Makalah Sel dan Jaringan kaitan dengan k

MAKALAH SEL DAN JARINGAN

Untuk Memenuhi Salahsatu Tugas Pada Materi Blok Basic Science of Midwifery Skill 1

DISUSUN OLEH

1. Farra Putri Larasati (130104140002)

2. Risma Laila Sari (130104140004)

3. Putri Enita (130104140007)

4. Fingki Nurjamilah (130104140013)

5. Nurlaela Effendy (130104140016)

6. Aghnia Rizki (130104140021)

7. Nurin Alziyana Fasha (130104140022)

8. Ryana Fitriani (130104140023)

9. Lulu Yadal Gonia (130104140026)

PROGRAM STUDI DIPLOMA KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami ini yang berjudul “Sel dan Jaringan ” dengan baik.

Begitu banyak hal yang dilalui penulis sampai dengan selesainya makalah mata kuliah blok Basic Science of Midwifery Skill 1 disemester 1 ini. Mungkin apa yang telah penulis hasilkan bukanlah yang terbaik. Namun, penulis berharap apa yang telah kami tulis ini akan bermanfaat dan bisa digunakan dengan sebaik mungkin bagi yang membacanya.

Kami sadar bahwa apa yang telah kami peroleh tidak semata-mata hasil dari jerih payah penulis semata, tetapi hasil dari keterlibatan semua pihak. Oleh sebab itu, kami menyampaikan terima kasih kepada semua dosen mata kuliah Basic Science of Midwifery Skill yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah ini, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan.

Jatinangor, November 2014 Penyusun

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap makhluk hidup tersusun dari sel, yang jumlahnya ribuan bahkan jutaan sel. Sel pertama kali dikenalkan oleh Robert hooke pada tahun 1665 yang mengamati jaringan gabus pada tumbuhan yang merupakan kesatuan fungsional makhluk hidup. Pada manusia, dikenal tingkatan organisasi makhluk hidup yaitu sel, jaringan, organ, sistem organ dan organisme. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah sel dapat berfungsi secara autimon asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi. Sel merupakan sturuktural terkecil dari suatu organisme hidup, karena ukurannya sangat kecil maka sel tidak bisa dilihat langsung dengan mata telanjang akan tetapi bisa dilihat dengan bantuan alat optic berupa mikroskop. Sel bekerja pada bidangnya masing-masing sesuai dengan bentuk dan fungsinya.

Dalam kinerjanya, sel dan jaringan membutuhkan asupan-asupan gizi dan kebutuhan lain agar sel dan jaringan dapat bekerja secara optimal. Apabila asupan gizi dan kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka akan menghambat fungsi sel dan jaringan, bahkan memungkinkan adanya cedera pada sel dan jaringan yang juga akan berdampak fatal bagi organisme atau manusia bila tidak ada penanganan.

Sel dan jaringan memiliki struktur (anatomi), fungsi dan mekanisme perkembangannya (fisiologis). Reproduksi sel merupakan suatu contoh lain dari peran yang dimainkan oleh sistem DNA-genetik, di dalam seluruh proses kehidupan. Gen dan mekanisme pengaturan menentukan karakteristik pertumbuhan sel dan juga waktu sel-sel ini membelah diri atau apakah factor-faktor untuk membentuk sel-sel baru. Dengan cara ini, semua sistem genetik yang penting dapat mengendalikan setiap tahap perkembangan manusia mulai dari sel tunggal ovum yang sudah dibuahi sampai seluruh tubuh yang berfungsi.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kasus

1. Pertemuan ke-1 Sekitar jam 16:30 Ny. Niluh datang ke klinik diantar oleh suaminya. Ny. Niluh melahirkan bayinya 4 hari yang lalu. Keluhan Ny. Niluh saat ini merasa agak demam dan nyeri pada daerah kemaluannya karena terdapat jahitan.

2. Pertemuan ke-2 Setelah dilakukan anamnesis tambahan Ny. Niluh mengatakan persalinannya agak lambat terutama pada saat ia mengeluarkan bayi sehingga bidan melakukan penguntingan jalan lahir. Dari hasil pemeriksaan bidan didapatkan TD:

110/70mmHg, N:80x/menit, R:16x/menit, S: 37,8 o C dan terdapat kemerahan pada daerah yang dijahit.

3. Pertemuan ke-3 Setelah ibu mengetahui hasil pemeriksaan, ibu diberikan edukasi mengenai perubahan fisiologis pada Ny. Niluh setelah melahirkan terutama pada luka jahitan.

2.2 Pembahasan Kasus

Pert Problem

More Info

WDK

 Definisi sel  Nyeri

1.  Demam  Pembengka Persalinan

 apakah

 Berapa

dan jaringan pada

kan luka

agak lambat

proses

lama

 Struktur dan daerah  Terjadinya Episiotomi

sembuhnya fungsi sel kemalu

dilakukan

luka jahitan  Jenis dan an

↓ dengan

permasalah

fungsi setelah

an pada

kala IV

perineum

 Apakah

melahirkan jaringan dasar

 Kondisi melahir

4 hari  Infeksi

↓ perawatan

 Nyeri

pada luka

pd jahitan

 Bagaimana normal ibu

kan

paska  Sirkulasi

perawatan penjahitan

darah pada

dgn benar?

perineum?  Fisiologi sel

jahitan

 Anak yg

 Teknit

dan jaringan

tidak

dilahirkan

menjahit yg (proses menjahit yg (proses

normal

anak ke

benar pd

berapa?

sobekan jln sel baru)

a benang

 Ny. Niluh

lahir?

jahitan

mengalami  Batas

nyeri pd

jahitan pd

hari? √  Suhu ibu

pd saat demam? √

2.  Suhu  Nyeri luka

 Proses cidera tidak

 Apakah ibu

pada jaringan normal

jahitan

melakukan  Apa saja

dan sel  Terdapat

mobilisasi

gejala

 Proses kemerah

dini?

nyeri?

 Hubungan penyembuhan an

luka dalam

dilakukan

cidera sel bentuk

 Faktor penyembuhan luka

3. Persalinan agak lambat

↓ Episiotomi

↓ Penjahitan perineum

↓ Perawatan perineum

↓ Agak demam

2.2.1 Pembahasan WDK

1. Lamanya Sembuh Luka Jahitan pada Ibu Melahirkan dalam Batas Normal

Luka perineum dikatakan cepat sembuh apabila luka pada hari ke-3 mulai mengering dan mulai menutup, serta pada hari ke-7 luka sudah menutup dengan baik disertai adanya jaringan parut. Sedangkan luka Luka perineum dikatakan cepat sembuh apabila luka pada hari ke-3 mulai mengering dan mulai menutup, serta pada hari ke-7 luka sudah menutup dengan baik disertai adanya jaringan parut. Sedangkan luka

selama 6-7 hari. 1 Fisiologi penyembuhan luka menurut Smeltzer dan Suzanne C.

