Pancasila Sebagai Dasar Negara (3)

Tugas : M.K Pancasila
Dosen : Yusdar, S.H, S.E, M.H

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

OLEH:
KELOMPOK 1
1. WIDYA AGUSTIA NINGSIH (03)
2. AMIN SELAMAT (13)
3. ALISA (28)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
WATAMPONE
2014/2015

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Di ajukan guna memenuhi syarat untuk mendapatkan nilai

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
WATAMPONE

2014/2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini.
Makalah ini berjudul “Pancasila Sebagai Dasar Negara ” yang disusun
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pancasila.
Kami sudah berusaha menyusun makalah ini sebaik mungkin, akan tetapi
kami menyadari kesalahan

dan

kealfaan, makalah

ini masih jauh dari

kesempurnaan. Namun berkat arahan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak
sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan dan bimbingan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi
pembaca umumnya. Amin

Watampone,
Oktober 2014

Kelom
pok 1

DAFTAR ISI
Kata pengantar
……………………………………………………………………………………….……i

Daftar isi
………………………………………………………………………………………………
…..ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
……………………………………………………………………………..
….5

B. Rumusan masalah
…………………………………………………………………………..…6
C. Tujuan penulisan
……………………………………………………………………..............6
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian pancasila
…………………………………………………………………….…….7
B. Pengertia dasar Negara
………………………………………………………………….…….8
C. Proses perumusan Pancasila sebagai dasar Negara
……………………………………..…….8
D. Kedudukan dan fungsi pancasila sebagai dasar Negara
………………………………..……12
E. Makna Pancasila sebagai dasar Negara
………………………………………………….…..14
F. Kelebihan Pancasila sebagai dasar Negara
…………………………………………….…….14
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

…………………………………………………………………………………
..17
B. Saran
………………………………………………………………………………...
…….…17
Daftar pustaka
…………………………………………………………………………………………….1
8

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji ketahanannya dalam era reformasi
sekarang. Merekahnya matahari bulan Juni 1945, 67 tahun yang lalu disambut dengan
lahirnya sebuah konsepsi kenengaraan yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia,
yaitu lahirnya Pancasila.
Sebagai dasar negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila
memang merupakan karunia terbesar dari Tuhan YME dan ternyata merupakan light-star
bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam
memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam hidup kerukunan

berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia seharihari, dan yang jelas tadi telah diungkapkan sebagai dasar serta falsafah negara Republik
Indonesia.
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu
ialah, Mr Mohammad Yamin, Prof Mr Soepomo, dan Ir Soekarno. Dapat dikemukakan
mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan kisruh politik di
negara ini, yaitu pertama ialah karena secara intrinsik dalam Pancasila itu mengandung
toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila berarti dia menentang toleransi.
Kedua, Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat mencakup
faham-faham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham lain yang positif
tersebut mempunyai keleluasaan yang cukup untuk memperkembangkan diri. Yang
ketiga, karena sila-sila dari Pancasila itu terdiri dari nilai-nilai dan norma-norma yang
positif sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia, dan nilai serta norma yang
bertentangan, pasti akan ditolak oleh Pancasila, misalnya Atheisme dan segala bentuk
kekafiran tak beragama akan ditolak oleh bangsa Indonesia yang bertuhan dan ber-agama.
Diktatorisme juga ditolak, karena bangsa Indonesia berprikemanusiaan dan
berusaha untuk berbudi luhur. Kelonialisme juga ditolak oleh bangsa Indonesia yang cinta
akan kemerdekaan. Sebab yang keempat adalah, karena bangsa Indonesia yang sejati
sangat cinta kepada Pancasila, yakin bahwa Pancasila itu benar dan tidak bertentangan
dengan keyakinan serta agamanya.


