsa Indonesia yang sudah barang tentu berlainan dengan alam pikiran suku bangsa lain di muka bumi manapun.

  Sebagai suatu sistem, kompleks norma-normanya itu merupakan suatu kebulatan sebagai wujud pengejawatahan dai kesatuan alam pikiran yang hidup dari dalam masyarakat itu sendiri.

  1. Hukum Adat Alam Kerinci Tiap hukum adat merupakan suatu sistem.

5 Hukum Adat Kerinci

  keadaan serta situasi yang dilalui diatas. Misalnya jika terjadi selama dipergunakan kearah perselisihan antara jiran tetangga yang menyelamatkan lalu diselesaikan menurut masyarakat. Hal ini sesuai jenjangnya, yaitu penyelesaian dengan ketentuan adat yang melalui duduk anak jantan. Bila mengatakan “adat jika dipakai anak jantan tidak dapat

  

baru, kain jika dipakai usang, menyelesaikannya lalu naik

berpucuk sepanjang betung, kejenjang selanjutnya yaitu

beradat sepanjang jalan”. duduk ninik mamak, bila duduk

  Dalam masalah, baik masalah ninik mamak juga tidak dapat besar maupun yang kecil dapat menyelesaikannya maka diselesaikan melalui jenjang dilanjutkan duduk depati, maka yang dikemukakan diatas, baik habis menggang putus. itu masalah perdata adat maupun

  B. Penyelesaian Perkara Pidana

  masalah pidana adat. Adat Tikam di Kecamatan Air Dari ketentuan tersebut Hangat Kabupaten Kerinci. diatas, dapat dikatakan bahwa

  1. Gambaran Umum Norma Tikam segala masalah baik masalah dalam hukum adat Kerinci pidana adat, perdata adat, Berdasarkan hasil penelitian masalah warisan maupun di Kecamatan Air Hangat masalah perkawinan dan Kabupaten Kerinci, diketahui masalah sosial kemasyarakatan bahwa dalam hukum adat kerinci umumnya diselesaikan melalui ada norma-norma yang melarang jenjang-jenjang yang tersebut bentuk penganiayaan dan pembunuhan yang masih dikenal perbuatan tersebut dikenal dan diterapkan oleh masyarakat dengan pepatah adat “ suku kerinci. Berdasarkan hasil Gunung hiang gunung penelitian yang diperoleh cempako, air hitam cucu informasi bentuk-bentuk tembesi pado ditikam dengan perbuatan yang dikategorikan kato lebih baik ditikam tikam menurut suku kerinci dengan besi “. yaitu:

  Perbuatan tikam

  a. Tikam Dengan Kato dengan kato ini juga dikenal Menurut hasil penelitian, di dalam adat kerinci dengan salah satu tindak pidana falsafah adat yaitu “ Tikam tikam di kabupaten kerinci seribu idak membao mati, adalah tikam dengan kato. tikam seliang membao mati “ Maksud dari tikam dengan yang artinya kurang lebih kato ini ialah bahwa kalau luka dengan kata-kata perbuatan yang dilakukan yang melukai hati susah oleh seseorang untuk diobati bahkan bisa dibawa menyakiti orang lainnya mati tapi kalau dengan tetapi bukan menggunakan senjata walaupun seringkali senjata tajam tetapi melalui masih bisa diobati. kata-kata yang dapat Sanksi bagi pelaku membuat seseorang merasa tikam dengan kato dikenai tersakiti ataupun dilecehkan. sanksi dengan pengucilan Didalam adat kerinci oleh masyarakat. Pengucilan tersebut dilakukan karena pelaku telah melanggar tatanan hidup dan norma- norma yang berlaku di Kecamatan Air Hangat. Pengucilan tersebut bertujuan untuk menimbulkan efek jera bagi pelaku dan sebagai gambaran bagi anggota masyarakat yang lain.

  b. Tikam Bunuh Tikam bunuh adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dengan sengaja atau tanpa sengaja menusuk, membacok dan mengibaskan senjata kearah tubuh orang lain, baik dalam perkelahian maupun tidak dalam perkelahian yang mengakibatkan orang lain terluka mengeluarkan darah, cidera tubuh, cacat tubuh atau mengakibatkan orang kehilangan salah satu anggota tubuh, atau mengakibatkan orang lain kehilangan nyawa.

