memaknai Pancasila Sebagai Dasar Negara

Pancasila Sebagai Dasar Negara
Dan Sebagai Sistem Filsafat

Nama

: Lazuardi Nurul Fauzan

NIM

: 11.01.2922

Kelompok

:B

Program Studi

: Teknik Informatika

Jurusan


: D3-TI-02

Nama Dosen

: Irton, SE.,M.Si

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
2011

A. ABSTRAK
Negara Indonesia terdiri dari pulau-pula, dan pastinya memiliki suku-suku yang berbeda.
Setiap suku pastinya mempunyai keyakinan masing-masing, dan setiap suku yang satu dengan suku
yang lain mempunya perbedaan dalam pendapat. Maka muncul motto atau semboyan “Bhineka
Tunggal Ika”, yang sering di artikan “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Walaupun Indonesia memiliki
banyak suku, dan pendapat yang berbeda-beda, Indonesia mempunyai sifat ramah yan lebih baik dari
Negara lain.
Permasalahan di atas sangat menarik untuk dipelajari.Bangsa Indonesia yang mempunyai
banyak perbedaan terutama kebudayaan, dan Pancasila yang mempersatukan semua itu.Karena itu
Penulis ini berusaha mengkaji apakah arti Pancasila dalam perbedaan kebudayaan Bangsa Indonesia.
Kesimpulan yang bisa di ambil dari makalah ini adalah: Pancasila sebagai pemersatu dan juga

sebagai pandangan hidup atau dasar Negara Indonesia. Maka dari itu pancasila tidak bisa di ubah lagi
dalam kehidupan masyarakat bangsa Indonesia.

B. Latar Belakang.
Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia dan
penyertaan-Nya, makalah yang berjudul “Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Sebagai Sistem
Filsafat” ini dapat terselesaikan meskipun masih terdapat kekurangan di dalamnya.
Sebagai bangsa Indonesia, kita tentu mengetahui dasar negara kita.Dan di dalam Pancasila ini
terkandung banyak nilai di mana dari keseluruhan nilai tersebut terkandung di dalam lima garis besar
dalam kehidupan berbangsa negara. Perjuangan dalam memperebutkan kemerdekaan tak jua lepas dari
nilai Pancasila.Sejak zaman penjajahan hingga sekarang, kita selalu menjunjung tinggi nilai-nilai
Pancasila tersebut.
Indonesia hidup di dalam berbagai macam keberagaman, baik itu suku, bangsa, budaya dan
agama.Dari ke semuanya itu, Indonesia berdiri dalam suatu keutuhan.Menjadi kesatuan dan bersatu di
dalam persatuan yang kokoh di bawah naungan Pancasila dan semboyannya, Bhinneka Tunggal Ika.
Tidak jauh dari hal tersebut, Pancasila membuat Indonesia tetap teguh dan bersatu di dalam
keberagaman budaya. Dan menjadikan Pancasila sebagai dasar kebudayaan yang menyatukan budaya
satu dengan yang lain. Karena ikatan yang satu itulah, Pancasila menjadi inspirasi berbagai macam
kebudayaan yang ada di Indonesia.
Dalam era kesemrawutan global sekarang, ideologi asing mudah bermetamorfosa dalam aneka

bentuknya dan menjadi pesaing Pancasila. Hedonisme (aliran yang mengutamakan kenikmatan hidup)
dan berbagai isme penyerta, misalnya, semakin terasa menjadi pesaing yang membahayakan
potensialitas Pancasila sebagai kepribadian bangsa. Nilai intrinsik Pancasila pun masih sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor kondisional. Padahal, gugatan terhadap Pancasila sebagai dasar
negara dengan sendirinya akan menjadi gugatan terhadap esensi dan eksistensi kita sebagai manusia
dan warga bangsa dan negara Indonesia.
Untuk menghadapi kedua ekstrim (memandang nilai-nilai Pancasila terlalu sulit dilaksanakan
oleh segenap bangsa Indonesia di satu pihak dan di pihak lain memandang nilai-nilai Pancasila kurang
efektif untuk memperjuangkan pencapaian masyarakat adil dan makmur yang diidamkan seluruh
bangsa Indonesia) diperlukan usaha bersama yang tak kenal lelah guna menghayati Pancasila sebagai
warisan budaya bangsa yang bernilai luhur.

