Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Make A Match Siswa Kelas 3 SD Negeri Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Pada ulangan formatif dengan materi energi, hasil belajarnya masih kurang (di bawah KKM 70).

  Dengan penggunaan metode ceramah yang dilakukan guru selama ini pada mata pelajaran IPA, maka siswa-siswi di SD Negeri Tengaran kurang memahami materi. Maka dengan menerapkan model pembelajaran

  Make a Match

  dalam pembelajaran IPA di SD Negeri Tengaran, siswa-siswi dapat melakukan dan mengeluarkan pendapat secara langsung. Hasil observasi awal di SD Negeri Tengaran Kecamatan Tengaran

  Kabupaten Semarang, pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas guru mengajar dengan menggunakan metode ceramah. Guru cenderung mentransfer ilmu kepada siswa, guru lebih aktif daripada siswa sehingga siswa dalam pembelajaran tidak bermakna dan mengakibatkan hasil belajar rendah.

  Penelitian ini berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang nantinya akan digunakan untuk meningkatkan hasil belajar. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus dengan dua kali pertemuan pada setiap siklusnya dan tiap pertemuan masing-masing 2 x 35 menit. Setiap siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

  Siklus pertama pertemuan 1 dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2015 dari siswa kelas 3 yang berjumlah 47 siswa, membahas materi energi. Pada pertemuan 2 tanggal 20 Maret 2015 dilakukan dengan tujuan untuk perbaikan hasil agar maksimal. Siklus II pertemuan 1 dilaksanakan pada siswa yang memahami dan menguasai materi energi pada pembelajaran IPA hanya 36,17 %, maka peneliti berusaha mengadakan perbaikan yang dilaksanakan selama 2 siklus.

4.2 Deskripsi Kondisi Pra Siklus

  Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Tengaran terletak di Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Sebelum pelaksanaan Siklus 1 dan Siklus 2 terlebih dahulu peneliti melakukan observasi awal dengan tujuan untuk mengetahui keaktifan dan tingkat keberhasilan siswa atau hasil belajar IPA. Observasi dilakukan pada saat guru kelas 3 mengajar mata

  pelajaran IPA dan mengamati aktivitas siswa selama PBM berlangsung. Setelah melakukan observasi, peneliti meminta hasil ulangan harian IPA pada guru kelas.

4.2.1 Keaktifan

  Kondisi awal keaktifan merupakan keadaan siswa sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 3 SD Negeri Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2014 / 2015 yang berjumlah 47 siswa pada pembelajaran

  IPA, terlihat bahwa keaktifan siswa masih rendah dan cenderung pasif. Hal ini bisa terlihat dari hasil observasi pada saat guru sedang mengajar, siswa tidak mendengarkan guru yang sedang mengajar tetapi mereka mengobrol dengan teman. Setiap diberi pertanyaan, kurang dari 10 siswa yang berani menjawab pertanyaan dari guru. Demikian juga, setiap diberi kesempatan bertanya, hanya satu atau dua siswa yang berani untuk bertanya.

  Hal tersebut juga terjadi pada saat guru sedang menjelaskan materi pembelajaran, siswa tidak konsentrasi dalam belajar atau ia melamun dalam mengikuti pelajaran. Disamping itu siswa kurang aktif dan cenderung santai dalam pembelajaran, dimana saat berkelompok, selalu ada siswa yang kurang aktif dan cenderung santai. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru

4.2.2 Hasil Belajar

  Pembelajaran IPA siswa kelas 3 SD Negeri Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang pada kondisi pra siklus ini, menggunakan metode ceramah dimana siswa hanya menjadi pendengar sehingga sering timbul kebosanan siswa dalam belajar. Hal ini menunjukkan hasil belajar yang belum memuaskan, yaitu masih ada 30 siswa atau 63,83 % siswa yang belum tuntas, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan adalah 70. Untuk lebih jelasnya, nilai prasiklus dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Belajar Pra Siklus

  Nilai Frekuensi Keterangan Persentase

  17 Tuntas 36,17 % ≥ 70

  < 70

  30 Belum Tuntas 63,83 % Jumlah 47 100 %

  Jika dilihat dari hasil nilai prasiklus menunjukkan bahwa hasil belajar masih rendah, terbukti dari jumlah siswa 47 masih ada 30 siswa atau 63,83 % yang belum mencapai ketuntasan dan baru 17 siswa atau 36,17 % yang sudah mencapai ketuntasan atau mendapatkan nilai ≥ 70. Berikut disajikan grafik perolehan hasil belajar IPA siswa pada gambar 4.1

Gambar 4.1 Hasil Belajar IPA Pra Siklus

  Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.1 dapat dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.2 Persentase Ketuntasan Nilai Pra Siklus

  Pembelajaran saat prasiklus ini dilakukan dengan metode ceramah, dimana pada saat kegiatan inti guru menjelaskan materi, siswa mendengarkan. Pada saat guru mengadakan tanya jawab, sebagian besar

  5

  10

  15

  20

  25

  30

  35 ≥ 70 < 70

  Ju m lah S isw a Nila i Tuntas Belum Tuntas

  

36,17% 63,83% Tuntas Belum Tuntas Melihat kondisi tersebut, maka peneliti melakukan suatu tindakan dalam pembelajaran IPA tentang energi melalui model pembelajaran Make a

  Match . Make a Match adalah suatu model pembelajaran yang dapat menarik

  perhatian siswa sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa. Pada pembelajaran dengan model Make a Match siswa akan memperoleh satu kartu (kartu soal atau kartu jawaban) setelah itu mereka akan mencari pasangan dari kartu yang dipegangnya. Hal tersebut dapat membangkitkan keingintahuan siswa sehingga siswa termotivasi untuk berpikir.

