Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dalam Pembelajaran Tematik Siswa Kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar a.

  Pengertian Hasil Belajar Kunandar (2014:62), menyatakan bahwa

  “hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing siswa yang berupa kemampuan

  . Kemampuan kognitif berkaitan dengan

  kognitif, afektif dan psikomotor” pengetahuan siswa. Sedangkan Dahar (2011:118) menyatakan bahwa “hasil belajar dikatakan juga sebagai kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa baik itu kemampuan kognitif, afektif maupun kemampuan psikomotorik setelah siswa selesai dalam melakukan kegiatan pembelajaran”. Kemampuan afektif berkaitan dengan sikap yang ditunjukkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan psikomotor berkaitan dengan keterampilan siswa. Ketiga kemampuan tersebut harus dipenuhi oleh masing-masing siswa terlebih lagi dalam pembelajaran kurikulum 2013. Selanjutnya Mahyaeny (2016:41), menambahkan “hasil belajar merupakan penilaian dalam pendidikan mengenai perkembangan dan kemajuan dari siswa yang berkaitan dengan penguasaan materi pembelajaran yang diberikan kepada mereka”. Hasil belajar yang baik tidak akan dicapai selama tidak melakukan kegiatan pembelajaran.

  Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikaji bahwa hasil belajar merupakan suatu perubahan kemampuan yang berupa perubahan tingkah laku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan, serta analisis yang terjadi pada siswa setelah siswa melewati proses pembelajaran. Hasil belajar dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan siswa yang dinyatakan dalam penilaian yang terdiri dari 3 aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Siswa dikatakan berhasil dalam belajar jika siswa dapat memahami materi yang disampaikan serta mengalami perkembangan dan kemajuan dalam kegiatan pembelajarannya. Hasil belajar yang baik akan diperoleh siswa jika siswa benar- benar serius untuk belaja r. Susanto (2013:5), menyatakan “hasil belajar menjadi tolok ukur dalam tingkat keberhasilan siswa setelah mempelajari materi yang dinyatakan dalam skor nilai”.

  Hasil belajar dapat diperoleh setelah siswa melalui proses pembelajaran. Mahyaeny (2016:41), mengemukakan hasil belajar yang baik tidak akan diperoleh siswa jika dia tidak melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar akan meningkat jika disertai dengan usaha yang maksimal.

  Berdasarkan uraian kajian hasil belajar diatas maka yang dimaksud dengan hasil belajar merupakan hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan hasil belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar dengan lebih dulu mengadakan evaluasi dari proses belajar yang sudah dilakukan. Hasil belajar diukur dalam tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar menjadi penting dalam pembelajaran karena dengan adanya hasil belajar dapat menjadi tolok ukur dalam keberhasilan pembelajaran yang sudah dilakukan. Suatu pembelajaran dikatakan berhasil jika materi yang diberikan dapat dikuasai oleh siswa begitu juga sebaliknya, pembelajaran dikatakan tidak berhasil jika materi yang disampaikan tidak dapat dikuasai oleh siswa. oleh karena itu diharapkan guru

  Penelitian ini menitikberatkan pada hasil belajar dalam 3 ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar kognitif berkaitan dengan penguasaan materi pembelajaran yang sudah disampaikan, kemudian hasil belajar afektif berkaitan dengan sikap siswa selama mengikuti proses kegiatan belajar mengajar, dan psikomotorik berkaitan dengan unjuk kerja dari siswa selama mengikuti proses belajar dengan menerapkan model Discovery Learning. Dalam penelitian ini hasil belajar pembelajaran tematik merujuk pada pencapaian hasil belajar yang diukur dengan tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur kemajuan belajar dengan tes dalam bentuk nilai. b.

  Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, tetapi dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu faktor Internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, dan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa, yang meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor lingkungan masyarakat.

  Pendapat tersebut diperkuat oleh pendapat dari Pingge dan Wangid (2016:150), yang me nyatakan “hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam diri siswa (internal) dan faktor dari luar diri si swa (eksternal)”. Faktor internal meliputi kemampuan intelektual, motivasi, kematangan untuk belajar, usia, jenis kelamin, kebiasaan belajar dan kemampuan dalam penginderaan. Sedangkan faktor eksternal meliputi faktor yang berkaitan dengan proses kegiatan pembelajaran, yaitu: guru, kualitas pembelajaran, instrumen, serta lingkungan baik itu lingkungan sosial maupun lingkungan alam.

