Implementasi Membangun Indonesia Dari De

Implementasi Membangun Indonesia Dari Desa
(Dosen: Prof. Gunawan Sumodiningrat, Ph.D.)

TUGAS INDIVIDU
PEREKONOMIAN INDONESIA

Oleh:
Rahmat Nurkahfi Pratama
NIM : 15/377314/EK/20286

Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada
Tahun 2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat-Nya Kami sebagai penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul,
“IMPLEMENTASI MEMBANGUN INDONESIA DARI DESA”.
Walaupun terdapat beberapa hambatan selama penulisan paper ini seperti

masih kurangnya pengetahuan dan kurangnya informasi, tetapi penulis tetap
berusaha untuk menyelesaikan paper ini dengan baik.
Dalam penulisan paper ini, terdapat beberapa pihak yang telah memberikan
bantuan, dukungan, dan masukan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Gunawan Sumodiningrat, Ph.D. selaku dosen Perekonomian
Indonesia,
2. Herdiana selaku asisten dosen Perekonomian Indonesia,
3. Perangkat Desa Nglanggeran,
4. Penduduk Desa Nglanggeran,
5. Rekan-rekan mahasiswa kelas Perekonomian Indonesia Tahun Ajaran
2016/2017
Penulis berharap semoga paper ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Apabila ada kesalahan dan kritik penulis mohon maaf dan terimakasih atas saran
yang diberikan.

Yogyakarta, 19 November 2016

Penulis

Page | i


DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................ i
Daftar Isi .......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 4
1.3 Pertanyaan Penelitian ..................................................................... 5
1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................... 5
BAB 2 LANDASAN TEORI .......................................................................... 6
2.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ............................................ 6
2.2 Pendidikan ...................................................................................... 7
2.3 Pekerjaan ........................................................................................ 8
2.4 Masalah Pembangunan ................................................................... 8
2.5 Perubahan Struktural ...................................................................... 11
2.6 Siklus Kerja-Untung-Nabung ......................................................... 14
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 17
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................... 17
3.2 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 17
BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................. 18

4.1 Pendidikan Desa Nglanggeran ........................................................ 18
4.2 Pekerjaan Desa Nglanggeran .......................................................... 22
4.3 Masalah Pembangunan Desa Nglanggeran .................................... 30
BAB 5 PENUTUP .......................................................................................... 35
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 35
5.2 Saran ............................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 38

Page | ii

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Pembangunan Indonesia sejatinya merupakan perwujudan tujuan
nasional bangsa Indonesia yang terdapat didalam pembukaan UUD 1945
alinea

ke-4


yaitu

mencerdaskan

kehidupan

bangsa,

memajukan

kesejahteraan umum, melindungi segenap bangsa Indonesia, dan membantu
melaksanakan ketertiban dunia dan perdamian abadi. Pembangunan
Indonesia sesungguhnya merupakan proses memanusiakan manusai yang
dihadapkan pada sejumlah hambatan dalam berbagai dimensi. Di Indonesia
yang merupakan negara hukum dan negara yang bersistem konstitusional
memiliki wilayah pengambilan keputusan atau sistem administrasi dari yang
tertinggi sampai terkecil yaitu negara, provinsi, kabupaten atau kota, dan
desa. Dalam pembangunan Indonesia, banyak aspek yang dapat menjadi
tolak ukur atau indikator sebagai penunjang pembangunan seperti

pendidikan dan pekerjaan.
Pembangunan sendiri merupakan hal yang penting dikarenakan karena
adanya paradigma yang selalu berubah setiap tahun. Pembangunan sendiri
memiliki permasalahan yang utama yaitu masalah pengangguran, masalah
kemiskinan, dan masalah kesenjangan. Ketiga hal tersebut harus bisa
diselesaikan mengingat bahwa permasalahan itu merupakan permasalahan
yang mendasar yang menyangkut kelangsungan hidup manusia.
Masalah pembangunan yang menyangkut kelangsungan manusia
dengan

mengingat

tujuan

pembangunan

memanusiakan

manusia,


pembanguna yang dilakukan baik oleh pemerintah pusat dan daerah harus
mampu menciptkana sebuah perlindungan sosial dan pembangunan sosial.
Dengan adanya perlindungan sosial yang nantinya meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang mencakup nasional maupun daerah, memiliki
startegi yang mampu menunjang hal tersebut seperti mikro, makro, dan
sektoral. Hasilnya nanti akan dapat menciptakan lapangan kerja baru dalam
rangka menekan angka pengangguran demi tercapainya peningkatan
kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Page | 1

Dengan zaman yang maju seperti saat ini, dikenal istilah membangun
Indonesia dari desa. Hal ini sama tujuannya dengan pembagunan Indonesia
yang memanusiakan manusia dimana membangun Indonesia dari desa,
memanusiakan manusianya dimulai dari pinggiran atau desa. Harapannya,
desa akan menjadi perangsang unsur-unsur sejenis dan diatasnya sehingga
bisa mecapai sebuah kebahagiaan atau happiness. Dalam hal ini,
kebahagiaan tercapai dengan pemenuhan ekonomi yang mana ekonomi
merupakan ilmu yang mengatur rumah tangg sendiri. Sehingga seorang
individu diharapkan untuk tidak hanya berkonsumsi saja tetapi juga harus
berproduksi. Dengan asumsi pembanguna yang meliputi full employment,

equal productivity, dan rational efficient nantinya akan meningkatkan

kesejahteraan umum dengan memberdayakan faktor manusianya.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index
(HDI) merupakan pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek
huruf, pendidikan, dan standar hidup untuk semua negara di seluruh dunia.
IPM menjelaskan bagaimana pendudukan dapat mengakses hasil
pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan
sebagaianya. Indeks Pembangunan Manusia negara Indonesia menurut
Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2014 mencapai 68,90% dan
mengalami peningkatan sebesar 0,65% yaitu 69,55% melebihi target
pembangunan nasional sejumlah 69,40%. Hal ini menunjukan bahwa IPM
Indonesia termasuk kedalam kategori IPM menengah ke atas. Pertumbuhan
IPM Indonesia yang tinggi ini didorong oleh peningkatan semua indeks
komponen pembentuknya. Indeks pendidikan merupakan komponen IPM
yang mengalami akselerasi yang paling tinggi. Pada tahun 2015, indeks
pendidikan Indonesia dengan indikator Harapan Lama Sekolah (HLS)
meningkat sebesar 0,90% dari tahun 2014 yang menggambarkan bahwa
semakin tingginya peluang penduduk tujuh tahun keatas dalam mengakses
pendidikan dan semakin dekatnya angka harapan lama sekolah tersebut

dengan target maksimal yang diharapkan mencapai 61,00% atau meningkat
0,82% dari tahun 2014. Indeks standar hidup layak yang mengalami
peningkatan sebesar 0,75%. Sementara indeks kesehatan yang diwakili oleh

Page | 2

angka harapan hidup saat lahir mengalami peningkatan yang tidak terlalu
signifikan.