Beragam proses seluler yang saling tumpang tindih dan terus menerus memberikan kontribusi terhadap pemulihan luka, regenerasi sel, proliferasi sel, dan pembentukan kolagen. Respon jaringan terhadap cidera melewati beberapa fase yaitu :

a. Fase inflamasi Respon vaskuler dan seluler terjadi ketika jaringan terpotong atau mengalami cidera. Vasokonstriksi pembuluh terjadi dan bekuan fibrinoplateler terbentuk dalam upaya untuk mengontrol perdarahan. Reaksi ini berlangsung dari 5 menit sampai 10 menit dan diikuti oleh vasodilatasi

kehilangan kemampuan vasokontriksinya karena norepinefrin dirusak oleh enzim intraseluler. Sehingga histamin dilepaskan yang dapat meningkatkan permebialitas kapiler. Ketika mikrosirkulasi mengalami kerusakan, elemen darah seperti antibodi, plasma protein, elektrolit, komplemen, dan air menembus spasium vaskuler selama 2 sampai 3 hari, menyebabkan edema, teraba hangat, kemerahan dan nyeri. Sel-sel basal pada pinggir luka mengalami mitosis dan menghasilkan sel-sel anak yang bermigrasi. Dengan aktivitas ini, enzim proteolitik disekresikan dan menghancurkan bagian dasar bekuan darah. Celah antara kedua sisi luka secara progresif terisi, dan sisinya pada akhirnya saling bertemu dalam 24 sampai 48 jam.

venula.

Mikrosirkulasi

b. Fase proliferatif Fibroblas memperbanyak diri dan membentuk jaring-jaring untuk sel- sel yang bermigrasi. Sel-sel epitel membentuk kuncup pada pinggiran luka, kuncup ini berkembang menjadi kapiler yang merupakan sumber nutrisi bagi jaringan granulasi yang baru. Fibroblas melakukan sintesis kolagen dan mukopolisakarida. Banyak vitamin, terutama vitamin C sangat membantu proses metabolisme yang terlibat dalam penyembuhan luka.

c. Fase Maturasi Jaringan parut tampak lebih besar, sampai fibrin kolagen menyusun kedalam posisi yang lebih padat. Hal ini sejalan dengan dehidrasi yang mengurangi jaringan parut tetapi meningkatkan kekuatannya.

Proses Penyembuhan Luka Luka dapat sembuh melalui proses utama (primary intention) yang terjadi ketika tepi luka disatukan (approximated) dengan menjahitnya. Jika luka dijahit, terjadi penutupan jaringan yang disatukan dan tidak ada ruang yang kosong. Oleh karena itu, dibutuhkan jaringan granulasi yang minimal dan kontraksi sedikit berperan. Penyembuhan yang kedua yaitu melalui proses sekunder (secondary intention) terdapat

defisit jaringan yang membutuhkan waktu yang lebih lama. 2

2. Perawatan Luka Jahitan Perineum

A. Perawatan luka jahitan perineum adalah sebagai berikut:

1) Menjaga agar perineum selalu bersih dan kering.

2) Menghindari pemberian obat trandisional.

3) Menghindari pemakaian air panas untuk berendam.

4) Mencuci luka dan perineum dengan air dan sabun 3-4 x sehari.

5) Kontrol ulang maksimal seminggu setelah persalinan untuk

pemeriksaan penyembuhan luka.

B. Tujuan Perawatan Luka Jahitan Perineum Tujuan perawatan perineum adalah:

1) Untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum, maupun

di dalam uterus.

2) Untuk penyembuhan luka perinium (jahitan perineum).

3) Untuk kebersihan perineum dan Vulva.

4) Untuk mencegah infeksi seperti diuraikan diatas bahwa saat persalinan vulva merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman. Bila daerah vulva dan perineum tidak bersih, mudah terjadi infeksi pada jahitan perineum saluran vagina dan uterus

C. Waktu Perawatan Perineum Waktu perawatan perineum adalah:

1) Saat mandi

Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut. Setelah terbuka maka akan kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut.

2) Setelah buang air kecil Pada saat buang air kecil kemungkin besar terjadi kontaminasi air seni pada rektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.

3) Setelah buang air besar Pada saat buang air besar, dilakukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perinium.

D. Cara Perawatan Luka Jahitan Perineum

1) Mencuci tangannya

2) Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan kebawah mengarah ke rectum dan letakan pembalut tersebut kedalam kantung plastik

3) Berkemih dan BAB ke toilet

4) Semprotkan ke seluruh perineum dengan air

5) Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke

belakang

6) Pasang pembalut dari depan ke belakang

7) 3 Cuci kembali tangan.

3. Teknik Menjahit yang Benar pada Sobekan Jalan Lahir

A. Persiapan Penjahitan

1) Bantu ibu mengambil posisi litotomi.

2) Tempatkan handuk atau kain bersih di bawah bokong ibu.

3) Jika mungkin, tempatkan lampu sorot.

4) Gunakan teknik aseptik pada saat memeriksa robekan atau episiotomi,kemudian memberikan anestesi lokal dan menjahit luka:

 Teknik Antiseptik:

1) Cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.

2) Pakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau yang steril.  Memberikan Anastesi Lokal:

1) Jelaskan pada ibu apa yang akan dilakukan dan anjurkan ibu

untuk rileks.

2) Isi tabung suntik dengan 10 ml lidokain 1%.

3) Tempelkan jarum ukuran 22 sepanjang 4 cm ke tabung suntik

tersebut.

4) Dengan menggunakan teknik aseptik,persiapkan peralatan dan bahan-bahan desinfeksi tingkat tinggi untuk penjahitan.

5) Duduk dengan posisi santai dan nyaman sehingga luka bisa dengan mudah dilihat dan penjahitan bisa dilakukan tanpa kesulitan.

6) Gunakan kain/kasa disinfeksi tingkat tinggi atau bersih untuk

menyeka vulva, vagina dan perineum ibu.