4.3 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I

4.3.1 Rencana Tindakan

  Perencanaan dimulai dengan meminta izin kepada kepala sekolah untuk melakukan observasi di kelas 3 SD Negeri Tengaran. Setelah mendapat izin dari kepala sekolah, peneliti melakukan wawancara dan observasi di kelas 3, mengidentifikasi kebutuhan siswa, mencari kendala apa saja yang dialami guru dalam mengajar IPA, mengidentifikasi kondisi keaktifan belajar siswa di kelas, dan meminta data nilai hasil belajar IPA pada siswa kelas 3.

  Berdasarkan permasalahan yang dijumpai dalam observasi, peneliti menyiapkan teknik untuk melakukan perbaikan nilai IPA. Berikut ini persiapan yang dilakukan peneliti pada Siklus I adalah: a) Mempersiapkan silabus mata pelajaran IPA kelas 3 SD semester 2 pada pokok bahasan energi yaitu pada Kompetensi Dasar 4.2 Mendeskripsikan hasil pengamatan tentang pengaruh energi panas, gerak, getaran dalam kehidupan sehari-hari, b) Menyiapkan materi pelajaran dan sumber belajar yang akan digunakan, c) Menyusun RPP dengan menggunakan Make a Match, d) Menyiapkan sarana dan prasarana serta membuat media / alat peraga guna mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran, e) Menyiapkan lembar observasi, f) Membuat kisi-kisi soal evaluasi hasil belajar IPA, g) Melakukan uji coba

  Peneliti melakukan dua kali pertemuan dengan guru kelas untuk mengenalkan teknik pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian. Pertemuan pertama untuk menyerahkan silabus dan RPP, sedangkan pertemuan kedua untuk memantapkan kesiapan guru kelas dalam menerapkan Make a Match. Pada pertemuan ini guru dan peneliti melakukan sharing apa saja yang harus dilakukan oleh guru dan apa saja yang nantinya akan masuk dalam penilaian baik itu penilaian tertulis maupun penilaian dalam observasi. Hal ini dilakukan karena dalam penelitian guru kelas memiliki peran besar dalam mengontrol keterlaksanaan sintaks agar model

  Make a Match dapat digunakan sebagai upaya perbaikan nilai IPA siswa.

4.3.2 Pelaksanaan Tindakan

  Pelaksanaan pembelajaran Siklus I dilaksanakan pada bulan Maret 2015 di kelas 3 dengan jumlah siswa 47 mengacu pada RPP yang telah dipersiapkan dan disempurnakan, sehingga kesalahan atau kekurangan pada prasiklus tidak terulang pada Siklus I.

  Pelaksanaan tindakan Siklus I terdiri dari dua kali pertemuan, yaitu pertemuan 1 dan 2. Tiap pertemuan 2 jam pelajaran dengan alokasi waktu 2 x 35 menit, dimana pada pertemuan pertama adalah kegiatan pembelajaran dan pertemuan kedua untuk mengulang kembali sebagai penguatan konsep dan dilanjutkan dengan evaluasi pembelajaran. Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah menyusun RPP IPA beserta instrument penilaian terdiri dari kisi-kisi soal, butir soal, kunci jawaban dan kriteria penilaian, lembar observasi kegiatan pembelajaran, dan peraga berupa kartu soal dan kartu jawaban.

1) Pertemuan 1

  Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 19 Maret 2015, dimulai pada jam 09.00

  • – 10.10. Pada pertemuan ini guru membahas mengenai materi energi. Langkah-langkah pembelajaran

  a) Kegiatan Pendahuluan

  Pada kegiatan pendahuluan yang dilakukan guru adalah mengucapkan salam, berdoa, dan mempresensi kehadiran siswa. Setelah itu, siswa menjawab apersepsi dari guru dengan pertanyaan “Cuaca hari ini cerah. Matahari bersinar terik. Jika kalian berdiri di lapangan sana (sambil menunjuk lapangan), apa yang akan kalian rasakan?”. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran pertemuan 1 dan guru menyampaikan materi yang akan dibahas hari ini yaitu tentang energi.

  b) Kegiatan Inti

  Pada tahap awal kegiatan inti guru melakukan tanya jawab tentang pengertian energi. Kemudian guru menyiapkan alat peraga berupa lilin dan korek api. Guru menyalakan lilin tersebut dan menunjuk 4 siswa untuk maju ke depan. Siswa secara bergiliran mendekatkan tangannya ke lilin tersebut. Guru memberikan pertanyaan mengenai apa yang dirasakan setelah mendekatkan tangan mereka. Setelah itu, guru menjelaskan tentang macam-macam bentuk energi.