  Berdasarkan dua pendapat yang sudah dipaparkan dapat dikaji bahwa hasil belajar secara umum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, contohnya faktor jasmaniah, psikologi, kelelahan, usia, jenis kelamin, dan kebiasaan belajar. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri, contohnya guru, kualitas pembelajaran instrumen, lingkungan baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.

  Faktor yang berasal dari dalam diri siswa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, misalnya pada saat siswa merasa lelah, sakit, atau belajar yang tidak sesuai dengan bakatnya maka hasil belajar yang diperoleh siswa akan cenderung turun dibandingkan dengan siswa yang dalam kondisi sehat, dan belajar sesuai denngan bakatnya.

  Faktor yang berasal dari luar diri siswa juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Siswa tentunya aan merasa nyaman belajar dalam keadaan yang kondusif serta lingkungan sosial yang mendukung. Guru juga memiliki peran penting untuk memaksimalkan hasil belajar siswa. jika siswa merasa nyaman dengan lingkungan belajar serta nyaman dengan cara mengajar guru bukan tidak mungkin hasil belajar siswa akan tinggi.

2.1.2 Berpikir Kritis a.

  Pengertian Berpikir Kritis Proses berpikir kritis dapat juga dikatakan sebagai suatu proses berpikir dan cara berpikir secara teratur dan sistematis untuk dapat memahami informasi secara lebih mendalam, sehingga dapat membangun sebuah keyakinan tentang kebenaran suatu informasi yang didapatkan secara lebih mendalam. Susanto (2013:121), menyatakan “berpikir kritis adalah suatu kegiatan berpikir tentang ide atau gagasan yang berkaitan dengan konsep atau permasalahan

  ”. Sedangkan pendapat dari Johnson (2007:185), “berpikir kritis adalah kemampuan dalam mengatakan suatu ide atau gagasan secara percaya diri, dan gagasan tersebut disertai dengan alasan dan bukti yang dapat dibuktikan kebenarannya

  ”. Pendapat tersebut kembali diperkuat oleh Susanto (2013:122), bahwa “berpikir kritis adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi yang meliputi menganalisis, mengenal permasalahan, dan pemecahan masalah, menyimpulkan serta mengevaluasi

  ”. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat dikaji bahwa berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi tentang ide atau gagasan yang berkaitan dengan konsep atau permasalahan.

  Berdasarkan uraian kajian berpikir kritis diatas dapat peneliti paparkan bahwa berpikir kritis merupakan kemampuan untuk berpikir dalam level yang kompeks dan menggunakan proses analisis dan evaluasi. Kemampuan berpikir kritis menjadi penting bagi siswa dikarenakan hal ini akan diperlukan dalam kegiatan pembelajaran serta dalam kehidupan di masyarakat. Kemampuan berpikir kritis perlu dikembangkan melalui proses pembelajaran, namun tidak semua proses pembelajaran akan secara otomatis mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hanya proses pembelajaran yang dalam kegiatannya melakukan diskusi, banyak memberikan kesempatan siswa untuk berpendapat, mendorong kerjasama dalam mengkaji dan menemukan pengetahuan yang akan maka diperlukan suatu model pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Selain itu diperlukan suatu pembelajaran yang bermakna selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini akan membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Dalam penelitian tindakan kelas ini siswa dituntut untuk mampu dalam berpikir kritis melalui kegiatan pembelajarannya. Kemampuan berpikir kritis siswa akan terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, kemudian juga akan terlihat dari jawaban-jawaban siswa dari lembar kerja yang telah disispkan oleh guru. Terlebih dalam penelitian ini menerapkan model pembelajaran Discovery Learning, dimana dalam kegiatannya lebih menekankan kepada penemuan. Hal tersebut tentunya akan sangat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya. Kemampuan berpikir kritis menjadi penting bagi siswa dikarenakan dengan adanya kemampuan berpikir kritis siswa diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya baik itu dalam pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari- harinya.

  b.

