CRITICAL REVIEW STUDI KELAYAKAN KAWASAN (1)

2
BAB I
REVIEW
Kawasan Reok merupakan penggabungan antara Kecamatan Reok dengan
Kecamatan Reok Barat, sebelum adanya pemekaran pada tahun 2013. Kawasan ini
merupakan satu kecamatan dan pada saat kawasaan ini masih dalam satu kecamataan
ditetapkan beberapa kebijakan yang berdasarkan pada Perda RTRW Kabupaten Manggarai
tahun 2012-2032 salah satunya adalah kebijakan kawasan Reok sebagai pusat kegiatan
lokal (PKL). Selain ditetapkan dalam perda RTRW faktor lain yang mendasari adalah
pemekaran kabupaten pada tahun 2008 yakni terbentuknya Kabupaten Manggarai Timur.
Sehingga berdampak pada struktur tata ruang yang selama ini telah ditetapkan.
Bergesernya fungsi Kota Borong yang mana sebelum pemekaran wilayah merupakan PKL
bagi kabupaten Manggarai, namun setelah dilakukan pemekaran Kota Barong menjadi
ibukota kabupaten Manggrai Timur. Dengan ditetapkannya kawasan reok sebagai pusat
kegiatan lokal

diharapkan dapat menggantikan posis kota Borong yang sebelumnya

merupakan PKL di Kabupaten Manggarai.

yang menjadi pelabuhan barang dan penumpang dengan skala pelayanan seluruh

Kabupaten Manggarai dengan tujuan Kalimantan Surabaya, Nusa Tenggara Barat dan
wilayah lainnya di kawasan Indonesia bagian timur seperti: Sulawesi, Maluku dan Irian.
Selain itu, pelabuhan ini juga dijadikan sebagai jalur dalam alur distribusi barang yang
menuju dan keluar dari pulau Flores dimana dalam pelabuhan ini terdapat beberapa gudang
penyimpanan barang diantaranya barang elektronik, gudang beras (BULOG) dan makanan
kemasan. Selain itu juga dilengkapi dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sebagai tempat
untuk hasil tangkapan laut. Selain itu kawasan ini kawasan Reok juga dilalui oleh jalan arteri
primer sebagai jalan strategis MP3EI (masterplan Percepatan Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia) di

bagian utara Pulau Flores. Jalur ini digunakan sebagai jalur yang

menghubungkan Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur hingga ke
Flores Timur.
Akan tetapi jika dilihat kondsisi eksisting dari segi sarana dan prasarana, kawasan
Reok masih cenderung minim. Hal ini dikarenakan belum adanya transportasi umum yang
menjangkau seluruh kawasan dan angkutan yang ada hanya angkutan antar kecamatan
dan antar kabupaten sehingga membuat masyarakat kesulitan dalam menempuh perjalanan
dari suatu lokasi ke lokasi lainnya di dalam kawasan serta masih ada beberapa desa yang
sulit dijangkau karena jaringan jalan masih berupa jalan tanah dan kerikil. Serta belum

adanya terminal yang mendukung dalam pelayanan transportasi sehingga banyak angkutan

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN | IMROATUL AZIZAH

Salah satu potensi yang terdapat di kawasan Reok adalah adanya pelabukan kelas III

3
umum yang berhenti sembarangan di bahu jalan sehingga membuat kapasitas volume jalan
menjadi berkurang. Tidak tersedianya tempat pembuangan sampah terpadu juga
mengakibatkan masyarakat membuang sampah disembarang tempat seperti di pasar dan
pelabuhan.
Analisis yang digunakan adalah analisis kebijakan kawasan berdasarkan
RTRW, analisis perbandingan kriteria dan pembobotan, kajian interaksi sistem pusat – pusat
kegiatan yang berada di sekitar kawasan. Menghasilkan bahwa kawasan Reok merupakan
kawasan yang menjadi pusat pengumpul barang dan jasa untuk kawasan Manggarai
bahkan hingga dapat melayani daerah di kawasan Manggarai Raya, selain itu pasar yang

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN | IMROATUL AZIZAH

berada di kawasan Reok juga menjadi pasar tujuan utama masyarakat sekitar Reok.


