Uji Berbagai Jenis Komoditi Pada Alat Pencetak Keripik Biji-Bijian

TINJAUAN PUSTAKA

  Salah satu perkembangan teknologi yang banyak memberikan kemudahan bagi hidup manusia adalah perkembangan alat dan mesin pertanian. Sesuai dengan definisi mekanisasi pertanian (agriculture mechanization), maka penggunaan alat mekanisasi pertanian adalah untuk meningkatkan daya kerja manusia dalam proses produksi pertanian dan dalam setiap tahapan dari proses produksi tersebut selalu memerlukan alat mesin pertanian (Sukirno, 1999).

  Secara umum, tujuan mekanisasi pertanian adalah : a.

  Mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga manusia b.

  Mengurangi kerusakan produksi pertanian c. Menurunkan ongkos produksi d. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi e. Meningkatkan taraf hidup petani f. Memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsistem (tipe pertanian keluarga) menjadi tipe pertanian komersil (commercial farming)

  Tujuan tersebut di atas dapat dicapai apabila penggunaan dan pemilihan alat mesin pertanian tepat dan benar tetapi apabila pemilihan dan penggunaannya tidak tepat, hal sebaliknya yang akan terjadi (Rizaldi, 2006).

  Cempedak (Artocarpus champeden sp.)

  Buah cempedak merupakan komoditas perkebunan yang memiliki prospek cerah di masa yang akan datang, karena disamping dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, juga dapat diproyeksikan sebagai bahan industri. Cempedak adalah dan bijinya pun dapat dimakan, kulit batangnya sebagai antitumor dan antimalaria (Anshari, dkk, 2010).

  Kingdom : Plantae Filum : Mognoliophyta Kelas : Mognoliopsida Ordo : Urticales Family : Moraceae Genus : Arthocarpus Species : Artocarpus champeden sp. (Sumeru, 2006).

  Berdasarkan keunggulan tersebut, buah cempedak tidak hanya dapat dijadikan tanaman perkebunan saja, tetapi juga dapat dibudidayakan oleh masyarakat, meskipun dalam ruang lingkup yang lebih kecil. Tanaman cempedak memiliki banyak kegunaan dan kelebihan. Tumbuhan ini pun dapat ditanam di pekarangan dan kebun untuk menambah kerindangan, dan memberikan hasil yang menguntungkan pula. Pohon cempedak tidak banyak memakan tempat, tetapi dapat memberikan hasil yang berlimpah, karena rata-rata setiap pohon menghasilkan belasan biji cempedak berukuran besar.

  Biji buah cempedak, sebenarnya mempunyai potensi yang tak kalah besar untuk dimanfaatkan. Dari pengamatan, biji cempedak biasanya berukuran sebesar ibu jari manusia. Ditutupi semacam lapisan lilin, biji ini memiliki tekstur yang padat berwarna putih. Kandungan karbohidrat yang dimiliki biji cempedak pun, cukup berbanding dengan yang ada pada tepung terigu. Dengan perlakuan khusus, bukan tidak mungkin biji ini ternyata dapat dikembangkan menjadi satu bentuk bahan pangan baru (Anshari, dkk, 2010).

  Tanaman durian termasuk marga Durio, dari spesies Durio zibethinus family Bombacaceae yang berkerabat dekat dengan kapuk randu (Cieba

  

petandra ). Warna daunnya hijau cerah. Durian berduri runcing dengan panjang

  sekitar 3,5-4 cm. Durinya lentur dan tidak tajam. Kematangan buahnya serempak dalam satu pohon danterjadi pada 3-4 bulan sesudah pembungaan.

  Klasifikasi tanaman durian adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Dilleniidae Ordo : Malvales Famili : Bombaceae Genus : Durio Spesies Setiadi, 1999).

  Penanganan pascapanen durian di Indonesia memang belum setingkat negeri Thailand. Namun di negara kita kehilangan hasil akibat pasca panen yang tidak benar. Buah yang rusak, terasa hambar dan tidak matang masih bisa diolah menjadi dodol dan lempok. Biji durian pun dapat diolah menjadi keripik. Caranya, biji dicelupkan ke dalam air panas selama kira – kira setengah jam selanjutnya biji

  Nangka (Artocarpus heterophyllus)

  Nangka berbentuk pohon yang berukuran sedang, warna selalu hijau yang dilukai akan mengeluarkan getah yang pekat dan berwarna putih. Kulit batangnya kasar sampai agak bersisik berwarna keabu-abuan sampai coklat, tajuknya padat pada pohon yang muda berbentuk kerucut tetapi pada pohon yang dewasa menjadi bulat atau melebar, pucuk ranting dan daun yang muda kadang- kadang berbulu muda dan kasap (Widiyastuti, 1995).