  Indikator Berpikir Kritis Menurut Mufahroyin (2009:88), ada dua belas indikator berpikir kritis yang dikelompokkan ke dalam lima aspek, yang disajikan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis No Aspek Indikator

  1. Memberikan penjelasan  Memfokuskan pertanyaan sederhana  Menganalisis pertanyaan  Bertanya jawab terkait dengan penjelasan

  2. Membangun ketrampilan dasar  Mempertimbangkan apakah sumber yang digunakan dapat dipercaya ataukah tidak

   Mengobservasi dan mempertimbangkan suatu laporan dari hasil observasi

  

3. Menyimpulkan  Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi

 Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi  Membuat dan menentukan hasil pertimbangan

  4. Memberikan penjelasan lebih  Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi dalam tiga dimensi lanjut

   Mengidentifikasi asumsi

  5. Mengatur strategi dan taktik  Menentukan suatu tindakan

  Achmad (2007:52), mengungkapkan bahwa ada 5 indikator yang sistematis dalam berpikir kritis, yaitu: 1) ketrampilan menganalisis, 2) ketrampilan mensintesis, 3) ketrampilan mengenal dan memecahkan masalah, 4) ketrampilan menyimpulkan, 5) ketrampilan mengevaluasi dan menilai. Kemudian Suyono dan Harianto (2011:87), menambahkan bahwa berpikir kritis terdiri dari delapan indikator, yaitu:

  1. Mengidentifikasi fokus masalah, pertanyaan dan kesimpulan 2.

  Menganalisis argumen 3. Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi atau tantangan 4. Mengidentifikasi istilah keputusan dan menangani sesuai dengan alasan 5. Mengamati serta menilai hasildari laporan observasi 6. Menyimpulkan serta menilai suatu keputusan 7. Mempertimbangkan alasan tanpa membiarkan ketidaksepakatan atau keraguan yang mengganggu pemikiran

  8. Mengintegrasikan kemampuan lain dan disposisi dalam membuatdan mempertahankan keputusan.

  Berdasarkan pendapat dari para ahli mengenai indikator berpikir kritis yang sudah dipaparkan sebelumnya, peneliti mengkaji beberapa kesamaan dari indikator-indikator berpikir kritis yang sudah dipaparkan sebelumnya. Dari indikator-indikator tersebut peneliti memilih 4 indikator sebagai fokus dari penelitian yang dilakukan. Ke-4 indikator tersebut yaitu: 1) memfokuskan pertanyaan; 2) menganalisis argumen; 3) mengobservasi dan mempertimbangkan laporan hasil observasi; 4) menuliskan kesimpulan.

2.1.3 Tematik Terintegratif a.

  Pengertian Pembelajaran Tematik Integratif Pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dilakukan dengan pendekatan pembelajaran tematik-terintegrasi mulai dari kelas

  I-VI kecuali, untuk mata pelajaran Matematika dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri untuk kelas IV, V, dan VI.

  Pembelajaran tematik menurut Nurdin, dkk (2010:303), adalah “suatu pembelajaran tepadu dengan menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa ”.

  Sedangkan menurut Trianto (2011:149) , “pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang melintasi batas-batas mata pelajaran untuk berfokus pada permasalahan kehidupan yang komperhensif atau dapat pula disebut dengan studi luas yang menggabungkan berbagai bagian kurikulum ke dalam hubungan yang bermakna

  ”. Selanjutnya, Trianto (2011:157) menambahkan bahwa penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar sangat membantu, karena sesuai dengan tingkat perkembangan pada peserta didik yang masih melihat segala sesuatu secara menyeluruh atau holistik. Dengan demikian, siswa akan mendapatkan kebulatan dan keutuhan pengetahuan.

  Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang telah dipaparkan dapat dikaji bahwa pembelajaran tematik terintegrasi atau dikenal dengan pembelajaran tematik terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang mengaitkan berbagai kompetensi dari beberapa mata pelajaran ke dalam tema- tema. Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran itu siswa akan mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan secara menyeluruh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna dalam hal ini mempunyai pengertian bahwa siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui belajar dari pengalaman sehari-hari siswa dan menghubungkannya dengan kosep lain yang sudah mereka pahami. Pembelajaran tematik lebih menekankan kepada keterlibatan siswa sehingga, siswa akan belajar secara aktif dalam kegiatan belajar. Siswa juga akan mendapatkan pengalaman langsung serta siswa akan terbiasa untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang akan dipelajarinya.