4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Peraturan Menteri Dalam Negeri no 57 tahun 2010
Standar Pelayanan perkotaan adalah pelayanan minimal yang tersedia di kawasan
perkotaan, yang terbagi menadi :
A. Tempat permukiman perkotaan terdiri atas jenis pelayanan :
a.

Perumahan;

b.

Air Minum;

c.

Drainase;


d.

Prasarana Jalan Lingkungan;

e.

Persampahan;

f.

Air Limbah;

g.

Energi;

h.

Kumunikasi Dan Informasi;


i.

Ruang Terbuka Hijau.

a.

Perkantoran pemerintah;

b.

Pelayanan administrasi kependudukan dan administrasi pertanahan;

a.

Pelayanan ketenagakerjaan;

b.

Pelayanan perijinan;


c.

Sarana pengendalian lingkungan hidup;

d.

Penanggulangan bencana; dan

e.

Ketentraman dan ketertiban.

C. Pelayanan sosial sebagimana terdiri atas jenis pelayanan :
a.

Pendidikan

b.

Kesehatan


c.

Pusat Pelayanan sosial

d.

Rekreasi dan olahraga

e.

Sarana peribadatan; dan

f.

Pemakaman.

D. Kegiatan ekonomi terdiri atas jenis pelayanan :
a.


Pusat perdagangan dan jasa;

b.

Pergudangan

c.

Ruang untuk sektor informaldan usaha kecil dan menengah;

d.

Jasa keuangan

e.

Pusat informasi daerah;

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN | IMROATUL AZIZAH


B. Pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan terdiri atas jenis pelayanan:

5
f.

Penginapan; dan

g.

Pelayanan transportasi.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 26 tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional .
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah
kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama
lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan
transportasi. Pusat kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial,
budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kabupaten, yang terdiri atas:
 PKN yang berada di wilayah kabupaten;
 PKW yang berada di wilayah kabupaten;

 PKL yang berada di wilayah kabupaten;
 PKSN yang berada di wilayah kabupaten; dan
 Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang penentuannya ada

pada pemerintah daerah kabupaten.

pemerintah daerah kabupaten, dalam hal ini meliputi:
 Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi

untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; dan
 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi

untuk melayani kegiatan skala antar desa.
Pusat-pusat permukiman yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
 terdiri atas pusat pelayanan kawasan (PPK), pusat pelayanan lingkungan (PPL),

serta pusat kegiatan lain yang berhirarki lebih tinggi yang berada di wilayah
kabupaten yang kewenangan penentuannya ada pada Pemerintah Pusat dan
pemerintah provinsi;

 memuat penetapan pusat pelayanan kawasan (PPK) serta pusat pelayanan

lingkungan (PPL); dan
 harus berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang serta saling terkait

menjadi satu kesatuan sistem wilayah kabupaten.

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN | IMROATUL AZIZAH

Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang penentuannya ada pada

6
Pusat-pusat kegiatan selain sebagaimana dimaksud di atas dengan ketentuan sebagai
berikut:
 pusat kegiatan yang dipromosikan untuk di kemudian hari ditetapkan sebagai PKL

(dengan notasi PKLp);
 pusat kegiatan yang dapat ditetapkan menjadi PKLp hanya pusat pelayanan

kawasan (PPK); dan
 pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) harus ditetapkan sebagai

kawasan strategis kabupaten dan mengindikasikan program pembangunannya di
dalam arahan pemanfataan ruangnya, agar pertumbuhannya dapat didorong untuk
memenuhi kriteria PKL.
Sistem jaringan prasarana kabupaten dibentuk oleh sistem jaringan transportasi
sebagai sistem jaringan prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem jaringan prasarana
lainnya sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Merujuk pada
ketentuan struktur ruang wilayah kabupaten yang terdiri atas:

 Sistem prasarana lainnya.

