BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Gambaran Sekolah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Mat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Pelaksanaan Tindakan

  4.1.1 Gambaran Sekolah

  Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. SD Negeri Tlogo terletak di desa Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah. Jarak tempuh ke SD negeri Tlogo dari dari jalan raya kurang lebih 50 meter.

  Dengan kata lain letak SD Negeri Tlogo mudah dijangkau baik siswa maupun guru. Pembelajaran di SD Negeri Tlogo dilaksanakan mulai hari senin sampai hari sabtu. Proses pembelajaran dilakukan mulai pukul 07:00 sampai pukul 12:00 , sedangkan untuk hari jumat dan sabtu dimulai pukul 07:00 sampai pukul 11:00 siang.

  4.1.2 Gambaran Subjek Penelitian

  Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang yang berjumlah 33 siswa terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan yang mempunyai karaktristik seperti suka berbicara sendiri saat diterangkan guru, suka bermain, siswa butuh waktu untuk memahami materi yang diajarkan guru, dan siswa kurang bersemangat saat menerima pelajaran. Penelitian di SD Negeri Tlogo siswa kelas III dilakukan pada mata pelajaran IPA khususnya tentang “Cuaca”.

4.1.3 Kondisi Awal

  Sebelum siklus I dan II dilaksanakan, penelitian terlebih dahulu melakukan observasi pada saat guru kelas III mengajar mata pelajaran IPA melakukan observasi, penelitian meminta hasil ulangan harian IPA pada guru kelas. Berdasarkan hasil ulangan harian IPA kelas III, ternyata masih terdapat 18 siswa yang mendapat nilai di bawah KKM seperti yang terdapat dalam tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil Belajar IPA Pada Kondisi Awal

  No Rentang Nilai Banyak Siswa Persentase (%) 1 40-49 8 24,24% 2 50-59 6 18,18% 3 60-69 4 12,12% 4 70-79 7 21,21% 5 80-89 5 15,15% 6 90-100 3 9,10%

  Jumlah Siswa 33 100% Dari tabel 4.1 dapat dilihat hasil ulangan harian IPA khususnya tentang cuaca siswa yang belum tuntas sejumlah 18 siswa, sedangkan siswa yang tuntas

  (KKM=70) sejumlah 15 siswa yang dapat diuraikan jumlah siswa yang mendapat nilai antara 40-49 sejumlah 8 siswa, nilai antara 50-59 sejumlah 6 siswa, nilai antara 60-69 sejumlah 4 siswa, nilai antara 70-79 sejumlah 7 siswa, nilai antara 80-89 sejumlah 5 siswa, nilai antara 90-100 sejumlah 3 siswa. Dari daftar nilai pada kondisi awal, nilai tertinggi adalah 98 dan nilai terendah 40

  Untuk lebih jelasnya data nilai pada diagram 4.1

  8

  7

  6

  5 belum

  8

4 Tuntas

  7

  6

  3 5 tuntas

  4

  2

  3

  1 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100

  Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) data hasil perolehan nilai pada kondisi awal/sebelum tindakan dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.2 Tabel 4.2

  Ketuntasan Belajar Pada Kondisi Awal No. Ketuntasan Belajar Banyak Siswa Persen (%)

  1 Tuntas 15 45,5%

  2 Belum Tuntas 18 54,5% Jumlah 33 100%

  Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal/sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sejumlah 18 siswa atau 45,4%, sedangkan yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sejumlah 15 siswa dengan persentase 54,5%. Ketutasan belajar siswa pada tabel 4.2 dapat dilihat pada diagram 4.2

  Ketuntasan Nilai Pada Kondisi Awal Tuntas

  45,4% Tidak Tuntas 54,5%

  Diagram 4.2 Ketuntasan Nilai pada Kondisi Awal

  Berdasarkaan data siswa kelas III SD Negeri Tlogo maka peneliti melakukan penelitian PTK sesuai yang telah dirancaang pada uraian BAB III. Dalam penelitian ini peneliti melakukan beberapa tahap dan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas III peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.

  Proses pembelajaran IPA di SD Negeri Tlogo yang dilakukan beberapa guru masih menyampaikan materi pelajaran menggunakan metode ceramah. Siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran sehingga tingkat motivasi siswa dalam pembelajaran kurang. Motivasi belajar siswa yang rendah ini mempengaruhi hasil belajarnya rendah yaitu nilai rata-rata kelasnya hanya mencapai angka 6,26 (di bawah KKM >70). Berikut dipaparkan mengenai motivasi belajar pra siklus :

Tabel 4.3 Prosentase Motivasi Belajar Siswa Pada Pra Siklus

  No Variabel Indikator Prosentase

  1 Motivasi Belajar

  Tekun dalammenghadapitugas 36,11% Uletdalammenghadapikesulitan 35,05% Menunjukkan minat 37,34% Senangbekerja mandiri 37,94% Cepatbosanpadatugas-tugas rutin 35,78% Dapatmempertahankanpendapatnya 37,86% Tidakmudahmelepashalyangdiyakiniitu 37,39% Senangmencaridanmemecahkanmasalahs oal-soal.