  Berdasarkan uraian kajian mengenai tematik terintegratif tersebut dapat peneliti sampaikan bahwa pembelajaran tematik dapat memudahkan siswa dalam sehingga menjadikan siswa menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, karena materi yang dipelajari dalam pembelajaran tematik merupakan materi yang sifatnya nyata atau kontekstual sehingga dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam tema tertentu. Dalam implementasinya pembelajaran tematik ini memiliki karakteristik pembelajaran yang lebih aktif dan menyenangkan bagi siswa, sehingga diperlukan strategi serta model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik tersebut. Evaluasi dalam pembelajaran tematik lebih difokuskan kepada evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses dapat diperoleh melalui observasi guru dari keterlibatan siswa terhadap kegiatan belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan evaluasi hasil dapat dilihat pada tingkat pemahaman siswa terhadap substansi materi pembelajaran yang sudah diterima oleh siswa.

  b.

  Tujuan Pembelajaran Tematik Terintegratif Tujuan dari pembelajaran tematik terpadu ini bukan hanya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, melainkan siswa juga dapat: (1) meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajari secara bermakna, (2) mengembangkan ketrampilan untuk menemukan, mengolah, serta memanfaatkan informasi yang ada, (3) menumbuhkan dan mengembangan sikap posotif, serta nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, (4) menumbuhkan dan mengembangkan berbagai ketrampilan sosial seperti, toleransi, komunikasi, dan menghargai pendapat orang lain, (5) meningkatkan minat siswa dalam belajar, (6) dan memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

  Menurut Permendikbud No 20 tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. Standar Kompetensi Lulusan merupakan seperangkat kompetensi lulusan yang dibakukan dan diwujudkan dengan hasil belajar siswa. SKL terdiri atas kriteria kualifikasi belajarnya di satuan pendidikan tertentu. Dalam kurikulum 2013 ini untuk dapat mencapai SKL haruslah memiliki tingkat kemampuan yang disebut juga dengan Kompetensi Inti (KI).

  Kompetensi inti dalam Kurikulum 2013 merupakan tingkat kemampuan untuk dapat mencapai SKL yang harus dimiliki siswa dalam setiap tingkat kelas (Permendikbud no 24, 2016). KI bukan untuk diajarkan kepada siswa melainkan untuk dibentuk melalui kegiatan pembelajaran yang relevan. KI dirumuskan dalam 4 Kompetensi Dasar (KD) yaitu, kompetensi sikap spiritual, kompetensi sikap sosial, kompetensi, pengetahuan, dan yang terakhir kompetensi ketrampilan.

  Kompetensi inti Kurikulum 2013 kelas 4 (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2013) disajikan dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Kompetensi Inti Kurikulum 2013 Kelas 4 Semester 2 KOMPETENSI INTI 1.

  Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

  2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,peduli dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangga.

  3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengan, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di seolah.

  4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak yang beriman dan berahlak mulia. Sumber: Buku guru tematik kelas 4 tema 7 revisi 2016 (2016:vii)

  Pencapaian KI memerlukan Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Dasar (KD) merupakan kemampuan serta materi pembelajaran minimal yang harus dicapai oleh siswa dalam suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar pada kurikulum 2013 berisi kemampuan dan materi pembelajaran untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan tertentu yang mengacu pada kompetensi inti (Permendikbud no 24 th 2016). KD pembelajaran tematik kelas 4 tema 7 sub tema 1 tersaji dalam Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Pemetaan KD Pembelajaran Tematik Kelas 4 Tema 7 Sub Tema 1

  Pembelajaran KD Bahasa

  3.7 Menggali pengetahuan baru yang terdapat pada teks Indonesia nonfiksi.

  4.7 Menyampaikan pengetahuan baru dari teks nonfiksi ke dalam tulisan dengan bahasa sendiri.

  IPS

  3.2 Mengidentifikasi keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia serta hubungannya dengan karakteristik ruang.

  4.2 Menyajikan hasil identifikasi mengenai keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya dengan karakteristik ruang

  SBdP 3.2 Mengetahui tanda tempo dan tinggi rendah nada.

  4.2 Menyanyikan lagu dengan memerhatikan tempo dan tinggi rendah nada.

  IPA

  3.3 Mengidentifikasi macammacam gaya, antara lain: gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan.

  4.3 Mendemonstrasikan manfaat gaya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan.

  PPKn

  1.4 Mensyukuri berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan sebagai anugerah Tuhan Yang Maha

  Esa.

  2.4 Menampilkan sikap kerja sama dalam berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan.

  3.4 Mengidentifikasi berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan.

  4.4 Menyajikan berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan.

  Sumber: Buku guru tematik kelas 4 tema 7 revisi 2016 (2016:01)

  Rumusan KD dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik dari siswa, kemampuan awal, serta ciri dari mata pelajaran yang akan dibelajarkan. KD dikelompokkan menjadi empat, yaitu: (1) kelompok 1: merupakan kelompok KD sikap spiritual, menjabarkan KI-1, (2) kelompok 2 merupakan kelompok KD menjabarkan KI-3, (4) kelompok 4 merupakan KD ketrampilan, menjabarkan KI- 4.

