Peran Persepsi Agresi Pengamen terhadap


 

Peran Persepsi Agresi Pengamen terhadap Kecemasan Penumpang Bus Kota
di Kawasan Blok M
Imas Mahesty Ayu
imas.mahesty@gmail.com
Amir Hasan Ramli
Afia Fitriani
Program Studi Psikologi, Universitas Brawijaya Malang
ABSTRACT
This study aims to determine how far the role of street singers’ perception of aggression
toward city bus passengers’ anxiety in Blok M area. This study uses quantitative method. The
population in this study is all city bus passengers in Blok M area, with 97 people for the sample.
The sampling technique uses purposive sampling. Perception of agression and anxiety measured
using Likert scale, scale from both variable is made by the writer based on Buss and Perry’s
aggression dimension alsoHamilton’s anxiety symptoms. The data were analyzed using simple
regression test. The result in this study shows role of perception of agression towards the anxiety
by 24% and 76% influenced by other factors, such asbad or unpleasant experiences when taking
public transportation. This result indicates that perception of agression is not the only factor that
causes the anxiety of the city bus passenger in Blok M.

Key words: Perception of agression, anxiety, street singer.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peran persepsi agresi pengamen
terhadap kecemasan penumpang bus kota di kawasan Blok M dengan menggunakan metode
kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penumpang bus kota yang berada di
kawasan Blok M, dengan sampel sebanyak 97 orang. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Persepsi agresi dan kecemasan diukur
dengan menggunakan skala Likert, skala dari kedua variabel disusun oleh peneliti berdasarkan
dimensi agresi dari Buss dan Perry serta gejala kecemasan yang diungkapkan oleh
Hamilton.Hasil dalam penelitian ini menunjukkan adanya peran persepsi agresi terhadap
kecemasan sebesar 24 % dan sisanya sebesar 76 % dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya seperti
pernah mengalami pengalaman yg tidak menyenangkan atau tidak aman ketika naik transportasi
umum. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi agresi bukanlah satu-satunya
faktor yang menimbulkan kecemasan pada penumpang bus kota di kawasan Blok M.
Kata Kunci: persepsi agresi, kecemasan, pengamen


 

LATAR BELAKANG

Transportasi di Indonesia sangat beragam, mulai dari yang tradisional hingga transportasi
modern. Transportasi di Indonesia berkembang pesat seiring berjalannya waktu, begitu pula di
Jakarta. Mobilitas penduduk terutama di ibu kota setiap hari sangat padat. Setiap hari semua
penduduk di ibu kota melakukan aktivitasnya mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya
matahari. Baik orang-orang yang bekerja bahkan anak-anak yang bersekolah.
Untuk menuju ke suatu tempat, bagi sebagian warga di ibu kota yang memiliki kendaraan
pribadi bepergian dengan menggunakan kendaraan pribadi dirasa lebih praktis karena tidak perlu
susah payah untuk menggunakan angkutan umum. Bagi sebagian warga di ibu kota yang tidak
memiliki kendaraan pribadi dapat menggunakan transportasi umum untuk bepergian atau menuju
suatu tempat yang diinginkan. Terdapat situasi dimana seseorang yang memiliki kendaraan
pribadi tetap memilih untuk menggunakan kendaraan umum karena beberapa hal, misalnya
menghindari kelelahan membawa kendaraan pribadi karena kondisi jalan yang macet, lebih
memilih untuk beristirahat di kendaraan umum, atau juga menghindari pemborosan bahan bakar.
Pemerintah di Jakarta menyediakan berbagai angkutan umum yang dapat dipilih dan
digunakan sesuai dengan kebutuhan setiap warga yang tinggal di ibu kota Jakarta. Angkutan
umum tersebut memberikan rute-rute yang dapat dipilih oleh calon penumpang sesuai dengan
tujuan, salah satunya adalah bus kota.
Penumpang atau pengguna transportasi yang ada di Jakarta pun beragam baik pria dan
wanita, baik tua ataupun muda, mulai dari pelajar serta orang-orang yang sudah bekerja. Para
pengguna transportasi umum di Jakarta tak lepas dari hiruk pikuk yang terjadi di dalamnya. Para

pengguna transportasi umum harus siap berdesak-desakan dengan orang lain agar dapat
menggunakan transportasi yang diinginkan, serta harus berpacu dengan waktu agar mereka tidak
tertinggal alat transportasi yang akan digunakan.
Menggunakan transportasi umum tak lepas dengan hal-hal yang menimbulkan kecemasan
bagi pengguna transportasi umum, terutama bus kota yang ada di Jakarta. Berdasarkan data yang
tercatat di Humas Polda Metro Jaya di Jakarta, angka kriminalitas di angkutan umum sepanjang
tahun 2012 sebanyak 31 kasus (Sumber: inilah.com). Terdapat banyak hal yang mengancam para
penggunanya, misalnya alat transportasi yang tak kunjung datang, pencopet yang biasa