Indeks Komponen IPM Indonesia 2014-2015
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Indeks Kesehatan

Indeks Pendidikan
2014

Indeks Standar
Hidup Layak
2015

Sumber: Badan Pusat Statisktik

Pembangunan yang bersifat regional akan menjadi hal yang penting
bagi pemerintah Indonesia. Hal ini pembangunan regional difokuskan pada
pengembangan softskill dan kemampuan sumberdaya manusia yang ada di
daerah terutama daerah terpencil, daerah pinggiran, atau daerah desa. Yang
mana desa merupakan sistem administrasi di Indonesia yang menempati
lapisan paling bawah dalam pengambilan keputusan. Sehingga desa
seharusnya menjadi fokus pemerintah dalam upaya membangun Indonesia
dari desa. Yang mana Indonesia terdapat 78.609 desa pada tahun 2011
menurut data BPS. Dengan demikian dilakukan penulisan untuk melihat

permasalahan desa terutama di daerah Nglanggeran.
Gunungkidul memiliki jumlah penduduk pada tahun 2015 yang diambil
dari Badan Pusat Statistik (BPS) terdapat sejumlah 704.026 jiwa. Dengan
tingkat angkatan kerja pada tahun 2015 sebesar 397.984 jiwa dengan tingkat
pengangguran sebesar 2,90%. Dari segi pendidikan pada tahun 2015 dalam
rentang umur 7-24 tahun terdapat 127.780 jiwa yang belum pernah sekolah,
45.929 jiwa masih sekolah, dan 173.709 jiwa tidak sekolah. Di desa

Page | 3

Nglanggeran sendiri terdapat 716 jiwa yang tidak bersekolah dari total
jumlah penduduk desa Nglanggeran sebesar 2590 jiwa.

1.2

Rumusan Masalah
Dengan adanya perubahan yang berfluktuatif mengenai Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang seharusnya menjadi bagian dalam
masalah pembangunan manusia di sebuah negara. Yang mana, IPM atau
HDI sendiri memiliki indikator seperti indeks kesehatan, indeks pendidikan,

dan indeks standar untuk hidup layak. Indonesia sendiri mengalami
peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2014. Yang
bersumber pada website United Nation Development Programme (UNDP)
mengenai Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Indeks
semua negara pada tahun 2014, Indonesia mendapat peringkat 110 dari 188
negara dengan nilai indeks 0,684 dan jika dihitung perubahan IPM
Indonesia dari tahun 1980 sampai 2014, IPM Indonesia mengalami
kenaikan 44,3%. Dari nilai indeks tersebut dapat diketahui bahwa angka
harapan hidup sebesar 68,9; harapan tahun bersekolah 13; rata-rata waktu
sekolah yang sudah dijalani oleh orang usia 25 tahun ke atas sebesar 7,6;
dan pendapatan bruto perkapita 9,788. Hal ini sangat menunjukan masalah
pendidikan menjadi fokus utama dalam hal indeks tersebut. Karena
kesenjangan terjadi pada waktu pendidikan yang tidak ada yang akhirnya
membuat indovidu tidak mampu untuk berkembang (bekerja) yang nantinya
akan berakibat pada pengangguran.
Masalah tersebut menjadi fokus utama sebuah negara dalam hal
membangun hal tersebut. Negara harus mampu melihat desa-desa yang
membangun sebuah negara tersebut, yang mana nantinya proses
pembangunan

nanti

bersifat

regional.

Hal

ini

bertujuan

untuk

mengembangkan softskill manusianya yang dipengaruhi oleh perubahan
revolusi digital. Salah satunya adalah desa Nglanggeran. Nglanggeran
memiliki penduduk yang tidak bersekolah sebesar 716 jiwa atau 27% dari
2590 jiwa penduduk Nglanggeran. Hal ini juga harus di perbaiki agar
mampu meningkatkan pembangunan desa serta nantinya diharapkan bisa

Page | 4

menular ke desa-desa yang lain di seluruh penjuru Indonesia. Oleh karena
itu dirasa penting bagi penulis untuk melihat faktor IPM terutama yang
berfokus pada pendidikan yang berpengaruh terhadap tingkat bekerja atau
terjadinya ketimpangan.

1.3

Pertanyaan Penelitian
Dari latar belakang diatas, dapat ditari beberapa rumusan masalah yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimana masalah pendidikan di Desa Nglanggeran, Kecamatan
Patuk, Kabupaten Gunungkidul?
2. Bagaimana pengaruh dari masalah pekerjaan di Desa Nglanggeran,
Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul?
3. Bagaimana masalah pembangunan yang terdapat di desa Nglanggeran,
Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul?

1.4

Manfaat Penulisan
Dari rumusan masalah tersebut, terdapat beberapa manfaat penulisan yaitu
sebgaia berikut:
1. Untuk mengetahui masalah pendidikan di desa Nglanggeran,
Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul,
2. Untuk mengetahui pengaruh masalah pekerjaan terhadap bidang lain di
desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul,
3. Untuk mengetahui masalah pembangunan yang terdapat di desa
Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul.

Page | 5

BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Pembangunan manusia (Badan Pusat Statistik, 2016) adalah proses
perluasan pilihan masyarakat. Pada dasarnya pilihan manusia sangat
beragam, jumlahnya banyak, serta berubah setiap saat. Akan tetapi, terdapat
tiga pilihan yang paling mendasar yaitu berumur panjang dan hidup sehat,
memperoleh pendidikan, serta akses yang mudah untuk memenuhi
kebutuhan. Sekarang ini, tidak hanya sebatas tiga pilihan itu saja melainkan
mulai dari berpolitik hingga kebebasan ekonomi dan sosial yang nantinya
muncul ide kreatif, inovatif, dan produktif. Dengan pembangunan manusia
yang cakupan pilihannya sangat luas, United Nation Development
Programme (UNDP) dalam Human Development Report (Badan Pusat
Statistik, 2016) mendefiniskan pembangunan manusia sebagai proses
dimana masyarakat dapat memperlua pilihan-pilihannya. Pendapatan
merupakan salah satu faktor penentu pilihan, tetapi ada faktor yang lebih
penting lainnya yaitu kesehatan, pendidikan, lingkungan fisik yang baik,
serta kebebasan bertindak.
Pembangunan manusia dapat dikur dengan pengukuran yang sudah ada
dan yang dikenalkan oleh UNDP pada tahun 1990 yaitu Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Terdapat tiga indikator pembentuk Indeks
Pembangunan Manusia yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan,
dan standar hidup layak. Sehingga terdapat empat indikator yang digunakan
dalam penghitungan IPM. Hal itu diturunkan dari tiga indikator sebelumnya
yaitu harapan hidup saat lahir (AHH), angka harapan lama sekolah,
gabungan angka partisipasi kasar (APK), dan produk nasional bruto (PNB)
dengan menggunakan rata-rata geometrik. IPM mempunyai manfaat yaitu
merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya
membangun kualitas hidup manusia dan sebagai penentu peringkat atau
ranking pembangunan suatu wilayah atau negara. Bagi Indonesia, IPM
merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran pemerintah, IPM
juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum.
Page | 6

