Pengaruh UMP terhadap tingkat penganggur

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG

DAMPAK KEBIJAKAN UPAH MINIMUM TERHADAP TINGKAT
PENGANGGURAN

Disusun oleh:
Sarah Fauzia
III-AH
NPM: 133060017881
Mahasiswa Program Diploma III Keuangan
Spesialisasi Akuntansi
2015

Dampak Kebijakan Upah Minimum Terhadap Tingkat Pengangguran
Upah Minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau
pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau
kerjanya. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013
Tentang Upah Minimum pasal 1 ayat (1), Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang

terdiri atas upah pokok termasuk tunjangan tetap yang ditetapkan oleh gubernur sebagai jaring
pengaman.
Upah minimum ini diatur oleh Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
7 Tahun 2013 Tentang Upah Minimum dengan bab yang berjumlah 5 bab serta pasal yang
berjumlah 22 pasal. Peraturan ini didasari oleh peraturan-peraturan yang telah ada sebelumnya,
yaitu:
-

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-Undang
Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 Dari Republik Indonesia Untuk Seluruh
Indonesia,

-

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,

-

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,


-

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota,

-

Keputusan Presiden Nomor 107 Tahun 2004 tentang Dewan Pengupahan, dan

-

Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009.
Berikut adalah beberapa dasar pertimbangan dari penetapan upah minimum:

-

sebagai jaring pengaman agar nilai upah tidak melorot dibawah kebutuhan hidup
minimum,

-


sebagai wujud pelaksanaan Pancasila, UUD 45 dan GBHN secara nyata,

-

agar hasil pembangunan tidak hanya dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat yang
memiliki

kesempatan,

tetapi

perlu

menjangkau

sebagian

terbesar


masyarakat

berpenghasilan rendah dan keluarganya,
-

sebagai satu upaya pemerataan pendapatan dan proses penumbuhan kelas menengah,

-

kepastian hukum bagi perlindungan atas hak – hak dasar Buruh dan keluarganya sebagai
warga negara Indonesia, serta

-

merupakan indikator perkembangan ekonomi Pendapatan Perkapita.
Jenis upah minimum terdiri dari:

-

upah minimum provinsi (UMP) yaitu upah Minimum yang berlaku untuk seluruh

kabupaten/kota di satu provinsi,

-

upah minimum kabupaten/kota (UMK) yaitu upah minimum yang berlaku di wilayah
kabupaten/kota,

-

upah minimum sektoral provinsi (UMSP) yaitu upah minimum yang berlaku secara
sektoral di satu provinsi, dan

-

upah minimum sektoral kabupaten/kota (UMSK) adalah upah minimum yang berlaku
secara sektoral di wilayah kabupaten/kota.
Penetapan upah minimum didasarkan pada Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dengan

memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Komponen Kebutuhan hidup layak
digunakan sebagai dasar penentuan upah minimum, dimana dihitung berdasarkan kebutuhan

hidup pekerja dalam memenuhi kebutuhan mendasar yang meliputi kebutuhan akan
pangan 2100kkal perhari, perumahan, pakaian, pendidikan dan sebagainya.
UMP ditetapkan dan diumumkan oleh gubernur secara serentak setiap tanggal 1
November. Selain UMP, gubernur dapat menetapkan UMK atas rekomendasi Dewan
Pengupahan Provinsi dan rekomendasi bupati/walikota. UMK ditetapkan dan diumumkan oleh
gubernur selambat-lambatnya tanggal 21 November setelah penetapan UMP dengan jumlah yang
lebih besar dari UMP. Upah Minimum yang telah ditetapkan, berlaku terhitung mulai tanggal 1
Januari tahun berikutnya dan ditinjau kembali setiap tahun.
Komponen Upah Minimum yaitu gaji pokok yang ditambah dengan tunjangan tetap. Gaji
pokok adalah adalah imbalan dasar (basic salary) yang dibayarkan kepada pekerja menurut
tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan. Sedangkan,
tunjangan tetap adalah pembayaran kepada pekerja yang dilakukan secara teratur dan tidak
dikaitkan dengan kehadiran pekerja atau pencapaian prestasi kerja tertentu (penjelasan pasal 94
UU No. 13/2003). Tunjangan tetap tersebut dibayarkan dalam satuan waktu yang sama dengan