Dengan demikian bahwa falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara
Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar menghormati,
menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan
khususnya pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara
Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap meyakini Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan
kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pancasila ?
2. Apa yang dimaksud dengan dasar Negara ?
3. Menguraikan proses perumusan pancasila sebagai dasar Negara ?
4. Jelaskan kedudukan dan fungsi pancasila sebagai dasar Negara ?
5. Jelaskan makna pancasila sebagai dasar Negara ?
6. Jelaskan Kelebihan pancasila sebagai dasar Negara ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari pancasila.
2. Untuk mengetahui pengertian dasar Negara.
3. Untuk mengetahui rumusan pancasila sebagai dasar Negara.

4. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi pancasila sebagai dasar Negara ?
5. Untuk mengetahui makna pancasila sebagai dasar Negara ?
6. Untuk mengetahui kelebihan pancasila sebagai dasar Negara ?

BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Pancasila
Kedudukan dan fungsi Pancasila jika dikaji secara ilmiah memiliki pengertian yang
luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa, ideologi
negara dan sebagai kepribadian bangsa bahkan dalam proses terjadinya, terdapat berbagai
macam terminologi yang harus kita deskripsikan secara obyektif. Oleh karena itu untuk
memahami Pancasila secara kronologis baik menyangkut rumusannya maupun
peristilahannya maka pengertian Pancasila meliputi :
1. Pengertian Pancasila secara Etimologis
Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta dari India, menurut Muhammad
Yamin dalam bahasa Sansekerta kata Pancasila memiliki dua macam arti secara
leksikal, yaitu : Panca artinya lima Syila artinya batu sendi, dasar, atau Syiila
artinya peraturan tingkah laku yang baik/senonoh.
Secara etimologis kata Pancasila berasal dari istilah Pancasyila yang memiliki
arti secara harfiah dasar yang memiliki lima unsur. Kata Pancasila mula-mula

terdapat dalam kepustakaan Budha di India. Dalam ajaran Budha terdapat ajaran
moral untuk mencapai nirwana dengan melalui samadhi dan setiap golongan
mempunyai kewajiban moral yang berbeda. Ajaran moral tersebut adalah
Dasasyiila, Saptasyiila, Pancasyiila. Pancasyiila menurut Budha merupakan lima
aturan (five moral principle) yang harus ditaati, meliputi larangan membunuh,
mencuri, berzina, berdusta dan larangan minum-minuman keras. Melalui
penyebaran agama Hindu dan Budha, kebudayaan India masuk ke Indonesia
sehingga ajaran Pancasyiila masuk kepustakaan Jawa terutama jaman Majapahit
yaitu dalam buku syair pujian Negara Kertagama karangan Empu Prapanca
disebutkan raja menjalankan dengan setia ke lima pantangan (Pancasila). Setelah
Majapahit runtuh dan agama Islam tersebar, sisa-sisa pengaruh ajaran moral
Budha (Pancasila) masih dikenal masyarakat Jawa yaitu lima larangan (mo
limo/M5) : mateni (membunuh), maling (mencuri), madon (berzina), mabok
(minuman keras/candu), main (berjudi).

2. Pengertian Pancasila Secara Historis
Sidang BPUPKI pertama membahas tentang dasar negara yang akan
diterapkan. Dalam sidang tersebut muncul tiga pembicara yaitu M. Yamin,
Soepomo dan Ir.Soekarno yang mengusulkan nama dasar negara Indonesia
disebut Pancasila. Tanggal 18 Agustus 1945 disahkan UUD 1945 termasuk

Pembukaannya yang didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip sebagai dasar
negara. Walaupun dalam Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah/kata
Pancasila, namun yang dimaksudkan dasar negara Indonesia adalah disebut
dengan Pancasila. Hal ini didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam
rangka pembentukan rumusan dasar negara yang secara spontan diterima oleh
peserta sidang BPUPKI secara bulat.