2.2

Pendidikan
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara (Kurniawan, 2015) adalah
permintaan dalam kehidupan anak-anak. Pendidikan mengarah semua
kekuatan yang ada didalam agar peserta didik sebagai manusia dan anggota
masyarakat dapat mencapa keselamatan yang tinggi dan kebahagiaan hidup.
Setiap individu berhak atas pendidikan dan berhak atas layanan fasilitas
pendidikan.
Pendidikan membuat pribadi atau individu menjadi bertambah ilmunya
baik segi ilmu pengetahuan alam maupun pengetahuan sosial di dunia yang
nantinya pendidikan memberikan wadah untuk memberikan pandangan
bagi kehidupan terkait masalah-masalah yang ada. Pendidikan juga
membuat pribadi lebih baik dan memiliki karakter. Hal ini dapat dilihat pada
sekolah-sekolah formal sangat menanamkan nilai-nilai dan norma-norma
kehidupan seperti ketuhanan, kesopanan, dan kemanusiaan yang nantinya
membuat individu menjadi pribadi yang memiliki sifat beradab.
Menurut UU nomor 20 tahun 2003 pasal 13 ayat 1, jalur pendidikan itu
terdiri atas formal, non formal, dan informal. Pendidikan formal adalah jalur
pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan
anak usia dini (PAUD/TK/RA), pendidikan dasar (SD/MI), pendidikan
menengah

(SMP/MTs

dan

SMA/SMK),

dan

pendidikan

tinggi

(Universitas). Pendidikan formal ada yang berstatus negeri dan ada yang
berstatus swasta. Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan diluar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang. Hasil pendidikan non formal dapat dihargai setara dengan hasil
pendidikan formal setelah melalui penilaian penyetaraan oleh lembaga yang
ditunjuk pemerintah dengan mengacu standar pendidikan nasional. informal
adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan
belajar secara mandiri. Hasil pendidikan diakui sama seperti formal maupun
non formal setelah peserta didik lulus ujian sesuai standar nasional
pendidikan. Seperti pendidikan agama dan budi pekerti.

Page | 7

2.3

Pekerjaan
Pekerjaan menurut Endang Moertopo (Patriota, 2013) adalah seseorang
yang memiliki dasar pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai pekerjaan
yang bertujuan untuk memberikan kesejahteraan. Atau secara umum
pekerja merupakan kegiatan aktif manusia yang menghasilkan sebuah karya
bernilai imbalan dalam bertukang bagi seseorang. Seorang individu jika
ingin melangsungkan hidupnya diharapkan untuk bekerja karena dari
bekerja akan muncul sebuah imbalan atau upah yang nantinya bisa
dikonsumsi sendiri atau di tabung sebagai investasi jangka panjang.
Pekerjaan sendiri memiliki kategori menurut umur. Seorang individu
dikatakan masuk kedalam usia kerja dimana individu tersebut berumur 15
tahun atau lebih. Adapula yang disebut dengan angkatan kerja dimana
penduduk usia kerja yang bekerja, punya pekerjaan, namun sementara tidak
bekerja dan pengangguran. Bukan angkatan kerja adalah penduduk usia
kerja yang masih sekolah, mengurus rumah tangga, atau melaksanakan
kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi. Adapula yang disebut dengan
pengangguran yang mana merupakan individu yang tidak punya pekerjaan
atau sedang mencari pekerjaan.
Dalam bekerja, terdapat dua jenis pekerjaan yaitu pekerjaan yang
menghasilkan barang dan pekerjaan yang menghasilkan jasa. Pekerjaan
yang menghasilkan barang contohnya adalah petani, pengrajin, dan
penjahit. Sedangkan pekerjaan yang menghasilkan jasa contohnya adalah
guru, polisi, dan tukang becak, dll.

2.4

Masalah Pembangunan
Indonesia yag merupakan negara berkembang adalah salah satu negara
yang mana pernah merasakan adanya peristiwa 1997-1998 dimana nilai
mata uang dalam negeri atau nilai rupiah turun secara drastis terhadap
dollar. Krisi ekonomi ini disebabkan karena krisis moneter yang dialami
oleh negara Thailand dimana hal tersebut membuat Indonesia dan negarnegara Asia yang lain juga terkena dengan krisis moneter. Hal ini
menunjukan bahwa perekonomian Indonesia masih labil atau berubah-ubah
jika terdapat rangsangan dari luar. Oleh sebab itu, ekonomi Indonesia harus

Page | 8

ditata dengan pondasi awal yang kuat dan kokoh. Jika dilihat lebih lanjut
mengenai maslaah tersebut, Indonesia mengalami tiga masalah dalam
pembangunan ekonomi, yaitu sebagai berikut:
2.4.1

Kemiskinan
Kemiskinan menurut Priyono Tjiptoherianto (Pigai, 2012)
adalah memerangi kemiskinan merupakan salah satu tujuan dari
pembangunan ekonomi. Kemiskinan yang merupakan suatu
keadaan dimana terjadi

ketidakmampuan untuk memnuhi

kebutuhan dasar seperti makan, minum, pakaian, dan rumah.
Menurut Hartomo dan Aziz dalam Dadan Hudyana (2009:28-29)
(Nugroho, 2013) terdapat berbagai penyebab kemiskinan yaitu
pendidikan yang terlalu rendah, malas belajar, keterbatasan
sumberdaya alam, terbatasnya lapangan kerja, keterbatasan modal,
dan beban keluarga.
Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan dapat diukur
dengan konsep kemampuan pemenuhan kebutuhan dasar. Dengan
pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan
dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan
bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Garis kemiskinan
sendiri merupakan jumlah dari garis kemiskinan makanan dan non
makanan. BPS mengungkapkan bahwa jika suatu penduduk
memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis
kemiskinan, dapat dikategorikan sebagai penduduk miskin.
2.4.2

Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang masuk kedalam angkatan
kerja (15-64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum
mendapatkannya atau orang yang tidak bekerja. Pengangguran
terdapat dua macam berdasarkan sifat dan penyebab. Menurut
sifatnya, penggangguran ada tiga yaitu pengangguran terbuka,
punya pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan, tak punya pekerjaan
dan sedang membangun usaha, yang tidak mempunyai pekerjaan
dan tidak mencari kerja karena merasa tidak mungkin untuk

Page | 9

mendapat pekerjaan, dan individu yang sudah bekerja tetapi belum
mulai bekerja. Setengah pengangguran adalah tenaga kerja yang
bekerja kurang dari 40 jam. Pengangguran terselubung adalah
tenaga kerja yang bekerja secara tidak optimal karena terlalu banyak
tenaga

kerja.

Pengangguran

menurut

penyebabnya

adalah

pengangguran siklis, pengangguran yang terjadi karena naik
turunnya gelombang ekonomi suatu negara. Pengangguran
friksional yaitu pengangguran sementara waktu. Pengangguran
teknologi adalah pengangguran akibat perubahan teknologi manual
menjadi teknologi elektronik. Pengangguran musiman adalah
pengangguran

yang

disebabkan

oleh

perubahan

musim.