pembayaran upah pokok, seperti tunjangan isteri dan/atau tunjangan anak, tunjangan perumahan,
tunjangan daerah tertentu.
Sanksi yang berlaku sesuai dengan Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, pengusaha yang tidak membayarkan upah sesuai ketentuan UMP dianggap
sebagai pelaku kejahatan dengan ancaman sanksi penjara dari satu hingga empat tahun dan

denda minimal Rp100 juta dan maksimal Rp400 juta. UMP yang ditetapkan merupakan gaji
pokok bagi pekerja yang masih belum menikah dan punya masa kerja 0-12 bulan.
Kebijakan upah minimum ini ternyata memiliki dampak terhadap tingkat pengangguran
dan kemisikinan yang terjadi. Selain itu, kebijakan upah minimum menimbulkan berbagai pro
dan kontra karena dapat menimbulkan pengaruh postif dan negatif kepada pihak-pihak yang
terkait.
Peningkatan upah minimum dipercaya meningkatkan standar kehidupan buruh,
mengurangi kemiskinan, mendorong pebisnis lebih efisien, sekaligus menciptakan efek beruntun
lewat peningkatan konsumsi ke peluang kerja baru. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa
kenaikan upah minimum yang cukup tinggi akan mendorong pengangguran, khususnya pekerja
dengan produktivitas kecil, usaha kecil yang tidak memiliki kapasitas menambah modal, dan
mempersulit pekerja tidak ahli dan tidak terdidik.
Menurut teori ekonomi, kenaikan harga (termasuk kenaikan upah) akan memicu kenaikan
penawaran, tetapi sekaligus menurunkan permintaan. Jika surplus tenaga kerja ini tidak diikuti
pertambahan permintaan kerja, penganggur akan bertambah. Pemerintah bisa campur tangan
menciptakan proyek padat karya, tetapi strategi ini hanya mampu mengatasi sebagian kecil
pengangguran. Akhirnya kenaikan upah akan menguntungkan mereka yang bekerja, tetapi
merugikan mereka yang kontraknya tidak diperpanjang. Korban lain adalah penganggur yang
makin sulit masuk pasar kerja.
Kelompok yang pro akan peningkatan upah minimum mengatakan, teori bahwa

peningkatan upah akan memperburuk situasi lapangan kerja itu tidak sepenuhnya berlaku.
Beberapa industri tertentu yang permintaan terhadap produknya tinggi dan tidak kaku,
peningkatan upah tak harus berujung ke PHK, karena bisa dibebankan kepada konsumen dengan
menaikkan harga produk (Paul Krugman). Meski tidak banyak produk yang bisa dinaikkan harga

satuannya tanpa memengaruhi permintaan konsumen, kelompok ini tetap percaya bahwa dampak
positif dari peningkatan upah minimum jauh lebih besar.
Naiknya pendapatan juga akan mengurangi beban pemerintah untuk biaya jaminan sosial
akibat turunnya kelompok miskin yang disubsidi. Upah yang semakin tinggi mendorong banyak
orang memasuki pasar kerja formal, ketimbang bekerja di sektor informal dan ilegal, dan
terutama mempercepat penghapusan kebijakan ”buruh murah” menuju kebijakan buruh upah
layak.
Kelompok yang kontra akan peningkatan upah minimum mengatakan bahwa hal tersebut
dapat menyingkirkan kompetitor bisnis yang bertahan karena menggunakan biaya buruh murah,
mengganggu keberlanjutan usaha kecil dengan kapasitas finansial terbatas, mengurangi
penggunaan tenaga kerja, dan mendorong inflasi akibat kenaikan harga-harga barang.
Bila upah minimum meningkat, maka cost yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
produksi tentu saja akan bertambah karena adanya peningkatan biaya labor, akibatnya harga
pokok penjualan dari suatu barang produksi akan meningkat dan harga yang ditawarkan kepada
masyarakat juga akan meningkat. Jika permintaan dari barang tersebut menurun, maka