C. RUMUSAN MASALAH.
Adapun permasalah yang ditanyakan dalam makalah ini antara lain:
1. Apa yang di maksud dengan Pancasila?
2. Bagaimana pandangan Pancasila sebagai pandangan hidup Bangsa Indonesia?
3. Apa yang di maksud dengan pancasila sebagai sumber nilai?
4. Apa makna tiap-tiap sila dari Pancasila?
5. Apakah pancasila sebagai falsafat?


D. Pendekatan.
Sejarah pembuatan Pancasila ini berawal dari pemberian janji kemerdekaan di kemudian hari
kepada bangsa Indonesia oleh Perdana Menteri Jepang saat itu, Kuniaki Koiso pada tanggal 7
September 1944. Lalu, pemerintah Jepang membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 1 Maret 1945 (2605, tahun Showa 20) yang bertujuan
untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan tata pemerintahan Indonesia Merdeka.
Organisasi ini mengadakan sidang pertamanya pada tanggal 29 Mei 1945 - 1 Juni 1945 untuk
merumuskan falsafah dasar negara bagi negara Indonesia. Selama tiga hari itu tiga orang, yaitu,
Muhammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno, menyumbangkan pemikiran mereka bagi dasar negara
Indonesia.
Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan
pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu :
1. Muhammad Yamin mengemukakan 5 asas pada pidato hari pertama, yaitu :
a. kebangsaan,
b. kemanusiaan,
c. ketuhanan,
d. kerakyatan,
e. kesejahteraan rakyat.

2. Soepomo pada hari kedua juga mengusulkan 5 asas, yaitu :

a. persatuan,
b. kekeluargaan,
c. mufakat dan demokrasi,
d. musyawarah,
e. keadilan sosial.

3. Soekarno pada hari ketiga, mengusulkan juga 5 asas, yaitu :
a. kebangsaan Indonesia,
b. internasionalisme atau perikemanusiaan,
c. persatuan dan kesatuan,
d. kesejahteraan sosial,
e. ketuhanan yang Maha Esa.

Yang pada akhir pidatonya Soekarno menambahkan bahwa kelima asas tersebut merupakan
satu kesatuan utuh yang disebut dengan Pancasila, diterima dengan baik oleh peserta sidang. Oleh
karena itu, tanggal 1 Juni 1945 diketahui sebagai hari lahirnya pancasila.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah upacara proklamasi kemerdekaan, datang berberapa utusan dari
wilayah Indonesia Bagian Timur. Berberapa utusan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sam Ratulangi, wakil dari Sulawesi

b. Tadjoedin Noor dan Ir. Pangeran Noor, wakil dari Kalimantan
c. I Ketut Pudja, wakil dari Nusa Tenggara
d. Latu Harhary, wakil dari Maluku.
Mereka semua berkeberatan dan mengemukakan pendapat tentang bagian kalimat dalam
rancangan Pembukaan UUD yang juga merupakan sila pertama Pancasila sebelumnya, yang berbunyi,
"Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya".

Pada Sidang PPKI I, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, Hatta lalu mengusulkan mengubah
tujuh kata tersebut menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa". Pengubahan kalimat ini telah
dikonsultasikan sebelumnya oleh Hatta dengan 4 orang tokoh Islam, yaitu Kasman Singodimejo,
Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, dan Teuku M. Hasan. Mereka menyetujui perubahan kalimat
tersebut demi persatuan dan kesatuan bangsa. Dan akhirnya bersamaan dengan penetapan rancangan
pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 pada Sidang PPKI I tanggal 18 Agustus 1945 Pancasilapun
ditetapkan sebagai dasar negara Indonesia.

Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumen
penetapannya ialah :
Rumusan Pertama

: Piagam Jakarta (Jakarta Charter) - tanggal 22 Juni1945


Rumusan Kedua

: Pembukaan Undang-undang Dasar - tanggal 18 Agustus1945

Rumusan Ketiga

: Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat - tanggal
27 Desember1949

Rumusan Keempat

: Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal
15 Agustus1950

Rumusan Kelima
Dekrit

: Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujuk
Presiden 5 Juli 1959)


E. Pembahasan.

1. Pengertian Pancasila.
Kata Pancasila berasal dari bahasa sansekerta India (kasta brahmana). Sedangkan menurut
Muh Yamin, dalam bahasa sansekerta , memiliki dua macam arti secara leksikal yaitu : panca : yang
artinya lima, syila : vokal i pendek, yang artinya batu sendi, alas, atau dasar. Syiila vokal i panjang
artinya peraturan tingkah laku yang baik atau penting. Kata-kata tersebut kemudian dalam bahasa
indonesia terutama bahasa jawa diartikan “susila” yang memiliki hubungan dengan moralitas. Oleh
karena itu secara etimologi kata “pancasila” yang dimaksud adalah istilah “pancasyila” dengan vokal i
yang memiliki makna leksikal “berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima
unsure”. Adapun istilah “pancasyiila” dengan huruf Dewanagari i bermakna “lima aturan tingkah laku
yang penting”.
Nilai-nilai pancasila secara intrinsik bersifat filosofis, dan di dalam kehidupan masyarakat
indonesia nilai pancasila secara praktis merupakan filsafat hidup (pandangan hidup). Nilai dan fungsi
filsafat pancasila telah ada jauh sebelum indonesia merdeka. Hal ini dibuktikan dengan sejarah
majapahit (1293). Pada waktu itu hindu dan budha hidup berdampingan dengan damai dalam satu
kerajaan. Empu Prapanca menulis “Negara Kertagama” (1365). Dalam kitab tersebut telah terdapat
istilah “Pancasila”
Empu Tantular yang mengarang buku “Sutasoma” yang di dalamnya memuat seloka yang berbunyi :

“Bhineka Tunggal Ika tan Hana Dharma Mangrua”, artinya walaupun berbeda namun satu jua adanya,
Sebab ada tidak agama yang memiliki Tuhan yang berbeda. Hal ini menunjukkan adanya realitas
kehidupan agama pada saat itu, yaitu agama Hindu dan Budha.bahkan salah satu kerajaan yang
menjadi kekuasaannya yaitu pasai jutru telah memeluk agama islam. Sumpah palapa yang diucapkan
Mahapatih Gadjah Mada dalam sidang ratu dan para menteri di pasebahan keprabuan Majapahit pada
tahun 1331, yang berisi cita-cita mempersatukan seluruh nusantara raya sebagai berikut : “Saya baru
akan berhenti berpuasa makan palapa, jikalau seluruh nusantara bertakhluk di bawah kekuasaan
negara, jikalau gurun, seram, tanjungpura, Haru, pahang, Dempo, Bali, Sunda, palembang, tumasik
telah dikalahkan”. (Yamin ; 1960:60).

2. Pandangan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.
Dalam pengertian ini, Pancasila disebut juga way of life, weltanschaung, wereldbeschouwing,
wereld en levens beschouwing, pandangan dunia, pandangan hidup, pegangan hidup dan petunjuk
hidup. Dalam hal ini Pancasila digunakan sebagai petunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup
dan kehidupan dalam segala bidang. Hal ini berarti bahwa semua tingkah laku dan tindakn pembuatan
setiap manusia Indonesia harus dijiwai dan merupakan pencatatan dari semua sila Pancasila. Hal ini
karena Pancasila Weltanschauung merupakan suatu kesatuan, tidak bisa dipisahkan satu dengan yang
lain, keseluruhan sila dalam Pancasila merupakan satu kesatuan organis
Kedudukan pancasila sebagai sumber segala sumber hukum atau sebagai sumber tertib hukum
dapat dijabarkannya suatu sistem dalam sturktur fungsi pancasila sebagai:

a. Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber
tertib hukum) Indonesia.
b. pancasila merupakan asas kerohanian tertib hukum Indonesia yang dalam pembukaan UUD
1945 dijabarkan dalam empat pokok pikiran.
c. Mewujudkan cita-cita sebagai dasar hukum yang tertulis maupun tidak tertulis.
d. Pancasila mengandung norma yang mengharuskan UUD 1945 dengan isi yang mewajibkan
pemerintah dan penyelenggara negara yang lain termasuk para penyelenggara partai dan
golongan fungsional memegang teguh cita-cita rakyat yang bermoral luhur.
e. Pancasila sebagi sumber semangat kebangsaan bagi UUD 1945, penyelenggara negara ,
pelaksana pemerintah, termasuk penyelenggara parati dan golongan fungsional.

