BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Nilai Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI 2011-2013
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pengertian Dividen
Dividen merupakan pembayaran kepada pemilik perusahaan yang diambil dari keuntungan perusahaan, baik dalam bentuk saham maupun tunai. Dividen dibagikan kepada pemegang saham secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar saham yang di pegang oleh masing-masing pemilik.
Pendapatan yang di harapkan oleh pemegang saham adalah pendapatan yang di hasilkan dari pembagian dividen, dimana badan usaha menyerahkan sebagian labanya untuk kepentingan sejahtera pemegang saham.
2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Menurut (Gumanti, 2013 : 82 - 89) kebijakan dividen di pengaruhi oleh 11 faktor yaitu:
1. Undang-undang (Peraturan)
Peraturan atau perundangan yang di tetapkan pemerintah atau perserikatan dapat mempengaruhi keputusan manajemen dalam menetapkan besar kecilnya dividen. Jadi, keberadaan peraturan yang mensyaratkan batasan-batasan tertentu atas kebijakan dividen yang di ambil oleh perusahaan.
2. Posisi Likuiditas Jika perusahaan memerlukan likuiditas yang tinggi, dalam hal ini dapat berbentuk sumber pendanaan internal yang berupa laba di tahan, maka dividen yang di bagikan seharusnya di kurangi karena membayar dividen berarti pengeluaran kas berarti pengurangan kemampuan likuiditas.
3. Kebutuhan untuk Pelunasan Utang Jika perusahaan memiliki kewajiban (utang) yang besar dan harus segera di bayar, maka sangat mungkin bahwa pemegang saham harus di korbankan, yaitu menunda atau mengurangi pembayaran dividen.
4. Batasan-batasan dalam Perjanjian Utang (Debt Convenants) Perjanjian utang, khususnya utang jangka panjang adalah persyaratan untuk membatasi perusahaan membayar dividen kas
(tunai). Ada dua hal umum yang di nyatakan dalam perjanjian utang piutang (Debt Convenants), yaitu a.
Dividen pada masa yang akan dating hanya boleh di bayar jika uangnya bersumber dari laba tahun berjalan, bukan dari laba tahun-tahun yang lalu b. Dividen hanya dapat di bayarkan jika tingkat modal kerja perusahaan mencapai level tertentu
5. Posisi Ekspansi Aktiva Siklus kehidupan perusahaan akan menentukan kapasitas perusahaan yang tercermin pada skala usahanya dan jika skala usaha menunjukkan tren semakin besar yang konsekuensinya membuat perusahaan semakin membutuhkan tambahan dana untuk ekspansi, maka dividen akan terpengaruh.
6. Perolehan Laba Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan kestabilan tingkat laba yang di peroleh sangat menentukan berapa besarnya dividen yang dapat dibagikan kepada pemegang saham. Keyakinan manajemen akan prospek capaian laba di tahun depan juga menjadi faktir kunci atas berupa besarnya dividen yang akan di bayarkan tahun ini (tahun berjalan).
7. Stabilitas Laba Laba yang stabil dari waktu ke waktu sangat menentukan besar kecilnya dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Kestabilan berarti kemampuan menjaga laba pada level yang di tetapkan sesuai keinginan. Jika perusahaan memiliki tingkat kestabilan laba yang baik, ada kecenderungan untuk berusaha mempertahankan bahkan menaikkan dividen yang di bayarkan 8.
Peluang penerbitan Saham di Pasar Modal Jika suatu perusahaan dapat berjalan dengan baik, semakin besar, dan memilih catatan yang baik dalam hal perolehan laba, serta memerlukan dana untuk kebutuhan investasi, maka alternatif sumber pembiayaan dengen menerbitkan saham dapat menjadi salah satu alternatif. Manajemen perusahaan berskala besar akan memiliki kesempatan lebaih baik untuk membagi labanya dalam bentuk dividen.
9. Kendali Kepemilikan
Kebutuhan akan dana bagi perusahaan seakan-akan merupakan sesuatu yang tidak ada habisnya. Kebutuhan dana untuk aktivitas investai dari waktu ke waktu akan semakin besar seiring dengan semakin tumbuh dan berkembangnya perusahaan yang sejalan dengan prinsip kelanggengan usaha (going concern principle ).
