PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAL

PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
DALAM PENGENDALIAN INTERN ATAS PIUTANG
STUDI KASUS PADA CV. CAHAYA NIAGA TANI PALEMBANG

Choiruddin
Dosen Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Sriwijaya
Email : choirudd1n@yahoo.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui penerapan sistem akuntansi
dalam pengendalian intern atas piutang pada CV. Cahaya Niaga Tani Palembang. Penelitian ini untuk
mengetahui apakah pengendalian intern telah dilaksanakan dengan baik untuk mengurangi
penyalagunan kas dari piutang guna meminimalkan kerugian dan memaksimalkan informasi yang akurat
bagi manajemen perusahaan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisa kualitatif
deskriptif yaitu anlisa dilakukan dengan menggunakan penjelasan dengan membandingkan teori dan
penerapan pada perusahaan. Hasil dari penelitian ini CV. Cahaya Niaga Tani Palembang dapat
mengendalikan piutang dengan baik dan berjalan dengan yang diharapkan meskipun masih terdapat
kelemahan pada perangkapan fungsi, dokumen yang digunakan dan praktek yang sehat.
Kata Kunci: Sistem Akuntansi, Pengendalian Intern, Pengelolaan Piutang
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perusahaan pada umumnya mempunyai
tiga tujuan dalam penjualan yaitu mencapai
volume penjualan, mendapatkan laba tertentu, dan
menunjukan pertumbuhan perusahaan. Dalam
kegiatan penjualan perusahaan dapat menerapkan
dua metode penjualan yaitu penjualan secara tunai
atau penjualan secara kredit. pada umumnya
perusahaan lebih menyukai transaksi penjualan
secara tunai, karena perusahaan akan menerima
kas dan kas tersebut dapat digunakan untuk
memperlancar
melakukan
transaksi-transaksi
penjualan
selanjutnya
agar
mendapatkan
pendapatan yang stabil. Disisi lain para konsumen
umumnya lebih menyukai bila perusahaan dapat
memberikan penjualan secara kredit karena

pembayarannya dapat dilakukan beberapa kali
yaitu cicilan atau dibayar sekaligus pada waktu
jatuh tempo dan mempunyai jangka waktu dalam
melakukan pembayaran. Dalam kenyataannya
penjualan secara kredit pada kebanyakan
perusahaan biasanya jauh lebih besar daripada
penjualan tunai, Penjualan dengan kredit akan
menimbulkan akun piutang usaha.
Masalah yang dihadapi perusahaan pada
umumnya adalah penagihan piutang yang telah
jatuh tempo tidak selalu dapat diselesaikan dengan
seluruhnya, maka diperlukan audit operasional

untuk
mencegah
dan
meminimumkian
ketidakefektifan yang mungkin terjadi dalam
kegiatan tersebut. Salah satu penyebab kegagalan
sebuah perusahaan adalah

kurang baiknya
manajemen yang di laksanakan oleh perusahaan
yang bersangkutan dalam mengelolah perusahaan.
Pengendalian piutang merupakan suatu cara yang
dilakukan oleh perusahaan dalam mengantisipasi
kemungkinan adanya piutang yang tak tertagih,
sehingga dengan adanya pengendalian piutang
dapat mengurangi kerugian yang ditimbulkan dari
piutang tak tertagih tersebut.
CV. Cahaya Niaga Tani yang merupakan
perusahaan yang begerak dibidang penjualan
pupuk, yang dalam kegiatan usahanya melakukan
penjualan secara tunai dan kredit. Tingginya
piutang pada CV. Cahaya Niaga Tani Palembang,
menyebabkan terjadinya piutang tak tertagih
dikarenakan lambatnya pembayaran piutang dan
lemahnya pengendalian piutang. Berdasarkan latar
belakang tersebut, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dan mengambil judul
Penerapan sistem akuntansi dalam pengendalian

intern atas piutang studi kasus Pada CV.. Cahaya
Niaga Tani Palembang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan
permasalahan
yang
akan
diteliti
yaitu

bagaimanakah penerapan sistem akuntansi dalam
pengendalian intern
atas piutang studi kasus
Pada CV.. Cahaya Niaga Tani Palembang.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan menganalisis penerapan sistem
akuntansi dalam pengendalian intern
atas

piutang studi kasus Pada CV.. Cahaya Niaga Tani
Palembang.
2. LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Sistem informasi akuntansi merupakan
suatu kumpulan sumberdaya yang dirancang untuk
menyediakan data bagi beragam pengambilan
keputusan sesuai dengan kebutuhan mereka bagi
pihak inter perusahaan ekstern Bodnar (2006:24).
Menurut Romney,dan Steinbart (2006:3)
sistem informasi akuntansi itu terdiri dari lima
komponen, yaitu:
1. Orang-orang yang mengoperasi sisem tersebut
dan melaksanakan sistem berbagai fungsi.
2. Prosedur-prosedur,
baik
manual
atau
terotomatisasi,
yang

dilibatkan
dalam
mengumpulkan, memproses dan menyimpan
data tentang aktivitas- aktivitas organisasi.
3. Data tentang proses bisnis-bisnis organisasi.
4. Software yang digunakan untuk data
organisasi.
5. Infrastruktur teknologi informasi, termasuk
komputer, peralatan pendukung (peripheral
device)
dan
peralatan
untuk
mengkomunikasikan jaringan.
2.2 Pengertian Sistem Pengendalian Intern
Mulyadi
(2008:163),
menyebutkan
beberapa konsep dasar sistem pengendalian intern,
yaitu:

1. Pengendalian intern merupakan suatu proses.
Pengendalian intern merupakan suatu proses
untuk mencapai tujuan tertentu. Pengendalian
intern itu sendiri bukan merupakan suatu
tujuan. Pengendalian intern merupakan
rangkaian tindakan yang bersifat pervasif dan
menjadi tidak terpisah, bukan hanya sebagai
tambahan, dari infrastruktur entitas.
2. Pengendalian intern dijalankan oleh orang.
Pengendalian intern bukan hanya terdiri dari
pedoman kebijakan dan formulir, namun
dijalankan oleh orang dari setiap jenjang
organisasi, yang mencakup dewan komisaris,
manajemen, dan personal lain.