B. Pengertian Dasar Negara
Sesuai dengan pengertian paham organisme tentang negara, yakni negara adalah
sesuatu yang hidup, tumbuh,mekar dan dapat mati atau lenyap, maka pengertian dasar
negara meliputi arti sebagai berikut :
1. Basis atau fundament negara
2. Tujuan yang menentukan arah negara
3. Pedoman yang menentukan cara bagaimana negara itu menjalankan fungsifungsinya dalam mencapai tujuan itu.
Istilah presiden soekarno ialah” dasar statis“ dan “ Leitsatar dinamis “ di kutip
sebagai berikut :
“ . . . bahwa bagi Republik Indonesia, kita memerlukan satu dasar yang bisa menjadi
dalam statis dan yang bisa menjadi Leitstar dinamis. Leitstar, bintang pimpinan”.

C.Proses Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara

Jepan secara resmi menguasai Indonesia pada tanggal 9 Maret 1942 setelah
Jenderal Ter Poorten sebagai Panglima Tertinggi Angkatan darat Sekutu di Jawa
menyerah tanpa syarat di Kalijati. Setelah dua tahun menguasai Indonesia, secara pelan
tapi pasti Jepang mulai terdesak. Untuk menenangkan bangsa Indonesia agar tidak

melakukan pemberontakan, pada tanggal 7 September 1944 Perdana menteri Jepang
Koiso, mengumumkan janji pemerintah Jepang kepada Indonesia bahwa Hindia Belanda
akan diberi kemerdekaan kelak dikemudian hari.
Untuk mendapatkan dukungan dan simpati dari bangsa Indonesia, sebagai
realisasinya tanggal 1 Maret 1945 pada saat peringatan mulainya pembangunan Jawa
Baru dengan mendaratnya tentara Jepang pada tanggal 1 Maret 1945 di pantai utara Pulau
Jawa, diumumkan antara lain dibentuk Dokuritsu Zyuunbi Tioosakai atau badan untuk
menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan atau Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Badan penyelidik tersebut baru dibentuk tanggal 29 April 1945, yaitu pada saat
hari ulang tahun Tenno Heika, Maharaja Jepang. Tanggal 28 Mei 1945 diadakan upacara
pembukaan Badan Persiapan Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Susunan
badan penyelidik itu terdiri dari ketua Dr. radjiman Wediodiningrat, Ketua Muda
Ichibangse (dari jepang), Ketua Muda R.P.Soeroso, dengan enam puluh orang anggota.
Hal-hal yang berkaitan dengan siding perumusan Pancasila sebagai dasar Negara :

1. SIDANG BPUPKI (Tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945)
Sidang BPUPKI pertama dilaksanakan selama 4 hari, berturut-turut yang tampil
untuk berpidato menyampaikan usulannya adalah sebagai berikut :
a. Mr. muh. Yamin, tanggal 29 Mei 1945 mengusulkan rumusan dasar Negara
yaitu sebagai berikut :
1) Peri kebangsaan,

4) Peri kerakyatan,

2) Peri kemanusiaan,

5) Kesejahteraan rakyat (kadilan sosial).

3) Peri ketuhanan,
Selain usulan tersebut, pada akhir pidatonya Mr. Muh. Yamin menyerahkan
naskah sebagai lampiran yaitu suatu rancangan ususlan sementara berisi
rumusan UUD RI dan rancangan itu dimulai dengan pembukaan yang
rumusan dasar negaranya adalah sebagai berikut :
1) Ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Kebangsaan dan persatuan Indonesia.
3) Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab.
4) Kerakyatan