  Klasifikasi tanaman nangka adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Filum : Mognoliophyta Kelas : Mognoliopsida Ordo : Rosales Family : Moraceae Genus : Arthocarpus Spesies : Artocarpus heterophyllus Nangka adalah jenis buah yang cukup familiar dan tumbuh di sebagian besar pekarangan rumah terutama di daerah pedesaan. Namun demikian masih jarang sekali yang menjadikan tanaman nangka ini sebagai tanaman budidaya/agrobisnis. Pola usaha pekarangan adalah bertanam di lahan sekitar rumah. Hasil ini tidak semata-mata untuk dijual tetapi sebagian untuk dikonsumsi sendiri. Sedangkan pola usaha kebun yaitu bertanam di lahan yang jauh lebih luas dari pekarangan dengan pertimbangan hasilnya untuk memenuhi kebutuhan pasar, modal dan tenaga kerja cukup tersedia serta lahannya sesuai dengan persyaratan tempat tumbuh nangka inovasi pengolahan bahan pangan ini menjadikan buah nangka yang memiliki masa simpan yang cukup singkat ini menjadi produk olahan dengan masa simpan yang lama dan cukup diminati oleh masyarakat. Oleh karena itu budidaya tanaman nangka dapat dijadikan peluang usaha yang cukup menjanjikan. Setelah pada artikel sebelumnya kita membahas mengenai penyediaan bibit serta media tanam, artikel kali ini lebih memfokuskan budidaya nangka dalam hal teknik penanaman serta pemeliharaan tanaman (Siahaan, 2013).

  Menurut Sunanto (1991), untuk membuat emping secara manual diperlukan beberapa peralatan, yaitu:

  1. Tungku api atau kompor minyak 2.

  Wajan dari tanah (kuali) atau dari aluminium 3. Batu berpermukaan lebar dan rata atau balok kayu untuk telenan atau alas pemukulan

  4. Alat pemukul dari besi atau batu gandik yang permukaannya licin atau dibungkus plastik agar licin

  5. Irus atau sendok dari tempurung kelapa untuk membalik-balikkan biji melinjo yang digoreng sangan

  6. Anjang dari anyaman bambu untuk mengangin-anginkan atau menjemur lempengan emping melinjo

  7. Pasir sedikit untuk membantu proses penggorengan sangan

  8. Lembaran seng yang tipis dan berukuran kecil untuk mengambil lempengan emping yang melekat pada batu atau kayu telenan Dalam uji organoleptik indera yang berperan dalam pengujian adalah indera penglihatan, penciuman, dan pencicip, peraba dan indera pendengaran, untuk produk pangan yang paling jarang digunakan adalah indera pendengaran, dalam melakukan penilaian, panelis harus dilatih menggunakan indera untuk menilai sehingga didapat suatu kesan terhadap mutu ransangan .

  Dalam penilaian organoleptik dilakukan uji hedonik (kesukaan) yaitu dengan cara bahan yang akan diuji disiapkan dengan kode, panelis diminta menilai produk sesuai tingkat kesukaan, meliputi rasa, warna, aroma, dan tekstur bahan. Skala hedonik adalah sebuah skala yang menunjukkan tingkat keseluruhan responden dalam menyukai atau tidak menyukai sesuatu, misalnya suatu produk atau konsep. Skala penilaian meliputi sangat tidak suka, tidak suka, agak suka, suka, sika sekali (Rahayu, 1998).

  Elemen Alat

1. Motor Listrik

  Motor listrik adalah mesin yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanis. Misalnya mesin pembangkit tenaga listrik maka dapat memutar motor listrik yang menggunakan mesin untuk berbagai keperluan seperti mesin untuk menggiling padi menjadi beras, untuk pompa irigasi untuk pertanian, untuk kipas angin serta mesin pendingin (Djoekardi, 1996).

  Pada alat dan mesin pertanian motor listrik sering digunakan sebagai listrik sering digunakan karena dapat disesuaikan dan motor listrik dapat digunakan dihampir setiap alat yang membutuhkan putaran (Cooper, 1992).

  V-belt terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. V-belt

  dibelitkan di sekitar alur puli yang berbentuk V pula. Transmisi sabuk yang bekerja atas dasar gesekan belitan mempunyai beberapa keuntungan karena murah harganya, sederhana konstruksinya, dan mudah untuk mendapatkan perbandingan putaran yang diinginkan. Transmisi tersebut telah digunakan dalam semua bidang industri, misalnya mesin-mesin pabrik, otomobil, mesin pertanian, alat kedokteran, mesin kantor dan alat-alat listrik (Daryanto, 1993).

  Adapun kelebihan dari V- belt adalah sebagai berikut: a. V-belt lebih kompak.

  b. Slipnya relatif kecil.

  c. Operasi lebih tenang.

  d. Mampu meredam kejutan saat start.

  Sedangkan kelemahan dari V- belt yaitu: a. Tidak dapat digunakan untuk jarak poros yang panjang.

  b. Umur lebih pendek (Smith dan Wilkes, 1990).