3. Pengendalian intern dapat diharapkan mampu
memberikan keyakinan memadai, bukan
keyakinan mutlak, bagi manajemen dan dewan
komisaris entitas. Keterbatasan yang melekat
dalam semua sistem pengendalian intern dan

pertimbangan manfaat dan pengorbanan dalam
pencapaian tujuan pengendalian menyebabkan
pengendalian intern tidak dapat memberikan
keyakinan mutlak.
4. Pengendalian intern ditunjukkan untuk mecapai
tujuan yang saling berkaitan: pelaporan
keuangan, kepatuhan, dan operasi.
Sistem pengendalian intern adalah rencana
organisasi dan metode yang digunakan untuk
menjaga, menghasilkan informasi yang akurat dan
dapat dipercaya,memperbaiki efisien, dan untuk
mendorong ditaatinya kebijakan manajemen
(Krismiaji, 2010:218).
Menurut tujuannya, konsep umum
pengendalian tersebut dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
macam,yaitu:
1. Pengendalian intern (internal control). Adalah
rencana organisasi dan metode yang
digunakan untuk menjaga atau melindungi
aktiva, menghasilkan informasi yang akurat

dan dapat dipercaya,memperbaiki efisiensi,
dan
mendorong
ditaatinya
kebijakan
manajemen. Antara sebuah tujuan dan tujuan
lainnya seringkali bertentangan dengan contoh,
perusahaan menginginkan untuk melakukan
perubahan yang cukup dratis dalam proses
bisnis dengan melakukan perekayasaan ulang
(reengineering) sehingga perusahaan dapat
memperoleh informasi yang lebih baik dan
lebih cepat serta memperbaiki efisiensi
operasi. Namun, jika hal ini dilakukan, maka
perusahaan akan menghadapi resiko dalam
upaya melindungin atau menjaga aktiva dan di
perlukan perubahan yang signifikan dalam
kebijakan manajemen.
2. Pengendalian
manajemen

(manajemen
control). Merupakan konsep yang luas
dibandingkan dengan pengendalian intern yang
memiliki karakteristik sebagi berikut:
a) Merupakan bagian yang integral dari
tanggung jawab manajemen
b) Dirancang untuk mengurangi terjadinya
berbagai
kesalahan
(error
and
irregularities) dan untuk mencapai tujuan
organisasi.
c) Berorientasi pada personil dan mencoba
membantu karyawan
mencapai tujuan

organisasi dengan mengikuti kebijakan
organisasi.
3. Pengendalian

administrasi
(admistrative
control). Adalah pengendalian yang menjamin
efisiensi operasional dan ketaatan kebijakan
manajemen sebaliknya pengendalian akuntansi
(accounting control) adalah pengendalian yang
bertujuan membantu menjaga aktiva dan
menjamin akurasi dan daya andal catatan
keuangan perusahaan.
2.3 Definisi Sistem Pengendalian Intern
Menurut Mulyadi (2008:163) sistem
pengendalian intern meliputi struktur organisasi,
metode dan ukuran-ukuran yang dikordinasikan
untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek
ketelitian dan keandalan data akuntansi,
mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya
kebijakan
manajemen.
Definisi
sistem
pengendalian intern tersebut menekankan tujuan
yang hendak dicapai, dan bukan pada unsur-unsur
yang membentuk sistem tersebut. Dengan
demikian, pengertian pengendalian intern tersebut
di atas berlaku baik dalam perusahaan yang
mengelolah informasinya secara manual, dengan
mesin pembukuan maupun dengan komputer.
Tujuan pengendalian intern menurut
definisi tersebut adalah:
1. Menjaga kekayaan organisasi
2. Mengecek ketelitian dan keandalan data
akuntansi.
3. Mendorong efisiensi
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
2.4 Unsur Sistem Pengendalian Intern
Sistem pengendalian intern yang memadai
untuk suatu perusahaan belum tentu baik bagi
perusahaan lain. Pengendalian intern bagi suatu
perusahaan baru dapat berfungsi dengan baik
apabila terdapat unsur-unsur yang merupakan
dasar
terlaksananya
pengendalian
intern
perusahaan dapat tercapai dengan baik, maka dapat
mempertimbangkan unsur-unsur dari sistem
pengendalian itu sendiri.
Mulyadi (2008: 164) menyebutkan unsur
pokok sistem pengendalian intern adalah:
1. Struktur
Organisasi
yang
Memisahkan
Tanggung Jawab Fungsional Secara Tegas
Struktur organisasi merupakan kerangka
(fremework) pembagian tanggung jawab
fungsional kepada unit-unit organisasi yang
dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
pokok perusahaan. Pembagian tanggung jawab

fungsional dalam organisasi ini didasarkan pada
prinsip berikut ini.
a. Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan
penyimpanan dari fungsi akuntansi. Fungsi
operasi adalah fungsi yang memiliki
wewenang untuk melaksanakan suatu
kegiatan (misalnya pembelian). Setiap
kegiatan dalam perusahaan memerlukan
otorisasi dari manajer fungsi yang memiliki
wewenang untuk melaksanakan kegiatan
tersebut. Fungsi penyimpanan adalah fungsi
yang memiliki wewenang untuk menyimpan
aktiva perusahaan. Fungsi akuntansi adalah
fungsi yang memiliki wewenang untuk
mencatat peristiwa keuangan perusahaan.
b. Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung
jawab penuh untuk melaksanakan semua
tahap suatu transaksi.
2. Sistem Wewenang dan Prosedur Pencatatan
yang Memberikan Perlindungan yang Cukup
terhadap Kekayaan, Utang, Pendapatan, dan
Biaya.
Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi
atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki
wewenang untuk menyetujui terjadinya
transaksi tersebut. Oleh karena itu, dalam
organisasi harus dibuat sistem yang mengatur
pembagian wewenang untuk otorisasi atas
terlaksananya setiap transaksi.
3. Praktik yang Sehat dalam Melaksanakan Tugas
dan Fungsi Setiap Unit Organisasi
Pembagian tanggung jawab fungsional dan
sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang
telah ditetapkan tidak terlaksana dengan baik
jika tidak diciptakan cara-cara untuk menjamin
praktik yang sehat dalam pelaksanaannya.
Adapun cara-cara yang umumnya ditempuh
oleh perusahaan dalam menciptakan praktik
yang sehat adalah:
a. Penanggung formulir bernomor urut tercetak
yang
pemakaiannya
harus
dipertanggungjawabkan
oleh
yang
berwenang.
b. Pemeriksaan mendadak (surprised audit).
Pemeriksaan mendadak dilaksanakan tanpa
pemberitahuan lebih dahulu kepada pihak
yang akan diperiksa dengan jadwal yang
tidak teratur.
c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan
dari awal sampai akhir oleh satu orang atau
satu unit organisasi, tanpa ada campur
tangan dari orang atau unit organisasi lain.