  Pembelajaran tematik integratif kelas 4 semester 2 terdiri dari 4 tema dan 13 subtema. Tema dan subtema dari pembelajaran tematik integratif kelas 4 tersaji dalam Tabel 2.4.

  1 Lingkungan Tempat Tinggalku

  “pembelajaran Discovery Learning adalah suatu model pembelajaran yang dapat mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelediki sendiri, maka hasil yang akan diperoleh siswa dapat bertahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan oleh siswa”. Melalui cara belajar menemukan, siswa akan dapat berpikir analisis dengan menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang dihadapinya . Pendapat lain diungkapkan oleh Muhammad (2016:51), ia berpendapat bahwa Discovery Learning adalah suatu proses dalam belajar yang di dalamnya dipaparkan konsep dalam bentuk jadi, namun siswa

  Pengertian Model Pembelajaran Discovery Learning Masrida, dkk yang diadopsi dalam Hosnan (2016:85), menyatakan

  4 Kegiatan Berbasis Proyek Sumber: Buku Guru dan siswa SD/MI tematik kelas 4 tema 7 revisi 2016 (2016)

  3 Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam di Indonesia

  2 Pemanfaatan Kekayaan Alam di Indonesia

  1 Kekayaan Sumber Energi di Indonesia

  9 Kayanya Negeriku

  3 Bangga TerhadapDaerah Tempat Tinggalku

  2 Keunikan Daerah Tempat Tinggalku

  8 Daerah Tempat Tinggalku

Tabel 2.4 Tema dan Sub Tema Kelas 4 Semester 2

  3 Indahnya Persatuan dan Kesatuan Negeriku

  2 Indahnya Keragaman Budaya Negeriku

  1 Keragaman Suku Bangsa dan Agama di Negeriku

  7 Indahnya Keragaman di Negeriku

  3 Giat berusaha Meraih Cita-cita

  2 Hebatnya Cita-citaku

  1 Aku dan Cita-citaku

  6 Cita-citaku

  

Tema Subtema

2.1.4 Model Pembelajaran Discovery Learning a.

  konsepnya. Selanjutnya Kadri (2015:30), menambahkan bahwa model pembelajaran Discovery Learning lebih menekankan kepada pentingnya pemahaman struktur, atau ide-ide yang penting terhadap suatu disiplin ilmu melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Yupita dan Tjipto (2013:4), menyatakan “Discovery Learning merupakan suatu model yang menekankan kepada pentingnya pemahaman konsep dalam satu pembelajaran melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran”.

  Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikaji bahwa model pembelajaran Discovery Learning merupakan suatu model pembelajaran yang menuntut untuk siswa ikut berperan aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung, kemudian dalam model pembelajaran ini siswa juga menemukan sendiri konsep pengetahuannya. Dengan model belajar seperti itu siswa tidak akan mudah lupa dengan apa yang sudah dipelajarinya. Apa yang sudah ia temukan akan selalu teringat dalam pikirannya.

  Siswa didorong untuk dapat belajar sendiri melalui keterlibatan aktif, namun hal ini bukan berarti guru menghentikan dalam memberikan bimbingan kepada siswa setelah suatu permasalahan diberikan kepada siswa. Hanya saja bimbingan yang diberikan guru kepada siswa lebih dikurangi porsinya, siswa diberikan rangsangan yang lebih besar untuk dapat belajar sendiri yaitu dengan kegiatan praktek atau percobaan. Sehingga pemahaman siswa terhadap suatu konsep akan lebih bertahan lama karena siswa menemukan sendiri informasinya.

  b.

  Sintak Atau Langkah-Langkah Model Pembelajaran Discovery Learning Langkah-langkah model pembelajaran Discovery Learning dapat dilihat dalam Tabel 2.5.

Tabel 2.5 Langakah-Langkah Model Pembelajaran Discovery Learning

  Fase Indikator Aktifitas / kegiatan guru ke-

  

1 Stimulation Guru memulai kegiatan pembelajaran

(stimulasi/pemberian dengan mengajukan pertanyaan, rangsangan) anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lain yang mengarah kepada persiapan siswa dalam pemecahan masalah.