Pengangguran voluntary adalah pengangguran yang mana seseorang
masih mampu bekerja tetapi dengan sukarela tidak bekerja karena
harta yang dimiliki. Pengangguran struktural adalah pengangguran
yang terjadi karena perubahan struktur ekonomi negara.
2.4.3

Kesenjangan atau Ketimpangan Ekonomi
Kesenjangan ekonomi terjadi karena adanya ketimpangan
distribusi atau distirbusi tidak merata dalam hal pendapatan. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya ketimpangan
ekonomi

yaitu

karena

menurutnya

pendapatan

perkapita,

pembangunan pemerintah yang tidak merata, rendahnya mobilitas
sosial, dan adanya pencemaran lingkungan. Hal itu menyebabkan
kesenjangan ekonomi terjadi antara si kaya dan si miskin. Akan
tetapi, si kaya masih menjadi penyokong utama pertumbuhan
ekonomi

melalui

konsumsi

rumah

tangga

mereka.

Dan

permasalahan kesenjangan ini mencakup kesetaraan ekonomi,
kesetraan pengeluaran, dan kesetaraan pendapatan.
Biasanya para ekonom pada umumnya mengakui tiga ukuran
kesenjangan ekonomi yaitu kekayaan, pendapatan, dan konsumsi.
Atau tingkat kesenjangan sebuah negara dapat diukur dengan gini
ratio. Yaitu ukuran ketidakmerataan atau ketimpangan aggregat
yang angkanya berkisar antara nol hingga satu. Gini ratio dapat

Page | 10

diperoleh dengan menghitung rasio bidang yang terletak antara garis
diagonal, dan kurva lorenz dibagi dengan luas separuh bidang
dimana kurva lorenz itu berada.

Gambar Gini Ratio
Sumber: http://lesprivate-statistik.com/index.php/berita/295-gini-ratio-teori
(Robin Sihombing, 2013)

2.5

Perubahan Struktural
Teori perubahan struktural biasanya diterapkan di negara-negara
berkembang seperti Indonesia, Malaysia, dan Brazil, dll. Jika dibandingka
dengan negara maju, negara berkembang masih menggunakan standar
ekonomi tradisional dimana penduduknya bermata pencaharian sebagai
petani, peternak, dan tukang kebun, dll. Oelh sebab itu, negara berkembang
harus mampu menyesuaikan diri terhadap perkembangan zaman yang
semakin modern. Hal ini terletak pada bagaimana caranya negara
berkembang tersebut menuntun dan mengarahkan kemajuan negaranya
sendiri terutama dalam hal ekonomi agar mampu bersaing dengan negara
maju. Sehingga diperlukan metode yang beragam untuk menjalankannya.
Teori perubahan struktural sendiri merupakan sebuah cara suatu negara
untuk merubah struktur ekonomi baik dari sektor ekonomi tradisional
menjadi ekonomi modern. Dalam hal ini, ekonomi modern yang sudah
disesuaikan dengan perkembangan zaman globalisasi atau era IPTEK
sekarang. Terdapat beberapa tokoh yang membahas tentang teori ini yaitu
sebagai berikut:

Page | 11

2.5.1

Teori Pembangunan Arthur Lewis
Teori pembangunan Arthur Lewis pada dasarnya membahas
proses pembangunan yang terjadi antara daerah kota dan pedesaan
yang mengikutsertakan proses urbanisasi yang terjadi diantara
kedua tempat tersebut. Teori ini juga membahas pola investasi yang
terjadi di sektor modern dan juga sistem penetapan upah yang
berlaku di sektor modern yang pada akhirnya akan berpengaruh
besar terhadap arus urbanisasi yang ada. Lewis mengasumsikan
bahwa perekonomian suatu negara pad dasarnya akan terbagi
menajdi dua yaitu
2.5.1.1 Perekonomia Tradisional
Mengasumsikan bahwa di pedesaan dengan perekenomian
tradisonalnya mengalami surplus tenaga kerja. Surplus
tersebut erat kaitanya dengan basis utama perekonomian
yang diasumsikan berada di perekonomian tradisional adalah
bahwa tingkat hidup masyarakat adalah tingkat hidup
masyarakat

berada

pada

kondisi

subsiten1

akibat

perekonomian yang bersifat subsiten pula. Hal ini ditandai
dengan nilai produk marginal dari tenaga kerja yang bernilai
nol.
2.5.1.2 Perekonomian Industri
Perekonomian ini terletak di wilayah perkotaan dimana yang
menjadi pusat sektor industri. Adapula karakteristik
perekonomian ini adalah tingkat produktivitas yang tinggi
dari input yang digunakan termasuk tenaga kerja. Hal ini
menunjukan bahwa nilai produk marginal terutama tenaga
kerja bernilai positif. Dengan demikian, perekonomian di
wilayah perkotaan akan menjadi sebuah destinasi bagi para
pekerja yang berasal dari pedesaan karena nilai produk
marginal dari tenaga kerja yang positif menunjukan bahwa

1

Petani fokus pada usaha membudidayakan bahan pangan dalam jumlah yang cukup untuk diri
sendiri dan keluarga

Page | 12

fungsi produksi belum berada pada tingkat optimal yang
mungkin dicapai
Dengan adanya perbedaan tenaga kerja dari desa ke kota dan
pertumbuhan pekerja di sektor modern akan mampu meningkatkan
ekspansi output yang dihasilkan di sektro modern tersebut.
Percepatan ekspansi output sangat ditentukan dari ekspansi disketro
industri dan akumulasi modal di sekotr modern. Akumulasi tersebut
akan digunakan untuk investasi yang hanya akan terjadi jika terdapat
akses keuuntungan pada sektor modern dengan asumsi bahwa
pemilik modal akan menginvestasikan kembali modal yang ada ke
industri tersebut.

Gambar Teori Perubahan Struktur Lewis
Sumber: http://www.slideshare.net/rully_indrawan/konsep-pembangunanekonomi (Rully Indrawan, 2012)

2.5.2

Teori Pembangunan Chenery
Teori ini berisi tentang transformasi sturktur produksi yang
menunjukan bahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan
perkapita, sehingga perekonomian akan bergeser dari yang semula
mengandalkan sektor pertanian menuju sektro industri. Peningkatan
ini sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita yang terjadi di
suatu negara yang berhubungan erat dengan akumulasi kapital dan
peningkatan sumberdaya manusia. Dari sisi tenaga kerja, akan

Page | 13

terjadi perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian menuju sektor
industri meskipunpergeseran ini masih tertinggal dibandingkan
dengan proses perubahan struktural sendiri. Dengan adanya
ketertinggalan maka sektro pertanian akan berperan penting dalam
peningkatan penyediaan tenaga kerja, baik pada awal hingga akhir
dari proses transformasi struktural. Produktivitas sektor pertanian
lambat laun akan menjadi meningkat dan memiliki produktivitas
yang sama dengan pekerja disktor industri pada masa transisi. Jadi
secara umum produktivitas tenaga kerja dalam perekonomian secara
menyeluruh akan mengalami peningkatan.
Hal yang paling menghambat jalannya proses perubahan
yaitu meningkatnya arus urbanisasi yang akan menghambat proses
pemerataan hasil pembangunan, dimana peningkatan pendapatan
hanya akan terjadi di perkotaan. Sementara disektor pedesaan yang
akan ditinggalkan para pekerja akan mengalami pertumbuhan yang
lambat sehingga akan semakin memperlebar jarak ekonomi antara
desa dan kota.
2.6