yang

dipimpin

oleh

hikmat

permusyawaratan/perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

kebijaksanaan

dalam

b. Ir. Soekarno (Tanggal 1 Juni 1945)
Usulan dasar Negara dalam siding BPUPKI pertama berikutnya adalah dari
Ir. Soekarno. Beliau mengusulkan rumusan dasar Negara yang diberi nama
Pancasila yaitu sebagai berikut:
1) Nasionalisme (kebangsaan Indonesia).
2) Internasionalisme (peri kemanusiaan).
3) Mufakat (demokrasi).
4) Kesejahteraan sosial.
5) Ketuhanan Yang Maha Esa (Ketuhanan Yang Berkebudayaan).
c. Rumusan dasar Negara menurut Piagam Jakarta (Tanggal 22 Juni 1945)
Setelah sidang pertama selesai, dibentuk panitia perumus yang tugasnya
adalah menggolong-golongkan usulan-usulan pada rapat BPUPKI pertama.
Jumlah tim perumus tersebut adalah delapan orang.
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan pertemuan antara panitia kecil (Tim
Perumus) dengan sebagian anggota BPUPKI yang kebetulan ada acara di
Jakarta. Disepakati dibentuk panitia kecil yang jumlahnya Sembilan orang
yang terkenal dengan panitia Sembilan. Anggota panitia tersebut adalah Ir.
Soekarno, Wachid Hasyim, Mr. Muh. Yamin, Mr. Maramis, Drs. Moh. Hatta,
Mr. Soebardjo, Kyai Abdul Kahar Moezakir, Abikoesno Tjokrosoejoso, dan
Haji Agus Salim. Panitia Sembilan ini setelah mengadakan pertemuan secara
masak dan sempurna telah mencapai suatu hasil yang baik yaitu suatu modus
atau persetujuan antara golongan islam dan golongan nasionalis. Modus atau
persetujuan tersebut dituangkan dalam suatu rancangan Pembukaan Hukum
Dasar, yang terkenal dengan Piagam Jakarta dengan rumusan dasar Negara
sebagai berikut :
1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi pemelukpemeluknya.
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Persatuan Indonesia.
4) Kerakyatan

yang

dipimpin

oleh

hikmat

permusyawaratan/ perwakilan.
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

kebijaksanaan

dalam

2. SIDANG BPUPKI II (Tanggal 10 sampai 16 Juli 1945)
Dalam sidang ini salah satu kesepakatan adalah pembentukan panitia kecil
yaitu,
a. Panitia perancang undang-undang dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno.
b. Panitia ekonomi dan keuangan yang diketuai oleh Drs. Moh. Hatta.
c. Panitia pembelaan tanah air diketuai oleh Abikusno Tjokrosoejoso.
Pada tanggal 14 Juli 1945 panitia perancang UUD berhasil melaporkan hasil
kerjanya. Susunan UUD yang diusulkan terdiri dari tiga bagian, yaitu :
a. Pernyataan Indonesia merdeka yang berupa dakwaan di muka dunia atas
penjajahan Belanda.
b. Pembukaan yang merupakan hasil dari Panitia Sembilan (Piagam Jakarta)
yang di dalamnya terkandung dasar Negara Pancasila, dan
c. Pasal-pasal UUD yang berjumlah 42 pasal.

3. Pembentukan PPKI
Kemenangan sekutu dalam perang dunia membawa hikmah bagi bangsa
Indonesia. Pada tanggal 7 Agustus 1945 diumumkan akan dibentuk PPKI
(Dokuritzu Zyunbi Linkai). Untuk keperluan itu, tanggal 8 Agustus 1945 Ir.
Soekarno, Moh. Hatta, dan Dr. Radjiman diberangkatkan ke Saigon atas
panggilan Jendral Besar Terauchi, Saiko Sikikan untuk daerah selatan. Indonesia
termasuk wilayah kekuasaan Jendral Terauchi. Menurut Soekarno, Jendral
Terauchi pada tanggal 9 Agustus 1945 memberikan kepadanya tiga cap yaitu :
a. Soekarno diangkat sebagai Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia,
Moh. Hatta sebagai wakil ketua, dan Radjiman sebagai anggota.
b. Panitia persiapan boleh mulai bekerja pada tanggal 9 Agustus 1945.
c. Cepat atau lambat pekerjaan panitia diserahkan sepenuhnya kepada panitia
Jepang.
Sekembalinya dari Saigon (Vietnam Selatan) tanggal 14 Agustus 1945, di
Kemayoran Ir. Soekarno mengumumkan di muka orang banyak bahwa bangsa
Indonesia akan merdeka sebelum jagung berbunga (secepat mungkin) dan
kemerdekaan Indonesia bukan hadiah dari Jepang melainkan merupakan hasil
perjuangan bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena itulah, maka ketua PPKI