3. Pancasila sebagai sumber nilai
A. Pengertian Nilai.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi
manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia.
Adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan pancasila sebagai ideologi terbuka.
Perumusan pancasila sebagai dalam pembukaan UUD 1945. Alinea 4 dinyatakan sebagai nilai dasar
dan penjabarannya sebagai nilai instrumental.

Nilai dasar tidak berubah dan tidak boleh diubah lagi. Betapapun pentingnya nilai

dasar yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 itu, sifatnya belum operasional. Artinya
kita belum dapat menjabarkannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Penjelasan
UUD 1945 sendiri menunjuk adanya undang-undang sebagai pelaksanaan hukum dasar tertulis

itu. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 itu memerlukan
penjabaran lebih lanjut. Penjabaran itu sebagai arahan untuk kehidupan nyata. Penjabaran itu
kemudian dinamakan Nilai Instrumental.
Nilai Instrumental harus tetap mengacu kepada nilai-nilai dasar yang dijabarkannya
Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam bentuk-bentuk baru untuk
mewujudkan semangat yang sama dan dalam batas-batas yang dimungkinkan oleh nilai dasar
itu. Penjabaran itu jelas tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dasarnya.
B. Ciri-Ciri Nilai.
Sifat-sifat nilai menurut Bambang Daroeso (1986) adalah Sebagai berikut:
a. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia.
Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek
yang bernilai itu. Misalnya, orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai,
tetapi kita tidak bisa mengindra kejujuran itu. Yang dapat kita indra adalah
kejujuran itu.
b. Nilai memiliki sifat normatif,
Artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu keharusan sehingga nilai
nemiliki sifat ideal (das sollen). Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan
manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai keadilan. Semua orang berharap dan
mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan.
c. Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia
Pendukung nilai. Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang
diyakininya. Misalnya, nilai ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang
terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwaan.

C. Macam-Macam Nilai.
Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu:
a. Nilai logika adalah nilai benar salah.
b. Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah.
c. Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk.
Berdasarkan klasifikasi di atas, kita dapat memberikan contoh dalam kehidupan.Jika seorang
siswa dapat menjawab suatu pertanyaan, ia benar secara logika.Apabila ia keliru dalam menjawab, kita
katakan salah. Kita tidak bisa mengatakansiswa itu buruk karena jawabanya salah. Buruk adalah nilai
moral sehingga bukanpada tempatnya kita mengatakan demikian. Contoh nilai estetika adalah apabila
kita melihat suatu pemandangan, menonton sebuah pentas pertunjukan, atau merasakan makanan, nilai
estetika bersifat subjektif pada diri yang bersangkutan. Seseorang akan merasa senang dengan melihat
sebuah lukisan yang menurutnya sangat indah, tetapi orang lain mungkin tidak suka dengan lukisan itu.
Kita tidak bisa memaksakan bahwa luikisan itu indah.
Nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik atau buruk
dari manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai moral. Moral
berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan
tingkah laku kehidupan kita sehari-hari.
Notonegoro dalam Kaelan (2000) menyebutkan adanya 3 macam nilai. Ketiga nilai
itu adalah sebagai berikut:
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani
manusia atau kebutuhan ragawi manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan atau aktivitas.
c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai kerohanian meliputi

D. Pancasila Sebagai Sumber Nilai.

Diterimanya pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa konsekuensi logis
bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi penyelenggaraan
negara Indonesia. Pancasila berisi lima sila yang pada hakikatnya berisi lima nilai dasar yang
fundamental. Nilai-nilai dasar dari pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Nilai
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, nilai Persatuan Indonesia, nilai Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalan permusyawaratan/perwakilan, dan nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
indonesia. Dengan pernyataan secara singkat bahwa nilai dasar Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai
kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.

4. Makna Sila-Sila Dari Pancasila.
I.

Sila ketuhanan yang Maha Esa.

a. Mengandung arti pengakuan adanya kuasa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan yang Maha Esa
b. Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agamanya.
c. Tidak memaksa warga negara untuk beragama.
d. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama.
e. Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan dalam beribadah menurut
agamanya masing-masing.
f.

Negara memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga negara dan
mediator ketika terjadi konflik agama.