Siklus Kerja-Untung-Nabung

Gambar Siklus Kerja-Untung-Nabung
Sumber: Tantangan Pembangunan (Prof. Gunawan Sumodiningrat, 2016)

Page | 14

Manusia hidup didunia harus memenuhi kebutuhan hidupnya. Seacar
tradisional dan secara logika, manusia jika ingin memertahankan
kelangsungan hidupnya dengan memenuhi kebutuhan pribadinya juga pasti
membutuhkan uang. Terdapat sebuah siklus yang mana siklus itu
memberikan gambaran mengenai bagaimana caranya untuk mendapatkan
uang yaitu
Siklus manusia ini pada dsarnya tidak ada awal dan tidak akhirnya.
Akan tetapi, bisa dilihat secara logika akan dimulai dari bekerja. Dengan
adanya iput kegiatan baik modal, peralatan, dan pendampinganyang diikuti
dengan kesempatan berusaha, akan timbul suatu rasa yang mana bekerja itu
tidak sulit lagi. Setelah bekerja, seorang indovodu akan mendapatkan profit
atau keuntungan atau pendapatan yang berasal dari output kegiatan. Untung
atau pendapatan yang didapat ini memiliki dua opsi yaitu dikonsumsi dan
di tabung. Individu akan tetap melakukan kegiatan konsumsi karena untuk
memenuhi

kebutuhannya,

akan

tetapi

tidak

boleh

dihabiskan

keseluruhannya untuk kosnumsi melainkan juga harus ditabung atau
diinvestasikan kembali. Kegiatan sangat bagus terutama dalm hal
menyiasati kebutuhan yang diluar dugaan atau kebutuhan yang mendesak
mislakna kecelakaan. Akan tetapi, kegiatan menabaung tadi juga
memebrikan efek positif tehdapa meningkatnya tabungan domestik suatu
negara. Hal tersebut membuat sumber dana pembangunan semakin banyak.
Siklus Kerja-Untung-Nabung (KUN) juga sama dengan siklus
pendidikan-pekerjaan-ketimpangan yaitu sebagai berikut,

Pendidikan

Ketimpangan

Pekerjaan

Page | 15

Siklus pendidikan-pekerjaan-ketimpangan ini sangat relevan dengan
pemikiran dan asumsi bahwa seseorang akan mampu bekerja di bagian atas
jika individu itu berpendidikan yang tinggi pula serta yang akan berakibat
pada ketimpangan yang semakin menurun. Orang pada awalnya akan
mengeluarkan beberapa dana untuk digunakan pembiayaan pendidikan,
namun pemerintah memberikan keringana bagi penduduk kurang mampu
dan sebagian subsidi terhadap pendidikan. Hal tersebut nampak memberika
keringanan bagi orang yang ingin belajar atau sekolah. Setelah lulus dari
sekolah biasanya, inidvidu akan mencari kerja di perusahaan. Hal tersebut
membuat individu bekerja dan mendapatkan penghasilan atau pendapatan.
Dari pendapatan itu nanti, ada yang sebagian harus dikonsumsi sendiri ada
juga yang harus di investasikan atau ditabung. Dari ditabung tersebut, akan
banyak mucul investasi-investasi yang nantinya akan memberikan
kesempatan kerja bagi masyarakata. Perusahaan pun nantinya juga
membutuhkan golongan terpelajar untuk mengatur semuanya. Hal ini
menunjukan bahwa pengangguran akan semakin lama semakin hilang atau
berkurang jika siklus tersebut berjalan dengan baik.

Page | 16

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Karya ini merupakan karya tulis dari hasil observasi (laporan observasi)
yang mana sumber data yang digunakan berupa data kuantitatif yang
bersumber dari data sekunder.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Karya ini berupa data-data terkait mengenai judul, dan penulis
mengumpulkan dan menggunakan data melaui data sekunder untuk
dianalisis. Data tersebut yang diperoleh dari :
3.1.1

Website
Metode

atau

cara

yang

digunakan

penulis

dengan

menghimpun data dari website desa Nglanggeran, kecamatan Patuk,
kabupaten Gunung Kidul. Ada pula website Badan Pusat Statistik
(BPS) Gunung Kidul, dinas kependudukan dan catatan sipil
Yogyakarta, dan BAPPEDA Gunung Kidul.
3.1.2

Pengumpulan Dokumen
Pengumpulan data dengan menggunakan catatan atau
publikasi yang secara tertulis ada dilokasi penelitian serta sumbersumber lain yang masih menyangkut permasalahan karya ini.

Page | 17

BAB 4
PEMBAHASAN
4.1

Pendidikan Desa Nglanggeran
Dari website desa Nglanggeran tahun 2016 yang mana terdapat data
mengenai tingkat pendidikan di desa Nglanggeran menunjukan bahwa
penduduk desa Nglanggeran yang berjumlah 2591 jiwa terdapat 717 jiwa
yang tidak bersekolah. Jumlah penduduk yang sudah tamat sekolah di
jenjang pendidikan formal seperti SD, SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi
berjenis kelamin perempuan secara umum lebih sedikit jika dibandingkan
dengan jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki. Penduduk yang tamat
SD atau sederajat total berjumlah 716 dengan 360 laki-laki dan 356
perempuan. Penduduk yang tamat SLTP atau sederajat total berjumlah 570
dengan 312 laki-laki dan 258 perempuan. Jumlah penduduk yang tamat
SLTA atau sederajat total berjumlah 483 dengan 256 laki-laki dan 227
perempuan. Jumlah penduduk yang tamat perguruan tinggi dalam hal ini
Diploma I, Diploma II, Diploma III, Diploma IV, dan Strata I total
berjumlah 64 dengan 29 laki-laki dan 35 perempuan. Meskipun secara
umum menurut data dari website desa Nglanggeran menunjukan bahwa
sudah tidak adanya penduduk yang tidak mampu untuk membaca dan
menulis huruf latin atau arab.

Pendidikan Penduduk Nglanggeran Menurut Jenis
Kelamin Tahun 2016
400
300
200
100
0
Tamat SD/Sederajat Tamat SLTP/Sederajat Tamat SLTA/Sederajat
Laki-laki

Tamat PT

Perempuan

Sumber: Website Desa Nglanggeran (2016), Data Setelah

Page | 18

Menurut kelompok usia sekolah di desa Nglanggeran tahun 2016
semester 1 yang didapat dari website Bagian Kependudukan Biro Tata
Pemerintahan Setda DIY, terdapat sekitar 1221 penduduk. Kelompok 0-4
tahun sejumlah 143 jiwa dengan 65 laki-laki dan 78 perempuan. Kelompok
umur 5-6 tahun sejumlah 66 jiwa dengan 32 laki-laki dan 34 perempuan.
Kelompok 7-12 tahun sejumlah 207 jiwa dengan 108 laki-laki dan 99
perempuan. Kelompok 13-15 tahun sejumlah 107 dengan 61 laki-laki dan
46 perempuan. Kelompok 16-18 tahun sejumlah 106 jiwa dengan 62 lakilaki dan 44 perempuan. Dan kelompok 19-35 tahun sejumlah 592 jiwa
dengan 310 laki-laki dan 282 perempuan. Jika dilihat dengan pandangan
yang sama dengan menurut jenis kelamin, terdapat ketimpangan yang mana
jumlah laki-laki secara umum lebih banyak daripada perempuan di
kelompok umur sekolah. Terdapat tabel mengenai jumlah penduduk
menurut usia sekolah kecamatan Patuk yaitu
Nama Desa