  Siswa dibagi menjadi 2 kelompok besar, kelompok satu menerima kartu soal dan kelompok satunya menerima kartu jawaban.Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartu yang dipegangnya.Setelah itu, setiap siswa membacakan kartu yang telah dicocokkannya dan menempel kartu tersebut pada tempat yang disediakan.Kemudian guru bersama siswa mencocokkan hasil kerja yang telah dilakukan oleh siswa.Selanjutnya guru bersama dengan siswa bertanya jawab mengenai pembelajaran hari ini.

  c) Kegiatan Penutup

  Pada kegiatan penutup guru bersama siswa membuat kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan.

2) Pertemuan 2

  Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat, 20 Maret 2015, dimulai pada jam 07.00

  • – 08.10. Pada pertemuan ini guru mengulang kembali materi energi. Langkah-langkah pembelajaran dengan model

  Make a Match

  adalah sebagai berikut :

  a) Kegiatan Pendahuluan

  Kegiatan pendahuluan dimulai dengan kegiatan berupa berdoa, presensi, kemudian guru mengadakan tanya jawab materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.

  b) Kegiatan Inti

  Guru menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban. Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada masing-masing siswa. Siswa memikirkan jawaban atas pertanyaan yang dipegangnya kemudian masing-masing siswa mencari pasangannya sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.Siswa menempelkan hasil kerjanya di tempat yang disediakan kemudian secara berpasangan membacakan hasil jawaban atas kartunya. Guru bersama dengan siswa mencocokkan hasil kerja siswa kemudian mengambil kesimpulan atas konsep materi yang telah dipelajari.

  c) Kegiatan Penutup

  Siswa mengerjakan soal evaluasi melalui tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda dengan 20 nomor soal.

4.3.3 Observasi

  Observer melakukan pengamatan terhadap guru dan siswa yang sedang melakukan kegiatan pembelajaran perbaikan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi akan dianalisis untuk memantau sejauh mana pengaruh upaya tindakan perbaikan terhadap tujuan pembelajaran yang diinginkan. Setelah kegiatan ini selesai kami melakukan pembelajaran berlangsung yang akan dijadikan dasar refleksi dan proses perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.

a. Aktivitas Guru

  8. Penggunaan bahasa

  Pengkategorian: 1) Aktivitas guru kurang jika nilai ≤ 72. 2) Aktivitas guru cukup jika nilai 73 – 92. 3) Aktivitas guru baik jika nilai 93 – 112. 4) Aktivitas guru sangat baik jika nilai 113 – 132.

  c.

  Skor maksimal aktivitas guru adalah 33 item x 4 = 132.

  b.

  Skor aktivitas guru pada Siklus I adalah 107.

  9. Penutup Berdasarkan tabel 4.2 mengenai aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran dapat dijelaskan bahwa: a.

  Hasil pengamatan aktivitas guru Siklus I dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini:

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I No. Indikator Total Skor Kriteria

  6. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa

  5. Pemanfaatan media pembelajaran / sumber belajar

  4. Pendekatan / strategi pembelajaran

  3. Penguasaan materi pembelajaran

  2. Membuka pembelajaran

  1. Pra pembelajaran 107 Baik

  7. Penilaian proses dan hasil belajar

b. Keaktifan

  Kondisi awal keaktifan siswa sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terlihat bahwa keaktifan siswa masih rendah. Setelah dilakukan tindakan Siklus I keaktifan siswa mengalami peningkatan. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer dan peneliti terhadap kegiatan siswa selama proses pembelajaran pada Siklus I antara lain guru sudah menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran Make a Match, terutama saat mencocokkan pasangan kartu yang dimiliki siswa serta member penjelasan mengenai kartu tersebut, siswa mulai antusias untuk mendengarkan penjelasan guru. Siswa yang berbicara sendiri atau mengganggu teman saat penjelasan guru mulai berkurang sehingga suasana kelas tidak ramai / gaduh. Siswa juga sudah cukup baik dalam melaksanakan diskusi kelompok serta terlihat ceria dalam mengikuti pelajaran.

  Pada tahap observasi ini peneliti menggunakan 6 indikator keaktifan belajar siswa menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 122) sebagai acuan untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa. Indikator keaktifan belajar siswa tersebut adalah: 1)

  Perhatian dan antusias siswa dalam mengikuti pelajaran yang memberikan pengalaman belajar kepada siswa untuk memperoleh dan menemukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan. 2)

  Kebebasan atau keleluasaan melakukan sesuatu hal tanpa tekanan dari guru atau pihak lainnya (kemandirian belajar). 3)

  Kegiatan yang melibatkan siswa untuk belajar langsung dari media / alat peraga yang diciptakan. 4)

  Kesediaan siswa dalam merespon dan menanggapi dalam proses pembelajaran.