II.

Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

a. Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan
b. Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa.
c. Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah.

III. Sila Persatuan Indonesia.

a. Nasionalisme.
b. Cinta bangsa dan tanah air.
c. Menggalang persatuan dan kesatuan Indonesia.
d. Menghilangkan penonjolan kekuatan atau kekuasaan, keturunan dan perbedaan warna kulit.
e. Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan.

III.

Sila Kerakyatan yang Dipimpi oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
/ Perwakilan.

a. Hakikat sila ini adalah demokrasi.
b. Permusyawaratan, artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru sesudah itu
diadakan tindakan bersama.
c. Dalam melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran bersama.

IV.

Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

a. Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat.
b. Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi kebahagiaan bersama menurut
potensi masing-masing.
c. Melindungi yang lemah agar kelompok warga masyarakat dapat bekerja sesuai dengan
bidangnya.

5. Pancasila Sebagai sistem Filsafat.
Benarkah Pancasila adalah suatu sistem filsafat? Berikut akan diuraikan secara singkat aspek
ontologis, epistemologis dan aksiologis Pancasila

a. Aspek Ontologis.
Ontologi ialah penyelidikan hakikat ada (esensi) dan keberadaan (eksistensi) segala
sesuatu: alam semesta, fisik, psikis, spiritual, metafisik, termasuk kehidupan sesudah mati, dan
Tuhan. Ontologi Pancasila mengandung azas dan nilai antara lain:
Tuhan yang mahaesa adalah sumber eksistensi kesemestaan. Ontologi ketuhanan
bersifat religius, supranatural, transendental dan suprarasional;
Ada – kesemestaan, alam semesta (makrokosmos) sebagai ada tak terbatas, dengan
wujud dan hukum alam, sumber daya alam yang merupakan prwahana dan sumber
kehidupan semua makhluk: bumi, matahari, zat asam, air, tanah subur, pertambangan,
dan sebagainya;
Eksistensi subyek/ pribadi manusia: individual, suku, nasional, umat manusia
(universal). Manusia adalah subyek unik dan mandiri baik personal maupun nasional,
merdeka dan berdaulat. Subyek pribadi mengemban identitas unik: menghayati hak
dan kewajiban dalam kebersamaan dan kesemestaan (sosial-horisontal dengan alam
dan sesama manusia), sekaligus secara sosial-vertikal universal dengan Tuhan. Pribadi
manusia bersifat utuh dan unik dengan potensi jasmani-rohani, karya dan kebajikan
sebagai pengemban amanat keagamaan;
Eksistensi tata budaya, sebagai perwujudan martabat dan kepribadian manusia yang
unggul. Baik kebudayaan nasional maupun universal adalah perwujudan martabat dan
kepribadian manusia: sistem nilai, sistem kelembagaan hidup seperti keluarga,
masyarakat, organisasi, negara. Eksistensi kultural dan peradaban perwujudan
teleologis manusia: hidup dengan motivasi dan cita-cita sehingga kreatif, produktif,
etis, berkebajikan;
Eksistensi bangsa-negara yang berwujud sistem nasional, sistem kenegaraan yang
merdeka dan berdaulat, yang menampilkan martabat, kepribadian dan kewibawaan
nasional. Sistem kenegaraan yang merdeka dan berdaulat merupakan puncak prestasi
perjuangan bangsa, pusat kesetiaan, dan kebanggaan nasional.

b. Aspek Epstomologis.
Epistemologi menyelidiki sumber, proses, syarat-syarat batas, validitas dan hakikat ilmu. Epistemologi
Pancasila secara mendasar meliputi nilai-nilai dan azas-azas:
Mahasumber ialah Tuhan, yang menciptakan kepribadian manusia dengan martabat dan
potensi unik yang tinggi, menghayati kesemestaan, nilai agama dan ketuhanan. Kepribadian
manusia sebagai subyek diberkati dengan martabat luhur: pancaindra, akal, rasa, karsa, cipta,
karya dan budi nurani. Kemampuan martabat manusia sesungguhnya adalah anugerah dan
amanat ketuhanan/ keagamaan.
Sumber pengetahuan dibedakan dibedakan secara kualitatif, antara:




Sumber primer, yang tertinggi dan terluas, orisinal: lingkungan alam, semesta, sosiobudaya, sistem kenegaraan dan dengan dinamikanya;
Sumber sekunder: bidang-bidang ilmu yang sudah ada/ berkembang, kepustakaan,
dokumentasi;
Sumber tersier: cendekiawan, ilmuwan, ahli, narasumber, guru.