 

beroperasi di dalam bus kota, telat sampai di tempat kerja karena kondisi jalan yang macet,
maraknya tindak kriminal, serta keamanan yang belum tentu terjamin. Hal-hal tersebut membuat
pengguna transportasi umum sering merasa cemas, salah satunya adalah kecemasan terhadap
adanya pengamen.Berdasarkan data kriminalitas polri resor Jakarta Selatan (Juni 2014)
mengungkapkan tindak kejahatan yang dilakukan oleh pengamen dan terjadi di dalam bus
kawasan terjadinya pencurian sebanyak 15 kasus, sedangkan pencopetan sebesar 7 kasus.
Pengguna transportasi umum khususnya bus kota, seringkali berhadapan dengan
pengamen. Pengamen muncul dengan berbagai cara baik dengan cara seni misalnya seperti

bernyanyi dengan diiringi alat musik atau dengan membaca puisi, maupun dengan cara berpidato
dengan mengatakan baru keluar dari penjara (Sumber: kompas.com). Terkadang penumpang bus
kota merasa gelisah atau cemas dengan adanya kehadiran pengamen. Penumpang merasa gelisah
atau cemas karena ada beberapa pengamen yang meminta uang kepada penumpang bus dengan
cara mengancam misalnya dengan sambil membawa benda tajam atau dengan kata-kata
mengancam. Seperti kasus yang terjadi pada bulan Desember 2013 telah terjadi pencurian di
dalam bus yang dilakukan oleh 3 orang pengamen. Pengamen berpura-pura membaca puisi di
dalam bus kemudian salah satu dari pelaku mengambil handphone yang sedang dipegang milik
korban. Hal tersebut terjadi karena korban tidak memberikan uang kepada pengamen tersebut
(Sumber: liputan6.com). Pengamen dengan cara seperti itu yang seringkali membuat pengguna
bus kota merasa tidak nyaman dan cemas menaiki alat transportasi yang digunakan.
Tidak semua orang yang menggunakan bus kota merasa aman karena maraknya
kejahatan merupakan salah satu hal yang ditakutkan oleh sebagian orang di ibu kota. Kejahatan
tidak hanya dapat terjadi di tempat umum namun juga dapat terjadi di dalam kendaraan umum.
Berdasarkan wawancar awal dengan polri resor Kebayoran Baru pada tanggal 9 Juni 2014 data
kriminalitas yang terjadi di wilayah hukum polsek metropolitan Kebayoran Baru Jakarta Selatan,
pada sepanjang tahun 2013 terdapat 15 kasus pengamen yang membawa benda tajam, sedangkan
pada bulan Januari hingga Juni 2014 terdapat 9 kasus pengamen yang membawa benda tajam.
Kejahatan tersebut dilakukan oleh pengamen yang berada di angkutan umum. Ada beberapa
pengamen di angkutan umum yang bersikap agresi dengan berbicara kasar kepada penumpang

ataupun membawa benda tajam yang ditodongkan kepada penumpang.


 

LANDASAN TEORI
Persepsi Agresi
Persepsi (perception) yaitu sekumpulan tindakan mental yang mengatur impuls-impuls
sensorik menjadi suatu pola bermakna (Tavris&Wade, 2007). Menurut Rakhmat (2000) persepsi
adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi merupakan suatu proses yang
didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu
melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun, proses itu tidak berhenti begitu
saja, melainkan stimulus tersebut dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu
proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan
proses pendahulu dari proses persepsi (Walgito,1978).
Agresi merupakan perilaku fisik atau verbal yang bertujuan untuk menyakiti seseorang
(Myers, 2013).Istilah agresi seringkali disamaartikan dengan agresif. Baron (1977) menyebutkan
agresi merupakan segala bentuk tingkah laku yang ditujukan untuk menyakiti atau melukai
makhluk hidup lain. Hal ini agresi sebagai suatu motif untuk melakukan respon terhadap

perlakuan kasar, penghinaan, dan frustasi. Menurut Berkorwitz (1993) perilaku agresi adalah
bentuk perilaku yang bermaksud menyakiti seseorang baik fisik maupun secara psikologis.
Raven dan Rubin (1976) mendefinisikan agresi sebagai perilaku seseorang atau kelompok
dengan niat menyakiti orang lain.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan agresi merupakan perilaku yang
dimunculkan seseorang untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun psikis. Dimensi
agresi menurut Buss dan Perry (1992) diantaranya: agresi fisik, agresi verbal, agresi kemarahan,
agresi permusuhan.
Dapat dijelaskan persepsi agresi ialah penyimpulan dan menafsirkan pesan informasi
berdasarkan pengalamannya mengenai menyakiti seseorang secara fisik maupun psikis.