kemudian menambah sejumlah anggota atas tanggung jawab sendiri. Dengan
demikian, sifat panitia persiapan itu berubah menjadi badan pendahuluan bagi
komite nasional. Anggota-anggota panitia ini datang dari seluruh kepulauan
Indonesia sebagai wakil daerah masing-masing, kemudian ditambah enam orang
lagi sebagai wakil golongan yang terpenting dalam masyarakat Indonesia. Oleh
karena itu, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang pada
hakikatnya juga sebagai komite nasional memiliki sifat representative, sifat
perwakilan bagi seluruh bangsa Indonesia.
4. Proklamasi dan Sidang Pertama PPKI
Setelah Hirosima dan Nagasaki di Bom Atom Amerika Serikat, tanggal 14
Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat tanpa sekutu. Dan kesempatan
tersebut digunakan sebaik-baiknya oleh para pejuang bangsa Indonesia untuk
menyatakan kemerdekaan. Namun, dalam pelaksanaannya timbul perbedaan
pendapat antara golongan tua dan golongan muda tentang kapan kemerdekaan di
lakukan. Golongan muda menghendaki kemerdekaan dilaksanakan saat itu juga
sedang golongan tua menghendaki adanya pertemuan dengan anggota PPKI yang
lain. Puncak perselisihan ini terjadi ketika Ir. Soekarno dan Moh. Hatta. Diculik
oleh golongan muda dan di amankan do Rengasdengklok dengan harapan
keduanya mau memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada saat itu juga.
Namun akhirnya, setelah ada pembicaraan kedua pihak sepakat tanggal 17
Agustus 1945 di Proklamasikan Kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Untuk mempersiapkan proklamasi tersebut pada tengah malam Bung Karno dan
Bung Hatta pergi ke rumah Laksamana Maeda di Oranye Nassau Boulevard
(sekarang jl. Imam Bonjol No.1), dimana telah berkumpul beberapa orang
golongan muda dan golongan tua. Di rumah Laksamana Maeda ini, teks
Proklamasi dirumuskan. Penulis konsep ini adalah Bung Karno dan mendapatkan
pasukan dari peserta yang hadir. Kemudian pada pagi harinya, tanggal 17 Agustus
1945 di Jl. Pegangsaan Timur No.56, Jakarta, tepatnya pada hari jum’at legi, jam
10 pagi waktu Indonesia bagian barat, Bung Karno dengan di damping oleh Moh.
Hatta atau nama Bangsa Indonesia memproklamasikan Negara Indonesia. Satu
hari setelah proklamasi, tepatnya tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan
sidang pertama dengan hasil sebagai berikut :
a. Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945 yang meliputi,

1) Melakukan beberapa perubahan dan piagam Jakarta yang kemudian
berfungsi sebagai pembukaan UUD 1945.
2) Menetapkan rancangan hukum dasar yang telah diterima dari Badan
Penyelidik pada tanggal 11 Juli 1945, setelah mengalami perubahan
karena berkaitan dengan perubahan Piagam Jakarta yang kemudian
berfungsi sebagai UUD 1945.
b. Memilih presiden dan wakil presiden.
c. Menetapkan, sebelum MPR dan DPR terbentuk, presiden di bantu oleh
sebuah Komite Nasional Indonesia Pusat.
Dengan disahkannya UUD 1945 yang didalamnya terdapat Pancasila sebagai
dasar Negara, maka secara resmi Pancasila sebagai Dasar Negara Lahir.