7) Periksa vagina, serviks dan perineum secara lengkap. Pastikan bahwa laserasi/sayatan perineum hanya merupakan derajat satu atau dua.

8) Ganti sarung tangan dengan sarung tangan Disinfeksi Tingkat Tinggi atau Steril yang baru setelah melakukan pemeriksaan rektum.

9) Berikan anastesi lokal

10) Siapkan jarum dan benang.

11) Tempatkan jarum pada pemegang jarum dengan sudut 90

derajat, kemudian jepit jarum tersebut.

12) Tusukkan seluruh jarum dari tepi luka pada perbatasan antara mukosa dan kulit perineum ke arah perineum. Lakukan aspirasi untuk memeriksa adanya darah dari pembuluh darah yang tertusuk.

13) Ulangi seluruh langkah 3 pada sisi lain dari luka. Masing- masing sisi luka akan memerlukan kira-kira 5 ml lidokain 1%.

14) Tunggu selama 2 menit dan biarkan anastesia tersebut bekerja dan kemudian uji daerah yang di anastesia dengan cara dicubit dengan forceps atau disentuh dengan jarum yang tajam.

15) Cuci tangan secara seksama dan gunakan sarung tangan Disinfeksi Tingkat Tinggi atau steril. Ganti sarung tangan jika 15) Cuci tangan secara seksama dan gunakan sarung tangan Disinfeksi Tingkat Tinggi atau steril. Ganti sarung tangan jika

B. Langkah-langkah Penjahitan Parineum

1) Cuci tangan.

2) Pastikan bahwa peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan.

3) Setelah memberikan anastesia lokal dan memastikan bahwa daerah tersebut sudah di anastesi, telusuri dengan hati-hati menggunakan satu jari untuk secara jelas menentukan batas-batas luka

4) Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm di atas ujung laserasi di bagian

dalam vagina.

5) Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke arah

cincin himen

6) Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum ke dalam mukosa vagina lalu ke bawah cincin himen sampai jarum ada di bawah laserasi.

7) Teruskan ke arah bawah tapi tetap pada luka, menggunakan jahitan

jelujur, hingga mencapai bagian bawah laserasi.

8) Setelah mencapai ujung laserasi, arahkan jarum ke atas da teruskan penjahitan menggunakan jahitan jelujur untuk menutup lapisan subkutikuler

9) Tusukan jarum dari robekan perineum ke dalam vagina. Jarum harus

keluar dari belakang cincin himen.

10) Ikat benang dengan membuat simpul di dalam vagina. Potong ujung

benang dan sisakan sekitar 1,5 cm.

11) Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan bahwa tidak ada kasa atau peralatan yang tertinggal di dalam.

12) Dengan lembut masukkan jari paling kecil ke dalam anus. Raba apakah

ada jahitan pada rectum.

13) Cuci daerah genital dengan lembut dengan sabun dan air disinfeksi tingkat tinggi, kemudian keringkan. Bantu ibu mencari posisi yang lebih aman.

C. Perawatan pada Luka Jahitan:

1) Menjaga perineumnya selalu bersih dan kering.

2) Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineum.

3) Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang mengalir tiga

sampai empat kali perhari.

4) Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan lukanya.

5) Ibu harus kembali lebih awal jika ia mengalami demam atau mengeluarkan cairan yang berbau busuk dari daerah lukanyajika

daerah tersebut menjadi lebih nyeri. 4

4. Batas Ambang Nyeri pada Seseorang dan Definisi Nyeri

A. Definisi Nyeri Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. keadaan psikis sangat mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan sakit kepala atau memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi rangsangan nyeri. nyeri merupakan suatu perasaan seubjektif pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. batas nyeri untuk suhu

adalah konstan, yakni pada 44-45 o C. Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkat (level) pada mana nyeri

dirasakan untuk pertama kalinya. Dengan kata lain, intensitas rangsangan yang terendah saat orang merasakan nyeri. Untuk setiap orang ambang nyerinya adalah konstan.

Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi melindungi tubuh. Nyeri harus dianggap sebagai isyarat bahaya tentang adanya ganguan di jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik, atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri Nyeri merupakan suatu keadaan yang kompleks yang dipengaruhi oleh faktor fisiologi, spiritual, psikologis, dan budaya. Setiap individu mempunyai pengalaman yang berbeda tentang nyeri. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nyeri adalah sebagai berikut: B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri Nyeri merupakan suatu keadaan yang kompleks yang dipengaruhi oleh faktor fisiologi, spiritual, psikologis, dan budaya. Setiap individu mempunyai pengalaman yang berbeda tentang nyeri. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nyeri adalah sebagai berikut:

Faktor fisiologi yang mempengaruhi nyeri terdiri dari umur, jenis kelamin, kelelahan, gen dan fungsi neurologi.

Umur mempengaruhi persepsi nyeri seseorang karena anak- anak dan orang tua mungkin lebih merasakan nyeri dibandingkan dengan orang dewasa muda karena mereka sering tidak dapat mengkomunikasikan apa yang mereka rasakan. Anak-anak belum mempunyai perbendaharaan kata yang cukup sehingga mereka sulit untuk mengungkapkan nyeri secara verbal dan sulit untuk mengekspresikannya kepada orang tua ataupun perawat. Pada orang tua, nyeri yang mereka rasakan sangat kompleks, karena mereka umumnya memiliki berbagai macam penyakit dengan gejala yang sama dengan bagian tubuh yang lain. Oleh karena itu, perawat harus teliti melihat dimana sumber nyeri yang dirasakan pasien.

Jenis kelamin secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam merespons terhadap nyeri. Diragukan apakah hanya jenis kelamin saja yang merupakan suatu faktor dalam pengekspresian nyeri. Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnya, menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama.

Begitu juga dengan kelelahan, seseorang yang merasakan kelelahan akan terfokus terhadap pengalaman nyerinya. Jika kelelahan terjadi disepanjang waktu istirahat, persepsi nyeri yang dirasakan pasien akan meningkat. Nyeri merupakan pengalaman yang sering dirasakan setelah istirahat daripada menghabiskan waktu sepanjang hari.