  6) Kesiapan dan kesediaan siswa dalam mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

  Indikator yang pertama yaitu perhatian dan antusias siswa dalam mengikuti pelajaran yang memberikan pengalaman belajar kepada siswa untuk memperoleh dan menemukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer dan peneliti, siswa mulai antusias dan memperhatikan penjelasan dari guru. Namun masih ada beberapa siswa yang belum memperhatikan atau melamun saat kegiatan pembelajaran. Hal ini terlihat saat observer melihat wajah siswa, mereka terlihat memperhatikan tetapi tatapan matanya kosong. Saat ditanya, siswa tersebut tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan.

  Indikator kedua yaitu kebebasan atau keleluasaan melakukan sesuatu hal tanpa tekanan dari guru atau pihak lainnya (kemandirian belajar). Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer dan peneliti, siswa masih belum diberikan kebebasan dan keleluasaan dalam pembelajaran. Saat menyimpulkan hasil kegiatan, guru menyimpulkan sendiri hasil kegiatan dan langsung menuliskannya di papan tulis. Siswa belum diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat mereka. Selain itu guru juga belum memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

  Indikator ketiga yaitu kegiatan yang melibatkan siswa untuk belajar langsung dari media / alat peraga yang diciptakan. Hasil pengamatan yang dilakukan observer dan peneliti, siswa sudah terlibat langsung dengan media / alat peraga yang diciptakan berupa kartu berpasangan, namun masih ada beberapa siswa yang perlu dibimbing oleh guru karena siswa tersebut belum begitu mengerti dengan aturan permainan yang telah disampaikan oleh guru.

  Indikator keempat yaitu kesediaan siswa dalam merespon dan menanggapi dalam proses pembelajaran. Hasil pengamatan yang bertanya tentang materi yang sedang dijelaskan, sebagian siswa bersedia menjawab pertanyaan. Namun sebagian lagi lebih memilih untuk mengobrol dengan teman dan tidak berani untuk menjawab pertanyaan.

  Indikator kelima yaitu kesediaan siswa untuk mengerjakan tugas- tugas kelompok belajar yang ada dalam proses pembelajaran, dalam hal ini adalah kerjasama antar siswa. Hasil pengamatan yang dilakukan observer dan peneliti, siswa terlihat masih belum bisa bekerjasama dengan temannya. Saat kegiatan mencari pasangan kartu, siswa belum bisa tertib dalam mencari pasangan kartunya sehingga banyak waktu terbuang ketika proses pencarian tersebut, akibatnya masih ada beberapa siswa yang belum bisa menemukan pasangan kartunya.

  Indikator keenam atau indikator yang terakhir yaitu kesiapan dan kesediaan siswa dalam mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Hasil pengamatan yang dilakukan observer dan peneliti, siswa sudah bersedia mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Namun ada beberapa siswa yang tidak mau mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dengan alasan malu karena berpasangan dengan lawan jenis.

4.3.4 Hasil Tindakan

  Hasil belajar yang diperoleh dari Siklus 1 ditunjukkan melalui tabel 4.5 berikut ini. Berdasarkan tabel tersebut, menunjukkan distribusi ketuntasan hasil belajar IPA, 65,96 % dari seluruh siswa yang ada telah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM ≥ 70, sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 16 siswa atau 34,04 % dari seluruh siswa yang ada. Persentase peningkatan ketuntasan belajar siswa dari prasiklus ke Siklus 1 meningkat sebesar 29,79 %.

Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus I

  Nilai Frekuensi Keterangan Persentase

  ≥ 70

  31 Tuntas 65,96 % < 70

  16 Belum Tuntas 34,04 % Jumlah 47 100 %

  Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.2 dapat dilihat pada gambar 4.3

Gambar 4.3 Hasil Belajar IPA Siklus I Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.3 dapat dilihat pada gambar 4.4.

  5

  10

  15

  20

  25

  30

  35 ≥ 70 < 70

  Ju m lah S isw a Nilai Tuntas Belum Tuntas

Gambar 4.4 Persentase Ketuntasan Nilai Siklus I

  34,04% Tuntas Belum Tuntas 65,96%

  Berdasarkan gambar 4.2 dan 4.4 terdapat perbedaan perolehan nilai. Data menunjukkan adanya peningkatan belajar sebesar 29,79 %, yaitu dari sebelum perbaikan sebesar 36,17 % menjadi 65,96 %.

4.3.5 Refleksi

  Setelah mengimplementasikan RPP IPA pada Siklus I, selanjutnya diadakan refleksi dari kegiatan yang telah dilakukan berdasarkan pengamatan atau temuan dari observer dan hasil belajar IPA. Hasil pengamatan tindakan ini didiskusikan, dianalisis dan disimpulkan. Dari kesimpulan inilah, kemudian dipergunakan sebagai bahan perbaikan pada pelaksanaan tindakan Siklus II.

  Pembelajaran yang telah dilaksanakan, hasil belajar IPA sudah mengalami peningkatan, tetapi masih ada siswa yang nilainya masih di bawah KKM yang telah ditentukan yaitu 70. Pembalajaran IPA kelas 3 dengan kompetensi dasar mendeskripsikan hasil pemgamatan tentang Siklus I ini belum berhasil sesuai kriteria yang ditentukan karena ketuntasan belajar baru 65,96 %.