Jumlah Penduduk (Kelompok
Umur Sekolah)

Putat

2186 jiwa

Ngoro-oro

1807 jiwa

Bunder

1678 jiwa

Salam

1631 jiwa

Pengkok

1618 jiwa

Nglegi

1455 jiwa

Patuk

1421 jiwa

Semoyo

1292 jiwa

Beji

1243 jiwa

Nglanggeran

1221 jiwa

Terbah

1200 jiwa

Sumber: Website Kependudukan DIY, Semester 1, 2016 (Diolah)

Jika dilihat dari jumlah penduduk menurut kelompok umur sekolah
menunjukan bahwa Nglanggeran berada pada posisi 10 dari 11 desa di
Kecamatan Patuk dengan 1221 jiwa. Hal ini sangat mengkhawatirkan

Page | 19

dimana pendidikan merupakan aspek penting yang nantinya akan
berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan bagi
kelangsungan hidup manusia di desa Nglanggeran.
Di desa Nglanggeran sendiri, terdapat sedikit fasilitas mengenai
pendidikan yaitu sekolah baik itu TK, SD, SLTP, dan SLTA. Menurut data
dari publikasi BPS (Kecataman Patuk Dalam Angka, 2013) menunjukan
bahwa hanya terdapat lima fasilitas sekolah di Nglanggeran. Itu terdiri atas
dua sekolah TK, dua sekolah SD negeri, dan 1 sekolah SD swasta. Hal ini
menunjukan belum adanya tanggapan atau respon terkait fasilitas sekolah
di desa Nglanggeran. Selanjutnya, penduduk yang bersekolah jika ingin
melanjutkan sekolah harus pergi keluar ke desa lain yang memiliki fasilitas
sekolah. Efek ini berimbas pada jumlah penduduk yang tidak bersekolah
dan hanya tamat SD atau sederajat yang cukup besar karena dengan adanya
asumsi masalah ekonomi setiap keluarga berbeda-beda.

Sumber: Publikasi BPS “Kecamatan Patuk Dalam Angka 2013

Page | 20

Hal itu juga memberikan efek pada jumlah guru dan jumlah murid di
desa Nglanggeran pada tahun 2013 yang sangat besar di tingkat SD atau
sederajat dengan 134 murid laki-laki dan 98 murid perempuan. Dengan
hanya tiga fasilitas sekolah SD atau sederajat terdapat sembilan guru lakilaki dan 18 guru perempuan. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena
membuat penduduk desa Nglanggeran menjadi tertinggal jika tidak
diperbaiki masalah pembangunannya.
Dari berbagai data yang diperoleh dari berbagai sumber, dapat dilihat
bahwa terdapat beberapa indikator pemerataan pendidikan sesuai dengan
UU nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yaitu sebagai
berikut:
4.1.1

4.1.2

4.1.3

Rasio Murid-Guru
�ℎ �
�ℎ �




Rasio Murid-Kelas
�ℎ �
�ℎ �


� �

� �
� �

� �
� �

Rasio Murid-Sekolah
�ℎ �
�ℎ


�ℎ �

� �
� �







%
%




%

Dalam kenyataanya, pemerintah sendiri mengatur jumlah minimal yang
digunakan menjadi acuan untuk guru yaitu sebagai berikut,
Jenis Sekolah

Rasio Minimal Jumlah Peserta
Didik

TK, RA, atau sederajat

15:1

SD atau sederajat

20:1

MI atau sederajat

15:1

SMP atau sederajat

20:1

MTs atau sederajat

15:1

SMA atau sederajat

20:1

MA atau sederajat

15:1

SMK atau sederajat

15:1

Page | 21

MAK atau sederajat

12:1

Sumber: Peraturan Pemerintah no. 74 Tahun 2008

Hasil data diperoleh dari Publikasi BPS “Kecamatan Patuk Dalam
Angka 2015” yang menunjukan rasio-rasio menurut UU nomor 20 tahun
2003 dan dengan standar yang terdapat dalam PP nomor 74 tahun 2008.
Sehingga pada tahun ajaran 2013/2014 di kecamatan Patuk yaitu sebagai
berikut:

Sumber: Publikasi BPS “Kecamatan Patuk Dalam Angka 2015”

4.2

Pekerjaan Desa Nglanggeran
Desa yang merupakan tempat pengambilan keputusan terkecil di
Indonesia yang mana desa tersebut terdiri atas kumpulan manusia atau

Page | 22

individu yang disebut dengan masyarakat atau penduduk. Semua desa di
Indonesia pun warganya pasti memiliki bermacam-macam sektor pekerjaan.
Sama halnya dengan desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten
Gunungkidul, Yogyakarta yang juga memiliki banyak sektor pekerjaan.
Berikut ini merupakan tabel yang menunjukan jumlah penduduk yang
bekerja dan jumlah gender yang bekerja berdasarkan jenis pekerjaannya:

No
1

Jumlah

Jenis
Pekerjaan
Petani/Perkebu

n

%

Laki-laki

Perempuan

n

%

n

%

828

31,98

387

14,94

441

17,02

450

17,37

222

8,57

228

8,80

348

13,43

195

7,53

153

5,91

258

9,96

0

0,00

258

9,96

199

7.68

132

5.09

67

2.59

196

7.56

137

5.29

59

2.28

nan
2

Belum/Tidak
Bekerja

3

Pelajar/Mahasi
swa

4

Mengurus
Rumah Tangga

5

Karyawan
Swasta

6

Buruh Harian
Lepas

7

Wiraswasta

172

6.64

143

5.52

29

1.12

8

P NS

30

1.16

19

0.73

11

0.42

9

P e ra ngka t

14

0.54

9

0.35

5

0.19

De s a
10

P e ns iuna n

13

0.50

11

0.42

2

0.08

11

S opir

8

0.31

8

0.31

0

0.00

12

Buruh

5

0.19

3

0.12

2

0.08

4

0.15

3

0.12

1

0.04

ta ni/P e rke una n
13

Ka rya wa n
Honore r

14

P OLRI

2

0.08

0

0.00

2

0.08

15

TNI

2

0.08

2

0.08

0

0.00

Page | 23

16

Guru

2

0.08

0

0.00

2

0.08

17

P e da ga ng

2

0.08

0

0.00

2

0.08

18

Apoteke r

1

0.04

0

0.00

1

0.04

19

Dos e n

1

0.04

1

0.04

0

0.00

20

Ka rya wa n

1

0.04

1

0.04

0

0.00

bumd
21

S e nima n

1

0.04

1

0.04

0

0.00

22

P e rda ga nga n

1

0.04

1

0.04

0

0.00

23

Tuka ng lis trik

1

0.04

1

0.04

0

0.00

24

La innya

1

0.04

0

0.00

1

0.04

25

Ke pa la de s a

1

0.04

1

0.04

0

0.00

2541

100

127

49,1

12

48,7

7

7

64

5

Total

Sumber: Website Desa Nglanggeran (Diolah)