10. Posisi Pemegang Saham Siapa pemegang saham utama atas suatu perusahaan public dapat mempengaruhi kebijakan dividen yang di tetapkan. Jika jumlah pemegang saham institusi tidak banyak dan diversitas pemegang saham sangat heterogen dalam arti jumlah skala kecil yang ada banyak sekali (retail owners), dividen tunai tentu akan lebih menarik.
11. Kesalahan Akumulasi Pajak atas Laba Pada kasus pemegang saham yang tidak menyukai dividen, misalnya karena berusaha menghindar tarif pajak penghasilan pribadi yang tinggi, mereka lebih memilih untuk membiarkan perusahaan menumpuk labanya dalam bentuk laba di tahan atau sisa laba.
Menurut Nuhu (2014) kebijakan dividen di pengaruhi oleh 8 faktor yaitu:
1) Profitability
Jumlah keuntungan perusahaan telah menjadi penentu dalam mengambil keputusan terhadap kebijakan dividen yang akan diambil. 2)
Investment Opportunity Sets Kesempatan berinvestasi merupakan pilihan investasi atau pertumbuhan perusahaan tetapi nilainya tergantung pada kinerja manajer. Semakin tinggi peluang pertumbuhan investasi, semakin banyak kebutuhan untuk membiayai ekspansi, maka semakin tinggi kesempatan untuk menentukan laba yang akan ditahan.
3) Taxation
Kebijakan dividen nol dapat memaksimalkan nilai saham.
Dalam kondisi seperti ini, investasi akan dibiayai secara internal dan pembayaran dividen berkurang. Maka pajak dapat meningkatkan pembayaran dividen.4) Leverage
Perusahaan yang melunasi hutangnya menimimalisir jumlah
likuiditasnya. Hutang pokok dan pembayaran bunga mengurangi kemampuan perusahaan dalam membagi laba sebagai jaminan pembayaran dividen. Akibatnya, hutang akan berpengaruh negatif pada jumlah dividen yang dibayarkan dalam suatu periode.5) Firm Size
Ukuran perusahaan mempunyai potensi mempengaruhi
kebijakan dividen perusahaan. Perusahaan yang lebih besar memiliki keuntungan di pasar modal dalam penggalangan dana eksternal.6) Board Size
Jumlah dari anggota dewan komisioner (ekseskutif atau non
eksekutif) yang terlibat dalam RUPS (Rapat Umum PemegangSaham) di dalam perusahaan. Semakin besar jumlah keanggotaan dewan komisioner, lebih tinggi dividen yang dibagikan kepada pemegang saham.
7) Board Independence
Jumlah anggota non eksekutif dalam RUPS, cenderung
mengurangi biaya keagenan. Dengan mencatat, bahwa direksi eksternal mewakili para pemegang saham secara efektif dan menjamin hak-hak mereka di perusahaan. Akibatnya, muncul suatu hipotesis bahwa semakin banyak anggota non eksekutif, maka semakin besar dividen yang akan dibagikan kepada para stockholder .8) Audit Type
Klasifikasi jenis perusahaan audit berdasarkan apakah salah
satu perusahaan itu termasuk KAP Big Four. Lang dan Lundhlm(1996) meneliti bahwa kualitas pengungkapan dengan mengukur
hubungan antara informasi asimetri dengan kualitas audit.
Peneliti menemukan bahwa semakin jumlah analisis, maka informasi asimetri yang di berikan oleh manajer kepada pemegang saham berkurang.2.1.3. Teori Kebijakan Dividen
Beberapa Teori yang berkaitan dengan kebijakan dividen dan asumsi-asumsi dasar lainnya terdiri dari:
1. Teori Ketidakrelevanan Dividen
Menurut Modiglani dan Miller (MM), nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya DPR, tidak ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan risiko perusahaan, dividend adalah tidak relevan. Nilai Perusahaan dapat juga disebut dengan total asset perusahaan. Marco Pagano (2005), nilai perusahaan tidak mempengaruhi kebijakan dividend payout ratio sesuai dengan penelitiannya berdasarkan Teori Modiglami dan Miller (1961) yang berbunyi:
The first MM theorem states the conditions under which the choice between debt and equity to finance a given level of investment does not affect the value of a firm, implying that there is no optimal leverage ratio. The second MM theorem shows that under the same conditions also dividend policy does not affect a firm’s value, so that there is no optimal payout ratio.