  Dalam proses pembelajaran sampai pelaksanaan evaluasi ada beberapa hal yang perlu perbaikan. Hal tersebut adalah belum semua siswa bisa menemukan pasangan kartu soal maupun jawaban, siswa ada yang berbicara sendiri dengan temannya, dan ada yang tidak mau bekerjasama dengan temannya. Hal ini dapat dilihat dari hasil kerjasama dan hasil pengerjaan soal dimana siswa yang memperoleh nilai di atas 70 ada 31 siswa dan yang mendapat nilai di bawah 70 ada 16 siswa.

  Dari hasil pelaksanaan tindakan, permasalahan-permasalahan yang muncul selama pembelajaran Siklus I adalah: (1)

  Masih ada siswa yang kurang berpartisipasi dalam kegiatan mencari pasangan. (2) Siswa masih belum bekerjasama dengan baik. (3)

  Siswa masih kebingungan tentang bagaimana cara melaksanakan langkah-langkah mencari pasangan. (4) Keberanian dalam menyampaikan pendapat masih kurang. (5)

  Masih terdapat beberapa siswa yang tidak mendengarkan penjelasan dari guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan observasi pada Siklus I, hal-hal yang diperlukan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya yaitu antara lain : (1)

  Memberikan teguran kepada siswa yang tidak bisa diajak kerja sama pada saat mencari kartu pasangan. (2)

  Memberikan penjelasan secara rinci aturan main dan batasan waktu sehingga siswa tidak kebingungan dan mampu mengimplementasikan perintah yang diberikan oleh guru. (3)

  Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami, ini dilakukan untuk melatih keberanian siswa dalam menyampaikan pertanyaan atau

4.4 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II

  4.4.1 Rencana Tindakan

  Pada Siklus II pelaksanaan memperhatikan kekurangan-kekurangan pada Siklus I dengan cara memperbaikinya, agar tidak terjadi lagi kendala- kendala yang dapat mengganggu proses belajar mengajar. Sebelum pelaksanaan tindakan pada Siklus II ini, peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya RPP, lembar evaluasi, lembar observasi, buku pembelajaran, serta ruang / lokasi yang akan digunakan yaitu di ruang kelas 3.

  4.4.2 Pelaksanaan Tindakan

  Pelaksanaan pembelajaran Siklus II dilaksanakan pada bulan Maret 2015 di kelas 3 dengan jumlah siswa 47 mengacu pada RPP yang telah dipersiapkan dan disempurnakan, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang pada Siklus II.

  Pelaksanaan tindakan Siklus II terdiri dari dua kali pertemuan, yaitu pertemuan 1 dan 2. Tiap pertemuan 2 jam pelajaran dengan alokasi waktu 2 x 35 menit, dimana pada pertemuan pertama adalah kegiatan pembelajaran dan pertemuan kedua untuk mengulang kembali sebagai penguatan konsep dan dilanjutkan dengan evaluasi pembelajaran. Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah menyusun RPP IPA beserta instrument penilaian terdiri dari kisi-kisi soal, butir soal, kunci jawaban dan kriteria penilaian, lembar observasi kegiatan pembelajaran, dan peraga berupa kartu soal dan kartu jawaban.

1) Pertemuan 1

  Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 26 Maret 2015, dimulai pada jam 09.00

  • – 10.10. Pada pertemuan ini guru membahas mengenai materi sumber energi dan menghemat energi. Langkah-langkah pembelajaran dengan model Make a Match adalah

  a) Kegiatan Pendahuluan

  Pada kegiatan pendahuluan yang dilakukan guru adalah mengucapkan salam, berdoa, dan mempresensi kehadiran siswa. Setelah itu, siswa menjawab apersepsi dari guru dengan pertanyaan “Energi apa yang dihasilkan oleh lampu tersebut? Darimana energi itu berasal? Pada siang hari lampu lebih baik dinyalakan atau dimatikan? Mengapa?”. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran pertemuan 1 dan guru menyampaikan materi yang akan dibahas hari ini yaitu tentang sumber energi dan menghemat energi.

  b) Kegiatan Inti

  Pada tahap awal kegiatan inti guru mengulang kembali macam-macam bentuk energi. Kemudian guru melakukan tanya jawab tentang pengertian sumber energy. Siswa diajak mengamati gambar petani yang sedang menjemur padi, orang bersepeda, kincir angin, dan perahu layar.Siswa mengemukakan pendapatnya tentang gambar tersebut. Guru menjelaskan sumber-sumber energi dan cara menghemat energi.

  Siswa dibagi menjadi 2 kelompok besar, kelompok satu menerima kartu soal dan kelompok satunya menerima kartu jawaban.Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartu yang dipegangnya. Setelah itu, setiap siswa membacakan kartu yang telah dicocokkannya dan menempel kartu tersebut pada tempat yang disediakan.Kemudian guru bersama siswa mencocokkan hasil kerja yang telah dilakukan oleh siswa.Selanjutnya guru bersama dengan siswa bertanya jawab mengenai pembelajaran hari ini.

  c) Kegiatan Penutup

  Pada kegiatan penutup guru bersama siswa membuat kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan.