keuntungan yang akan diterima oleh perusahaan juga menurun bahkan tidak menutup
kemungkinan perusahaan akan mengalami kerugian dan melakukan untuk melakukan pemutusan
hubungan kerja dengan karyawan agar mengurangi biaya labor yang digunakan. Hal ini akan
menyebabkan semakin banyak orang yang menganggur.
Berikut adalah salah satu data yang didapat dari internet mengenai dampak penetapan
upah minimum terhadap tingkat upah dan pengangguran di Pulau Jawa. Penelitian dilakukan
selama tiga bulan mulai bulan Juni-Agustus 2004 Penelitian ini menggunakan data sekunder time
series mulai dari tahun 1988 sampai 2002. Data time series yang telah dikumpulkan
dikombinasikan dengan data cross section dari lima propinsi di Pulau Jawa. Model analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah model persamaan simultan yang terdiri dari empat
persamaan termasuk persamaan identitas yaitu persaingan permintaan tenaga kerja, penawaran
tenaga kerja, upah riil dan pengangguran. Untuk mengetahui dampak kebijakan upah minimum
terhadap tingkat upah dan pengangguran di Pulau Jawa maka dilakukan simulasi terhadap model
yang telah ada. Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh, dilakukan simulasi kebijakan pada
variabel UMP Riil pembahan sebesar 5 persen. Dari hasil simulasi kenaikan UMP Riil sebesar 5

persen terjadi penurunan jumlah permintaan tenaga kerja di tiap propinsi dengan penurunan ratarata sebesar 0.74% dalam rentang waktu 1988 sarnpai tahun 2002. Upah riil juga mengalami
penurunan sebesar 2.71% begitu juga dengan pengangguran yang mengalami penurunan sebesar
11.29%. Penurunan UMP sebesar 5% akan menyebabkan upah riil pekerja mengalami kenaikan
sebesar 3.03%. Penyerapan tenaga kerja akibat penurunan tersebut mengalami kenaikan sebesar

0.82% dan jumlah pengangguran mengalami kenaikan sebesar 12.49%. Berdasarkan data
tersebut, maka UMP riil memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan jumlah permintaan
tenaga kerja.
Kesimpulannya, kebijakan upah minimum yang ditetapkan oleh pemrintah bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa
kebijakan yang bertujuan baik ini memiliki dampak positif dan negatif bagi pihak-pihak yang
terkait. Dampak negatif dari kebijakan ini dapat dikurangi dengan cara:
-

menentukan dengan sungguh-sungguh berapa upah minimum yang harus di tetapkan di
suatu daerah agar tidak menimbulkan kerugian bagi pihak yang memberi pekerjaan dan
pihak yang dipekerjakan;

-

pemerintah seharusnya lebih memperhatikan terhadap perusahaan-perusahaan bermodal
kecil karena perusahaan-perusahaan tersebutlah yang memiliki resiko kerugian dan resiko
untuk mem-PHK karyawannya lebih tinggi;

-


meningkatkan mutu dari sumber daya manusia, sehingga tenaga kerja dapat lebih
produktif, kompeten, dan berkinerja baik, hal ini tentu saja dapat memberikan
keuntungan bagi perusahaan tempat tenaga kerja tersebut bekerja; serta

-

menciptakan lapangan pekerjaan seluas-luasnya sehingga tingkat pengangguran dapat
berkurang.

Daftar Pustaka:
Website
http://id.wikipedia.org/wiki/Upah_minimum
http://id.wikipedia.org/wiki/Upah_minimum_provinsi
http://www.gajimu.com/main/gaji/gaji-minimum/pengertian-upah-minimum-2
http://budisansblog.blogspot.com/2012/12/efek-kenaikan-upah-minimum.html
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/20579