D.Kedudukan dan Fungsi Pancasila Sebagai Dasar Negara
1. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara
yaitu Pancasila sebagai dasar dari penyelenggaraan kehidupan bernegara bagi
Negara Republik Indonesia. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara sesuai
dengan apa yang tersurat dalam pembukaanUndang-Undang Dasar 1945 alenia 4
antara

lain

menegaskan:

“…..,maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan itu dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada:
Ketuhanan Yang Maha esa. kemanusiaan yang adildan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dengan kedudukan yang istimewa tersebut,
selanjutnya dalam proses penyelenggaraan kehidupan bernegara memiliki fungsi
yang kuat pula. Pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 menggariskan
ketentuan-ketentuan

yang

menunjukkan

fungsi

pancasila

dalam

proses

penyelenggaraan kehidupan bernegara. Untuk lebih rincinya kedudukan pancasila
sebagai dasar Negara, antara lain :
a. Pancasila sebagai dasar negara adalah sumber dari segalasumber hukum
(sumber tertib hukum) Indonesia
b. Pancasila merupakan asas kerohanian tertib hukum Indonesia yang dalam
Pembukaan UUD 1945 dijabarkan dalam empatpokok pikiran

c. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara baikhukum dasar
tertulis maupun tidak tertulis.
d. Pancasila mengandung norma yang mengharuskan UUD 1945mengandung
isi yang mewajibkan pemerintah danpenyelenggara negara termasuk
penyelenggara partai.
Makna Pancasila Sebagai Dasar Negara tentu harus dipahami karena pancasila
merupakan salah satu elemen paling penting dalam negara kita ini. Pancasila
adalah suatu idoelogi yang dipegang erat bangsa Indonesia. istilah Pancasila
diperkenalkan oleh sosok Bung Karno saat sidang BPUPKI I . Pancasila
kemudian menjadi sebuah landasan berdirinya negara Indonesia.
2. Fungsi Pancasila Sebagai Dasar Negara
a. Pancasila sebagai Pandangan Hidup
Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa yang di dalamnya terkaandung
konsepsi dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Pancasila haruslah
menjadi nilai-nilai yang hidup dan mengkristal dalam masyarakat Indonesia,
sehingga pandangan hidup itu haruslah dijunjung tinggi oleh masyarakat agar
Pancasila mampu menjadi sebuah Pedoman hidup bagi masyarakat
Indonesia.
b. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia
Pancasila merupakan dasar falsafah Negara atau disebut sebagai ideology
Negara. Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur
penyelanggaran Negara. Sebagai dasar Negara, pancasila merupakan suatu
asas

kerohanian

yang

meliputi

suasana

kebatinan

atau

cita-cita

hukum,sehinga merupakan suatu sumber nilai, norma, serta kaidah, baik
moral maupun hukum Negara, dan menguasai hukum dasar, baik tertulis
maupun tidak tertulis. Sebagai sumber dari segala sumber hukum, pancasila
tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu pembukaan UUD 1945 yang di
lanjutkan dalam pokok-pokok pikiran UUD 1945 yang meliputi suasana
kebatinan dari UUD 1945 dan pada akhirnya di jabarkan pada pasal-pasal
UUD 1945 serta hukum positif lainya.

c. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesian
Pancasila diangkat dari pandangan hidup Bangsa Indonesia, yaitu berasal dari
nilai-nilai adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan, serta nilai religious yang
terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk
Negara. Oleh karena itu, bangsa Indonesia merupakan kausa materialis (asal
bahan) dari Pancasila.
d. Sebagai Kepribadian Bangsa
Nilai-nilai Pancasila merupakan corak khas terhadap bangsa Indonesia
sehingga membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain.
e. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
Pancasila sebagai ideologi terbuka sangat mungkin mampu menyelesaikan
berbagai persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Pancasila sebagai
ideology terbuka berarti mampu berinteraksi secara dinamis. Nilai-nilai
dalam Pancasila tidak berubah namun pelaksanaannya disesuaikan dengan
kebutuhan tantangan nyata yang kita hadapi dalam setiap kurun waktu.
f.

Sebagai Perjanjian Luhur
Nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila sudah disepakati oleh para pendiri
bangsa.