d. Perputaran
Jabatan
(job
rotation).
Perputaran jabatan yang diadakan secara
rutin akan dapat menjaga independensi
pejabat dalam melaksanakan tugasnya
sehingga persekongkolan diantara mereka
dapat dihindari.
e. Keharusan pengamilan cuti bagi karyawan
yang berhak. Karyawan kunci perusahaan
diwajibkan mengambil cuti yang menjai
haknya.
f. Secara periodik diadakan pencocokan fisik
kekayaan dengan catatannya. Untuk
menjaga kekayaan organisasi dan mengecek
ketelitian
dan
keandalan
catatan
akuntansinya,
secara periodik harus
diadakan pencocokan antara kekayaan
secara fisik dengan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan kekayaan tersebut.
g. Pembentukan unit organisasi yang bertugas
untuk mengecek efektivitas unsur-unsur
sistem pengendalian intern yang lain. Unit
organisasi ini disebut suatu pengawasan
intern atau pemeriksaan intern.
2.5 Piutang
Piutang merupakan komponen aktiva
lancar yang penting dalam aktivitas ekonomi suatu
perusahaan karena merupakan aktiva lancar
perusahaan yang paling besar setelah kas. Piutang
timbul karena adanya penjualan barang dan jasa
secara kredit,bisa juga melalui pemberian
pinjaman. Adanya piutang menunjukan terjadinya
penjualan kredit yang dilakukan perusahaan
sebagai salah satu upaya perusahaan dalam
menarik minat beli konsumen untuk memenangkan
persaingan.
Menurut Warren, Reeve dan Fees
(2005:404) “ piutang usaha (account receivable)
timbul akibat adanya penjualan kredit. Sebagian
besar perusahaan menjual secara kredit agar dapat
menjual lebih banyak produk atau jasa. Istilah
piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang
terhadap entitas lainnya,termasuk individu,
perusahaan atau organisasi lainnya”.
Menurut Rudianto (2008:224) Piutang
adalah klaim perusahaan atas perusahaan atas
uang, barang atau jasa kepada pihak lain akibat
transaksi dimasa lalu. Ikatan Akuntansi Inonesia
(2007:98 ) piutang didefinisikan sebagai sumber
terjadinya, piutang digolongkan dalam dua
katagori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain.
Piutang usaha meliputi yang timbul karena
penjualan produk atau penyerahan jasa dalam

rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang
yang timbul dari transaksi di luar kegiatan usaha
normal perusahaan digolongkan lain-lain. Piutang
usaha dan piutang lain-lain yang diharapkan dapat
tertagih dalam satu tahun atau siklus usaha normal,
diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.
Menurut Herry (2009:266) piutang adalah
meliputi semua hak atau klaim perusahaan pada
organisasi lain untuk menerima sejumlah kas,
barang, jasa di masa yang akan datang sebagai
akibat kejadian pada masa yang lalu. Menurut
Hadri (2009:198) piutang adalah berupa klaim atau
tagihan berupa uang atau bentuk lainnya kepada
seseorang atau suatu perusahaan.
Menurut Mulya (2010:198) “ Piutang
adalah berupa hak klaim atau tagihan berupa uang
atau bentuk lainnya kepada seseorang atau suatu
perusahaan”. Menurut Sugiri (2009:43) “ Piutang
adalah tagihan baik individu-individu maupun
kepada perusahaan lain yang akan diterima dalam
bentuk kas”. Sedangkan menurut Al Haryono
Yusuf (2005:52) “Pada umumnya, piutang timbul
karena adanya transaksi penjualan secara kredit”.
Dari definisi yang telah diungkapkan diatas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan piutang
adalah semua tuntutan atau tagihan kepada pihak
lain dalam bentuk uang atau barang yang timbul
dari adanya penjualan kredit.
2.6 Pengertian dan Klasifikasi Piutang
Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield
(2008:346), “piutang (Receivables) adalah klaim
uang, barang, atau jasa kepada pelanggan atau
pihak-pihak lainnya”. Untuk tujuan pelaporan
keuangan, piutang diklasifikasikan sebagian lancar
(jangka pendek). Piutang lancar (jangka pendek)
atau tidak lancar (jangka panjang). Piutang lancar
(Current Receivables) diharapkan akan tertagih
dalam satu tahun atau selama satu siklus operasi
berjalan, mana yang lebih panjang. Semua piutang
lain diklasifikasikan dalam neraca baik sebagai
piutang dagang atau piutang nondagang.
Piutang dagang (Trade Receivables)
adalah jumlah yang terutang oleh pelanggan untuk
barang dan jasa yang telah diberikan sebagai
bagian dari operasi bisnis normal. Piutang dagang ,
biasanya yang paling signifikan yang dimiliki
perusahaan, bisa disubklasifikasikan menjadi
piutang usaha dan wesel tagih. Piutang usaha
(Accounts Receivables) adalah janji lisan dari
pembelian untuk membayarbarang atau jasa yang
dijual. Piutang usaha biasanya dapat ditagih dalam
waktu 30 sampai 60 hari dan merupakan akun

terbuka (OpenAccounts) yang berasal dari
penjualan, pembiayaan, atau transaksi lainnya.
Wesel tagih bisa bersifat jangka pendek ataupun
jangka panjang.
Menurut Hermanto (2007:174) klasifikasi
piutang adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan ada tidaknya dokumen tertulis
yang menyatakan tentang kesanggupan untuk
membayar sebagai bukti pendukung tagihan
tersebut, terdiri dari:
a. Piutang dagang adalah tagihan-tagihan
yang tidak didukung oleh janji atau
kesanggupan untuk membayar secara
tertulis.
b. Piutang wesel adalah tagihan-tagihan yang
di dukung dengan pernytaan berupa
kesanggupan untuk membayar secara
tertulis.
2. Berdasarkan tujuan penyajian didalam laporan
keuangan terdiri atas :
a. Piutang lancar ialah tagihan-tagihan yang
diharapkan akan diterima pembayarannya
dalam jangka waktu satu tahun sejak
tanggal neraca atau dalam siklus operasi
normal perusahaan.
b. Piutang jangka panjang ialah operasi
tagihan-tagihan yang diharapkan akan di
terima pembayarannya dalam waktu lebih
dari satu tahun sejak tanggal neraca atau
lebihh dari satu siklus operasi perusahaan.
3. Berdasarkan sumber atau asal mulanya
timbulnya piutang yaitu:
a. Piutang usaha adalah tagihan-tagihan yang
timbul dari transaksi penjualan barang atau
jasa secara kredit.
b. Piutang lain-lain ialah tagihan-tagihan yang
timbul karena transaksi selain penjualan
barang atau jasa secara kredit.
2.7 Pengelolaan Piutang
Piutang merupakan aset yang cukup
material. Oleh karena itu diperlukan manajemen
pengelolaan piutang yang efektif dan efisien agar
jumlah dana yang diinvestasikan dalam piutang
sesuai dengan tingkat kemampun perusahaan
sehingga tidak mengganggu aliran kas. Maka dari
itu
diperlukan
kebijakan-kebijakan
yang
berpengaruh pada pengambilan keputusan agar
tidak terjadi penyimpangan dalam pengelolahan
piutang.
Menurut Rahmi (2013), kebijakan
pengelolahan piutang meliputi pengambilan
keputsan-keputusan sebagai berikut:

1. Standar kredit
Standar kredit adalah kualitas minimal
kelayakan kredit seseorang pemohon kredit
yang dapat di terima oleh perusahaan.
2. Syarat kredit
Suatu syarat kredit menetapkan adanya periode
dimana kredit diberikan dan potongan tunai
(bila ada)untuk pembayaran yang lebih awal.
3. Kebijakan kredit dan pengumpulan piutang
Kebijakan kredit dan pengumpulan piutang
mencangkup beberapa keputusan yaitu :
a. Kualitas jumlah yang diterima
b. Periode kredit
c. Potongan tunai
d. Persyaratan khusus
e. Tingkat pengeluaran dan pengumpulan
piutang.
2.8 Penyajian Piutang
Dalam melakukan prosedur pengelolaan
piutang, terlebih dahulu harus meperhatikan
prosedur yang telah ditetapkan. Adapun aturan
dalam penyajian piutang dimaksudkan agar
pengelolaaan piutang dapat sesuai dengan prosedur
dan tidak terjadi penyimpangan.
Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield
(2008:367), aturan umumdalam pengklasifikasian
piutang adalah :
1. Memisahkan berbagi jenis piutang yang
dimiliki perusahaan, jika material;
2. Menjamin bahwa akun penilaian secara
tepat mengoffset akun piutang yang
terkait;
3. Menentukan
bahwa
piutang
yang
diklasifikasikan dalam sekelompok aktiva
lancar akan dikonversikan menjadi kas
dalam satu tahun atau satu siklus operasi,
tergantung mana yang lebih panjang;
4. Menggunakan setiap kontinjensi kerugian
yang ada pada piutang;
5. Mengungkapkan setiap piutang yang
digadaikan sebagai jaminan ;
6. Mengungkapkan semua konsentrasi yang
signifikan dari risiko kredit yang berasal
dari piutang.
2.9 Kriteria piutang tak tertagih
Menurut Firdaus (2008:27) kriteria piutang
tak tertagih adalah sebagai berikut :
1. Tidak memenuhi kriteria lancar, dalam perhatian
khusus, kurang lancar, yang diragukan.

2. Memenuhi kriteria dilakukan dalam jangka
waktu 2 bulan sejak digolongkan diragukan
belum ada pelunasan.
3. Penyeleksian pembayar kembali kredit macet
yang bersangkutan telah diserahkan pada
pengadilan negri.
Haryono (2005 : 168) piutang tak tertagih
dapat di kategorikan sebagai berikut:
1. Kredit lancar
Kredit kurang lancar adalah sub-standard
yaitu kualitas kredit yang tingkat pengembaliannya
mencerminkan keaadaan yang kurang baik karena
terdapat tunggakan pembayaran dalam jangka
waktu yang telah ditetapkan.
Kredit yang termasuk kategori lancar ini
bila memenuhi kriteria:
a. kelancaran pembayaran bunga
b. kelancaran pembayaran setoran
c. kelancaran usahaa dan hasil-hasil usaha.
Kredit yang termasuk dalam kategori
kurang lancar ini bila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Terdapat tunggakan pokok atau bunga yang
telah melampaui 90 hari.
2. Terdapat cerukan atau overdraf yang berulang
kali khususnya untuk
menutupi kerugian
operasional dan kekurangan arus kas.
3. Hubungan
debitur
dengan
perusahaan
memburuk dan informasi keuangan debitur
tidak dipercaya.
2. Kredit tidak lancar
Kredit diragukan adalah doubtfull loan
yaitu kredit yang digolongkan diragukan karena
kredit yang bersangkutan tidak memenuhi kriteria
lancar dan kurang lancar serta akan mempengaruhi
kualitas kolektibilitas kredit, tetapi berdasarkan
penilaian.
Kredit yang termasuk kategori kredit tidak
lancar ini bila memenuhi kriteria:
a. Pembayaran setoran kurang baik
b. Pembayaran bunga tidak lancar
c. Usahanya menurun
d. Pendapatan terus menurun.
3. Kredit diragukan
Kredit macet atau problem loan adalah
kredit yang mengalami kesulitan pelunasan akibat
adanya faktor-faktor atau unsur kesengajaan atau
karena kondisi diluar kemampuan debitur.
Kredit yang termasuk kategori diragukan
bila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Pembayaran setoran tidak baik
b. Pembayaran bunga tidak lancar
c. Laba usaha menurun

Kredit yang termasuk ke dalam kategori
diragukan apabia memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Terdapat tunggakan pembayaran pokok atau
bunga telah melampaui 180 hari sampai 270
hari
2. Terjadi cerukan atau overdraf yang bersifat
permanen khususnya menutupi kerugian
operasional dan kekurangan arus kas.
4. Kredit macet
Kredit yang masuk dalam kategori macet
bila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Kredit yang jatuh tempo belum juga di
selesaikan
b. Kesulitan usahanya
c. Kemacetan dalam pembayaran untang pokok
dan bunganya.
Swardjono (2003:256-257) piutang tak
tertagih dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Kredit dalam perhatian khusus
Kredit yang masuk dalam perhatian khusus ini
bila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Terdapat tunggakan pembiayaan tunggakan
pokok atau bunga sampai 90 hari
b. Jarang mengalami cerukan atau overdraf
c. Hubungan debitur dengan perusahaan baik
dan debitur selalu menyampaikan informasi
keuangan secara teratur dan masih akurat.
d. Dokumentasi
kredit
lengkap
dan
peningkatan angunan kuat.
e. Pelanggran perjanjian kredit yang tidak
prisipil.
2. Kredit kurang lancar
Kredit yang termasuk ktegori kurang lancar ini
bila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Terdapat tunggakan pokok atau bunga yang
telah melampaui 90 hari
b. Terdapat cerukan atau overdraf yang
berulang kali khususnya untuk menutupi
kerugian operasional dan kekurangan arus
kas.
c. Hubungan debitur dengan perusahaan
memburuk dan informasi keuangan debitur
tidak dapat dipercaya.
d. Dokumentasi kredit kurang lengkap dan
peningkatan anggunan yang lemah.
e. Pelanggaran terhadap syarat pokok kredit
f. Perpanjangan
kredit
untuk
menyembunyikan kesulitan keuangan.
3. Kredit diragukan
Kredit yang termasukke dalam kategori
kredit diragukan apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:

a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok
atau bunga telah melmapaui 180 hari
sampai 270 hari.
b. Terjadi cerukan atau overdraf yanng
bersifat permanen khususnya menutupi
kerugian operasional dan kekurangan arus
kas
c. Hubungan debitur dengan perusahaan
semakin memburuk dan informasi debitur
tidak tersedia atau tidak dapat dipercaya.
d. Dokumen kredit tidak lengkap dan
peningkatan angunan yang lemah.
e. Pelanggaran yang prinsipil persyaratan
pokok dalam perjanjian kredit.
4. Kredit macet
Kredit yang termasuk dalam kategori kredit
macet apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok
atau bunga yang telah melampaui 270 hari.
b. Dokumentasi kredit peningkatan agunan
tidak ada.
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Data
Dalam penelitian ini jenis data yang
digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang pertama kali
dicatat dan dikumpulkan oleh peneliti, yaitu
peneliti langsung ke perusahaan yang
bersangkutan, untuk memperoleh data yang
berhubungan langsung penelitian yang
dilakukan baik melalui wawancara maupun
observasi.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang sudah tersedia
dan dikumpulkan oleh pihak lain, antara lain
buku-buku, brosur, literatur serta hasil-hasil
penelitian yang ada hubungannya dengan
peneliti dan penyusuan penelitian ini.
3.2 Sumber Data
Penelitian ini dilakukan di CV. Cahaya
Niaga Tani yang beralamat di Jalan Kolonel
Sulaiman Amin Komplek Mustika Perdana Ruko
No. 01 Kecamatan Alang-alang Lebar KM 7
Palembang.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan
data yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai
berikut :
1. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan
data yang menggunakan pertanyaan secara

lisan kepada subjek penelitian yaitu kepada
karyawan CV. Cahaya Niaga Tani mengenai
permasalahan dalam penelitian ini yaitu
bagaimana
pengelolaan
piutang
pada
perusahaan tersebut. Pada saat mengajukan
pertanyaan,
peneliti
dapat
berbicara
berhadapan langsung dengan responden atau
bila hal itu tidak mungkin dilakukan, juga bisa
melalui alat komunikasi.
2. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data melalui dokumendokumen yang ada pada perusahaan misalnya
arsip-arsip dan berkas-berkas mengenai data
yang diperlukan.
3. Riset Pustaka
Riset Pustaka adalah teknik pengumpulan data
dengan menggunakan data secara membaca,
mempelajari, mengutip, serta membandingkan
informasi yang ada di dalam buku-buku yang
berkaitan dengan permasalahan yang akan
dibahas.
3.4 Teknik Analisis Data
Menurut Fathoni (2011:113), metode
analisis data yang dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu :
a. Analisis Kualitatif
Analisa kualitatif dilakukan terhadap data yang
berua informasi, uraian dalam bentuk bahasa
prosa atau bahasa baku, kemudian dikaitkan
dengan data lainnya untuk mendapatkan
kejelasan terhadap suatu kebenaran atau
sebaliknya, sehingga memperoleh gambaran
baru ataupun menguatkan suatu gambaran
yang sudah ada dan sebaliknya. Jadi bentuk
analisa ini dilakukan merupakan penjelasanpenjelasan, buka berupa angka-angka statistik
atau bentuk angka lainnya.
b. Analisis Kuantitatif
Merupakan analisa yang dilakukan terhadap
data kuantitatif yaitu data dalam bentuk
jumlah yang dituangkan untuk menerangkan
suatu penjelasan dari angka-angka atau
memperbandingkan dari beberapa gambaran
sehingga memperoleh gambaran baru,
kemudian dijelaskan kembali dalam bentuk
kalimat uraian.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
analisis kualitatif.
4. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitihan tentang
analisis sistem pengendalian intern piutang,
peneliti melakukan pembahasan sebagai berikut:

tidaknya konsumen diberi kredit. Apabila
4.1 Analisis Sistem
CV. Cahaya Niaga Tani Palembang permohonan kredit disetujui oleh petugas lapangan
begerak dibidang penjualan pupuk perusahaaan ini konsumen harus menandatangani surat perjanjian
menerapkan sistem penjualan secara tunai dan kredit dan sebelum menerima pupuk konsumen
kredit pada pelanggannya. Penjualan secara kredit, harus membayar angsuran pertama, selanjutnya ke
dimana pelanggan membayar barang yang di bagian gudang ini konsumen akan diberikan
belinya dalam waktu yang telah ditentukan sesuai produk pupuk yang sesuai keinginannya, setelah
dengan perjanjian yang telah disepakati antara konsumen menerima pupuk konsumen juga
menerima surat tanda terima barang.
perusahaan dengan pelanggan.
Masalah yang terjadi di CV. Cahaya Niaga
Prosedur penjualan kredit di CV. Cahaya
Niaga Tani, calon konsumen terlebih dahulu Tani Palembang adalah seringnya terjadi kelalaian
mengajukan permohonan kredit dengan mengisi dalam melakukan penagihan terhadap konsumen,
formulir permohonan kredit, (map order) yang terlihat masih banyak piutang tak tertagih. Hal ini
telah ditetapkan perusahaan dan wajib mengisi disebabkan karena kurangnya pembagian tugas
lembaran formulir penjualan kredit disertai syarat- penjualan sehingga tidak menghiraukan konsumen
syarat kredit setelah pihak lapangan melakukan yang menunggak dan menyebabkan kerugian
surve tempat untuk meyakinkan konsumen berhak perusahaan.
Untuk melihat kondisi banyaknya piutang
atau tidaknya untuk mendapatkan kredit.
Permohonan kredit yang telah diajukan akan tak tertagih pada perusahaan dapat terlihat pada
diteruskan ke bagian gudang untuk mengeluarkan tabel berikut ini:
barang, pada bagian ini dapat ditentukan layak atau
Tabel 4.1
Jumlah piutang dan piutang tak tertagih
Tahun 2012-2014
Tahun
Jumlah Piutang
Jumlah Piutang
tak tertagih
2012

Rp 294.000.000

Rp 147.000.000

2013

Rp 324.000.000

Rp 189.000.000

2014

Rp 465.000.000

Rp 348.750.000

Rp 1.083.000.000

Rp 684.750.000

Jumlah

Sumber : CV. Cahaya Niaga Tani Palembang

Berdasarkan tabel IV.I diatas diketahui
bahwa tahun 2012 sampai dengan 2014 terdapat
jumlah total kredit yang tak tetagih terhadap
konsumen senilai Rp 684.750.000 ketentuan
yang ditetapkan perusahaan, jika lebih dari 3
bulan menunggak maka pihak perusahaan akan
memberikan sanksi kepada konsumen baik
sanksi
hukum
maupun
non
hukum.
Penunggakan ini disebabkan oleh kelalaian
pihak perusahaan dalam melakukan penilaian
terhadap calon konsumen. Hal ini akan
menyebabkan
perusahaan
mengalamin
kerugiaan. Dalam bab ini peneliti akan
menguraikan hasil analisis perusahaan yang ada
dari data peneliti yang didapat dari CV. Cahaya
Niaga
Tani
Palembang,
dengan
cara
menguraikan seacara terperinci pelaksanaan

sistem pengendalian piutang pada CV. Cahaya
Niaga Tani.
4.1.1 Struktur Organisasi
Struktur otganisasi merupakan kerangka
pembagian tanggung jawab fungsional kepada
unit-unit organisasi yang dibentuk untuk
melaksanakan
kegiatan-kegiatan
pokok
perusahaan. Pembagian tanggung jawab
fungsional dalam organisasi ini didasarkan pada
prinsip-prinsip berikut ini :
1. Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan
penyimpangan dan fungsi akuntansi
2. Suatu
fungsi
tidak
boleh
diberi
tanggungjawab penu untuk melaksanakan
semua tahap suatu transaksi
CV. Cahaya Niaga Tani Palembang
sebagai unit usaha yang begerak dibidang pupuk

dalam melakukan aktivitasnya khususnya
menjual pupuk yang akan dijual.
Masalah yang terjadi di CV. Cahaya
Niaga Tani Palembang adalah pembagian tugas
dan wewenang petugas lapangan yaitu
mempromosikan produk dan mencari pelanggan
baru serta bertanggung jawab dalam pencapaian
target penjualan yang dibebankan kepadanya.
Pada kenyataan tugas yang menjadi persoalan
karena tugas dan tanggung jawab petugas
lapangan hanya mencapai target penjualan.
Sehingga banyaknya piutang tak tertagih dari
tahun ke tahun meningkat.
Perusahaan CV. Cahaya Niaga Tani
Palembang, perangkapan tugas terjadi antara
fungsi petugas lapangan dan fungsi penjualan
dimana fungsi petugas lapangan merangkap
fungsi penjualan untuk transaksi piutang. Hal ini
menyebabkan terjadinya piutang tak tertagih
dikarenakan keterbatasan waktu petugas
lapangan. Di karenakan perangkapan fungsi dan
tugas sehingga sulit untuk melakukan penagihan
piutang, dalam hal ini perusahaan sulit
menentukan kriteria untuk memberi piutang
pada konsumen dan cara penagihannya.
Untuk mengatasi permasalahan yang
terjadi,
fungsi
penjualan
sebaiknya
berkoordinasi dengan fungsi petugas lapangan
dan harus diotorisasi oleh pimpinan perusahaan,
sehingga perusahaan dapat menentukan kriteria
untuk memberi piutang pada konsumen.
4.1.2 Sistem wewenang dan prosedur
pencatatan
Dalam organisasi, setiap transaksi hanya
terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang
memiliki
wewenang
untuk
menyetujui
terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu,
dalam organisasi harus dibuat sistem yang
mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi
atas terlaksananya setiap transaksi. Sistem
wewenang dan prosedur pencatatan piutang ini
terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang
memiliki wewenang untuk menyetujui transaksi
tersebut. Oleh karena itu dalam organisai harus
dibuat tugas dan tanggung jawab sehingga
mempermudah perlimpahan wewenang dan
fungsi yang bertanggung jawab atas tugasnya.
Formulir merupakan media yang digunakan
untuk merekam penggunaan wewenang untuk
memberikan otorisasi terlaksannya transaksi
dalam organisasi. Prosedur pencatatan yang baik
akan mengambil data yang direkam dalam

formulir dicatat dalam catatan akuntansi dengan
tingkat ketelitian dan keandalannya yang tinggi.
CV. Cahaya Niaga Tani palembang
begerak dibidang penjualan pupuk perusahaaan
ini menerapkan sistem penjualan secara tunai
dan kredit pada pelanggannya. Penjualan secara
kredit, dimana pelanggan membayar barang
yang di belinya dalam waktu yang telah
ditentukan sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati antara perusahaan dengan pelanggan.
Prosedur penjualan kredit di CV.
Cahaya Niaga Tani, calon konsumen terlebih
dahulu mengajukan permohonan kredit dengan
mengisi formulir permohonan kredit, (map
order) yang telah ditetapkan perusahaan dan
wajib mengisi lembaran formulir penjualan
kredit disertai syarat- syarat kredit setelah pihak
lapangan melakukan surve tempat untuk
meyakinkan konsumen berhak atau tidaknya
untuk mendapatkan kredit. Permohonan kredit
yang telah di ajukan konsumen akan diteruskan
ke petugas lapangan, pada bagian ini dapat
ditentukan layak atau tidaknya konsumen diberi
kredit. Apabila permohonan kredit disetujui oleh
petugas
lapangan
konsumen
harus
menandatangani surat perjanjian kredit dan
sebelum menerima pupuk konsumen harus
membayar angsuran pertama, selanjutnya ke
bagian gudang ini konsumen akan diberikan
produk pupuk yang sesuai keinginannya, setelah
konsumen menerima pupuk konsumen juga
menerima surat tanda terima barang.
Untuk mengatasi permaslahan yang
terjadi, perusahaan menerapkan sistem otorisasi
dalam melakukan pemisahan antara pihak
lapangan dengan pihak penagih untuk
menghidari terjadi piutang tertunggak yang
sering terjadi. Sehingga perusahaan dapat
menetapkan kebijakan pemberian kriteria
piutang untuk memberikan piutang secara lebih
selektif.
4.1.3 Praktik
yang
sehat
dalam
melaksanakan tugas dan fungsi dalam
setiap unit organisasi
Pembagian tanggung jawab fungsional
dari sistem wewenang dan fungsi setiap
organisasi pencatatan yang telah ditetapkan,
tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak
diciptakan cara-cara untuk menjamin praktik
yang sehat dalam pelaksanaannya. Adapun caracara yang di tempuh oleh perusahaan dalam
menciptakan praktik yang sehat yaitu:

a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak
yang
pemakaiannya
harus
dipertanggungjawabkan
oleh
yang
berwenang. Karena formulir merupakan alat
untuk memberikan otorisasi terlaksananya
transaksi,
maka
pemakaian
dengan
menggunakan nomor cetak, akan dapat
menetapkan
pertanggungjawaban
terlaksananya transaksi.
b. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari
awal sampai akhir oleh satu orang atau satu
unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari
orang atau unit oraganoisasi lain, karena
setiap transaksi dilaksankannya dengan
campur tangan pihak lain,sehingga terjadi
internal check terhadap pelaksanaan tugas
setiap unit organisasi yang terkait, maka
setiap unit organisasi akan melaksanakan
praktik yang sehat dalam pelaksanaan
tugasnya.
c. Keharusan mengambil cuti bagi karyawan
yang berhak, karyawan kunci perusahaan
diwajibkan mengambil cuti yang menjadi
haknya, selama cuti, jabatan yang
bersangkutan digantikan untuk sementara
oleh pejabat lain sehingga seandainya terjadi
kecurangan diharapkan dapat diungkap oleh
pejabat yang mengantikan untuk sementara
tersebut.
d. Secara periodik diadakan pencocokan fisik
kekayaan dengan pencatatan. Untuk menjaga
kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian
dan keandalan catatan akuntansinya, secara
periodik harus diadakan pencocokan atau
rekonsiliasi antara kekayaan secara fisik
dengan catatan akuntansi yang bersangkutan
dengan kekayaan tersebut.
e. Pembentukan unit organisasi yang bertugas
untuk mengecek efektivitas unsur-unsur
sistem pengendalian intern yang lain, unit
organisasi ini disebut satuan pengawasan
intern atau staf pemeriksaan intern, agar
efektif dalam menjalankan tugasnya satuan
pengawas
intern
ini
harus
tidak
melaksanakan
fungsi
operasi,
fungsi
penyimpanan, dan fungsi akuntansi, serta
bertanggung jawab langsung
kepada
manajemen puncak (direktur utama), adanya
satuan pengawasan intern dalam pengawasan
akan mnjamin efektivitas unsur- unsur sistem
pengendalian intern, sehingga kekayaan
perusahaan akan terjamin ketelitiannya dan
keandalannya.

CV. Cahaya Tani Palembang praktik yang sehat
sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat
terlihat dari dari cara-cara yang telah ditempuh
oleh perusahaan antara lain sebagai berikut:
a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak
yang
pemakaiannya
harus
dipertanggungjawabkan
oleh
yang
berwenang. Karena formulir merupakan alat
untuk memberikan otorisasi terlaksananya
transaksi,
maka
pemakaian
dengan
menggunakan nomor cetak, akan dapat
menetapkan
pertanggungjawaban
terlaksananya transaksi.
b. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari
awal sampai akhir oleh satu orang atau satu
unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari
orang atau unit oraganoisasi lain, karena
setiap transaksi dilaksankannya dengan
campur tangan pihak lain, sehingga terjadi
internal check terhadap pelaksanaan tugas
setiap unit organisasi yang terkait, maka
setiap unit organisasi akan melaksanakan
praktik yang sehat dalam pelaksanaan
tugasnya.
c. Keharusan mengambil cuti bagi karyawan
yang berhak, karyawan kunci perusahaan
diwajibkan mengambil cuti yang menjadi
haknya, selama cuti, jabatan yang
bersangkutan digantikan untuk sementara
oleh pejabat lain sehingga seandainya terjadi
kecurangan diharapkan dapat diungkap oleh
pejabat yang mengantikan untuk sementara
tersebut.
d. Secara periodik diadakan pencocokan fisik
kekayaan dengan pencatatan. Untuk menjaga
kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian
dan keandalan catatan akuntansinya, secara
periodik harus diadakan pencocokan atau
rekonsiliasi antara kekayaan secara fisik
dengan catatan akuntansi yang bersangkutan
dengan kekayaan tersebut.
e. Pembentukan unit organisasi yang bertugas
untuk mengecek efektivitas unsur-unsur
sistem pengendalian intern yang lain, unit
organisasi ini disebut satuan pengawasan
intern atau staf pemeriksaan intern, agar
efektif dalam menjalankan tugasnya satuan
pengawas
intern
ini
harus
tidak
melaksanakan
fungsi
operasi,
fungsi
penyimpanan, dan fungsi akuntansi, serta
bertanggung jawab langsung
kepada
manajemen puncak (direktur utama), adanya
satuan pengawasan intern dalam pengawasan

akan mnjamin efektivitas unsur- unsur sistem
pengendalian intern, sehingga kekayaan
perusahaan akan terjamin ketelitiannya dan
keandalannya.
Dilihat dari upaya yang telah dilakukan
oleh perusahaan dalam menjalankan praktek
yang sehat masih terjadi kendala atau masalah
yang masih mempengaruhi kurang efektifnya
pengendalian piutang hal ini dikarenakannya
masih dirangkapnya fungsi petugas lapangan
dan penjualan. Hal ini jelas mempengaruhi
terjadinya piutang tak tertagih akibat kelalaian
pihak perusahaan.
CV. Cahaya Niaga Tani Palembang
sebaiknya didalam memberikan kredit tidak
hanya otorisasi persetujuan yang dilakukan oleh
administrasi dan bagian penjualan tetapi juga
harus otorisasi dan wewenang yang dilakukan
oleh pimpinan untuk menyetujui persetujuan
kredit yang diberikan kepada konsumen.
4.1.4 Karyawan yang mutuhnya sesuai
dengan tanggungjawab
Diantara unsur pokok pengendalian
intern tersebut, unsur mutu karyawan merupakan
unsur sistem pengendalian intern yang paling
penting. Jika perusahaan memiliki karyawan
yang kompeten dan jujur, unsur pengendalian
yang lain dapat dikurangi sampai batas yang
minimum, dan perusahaan tetap mampu
menghasilkan pertanggungjawaban keuangan
yang dapat diandalkan. Karyawan yang jujur dan
ahli dalam bidang yang menjadi tanggung
jawabnya
akan
dapat
melaksanakan
pekerjaannya dengan efisien dan efektif,
meskipun hanya sedikit unsur sistem
pengendalian intern yang mendukungnya.
Pada CV. Cahaya Niaga Tani
Palembang perusahaan melakukan tes terlebih
dahulu. Kemudian tes dilakukan beberapa tahap
dengan kriteria pendidikan Sekolah Menengah
Atas (SMA) dan Strata Satu (S1). Sesudah
melewati tahap seleksi dan bebarapa tes maka
ditetapkanlah sebagai kontrak atau karyawan
tetap.
CV. Cahaya Niaga Tani Palembang
belum melakukan prosedur pemilihan karyawan
yang cakap dan kompeten dibidangnya,
karyawan cakap dan kompeten sangat
dibutuhkan di dalam perusahaan. Untuk
menyeleksi karyawan yang berkompeten,
perusahaan harus melakukan tes dan pelatihan
agar dapat menemukan karyawan yang
berkualitas dan jujur serta bertanggung jawab

terhadap pekerjaannya. Jika dilaksanakan oleh
karyawan yang tidak kompeten dan tidak jujur,
maka perusahaan ini mengalami kerugian yang
sangat besar dalam perusahaan.
4.2 Analisis Sistem Pengendalian Intern
Piutang
Sistem pengendalian intern merupakan
satu kesatuan karena dalam menerapkan suatu
sistem informasi akuntansi yang baik harus
memperhatikan penerapan unsur-unsur dalam
pengendalian yang telah memadai.
Pada CV. Cahaya Niaga Tani
Palembang dapat dilihat dari sistem dan
prosedur transaksi yang diterapkan oleh
perusahaan telah memadai atau masih terdapat
kekurangan
Namun dari hasil penelitihan masih
ditemukan
beberapa
kelemahan
dalam
pengendalian intern piutang seperti masih
adanya perangkapan fungsi dan tugas, hal ini
dapat menyebabkan pelaksanaan dan kegiatan
perusahaan kurang berjalan secara efektif dan
efisien.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan analisis
sistem pengendalian intern piutang pada CV.
Cahaya Niaga Tani Palembang menunjukan
kelemahan, adapun kelemahan itu sebagai
berikut :
1. Seringnya terjadi kelalaian dalam melakukan
penagihan terhadap konsumen, terlihat masih
banyak piutang yang tak tertagih
Tugas pihak lapangan selain menjual produk
juga
melakukan
penagihan
terhadap
konsumen, hal ini yang menjadi persoalan
karena secara tugas dan tanggung jawab
petugas lapangan hanya mencapai target
penjualan.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan.
Pada CV. Cahaya Niaga Tani porosedur
pencatatan dalam pemberian kredit sudah
cukup baik tetapi dalam pelaksanaanya masih
belum memadai hal ini dikarenakan kurang
otorisasi dari pimpinan.
3. Pada praktik yang sehat belum berjalan
dengan cukup baik hal ini dapat terlihat pada
perangakapan fungsi dan tugas antara fungsi
penjualan dan fungsi petugas lapangan yang
hanya dilakukan oleh satu orang yaitu fungsi
penjualan. tidak adanya otorisasi dan

wewenang yang dilakukan oleh pimpinan
hanya mempercayai bagian administrasi dan
bagian penjualan.
4. Perusahaan belum melakukan prosedur
pemilihan karyawan yang cakap dan
kompeten di bidangnya, agar perusahaan bisa
menetapkan karyawan yang kompeten harus
melakukan tes dan pelatihan.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah di
kemukakan peneliti memberikan saran-saran
perbaikan yang mungkin dapat digunakan
sebagai dasar perkembangan bagi pihak
perusahaan CV. Cahaya Niaga Tani Palembang
untuk memperbaiki sistem pengendalian intern
yang ada:
1. Untuk
mengantispasi
jangan
sampai
konsumen terlalu banyak menunggak maka
CV. Cahaya Niaga Tani Palembang harus
lebih aktif lagi dalam melakukan penagihan
terhadap konsumen yang menunggak dengan
hal ini harus dilakukan pemisahan fungsi dan
tugas antara fungsi penjualan dan fungsi
petugas lapangan agar terlaksananya proses
dan prosedur penjulan dan pengecekan
terhadap konsumen dapat berjalan dengan
baik. Hal ini akan dapat menciptakan
pengendalian intren pemberian piutang
berjalan dengan efektif dan efisien.
2. CV. Cahaya Niaga Tani belum berjalan
dengan baik, karena dalam transaksi
pemberian kredit belum diotorisasi oleh
pimpinan secara langsung, oleh sebab itu
kepada pimpinan CV. Cahaya Niaga Tani
disarankan agar dalam pengendalian intern
pemberian kredit harus melalui otorisasinya.
3. Seharusnya pada praktik yang sehat dokumen
pemberian kredit sebaiknya diotorisasi oleh
pimpinan tidak hanya bagian administrasi
dan bagian penjualan.
4. Sebaiknya perusahaan melakukan tes lisan
maupun tertulis dan pelatihan-pelatihan agar
mendapatkan karyawan yng cakap dan
kompeten serta dapat menemukan karyawan
yang jujur dan bertanggungjawab terhadap
pekerjaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Al Haryono Jusuf.2005. Teori Akuntansi. Edisi
keenam jilid satu. STIE YKPN,
Yogyakarta.

A

MuslihaM.2009.
AnalisisPengendalianPiutang.
Tidakdipublikasihkan.
Makasar:
UniversitasNegeriMakasar.

Bodnar, George H & William S, Hoopwood.
2006. Sistem informasi Akuntansi.
Jakarta: Salemba Empat.
Diana

Anastasia
&Setiawati
Lilis.2011.
sistemInformasiAkuntansi. Jakarta
Firdaus A. Dunia. 2008. Ikhtisar Lembaga
Pengantar akuntansi. Edisi ketiga.
Jakarta: lembaga akuntansi universitas
indonesia.
Hartati, Dian.2009. Analisis Pengendalian
Intern Piutang Usaha. Penelitian. Tidak
dipublikasihkan. Medan: Universitas
sumatera utara.
Herry.2011.
Teori
akuntansi,
pelaporan
keuangan dan standar akuntansi
kerangka kerja konseptual FASB.
Hadri Mulya. 2009. Memahami Akuntansi
Dasar. Edisi 2. Jakarta: Mitra wacana
media.
Ikatan

Akuntansi Indonesia.2007. Standar
akuntansi keuangan. No34. Salemba
empat. Jakarta.

Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan
lainnya. PT Rajagrafindo persada,
Jakarta.
Kieso, Donald E, Jerry J. Weygandt, and Terry
D.
Warfield.
2008.
Akuntansi
Intermediate (Edisi – 12/Jilid 1).
Jakarta: Erlangga.
Krismiaji.2010.Sistem Informasi Akuntansi.
Edisi 3, Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN: Yogyakarta.
Mulya, Hardi. Memahami Akuntansi Dasar.
Edisi 2. Jakarta : Mitra Wancana
Media,2009.
Mulyadi. 2008. Sistem Informasi akuntansi.
Edisi 3.Jakarta: Salemba Empat.

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

SISTEM OTOMATISASI SONAR (LV MAX SONAR EZ1) DAN DIODA LASER PADA KAPAL SELAM

15 214 17

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

ANALISIS SISTEM TEBANG ANGKUT DAN RENDEMEN PADA PEMANENAN TEBU DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA X (Persero) PABRIK GULA DJOMBANG BARU

36 327 27

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

SIMULASI SISTEM KENDALI KECEPATAN MOBIL SECARA OTOMATIS

1 82 1

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45