Kecemasan
Menurut Freud (Alwisol, 2005) kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan
individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif
yang sesuai. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan


 

memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan bila tidak dilakukan tindakan yang tepat maka

bahaya tersebut akan meningkat sampai ego dikalahkan.
Stuart (2006) mengatakan kecemasan adalah keadaan emosi yang tidak memiliki objek
yang spesifik. Kecemasan dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal.
Kecemasan berbeda dengan rasa takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu
yang berbahaya. Kecemasan merupakan respon emosional terhadap penilaian tersebut.
Menurut Ermawati, dkk. (Pieter, dkk, 2011), kecemasan merupakan istilah yang sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari, yakni menggambarkan keadaaan kekhawatiran,
kegelisahan yang tak menentu, atau reaksi ketakutan dan tidak tentram yang terkadang disertai
berbagai keluhan fisik. Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan
perasaan atau emosi yang ditandai oleh adanya perasaan bahaya, kekhawatiran, terancam, serta
ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas.
Kecemasan terdiri dari beberapa ciri diantaranya fisik, kognisi, dan behavioral. Ciri fisik
dari kecemasan adalah gelisah, tangan dan tubuh gemetar, banyak berkeringat, telapak tangan
yang berkeringat, pening atau pingsan, mulut atau kerongkongan terasa kering, sulit bicara, sulit
bernafas. Ciri kognisi diantaranya ketakutan akan ketidakmampuan mengatasi masalah, berpikir
bahwa semua tidak lagi bisa dikendalikan, khawatir terhadap hal-hal yang sepele, mengalami
kebingungan, khawatir akan di tinggal sendiri dan sulit berkonsentrasi. Sedangkan ciri
behavioral diantaranya menghindar, perilaku melekat atau dependen, dan perilaku terguncang.

Penumpang Bus Kota

Menurut Pasal 1 Angka 25 UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (Pandu, 2014) penumpang berarti orang yang berada di kendaraan selain
pengemudi dan awak kendaraan. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2013) bus kota
adalah bus yang melayani angkutan penumpang di dalam kota. Jadi dapat disimpulkan
penumpang bus kota adalah seseorang yang berada di dalam bus yang melayani angkutan
penumpang di dalam kota.


 

Pengamen
Pengamen adalah orang yang menjual jasa berupa nyanyian untuk mendapat upah yang
sewajarnya (Suparlan&Chulaifah, 1993).

METODE
Responden dan Desain Penelitian
Subjek penelitian sebanyak 97 orang yang terdiri dari 33 orang laki-laki dan 64 orang
perempuan penumpang bus kota di kawasan Blok M dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Kriteria subjek yang digunakan ialah penumpang bus kota, dapat membaca serta
menulis, dan berada pada rentang usia 14-60 tahun. Desain penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
peran persepsi agresi terhadap kecemasan penumpang bus kota di kawasan Blok M.
Alat Ukur dan Prosedur Penelitian
Alat ukur penelitian ini dengan menggunakan skala persepsi agresi dan skala
kecemasan.Untuk mengukur persepsi agresi digunakan skala persepsi agresi yang dibuat dengan
dimensi agresi berdasarkan Buss&Perry (1992), dengan reliabilitas sebesar 0,851. Selanjutnya
untuk mengukur kecemasan digunakan skala kecemasan yang disusun berdasarkan gejala-gejala
kecemasan yang diungkapkan oleh Hamilton (1959), dengan reliabilitas sebesar 0,900. Subjek
penelitian diminta untuk menjawab setiap item berdasarkan keadaan subjek yang sebenarnya,
masing-masing item memiliki empat alternatif jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak
setuju (TS). Dan sangat tidak setuju (STS).
Peneliti menyebarkan skala di kawasan terminal Blok M. Setelah data diperoleh, peneliti
mengolah data tersebut fengan menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Package for the
Social Science) dalam membantu proses penghitungan uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Proses
selanjutnya, peneliti menganalisis dan menginterpretasi data, menyusun laporan hasil penelitian,
serta membuat kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan.