E.Makna Pancasila Sebagai Dasar Negara
Makna Pancasila Sebagai Dasar Negara ialah Pancasila berperan sebagai
landasan dan dasar bagi pelaksanaan pemerintahan, membentukan peraturan, dan
mengatur penyelenggaraan negara.
Melihat dari makna pancasila sebagai dasar negara kita tentu dapat
menyimpulkan bahwa pancasila sangat berperan sebagai kacamata bagi bangsa Indonesia
dalam menilai kebijakan pemeritahan maupun segala fenomena yang terjadi di
masayrakat.

F.Kelebihan Pancasila sebagai Dasar Negara

Pancasila sebagai ideologi memiliki karakter utama sebagai ideologi nasional. Ia
adalah cara pandang dan metode bagi seluruh bangsa Indonesia untuk mencapai citacitanya, yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Pancasila adalah ideologi kebangsaan
karena ia digali dan dirumuskan untuk kepentingan membangun negara bangsa Indonesia.
Pancasila yang memberi pedoman dan pegangan bagi tercapainya persatuan dan kesatuan
di kalangan warga bangsa dan membangun pertalian batin antara warga negara dengan
tanah airnya. Pandangan Soekarno yang demikian ini merupakan pengulangan dari apa
yang pernah ia ucapkan pada Pidato 1 Juni, Hari Lahirnya Pancasila.
Bukti bahwa ideologi pancasila lebih baik dari dua ideologi itu karena Pancasila
memuat pokok-pokok pikiran sedemikian rupa :


Pertama, sila Ketuhanan
memuat pokok-pokok pikiran bahwa manusia Indonesia menganut
berbagai agama, dengan kata lain ada kebebasan untuk beragama dan
tidak

beragama,

serta

ada

kebebasan

untuk

berpindah

agama

(keyakinan)nya. Bahkan mereka yang tidak percaya kepada Tuhan-pun,
karena toleransinya yang sudah menjadi sifat bangsa Indonesia,
mengakui bahwa kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
merupakan karakteristik dari bangsanya, sehingga mereka menerima sila
Pertama ini.


Kedua, Nasionalisme Indonesia
(maksudnya sila ke-3 dari Pancasila) bukanlah chauvinisme. Bangsa
Indonesia tidak menganggap diri lebih unggul dari bangsa lain. Ia tidak
pula berusaha untuk memaksakan kehendaknya kepada bangsa-bangsa
lain (bandingkan dengan ideologi imperialisme dan kapitalisme). Di
Barat, Nasionalisme berkembang sebagai kekuatan agresif yang mencari
daerah jajahan demi keuntungan ekonomi nasionalnya. Di Asia, Afrika,
dan Amerika Latin nasionalisme adalah gerakan pembebasan, gerakan
protes terhadap penjajah akibat penindasan Barat.



Ketiga, Internasionalisme
(maksudnya sila Kemanusiaan yang adil dan beradab) menghendaki
setiap bangsa mempunyai kedudukan yang sederajat, setiap bangsa
menghargai dan menjaga hak-hak semua bangsa.



Keempat, demokrasi

(maksudnya sila ke-4 dari Pancasila) telah ada sejak dahulu di bumi
Indonesia meskipun bentuknya beda dengan demokrasi yang ada di
Barat. Demokrasi di Indonesia mengenal tiga prinsip: mufakat,
perwakilan, dan musyawarah.


Kelima, Keadilan Sosial
Pada sila ini terkandung maksud untuk keadilan dan kemakmuran sosial,
jadi bukan keadilan dan kemakmuran individu. Hanya dalam suatu
masyarakat yang makmur berlangsung keadilan sosial.

Sebagai bukti bahwa (ideologi) Pancasila mendapat dukungan dari seluruh rakyat
Indonesia, Soekarno mengajak semua unsur (golongan) yang ada di Indonesia dalam
pidatonya

itu.

Mereka yang ikut di belakang Soekarno pada waktu itu adalah: para pejabat tinggi dan
para politisi. Mereka terdiri atas para panglima militer, ulama besar dari berbagai agama
yang ada di Indonesia. Ada pimpinan Partai Komunis Indonesia, ada perwakilan dari
golongan Katolik dan Protestan, dan ada pula sejumlah pimpinan dari golongan
nasionalis (PNI dan lain-lain). Diikutsertakan dalam delegasi ke SU PBB itu adalah wakil
buruh,

tani,

wakil

golongan

perempuan,

dan

wakil

golongan

cendekiawan.