Keterangan
n = Jumlah Penduduk
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa secara umum masyarakat di desa
Nglanggeran bekerja sebagai petani/perkebunan karena jumlahnya yang
dominan mencapai 828 jiwa dimana terdiri atas 387 laki-laki dan 441
perempuan. Dengan adanya hal tersebut menunjukan bahwa dengan asumsi
masyarakat tidak memerlukan pendidikan yang tinggi untuk menjadi
petani/perkebunan memang terjadi pada desa Nglanggeran.
Kelompok umur merupakan rentan dimana seseorang dikategorikan.
Jika dilihat dalam hal pekerjaan, kelompok umur dibagi menjadi tiga yaitu
0-14 tahun termasuk kelompok belum produktif, 15-64 tahun termasuk
kelompok produktif, dan lebih dari 64 tahun termasuk kelompok tidak
produktif. Jika dilihat berdasarkan hal tersebut, terdapat hasil sebagai
berikut:
Laki-Laki

Perempuan

Total

0-14 Tahun

255

239

494

15-64 Tahun

888

849

1737

> 64 Tahun

132

171

303

Page | 24

1275

Total

1259

2534

Sumber: Website Kependudukan DIY, Semester 1, 2016 (Diolah)

Dapat dilihat bahwa di desa Nglanggeran pada semester 1 tahun 2016
dengan asumsi bahwa kelompok umur produktif merupakan kumpulan
individu yang sudah bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Dari kelompok
umur tersebut dapat diketahui bahwa terdapat sejumlah 469 jiwa yang
merupakan bukan angkatan kerja yang terdiri atas pensiunan, mengurus
rumah tangga, dan pelajar/mahasiswa. Sedangkan terdapat sejumlah 1571
jiwa yang termasuk dalam angkatan kerja yang terdiri atas bekerja dan
belum bekerja. Dari 1571 jiwa yang termasuk angkatan kerja, terdapat
sejumlah 101 jiwa yang menjadi pengangguran yang terdiri atas 50 laki-laki
dan 51 perempuan.

PROPORSI JUMLAH PENDUDUK YANG
BEKERJA DENGAN PENGANGGURAN DI
DESA NGLANGGERAN TAHUN 2016
SEMESTER I
Bekerja

Pengangguran

6%

94%

Sumber: Website Kependudukan DIY, Semester 1 Tahun 2016 (Diolah)

Page | 25

JUMLAH ANGKATAN KERJA DAN BUKAN
ANGKATAN KERJA DESA NGLANGGERAN
BUKAN ANGKATAN KERJA

ANGKATAN KERJA

23%

77%

Sumber: Website Kependudukan DIY, Semester 1, 2016 (Diolah)

Dari data tersebut dapat diketahui tingkat partisipasi angkatan kerja
(TPAK) desa Nglanggeran yaitu


=

�ℎ �







�ℎ
=

= ,

=

,

��


��



%

Artinya menunjukan bahwa dari 100 penduduk usia 15 tahun ke atas,
sebanyak 90,443293 atau 90 orang yang tersedia untuk memproduksi pada
periode tertentu (periode terpilih). Angka itu menunjukan bahwa
penghitungan TPAK bisa digunakan untuk melihat partisipasi angkatan
kerja desa Nglanggeran yang ditafsirkan cukup tinggi sehingga dapat
dioptimalkan di jenis atau sektor pekerjaan terkait di desa Nglanggeran
terutama sektor petani/perkebunan. Maksud pengooptimalan ini adalah
dengan cara memberikan pembaharuan mengenai sistem dan peralatan yang
digunakan untuk melakukan kegiatan petani/perkebunan sehingga dapat

Page | 26

lebih produktif dan menghasilkan pendapatan yang lebih banyak atau
menguntungkan.
Dengan adanya pembagian kelompok umur menjadi tiga jenis
kelompok umur, dapat diketahui juga mengenai rasio ketergantungan atau
dependency ratio yaitu

� =

�ℎ �



�ℎ �


��

� =

� =

� =

,

,

� �



Dependency ratio menunjukan arti bahwa setiap 100 orang usia

produktif, akan menanggung beban 46 jiwa non produktif. Hal ini
menunjukan bahwa di desa Nglanggeran mempunyai beban yang
ditanggung penduduk usia produktif untuk membiayai penduduk yang non
produktif cukup rendah.
Pengangguran pun juga terjadi di desa Nglanggeran setiap tahun.
Berikut ini adalah tabel pengangguran tiap semester dari tahun 2014-2016
yaitu:
Semester / Tahun

Jumlah

Jumlah Angkatan

Pengangguran

Kerja

I / 2014

12

1475

II / 2014

13

1451

I / 2015

10

1448

II / 2015

10

1471

I / 2016

101

1571

Sumber: Website Kependudukan DIY, 2016 (Diolah)

Dari data tersebut dapat diketahui tingkat pengangguran terbuka desa
Nglanggeran dengan rumus sebagai berikut:

Page | 27

� =

�ℎ �

�ℎ

� �
� �




Yang hasilnya tiap semester adalah sebagai berikut:


I / 2014 = (12/1475) x 100 = 0,81%
Artinya: Dari 100 orang penduduk usia 15 tahun keatas yang tersedia untuk
memproduksi barang dan/atau jasa (angkatan kerja), terdapat sebanyak 1



orang merupakan pengangguran.
II / 2014 = (13/1451) x 100 = 0,90%
Artinya: Dari 100 orang penduduk usia 15 tahun keatas yang tersedia untuk
memproduksi barang dan/atau jasa (angkatan kerja), terdapat sebanyak 1



orang merupakan pengangguran.
I / 2015 = (10/1448) x 100 = 0,69%
Artinya: Dari 100 orang penduduk usia 15 tahun keatas yang tersedia untuk
memproduksi barang dan/atau jasa (angkatan kerja), terdapat sebanyak 1



orang merupakan pengangguran.
II / 2015 = (10/1471) x 100 = 0,68%
Artinya: Dari 100 orang penduduk usia 15 tahun keatas yang tersedia untuk
memproduksi barang dan/atau jasa (angkatan kerja), terdapat sebanyak 1



orang merupakan pengangguran.
I / 2016 = (101/1571) x 100 = 6,43%
Artinya: Dari 100 orang penduduk usia 15 tahun keatas yang tersedia untuk
memproduksi barang dan/atau jasa (angkatan kerja), terdapat sebanyak 6
orang merupakan pengangguran.

Page | 28

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA
DESA NGLANGGERAN PER SEMESTER
TAHUN 2014-2016
Tingkat Pengangguran Desa Nglanggeran Per Semester Tahun 2014-2016
6.43

0.81

0.9

0.69

0.68

I / 2014

II / 2014

I / 2015

II / 2015

I / 2016

Sumber: Website Kependudukan DIY, 2016 (Diolah)

Dapat dilihat dengan jelas terdapat perubahan yang sangat signifikan
mengenai tingkat pengangguran terbuka. Karena pada semester awal tahun
2014 sampai akhir semester tahun 2015 tingkat pengangguran terbuka
relatif konstans dan sangat sedikit atau tidak signifikan perubahannya.