Beberapa asumsi tentang lemahnya teori MM seperti:
a) Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional
b) Tidak ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham baru c)
Tidak ada pajak
d) Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah
2. Teori The Bird in The Hand Teori ini dikemukakan oleh Gordon dan Lintner pada tahun 1956 yang menyatakan bahwa para investor lebih menyukai dividen dibandingkan capital gain. Dividen memiliki risiko yang lebih rendah di bandingkan capital gain, oleh karenanya investor akan merasa lebih aman untuk mengharapkan dividen saat ini dibandingkan dengan menunggu capital gain yang di masa depan.
Menurut Laurence (2010) dalam bukunya mengenai Teori The
Bird in The Hand yang berbunyi:
a) Myron Gordon suggests that dividends are more stable than capital gains and are therefore more highly valued by investors.
b) This implies that investors perceive non-dividend paying firms to be riskier and apply a higher discount rate to value them causing the share price to fall
3. Teori Sinyal
Ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen, dan harga saham akan turun jika ada pengumuman penurunan dividen. Dividen itu sendiri tidak menyebabkan kenaikan (penurunan) harga, tetapi prospek perusahaan, yang di tunjukkan oleh meningkat (menurunnya) dividen yang di bayarkan, yang menyebabkan perubahan saham.
Teori tersebut kemudian dikenal dengan teori signal atau isi informasi dividen. Menurut teori ini, dividen mempunyai kandungan informasi, yaitu prospek perusahaan di masa yang akan datang.
Menurut Zare (2013) dalam jurnal penelitiannya menunjukkan bahwa 1)
Profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan pembayaran dividen. Karena semakin besar profitabilitas, maka semakin besar kecenderungan perusahaan untuk membagikan dividen. 2)
Asimetri informasi pada teori sinyal memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaaan. Karena asimetri informasi dapat berpotensial mempengaruhi respon para investor untuk menanam sahamnya pada perusahaan. Sesuai dengan isi dari penelitiannya di bawah ini:
The company profitability is important as an important factor influencing the ‘Dividend Policy” because the profitable companies have more tendency to pay more shares profit. So it is expected that there would be a positive relation between the company profitability and shares profit payment. Another strand of literature suggests that corporate risk management alleviates information asymmetry problems and hence positively affects firm value. Information asymmetry between managers and outside investors is one of the key market imperfections that make hedging potentially beneficial .
4. Teori Perataan (Smoothing Theory) Menurut (Gumanti, 2013 : 50), Teori Peralatan (Smoothing
Theory ) ini dikemukakan oleh Lintner pada tahun 1956. Dalam
tulisannya, Lintner menyimpulkan empat hal dalam hasil penelitiannya.
a) Perusahaan memiliki target rasio pembayaran dividen
(dividend payout ratio) jangka panjang. Perusahaan yang memiliki laba yang stabil akan cenderung membayar dividen sebagai bagian dari laba yang tinggi.
b) Para manajer lebih memilih untuk menekankan perubahan besar kecilnya dividen daripada absolutnya. c) Dalam jangka panjang, perubahan-perubahan dividen yang terjadi mengikuti pola pergerakan yang stabil jika laba perusahaan cenderung bertahan pada level tertentu
d) Manajer enggan untuk melakukan perubahan dividen yang mungkin akan menyebabkan perusahaan melakukan penanahan laba.
5. Teori Efek Pajak ( tax effect theory )
Menurut (Gumanti, 2013 : 55), Memasuki era tahun 1970-an, isu yang mencuat ke permukaan dari dunia empiris (riset) adalah efek pajak pada dividen terhadap harga saham.
Menurut teori ini, yang dikenal dengan teori preferensi pajak (tax preference theory), semakin tinggi pajak yang dikenakan pada dividen relatif terhadap capital gain dan adanya kemungkinan menunda pajak pada capital gain, maka efeknya akan negatif pada perusahaan yang membayar yang tinggi.
6. Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut (Manurung 2012 : 62), Teori agensi menyangkut dua pihak yaitu agent dan principal. Agent adalah pihak yang mengelola perusahaan. Principal adalah pemilik perusahaan atau penyetor dana kepada perusahaan.
Biaya Keagenan ini adalah biaya implisit yang muncul karena adanya konflik atau benturan kepentingan antara pemegang saham (pemilik) dan manajer (agen). Pembayaran dividen dapat menjadi perwujudan minat dan mengurangi masalah keagenan antara manajer dan pemilik dengan mengurangi penggunanaan biaya atas kewenangan manajer.
7. Teori Efek Klien (clientele effect theory)
Pemegang saham perusahaan bervariasi dari segi pendapatan dan karakteristik lainnya. Akibatnya, investor tersebut mempunyai preferensi tersendiri atas investasinya pada saham. Kelompok berpendapatan rendah menginginkan dividen yang tinggi untuk menambah pendapatan, sementara kelompok berpendapatan tinggi menginginkan dividen yang rendah dan
capital gain yang tinggi. Sehingga, terbentuk kelompok pada pemilik perusahaan yang bisa disebut dengan Clientele.
Perusahaan harus memperhatikan Clientele ini dalam mengambil keputusan untuk membayar dividen.
2.1.4. Kebijakan Pembagian Dividen
Dividen merupakan pembayaran kepada pemilik perusahaan yang diambil dari keuntungan perusahaan, baik dalam bentuk saham maupun tunai. Dividen dibagikan kepada pemegang saham secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar saham yang di pegang oleh masing-masing pemilik.
Dividen tunai adalah bentuk pembagian keuntungan yang paling sering dilakukan. Ada tiga hal penting yang membuat perusahaan dapat membayarkan dividen tunai, yaitu tersedianya laba ditahan, cukup uang kas, dan adanya tindakan resmi dari dewan direksi.
Laba ditahan dalam jumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkan akan menjadi dividen yang lebih kecil. Persentase dari pendapatan yang akan di bayarkan kepada pemegang saham sebagai kas dividend payout ratio.
Kebijakan dividen adalah salah satu keputusan penting bagi perusahaan, karena kebijakan tersebut berkaitan dengan keputusan perusahaan dalam menentukan besarnya laba bersih yang akan dibagikan sebagai dividen dan beberapa laba akan di investasikan kembali sebagai laba di tahan. (Pasaribu : 2014, 2)
2.1.5. Prosedur Pembayaran Dividen
Pembayaran dividen tunai kepada para pemegang saham perusahaan diputuskan oleh dewan direksi perusahaan. Direksi mengadakan pertemuan yang membahas tentang dividen setiap kuartal atau setengah tahunan dimana mereka:
Mengevaluasi posisi keuangan periode lalu dan menentukan posisi yang akan datang dalam membagikan dan Menentukan jumlah dividen yang harus di bayar Menentukan tanggal-tanggal yang berkaitan dengan pembayaran dividen tunai, seperti a) Tanggal Pengumuman
Mengumumkan tentang pembayaran dividen
b) Tanggal Pencatatan
Dividen yang di umumkan untuk di bagikan kepada para pemegang saham dicatat pada suatu tanggal yang khusus c)
Tanggal Ex-Dividend Sejumlah saham menjadi ex-dividend pada tanggal penjual diberi hak untuk menyimpan dividen, menurut aturan-aturan bursa efek: NYSE, saham-saham yang diperdagangkan ex-
dividend pada dan sesudah hari kedua sebelum tanggal
pencatatan
d) Tanggal Pembayaran
Cek pembayaran dividen dikirimkan kepada buku para pemegang saham
2.1.6. Nilai Perusahaan
Nilai Perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan go
public , yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan semakin tinggi.
Menurut Wongso (2013) Nilai perusahaan atau value of the firm merupakan konsep penting bagi investor karena merupakan indikator bagaimana pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti dengan tingginya kemakmuran para pemegang saham. Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan.