Wujud dan tingkatan pengetahuan dibedakan secara hierarkis:
Pengetahuan indrawi;
Pengetahuan ilmiah;
Pengetahuan filosofis;
Pengetahuan religius.
Pengetahuan manusia relatif mencakup keempat wujud tingkatan itu. Ilmu adalah
perbendaharaan dan prestasi individual maupun sebagai karya dan warisan budaya umat
manusia merupakan kualitas martabat kepribadian manusia. Perwujudannya adalah
pemanfaatan ilmu guna kesejahteraan manusia, martabat luhur dan kebajikan para
cendekiawan (kreatif, sabar, tekun, rendah hati, bijaksana). Ilmu membentuk kepribadian
mandiri dan matang serta meningkatkan harkat martabat pribadi secara lahiriah, sosial (sikap
dalam pergaulan), psikis (sabar, rendah hati, bijaksana). Ilmu menjadi kualitas kepribadian,
termasuk kegairahan, keuletan untuk berkreasi dan berkarya.

Martabat kepribadian manusia dengan potensi uniknya memampukan manusia untuk
menghayati alam metafisik jauh di balik alam dan kehidupan, memiliki wawasan kesejarahan
(masa lampau, kini dan masa depan), wawasan ruang (negara, alam semesta), bahkan secara
suprarasional menghayati Tuhan yang supranatural dengan kehidupan abadi sesudah mati.
Pengetahuan menyeluruh ini adalah perwujudan kesadaran filosofis-religius, yang menentukan
derajat kepribadian manusia yang luhur. Berilmu/ berpengetahuan berarti mengakui
ketidaktahuan dan keterbatasan manusia dalam menjangkau dunia suprarasional dan
supranatural. Tahu secara „melampaui tapal batas‟ ilmiah dan filosofis itu justru menghadirkan
keyakinan religius yang dianut seutuh kepribadian: mengakui keterbatasan pengetahuan
ilmiah-rasional adalah kesadaran.

c. Aspek Aksiologis.
Aksiologi menyelidiki pengertian, jenis, tingkatan, sumber dan hakikat nilai secara kesemestaan.
Aksiologi Pancasila pada hakikatnya sejiwa dengan ontologi dan epistemologinya. Pokok-pokok
aksiologi itu dapat disarikan sebagai berikut:
Tuhan yang maha esa sebagai mahasumber nilai, pencipta alam semesta dan segala isi beserta
antarhubungannya, termasuk hukum alam. Nilai dan hukum moral mengikat manusia secara
psikologis-spiritual: akal dan budi nurani, obyektif mutlak menurut ruang dan waktu secara
universal. Hukum alam dan hukum moral merupakan pengendalian semesta dan kemanusiaan
yang menjamin multieksistensi demi keharmonisan dan kelestarian hidup.
Subyek manusia dapat membedakan hakikat mahasumber dan sumber nilai dalam perwujudan
Tuhan yang mahaesa, pencipta alam semesta, asal dan tujuan hidup manusia ( sangkan
paraning dumadi, secara individual maupun sosial).

Nilai-nilai dalam kesadaran manusia dan dalam realitas alam semesta yang meliputi: Tuhan
yang mahaesa dengan perwujudan nilai agama yang diwahyukan-Nya, alam semesta dengan
berbagai unsur yang menjamin kehidupan setiap makhluk dalam antarhubungan yang
harmonis, subyek manusia yang bernilai bagi dirinya sendiri (kesehatan, kebahagiaan, etc.)
beserta aneka kewajibannya. Cinta kepada keluarga dan sesama adalah kebahagiaan sosial dan
psikologis yang tak ternilai. Demikian pula dengan ilmu, pengetahuan, sosio-budaya umat
manusia yang membentuk sistem nilai dalam peradaban manusia menurut tempat dan
zamannya.