3. Pulley

  Menurut Daryanto (1993), Ada beberapa jenis tipe pulley yang digunakan untuk sabuk penggerak yaitu:

  Pulley datar

  • Pulley ini kebanyakan dibuat dari besi tuang dan juga dari baja dengan
  • Pulley mahkota
  • Pulley ini lebih efektif dari pulley datar karena sabuknya sedikit menyudut

  sehingga untuk slip relatif sukar, dan derajat ketirusannya bermacam-macam menurut kegunaannya

4. Speed Reducer

  Speed reducer (gearbox) adalah jenis motor yang mempunyai sistem

  reduksi yang besar. Gearbox bersinggungan ke dalam motor, tetapi secara bersamaan rangkaian ini mengurangi kecepatan keluaran (output speed). Speed

  

reducer digunakan untuk menurunkan putaran. Dalam hal ini perbandingan speed

reducer putarannya dapat cukup tinggi (Niemman, 1982).

  Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian

  Kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (contoh: Ha, Kg, Lt) pe rsatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat/mesin itu menggunakan daya penggerak motor.

  Jadi satuan kapasitas kerja menjadi: Ha.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW. Persamaan matematisnya dapat ditulis sebagai berikut:

  Produk yang dihasilkan Kapasitas Alat = (Daywin, dkk, 2008).

  Waktu

  Analisis Ekonomi Biaya pemakaian alat biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).

  BT

  BP = + BTT C .............................................................. (1)

  [ ] x

  dimana : BP = Biaya pokok (Rp/satuan produksi) BT = Total biaya tetap (Rp/tahun) BTT = Total biaya tidak tetap ( Rp/jam) x = Total jam kerja pertahun (jam/tahun) C = Kapasitas alat (Rp/satuan produksi)

  Biaya tetap

  Biaya tetap terdiri dari:

  1.Biaya penyusutan (metode sinking fund) Metode ini memungkinkan untuk memperkirakan penyusutan yang lebih mendekati dengan penyusutan yang aktual terjadi bagi mesin/alat pada tiap tahun umurnya. Dt = (P-S) (A/F, i%, N) (F/P, i%, t-I) .............................................. (2) dimana: Dt = Biaya penyusutan pada tahun ke-t (Rp/tahun) P = Nilai awal alsin (harga beli/pembuatan) (Rp)

  S = Nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp) N = perkiraan umur ekonomis (tahun)

  I = tingkat bunga modal (% tahun)

  2. Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan besarnya: I = ................................................................................... (3)

  2n

  dimana: i = Total persentase bunga modal dan asuransi (17% pertahun)

  3. Di Indonesia belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk mesin- mesin dan peralatan pertanian, beberapa literatur menganjurkan bahwa biaya pajak alsin pertanian diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai awalnya.

  Biaya tidak tetap

  Biaya tidak tetap terdiri dari:

  1. Biaya perbaikan untuk motor listrik sebagi sumber tenaga penggerak. Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan:

  1,2%(P −S)

Biaya reperasi = ............................................................ (4)

1000 jam

  2. Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya (Darun, 2002).

  Break Even Point (BEP)

  Manfaat perhitungan titik impas adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa ada keuntungan.

  Untuk mengetahui produksi titik BEP maka dapat digunakan rumus sebagai berikut: N =

  BT (R −BTT )

  .................................................................. (5) dimana: N = Jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas BT = Biaya tetap pertahun (Rupiah) R = Penerimaan dari tiap unit produksi (harga jual) (Rupiah) BTT = Biaya tidak tetap per unit produksi (Rupiah) (Darun, 2002).

  Net Present Value (NPV)

  NPV adalah selisih antara present value dari investasi nilai sekarang dari penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Identifikasi masalah kelayakan

  

financial dianalisis dengan menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria

  investasi. NPV adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Perhitungan NPV merupakan net benefit yang telah didiskon dengan discount factor. Secara singkat dapat dirumuskan:

  CIF – COF ≥ 0 ............................................................................ (6) dimana:

  CIF = Cash inflow COF = Cash outflow Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan :

  Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + nilai akhir x (P/F, i, n)

  Kriteria NPV yaitu :

  • NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan
  • NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang dikeluarkan (Darun, 2002).

  Internal Rate of Return (IRR)

  IRR digunakan untuk mengetahui kemampuan untuk dapat memperoleh kembali investasi yang sudah dikeluarkan. IRR juga digunakan untuk memperkirakan kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan tertentu.

  IRR adalah suatu tingkatan discount rate, pada discount rate dimana diperolah B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Harga IRR dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

  NPV 1

  • – IRR = i (i – i ) ............................................. (7)

  1

  1

  2 (NPV 2 −NP V1)

  dimana: i

  1 = Suku bunga bank paling atraktif

  i = Suku bunga coba-coba

  2 NPV 1 = NPV awal pada i

  1 NPV 2 = NPV pada i

  2 (Kastaman, 2006).