  38,93% Rata-rata 37,05 %

  Berdasarkan tabel motivasi siswa prasiklus dapat diketahui bahwa tingkat motivasi belajar siswa masih kurang, hal ini dibuktikan dengan prosentase motivasi belajar siswa 33,75. Motivasi belajar siswa yang kurang ternyata berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena siswa sering merasa kesulitan untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Mereka kurang paham terhadap materi yang disampaikan karena guru hanya menggunakan metode ceramah terutama pada mata pelajaran IPA. Berdasarkan data dari hasil ujian semester ganjil siswa yang mendapatkan nilai di atas nilai KKM hanya 15 siswa terutama pada mata pelajaran IPA, hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata siswa 60,26.

4.1.4 Siklus I

a. Rencana Tindakan

  Melakukan observasi, maka peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas III mengenai materi pembelajaran serta alat penunjang lain yang perlu digunakan. Sebelum guru kelas III mengajar, peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran diantarannya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus I, lembar observasi atau pengamatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, lembar observasi aktivitas guru saat mengajar dalam menerapkan model pembelajaran Make A Match serta mempersiapka alat peraga yang dipergunakan dalam pembelajaran seperti kertas karton, gelas bening, air panas, Es batu, dan alam sekitar. Selain itu, peneliti juga mempersiapkan kartu berupa pertanyaan dan jawaban mengenai cuaca untuk menerapkan model pembelajaran Make A Match dalam kegiatan inti.

b. Pelaksanaan Tindakan 1) Pertemuan I

  Pembelajaran pada pertemuan I dilakukan pada tanggal 24 Maret 2015. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan I meliputi:

  Kegiatan Awal

  Pada kegiatan awal yang dilakukan guru adalah mengucapkan salam, berdoa, mengecek kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa.Setelah itu siswa menjawab apersepsi sebagai awal komunikasi guru sebelum melaksanakan pembelajaran inti dengan mengajukan pertanyaan “Bagaimana cuaca hari ini?. Kemudian, guru menyampaikan tujuan pembelajaran pertemuan

  I dan guru menyampaikan materi yang akan dibahas hari ini yaitu tentang cuaca. Selajutnya, Guru memberi motivasi kepada siswa agar semangat dalam mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan.

  Kegiatan Inti

  Pada kegiatan inti, Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang Cuaca. Kemudian siswa menyebutkan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan cuaca. Guru menampilkan alat peraga (gambar berbagai macam kondisi cuaca).Dengan media gambar berbagai macam kondisi cuaca, guru meminta siswa untuk menyebutkan kondisi cuaca apa yang sesuai dengan gambar yang telah disediakan guru.Guru menampung jawaban- jawaban siswa terkait dengan gambar kondisi cuaca.Guru membenarkan jawaban siswa terkait dengan gambar kondisi cuaca jika kurang tepat.Guru menjelaskan materi tentang kondisi cuaca yang ada disekitar kita.Siswa mencatat di buku catatan siswa masing-masing tentang contoh kondisi cuaca yang telah dijelaskan oleh guru.

  Kegiatan berikutnya guru menyiapkan sedotan berwarna untuk menentukan pasangan dalam kelompok (2 kelompok).Jika semua siswa telah mendapatkan sedotan, guru mengarahkan pada semua siswa untuk berpasangan sesuai dengan warna kartu yang dipilih.Guru menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban. Siswa yang mendapatkan kartu soal adalah siswa yang mendapatkan sedotan warna hijau dan yang mendapatkan kartu jawaban adalah siswa yang mendapatkan sedotan warna merah.Setiap siswa mendapatkan satu kartu.Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban).Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu akan diberi poin. Jika waktu sudah habis. Bagi siswa yang belum menemukan pasangan, meminta mereka untuk berkumpul tersendiri.Setelah semua siswa mendapatkan jawaban dari kartunya, guru bersama siswa mencocokkan apakah jawaban yang dipilih sudah benar. Guru meminta siswa yang belum mendapatkan jawabannya akan diberi hukuman. Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal yang ada di LKS yang berkaitan dengan keadaan cuaca.Setelah siswa mengerjakan soal yang ada di LKS, guru bersama siswa membahas bersama soal yang telah dikerjakan siswa.

  Kegiatan Akhir

  Pada kegiatan akhir, siswa bersama dengan guru membuat rangkuman dari kegiatan pembelajaran yang telah dipelajari. Siswa juga diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum jelas dan untuk mengakhiri pelajaran hari ini, guru mengucapakaan salam penutup.

2) Pertemuan II

  Pembelajaran pada pertemuan II dilakukan pada tanggal 26 Maret 2015. Kegiatan yang dilakukan paada pertemuan II meliputi :

  Kegiatan Awal

  Pada kegiatan awal yang dilakukan guru adalah mengucapkan salam, berdoa, mengecek kehadiran siswa dan menanyakan kabar siswa. Setelah itu siswa menjawab apersepsi sebagai awal komunikasi guru sebelum melaksanakan pembelajaran inti dengan mengajukan pertanyaan “Bagaimana cuaca hari ini?. Kemudian, guru menyampaikan tujuan pembelajaran pertemuan II dan guru menyampaikan materi yang akan dibahas hari ini yaitu tentang cuaca. Selajutnya, Guru memberi motivasi kepada siswa agar semangat dalam mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan.

  Kegiatan Inti

  Pada kegiatan inti, Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang Cuaca. Kemudian siswa mengidentifikasi kondisi cuaca, misalnya berawan, cerah, panas, dingin, dan hujan. Guru menampilkan alat peraga (gambar berbagai macam kondisi cuaca). Dengan media gambar berbagai macam kondisi cuaca, guru meminta siswa untuk menyebutkan kondisi cuaca apa yang sesuai dengan gambar yang telah disediakan guru. Guru menampung jawaban-jawaban siswa terkait dengan gambar kondisi cuaca. Guru membenarkan jawaban siswa terkait dengan gambar kondisi cuaca jika kurang tepat. Guru menjelaskan materi tentang kondisi cuaca yang ada disekitar kita. Siswa mencatat di buku catatan siswa masing-masing tentang contoh kondisi cuaca yang telah dijelaskan oleh guru.

  Kegiatan berikutnya Guru meminta kelompok untuk presentasi. kelompok lain memberikan tanggapan. guru memberikan konfirmansi tentang kebenaran pasangan tersebut. Siswa yang sudah mendapat jawabannya mempresentasikan hasilnya dengan pasangannya di depan kelas secara bergantian.Siswa yang lain menanggapi dengan bertanya, berpendapat, menyanggah, dan memberikan komentar.Pada saat siswa mempresentasikan hasil diskusinya, guru melakukan konfirmasi tentang kebenaran pasangan tersebut.Apabila satu kelompok sudah selesai peresentasi, lanjutkan ke kelompok lain sampai semua kelompok presentasi.Pada akhir presentasi, kelompok memberi kesimpulan dan guru memberikan tambahan penjelasan.Setelah semua kelompok selesai presentasi, Guru memberikan sebuah permain supaya tidak jenuh.Setelah permainan selesai. Guru memberikan soal evaluasi secara individu .Siswa secara individual mengerjakan soal tes yang diberikan oleh guru.Siswa mengumpulkan hasil tes kepada guru.Hasil tes siswa dikoreksi secara bersama oleh guru dan siswa.Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

  Kegiatan Akhir

  Pada kegiatan akhir, siswa bersama dengan guru membuat rangkuman dari pembelajaran yang telah dipelajari. Siswa juga diberi kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum jelas dan untuk mengakhiri pelajaran hari ini, guru mengucapkan salam.

c. Observasi Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi.

  Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati aktivitas guru, aktivitas siswa, dan aktivitas pembelajaran menggunakan model Make a Match dengan media gambar. Rangkuman hasil observasi siklus I adalah sebagai berikut:

  1) Hasil observasi siklus I pertemuan pertama adalah motivasi guru dalam melaksanakan pembelajaran model Make A Match dengan media gambar menunjukkan bahwa: penjelasan yang disampaikan guru masih terlalu cepat sehingga pemahaman siswa tentang materi pelajaran kurang maksimal. Guru kurang memberikan rangsangan kepada siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya.

  Pengelolaan waktu yang digunakan masih relatif lama. Aktivitas siswa masih terlihat kurang aktif, masih terlihat adanya siswa yang diam dan mengantuk terutama siswa yang duduk di bangku paling belakang. Masih ada siswa yang pasif dan bingung dalam kegiatan mencari pasangan, mungkin karena mereka belum memahami proses pembelajaran dengan model Make A Match. 2)

  Hasil observasi pada siklus I pertemuan ke-2 adalah motivasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran model Make a Match dengan media gambar menunjukkan bahwa aktivitas guru lebih baik dari sebelumnya. Guru sudah mencoba memberikan rangsangan kepada siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat. Aktivitas siswa sudah terlihat bersemangat dalam pembelajaran. Siswa terlihat lebih aktif ketika mencari pasangan kartunya. Masih ada siswa perempuan yang malu ketika mencocokkan kartunya dengan siswa laki-laki. Suasana kelas terasa gaduh dan siswa saling berebut untuk dapat lebih dulu mendapatkan pasangan kartunya. Pembagian kartu secara acak mengakibatkan waktu yang dibutuhkan untuk mencocokkan kartu pasangan relatif lama.

  3) Hasil Belajar IPA

  Setelah melakukan pembelajaran siklus I nilai yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPA dengan menerapkan model

  Make a Match

  dengan Media Gambar dapat meningkat. Hal ini dapat

  • – 59 2 6,06%

  • – 69 3 9,09%
  • – 79 15 45,45%
  • – 89 11 33,33%
  • – 100 3 9,09%
  • – rata

  50 Nilai Tertinggi

  75,1 Nilai Terendah

  70 Rata

  Jumlah Siswa 33 100% KKM

  90

  5

  80

  4

  70

  3

  60

  2

  50

  1

  No Interval Nilai Banyaknya Siswa Persentase(%)

Tabel 4.4 Analisis Nilai Tes Formatif Siklus I

  dilihat dari hasil tes formatif yang dikerjakan siswa pada akhir pembelajaran siklus I pada tabel 4.4 berikut ini:

  90 Dari tabel 4.2 dapat dilihat hasil belajar IPA pada siklus I dari 33 siswa yang belum tuntas sebanyak 5 siswa, sedangkan siswa yang sudah tuntas sebanyak 28 siswa. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 90 dan nilai terendah adalah 50. Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.3 dapat dilihat pada diagram 4.3 berikut ini:

  Hasil Belajar Siklus I

  10

  5 Belum Tuntas Tuntas

  4

  

3

  2

  1

  90

  80

  

70

  60

  50

  18

  16

  14

  12

  8

  Diagram 4.4 Hasil Belajar Pada Siklus I

  6

  4

  2

  3

  11

  

15

  3

  2

  • – 59
  • – 69
  • – 79
  • – 89
  • – 100

  Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa pada siklus I, siswa yang mendapatkan nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) atau yang belum tuntas adalah 5 siswa dengan presentase 15,15%, sedangkan siswa yang sudah yang mencapai KKM atau sudah tuntas adalah 28 siswa dengan presentase 84,85%. Ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada diagram 4.2 berikut:

  2 Belum Tuntas 5 15,15% Jumlah 33 100%

  1 Tuntas 28 84,85%

  No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Presentase (%)

Tabel 4.5 Ketuntasan Belajar IPA pada Siklus I

  Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) data hasil perolehan nilai pada siklus I dapat dilihat dari tabel 4.5 berikut ini:

  Ketuntasan Nilai Pada Siklus I Tuntas Belum

  Tuntas

Diagram 4.5

Ketuntasan Nilai pada Siklus I

  Berdasarkan diagram 4.4 menunjukkan bahwa masih terdapat 15,15% siswa yang belum mencapai KKM. Maka dari itu, peneliti akan mengadakan perbaikan dan pemantapan pada siklus II.

4.1.3.4 Angket motivasi belajar siswa

  Angket ini digunakan untuk mengetahui prosentase motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

  Make A Match

  dalam pembelajaran materi cuaca. Instrumen peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran IPA materi cuaca dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dengan tipe pilihan yang berisi pertanyaan yang dilengkapi dengan jawaban berskala likert. Pada siklus I motivasi belajar siswa dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.4 Hasil Angket Motivasi Siswa Mata Pelajaran IPA Kelas III SD N Tlogo Tahun 2014/2015 pada Siklus I

  No Variabel Indikator Prosentase

  1 Motivasi Tekun dalammenghadapitugas 76,75% Belajar Uletdalammenghadapikesulitan 76,50%

  Menunjukkan minat 76,49 % Senangbekerja mandiri 76,67 % Cepatbosanpadatugas-tugas rutin 77,45 % Dapatmempertahankanpendapatnya 76,32 % Tidakmudahmelepashalyangdiyakiniitu 76,00 % Senangmencaridanmemecahkanmasalahs 74,73 % oal-soal

  Rata-rata 76,37 % Berdasarkan tabel 4.4 observasi terhadap motivasi belajar 33 siswa kelas

  III SD N Tlogo pada siklus I diperoleh prosentase motivasi siswa meningkat dari 37,05 prosentase pada pra siklus menjadi 76,37 pada pembelajaran siklus I. Dalam kriteria penilaian motivasi siswa dengan skor diatas termasuk dalam kategori cukup baik.

4.1.3.5 Refleksi

  Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan penelitian dan diskusi dengan teman sejawat pada siklus I yang menerapkan model Make a Match dengan media gambar diperoleh hasil peningkatan hasil belajar IPA, tetapi masih terdapat 15,15% siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM=70). Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai siswa pada kondisi awal, siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 18 siswa atau sebesar 54,5% dan siswa yang sudah dan nilai terendah 40. Sedangkan pada siklus I nilai siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 28 siswa atau sebesar 84,85% dan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 5 siswa atau sebesar 15,15% dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 50.

  Dari pelaksanaan pembelajaran siklus I melalui penerapan model Make a

  Match

  dengan media gambar, diperoleh beberapa hal yang perlu diperbaiki untuk siklus berikutnya, yaitu: a)

  Pembagian kartu soal dan kartu jawaban secara acak mengakibatkan siswa bingung dan kesulitan mencari pasangannya, mungkin karena siswa masih kurang memahami model Make a Match, hal itu mengakibatkan waktu yang digunakan relatif lama atau penelolaan waktu kurang optimal.

  b) Guru kurang memberikan rangsangan kepada siswa agar lebih berani bertanya atau menjawab pertanyaan mengenai materi yang diajarkannya.

  c) Siswa masih terlihat malu dan canggung ketika mempresentasikan hasil mencocokkan kartu mereka di depan kelas.

  Dari hasil refleksi siklus I perlu diadakan perbaikan pada siklus II. Hasil refleksi siklus I sebagai acuan untuk merencanakan pelaksanaan tindakan siklus

  II.

4.1.4 Siklus II

4.1.4.1 Perencanaan

  Perencanaan pada siklus II adalah memperbaki kekurangan yang ada pada siklus I dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan dalam siklus II. Sebelum melakukan tindakan pada siklus II persiapan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1)

  Peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus II dengan materi Hubungan keadaan awan dengan cuaca. Peneliti berdiskusi dengan teman sejawat, hal ini dilakukan agar guru kelas sebagai pelaksana pembelajaran dapat melaksanakan rencana yang telah disusun peneliti dengan baik. 2)

  Peneliti mempersiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi dan alat peraga berupa kartu-kartu soal dan jawaban untuk menerapkan model Make a Match dalam kegiatan inti, serta mempersiapkan gambar mengenai hubungan antara keadaan awan dengan cuaca.

4.1.4.2 Pelaksanaan

  Pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II dalam menerapkan model

  Make a Match

  dengan media gambar dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan sesuai jadwal pelajaran IPA kelas III pada hari selasa dan kamis, tanggal 31 bulan maret dan 2 bulan april 2015. Pokok bahasan yang akan dipelajari adalah Hubungan antara keadaan awan dengan cuaca, serta hubungannya dengan kehidupan sehari- hari. Adapun tahapan pelaksanaan pembelajaran siklus II penerapan model Make

  a Match

  dengan media gambar adalah sebagai berikut:

1) Pertemuan I

  Pertemuan I dilaksanakan pada hari Selasa 31 Maret 2015 jam pelajaran ke 5-6 Pada pertemuan ini guru menyampaikan materi pelajaran IPA mengenai Hubungan antara keadaan awan dan cuaca. Sebelum proses belajar mengajar berlangsung guru membimbing siswa dan memotivasi siswa untuk masuk ke dalam materi yang akan diajarkan. Guru menanyakan materi apa saja yang sudah dipelajari pada pertemuan yang lalu, kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

  Guru menunjukkan kepada siswa gambar simbol-simbol kondisi cuaca (gambar ditempel di papan tulis). Guru meminta kepada siswa untuk menyebutkan berbagai kondisi cuaca yang terjadi dilingkungan kita berdasarkan gambar yang ada. Guru membenarkan jawaban siswa terkait dengan gambar simbol kondisi cuaca jika kurang tepat. Guru menjelaskan materi tentang simbol-simbol kondisi cuaca beserta tujuan dari adanya ramalan cuaca.

  Kegiatan inti dalam pembelajaran menerapkan langkah-langkah model Make a

  Match

  , sebagai berikut:

  a) Guru menyiapkan kartu berisi soal-soal yang berhubungan dengan materi simbol-simbol kondisi cuaca serta tujuan ramalan cuaca dan sebagian kartu yang lain adalah kartu jawaban. b) Guru membagikan kartu tersebut kepada siswa, setiap siswa mendapatkan satu kartu (kartu soal/kartu jawaban).

  c) Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

  d) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban).

  e) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu akan diberi poin.

  f) Masing-masing pasangan soal dan jawaban menunjukkan hasil diskusinya di depan kelas.

  g) Setelah semua siswa mendapatkan jawaban dari kartunya, guru bersama siswa mencocokkan apakah jawaban yang dipilih sudah benar.

  h) Guru menanyakan kepada siswa tentang materi yang belum jelas.

i) Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi pembelajaran.

  j) Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu giat belajar.

2) Pertemuan II

  Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari kamis, 2 April 2015 pada jam 1-

  2. Pada pertemuan ini guru menyampaikan materi mengenai pengaruh cuaca terhadap kegiatan manusia. Sebelum proses belajar berlangsung guru membimbing siswa dan memberikan motivasi kepada siswa untuk masuk ke dalam materi yang akan diajarkan. Guru bertanya kepada siswa materi apa saja yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai mengenai pengaruh cuaca terhadap kegiatan manusia. Kegiatan inti dalam pembelajaran menerapkan langkah-langkah model Make a Match, sebagai berikut: a)

  Guru menyiapkan kartu berisi soal-soal yang berhubungan dengan materi pengaruh cuaca terhadap kegiatan manusiadan sebagian kartu yang lain adalah kartu jawaban.

  b) Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada siswa, setiap siswa mendapatkan satu buah kartu (kartu soal atau kartu jawaban). Siswa yang mendapat kartu soal diminta maju ke depan kelas.

c) Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

  d) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban).

  e) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu akan diberi poin.

  f) Masing-masing pasangan soal dan jawaban menunjukkan hasil diskusinya di depan kelas.

  g) Jika siswa tidak dapat mencocokan kartunya dengan benar maka, akan mendapatkan hukuman yang telah disepakati bersama.

  h) Dengan bimbingan guru, bersama-sama siswa mencocokan hasil kerja yang telah dilakukan. i)

  Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami siswa. j)

  Memberikan penguatan dan motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam bekerja sama dan giat belajar. k) Di akhir pembelajaran, guru memberikan soal evaluasi kepada siswa.

4.1.4.3 Observasi

  Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati aktivitas guru, aktivitas siswa dan aktivitas pembelajaran menggunakan model Make a Match dengan media gambar. Rangkuman hasil observasi siklus II adalah sebagai berikut:

  1) Hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus II pertemuan ke-1 adalah aktivitas guru, aktivitas siswa dan proses pelaksanaan pembelajaran menerapkan model Make a Match dengan media gambar menunjukkan bahwa: guru memberikan rangsangan dan motivasi yang lebih untuk menumbuhkan semangat siswa dalam pembelajaran, menggunakan waktu secara efisien, membagi kelas menjadi dua kelompok (kelompok pemegang kartu soal dan kelompok pemegang kartu jawaban) bertujuan agar kelas tidak terlalu gaduh, siswa terlihat lebih aktif dibandingkan dengan siklus I, siswa lebih berani mengungkapkan pendapat dan menjawab pertanyaan yang diberikan guru, siswa perempuan lebih terbiasa dalam berinteraksi dengan siswa laki-laki serta siswa saling bekerja sama dan terlibat aktif dalam pembelajaran. 2)

  Hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus II pertemuan ke-2 adalah aktivitas guru, aktivitas siswa dan proses pelaksanaan pembelajaran menerapkan model Make a Match dengan media gambar menunjukkan bahwa: rencana yang dirancang sebelum pelaksanaan kegiatan siklus II dilaksanakan guru dengan sangat baik, guru lebih meningkatkan interaksi dengan siswa, baik siswa yang berada di bagku paling belakang, kegiatan pembelajaran dengan model Make a Match membuat siswa terlihat lebih antusisas dalam menerima materi pelajaran, siswa lebih percaya diri dan berani dalam mengungkapkan pendapatnya. 3)

  Hasil Belajar IPA Pada siklus II nilai yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPA dengan menerapkan model Make a Match dengan media gambar dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.7 Analisis Nilai Tes Formatif Siklus II

  No Interval Nilai Banyaknya Siswa Presentase (%)

  1

  60 2 6,06%

  • – 69

  2

  70 10 30,30%

  • – 79

  3

  80 12 36,37%

  • – 89

  4

  90 9 27,27%

  • – 100 Jumlah Siswa

  33 100% KKM

  70 Rata

  80

  • – rata Nilai Terendah

  67 Nilai Tertinggi 100 Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dengan menerapkan model Make a

  Match dengan Media Gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III pada siklus II, dari 33 siswa yang belum tuntas sebanyak 2 siswa, sedangkan siswa yang sudah tuntas sebanyak 31 siswa. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 100 dan nilai terendah yang diperoleh adalah 67. Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.5 dapat dilihat pada diagram 4.5 berikut ini:

  Diagram 4.7 Hasil Belajar pada Siklus II

  10

  4 Jumlah Siswa Belum Tuntas

  3

  2

  1

  40

  35

  30

  25

  20

  15

  5

  Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM >70) data hasil perolehan nilai pada siklus II dapat dilihat dari tabel 4.6 berikut ini:

  33

  

9

  12

  10

  2

  II, siswa yang mendapatkan nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) atau yang belum tuntas adalah 2 siswa atau sebesar 6,06%, sedangkan siswa yang sudah mencapai KKM atau sudah tuntas adalah 31 siswa atau sebesar

  Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa pada siklus

  2 Belum Tuntas 2 6,06% Jumlah 33 100%

  1 Tuntas 31 93,94%

  No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Presentase (%)

Tabel 4.7 Ketuntasan Belajar IPA pada Siklus II

  Tuntas Hasil Belajar Pada Siklus I

  93,94%. Presentase ketuntasan belajar siswa sikuls II dapat dilihat pada diagram 4.6 berikut ini:

  Ketuntasan Belajar IPA pada Siklus II 6,06% Belum

  Tuntas Tuntas 93,94

  

Diagram 4.7

Ketuntasan Nilai pada Siklus II

  Berdasarkan diagram 4.6 dapat dilihat bahwa dengan menerapkan model Make a Match dengan Media Gambar hasil belajar siswa meningkat secara signifikan, presentase ketuntasan hasil belajar IPA kelas III sebesar 93,94% dan presentase siswa belum tuntas sebesar 6,06%.

4.1.4.4 Angket motivasi belajar siswa

  Angket ini digunakan untuk mengetahui pendapat siswa tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dalam pembelajaran materi meramalkaan keadaan cuaca dan pengaruh cuaca terhadap kegiatan manusia pada siklus II. Pada siklus II motivasi belajar siswa dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.6 Hasil Angket Motivasi Siswa Mata Pelajaran IPA Kelas III SD N Tlogo Tahun 2014/2015 pada Siklus II

  No Variabel Indikator Prosentase

  1 Motivasi Tekun dalammenghadapitugas 88,42 % Belajar Uletdalammenghadapikesulitan 87,34 %

  Menunjukkan minat 87,00 % Senangbekerja mandiri 88,34 % Cepatbosanpadatugas-tugas rutin 88,72 % Dapatmempertahankanpendapatnya 89,36 % Tidakmudahmelepashalyangdiyakiniitu 87,17 % Senangmencaridanmemecahkanmasalahs 88,91 % oal-soal

  Rata-rata 88,21 % Berdasarkan tabel 4.6 observasi terhadap motivasi belajar 33 siswa kelas III SD

  N Tlogo pada siklus II diperoleh prosentase motivasi belajar siswa meningkat dari 76,37 pada siklus I menjadi 88,21 pada siklus II. Dalam kriteria penilaian motivasi belajar persentasi motivasi belajar pada kriteria sangat baik.

4.1.4.5 Refleksi

  Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan penelitian dan diskusi dengan teman sejawat pada siklus II yang menerapkan model Make a Match dengan media gambar telah terjadi peningkatan hasil belajar IPA yang baik. Hal ini dapat dilihat pada siklus II perolehan nilai siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 31 siswa atau sebesar 93,94%, dan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 2 siswa atau sebesar 6,06% dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 67.

  Dari nilai hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I dan siklus II, siswa sudah mencapai KKM meningkat yang semula 15 siswa menjadi 31 siswa hal tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu 80%. Siswa sudah terlihat lebih aktif, pembagian siswa dalam kelompok terbukti lebih efisien dan efektif, suasana pembelajaran lebih kompetitif namun menyenangkan sehingga meningkatkan pemahaman materi dan hasil belajar. Dari hasil tersebut peneliti tidak melanjutkan pada siklus berikutnya.

4.2 Hasil Analisis Data Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

  40

  Prosentase Motivasi Belajar

  90 pra siklus siklus 1 siklus 2

Prosentase Motivasi Belajar

  80

  70

  60

  50

  Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari Motivasi Belajar dan Hasil Belajar IPA kelas III pada pra siklus, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan. Kenaikan data-data dari hasil pembelajaran IPA pada kondisi awal, siklus I, siklus II dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini:

  Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa

  20

  10

  Diagram 7 Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa

  Belajar 1 pra siklus 37,05 2 siklus 1 76,37 3 siklus 2 88,21

  Siswa Prosentase Motivasi

  No Motivasi Belajar

  30 Keterangan: Prosentase motivasi belajar siswa yang dilakukan siswa siklus 1 mencapai 76,37 dengan kategori cukup baik. Hal ini sebagai bukti bahwa ada perubahan pada motivasi belajar siswa jika dibandingkan dengan aktivitas pra siklus yang belum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Matchdengan prosentase 37,05 saja. Pada siklus 2 motivasi belajar siswa mengalami peningkatan. Bukti dari peningkatan tersebut adalah dengan ketercapaian rata-rata aktivitas belajar siswa yang semula 76,37 pada siklus 1 menjadi 88,21 pada siklus 2 dengan kategori sangat baik.

Tabel 4.7 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Antara

  

Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

No Ketuntasan Belajar Pra Siklus Siklus I Siklus II

  1 Tuntas

  15 28 31`

  2 Belum Tuntas

  18

  5

  2 Jumlah

  33

  33

  33 Dari tabel 4.7 perbandingan ketuntasan siswa dapat dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran IPA, sebelum dilakukan tindakan jumlah siswa yang mencapai KKM hanya 15 siswa dan 18 siswa belum mencapai KKM, setelah dilakukan tindakan siklus I jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 28 siswa dan 5 siswa belum mencapai KKM, pada tindakan siklus II jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 31 siswa dan 2 siswa belum mencapai KKM. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menerapkan model Make a Match dengan Media Gambar dapat meningkatakan hasil belajar siswa. Berdasarkan tabel 4.7 maka perbandingan antara siswa tuntas dan siswa yang belum tuntas dapat dilihat pada diagram 4.7 sebagai berikut:

  35

  30

  25 Tuntas

  18

  20 Tidak

  15 Tuntas

  10

  5

  5

  2

  pra siklus Siklus II Siklus I

  

Diagram 4.7 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada

Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

  Untuk mengetahui presentase ketuntasan hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I, dan Siklus II dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini:

Tabel 4.8 Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada

  

Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

No Tindakan Prosentase Tuntas Belum Tuntas

  1 Pra Siklus 45,5% 54,5%

  2 Siklus I 84,85% 15,15%

  3 Siklus II 93,94% 6,06% Dari tabel 4.8 dapat dilihat presentase ketuntasan pada pra siklus sebelum dilakukan tindakan sebesar 45,5%, pada siklus I presentase ketuntasan meningkat menjadi 84,85% dan siklus II presentase ketuntasan meningkat menjadi 87,88%. Berdasarkan tabel ketuntasan hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dijabarkan dalam diagram 4.8 berikut ini:

  93,94% 100,00% 84,85% 90,00%

  80,00% Tuntas

  70,00% 54,50% 60,00%

  Belum 45,50% 50,00%

  Tuntas 40,00% 30,00%

  15,15% 20,00% 6,06% 10,00%

  0,00% Pra Siklus

  Siklus I Siklus II

  Diagram 4.8 Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

  Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa penerapan model Make a Match pada mata pelajaran IPA kelas III di SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang materi tentang “Cuaca” motivasi belajar siswa mengalami peningkatan yang diperoleh siswa dari Pra Siklus, Siklus I, Siklus II. Hal ini dapat dilihat pada Pra Siklus Prosentase motivasi belajar siswa hanya 37,05 dalam kategori kurang. Pada Siklus I prosentase motivasi belajar siswa di siklus 1 yang mencapai angka 76,37 dalam kategori cukup baik. Dan prosentase motivasi belajar siswa di siklus II yang mencapai angka 88,21 dalam kategori sangat baik. peningkatan hasil belajar IPA yang diperoleh siswa dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Hal ini dapat dilihat dari pra siklus nilai ulangan IPA, siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM=70) sebanyak 15 siswa atau sebesar 45,5%, sedangkan siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyak 18 siswa atau sebesar 54,5%. Nilai tertinggi yang berhasil diperoleh siswa adalah 80 dan nilai terendah adalah 40 dengan nilai rata-rata kelas sebesar 60. Pada siklus I perolehan nilai siswa yang mencapai KKM sebanyak 28 siswa atau 84,85%, sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 5 siswa atau sebesar 15,15% . Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 90 dan nilai terendah yang diperoleh adalah 50 dengan nilai rata-rata kelas sebesar 75,1. Sedangkan pada siklus II siswa yang mencapai KKM sebanyak 31 siswa atau sebesar 93,94% dan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 2 siswa atau sebesar 6,06% dikarenakan mereka tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik, ramai sendiri, tidak memperhatikan guru saat mengajar. Tapi mungkin saja mereka daya ingatnya masih dibawah rata-rata dan kurangnya perhatian dari orang tuannya. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100 dan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 67 dengan nilai rata-rata kelas sebesar 80.

  Peneliti melakukan observasi terhadap siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Ketika proses belajar mengajar berlangsung siswa tersebut terlihat kurang bersemangat mengikuti pembelajaran. Ketika guru mengajukan pertanyaan, siswa tidak menjawab/jawabannya asal-asalan. Siswa jarang mengajukan pertanyaan kepada guru mengenai pelajaran yang telah diajarkan, hal tersebut mengakibatkan guru tidak tahu apakah dia sudah memahami materi yang diajarkan atau belum. Guru kelas mengatakan bahwa siswa tersebut kurang fokus ketika pembelajaran berlangsung sehingga lambat dalam menerima materi pelajaran. Dari keterangan guru dan teman-temannya, orang tua siswa tersebut kurang memberikan perhatian khusus terhadap perkembangan pendidikannya. Selain itu, anak tersebut pernah tinggal kelas sebanyak 2 kali. Selain itu, ke 2 siswa tersebut dari siklus I dan siklus II tidak tuntas. Dengan demikian, pembelajaran yang menerapkan model Make a Match dengan media gambar terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPA.

  Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Rejeki

  “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Pada Mata

Pelajaran IPA Melalui Model Pembelajaran Make A Match di SDN 2 Segonwetan Semester II Tahun 2009/2010”.Selain itu penelitian ini juga sejalan

  dengan penelitian yang dilakukan oleh Edi Sukirso

  “Upaya Meningkatkan

Prestasi Belajar PKN Melalui Model Make A Match Pada Siswa Kelas III SD

Negeri 1 Kradenan Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011”.

  Tujuan penerapan model Make A Match dalam pembelajaran adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dan dapat menemukan sendiri konsep-konsep dari pembelajaran yang diajarkan sehingga ilmu yang didapat menjadi lebih bermakna dan bermanfaat dalam kehidupan anak dikemudian hari. Selain itu, aktivitas, komunikasi dan interaksi antar siswa terjalin dengan baik. Siswa merasa tidak bosan dengan suasana pembelajaran, karena model Make A Match membantu siswa memahami materi pelajaran yang diberikan guru sambil bermain. Siswa dapat membangun konsep sendiri mengenai materi yang mereka pelajari dengan cara berdiskusi dan bekerja sama untuk menemukan soal maupun jawaban yang mereka pegang. Sehingga dari kondisi tersebut hasil belajar siswa dapat meningkat.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Motivasi Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Think Pair Share Siswa Kelas 4 SD Negeri 1 Potronayan Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Motivasi Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Think Pair Share Siswa Kelas 4 SD Negeri 1 Potronayan Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 63

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Make A Match Siswa Kelas 3 SD Negeri Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajara

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Make A Match Siswa Kelas 3 SD Negeri Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajara

0 1 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Make A Match Siswa Kelas 3 SD Negeri Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajara

0 0 27

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH SISWA KELAS 3 SD NEGERI TENGARAN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2014 2015

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Make A Match Siswa Kelas 3 SD Negeri Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajara

0 0 55

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match dengan Media Gambar Siswa Kelas III SD N

0 0 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 IPA 2.1.1.1 Hakikat IPA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match dengan Media G

0 0 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian 1. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mak

0 0 25