Menurut Herawati (2014), Nilai Perusahaan merupakan harga yang dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut akan dijual. Nilai Perusahaan didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya. Nilai Perusahaan dapat di ukur dengan menggunakan Price Earning Ratio (PER). Meningkatnya PER berarti meningkatnya Nilai Perusahaan. (Tandelilin: 2001 : 243) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi PER yaitu: (1) Rasio pembayaran dividen (dividen Payout ratio/ DPR), (2) Tingkat return yang disyaratkan investor, (3) Tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan.
Menurut Yustitianingrum (2013), Price Earning Ratio (PER) merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi nilai perusahaan.
Nilai Perusahaan adalah sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti dengan tingginya harga saham. PER yaitu rasio yang mengukur secara besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang diperoleh para pemegang saham.
Menurut Deitiana (2009), Price Earning Ratio (PER) adalah ukuran tingkat harga pasar per saham terhadap laba per saham. PER menunjukkan jumlah rupiah yang harus dibayar investor untuk setiap 1 rupiah pada periode berjalan. Semakin tinggi PER, semakin banyak mereka membayar, sehingga semakin besar pula pendapatan yang mereka harapkan. Rumus yang digunakan adalah:
Harga Pasar Saham
PER =
Laba per Saham Price earning ratio merupakan ukuran yang paling banyak
digunakan oleh investor untuk menentukan apakah investasi modal yang dilakukan menguntungkan atau merugikan. Price earning ratio berguna untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja saham suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang tercernin dalam earning per
share.
2.1.7. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Menurut Adil (2011), Profitabilitas sejak lama merupakan indikator utama dalam kapasitas perusahaan untuk membagikan dividen. Sesuai dengan pernyataan dalam penelitiannya yang berisi:
Profits have long been regarded as the primary indicator of the firms capacity to pay dividends. According to the dividend payment pattern of a firm is inclined by the current year earnings and . previous year dividends
Rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham. ROE sangat menarik bagi pemegang saham ataupun calon pemegang saham, dan juga manajemen karena rasio tersebut merupakan ukuran atau indikator penting dari
shareholder value creation . Artinya semakin tinggi rasio ROE, semakin
tinggi pula nilai perusahaan, hal ini tentunya merupakan daya tarik investor untuk menanamkan modalnya di dalam perusahaan tersebut.
Semakin tinggi ROE, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang di capai perusahaan sehingga kemungkinan suatu perusahaan dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Pemilik perusahaan lebih tertarik pada seberapa besar keuntungan perusahaan dalam memperoleh keuntungan pada modal yang telah di tanamkan. Alasannya adalah rasio ROE ini banyak di amati oleh para pemegang saham beserta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham yang bersangkutan.
LABA BERSIH PEMEGANG SAHAM
ROE = EKUITAS
2.1.8. Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.
Pengertian Likuiditas yang lain adalah menunjukkan kemampuan aktiva lancar untuk memenuhi kewajiban lancarnya saat di perlukan. Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek.
Menurut Banerjee (2005), Semakin tinggi tingkat perdagangan pasar modal, maka semakin tinggi permintaan dividen tunai. Sesuai dengan isi penelitian dari banerjee:
A firm will pay cash dividends is positively related to investor demand for dividend payments and therefore inversely related to the market liquidity of the firm’s stock. Examining the empirical evidence, we find strong support for our hypothesis
Menurut Symbolon (2009), Likuiditas suatu perusahaan akan mempengaruhi besar kecilnya dividen yang di bayarkan sehingga semakin kuat posisi likuiditas perusahaan terhadap prospek kebutuhan dana di waktu mendatang, semakin tinggi dividen tunai yang dibayarkan. Ada pula suatu perusahaan yang keadaan likuiditasnya sangat baik tetapi membayar dividen yang rendah karena laba yang diperoleh perusahaan diinvestasikan dalam bentuk mesin dan peralatan, persediaan dan barang-barang lainnya, bukan disimpan dalam bentuk uang tunai.
Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah cash
ratio. Cash Ratio yaitu rasio yang menggunakan kemampuan perusahaan
dalam membayar hutang yang harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan. Penelitian ini menggunakan cash ratio karena kas adalah bentuk yang paling likuid yang bisa digunakan segera untuk memenuhi kewajiban financial, sedangkan hutang lancar menunjukkan kewajiban yang harus dipenuhi dalam waktu dekat biasanya kurang dari satu tahun. Semakin tinggi cash ratio menunjukkan semakin kuat kemampuan kas perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. Dengan semakin meningkatnya cash ratio akan dapat meningkatkan keyakinan para investor akan menerima pembayaran dividen tunai dari perusahaan
ℎ ℎ
CR=
2.1.9. Ukuran Perusahaan
Menurut Devi (2014), Ukuran suatu perusahaan dapat ditunjukkan dari total aset, penjualan, tenaga kerja, dan kapitalisasi pasar. Salah satu skala pengukuran besar kecilnya perusahaan dapat dilihat berdasarkan total aset yang dimiliki perusahaan. Perusahaan besar akan memberikan pembayaran dividen yang tinggi, karena perusahaan besar tentu lebih stabil dalam menghasilkan laba, serta lebih mampu memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya daripada perusahaan kecil.
Menurut Mahaputra (2014), Perusahaan yang besar biasanya mempunyai akses yang lebih baik dan lebih mudah ke pasar modal guna meningkatkan dana dengan biaya yang lebih rendah serta lebih sedikitnya masalah dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Selain itu perusahaan besar sangat mungkin guna mampu membayar dividen lebih besar ke pemegang saham. Menurut Musiega (2013) dan Idawati (2014) perusahaan dihitung dengan menggunakan rumus:
Firm Size (FS) =
ln
2.1.10 Dividend Payout Ratio (DPR)
Menurut Ritha (2013), Dividend Payout Ratio (DPR) adalah perbandingan dividen yang dibayarkan dengan laba yang tersedia bagi pemegang saham, serta Semakin tinggi Dividend Payout Ratio yang ditetapkan perusahaan, semakin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali (Reinvestment) di dalam perusahaan.
Menurut (Warsono, 2003 : 275) DPR banyak digunakan dalam penilaian sebagai cara pengestimasian dividen untuk periode yang akan datang, sedangkan kebanyakan analisis mengestimasikan pertumbuhan dengan menggunakan laba ditahan dengan lebih baik daripada dividen. Menurut Idawati (2014), Jika rasio pembayaran dividen dihitung dalam basis per lembar saham, maka rumus perhitungannya adalah:
ℎ (DPR)
Dividend Payout Ratio (DPR) =
ℎ (EPS) Menurut (Warsono, 2003 : 277) Perusahaan dengan rasio penahanan laba tinggi (DPR Rendah) pada umumnya mempunyai tingkat pertumbuhan lebih tinggi daripada perusahaan dengan rasio penahanan laba yang lebih rendah (DPR tinggi). DPR cenderung mengikuti siklus hidup perusahaan, yang dimulai dari nol ketika perusahaan dalam pertumbuhan tinggi dan secara gradual meningkat sampai perusahaan pada tingkat kedewasaan dan prospek pertumbuhannya turun.
Pengkombinasian kondisi proyek dengan penentuan besarnya DPR. Pengkombinasian kondisi proyek dengan penentuan besarnya DPR terutama terhadap nilai perusahaan.
1. Proyek-proyek tidak baik dan DPR rendah Jika DPR dalam suatu perusahaan rendah mengindikasikan bahwa kas akan terakumulasi di perusahaan. Akumulasi kas dalam jumlah besar, tanpa diimbangi penyediaan rencana investasi yang baik dan akan berakibat pada penurunan nilai perusahaan.
2. Proyek-proyek yang baik dan DPR rendah Dengan DPR rendah berarti pembelanjaan dilakukan secara internal, sehingga dalam dalam jangka panjang pertumbuhan pendapatan para pemegang saham akan terjamin.
3. Proyek-proyek tidak baik dan DPR tinggi DPR tinggi akan menciptakan terjadinya suatu defisit kas. Untuk pembelanjai suatu proyek investasi, perusahaan harus menggunakan dana eksternal, yaitu dengan melakukan pinjaman atau menerbitkan saham baru. Kemungkinan semakin tinggi leverage keuangan perusahaan akan semakin tinggi.