  2. Mekanisme penyelesaian Pidana Adat Tikam di Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci.

  Ketua Lembaga Adat Tigo Luhah Semurup Kecamatan Air Hangat mengatakan bahwa mekanisme yang digunakan dalam menyelesaikan pelanggaran adat dibagi dalam beberapa bentuk penyelesaian adat yaitu penyelesaian dalam keluarga atau suku (Lembago Dapur), penyelesaian dalam desa (Lembago Kurung), penyelesaian dalam tingkat desa (Lembago Negeri), dan penyelesaian adat melalui musyawarah adat dalam lingkup adat yang berbeda (Lembago Alam).

  Pada umumnya, dalam hal terjadinya pelanggaran norma adat adat yang mengakibatkan Penyelesaian melalui cidera, baik lahir maupun batin, adat ini apabila telah inisiatif dari pihak kelurga pelaku diputuskan maka putusan dan korban sangat memengaruhi tersebut tidak dapat diganggu keberhasilan perdamaian. Dalam gugat, dalam kato adat hal penyelesaian pelanggaran kerinci sering dikenal dengan norma adat ini para ketua adat falsafah “ Lantak dak bulih dalam menyelesaikan masalah guyang, cermin dak bulih tersebut harus dengan seadil- kabu” (tempat berpijak tidak adilnya dan tidak boleh berat boleh goyang, cermin tidak sebelah sesuai dengan falsafah boleh kabur) adat yaitu “ tibo diperut jangan

  C. Bentuk sanksi adat bagi pelaku dikempih, tibo dimato jangan tikam di Kecamatan Air dipicing, tibo diduri jangan Hangat Kabupaten Kerinci. singinjek, tibo dipapan jangan

  Penerapan sanksi pidana

  berentak, kalo bukato jangan

  tikam dilingkungan suku kerinci,

  mengulung lidah “.( sampai

  ternyata tidak ada perbedaan diperut jangan dikempis, sampai antara desa yang satu dengan dimata jangan dipicing, sampai di desa yang lainnya, namun duri jangan mengangkat kaki, demikian penerapan sanksi yang sampai di papan jangan dijatuhkan tergantung dengan melompat-lompat, kalau berkata keadaan ekonomi dari pelaku jangan berdusta). pelanggaran adat tersebut. Penjatuhan sanksi adat ini dilakukan seadil-adilnya, dalam adat kerinci dikenal dengan falsafah adat “ adat dak bulih

  kupak, lumbago dak bulih sumbing” (adat tidak boleh lepas,

  lembaga tidak boleh sumbing) yang artinya lebih kurang bahwa dalam menjatuhkan hukuman adat tidak boleh berat sebelah dan harus seadil-adilnya.

  Penerapan sanksi yang diberikan terhadap pelaku yang melakukan pelanggaran adat baik adat tikam maupun pelanggaran lainnya berdasarkan ketentuan pembagian sanksi yang terdapat dalam Ibu Undang Nan Delapan, namun ketentuan yang terdapat di Ibu Undang Nan Delapan tidak sepenuhnya diterapkan karena adanya faktor ekonomi sipelaku, karena percuma memberi sanksi yang besar kalau pelaku tidak mampu untuk membayarnya, jangankan untuk membayarnya untuk makan saja susah, sehingga dibutuhkan jiwa besar dan keikhlasan dari pihak korban untuk memaafkan sipelaku.

  Dalam Pemberian sanksi adat tikam, para perangkat adat berpedoman pada Ibu Undang Nan Delapan yaitu bahwa apapun perbuatan pidana adat yang mengakibatkan orang lain luka ataupun menyebabkan orang lain meninggal maka sanksinya adalah Luko dipampeh, mati

  dibangun ( kalo luka hanya diobati dan kalau mati membayar denda) .

  Dikecamatan Air Hangat, sanksi membayar bagun dan pampeh dikenakan kepada pelanggar adat tikam berupa keharusan membayar denda adat. Jumlah denda pampeh yang harus dibayar ditetapkan sesuai dengan keadaan luka yang diderita korban. Jumlah sanksi berupa denda adat yang diterapkan sesuai dengan Ibu Undang Nan Delapan adalah :

  1. Jika luka sampai patah tulang dinamakan luko pedeh, maka dendanya 4 Kayu kain, 1 Kayu kain setara dengan Rp.

  500.000,- (lima ratus ribu rupiah)