2) Pertemuan 2

  Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat, 27 Maret 2015, dimulai pada jam 09.00

  • – 10.10. Pada pertemuan ini guru mengulang kembali materi sumber energi dan menghemat energi. Langkah-langkah pembelajaran dengan model Make a Match adalah sebagai berikut :

  a) Kegiatan Pendahuluan

  Kegiatan pendahuluan dimulai dengan kegiatan berupa berdoa, presensi, kemudian guru mengadakan tanya jawab materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.

  b) Kegiatan Inti

  Guru menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban. Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada masing-masing siswa. Siswa memikirkan jawaban atas pertanyaan yang dipegangnya kemudian masing-masing siswa mencari pasangannya sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Siswa menempelkan hasil kerjanya di tempat yang disediakan kemudian secara berpasangan membacakan hasil jawaban atas kartunya. Guru bersama dengan siswa mencocokkan hasil kerja siswa kemudian mengambil kesimpulan atas konsep materi yang telah dipelajari.

  c) Kegiatan Penutup

  Siswa mengerjakan soal evaluasi melalui tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda dengan 20 nomor soal.

4.4.3 Observasi

  Observer melakukan pengamatan terhadap guru dan siswa yang sedang melakukan kegiatan pembelajaran perbaikan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil observasi akan dianalisis untuk memantau sejauh mana pengaruh upaya tindakan perbaikan terhadap tujuan pembelajaran yang diinginkan. Setelah kegiatan ini selesai kami melakukan pembelajaran berlangsung yang akan dijadikan dasar refleksi dan proses perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.

a. Aktivitas Guru

  Hasil pengamatan aktivitas guru Siklus II dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini:

Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II No. Indikator Total Skor Kriteria

  1. Pra pembelajaran 117 Sangat baik

  2. Membuka pembelajaran

  3. Penguasaan materi pembelajaran

  4. Pendekatan / strategi pembelajaran

  5. Pemanfaatan media pembelajaran / sumber belajar

  6. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa

  7. Penilaian proses dan hasil belajar

  8. Penggunaan bahasa

  9. Penutup Berdasarkan tabel 4.4 mengenai aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran dapat dijelaskan bahwa: a.

  Skor aktivitas guru pada Siklus II adalah 117.

  b.

  Skor maksimal aktivitas guru adalah 33 item x 4 = 132.

  c.

  Pengkategorian: 1) Aktivitas guru kurang jika nilai ≤ 72. 2) Aktivitas guru cukup jika nilai 73 – 92. 3) Aktivitas guru baik jika nilai 93 – 112. d.

  Tingkat aktivitas guru adalah dalam kategori sangat baik, yaitu berada di rentang nilai 113 - 132.

b. Keaktifan

  Pada Siklus I keaktifan siswa berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terlihat bahwa keaktifan siswa sudah mengalami peningkatan, namun masih ada beberapa siswa yang belum aktif dalam kegiatan pembelajaran. Setelah dilakukan tindakan Siklus II keaktifan siswa mengalami peningkatan. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer dan peneliti terhadap kegiatan siswa selama proses pembelajaran pada Siklus II antara lain kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran sudah baik. Siswa aktif mendengarkan penjelasan guru dan tidak membuat suasana kelas gaduh. Ketika guru memberi pertanyaan, siswa aktif menjawab. Begitu juga ketika guru meminta siswa maju ke depan, siswa dengan segera mengerjakan perintah guru dengan sangat baik.

  Sama dengan Siklus I, pada tahap observasi ini peneliti juga menggunakan 6 indikator keaktifan belajar siswa menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 122) sebagai acuan untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa. Indikator keaktifan belajar siswa tersebut adalah: 1)

  Perhatian dan antusias siswa dalam mengikuti pelajaran yang memberikan pengalaman belajar kepada siswa untuk memperoleh dan menemukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan. 2)

  Kebebasan atau keleluasaan melakukan sesuatu hal tanpa tekanan dari guru atau pihak lainnya (kemandirian belajar). 3)

  Kegiatan yang melibatkan siswa untuk belajar langsung dari media / alat peraga yang diciptakan. 4)

  Kesediaan siswa dalam merespon dan menanggapi dalam proses pembelajaran.

  6) Kesiapan dan kesediaan siswa dalam mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

  Indikator yang pertama yaitu perhatian dan antusias siswa dalam mengikuti pelajaran yang memberikan pengalaman belajar kepada siswa untuk memperoleh dan menemukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer dan peneliti, siswa antusias dan memperhatikan penjelasan dari guru. Tidak ada siswa yang membuat gaduh maupun mengobrol dengan teman.

  Indikator kedua yaitu kebebasan atau keleluasaan melakukan sesuatu hal tanpa tekanan dari guru atau pihak lainnya (kemandirian belajar). Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer dan peneliti, siswa telah diberikan kebebasan dan keleluasaan dalam pembelajaran. Saat menyimpulkan hasil kegiatan, guru menyimpulkan hasil kegiatan bersama siswa. Siswa diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat mereka. Hal ini terlihat ketika guru menanyakan apa saja yang sudah dipelajari pada hari itu, siswa berebut untuk menjawab. Selain itu guru juga sudah memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

  Indikator ketiga yaitu kegiatan yang melibatkan siswa untuk belajar langsung dari media / alat peraga yang diciptakan. Hasil pengamatan yang dilakukan observer dan peneliti, semua siswa sudah terlibat langsung dengan media / alat peraga yang diciptakan berupa kartu berpasangan. Kegiatan mencari pasangan berlangsung dengan lancar, tidak ada siswa yang membutuhkan bimbingan guru.

  Indikator keempat yaitu kesediaan siswa dalam merespon dan menanggapi dalam proses pembelajaran. Hasil pengamatan yang dilakukan observer dan peneliti, siswa sudah merespon dan menanggapi dengan baik dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat saat guru bertanya tentang materi yang sedang dijelaskan, sebagian besar siswa

  Indikator kelima yaitu kesediaan siswa untuk mengerjakan tugas- tugas kelompok belajar yang ada dalam proses pembelajaran, dalam hal ini adalah kerjasama antar siswa. Hasil pengamatan yang dilakukan observer dan peneliti, siswa terlihat mulai bisa bekerjasama dengan temannya. Saat kegiatan mencari pasangan kartu, siswa bisa melaksanakannya dengan tertib dalam mencari pasangan kartunya sehingga tidak banyak waktu yang terbuang ketika proses pencarian tersebut. Sebagian besar siswa mampu menemukan pasangan kartunya dengan benar.

  Indikator keenam atau indikator yang terakhir yaitu kesiapan dan kesediaan siswa dalam mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Hasil pengamatan yang dilakukan observer dan peneliti, siswa sudah bersedia mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Tidak ada lagi siswa yang malu untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya karena sudah terbiasa.

4.4.4 Hasil Tindakan

  Hasil belajar yang diperoleh dari Siklus II ditunjukkan melalui tabel 4.5 berikut ini. Berdasarkan tabel tersebut, menunjukkan distribusi ketuntasan hasil belajar IPA, 100 % dari seluruh siswa yang ada telah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM ≥ 70. Persentase peningkatan ketuntasan belajar siswa dari Siklus I ke Siklus II meningkat sebesar 34,04 %.

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus II

  Nilai Frekuensi Keterangan Persentase

  47 Tuntas 100 % ≥ 70 < 70 Belum Tuntas 0 % Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.5 dapat dilihat pada gambar 4.5

Gambar 4.5 Hasil Belajar IPA Siklus II

  50

  45

  40

  35 a

  30 isw S

  25 lah

  20 Tuntas m

  15 Ju

  10

  5

≥ 70

Nilai

Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.8 dapat dilihat pada gambar 4.6.

Gambar 4.6 Persentase Ketuntasan Nilai Siklus II

  0% Tuntas Belum Tuntas 100%

4.4.5 Refleksi

  Setelah guru melakukan proses pembelajaran, maka yang menjadi refleksi pada siklus ini adalah meningkatnya hasil belajar siswa. Guru telah menerapkan model pembelajaran Make a Match dengan baik dan dilihat dari aktivitas belajar siswa, pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Berdasarkan dari data pengematan diketahui bahwa siswa menjadi lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung.

  Kekurangan pada siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. Hasil belajar siswa pada Siklus II mencapai ketuntasan.

4.5 Pembahasan

  Pada bagian ini akan dipaparkan hasil analisis data penelitian tentang keaktifan siswa dan hasil belajar siswa kelas 3 dengan model pembelajaran Make a Match.

  Pada penelitian ini, keaktifan siswa yang diobservasi meliputi: 1) Perhatian dan antusias siswa dalam mengikuti pelajaran yang memberikan pengalaman belajar kepada siswa untuk memperoleh dan menemukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan, 2) Kebebasan atau keleluasaan melakukan sesuatu hal tanpa tekanan dari guru atau pihak lainnya (kemandirian belajar), 3) Kegiatan yang melibatkan siswa untuk belajar langsung dari media / alat peraga yang diciptakan, 4) Kesediaan siswa dalam merespon dan menanggapi dalam proses pembelajaran, 5) Kesediaan siswa untuk mengerjakan tugas-tugas kelompok belajar yang ada dalam proses pembelajaran, 6) Kesiapan dan kesediaan siswa dalam mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

  Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Make a Match dalam pelajaran IPA. Berikut disajikan perbandingan kenaikan keaktifan

Tabel 4.6 Rekapitulasi Pengamatan Keaktifan Siswa

  Kegiatan mencari pasangan berlangsung dengan lancar, tidak ada siswa yang membutuhkan bimbingan guru.

  Masih ada beberapa siswa yang belum bisa menemukan pasangan kartunya.