Faktor Penentu Lokasi Perdagangan
Diana (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor penentu berkembangnya lokasi
perdagangan meliputi :
1)

Jumlah penduduk pendukung

Setiap jenis fasilitas perdagangan eceran mempunyai jumlah ambang batas penduduk
atau pasar yang menjadi persyaratan dapat berkembangnya kegiatan. Jumlah penduduk
pendukung dapat diketahui dari luas daerah pelayanan tetapi luas daerah layanan tidak
dapat ditentukan sendiri karena faktor ini bergantung pada faktor fisik yang mempengaruhi
daya tarik suatu fasilitas perdagangan.
2)

Aksesibilitas

Aksesibilitas berkaitan dengan kemudahan pencapaian suatu lokasi melalui
kendaraan umum dan pribadi serta pedestrian. Untuk fasilitas perdagangan kemudahan
pencapaian lokasi, kelancaran lalu lintas dan kelengkapan fasilitas parkir merupakan syarat
penentuan lokasi dan kesuksesan kegaiatan perdagangan.
3)

Keterkaitan spasial

Pada kegiatan perdagangan yang bersifat generative, analisa ambang batas
penduduk dan pasar menjadi halyang penting sedangkan pada lokasi perdagangan yang
bersifat suscipient, analisa kaitan spasial dari kegiatan merupakan hal yang penting.

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN | IMROATUL AZIZAH

 Sistem prasarana utama pembentuk ruang dan

7
4)

Jarak

Kecenderungan pembeli untuk berbelanja pada pusat yang dominan, namun
menyukai tempat yang dekat maka faktor jarak merupakan pertimbangan penting untuk
melihat kemungkinan perkembangan suatu lokasi terutama pusat perdagangan sekunder
yang menunjukkan trade off antara besarnya daya tarik pusat dan jarak antara pusat.
5)

Kelengkapan fasilitas perdagangan.

Kelengkapan fasilitas perdagangan menjadi faktor penentu pemilihan lokasi berbelanja
konsumen. Konsumen berbelanja barang-barang tahan lama yang tidak dibeli secara tidak
teratur seperti pakaian, alat-alat elektronik pada tempat perdagangan yang memiliki banyak
pilihan barang yang dapat diperbandingkan. Oleh karena itu pembeli cenderung untuk
berbelanja barang-barang tahan lama pada pusat perdagangan yang lebih lengkap, tetapi
untuk kebutuhan standar sehari-hari seperti bahan makanan, para konsumen cenderung
masih mempertimbangkan jarak yang dekat kalau terdapat fasilitas yang memadai.
Teori Aksesibilitas
Ratcliffe (1974) mengemukakan aksesibilitas adalah kemudahan suatu tempat untuk
dijangkau dan karakteristik spasial merupakan karakteristik lokasi perdagangan atas lokasi
kawasan sekitar dan lokasi perdagangan yang bersifat suscipient yaitu lokasi kegiatan
perdagangan yang mengambil keuntungan dari kegiatan lain disekitarnya. Pada kegiatan
perdagangan yang bersifat generative, analisa ambang batas penduduk dan pasar menjadi
hal yang penting sedangkan pada lokasi perdagangan yang bersifat suscipient, analisa
kaitan spasial dari kegiatan merupakan hal yang penting.
Kedua ciri ini pada kenyataannya sulit untuk dipisahkan, suatu pusat perdagangan
cenderung berkembang pada pertengahan jalur antara permukiman dengan pusat lain,
dengan kata lain, suatu kegiatan perdagangan cenderung berkembang pada suatu lokasi
yang mengintersepsi arus pembeli yang menuju pusat yang lain (Nelson dalam Hamdi Nur,
1996).
Christaller's Central Place Theory
The three principles in the arrangement of the central places:Christaller noted three
different arrangements of central places according to the following principles:
1. The marketing principle
2. The transportation principle
Christaller pointed out that the marketing principle is an awkward arrangement in terms
of connecting different levels of the hierarchy. As an alternate arrangement, Christaller
suggested that central places could be organized according to what he called the transport
principle. The traffic principles states that the distribution of central places is most favourable
when as many important placesas possible lie on one traffic route between two important

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN | IMROATUL AZIZAH

yang bersifat generative yaitu lokasi kegiatan perdagangan yang menarik konsumen dari