Page | 29

4.3

Masalah Pembangunan Desa Nglanggeran
Masalah pembangunan nasional adalah masalah pengangguran,
masalah kemiskinan, dan masalah kesenjangan yang dialami oleh suatu
negara. Masalah pembangunan di suatu wilayah atau daerah dapat dilihat
salah satunya dengan laju pertumbuhan ekonomi. Yang mana laju
pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang
digunakan oleh pemerintah sebagai asumsi dasar dalam penyusunan
RAPBD serta mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat disuatu
wilayah, yang tercermin dari kenaikan angka PDRB perkapita. Laju
pertumbuhan ekonomi suatu daerah dihitung berdasarkan nilai Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan.
Di daerah Nglanggeran sendiri, kegiatan ekonominya didominasi oleh
sektor petani/perkebunan sejumlah 828 jiwa dari 2541 jiwa total penduduk
yang ada di desa Nglanggeran. Jika sektor tersebut (petani/perkebunan)
dibandingkan dengan sektor yang sama dengan desa-desa lain di kecamatan
Patuk hasilnya sebagai berikut
Nama Desa

Petani/Perkebunan

Persentase

Ngoro-oro

1205

13,6%

Nglegi

1043

11,8%

Terbah

1036

11,7%

Putat

909

10,3%

Nglanggeran

828

9,3%

Semoyo

807

9,1%

Pengkok

796

9,0%

Salam

666

7,5%

Beji

662

7,5%

Bunder

603

6,8%

Patuk

311

3,5%

Total

8866

100,0%

Sumber: Website Desa Kecamatan Patuk, 2016 (Diolah)

Page | 30

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa desa Nglanggeran
mendapati urutan ke-5 desa terbesar dengan jumlah pekerja pada sektor
petani/perkebunan. Terdapat selisih berjumlah 377 jiwa dengan desa
terbanyak yaitu desa Ngoro-oro. Jika ditelisik lebih lanjut, perbedaan itu
dapat dilihat dari jumlah angkatan kerja kedua desa tersebut yang bersumber
dari website Dinas Kependudukan Yogyakarta dimana jumlah angkatan
kerja desa Ngoro-oro lebih banyak daripada desa Nglanggeran. Jumlah
angkatan kerja di Ngoro-oro sejumlah 2366 jiwa dan desa Nglanggeran
berjumlah 1571 jiwa. Sehingga hal ini menunjukan bahwa sebagian
pendapatan kecamatan Patuk didominasi atau mayoritas didapat dari sektor
petani/perkebunan. Karena menurut data dari Dinas Kependudukan
Yogyakarta, sektor pertanian/perkebunan/perikanan mendominasi dengan
total berjumalah 9061 jiwa atau 33,8% dari total angkatan kerja dan bukan
angkatan kerja kecamatan Patuk tahun 2016. Meskipun hanya sebagian
kecil saja jika dibandingkan dengan dengan kecamatan lain di seluruh
kabupaten Gunung Kidul. Akan tetapi desa Nglanggeran ikut memberikan
sumbangsih dari sektor petani/perkebunan yang menjadi keunggulannya.
Beikut ini lampiran mengenai Produk Domestik Bruto Kabupaten Gunung
Kidul menurut lapangan usaha atas dasar harga belaku tahun 2009-2013,

Page | 31

Page | 32

Sumber: BPS Gunung Kidul, Yogyakarta

Dengan

melihat

PDRB

Kabupaten

Gunung

Kidul,

masalah

pembangunan suatu daerah dapat dideteksi dari banyaknya keluarga miskin
di daerah tersebut. Dari data yang didapat dari publikasi Badan Pusat
Statistik “Kecamatan Patuk Dalam Angka 2013” pada tahun 2011

Page | 33

menunjukan bahwa di desa Nglanggeran terdapat 407 KK miskin dan 1218
jiwa yang termasuk golongan miskin. Disebut sebagai golongan miskin
karena terdapat sebuah standar (riil income percapita). Jika kepala keluarga
belum mencapai standar tersebut maka termasuk kedalam golongan miskin.
Hal ini juga menandakan bahwa distribusi pendapatan di desa Nglanggeran
masih kurang merata. Hal ini ditunjukan dengan jumlah penduduk total di
desa Nglanggeran tahun 2011 sebesar 2615. Dengan asumsi berdasarkan
kekayaan atau tingkat konsumsi penduduk, penduduk dibagi menjadi dua
yaitu miskin dan kaya. Jadi penduduk yang kaya di desa Nglanggeran
sejumlah 1397 jiwa atau 53,42% dari total penduduk desa Nglanggeran.
Dari kedua pendekatan tersebut yaitu PDRB atas dasar harga berlaku
menurut jenis pekerjaan di Gunung Kidul dan tingkat kemiskinan di desa
Nglanggeran menunjukan bahwa terdapat ketimpangan yang cukup tinggi
dimana si kaya di desa Nglanggeran mencapai lebih dari 50%. Hal itu juga
disebabkan karena tingkat pendidikan di desa Nglanggeran dan jumlah
pekerja di desa Nglanggeran. Dan dapat dilihat bahwa, pendidikan,
pekerjaan, dan kesenjangan (kemisinan) mempunyai hubungan positif yang
mana hubungan ini saling terkait. Nglanggeran yang mempunyai penduduk
sejumlah 2541 jiwa di tahun 2016 hanya 876 jiwa yang mengenyam tingkat
pendidikan pada tahun 2016 yang akhirnya timbul 101 jiwa pengangguran
yang mana dengan asumsi bahwa tanpa pendidikan, seorang individu tidak
memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk bekerja dan menghasilkan
pendapatan yang nantinya untuk dikonsumsi oleh dirinya sendiri.

Page | 34

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Nglanggeran merupakan sebuah desa yang terdapat di kecamatan
Patuk, kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa
Nglanggeran sendiri merupakan desa yang memiliki penduduk yang
mayoritas sudah mengenyam pendidikan atau sedang mengenyam
pendidikan baik tingkat dasar maupun tingkat atas. Dari 2591 jiwa total
penduduk desa Nglanggeran, hanya terdapat sejumlah 717 jiwa yang tidak
sekolah. Akan tetapi dari 717 jiwa yang tidak sekolah tersebut, tidak ada
satupun yang tidak bisa membaca dan menulis huruf latin atau arab. Hal ini
membuat desa Nglanggeran berada pada posisi 10 dari 11 desa di kecamatan
Patuk menurut kelompok umur sekolah. Sejumlah 1221 jiwa. Jika
dibandingkan dengan desa Putat yang mana menempati posisi pertama
dalam banyaknya jumlah penduduk menurut umur sekolah cukup jauh yaitu
berselisih sebanyak 965 jiwa. Hal ini menyebabkan Indeks Pembangunan
Manusia di desa Ngl