4. Proyek-proyek baik dam DPR tinggi Proyek-proyek yang baik adalah proyek-proyek yang menghasilkan pengembalian minimum sebesar pengembalian yang disyaratkan oleh para pemegang sahamnya. Dengan adanya peluang investasi, berarti perusahaan akan menciptakan nilai bagi para pemegang sahamnya.
2.2. Peneliti Terdahulu
Terdapat hasil-hasil dari penelitian sebelumnya yang relevan dan mendukung penelitian yang akan dilakukan oleh penulis diantara lain
Tabel 2.1 Peneliti TerdahuluNo. Peneliti dan Judul Variabel Hasil Penelitian
1. Reeding (1997): Firm Dependen:
1. Ukuran Perusahaan Size and Dividend Dividend Payout memiliki pengaruh positif Payout terhadap Dividend Payout
Independen: Firm Size
2. Deitiana (2009) : Dependen:
1.Earning per Share dan Faktor-faktor yang Dividend Payout Ratio Price Earning Ratio Mempengaruhi berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen Independen: Dividend Payout Ratio, Kas - Debt Equity Ratio
- Earning per Share
2. Debt to Equity Ratio,
- Price Earning Ratio - Return On Asset - Current Ratio - Net Profit Margin - Inventory Turn Over - Return On Equity
- Current Earning - Sales Growth - Financial Leverage - Profitability - Coorporate Tax - Firm Size
pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia
3. Size berpengaruh negative secara parsial terhadap Dividend Payout
2. ROE dan Cash Ratio berpengaruh positif
secara simultan terhadap Dividend Payout Ratio.
Size berpengaruh positif
1. ROE, Cash Ratio dan
Dependen: Dividend Payout Ratio Independen:
Gede Merta Sudiartha, MM (2014): Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur di BEI
Ratio 5. Idawati dan Drs.
3. DER dan CR berpengaruh negative terhadap Dividend Payout
Dividend Payout Ratio
2. Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Ratio
1. ROA berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Dividend Payout
Dependen: Dividend Payout Raio Independen:
Return On Asset, Size, Debt to Equity Ratio dan Cash Ratio
4. Liandra (2013) : Analisis Pengaruh
Dividend Payout Ratio
Positif Signifikan terhadap
Firm Size berpengaruh
2. Coorporate Tax dan
Dividend Payout Ratio .
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
Growth, Financial Leverage dan Profitability
1. Current Earning, Sales
Dependen: Dividend Payout Ratio Independen:
3. Rafique (2012) : Factor Affecting Dividend Payout: Evidence from Listed Non Financial Firms of Stock Exchange
Dividend Payout Ratio
berpengaruh terhadap
Return On Asset , Current Ratio, Net Profit Margin, Inventory Turn Over, dan Return On Equity tidak
- Return On Asset - Size - Debt to Equity Ratio - Cash Ratio
- Profitabilitas - Likuditas - Ukuran Perusahaan
Ratio
6. Pradana dan I Putu Dependen:
1.Profitabilitas Sugiartha Sandjaya Dividend Payout Ratio berpengaruh terhadap (2014): Pengaruh Dividend Payout Ratio, Profitabilitas, Free Independen: Cash Flow, dan - Profitabilitas
2. Cash Flow dan Investment - Cash Flow Investment Opportuity Set Opportunity Set - Investment tidak berpengaruh Terhadap Dividend Opportunity Set terhadap Dividend Payout Payout Ratio (Studi Ratio Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI)
2.3. Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah di sampaikan di atas, dan juga berdasarkan uraian tinjauan teoritis dan tujuan penelitian terdahulu, maka variabel independen dalam penelitian ini adalah Nilai Perusahaan (X ), Profitabilitas (X ), Likuiditas (X ), dan Ukuran
1
2
3 Perusahaan (X 4 ) dan Variabel Dependennya adalah Dividend Payout Ratio
(Y). Hubungan antara Nilai Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas dan Ukuran Perusahaan dengan Dividend Payout Ratio tergambar dalam kerangka berikut:
Nilai Perusahaaan (X )
1 Profitabilitas (X 2 )
Dividend Payout Ratio (Y)
Likuiditas (X
3 )
Ukuran Perusahaan (X
4 )
Gambar 2.1 Kerangka KonseptualKerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan antara variabel-variabel penelitian, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Dalam penelitian ini, dividend payout ratio menjadi variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Nilai Perusahaan (X
1 ), Profitabilitas (X 2 ),
Likuiditas (X
3 ) dan Ukuran Perusahaan (X 4 )). Alasan peneliti menjadikan dividend payout ratio sebagai variabel dependen adalah untuk mengetahui apakah kebijakan dividend payout ratio yang dibagikan oleh Perusahaan Property dan Real Estate dapat dipengaruhi oleh ketiga variabel bebas.