Manusia dengan potensi martabatnya menduduki fungsi ganda dalam hubungan dengan
berbagai nilai: manusia sebagai pengamal nilai atau „konsumen‟ nilai yang bertanggung jawab
atas norma-norma penggunaannya dalam kehidupan bersama sesamanya, manusia sebagai
pencipta nilai dengan karya dan prestasi individual maupun sosial (ia adalah subyek budaya).
“Man created everything from something to be something else, God created everything from
nothing to be everything.” Dalam keterbatasannya, manusia adalah prokreator bersama Allah.
Martabat kepribadian manusia secara potensial-integritas bertumbuhkembang dari hakikat
manusia sebagai makhluk individu-sosial-moral: berhikmat kebijaksanaan, tulus dan rendah
hati, cinta keadilan dan kebenaran, karya dan darma bakti, amal kebajikan bagi sesama.
Manusia dengan potensi martabatnya yang luhur dianugerahi akal budi dan nurani sehingga
memiliki kemampuan untuk beriman kepada Tuhan yang mahaesa menurut agama dan
kepercayaan masing-masing. Tuhan dan nilai agama secara filosofis bersifat metafisik,
supernatural dan supranatural. Maka potensi martabat manusia yang luhur itu bersifat apriori:
diciptakan Tuhan dengan identitas martabat yang unik: secara sadar mencintai keadilan dan
kebenaran, kebaikan dan kebajikan. Cinta kasih adalah produk manusia – identitas utama akal
budi dan nuraninya – melalui sikap dan karyanya.
Manusia sebagai subyek nilai memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap
pendayagunaan nilai, mewariskan dan melestarikan nilai dalam kehidupan. Hakikat kebenaran
ialah cinta kasih, dan hakikat ketidakbenaran adalah kebencian (dalam aneka wujudnya:
dendam, permusuhan, perang, etc.).
Eksistensi fungsional manusia ialah subyek dan kesadarannya. Kesadaran berwujud dalam
dunia indra, ilmu, filsafat (kebudayaan/ peradaban, etika dan nilai-nilai ideologis) maupun
nilai-nilai supranatural.

G. Kesimpulan dan Saran
Kita telah melihat dan membaca bahwa sebagai dasar Negara, kedudukan pancasila sebagai
sumber segala sumber hukum atau sebagai sumber tertib hukum. Maka dari itu para petinggi Negara
atau DPR, MPR, dan Presiden, tidak bisa membuat aturan hukum atau UUD sesuka mereka, dan kita
sebagai warga Negara yang baik, harus berteguh hati, kalau Pancasila adalah sebagai dasar hidup kita,
dan kita harus mengamalkan pancasila, seperti kita percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing, mengakui persamaan derajat, persamaan hak,
kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, agama, keturunan, warna kulit,
mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa, tidak boleh memaksakan kehendak kepada
orang lain, dan mengembang sikap adil kepada sesama. Memang pengamalan pancasila sampai
sekarang masi dalam proses, tapi dengan kesadaran dari setiap warga negara Indonesia, kepastian akan
pengamalan pancasila pasti akan terwujud, sehingga kesejahteraan akan terjalin di negeri Indonesia
tercinta ini.
Dan Pancasila juga termasuk sistem fisafat, dan di uraikan menjadi 3 yaitu: Aspek Ontologis
(penyelidikan hakikat dan keberadaan segala sesuatu: alam semesta, fisik, psikis, spiritual,

metafisik, termasuk kehidupan sesudah mati, dan Tuhan.), Aspek Epstomologis(menyelidiki
sumber, proses, syarat-syarat batas, validitas dan hakikat ilmu), Aspek Aksiologis (menyelidiki
pengertian, jenis, tingkatan, sumber dan hakikat nilai secara kesemestaan).

F. REFERENSI.
___,2004,Sejarah Pancasila [online], (http://paskibraka2004.multiply.com/reviews/item/8)
___,2010,Pancasila Dasar Negara Indonesia [online], (http://pancasila.univpancasila.ac.id/?p=306)
Suwarno, P.J.,___, Pancasila Budaya Bangsa Indonesia .[online],
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila)
Ruhcitra,2008,Pancasila Sebagai Sistem Filsafat[online],
(http://ruhcitra.wordpress.com/2008/12/16/pancasila-sebagai-sistem-filsafat/)
http://Penjelasan Pancasila sebagai sumber Nilai _ BOEGINESE.htm