Penelitian kesehatan mengungkapkan bahwa informasi genetik yang diturunkan oleh orang tua kemungkinan dapat meningkatkan atau menurunkan sensitifitas nyeri. Genetik mempunyai kemungkinan untuk dapat menentukan ambang batas nyeri seseorang atau toleransi seseorang terhadap nyeri. Fungsi neurologi juga dapat mempengaruhi pengalaman nyeri seseorang. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Penelitian kesehatan mengungkapkan bahwa informasi genetik yang diturunkan oleh orang tua kemungkinan dapat meningkatkan atau menurunkan sensitifitas nyeri. Genetik mempunyai kemungkinan untuk dapat menentukan ambang batas nyeri seseorang atau toleransi seseorang terhadap nyeri. Fungsi neurologi juga dapat mempengaruhi pengalaman nyeri seseorang. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

b. Faktor Sosial

Faktor sosial yang mempengaruhi nyeri terdiri dari (1) perhatian, (2) pengalaman nyeri sebelumnya, dan (3) keluarga dan dukungan sosial. Peningkatan perhatian dihubungkan dengan peningkatan nyeri. Seseorang yang memfokuskan perhatiannya terhadap nyeri akan mempengaruhi persepsinya. Konsep ini merupakan salah satu hal yang dapat dilihat perawat dari beberapa nyeri yang dirasakan pasien sehingga perawat dapat memberikan intervensi yang tepat seperti relaksasi, massase, dan lain sebagainya. Namun dengan memfokuskan perhatian terhadap stimulus yang lain, dapat menurunkan persepsi nyeri. Pengalaman nyeri sebelumnya juga berpengaruh terhadap persepsi nyeri individu dan kepekaannya terhadap nyeri. Karena setiap orang belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya. Jika sebelumnya seseorang pernah mengalami nyeri tanpa adanya pertolongan, maka nyeri yang dirasakannya saat ini akan dipandangnya sebagai suatu kecemasan dan ketakutan. Dengan kata lain, jika pengalaman nyeri sebelumnya dapat diterima dengan koping yang baik, maka individu tersebut. mengontrol nyeri yang mereka rasakan akan mengalami penurunan rasa takut dan kecemasan yang akan menurunkan persepsi nyeri mereka mengemukakan bahwa stimulus nyeri yang aktif pada bagian sistem limbik dipercayai dapat mengontrol emosi, salah satunya adalah kecemasan. Sistem limbik memproses reaksi emosional terhadap nyeri, dapat meningkatkan ataupun menurunkannya.

Koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memperlakukan nyeri. Seseorang yang mengontrol nyeri dengan lokus internal merasa bahwa diri mereka sendiri mempunyai kemampuan untuk mengatasi nyeri. Sebaliknya, seseorang yang mengontrol nyeri dengan lokus eksternal lebih merasa bahwa faktor-faktor lain di dalam hidupnya seperti perawat merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap nyeri yang dirasakannya. Oleh karenan itu, koping pasien sangat penting untuk diperhatikan.

c. Faktor Budaya

Faktor budaya yang mempengaruhi nyeri terdiri dari seseorang dihubungkan dengan pengaruh pengalaman nyeri dan bagaimana seseorang tersebut mengadaptasikannya. Hal ini sangat berhubungan dengan latar belakang budaya. Seseorang akan merasa nyeri yang berbeda jika mendapatkan sebuah ancaman, kehilangan, hukuman, atau tantangan.

Budaya mempercayai dan mempengaruhi nilai individu dalam mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan diterima oleh budaya mereka, termasuk bagaimana reaksi mereka terhadap nyeri.

Ketidakmampuan ini dapat berkisar dari membatasi keikutsertaan dalam aktivitas fisik sampai tidak mampu untuk

memenuhi kebutuhan pribadi, seperti berpakaian atau makan. 5

5. Mobilisasi Dini pada Ibu Postpartum

A. Definisi Mobilisasi Menurut Hincliff mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit berdiri dan kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk, dan sebagianya disamping kemampuan mengerakkan ekstermitas. Mobilisasi dini menurut Carpenito adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Ambulasi adalah kebijakan untuk selekas mungkin membimbing pasie keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya berjalan. Mobilisasi dini adalah kebijakan untuk secepat mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbing secepat mungkin untuk berjalan. Mobilisasi dini merupakan factor eksternal lain selain perawatan luka. Sedangkan factor internal yaitu budaya makan atau pola konsumsi memengaruhi kecepatan kesembuhan luka perineum. Pada ibu post partum diharapkan tidak perlu khawatir dengan adanya jahitan karena mobilisasi dini baik buat jahitan, agar tidak terjadi pembengkakan akibat tersumbatnya pembuluh darah.

Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka. Fase immediate post Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka. Fase immediate post

B. Kontra-indikasi Tidak dianjurkan pada pasien dengan penyakit-penykit berikut:

5) Keadaan lain yang membutuhkan istirahat

C. Manfaat Mobilisasi Dini

1) Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi peurperium.

2) Mempercepat involusi alat kandungan.

3) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan.

4) Meningkatkan kelancaran sirkulasi darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme. 6 Bersamaan dengan

pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus

lactiferus masuk ke mulut bayi. 7

5) Membantu proses pemulihan. Mobilisasi dini tidak hanya mempercepat kesembuhan luka perineum tetapi juga memulihkan kondisi tubuh ibu jika dilakukan dengan benar dan tepat.

6) Mencegah terjadinya infeksi yang timbul karena gangguan pembuluh darah balik. Mobilisasi dini atau gerakan sesegera mungkin bisa mencegah aliran darah terhambat. Hambatan aliran darah bisa menyebabkan terjadinya thrombosis vena dalam (deep vein trombosis) dan menyebabkan infeksi.

D. Keuntungan

1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat.

2) Faal usus dan kandung kencing lebih baik.

3) Kesempatan yang baik untuk mengajari merawat atau memelihara

anaknya.

4) Tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal.

E. Tidak memengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka di perut.

F. Tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau retroflexio.

G. Kerugian apabila tidak dilakukan mobilisasi dini Akibat tidak melakukan mobilisasi dini dapat mengakibatkan peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi. Salah satu tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh, perdarahan abnormal. Mobilisasi yang terlambat dilakukan bisa menyebabkan gangguan fungsi organ tubuh, aliran darah tersumbat, serta gangguan fungsi otot.

H. Macam Mobilisasi Dini Mobilisasi dini dilakukan sebagai berikut:

1) Gerakan dan jalan-jalan sambil bidan melakukan observasi perkembangan pasien dari jam ke jam sampai hitungan hari.

2) Kegiatan ini dilakukan secara meningkat dan secara berangsur-angsur frekuensi dan intensitas aktivitasnya sendiri tanpa pendamping sehingga tujuan memandirikan pasien dapat terpenuhi. Mobilisasi dini waktu pelaksanaannya dilakukan secara teratur, intensif

dan makin lama makin bagus, apabila kondisi ibu dalam keadaan baik maka pelaksanaannya dapat dilakukan 3-4 kali dalam sehari, misalnya pada saat bangun tidur pagi, siang dan malam. Latihan mobilisasi ini bermanfaat untuk mempercepat kesembuhan luka, melancarkan pengeluaran lochea, mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, sirkulasi darah normal dan mempercepat pemulihan kekuatan ibu.

I. Tahapan Mobilisasi Ibu pasca melahirkan menyebabkan faktor kelelahan setelah proses melahirkan, terlebih bila persalinan berlangsung lama, sehingga ibu harus cukup beristirahat, dimana ia harus tidur terlentang selama 8 jam post I. Tahapan Mobilisasi Ibu pasca melahirkan menyebabkan faktor kelelahan setelah proses melahirkan, terlebih bila persalinan berlangsung lama, sehingga ibu harus cukup beristirahat, dimana ia harus tidur terlentang selama 8 jam post

komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka. 6

Pada ibu post partum diharapkan tidak perlu khawatir dengan adanya jahitan karena mobilisasi dini baik buat jahitan, agar tidak terjadi pembengkakan akibat tersumbatnya pembuluh darah dan untuk ibu post partum dengan operasi sesar dalam melakukan mobilisasinya lebih lamban dan perlu mencermati serta memahami bahwa mobilisasi dini jangan dilakukan apabila kondisi ibu post partum masih lemah atau memiliki penyakit jantung, tetapi mobilisasi yang terlambat dilakukan bisa menyebabkan gangguan fungsi organ tubuh, aliran darah tersumbat, serta fungsi otot. Salah satu solusi yaitu dengan memberikan mobilisasi dini selama 2-4 jam dan 6-8 jam untuk mempercepat kesembuhan luka

perineum grade 2 pada ibu post partum. 8 Gerakan mobilisasi ini diawali dengan gerakan ringan seperti :

1) Miring ke kiri-kanan Memiringkan badan kekiri dan kekanan merupakan mobilisasi paling ringan dan yang paling baik dilakukan pertama kali. Disamping dapat mempercepat proses penyembuhan, gerakan ini juga mempercepat proses kembalinya fungsi usus dan kandung kemih secara normal.

2) Menggerakkan kaki Setelah mengembalikan badan ke kanan dan ke kiri, mulai gerakan kedua belah kaki. Mitos yang menyatakan bahwa hal ini tidak boleh dilakukan karena dapat menyebabkan timbulnya varices adalah salah total. Justru bila kaki tidak digerakkan dan terlalu lama diatas tempat tidur dapat menyebabkan terjadinya pembekuan pembuluh darah batik yang dapat menyebabkan varices ataupun infeksi.

3) Duduk Setelah merasa lebih ringan cobalah untuk duduk di tempat tidur. Bila merasa tidak nyaman jangan dipaksakan lakukan perlahan- lahan sampai terasa nyaman.

4) Berdiri atau turun dari tempat tidur Jika duduk tidak menyebabkan rasa pusing, teruskanlah dengan mencoba turun dari tempat tidur dan berdiri. Bila tersa sakit atau ada keluhan, sebaiknya hentikan dulu dan dicoba lagi setelah kondisi terasa lebih nyaman.

5) Ke kamar mandi Hal ini harus dicoba setelah memastikan bahwa keadaan ibu benar-benar baik dan tidak ada keluhan. Hal ini bermanfaat untuk

melatih mental karena adanya rasa takut pasca persalinan. 6

6. Gejala Nyeri

Tanda dan Gejala Nyeri pada Luka Jahitan Perineum Nyeri merupakan akibat kerusakan jaringan tubuh. Tanda dan gejala yang timbul diantaranya adalah:

 Nyeri tekan diatas simfisis  Perasaan tidak nyaman pada ibu  BAK dan BAB terasa nyeri  Daerah perineum kemerahan  Nyeri yang sangat pada daerah perineum  Oedema pada jahitan perineum  Terjadi pembengkakan di sekitar jahitan episiotomi  Abila diraba terasa panas

Selain itu, terdapat gejala obyektif diantaranya adalah:  Meringis kesakitan  Takikardia (denyut jantung yang cepat lebih dari 100 kali denyut nadi)  Hipertensi. 9

7. Hubungan Nyeri, Cidera Sel, dan Jaringan

Mekanisme

Hubungan Nyeri dan Cedera pada Sel dan Jaringan Cedera

↓ Vasokontriksi

↓ Membentuk Fibrinoplateral

↓ Fungsi Mengontrol pendarahan

↓ Mikrosirkulasi

↓ Norepinetrin

↓ Dirusak Enzim Intraseluler

↓ Dilepaskan Histamin

Elemen darah menembus Vasiovaskuler

↓ Menyebabkan Nyeri

 Fase inflamasi Respon vaskuler dan seluler terjadi ketika jaringan terpotong

atau mengalami cidera. Vasokonstriksi pembuluh terjadi dan bekuan fibrinoplateler terbentuk dalam upaya untuk mengontrol perdarahan. Reaksi ini berlangsung dari 5 menit sampai 10 menit dan diikuti oleh vasodilatasi venula. Mikrosirkulasi kehilangan kemampuan vasokontriksinya karena norepinefrin dirusak oleh enzim intraseluler. Sehingga histamin dilepaskan yang dapat meningkatkan permebialitas kapiler. Ketika mikrosirkulasi mengal ami k6erusakan, elemen darah seperti antibodi, plasma protein, elektrolit, komplemen, dan air atau mengalami cidera. Vasokonstriksi pembuluh terjadi dan bekuan fibrinoplateler terbentuk dalam upaya untuk mengontrol perdarahan. Reaksi ini berlangsung dari 5 menit sampai 10 menit dan diikuti oleh vasodilatasi venula. Mikrosirkulasi kehilangan kemampuan vasokontriksinya karena norepinefrin dirusak oleh enzim intraseluler. Sehingga histamin dilepaskan yang dapat meningkatkan permebialitas kapiler. Ketika mikrosirkulasi mengal ami k6erusakan, elemen darah seperti antibodi, plasma protein, elektrolit, komplemen, dan air

 Penjelasan : Cedera atau luka adalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh karena suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi.

 Nyeri adalah suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalaman emosional serta termasuk suatu komponen sensori, komponen diskriminatori, respon-respon yang mengantarkan ataupun reaksi- reaksi yang ditimbulkan oleh stimulus dalam suatu kasus nyeri.

 Histamin adalah bahan kimia yang di produksi dan disimpan dalam tubuh. Histamin juga bagian dari respon kekebalan tubuh kita dan

dilepaskan selama reaksi. Hal ini dihasilkan oleh sel-sel yang dikenal sebagai sel mast. Berfungsi sebagai bagian penting dari respon

kekebalan tubuh. 10

2.2.2 Pembahasan LI

1. Definisi Sel dan Jaringan

a. Sel Sel adalah unit kehidupan struktural dan fungsional terkecil dari tubuh. Sebagian besar reaksi kimia untuk mempertahankan kehidupan berlangsung dalam sel. Sel dan zat intraseluler membentuk keseluruhan jaringan tubuh.

b. Jaringan Jaringan adalah kelompok sel yang serupa secara struktural (begitu pula dengan produk yang dihasilkan) yang mengalami spesialisasi untuk menjalankan suatu fungsi tertentu. Semua struktur tubuh tersusun dari

beragam jumlah jaringan. 11

2. Struktur dan Fungsi Sel

a. Membran plasma  Tersusun dari: molekul lemak (2 lapis, terdapat di bagian tengah

membran) dan protein (luar: protein perifer (protein tepi) menyusun tepi luar & dalam membran; selain itu ada protein yang menembus ke dalam 2 lapisan lemak (disebut protein integral).

 Fungsinya: sangat penting untuk menjaga kehidupan sel.

1) Melindungi isi sel (mempertahankan isi sel).

2) Mengatur keluar masuknya molekul-molekul; (bersifat semipermeabel/selektif permeable hanya zat-zat tertentu yang dapat melewati membran)

3) Sebagai reseptor (penerima) rangsangan dari luar sel (bagian sel yang berfungsi sebagai reseptor adalah glikoprotein); rangsang kimia, mis. hormon, racun, listrik, mekanik.

b. Sitoplasma: Plasma Sel Merupakan cairan yang berada dalam sel selain nukleoplasma (plasma inti). Cairannya disebut sitosol, padatannya berupa organel-organel.

 Tersusun atas: air, protein, asam amino, vitamin, nukleotida, asam lemak, gula, & ion-ion. (matriks sitoplasma). Padatan sitoplasma

terdiri dari organel-organel yaitu ribosom, mitokondria, & kompleks Golgi. Dan mempunyai sifat fisik berubah-ubah karena mengandung protein. Dapat berupa fase sol (cair) dan fase gel (gelatin, padat).

 Fungsi Sitoplasma:

a. Tempat penyimpanan bahan2 kimia yg penting bagi metabolisme

sel (enzim2, ion2, gula, lemak & protein)

b. Terjadi pembongkaran & penyusunan zat2 melalui reaksi2 kimia. Contoh: Pembentukan energi, sintesis asam lemak, asam amino, protein, dan nukleotida. Sitoplasma selalu “mengalir” agar metabolisme berjalan dengan baik.

c. Nukleus Organel terbesar yang berada di dalam sel. Terletak di tengah sel & berbentuk bulat/oval.Kromosom tersusun atas protein & DNA (berfungsi untuk menyampaikan informasi genetik dan sintesis protein). RNA berfungsi untuk sintesis protein saja.

 Nukleus terdiri atas:

1) Membran Nukleus, membran luar & dalam. Membran luar langsung berhubungan dengan RE, dan akhirnya ke membran sel.

2) Nukleoplasma disebut juga matriks nukleus (tersusun atas air, protein, ion, enzim, & asam inti) bersifat gel. Di dalamnya terdapat benang-benang kromatin (benang penyerap warna), pada saat proses mitosis maka benang kromatin itu tampak memendek dan disebut kromosom (tersusun atas protein dan DNA). Lalu DNA akan mentranskripsi diri (mengkopi diri) menjadi RNA yang dikeluarkan ke sitoplasma.

3) Nukleolus disebut juga anak inti, terbentuk pada saat terjadi proses transkripsi (sintesis RNA) di dalam nukleus. Jadi, nukleolus adalah bukan organel tetap, melainkan suatu tanda bahwa sel sedang melakukan transkripsi (karena bila proses transkripsi berhenti, maka nukleolus akan mengecil/menghilang).

 Fungsi Nukleus:

1) Pengendali seluruh kegiatan sel

2) Pengatur pembelahan sel

3) pembawa informasi genetik (DNA); mewariskan sifat-sifat melalui

pembelahan sel

d. Retikulum Endoplasma Letaknya: memusat pada bagian dalam sitoplasma (endoplasma); maka disebut Retikulum Endoplasma (RE); hanya pada sel eukariotik.

Macam-macam retikulum endoplasma:

1) RE kasar: berhadapan dengan sitoplasma & ditempeli ribosom (maka

tampak berbintil2)

2) RE halus: tidak mengandung ribosom Fungsi RE:

1) Menampung protein dihasilkan oleh ribosom (masuk ke dalam rongga RE) untuk disalurkan pada kompleks golgi dan berakhir pada

sel

(RE KASAR)

2) Mensintesis lemak dan kolesterol (RE KASAR & HALUS)

3) Menetralkan racun (detoksifikasi) RE dalam sel-sel hati.

4) Transportasi molekul2 dari bag. yang satu ke bag. yang lainnya (RE

KASAR & RE HALUS).

e. Ribosom Ribosom adalah salah satu organel yang berukuran kecil dan padat dalam sel yang berfungsi sebagai tempat sintesisprotein. Ribosom berdiameter sekitar 20 nm serta terdiri atas 65% RNA ribosom (rRNA) dan 35% protein ribosom (disebutRibonukleoprotein atau RNP). Organel ini menerjemahkan mRNA untuk membentuk rantai polipeptida (yaitu protein) menggunakan asam amino yang dibawa oleh tRNA pada proses translasi. Di dalam sel, ribosom tersuspensi di dalamsitosol atau terikat pada retikulum endoplasma kasar, atau pada membran inti sel. Ribosom adalah komponen sel yang membuat protein dari semua asam amino. Salah satu prinsip utama b iologi, sering disebut sebagai “dogma sentral,” adalah DNA yang digunakan untuk membuat RNA, yang, pada gilirannya, digunakan untuk membuat protein.

Urutan DNA gen disalin ke RNA mRNA. Ribosom kemudian membaca informasi dalam RNA dan menggunakannya untuk membuat protein. Proses ini dikenal sebagai translasi; yaitu, ribosom “menerjemahkan” informasi genetik dari RNA menjadi protein. Ribosom melakukan hal ini dengan mengikat sebuah mRNA dan menggunakannya sebagai template untuk urutan yang benar asam amino pada protein tertentu. Asam amino yang melekat pada RNA transfer tRNA molekul, yang masuk salah satu bagian dari ribosom dan mengikat ke urutan messenger RNA. Asam amino terlampir yang kemudian bergabung bersama oleh bagian lain dari ribosom. Ribosom bergerak sepanjang mRNA, “membaca” urutan dan menghasilkan rantai asam amino. Ribosom Urutan DNA gen disalin ke RNA mRNA. Ribosom kemudian membaca informasi dalam RNA dan menggunakannya untuk membuat protein. Proses ini dikenal sebagai translasi; yaitu, ribosom “menerjemahkan” informasi genetik dari RNA menjadi protein. Ribosom melakukan hal ini dengan mengikat sebuah mRNA dan menggunakannya sebagai template untuk urutan yang benar asam amino pada protein tertentu. Asam amino yang melekat pada RNA transfer tRNA molekul, yang masuk salah satu bagian dari ribosom dan mengikat ke urutan messenger RNA. Asam amino terlampir yang kemudian bergabung bersama oleh bagian lain dari ribosom. Ribosom bergerak sepanjang mRNA, “membaca” urutan dan menghasilkan rantai asam amino. Ribosom

f. Lisosom (lyso = pencernaan; soma = tubuh) merupakan membran yg berbentuk kantong kecil yg berisi enzim hidrolitik (hidrolase) disebut lisozim; yang berfungsi untuk pencernaan intra sel (mencerna zat-zat yang masuk ke dalam sel).

 Pembentukan Lisosom

Enzim Lisosom / protein yg diproduksi oleh ribosom masuk ke RE enzim dimasukkan ke dalam membran dikeluarkan ke sitoplasma menjadi lisosom. Selain itu ada yg enzim dimasukkan ke golgi dibungkus membran dilepaskan di dalam sitoplasma.

 Proses pencernaan oleh lisosom

Contoh: sel menelan benda asing berupa bakteri secara fagositosis bakteri dimasukkan ke dalam vakuola didatangi lisosom membran lisosom dan membran vakuola bersinggungan Contoh: sel menelan benda asing berupa bakteri secara fagositosis bakteri dimasukkan ke dalam vakuola didatangi lisosom membran lisosom dan membran vakuola bersinggungan

Enzim lisosom tidak aktif mencerna jika membran lisosom pecah, jika membran pecah maka enzim lisosom akan keluar dari membran & mencerna sel itu sendiri.

g. Badan Mikro Terdiri atas:

1. Peroksisom (dikandung banyak pada sel-sel yang banyak melakukan respirasi; Contoh: Sel hati, ginjal,

otot mengandung enzim katalase, menguraikan hidrogen peroksida (bersifat racun H 2 O 2 ) menjadi oksigen dan air. Dan berperan dalam metabolisme lemak

dan

fotorespirasi.

2. Glioksisom hanya pada sel tumbuhan; terutama pada

jaringan yg mengandung lemak, spt biji2an berlemak, menghasilkan

enzim katalase dan oksidase yg berperan dalam proses metabolisme lemak, mengubah lemak

menjadi gula. Dihasilkan energi yg diperlukan

untuk perkecambahan biji.

h. Mitokondria: Penghasil energi (ATP) karena berfungsi untuk respirasi. Secara umum mitokondria berbentuk butiran/benang dan bersifat plastis (mudah berubah). Mitokondria berkembang biak dengan membelah diri dari mitokondria sebelumnya (pembelahan pada bakteri). Memiliki 2 membran, membran luar dan dalam membran luar mirip dengan membran plasma. Pada membran dalam terjadi pelekukan ke arah dalam membentuk krista(membuat permukaan membran semakin luas sehingga proses respirasi menjadi semakin efektif) terjadi dalam membran dalam mitokondria dan matriks (tersusun atas air, protein, enzim respirasi, garam, DNA dan ion-ion).

Reaksi Respirasi yang terjadi:

a. Reaksi dekarboksilasi oksidatif

b. Daur krebs

c. 12 Transfer electron.

3. Jenis dan Fungsi Jaringan dasar

A. Struktur Jaringan Jaringan penyusun tubuh dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu jaringan epitelium, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

1. Jaringan Epitel

Jaringan epitel adalah jaringan yang melapisi atau menutup permukaan tubuh, baik permukaan luar maupun permukaan dalam. Jaringan epitel yang melapisi permukaan luar tubuh disebut epitelium. Adapun jaringan yang terdapat di permukaan dalam tubuh disebut jaringan endotelium. Jaringan epitel terdiri oleh satu atau banyak sel, tersusun kompak, dan tidak mempunyai ruang antarsel. Fungsi utama jaringan epitel adalah melindungi jaringan di bawahnya. Berbagai jaringan mempunyai fungsi khusus.

 Fungsi jaringan epitel antara lain sebagai berikut:

1) Sebagai pelindung/proteksi, misalnya epitel jaringan kulit dan

epitel selaput rongga mulut.

2) Sebagai reseptor, yaitu epitel yang bertugas menerima

rangsangan, misalnya pada alat-alat indra.

3) Sebagai kelenjar, misalnya epitel pada saluran pencernaan menghasilkan enzim-enzim pencernaan dan epitel pada saluran pernapasan menghasilkan mukus (lendir).

 Jenis-jenis jaringan epitel dibedakan menjadi dua berdasarkan jumlah lapisan sel penyusunnya. Kedua jaringan tersebut adalah jaringan epitel satu lapis (simple epithelium) dan jaringan epitel berlapis banyak (stratified epitellium)

1) Epitel pipih selapis, misalnya jaringan epitel yang membentuk peritonium, pembuluh darah, pembuluh limfa, kapsul glomerulus, dan alveolus.

2) Epitel pipih berlapis banyak, misalnya epitel pada rongga rnulut, epidermis, esofagus, ujung uretra, dan rongga hidung.

3) Epitel kubus selapis, misalnya epitel pada permukaan dalam lensa mata, permukaan ovarium, saluran nefron ginjal serta pada retina mata.

4) Epitel kubus berlapis banyak, misalnya epitel yang membentuk saluran kelenjar minyak dan kelenjar keringat pada kulit.

5) Epitel silindris selapis, misalnya epitel pada dinding lambung, jonjot usus, kelenjar pencernaan, kantung empedu, dan saluran rahim.

6) Epitel silindris berlapis banyak, misalnya pada saluran kelenjar ludah, kelenjar susu, uretra, dan laring.

7) Epitel silindris bersilia, misalnya pada saluran reproduksi,

saluran pernapasan, dan rongga hidung.

8) Epitel transisional, yaitu jaringan epitel yang bentuk selnya berubah-ubah, misalnya terdapat pada ureter dan ginjal.

2. Jaringan Ikat  Struktur Ciri khusus

Jaringan ikat adalah memiliki komponen intraseluler yang disebut matriks. Matriks disekresikan oleh sel-sel jaringan ikat. Dengan demikian, secara garis besar, jaringan ikat terdiri atas sel-sel jaringan ikat dan matriks. Berdasarkan bentuk dan reaksi kimianya, serat pada matriks dapat dibedakan menjadi tige jenis, yaitu serat kolagen, elastin, dan retikuler.

Serat kolagen berupa berkas beranekaragam yang berwarna putih. Serat nya mempunyai daya regang yang tinggi denagn elastisitas yang rendah. Kolagen terdapat pada tendon. Serat elastin berwarna kuning dan lebih tipis dari serat kolagen. Seratnya mempunyai elastisitas tinggi. Terdapat pada pembuluh darah. Serat retikuler hamper sama dengan serat kolagen tetapi berukuran lebih kecil. Serat ini berperan dalam menghubungkan jaringan ikat dengan jaringan lain.

Bahan dasar penyusun matriks adalah mukopolisakarida sulfat dan asam hialuronat. Bentuk bahan dasar ini adalah homogen setengah cair, jika kandungan asam hialuronat tinggi, matriks bersifat lentur. Sebalinya, jika kandungan mukopolisakarida sulfatnya tinggi, matriks bersifat kaku. Bahan ini terdapat dalam sendi.

Ada berbagai jenis sel yang tertanam dalam matriks dan memiliki berbagai fungsi, antara lain. Fibroblast (mensekresikan Ada berbagai jenis sel yang tertanam dalam matriks dan memiliki berbagai fungsi, antara lain. Fibroblast (mensekresikan

1) Jaringan ikat longgar

Susunan seratnya longgar dan memiliki banyak sustansi dasar. Fungsinya anatara lain. Member bentuk organ dalam, misalnya sumsum tulang dan hati. Menyokong, mengelilingi, dan menghubungkan elemen dari seluruh jaringan lain, misalnya menyelubungi serat otot, melekatkan jaringan dibawah kulit.

2) Jaringan ikat padat

Susunan sertnya padat dan memiliki sedikit bahan dasar dan sedikit sel jaringan ikat. Jaringan ikat padat dibagi menjadi dua jenis, yaitu jaringan ikat padat tak teratur yang terdapat pada bagian dermis kulit dan pembungkus tulang, jaringan ikat pada teratur, yang terdapat pada tendon.

3. Jaringan tulang

a. Tulang rawan ( Kartilago )

Ada tiga jenis tulang rawan yaitu tulang rawan hialin (memiliki serat kolagen yang tersebar dalam bentuk anyaman halus dan rapat) tulang rawan elastin (serat kolagen tidak tersebar danbentuk serat elastic bergelombang), tulang rawan fibrosa(serat kolagen kasar dan tidak teratur, lacuna-lakunanya bulat atau bulat telur dan berisi sel-sel kondrosit).

b. Tulang sejati ( Osteon )

Sel tulang disebut osteosit. Osteosit terletak di dalam lacuna. Osteosit dibentuk oleh osteoblas. Antara osteosit yang satu dengan yang lain dihubungkan oleh kanalikuli. Matriks penyusun tulang adalah kolegen dan kalsium fosfat yang memperkeras matriks sehingga tulang lebih keras. Tulang tersusun atas unit-unit yang dinamakan system havers, setiap havers mengandung pembuluh darah. Tulang dibungkus oleh selaput yang disebut periosteum.

c. Darah

Sel darah meliputi sel darah merah (eretrosit), sel darah putih (leukosit), dan keeping darah (trombosit). Sel darah merah berfungsi untuk mengangkut oksigen, sel darah putih berfungsi untuk melawan benda asing yang masuk kedalam tubuh, sedangkan keeping darah berperan dalam proses pembekuan darah. Sel darah putih terdiri atas monosit, limfosit, eosinofil, basofil, dan neutrofil.

d. Jaringan adipose

Jaringan adipose adalah jaringan ikat yang terdiri atas sel-sel berukuran besar yang terspesialisasi untuk menyimpan lemak, disebut juga jaringan lemak. Jaringan ini berfungsi untuk menyimpan lemak sebagai cadangan makanan, mencegah hilangnya panas secara berlebihan dan sebagai pelindung jaringan yang ada di dalamnya. Jaringan ini terdstribusi di bawah kulit, di dalam tulang, rongga perut dan dada.

Gambar. Jaringan adipose

4. Jaringan otot

a. Otot polos

Sel berbentuk gelendong, memiliki satu inti yang terletak dibagian tengah. Kontraksi otot polos tidak di bawah pengaruh Sel berbentuk gelendong, memiliki satu inti yang terletak dibagian tengah. Kontraksi otot polos tidak di bawah pengaruh

b. Otot lurik

Sel berbentuk silinder yang panjang dan tidak bercabang, memiliki banyak inti yang terletak dibagian tepi sel. Kontrasksi otot lurik di bawah kesadaran sehingga di senut otot volunter. Contoh, otot melekat pada rangga.

c. Otot Jantung

Sel otot jantung membentuk rantai dan sering bercabang dua atau lebih membentuk sinsitium. Memiliki satu atau dua inti sel yang terletak di bagian tengah sel. Kontraksi tidak di bawah pengaruh kesadaran.

Gambar. Otot polos, otot lurik, otot jantung

5. Jaringan Saraf

a. Struktur sel saraf

Gambar. Struktur Saraf

b. Jenis sel saraf

Neuron sensori (aferen), berfungsi menyampaikan rangsangan dari organ penerima rangsangan (reseptor) kepada system saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang).

Neuron intermediate, berperan sebagai penghubung implus saraf dari satu neuron ke neuron lain atau dari neuron mororik ke neuron sensorik.