  2. Jika luka sampai urat putus dinamakan panteh , maka dendanya 5 Kayu kain, 1 Kayu kain setara dengan Rp.

  500.000,- (lima ratus ribu rupiah)

  3. Jika patah tulang tidak tampak dinamakan bintung, maka dendanya 1 Kayu kain,

  1 Kayu kain setara dengan Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah)

  4. Jika luka hanya sobek daging dinamakan luko bisao, maka dendanya dipampeh dengan kata lain diobati sampai sembuh.

  Untuk Jumlah pembayaran denda bangun bagi bagi pelaku pembunuhan menurut Ibu Undang Nan Delapan antara lain :

  1. Jika yang meninggal orang dewasa laki-laki, maka bangunnya 24 Kayu kain, 1 Kayu kain setara dengan Rp.

  500.000,- (lima ratus ribu rupiah)

  2. Jika yang meninggal orang dewasa perempuan, maka bangunnya 48 Kayu kain, 1 Kayu kain setara dengan Rp.

  500.000,- (lima ratus ribu rupiah)

  3. Jika yang meninggal orang dewasa perempuan hamil, maka bangunnya 54 Kayu Kayu kain, maka kain, 1 Kayu kain setara pembayarannya setengah dengan Rp. 500.000,- (lima dari 24 kayu kain tersebut. ratus ribu rupiah) Bayar bangun ini selain

  4. Jika yang meninggal anak membayar dengan uang atau kayu kecil laki-laki, maka kain juga diwajibkan dengan bangunnya 12 Kayu kain, 1 membayar denda lain yaitu 100 Kayu kain setara dengan Rp. (seratus) kaleng beras dan juga 500.000,- (lima ratus ribu satu ekor kerbau. Bayar bangun rupiah) dengan beras dan kerbau juga

  5. Jika yang meninggal anak dapat diganti dengan uang atau kecil perempuan, maka emas sesuai dengan harga seratus bangunnya 24 Kayu kain, 1 kaleng beras dan satu ekor kerbau. Kayu kain setara dengan Rp.

  4. Penutup

  500.000,- (lima ratus ribu Simpulan rupiah)

  1. Dalam menyelesaikan kasus atau

  6. Jika yang melakukan perkara mempunyai jenjang atau pembunuhan tersebut orang tingkatan dalam kurang waras (sakit jiwa) menyelesaikannya yaitu dalam maka bayar bangunnya duduk kerapatan sko yang Tiga setengah bangun. Takah yaitu: Maksudnya apabila yang

  a. Duduk Anak Jantan/Teganai meninggal orang dewasa b. Duduk Ninik Mamak laki-laki dengan bangun 24 c. Duduk Depati

  2. Penyelesaian pidana adat tikam

  a. Sanksi tikam dengan kato di Kecamatan Air Hangat Bagi pelaku tikam dengan Kabupaten Kerinci baik kato dikenai sanksi dengan melakukan tikam dengan kato pengucilan oleh masyarakat. dan tikam bunuh memiliki

  b. Sanksi Tikam Bunuh prosedur dalam penyelesaianya. Adapun sanksi tikam bunuh Prosedur dijalankan sesuai dalam Hukum Adat Kerinci dengan proses peradilan adat memiliki tingkatan-tingkatan yang ada di Kecamatan Air yang telah diatur dalam Ibu Hangat Kabupaten Kerinci yaitu Undang Nan Delapan. Sesuai “berjenjang naik bertakah turun dengan kondisi, umur dan “ yaitu ada tingkatan dalam jenis kelamin korban. penyelesaiannya. Proses Saran penyelesaian ini meliputi empat

  1. Diharapkan agar para pemuka- tahapan proses peradilan adat pemuka adat yang terkait dengan antara lain : penyelesaian sengketa yang

  a. Melalui Lembago Dapur berkaitan dengan tindak pidana

  b. Melalui Lembago Kurung dan aturan-aturan yang

  c. Melalui Lembago Negeri ditetapkan oleh masyarakat

  d. Melalui Lembago Alam hukum adat dimaksud

  3. Adapun Sanksi dalam mencermati adanya perbuatan- pelanggaran pidana adat tikam di perbuatan yang sudah diatur di Kecamatan Air Hangat dalam KUHP ataupun undang- Kabupaten Kerinci meliputi : undang lainnya yang mengatur perbuatan tersebut sebagai tindak begitupun sebaliknya para pidana sehingga tidak dapat penegak hukum juga harus dituangkan ke dalam peraturan memahami bahwa penegakan adat yang kemudian menjadi hukum tidak hanya berkaitan pelanggaran adat dengan dengan proses dalam peradilan ancaman sanksi adat. formal tetapi juga terdapat nilai-