  

2 Problem Statement (pernyataan Guru memberikan kesempatan kepada

/identifikasi masalah) siswa untuk melakukan identifikasi terhadap sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan materi yang akan dipelajari, kemudian salah satu masalah dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.

3 (pengumpulan Guru memberikan kesempatan kepada

  Data Collection data) siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin yang berguna untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis

  

4 Data Processing (pengolahan Mengolah data dari informasi yang

data) yang telah dikumpulkan siswa baik informasi yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dsb kemudian ditafsirkan

  

5 Verification (pembuktian) Siswa melakukan pemeriksaan untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yan sudah ditetapkan dengan temuan siswa dari Data Processing

  6 Generalization (menarik Menarik sebuah kesimpulan kesimpulan/ generalisasi) Sumber: Nurrohmi,Utaya,Utomo (2017:1309) Model Discovery Learning merupakan suatu model dimana dalam kegiatannya

akan mengembangkan cara belajar siswa aktif. Berdasarkan langkah-langkah model

Discovery Learning yang sebelumnya telah dipaparkan dapat terlihat bahwa dalam

kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model Discovery Learning siswa akan

menemukan serta menyelidiki sendiri konsep yang nantinya akan dipelajari. Hasil yang

diperoleh siswaberdasarkan kegiatan penyelidikan dan penemuan akan tahan lama dalam

ingatan sehingga tidak akan mudah untuk dilupakan siswa. Dengan menggunakan

model Discovery Learning siswa belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang

akan dapat dikembangkan sendiri, siswa belajar berpikir analisis dan mencoba

  

memecahkan problema yang dihadapi sendiri dan kebiasaan ini akan ditransfer

dalam kehidupan nyata.

  c.

  Kelebihan Model Pembelajaran Discovery Learning Kelebihan model pembelajaran Discovery Learning menurut

  Kemendikbud tahun 2013 adalah sebagai berikut: 1)

  Membatu siswa dalam memperbaiki dan meningkatkan ketrampilan serta proses-proses kognitif. 2)

  Memungkinkan siswa berkembang dengan lebih cepat sesuai dengan kemampuannya sendiri. 3)

  Dapat meningkatkan tingkat penghargaan kepada siswa, hal ini dikarenakan siswa akan lebih sering terlibat dalam proses diskusi. 4)

  Menimbulkan rasa senang kepada siswa, dikarenakan keberhasilan siswa dalam melakukan penyelidikan terhadap permasalahan. 5)

  Membantu siswa dalam menghilangkan keragu-raguan karena mengarah pada kebenaran yang pasti.

  d.

  Komponen Model Pembelajaran Discovery Learning Menurut Joyce, Weil dan Calhoun (2009:104-106), dalam bukunya

  

Models Of Teaching dipaparkan bahwa suatu model pembelajaran tersusun atas

  beberapa komponen, yang terdiri dari sintaks, komponen prinsip reaksi atau peran guru, komponen sistem sosial, komponen daya dukung yang berupa sarana prasarana dalam mendukung tercapainya pelaksanaan model, serta dampak instruksional yang berupa hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, dan yang terakhir adalah dampak pengiring sebagai akibat dari tercapainya suasana belajar dalam model yang diterapkan. Komponen-komponen tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

  1) Sintaks

  Suatu model pembelajaran memiliki sintak atau langkah-langkah dalam penerapannya di kegiatan pembelajaran mulai dari awal kegiatan sampai akhir

  

Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), kemudian Problem Statement

  (pernyataan /identifikasi masalah), dilanjutkan dengan Data Collection (pengumpulan data), Data Processing (pengolahan data), serta Verification (pembuktian), dan langkah yang terakhir adalah Generalization (menarik kesimpulan/ generalisai).

  2) Prinsip Reaksi

  Merupakan pola kegiatan yang memberikan gambaran bagaimana seorang guru seharusnya melihat dan memperlakukan siswa dalam kegiatan pembelajaran, termasuk bagaimana guru memberikan respon terhadap siswanya. Dalam model pembelajaran Discovery Learning ini guru berperan sebagai fasilitator, guru memberikan pertanyaan yang membawa siswa untuk menghadapi permasalahan dan menemukan sendiri jawabandari permasalahannya. Guru membagi siswa dalam kelompok secara adil tidak membeda-bedakan, saat diskusi kelompok guru berkeliling memantau proses diskusi kelompok dan membimbing kelompok yang kesulitan. Guru memberikan penjelasan untuk mengklarifikasi penemuan siswa, dan guru memberikan kesimpulan.