8
towns, the route being established as straightly and as cheap as possible. The more
unimportant places may be left aside. According to the transport principle, the central places
would thus be lined up on straight traffic routes which fan out from the central point. When
Central places are arranged according to the traffic principle, the lower order centers are
located at the midpoint of each side of the hexagon rather than at the corner. Thus the
transport principle produces a hierarchy organized in a k=4 arrangement in which central
places are nested according to the rule of four.
3. The administrative principle
Christaller’s other suggested organizing principle was based upon the realization that
from a political or administrative viewpoint centers it was unrealistic for centers to be
‘shared’. Any pattern of control which cuts through functional units is potientially
problematical. Christaller suggested that an arrangemnt whereby lower order centers were
entirely with the hexagon of the higher order center would obviate such problems. Such a
pattern is shown in the following diagram. All the six lower order centers are fully subordinate
to the higher order center which, therefore, dominates the equivalent of severn market areas

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN | IMROATUL AZIZAH

at the next lowest level.

9
BAB III
ANALISIS
Dalam Penetapan kawasan Reok sebagai Pusat Kegiatan Lokal banyak faktor – faktor
yang perlu dipertimbangkan. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 57 Tahun 2010
pelayanan minimal di kawasan perkotaan mempunyai fungsi kawsan yakni fungsi
permukiman, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Dari ke-9 Kecamatan di kabupaten
Manggrai terdapat 3 kecamatan yang lolos dari persyaratan untuk menjadi pusat kegiatan

Dari ketiga kecamatan tersebut Kecamatan Reok memiliki sebuah pelabuhan kelas III
dan dilewati jalan arteri primer yang merupakan jalan strategis MP3EI (Masterplan
Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia). Sehingga Kecamatan Reok lebih unggul dari
pada keduanya. Karena dengan memiliki sebuah pelabuhan kelas III maka kawasan Reok
dapat berinteraksi dengan kawsan lain yang disinggahi oleh kapal – kapal yang merapat ke
palabuhan di kawasan Reok. Sehingga kawasan tersebut bisa berkembang. Dengan
adanya pelabuhan di kawasan Reok maka kawasan Reok bisa dikatakan sebagai pintu
gerbang kegiatan perdagangan.
Diana (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor penentu berkembangnya lokasi
perdagangan meliputi : Jumlah penduduk pendukung, Aksesibilitas, Keterkaitan
spasial, Jarak, Kelengkapan fasilitas perdagangan. Pada kawasan Reok telah memenuhi
aspek tersebut meskipun tidak dijelaskan dengan rinci di jurnal. Kawasan Reok mengemban
fungsi permukiman dan perdagangan dan jasa , memiliki pelabuhan kelas III dan jalan arteri

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN | IMROATUL AZIZAH

lokal, yaitu kecamatan Langke Rembong, Reok, dan Ruteng.

10
primer. faktor – faktor tersebut cukup untuk mendorong kawasan Reok berkembang dalam
aspek perdagangan dikarenakan terbukanya akses dengan wilayah lain melalui darat
maupun perairan.
Kawasan Reok cocok dijadikan PKL dapat ditinjau dari teory Christaller
Christaller

mengemukakan

tiga

prinsip

dalam

penataan

dimana

tempat

pusat.

1. Prinsip marketing
Kawasan Reok sesuai jika dijadikan kawasan marketing karena di kawasan Reog
terdapat gudang penyimpanan barang diantaranya barang elektronik, gudang beras
(BULOG) dan makanan kemasan. Serta terdapat Tempat Pelelangan Ikan sehingga kawasn
tersebut menjadi kawasan perputaran uang .
2. Prinsip transportasi
Christaller menunjukkan bahwa distribusi tempat sentral yang paling menguntungkan
ketika banyak tempat-tempat penting mungkin terletak pada satu rute lalu lintas antara dua
kota penting, rute yang ditetapkan sebagai lugas dan semurah mungkin. Tempat yang lebih
penting dapat dikesampingkan dalam hal ini adalah pusat pemerintahan,

Kecamatan

Langke rembong. Menurut prinsip transportasi, tempat-tempat pusat dengan demikian akan
adanya

jalan

arteri

primer

yang

juga

merupakan

jalan

strategis

MP3EI

yang

menghubungkan Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur hingga ke
Flores

Timur

dan

pelabuhan

kelas

III

yang

berada

di

kawasan

Reok.

3. Prinsip administrasi
Prinsip lainnya Christaller lainnya adalah didasarkan sudut pandang politik atau
administratif Pusat. Hal ini terjadi karena adanya pemekaran wilayah yang terjadi di
Kabupaten Manggarai. Sehingga menurut keputusan pemerintah bahwa kawasan Reok
direncanakan menjadi kawasn Pusat Kegiatan Lokal.
Aksesibilitas adalah kemudahan suatu tempat untuk dijangkau. Suatu kegiatan
perdagangan cenderung berkembang pada suatu lokasi yang mengintersepsi arus pembeli
yang menuju pusat yang lain. Sebelumnya dikatakan bahwa Kecamatan Reok lolos untuk
menjadi Pusat Kegiatan Lokal dikarenakan memiliki pelabuhan kelas III dan jalan areteri
yang mendukung kawasan Reok untuk berkembang, akan tetapi itu hanya berlaku untuk
aksesibilitas dari luar ataupun sebaliknya. Akan tetapi aksesibilitas di dalam kawasan Reok
sendiri kenyataanya masih belum siap. Beberapa kondisi jalan masih berupa jalan tanah
dan kerikil, belum adanya pelayanan transportasi terminal dan angkutan umum yang
menjangkau ke seluruh wilayah Reok. Jadi bisa dikatakan bahwa Kawasan Reok dapat
dijadikan sebagai PKL akan tetapi kondisinya belum siap. Oleh karena itu jika kawasan
Reok dijadikan sebagai kawasan pusat kegiatan Lokal maka ada baiknya jika kawasan
tersebut sebelumnya disiapkan terlebih dahulu supaya tidak terjadi perkembangan kota

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN | IMROATUL AZIZAH

berbaris di rute lalu lintas lurus yang menyebar dari titik pusat. Hal ini didukung dengan

11
yang tidak sesuai dengan RTRW yang telah ditentukan. Sehingga bisa dikatakan bahwa
Kawasan Reok masih merupakan kawasan PKLp. Dimana hal tersebut berarti bahwa
kawasan Reok merupakan kawasan yang akan direkomendasikan (dipromosikan) sebagai

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN | IMROATUL AZIZAH

kawasan PKL.

12
BAB IV
PENUTUP
4.1

KESIMPULAN

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 57 Tahun 2010 pelayanan minimal di
kawasan perkotaan mempunyai fungsi kawsan yakni fungsi permukiman, pelayanan sosial
dan kegiatan ekonomi. Dari ke-9 Kecamatan di kabupaten Manggrai terdapat 3 kecamatan
yang lolos dari persyaratan untuk menjadi pusat kegiatan lokal, yaitu kecamatan Langke
Rembong, Reok, dan Ruteng. Akan tetapi yang bias dijadikan kawasan Pusat kegiatan
Lokal adalah Kawasan Kecamatan Reok.
Meskipun Kawasan Reok telah ditetapkan sebagai kawasan PKL, akan tetapi
Kawasan Reok dirasa belum siap sehingga bisa dikatakan bahwa Kawasan Reok masih
merupakan kawasan PKLp. Dimana hal tersebut berarti bahwa kawasan Reok merupakan
kawasan yang akan direkomendasikan (dipromosikan) sebagai kawasan PKL. Ditinjau dari
teori Aksesibilitas menghasilkan bahwa aksesibilitas Kawasan Reok menuju daerah lain
diluar kawasan Reok sudah baik dikarenakan didukung oleh adanya pelabuhan kelas III dan
kurang. Hal ini dikarenakan oleh ketidaksiapan kawasan Reok untuk menjadi kawasan
Pusat Kegiatan Lokal. Ketidaksiapaan ini ditunjukan dengan kondisi sektor transportasi yang
belum optimal. Ketidakoptimalan ini disebabkan kondisi jalan antar desa masih minim dan
juga belum memiliki terminal yang mendukung dalam pelayanan transportasi yang
menyebabkan banyaknya angkutan umum yang berhenti di sembarang tempat.
Jika ditinjau dari faktor-faktor penentu berkembangnya lokasi perdagangan meliputi :
Jumlah penduduk pendukung, Aksesibilitas, Keterkaitan spasial, Jarak, Kelengkapan
fasilitas perdagangan. Pada kawasan Reok telah memenuhi aspek tersebut meskipun
tidak dijelaskan dengan rinci di jurnal. Kawasan Reok mengemban fungsi permukiman dan
perdagangan dan jasa , memiliki pelabuhan kelas III dan jalan arteri primer. faktor – faktor
tersebut cukup untuk mendorong kawasan Reok berkembang dalam aspek perdagangan
dikarenakan terbukanya akses dengan wilayah lain melalui darat maupun perairan.

4.2

KEKURANGAN

Pada hasil penelitian dan pembahasan telah khususnya pada analisis perbandingan
kriteria dan pembobotan dicantumkan hasil pembobotan, akan tetapi tidak dijelaskan kriteria
– kriteria apa saja yang menjadikan kawasan Reok mendapatkan hasil pembobotan
tersebut.

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN | IMROATUL AZIZAH

jalan arteri primer, akan tetapi untuk untuk aksesibilitas internal Kawasan Reok masih

13
4.3

KELEBIHAN

Menampilkan Rencana Pusat Kegiatan dan Pelayanan (fungsi kegiatan yang
diemban) masing – masing kecamatan di Kabupaten Manggarai sehingga mudah untuk
membandingkan tiap – tiap lokasi.
4.4

LESSOND LEARNED

Dalam menetukan sebuah pusat kegiatan lokal diperlukan kajian mendalam terutama
terkait kesiapan daerah terkait. Kesiapan yang diperlukan adalah fasilitas sarana dan
prasarana kawasan tersebut. Akses yang mudah juga perlu diperhatikan karena pusat
kegiatan tidak akan berkembang dengan baik atau bahkan mati jika tidak memiliki akses,
sarana dan prasarana yang mendukung dan baik.
4.5

REKOMENDASI

Untuk Pemerintah : Kawasan Reok telah ditetapkan sebagi kawasan strategis
kabupaten sehingga di dalam arahan pemanfaatan ruangnya harus mengindikasikan
program pembangunannya, agar pertumbuhannya dapat didorong untuk memenuhi kriteria
PKL. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah jaringan jalan. Meskipun kawasan Reok
memiliki pelabuhan kelas III dan dilewati jalan arteri primer yang merupakan jalan strategis
jaringan jalan yang buruk atau kurang memadahi hal tersebut akan percuma. Karena
jaringan jalan merupakan hal penting dalam perkembangan sebuah kegiatan. Jaringan jalan
merupakan akses. Akses adalah kemudahan suatu tempat untuk dijangkau dan karakteristik
spasial. Sehingga akses dapat dikatakan sebagai jantung kegiatan karena dengan adanya
akses inilah yang dapat menghidupkan pusat kegiatan tersebut. Untuk Penelitian
selanjutnya dapat dilakukan penelitian seberapa besar pengaruh kawasan reok sebagai
Pusat Kegiatan Lokal untuk kabupaten Manggarai.

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN | IMROATUL AZIZAH

MP3EI (Masterplan Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia) akan tetapi jika memiliki

14
DAFTAR PUSTAKA
Santoso,Eko,Budi,dkk. 2012. DIKTAT Analisa Lokasi dan Keruangan. Institut Teknologi
Sepuluh Nopember. Surabaya.
Adisasmita,Sakti,Adji.2011.

Perencanaan

Pembangunan

Transportasi.

Graha

Ilmu.

Makasar.
http://www.penataanruang.com/rencana-struktur-ruang1.html diakses tanggal 12 maret
2016.
http://uprav.ff.cuni.cz/?q=system/files/christaller.pdf diakses tanggal 13 maret 2016.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional .
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 57 Tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan

ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN | IMROATUL AZIZAH

Perkotaan.