  2. Penyelesaian sengketa yang nilai adat yang tumbuh di berkaitan dengan tindak pidana masyarakat yang berkerja dalam dan aturan-aturan yang penyelesaian tindak pidana. ditetapkan oleh masyarakat hukum adat melalui lembaga adat Daftar Pustaka merupakan salah satu bentuk

  A. Buku

  penegakan hukum pidana diluar AA N Gede Dirksen, 2009, peradilan formal oleh sebab itu

  Pengantar Ilmu Hukum ,

  Fakultas Hukum Universitas untuk menghindari terjadinya Udayana.

  Azham, 1990, Salinan Hukum Adat kesewenang-wenangan dalam

  Kerinci.

  pelaksanaannya agar lembaga Azizi Yahaya: 2012, “ Penyelesaian

  Masalah , Jurnal Ilmiah

  adat tertinggi disuatu daerah Bushar Muhammad, 1991, Pokok- seperti misalnya Lembaga Adat

  Pokok Hukum Adat, Pradnya Pramita, Jakarta.

  Tigo Luhah Semurup agar lebih ______, 1976, Asas-Asas Hukum berperan dalam semua prosesnya

  Adat Suatu Pengantar , Pradnya Pramita, Jakarta.

  terutama dalam pengawasan dan BPS Kab.Kerinci, 2012, Kerinci berkoordinasi dengan penegak

  Dalam Angka Tahun 2012 ,

  BPS, Kerinci hukum terutama Kepolisian Drs.Kamisa; 1997, Kamus Lengkap Nazir, Moh; 2003, Metode

  Bahasa Indonesia , Kartika, Penelitian , Ghalia Indonesia, Surabaya Jakarta.

  Heder Laudjeng, 2003, Oemar Seno Adji, 1980, Hukum

  Mempertimbangkan Hakim Pidana , Sinar Grafika, Peradilan Adat , Huma, Jakarta.

  Jakarta Soebekti Poesponyoto, 1982, Asas-

  Hilman Hadikusuma, 1989, Hukum Asas dan Susunan Hukum

  Pidana Adat, Alumni, Adat, Pradnya Pramitha, Bandung. Jakarta.

  ______, 1992, Pengantar Ilmu Soerjono Soekanto, 1996, Meninjau

  Hukum Adat, Alumni, Hukum Adat Indonesia, Raja Bandung. Grafindo, Jakarta.

  I Made Widnyana, 1982, Kapita ______, 2009, Pokok-Pokok

  Selekta Hukum Pidana , Sosiologi Hukum , Rajawali

  Eresco, Bandung Pers, Jakarta ______,1992, Eksistensi Delik Adat Soepomo, 1989, Bab-Bab Tentang

  dalam Pembangunan , Hukum Adat , Pradnya Universitas Udayana, Paramitha, Jakarta.

  Denpasar.

  Uning Pratimaratri. dkk, 2010, J. B. Dalio, 1987, Pengantar Ilmu

  Hukum Adat, Aksara, Jakarta. Pedoman Penulisan Proposal

  ______, 1976, Asas-Asas Hukum

  dan Tesis , Bung Hatta Adat Suatu Pengantar,

  Pradnya Pramita,Jakarta.

  University Press. Lili Rasjidi,Ira Thania Rasjidi, 2002,

  B. Peraturan Perundang- Pengantar Filsafat Hukum,

  Mandar Maju, Bandung

  Undangan

  Merry Yono, 2003, Bahan Ajar Undang-Undang Dasar 1945

  Metodologi Penelitian Hukum, FH Unib, Bengkulu

  Kitab Undang-Undang Hukum Mochtar Kusumaatmadja,1986,

  Pidana

  Hukum, Masyarakat, dan Pembangunan , Binacipta, C. Sumber Lainnya Bandung.

  • Website ; Muladi dan Barda Nawawi Arief,

  1992, Bunga Rampai Hukum http:/www.google.com ( terakhir

  Pidana, Alumni, Bandung. kali dikunjungi tanggal 10 Juni 2015 Jam 19.30.

  Website; - http:/bowolampard8.blogspot.co m/2011/08/Pengantar Hukum adat.Html