  3) Sistem Sosial

  Sistem sosial yang terdapat dalam model pembelajaran Discovery

  

Learning ini adalah adanya kerjasama kelompok antar siswa. Pembentukan

  kelompok berdasarkan perbedaan pengetahuan, jenis kelamin, dan ras sehingga memungkinkan siswa untuk belajar menerima perbedaan yang ada di lingkungan sekitarnya. Peran guru bisasebagai sumber belajar, bisa juga berperan sebagai teman sebaya yang sedang memberikan penjelasan kepada anggota kelompok.

  4) Daya Dukung

  Daya dukung berupa sistem pendukung terhadap kondisi-kondisi yang diperlukan untuk mendukung terlaksananya kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tertentu, dalam hal ini erat kaitannya dengan sistem sarana dan prasarana. Dalam model pembelajaran Discovery Learning ini bahan pendukung yang diperlukan antara lain adanya bahan ajar untuk siswa, ketersediaan LCD, meja, kursi dan papan tulis juga tak kalah penting. Guru juga harus mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.

  5) Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring

  Dampak instruksional berupa hasil belajar siswa setelah selesai melakukan kegiatan pembelajaran. Dampak instruksional yang diharapkan setelah siswa belajar dengan model pembelajaran Discovery Learning ini adalah siswa dapat menemukan sendiri pengetahuannya tanpa harus selalu bergantung kepada guru sebagai sumber belajarnya. Dampak pengiring merupakan hasil belajar lain yang dihasilkan dalam kegiatan pembelajaran sebagai akibat dari kemampuan lain yang dialami siswa di luar dari arahan guru.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

  Hasil penelitian sebelumnya tentang model pembelajaran Discovery

  Learning dapat dilihat sebagai berikut:

  Penelitian yang dilakukan oleh Sochibin, Dwijananti, Marwoto (2009, 96- 101), penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui peningkatan terhadap pemahaman konsep serta untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ketrampilan berpikir kritis siswa kelas IV SDN Sekeran 01 Gunungpati Semarang pada materi IPA pokok bahasan air dan sifatnya. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Hasil penelitian menunjukkan dengan menerapkan model Discovery Learning presentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 81,82%, kemudian mengalami peningkatan di siklus II menjadi 88,64%. Sedangkan untuk ketrampilan berpikir kritis pada siklus I mencapai presentase ketuntasan sebesar 59,09% setelah dilakukan tindakan pada siklus II meningkat menjadi 83,36%.

  Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Utami (2017, 483-490). Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pembelajaran kooperatif Discovery Learning pada mata pelajaran IPA dalam kaitannya untuk meningkatkan ketrampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep siswa kelas 6 SDN 2 Blitar. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan yaitu berupa peningkatan ketrampilan bepikir kritis dan hasil belajar siswa. Hasil dari penelitian ini yaitu: 1) perlu diterapkannya model pembelajaran Discovery pada mata pelajaran IPA sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas

  Learning

  pembelajaran; 2) Discovery Learning dapat meningkatkan ketrampilan berpikir kritis serta pemahaman konsep siswa mata pelajaran IPA; 3) strategi Discovery

  

Learning mudah diterapkan dalam IPA karena sangat mirip dengan Saintifik

metode dalam Kurikulum 2013.

  Penelitian yang dilakukan oleh Yupita dan Tjipto S (2013, 1-9). Pada Penelitian ini lebih terfokus kepada peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 3 siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Surabaya dengan jumlah 36 orang siswa. Pada siklus pertama diperoleh hasil 63,89 %, pada siklus kedua mengalami peningkatan menjadi 77,77% dan pada siklus ke-tiga kembali mengalami peningkatan menjadi 94.44%. dapat disimpulkan dari ke-tiga siklus yang dilakukan selama penelitian bahwa penggunaan model pembelajaran Discovery

  Learning mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

  Lebih lanjut penelitian yang dilakukan oleh Rosarina, Sudin dan Sujana (2016, 371-380), dengan jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 dengan menerapkan model Discovery

  

Learning pada mata pelajaran IPA materi wujud benda di SDN Gudang Kopi I

  Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang. Penelitian tindakan kelas kelas yang dilakukan terdiri dari 3 siklus dengan jumlah siswa keseluruhan 27 siswa. Peningkatan hasil belajar dapat terlihat dari persentase ketuntasan dalam setiap siklus. Dalam siklus I berdasarkan hasil tes siswa yang dinyatakan tuntas berjumlah 7 siswa (26,92%), siklus II menjadi 17 siswa (65,38%), dan siklus III siswa yang dinyatakan tuntas ada 23 siswa (88,46%).

  Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dapat dilihat bahwa model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan hasil ini dapat dilihat dari adanya peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa dari pra siklus, siklus I, dan siklus II. Dari ke-4 penelitian yang telah dilakukan satu diantaranya membahas tentang kemampuan berpikir kritis, dua diantaranya membahas peningkatan hasil belajar, dan satu diantaranya lagi membahas kemampuan berpikir kritis dan peningkatan hasil belajar, sesuai dengan penelitian terbaru yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu tentang peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang terdahulu terutama dalam penggunaan media pembelajarannya. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan media yang berupa benda konkret yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Media tersebut berupa plastisin, bola, mobil mainan, magnet. Dalam pembelajaran dengan menggunakan media-media tersebut diharapkan siswa dapat lebih memahami apa yang dipelajari karena dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa diajak untuk melakukan suatu percobaan dan pengamatan secara langsung. Hal ini tentu sangan sesuai dengan model pembelajaran Discovery

  

Learning yang pada dasarnya memberikan kegiatan pembelajaran dengan

menemukan.

2.3 Kerangka Pikir

  Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran harus disertai dengan aspek-aspek belajar, diantarnya adalah tujuan, materi pembelajaran, siswa dan juga guru. Dalam pembelajaran tematik, pembelajaran yang aktif, bermakna dan berdasarkan pengalaman langsung sangatlah dibutuhkan dalam penguasaan materi. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran tematik siswa akan dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang sifatnya konkrit dan ada dalam lingkungan sekitar siswa. Pembelajaran tematik akan medorong siswa untuk lebih mengembangkan kemampuan pikirnya agar siswa mampu untuk memahami materi secara lebih mendalam.

  Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

  Discovery Learning . Model Discovery Learning merupakan suatu model

  pembelajaran yang menekankan kepada penemuan. Diterapkannya model pembelajaran Discovery Learning ini adalah dengan tujuan agar siswa terlibat secara langsung dalam proses belajar mengajar, sehingga siswa akan termotivasi dan memiliki rasa ingin tahu terhadap materi pembelajaran sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuannya sendiri melalui pengalaman langsung yang dialaminya. Dengan menerapkan model pembelajaran Discovery

  Learning ini siswa akan melakukan penemuan terhadap apa yang sedang

  dipelajarinya. Sehingga siswa akan lebih termotivasi dalam kegiatan pembelajaran, yang mengakibatkan siswa tidak pasif saat proses belajar mengajar berlangsung. Dengan siswa menemukan sendiri apa yang dipelajari siswa akan lebih mudah dalam memahami dan mengingat materi. Melalui penerapan model pembelajaran Discovery Learning diharapkan dapat membantu siswa dalam mengingkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.

2.4 Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan kajian pustaka, maka yang menjadi hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan adalah:

  1. Diduga penggunaan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan

  02 Salatiga.

  2. Diduga model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran tematik siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga.

  3. Diduga langkah-langkah dalam model Discovery Learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar pada pembelajaran tematik siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 02 Salatiga.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Teams Game Tournament (TGT) Berbantuan Sempoa Botol pada Siswa Kelas 4 SDN Gendongan 01 Kota Salatiga Tahun Pelajaran 20

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Teams Game Tournament (TGT) Berbantuan Sempoa Botol pada Siswa Kelas 4 SDN Gendongan 01 Kota Salatiga Tahun Pelajaran 20

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Teams Game Tournament (TGT) Berbantuan Sempoa Botol pada Siswa Kelas 4 SDN Gendongan 01 Kota Salatiga Tahun Pelajaran 20

0 0 95

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas 5 Sek

0 1 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model Problem Based Learning (PBL) 2.1.1.1. Pengertian Model Problem Based Learning - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Me

0 0 18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian ,Setting Penelitian, Subjek Penelitian, dan Waktu Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk M

0 1 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Diskripsi Penelitian Antar Siklus - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis pada Mata

0 1 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar Negeri 1 Banyukembar

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar Negeri 1 Banyukembar

0 33 154

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dalam Pembelajaran Tematik Siswa

0 0 7