  5 Saat berkelompok, selalu ada siswa yang kurang aktif dan cenderung

  Sebagian besar siswa bersedia menjawab pertanyaan.

  Sebagian siswa lebih memilih untuk mengobrol dengan teman dan tidak berani untuk menjawab pertanyaan.

  10 siswa yang berani menjawab pertanyaan dari guru.

  4 Kurang dari

  Masih ada beberapa siswa yang perlu dibimbing oleh guru karena siswa tersebut belum begitu mengerti dengan aturan permainan yang telah disampaikan oleh guru.

  

Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Indikator Pra Siklus Siklus I Siklus II

  3 Siswa belum terlibat secara langsung.

  Siswa diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat mereka.

  Siswa belum diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat mereka.

  2 Guru yang lebih dominan, sedangkan siswa hanya mengikuti saja instruksi guru.

  Tidak ada siswa yang membuat gaduh maupun mengobrol dengan teman.

  Masih ada beberapa siswa yang belum memperhatikan atau melamun saat kegiatan pembelajaran.

  1 Siswa tidak mendengarkan guru yang sedang mengajar tetapi mereka mengobrol dengan teman.

  Sebagian besar siswa mampu menemukan pasangan kartunya

  6 Sebagian besar Beberapa siswa Tidak ada lagi siswa belum berani yang tidak mau siswa yang malu mempresentasikan mempresentasikan untuk hasil kerja hasil kerja mempresentasikan kelompoknya di kelompoknya hasil kerja depan kelas. dengan alasan malu kelompoknya karena berpasangan karena sudah dengan lawan jenis. terbiasa.

  Hasil belajar dari setiap siklus dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Distribusi Hasil Belajar pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

  Tahap Jumlah Siswa Tuntas Belum Tuntas

  Prasiklus 47 17 (36,17 %) 30 (63,83 %) Siklus I 47 31 (65,96 %) 16 (34,04 %)

  Siklus II 47 47 (100 %) 0 % Dari tabel 4.7 ini dapat dijelaskan perbandingan hasil belajar setiap siklus. Pada kondisi awal atau prasiklus dari jumlah 47 siswa terdapat 30 siswa atau 63,83 % yang belum tuntas belajarnya, sedangkan 17 siswa atau 36, 17 % sudah tuntas belajarnya. Setelah dilaksanakan pembelajaran Siklus I terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa, yaitu dari 47 siswa yang sudah tuntas hasil belajarnya mencapai 31 siswa atau 65,96 % dan tinggal 16 siswa atau 34,04 % yang belum tuntas hasil belajarnya.

  Melihat hasil belajar pada Siklus I yang masih ada siswa yang belum tuntas hasil belajarnya atau nilainya belum mencapai 70, maka perlu dilaksanakan pembelajaran pada Siklus II. Hasil belajar yang diperoleh setelah dilaksanakan pembelajaran pada Siklus II menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan hasil belajar. Siswa yang berjumlah 47 siswa atau 100 % dapat mencapai ketuntasan, atau dapat dikatakan bahwa dari 47 siswa telah memperoleh nilai hasil belajar ≥ 70. Berdasarkan data di atas dapat

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Belajar Pra Siklus ke Siklus II

  Prasiklus Siklus I Siklus II No. Nilai Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Siswa Siswa Siswa

  1. Tuntas 17 36,17 % 31 65,96 % 47 100 %

  2. Belum 30 63,83 % 16 34,04 % 0 % Tuntas

  Jml 47 100 % 47 100 % 47 100 % Perbandingan ketuntasan belajar pada pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II dapat ditunjukkan pada gambar 4.7 berikut ini.

Gambar 4.7 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada Pra Siklus, Siklus I, dan

  

Siklus II

  50

  45

  40

  35

  30 Tuntas

  25 Belum Tuntas

  20

  15

  10

5 Prasiklus Siklus I Siklus II

  Berdasarkan perolehan skor yang didapatkan pada Siklus I dan Siklus II, maka pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

  Make a Match

  dapat meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa dengan materi energi pada siswa kelas 3 SD Negeri Tengaran Kecamatan

Dokumen yang terkait

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Menumbuhkan Daya Berpikir Sistematis Logis dan Meningkatkan Hasil

0 0 16

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Subyek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Menumbuhkan Daya Berpikir Sistematis Logis dan Meningkat

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Menumbuhkan Daya Berpikir Sistematis Logis dan Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas IV di SD Negeri Lemahduwur

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Menumbuhkan Daya Berpikir Sistematis Logis dan Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas IV di SD Negeri Lemahduwur

0 0 72

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Motivasi Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Think Pair Share Siswa Kelas 4 SD Negeri 1 Potronayan Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Motivasi Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Think Pair Share Siswa Kelas 4 SD Negeri 1 Potronayan Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Motivasi Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Think Pair Share Siswa Kelas 4 SD Negeri 1 Potronayan Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Motivasi Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Think Pair Share Siswa Kelas 4 SD Negeri 1 Potronayan Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 63

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Make A Match Siswa Kelas 3 SD Negeri Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajara

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Make A Match Siswa Kelas 3 SD Negeri Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajara

0 1 8