Mengingat Pancasila, terutama demokrasi yang menitikberatkan musyawarah-mufakat,
yang tidak ada dalam demokrasi Barat, maka Soekarno mengajak supaya bangsa-bangsa
di dunia mengikuti ideologi Pancasila. Demikianlah kata Soekarno dalam sidang itu,
‘Cara musyawarah ini dapat dijalankan, karena wakil-wakil bangsa kami berkeinginan
agar cara-cara itu dapat berjalan….. semua menginginkannya, karena semuanya
menginginkannya tercapainya tujuan jelas dari Pancasila, dan tujuannya yang jelas itu
ialah masyarakat adil dan makmur.’
Dewasa ini, alih-alih Pancasila bisa diterima bangsa-bangsa di dunia, nasib
ideologi Pancasila pun di dalam negeri masih dalam pertaruhan. Penyelewengan terhadap
Pancasila mulai kentara di era Orde Baru. Pancasila telah dijadikan instrumen politik
untuk menjaga status quo. Pancasila telah dijadikan asas tunggal. Yaitu satu-satunya asas
yang menjadi dasar untuk hidup berbangsa, bernegara, bermasyarakat, termasuk dalam
asas Politik. Pancasila kemudian dijadikan tafsir yang bersifat monolitik, direktif, kaku,
dan berorientasi ‘menghukum’ lawan-lawan politik pemerintah. Ada usaha, memang,
untuk mengembalikan Pancasila berikut tafsirnya, sesuai dengan semangat para pejuang
kemerdekaan, Pancasila yang dikehendaki Soekarno, Pancasila yang ditawarkan ke
Sidang Umum PBB 30 September 1960. Tetapi, kondisi sekarang sudah berbeda dengan

kondisi ketika Soekarno masih berkuasa. Indonesia sekarang, bahkan mulai Orba
berkuasa, sudah dicengkram oleh kekuatan Neoliberalisme (penjajah baru yang lebih
masif dan canggih dibandingkan dengan nenek moyangnya, Imperialisme dan
Kapitalisme).

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas maka kami menyimpulkan beberapa inti dari materi di
atas yakni bahwa Pancasila adalah suatu landasan yang terdiri dari lima sila
(pancasila) ,yang mengundung nilai-nilai luhur kebudayaan yang tertanam dalam
darah daging perjuangan kebangsaan dan kenegaraan. Berdasarkan pendapat
Muhammad Yamin dalam bahasa Sansekerta kata Pancasila memiliki dua macam arti
secara leksikal, yaitu : Panca artinya lima Syila artinya batu sendi, dasar, atau Syiila
artinya peraturan tingkah laku yang baik/senonoh. Pancasila sekaligus di asuh sebagai
landasan Negara dengan kandungan nilai-nilai kesutuan dan keanekaragamanya.
Maka pancasila merupakan suatu gagasan pegangan yang menjadi patokan dalam
menjalankan amanah dan fungsi keNegaraan, keBangsaan, keMasyarakat.
B. SARAN
Saran kami adalah agar pembaca dapat mengetahui dan memahami arti
dari Pancasila dan proses perumusan Pancasila sebagai landasan atau dasar
Negara bagi bangsa Indonesia serta makna yang terkandung dalam Pancasila
sebagai dasar Negara dan kelebihan yang di miliki Pancasila dibandingkan
dengan ideology lainnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka
kami memerlukan saran maupun kritik yang bersifat membangun dari para
pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar, Suardi dkk. 2007. Kewarganegaraan 3 untuk SMA Kelas XII. Jakarta:
Yudistira.
Bambang, Sugiyarto. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMA/MA Kelas
XII. Surakarta:
Grahadi
Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta:
Pancoran Tujuh.
Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta: Rineka Cipta.