 


HASIL
Analisis Deskriptif
Tabel 1. Deskripsi Data Berdasarkan Skor Empirik dan Hipotetik
Variabel
Mean
32,60

Persepsi
Agresi
Kecemasan

48,78

Skor Empirik
Min
Max
19
46
34


71

SD
4,543

Mean
35

6,574

50

Skor Hipotetik
Min Max
14
56
20

80

SD
7
10

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa pada variabel persepsi agresi, rata-rata nilainya adalah
32,70. Nilai minimal yang didapatkan dari persebaran data variabel ini adalah sebesar 19, dan
nilai maksimalnya adalah sebesar 46 serta memiliki standar deviasi 4,543.
Pada variabel kecemasan memiliki nilai rata-rata 48,78. Nilai minimal yang didapat dari
persebaran data variabel kecemasan sebesar 34, dan nilai maksimal sebesar 71, serta memiliki
standar deviasi sebesar 6,574.

Gambaran Umum Subjek
Tabel 2. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Total

Jumlah
33
64
97

Presentase
34,02 %
65,98 %
100 %

Tabel 3. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Usia
14-15
16-20
21-25
26-30
31-35
36-40
41-45
46-50
Total

Jumlah Subjek
7
39
24
8
5
3
7
4
97

Persentase
7,22 %
40,21 %
24,74 %
8,25 %
5,15 %
3,09 %
7,22 %
4,12 %
100 %


 

Tabel 4. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan
Pelajar/Mahasiswa
Karyawan Swasta
Pegawai Negeri
Wiraswasta
Ibu Rumah Tangga
Lain-Lain
Total

Jumlah
40
42
3
4
6
2
97

Persentase
41,24 %
43,30 %
3,10 %
4,12 %
6,18 %
2,06 %
100 %

Tabel 5. Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Frekuensi Naik Bus
Frekuensi Naik Bus
(dalam seminggu)
0-2 hari
3-5 hari
6-7 hari
Total

Kategori
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi

Jumlah

Persentase

45
30
22
97

46,39 %
30,93 %
22,68 %
100 %

Tabel 6. Kategori Persepsi Agresi
Skor
Frekuensi
X ≤ 24,5
3
24,5˂ X ≤ 31,5
49
31,5˂ X ≤ 38,5
42
38,5 ˂ X ≤ 45,5
3
45,5˂ X
0

Prosentase
3,09 %
50,51 %
43,31 %
3,09 %
0%

Tabel 6 menunjukkan bahwa subjek yang berada pada kategori persepsi agresi sangat
rendah sebanyak 3 orang (3,09%), subjek yang berada pada kategori persepsi agresi rendah
sebanyak 49 orang (50,51%), subjek yang berada pada kategori persepsi agresi sedang sebanyak
42 orang (43,31%), subjek yang berada pada kategori persepsi agresi tinggi sebanyak 3 orang
(3,09%), dan tidak ada subjek yang berada pada kategori sangat tinggi (0%).
Kategori
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat Tinggi

Tabel 7. Kategori Kecemasan
Skor
Frekuensi
X ≤ 35
1
35˂ X ≤ 45
35
45˂ X ≤ 55
46
55 ˂ X ≤ 65
12
65˂ X
3

Prosentase
1,03 %
36,08 %
47,42 %
12,38 %
3,09 %


 

Tabel 7 menunjukkan subjek yang berada pada kategori kecemasan sangat rendah
sebanyak 1 orang (1,03%), subjek dengan kecemasan pada kategori rendah sebanyak 35 orang
(36,08%), subjek dengan kategori sedang sebanyak 46 orang (47,42%), subjek dengan kategori
kecemasan tinggi sebanyak 12 orang (12,38%), subjek dengan kategori kecemasan sangat tinggi
sebanyak 3 orang (3,09%).

Uji Asumsi
Pengujian asumsi klasik dalam data berikut meliputi uji asumsi normalitas, linearitas, dan
heterokedastisitas. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan dengan menggunakan metode
statistik one sample Kolmogorov Smirnov menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel
persepsi agresi sebesar 0,059 (p>0,05), sedangkan variabel kecemasan sebesar 0,058 (p>0,05)
sehingga dapat diartikan data persepsi agresi dan kecemasan berdistribusi normal. Hasil uji
normalitas juga dapat dilihat dari pola penyebaran data dengan histogram pada gambar 1 dan
2.Dari gambar diketahui bahwa pola penyebaran data menyebar di sekeliling kurva dan kurva
berbentuk lonceng. Sehingga dapat penulis simpulkan data kedua variabel berdistribusi normal.

Gambar 1. Histogram

Gambar 2. Histogram

Variabel Persepsi Agresi

Variabel Kecemasan

Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan dengan melihat nilai signifikansinya dimana pada uji linearitas
didapatkan nilai signifikansinya 0,000 (p