Dividend Payout Ratio merupakan salah satu rasio yang digunakan oleh Perusahaan untuk mengestimasi pertumbuhan laba pada tahun mendatang.
Besarnya laba merupakan penilaian para investor terhadap perusahaan, oleh karena itu perusahaan harus membagi dividen dalam jumlah yang besar untuk menambah penilaian para investor terhadap perusahaan serta menanam modal. diukur dengan cara membagi besarnya dividen per
Dividend Payout Ratio
lembar saham dengan laba bersih per lembar saham. Kemungkinan terdapat faktor yang mungkin mempengaruhi besarnya pembayaran dividen diantaranya Nilai Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas dan Ukuran Perusahaan.
1. ) terhadap Dividend Payout Ratio (Y) Pengaruh Nilai Perusahaan (X
1 Nilai perusahaan atau value of the firm merupakan konsep penting bagi
investor karena merupakan indikator bagaimana pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti dengan tingginya kemakmuran para pemegang saham
H 1 : Nilai Perusahaan (X 1 ) berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio 2. 2 ) terhadap Dividend Payout Ratio
Pengaruh Profitabilitas (X Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba.
Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya jumlah dividen yang dibagikan. Terdapat dua kebijakan yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam menggunakan laba: (1) pendapatan dividen sebagai salah satu harapan para investor, (2) laba ditahan sebagai tambahan dana internal perusahaan.
H 2 : Profitabilitas (X 2 ) berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio 3.
3 ) terhadap Dividemd Payout Ratio
Pengaruh Likuiditas (X Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Jika perusahaan memerlukan likuiditas yang tinggi, maka dividen yang akan dibagikan akan dikurangi karena membayar dividen merupakan pengeluaran kas, pengeluaran kas merupakan memenuhi kewajiban lancar.
H 3 : Likuiditas (X 3 ) berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan (X
4 ) terhadap Dividend Payout Ratio
Ukuran suatu perusahaan dapat ditunjukkan dari total aset, penjualan, tenaga kerja, dan kapitalisasi pasar. Salah satu skala pengukuran besar kecilnya perusahaan dapat dilihat berdasarkan total aset yang dimiliki perusahaan. Perusahaan dengan pertumbuhan asset tinggi lebih memilih menahan labanya dalam bentuk laba ditahan dibandingkan membaginya dalam bentuk dividen. Pembayaran dividen akan semakin besar seiring dengan mapannya perusahaan.
H : Ukuran Perusahaan (X ) berpengaruh terhadap Dividend Payout
4
4 Ratio
5. Pengaruh Nilai Perusahaan (X 1 ), Profitabilitas (X 2 ), Likuiditas (X 3 ), dan
Ukuran Perusahaan (X
4 ) terhadap Dividend Payout Ratio
Dividend Payout Ratio merupakan salah satu rasio yang digunakan oleh
Perusahaan untuk mengestimasi pertumbuhan laba pada tahun mendatang.Banyak faktor menentukan besar kecilnya pembagian dividen oleh perusahaan. Di antaranya Nilai Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas dan Ukuran Perusahaan yang diukur dengan log natural total asset. Total asset perusahaan merupakan cerminan perusahaan dalam mengelola aktiva yang dimiliki perusahaan yang biasanya tercatat dalam neraca, terutama aset lancar yaitu kas. Jumlah laba merupakan cerminan perusahaan dalam mengatur arus masuk kas. Pembayaran dividen merupakan pengeluaran kas (likuiditas).
H
5 : Nilai Perusahaan (X1), Profitabilitas (X2), Likuiditas (X3) dan
Ukuran Perusahaan (X4) berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio