ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN INSUFISI (1)

ASUHAN

KEPERAWATAN

KLIEN

DENGAN

INSUFISIENSI

ANDRENAL

(PENYAKIT ADDISON)
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Korteks adrenal diperlukan bagi kehidupan. Sekresi adrenokortikal memungkinkan tubuh
untuk beradaptasi terhadap segala jenis stress. Tanpa korteks adrenal, keadaan stress yang
berat dapat mengakibatkan kegagalan sirkulasi perifer, syok, dan kematian. Kehidupan hanya
dapat dipertahankan dengan terapi nutrisi, elektrolit, serta cairan dan preparat hormone

adrenokortikal.
Kelainan pada korteks adrenal terjadi akibat hiposekresi atau hipersekresi hormone
adrenokortikal. Penyakit addison yang termasuk dalam insufisiensi adrenokortikal merupakan
gangguan hormone. Penyakit ini terbilang gila karena dapat menyebabkan kematian akibat
tekanan emosi yang muncul tiba-tiba. penyakit ini belum bisa disembuhkan, tetapi bisa
dikendalikan dengan obat-obatan.
Penyakit Addison disebut juga dengan Polyglandular Addison. Penyakit ini terjadi karena
tubuh tidak mampu memproduksi adrenalin, hormone yang bertanggung jawab terhadap
stress. Tanpa adrenalin, organ tubuh tidak bisa menanggapi stress yang membuat
penderitanya jadi emosi labil dan depresi.
Penyakit Addison dapat menyebabkan sifat lekas marah, emosi meledak-ledak, dan depresi
karena penderita kekurangan garam dan menderita kadar gula yang rendah. Jika terjadi pada
anak-anak, efeknya dapat lebih parah dibandingkan pada orang dewasa

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum

Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung kegiatan
belajar-mengajar jurusan keperawatan khususnya pada mata kuliah Keperawatan Sistem
Endokrin tentang Asuhan Keperawatan Hipofungsi Adrenokortikal.


b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulis dalam menyusun makalah ini agar mahasiswa mengetahui bagaimana
asuhan keperawatan pada klien dengan hipofungsi adrenokortikal, meliputi definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, serta proses keperawatan.

C. PEMBATASAN MASALAH
Keperawatan Sistem Endokrin merupakan suatu pembelajaran yang sangat kompleks, namun
pada kesempatan kali ini penulis membatasi bahan bahasan yaitu:
- Definisi Hipofungsi Adrenokortikal.
- Etiologi Hipofungsi Adrenokortikal
- Patofisiologi Adrenokortikal
- Manifestasi Klinis Hipofungsi Adrenokortikal
- Penatalaksanaan Hipofungsi Adrenokortikal
- Asuhan Keperawatan Hipofungsi Adrenokortikal.

D. METODE PENGUMPULAN DATA
Data ataupun pembahasan dalam makalah ini diperoleh dari beberapa referensi yaitu bukubuku atau sumber bacaan yang relevan serta media-media lain yang mendukung.

BAB II

PEMBAHASAN

I. ANATOMI FISIOLOGI KELENJAR ADRENAL
Kelenjar adrenal adalah sepasang organ yang terletak dekat kutub atas ginjal, terbenam dalam
jaringan lemak. Kelenjar ini ada 2 buah, berwarna kekuningan serta berada di luar (ekstra)
peritoneal. Bagian yang sebelah kanan berbentuk pyramid dan membentuk topi (melekat)
pada kutub atas ginjal kanan. Sedangkan yang sebelah kiri berbentuk seperti bulan sabit,
menempel pada bagian tengah ginjal mulai dari kutub atas sampai daerah hilus ginjal kiri.
Kelenjar adrenal pada manusia panjangnya 4-6 cm, lebar 1-2 cm, dan tebal 4-6 mm.
Bersama-sama kelenjar adrenal mempunyai berat lebih kurang 8 g, tetapi berat dan

ukurannya bervariasi bergantung umur dan keadaan fisiologi perorangan. Kelenjar ini
dikelilingi oleh jaringan ikat padat kolagen yang mengandung jaringan lemak. Selain itu
masing-masing kelenjar ini dibungkus oleh kapsul jaringan ikat yang cukup tebal dan
membentuk sekat/septa ke dalam kelenjar.
Kelenjar adrenal disuplai oleh sejumlah arteri yang masuk pada beberapa tempat di sekitar
bagian tepinya. Ketiga kelompok utama arteri adalah arteri suprarenalis superior, berasal dari
arteri frenika inferior; arteri suprarenalis media, berasal dari aorta ; dan arteri suprarenalis
inferior, berasal dari arteri renalis. Berbagai cabang arteri membentuk pleksus subkapsularis
yang mencabangkan tiga kelompok pembuluh: arteri dari simpai; arteri dari kortex, yang

banyak bercabang membentuk jalinan kapiler diantara sel-sel parenkim (kapiler ini mengalir
ke dalam kapiler medulla); dan arteri dari medulla, yang melintasi kortex sebelum pecah
membentuk bagian dari jalinan kapiler luas dari medulla. Suplai vaskuler ganda ini
memberikan medulla dengan darah arteri (melalui arteri medularis) dan darah vena (melalui
arteri kortikalis). Endotel kapiler ini sangat tipis dan diselingi lubang-lubang kecil yang
ditutupi diafragma tipis. Di bawah endotel terdapat lamina basal utuh. Kapiler dari medulla
bersama dengan kapiler yang mensuplai kortex membentuk vena medularis, yang bergabung
membentuk vena adrenal atau suprarenalis. Fungsi kelenjar suprarenalis terdiri dari:
1) Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam-garam
2) Mengatur atau mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang dan protein
3) Mempengaruhi aktifitas jaringan limfoid
Kelenjar suprarenalis ini terbagi atas 2 bagian, yaitu :
1. Medula Adrenal
Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari system saraf otonom. Stimulasi serabut saraf
simpatik pra ganglion yang berjalan langsung ke dalam sel-sel pada medulla adrenal aka
menyebabkan pelepasan hormon katekolamin yaitu epinephrine dan norepinephrine.
Katekolamin mengatur lintasan metabolic untuk meningkatkan katabolisme bahan bakar yang
tersimpan sehingga kebutuhan kalori dari sumber-sumber endogen terpenuhi.
Efek utama pelepasan epinephrine terlihat ketika seseorang dalam persiapan untuk memenuhi
suatu tantangan (respon Fight or Fligh). Katekolamin juga menyebabkan pelepasan asam-


asam lemak bebas, meningkatkan kecepatan metabolic basal (BMR) dan menaikkan kadar
glukosa darah.

2. Korteks Adrenal
Korteks adrenal tersusun dari zona yaitu zona glomerulosa, zona fasikulata dan zona
retikularis. Korteks adrenal menghasilkan hormon steroid yang terdiri dari 3 kelompok
hormon:
a. Glukokortikoid
Hormon ini memiliki pengaruh yang penting terhadap metabolisme glukosa; peningkatan
hidrokortison akan meningkatan kadar glukosa darah. Glukokortikoid disekresikan dari
korteks adrenal sebagai reaksi terhadap pelepasan ACTH dari lobus anterior hipofisis.
Penurunan sekresi ACTH akan mengurangi pelepasan glukokortikoid dari korteks adrenal.
Glukokortikoid sering digunakan untuk menghambat respon inflamasi pada cedera jaringan
dan menekan manifestasi alergi. Efek samping glukokortikoid mencakup kemungkinan
timbulnya diabetes militus, osteoporosis, ulkus peptikum, peningkatan pemecahan protein
yang mengakibatkan atrofi otot serta kesembuhan luka yang buruk dan redistribusi lemak
tubuh. Dalam keadaan berlebih glukokortikoid merupakan katabolisme protein, memecah
protei menjadi karbohidrat dan menyebabkan keseimbangan nitrogen negatif.
b. Mineralokortikoid

Mineralokortikoid pada dasarnya bekerja pada tubulus renal dan epitelgastro intestinal untuk
meningkatkan absorpsi ion natrium dalam proses pertukaran untuk mengeksresikan ion
kalium atau hydrogen. Sekresi aldesteron hanya sedikit dipengaruhi ACTH. Hormon ini
terutama disekresikan sebagai respon terhadap adanya angiotensin II dalam aliran darah.
Kenaikan kadar aldesteron menyebabkan peningkatan reabsorpsi natrium oleh ginjal dan
traktus gastro intestinal yang cederung memulihkan tekanan darah untuk kembali normal.
Pelepasan aldesteron juga ditingkatkan oleh hiperglikemia. Aldesteron merupakan hormon
primer untuk mengatuk keseimbangan natrium jangka panjang.

c. Hormon-hormon seks Adrenal (Androgen)

Androgen dihasilkan oleh korteks adrenal, serta sekresinya didalam glandula adrenalis
dirangsang ACTH, mungkin dengan sinergisme gonadotropin. Kelompok hormon androgen
ini memberikan efek yang serupa dengan efek hormon seks pria. Kelenjar adrenal dapat pula
mensekresikan sejumlah kecil estrogen atau hormon seks wanita. Sekresi androgen adrenal
dikendalikan oleh ACTH. Apabila disekresikan secara berlebihan, maskulinisasi dapat terjadi
seperti terlihat pada kelainan bawaan defisiensi enzim tertentu. Keadaan ini disebut Sindrom
Adreno Genital.

II. KLASIFIKASI INSUFISIENSI ADRENOKORTIKAL

 Insufisiensi adrenokortikal akut primer
- Peningkatan mendadak glikortikoid
- Pemutusan mendadak pengunaan steroid dan destruksi adrenal massif.
- Sindrom ”waterhouse-friericson”:
- Banyak terjadi ada anak anak yang berhubungan dengan penyebaran bakteri di pembuluh
adrenal.
- Gejala: infeksi sistemik oleh meningokokok (jarang oleh pneumokok, gonokok, sterptokok),
hipotensi progersif

 Insufisiensi adrenokortikal kronik promer ( penyakit addison)
- Pada dewasa jarang terjadi yang disertai destriksikorteks adrenal
- Etiologi: autoimun, infeksi (tbc, histoplasma) dan metastatik kanker dari paru, gaster,
mammae).
- Gejala khas adalah: hiperpigmentasi pigmen kilit dengan peningkatan ACTH serum.

 Insufisiensi adrenolortikal sekunder
- Biasanya terjadi oleh karena gangguan di hipotalamus

- Tidak ada hiperpigmentasi kulit dan hiponatermia.


III. DEFINISI HIPOFUNGSI ANDRENOKORTIKAL (PENYAKIT ADDISON)
- Penyakit Addison adalah: penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan pasien akan hormone-hormone korteks adrenal (Soediman, 1996 )
- Penyakit Addison adalah: lesi kelenjar primer karena penyakit destruktif atau atrofik,
biasanya autoimun atau tuberkulosa.(Baroon, 1994).
- Penyakit Addison, atau insufisiensi andrenokortikal, terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak
adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon-hormon korteks adrenal. Atrofi
autoimun atau idiopatik pada kelenjar adrenal merupakan penyebab pada 75% kasus penyakit
Addison (Stern & Tuck, 1994).

IV. ETIOLOGI
a. Tuberculosis
b. Histoplasmosis
c. Koksidiodomikosis
d. Pengangkatan kedua kelenjar adrenal
e. Kanker metastatik (ca paru, lambung, payudara, melanoma, limfoma)
f. Adrenalitis autoimun

V. PATOFISIOLOGI
Penyebab terjadinya Hipofungsi Adrenokortikal mencakup operasi pengangkatan kedua

kelenjar adrenal atau infeksi pada kedua kelenjar tersebut. Tuberkulosis (TB) dan
histoplasmosis merupakan infeksi yang paling sering ditemukan dan menyebabkan kerusakan
pada kedua kelenjar adrenal. Meskipun kerusakan adrenal akibat proses autoimun telah
menggantikan tuberculosis sebagai penyebab penyakit Addison, namun peningkatan insidens

tuberculosis yang terjadi akhir-akhir ini harus mempertimbangkan pencantuman pemyakit
infeksi ini kedalam daftar diagnosis. Sekresi ACTH yang tidak adekuat dari kelenjar hipofisis
juga akan menimbulkan insufisiensi adrenal akibat penurunan stimulasi korteks adrenal.
Gejala insufisiensi adrenokortikal dapat pula terjadi akibat penghentian mendadak terapi
hormon adrenokortikal yang akan menekan respon normal tubuh terhadap keadaan stres dan
mengganggu mekanisme umpan balik normal. Terapi dengan pemberian kortikosteroid setiap
hari selama 2-4 minggu dapat menekan fungsi korteks adrenal. Oleh sebab itu kemungkinan
Addison harus di anitsipasi pada pasien yang mendapat pengobatan kortikosteroid.

VI. MANIFESTASI KLINIK
• Gejala awal: kelemahan otot, fatique, anoreksia, nausea, muntah, BB menurun, emasiasi
(tubuh kurus kering), mudah lelah.
• Astenia (gejala cardinal): pasien kelemahan yang berlebih
• Hiperpigmentasi (menghitam seperti: perunggu, coklat seperti terkena sinar matahari)
biasanya pada kulit buku jari, lutut, siku, serta membrane mukosa

• Hipotensi (TD: 80/50 mmHg / kurang), kadar glukosa darah dan natrium serum yang
rendah, kadar kalium serum tinggi.
• Pada kasus yang berat, gangguan metabollisme natirum dan kalium dapat ditandai oleh
pengurangan natrium dan air, serta dehidrasi yang kronis dan berat.
• Dengan berlanjutnya penyakit yang disertai hipotensi akut sebagai akibat dari
hipokortikotisme, pasien akan mengalami krisis addisonian yang ditandai oleh sianosis, panas
dan tanda-tanda klasik syok: pucat, perasaan cemas, denyut nadi cepat dan lemah, pernapasan
cepat serta tekanan darah rendah. Disamping itu, pasien dapat mengeluh sakit kepala, mual,
nyeri abdomen serta diare, dan memperlihatkan tanda-tanda kebingungan serta kegelisahan.
Bahkan aktifitas jasmani yang sedikit berlebihan, terpajan udara dingin, infeksi yang akut
atau penurunan asupan garam dapat menimbulkan kolaps sirkulasi, syok dan kematian jika
tidak segera diatasi. Stress pembedahan atau dehidrasi yang terjadi akibat periapan untuk
berbagai pemerisaan diagnostic atau pembedahan dapat memicu krisis addisonian atau krisis
hipertensif.

VII. PENATALAKSANAAN
a) Medik
- Prednison (7.5 mg/hari) dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi pengganti kortisol
- Fludrokortison: 0,05-0,1 mg per oral dipagi hari
- Terapi darurat ditujukan untuk mengatasi syok, memulihkan sirkulasi darah, memberikan

cairan, melakukan terapi penggantian kortikosteroid setiap hari selama 2 sampai 4 minggu
dosis 12,5 sampai 50 mg/hari, memantau tanda-tanda vital dan menempatkan pasien dalam
posisi setengah duduk dengan kedua tungkai ditinggikan. Hidrokortison (Solu-Cortef)
disuntikkan secara intravena yang kemudian diikuti dengan pemberian infuse dekstrosa 5%
dalam larutan normal saline. Preparat vasopresor amina mungkin diperlukan jika keadaan
hipotensi bertahan.
- Antibiotik dapat diberikan jika infeksi memicu krisis adrenal pada penderita insufisiensi
kronis adrenal. Disamping itu, pengkajian kondisi pasien harus dilakukan dengan ketat untuk
mengenali faktor-faktor lain, yaitu stresor atau keadaan sakit yang menimbulkan serangan
akut.
- Asupan per oral dapat dimulai segera setelah pasien dapat menerimanya. Secara perlahanlahan pemberian infus dikurangi ketika asupan cairan per oral sudah adekuat, untuk
mencegah hipovolemia.
- Jika kelenjar adrenal tidak berfungsi kembali , pasien memerlukan terapi penggantian
perparat kortikosteroid dan mineralokortikoid seumur hidup untuk mencegah timbulnya
kembali insufisiensi adrenal serta krisis addisonian pada keadaan stress atau sakit. Selain itu,
pasien mungkin akan memerlukan suplemen makanan dengan penambahan garam, pada saat
terjadi kehilangan cairan dari saluran cerna akibat muntah dan diare.

b) Keperawatan
- Pengukuran TTV
- Memberikan rasa nyaman dengan mengatur atau menyediakan waktu istirahat pasien

- Menempatkan pasien dalam posisi setengah duduk dengan kedua tungkai ditinggikan
- Memberikan suplemen makanan dengan penambahan garam
- Follow up: mempertahankan berat badan, tekanan darah dan elektrolit yang normal disertai
regresi gambaran klinis
- Memantau kondisi pasien untuk mendeteksi tanda dan gejala yang menunjukan adanya
krisis Addison

VIII. KOMPLIKASI
- Syok (akibat dari infeksi akut atau penurunan asupan garam)
- Kolaps sirkulasi
- Dehidrasi
- Hiperkalemia
- Sepsis
- Krisis Addison disebabkan karena hipotensiakut (hiperkortisolisme) ditandai dengan
sianosis, panas, pucat, cemas, nadi cepat.

ASUHAN

KEPERAWATAN

KLIEN

DENGAN

INSUFISIENSI

ANDRENAL

(PENYAKIT ADDISON)

A. Pengkajian
 Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.

 Keluhan utama : klien mengeluh mual, muntah, anoreksia, dan mudah lelah.
 Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
- Riwayat kesehatan masa lalu : meliputi penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya,
termasuk tuberculosis, kanker, penyakit autoimun, dsb.
- Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram
tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat
dalam keluarga.
 Riwayat psikosiospiritual
Meliputi kegiatan klien sehari-hari, serta bagaimana kondisi lingkungan klien. Bagaimanakah
peran serta orang-orang terdekat klien. Merasa kehilangan kemampuan dan harapan, cemas
terhadap lingkungan baru, Depresi, mengingkari, kecemasan, takut, cepat terangsang,
perubahan mood, dan tampak bingung. Apakah klien sering melakukan kegiatan-kegiatan
keagamaan.

Pemeriksaan Fisik :
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Lelah, nyeri/ kelemahan pada otot (terjadi perburukan setiap hari. Tidak mampu
beraktivitas atau bekerja
Tanda : Peningkatan denyut jantung atau denyut nadi pada aktivitas yang minimal.
Penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi. Depresi, gangguan konsentrasi. Letargi

b. Sirkulasi
Tanda : Hipotensi termasuk hipotensi postural, Takikardi, disritmia, suara jantung melemah,
Nadi perifer melemah, Pengisian kapiler memanjang, Ekstremitas dingin, sianosis, dan pucat

c. Integritas ego
Gejala : adanya riwayat riwayat factor stress yang baru dialami, termasuk sakit fisik atau
pembedahan. Perubahan gaya hidup. Ketidakmampuan mengatasi stress
Tanda : Ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tidak stabil

d. Eliminasi
Gejala : diare, sampai adanya konstipasi, Kram abdomen, Perubahan frekuensi dan
karakteristik urin
Tanda : Diuresis yang diikuti oliguria

e. Makanan atau cairan
Gejala : Anoreksia berat, mual, muntah, kekurangan zat garam, BB menurun dengan cepat
Tanda : Turgor kulit jelek, membrane mukosa kering

f. Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkope, gemetar kelemahan otot, kesemutan
Tanda : disorientasi terhadap waktu, tempat, ruang (karena kadar natrium rendah), letargi,
kelelahan mental, peka rangsangan,cemas, koma (dalam keadaan krisis)

g. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala, Nyeri tulang belakang, abdomen, ekstrimitas
(pada keadaan krisis)

h. Pernapasan

Gejala : Dipsnea
Tanda : Pernapasan meningkat, takipnea, suara nafas: krekels, ronkhi pada keadaan infeksi
i. Keamanan
Gejala : tidak toleran terhadap panas, cuaca udara panas
Tanda : Hiperpigmentasi kulit (coklat kehitaman karena terkena sinar matahari) menyeluruh
atau berbintik bintik. Peningkatan suhu, demam yang diikuti dengan hipotermi (keadaan
krisis)

j. Seksualitas
Gejala : Adanya riwayat menopause dini, amenore. Hilangnya tanda tanda seks sekunder
(berkurangnya rambut rambut pada tubuh terutama pada wanita). Hilangnya libido

Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
- Penurunan konsentrasi glukosa darah dan natrium (hipoglikemia dan hiponatremia)
- Peningkatan kosentrasi kalium serum (hiperkalemia)
- Peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis)
- Penurunan kadar kortisol serum
- Kadar kortisol plasma rendah
- ADH meningkat
- Analisa gas darah: asidosis metabolic
- Sel darah merah (eritrosit): anemia numokronik, Ht meningkat (karena hemokonsentrasi)
jumlah limfosit mungkin rendah, eosinofil meningkat.
b. Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukan adanya kalsifikasi diadrenal

c. CT Scan
Detektor kalsifikasi adrenal dan pembesaran adrenal yang sensitive hubungannya dengan
insufisiensi pada tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit infiltratif malignan dan non malignan,
dan haemoragik adrenal
d. Gambaran EKG
Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik abnormal sekunder
akibat adanya abnormalitas elektrolit
e. Tes stimulasi dan supresi untuk fungsi adrenokortikoid
1) Tes tetrakosaktrin singkat
Prosedur standar cepat adalah mengukur respon kortisol plasma trhdp ponpeptida
kortikotrotin sintetik,tetrakosaktrin (synacthen, Ciba).Interpretasi: pd org normal nilai dsr >
250nmol/l, dan terdapat penngkatan sekurang-kurangnya 300nmol/l di atas nilai dasar pada
menit ke 30. pada sindroma cushing (hyperplasia) mungkin ada respon berlebihan; tumor
adrenalis autonom tak berespon.
2) Tes tetrakosaktrin yang diperpanjang
Interpretasi: pada orang yang normal terdapat peningkatan kortisol plasma pada hari pertama
sampai di atas 1400 nmol/l. pada penyakit Addison tak ada peningkatan walaupun sampai 3
hari, sedangkan pada hipofungsi adrenokortikal sekunder terhadap difisiensi pituitaria nilai
ini bisa melebihi dari 700nmol/l setelah suntikan ke 3.
3) Tes supresi deksametason
Interperetasi: pada orang normal kortikostiroid dan plasma tertekan pada dosis lebih rendah
di bawah 50% nilai dasar. Pada deksametashon dalam dosis lebih rendah, pasien dengan
sindroma cushing akan memperlihatkan tak adanya supresi tanpa memandang sebabnya, pada
dosis lebih tinggi yang dengan hyperplasia mendapat supresi 50% atau lebih, sedangkan yang
dengan adenoma atau karsinoma ataupun pembentukan ACTH ektopik tak dipengaruhi.
4) Tes metirapon
Interpretasi: orang normal memperlihatkan peningkatan nilai kortikostiroid urina sekurangkurangnya 35umol/24jam dan peningkatan 2x lipat di atas kadar istirahat. Respon subnormal

dengan adanya fungsi adreno atau pituitaria anterior. Sebagai tambahan, pasien dengan tumor
korteks adrenalis autonom tak berespon.
5) Tes lainnya
Ini terutama digunakan dalam keadaan khusus dan harus mengikuti prosdur setempat. Ia
mengikuti penggunaan hipoglikemia yang diinduksi insulin atau pirogen sebagai agen stress
bagi hipotalamus melalui pusat yang lebih tinggi atau menggunakan lisin-vasopresin sebagai
corticotrophin releasing factor sintetic untuk merangsang pituitaria anterior.

B. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan b/d kekurangan natrium dan kehilangan cairan melalui ginjal,
kelenjar keringat, saluran gastrointestinal (karena kekurangan aldosteron)
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake tidak adekuat (mual, muntah,
anoreksia),defisiensi glukokortikoid
c. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik.
d. Perubahan proses pikir b/d penurunan kadar natrium (hipotremia), penurunan kadar
glukosa (hipoglikemia), gangguan keseimbangan asam basa
e. Harga diri rendah b/d perubahan dalam kemampuan fungsi, perubahan karakteristik tubuh
f. Kurang pengetahuan tentang: penyakit, prognosis, pengobatan b/d kurang pemajanan/
mengingat, keterbatasan kognitif
g. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan.

C. Rencana Tindakan
Kekurangan volume cairan b/d kekurangan natrium dan kehilangan cairan melalui ginjal,
kelenjar keringat, saluran gastrointestinal (karena kekurangan aldosteron)
Tujuan : dalam waktu 1 × 24 jam tidak terjadi kekurangan volume cairan.
Kriteria : Klien tidak mengeluh pusing, membrane mukosa lembab, turgor kulit normal, tanda
– tanda vital dalam batas normal.
INTERVENSI RASIONAL
Pantau status cairan ( turgor kulit, membrane mukosa, dan keluaran urine ).

Kaji sumber – sumber kehilangan cairan.

Auskultasi TD. Bandingkan kedua lengan, ukur dalam keadaan berbaring, duduk, atau,
berdiri bila memungkinkan.

Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan dihaforesis secara teratur.
Timbang berat badan setiap hari.
Pantau frekuensi jantung dan irama.

Pantau frekuensi jantung dan irama.

Kolaborasi :
- Pertahankan pemberian cairan secara intravena.

- Monitor hasil pemeriksaan diagnostic : platelet, Hb / Hct, dan bekuan darah. Jumlah dan
tipe cairan pengganti ditentukan dari keadaan status cairan. Penurunan volume cairan
mengakibatkan menurunnya produksi urine. Pemantauan yang ketat pada produksi urine <
600 ml / hari merupakan tanda – tanda terjadinya syok kardiogenik.

Kehilangan cairan bisa berasal dari faktor ginjal dan diluar ginjal.Penyakit yang mendasari
terjadinya

kekurangan

volume

cairan

ini

juga

harus

diatasi

Perdarahan

harus

dikendalikan.Muntah dapat diatasi dengan obat – obat antiemetic dan diare dengan antidiare.

Hipotensi bisa terjadi pada hipovolemi yang memberikan manifestasi sudah terlibatnya
system kardiovaskuler untuk melakukan kompensasi mempertahankan tekanan darah.

Mengetahui adanya pengaruh peningkatan tahanan perifer.
Sebagai ukuran keadekuatan volume cairan, intake yang lebih besar dari output dapat
diindikasikan menjadi renal obstruksi.

Perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukkan komplikasi disritmia.

Jalur yang paten penting untuk pemberian cairan cepat dan memudahkan perawat dalam
melakukan control intake dan output cairan.

Bila platelet < 20.000 / mm ( akibat pengaruh sekunder obat neoplastik ), klien cenderung
mengalami perdarahan. Penurunan Hb / Hct berindikasi terhadap perdarahan.

Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake tidak adekuat (mual, muntah,
anoreksia), defisiensi glukokortikoid
Tujuan : dalam waktu 2 × 24 jam nutrisi klien terpenuhi

Kriteria : Klien tidak mengeluh mual dan muntah, nafsu makan klien meningkat, BB
meningkat.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Observasi dan catat masukan makanan
klien.

Berikan makan sedikit dan makanan tambahan kecil yang tepat. Pertahankan jadwal
penimbangan berat badan secara teratur.

Diskusikan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.

Observasi dan catat kejadian mual/ muntah, dan gejala lain yang berhubunga

Kolaborasi untuk melakukan rujukan ke ahli gizi. Mengawasi masukan kalori atau kualitas
kekurangan konsumsi makanan.

Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode anoreksia

Dapat meningkatkan masukan, meningkatkan rasa berpartisipasi/ control

Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada organ

Perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi.

Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : aktivitas sehari – hari klien terpenuhi dan meningkatnya kemampuan beraktivitas.
Kriteria : klien menunjukkan kemampuan beraktivitas tanpa gejala – gejala yang berat,
terutama mobilisasi di tempat tidur.
INTERVENSI RASIONAL
Catat frekuensi dan irama jantung, serta perubahan tekanan darah selama dan sesudah
aktivitas.

Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat.

Jelaskan pada peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas, contoh bangun dari kursi bila tak
ada nyeri, ambulasi, dan istirahat selama 1 jam setelah makan.

Pertahankan klien tirah baring sementara sakit akut.

Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit kritis.

Evaluasi tanda vital saat kemajuan aktivitas terjadi.

Berikan waktu istirahat diantara waktu aktivitas.

Selama aktivitas kaji EKG, dispnea, sianosis, kerja dan frekuensi nafas serta keluhan
subyektif.
Respons klien terhadap aktivitas dapat mengindikasikan penurunan oksigen miokardium.

Menurunkan kerja miokardium / konsumsi oksigen.

Aktivitas yang maju memberikan control jantung, meningkatkan regangan dan mencegah
aktivitas berlebihan.

Untuk mengurangi beban jantung.

Meningkatkan kontraksi otot sehingga membantu aliran vena balik.

Untuk mengetahui fungsi jantung, bila dikaitkan dengan aktivitas.

Untuk mendapatkan cukup waktu resolusi bagi tubuh dan tidak terlalu memaksa kerja
jantung.

Melihat dampak dari aktivitas terhadap fungsi jantung.

Perubahan proses pikir b/d penurunan kadar natrium (hipotremia), penurunan kadar glukosa
(hipoglikemia), gangguan keseimbangan asam basa

Tujuan: dalam waktu …x24 jam setelah dilakukan intervensi klien dapat memaksimalkan
status mentalnya dan tidak terjadi perubahan proses pikir.
Kriteria : mempertahankan orientasi realita umumnya dan mengenali perubahan dalam
berpikir/prilaku dan factor penyebab.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji proses pikir klien seperti memori, rentang perhatian, orientasi terhadap tempat, waktu,
orang.
Menentukan adanya kelainan pada proses sensori.
Catat adanya perubahan tingkah laku Kemungkinan terlalu waspada, tidak dapat beristirahat,
sensitivitas meningkat, atau mungkin berkembang menjadi psikotik yang sesungguhnya.

Orientasi klien pada tempat dan waktu Bantu untuk mengembangkan dan mempertahankan
kesadarasn pada realita dan lingkungan.

Hadirkan pada realitas secara terus menerus dan secara gambling tanpa melawan pikiran yang
tidak logis.
Membatasi reaksi yang menentang.
Berikan tindakan yang aman seperti bantalan penghalang pada tempat tidur, pengikatan yang
lembut, supervise yang ketat.
Mencegah trauma pada klien yang mengalami haluinasi disorientasi.

Harga diri rendah b/d perubahan dalam kemampuan fungsi, perubahan karakteristik tubuh
Tujuan: dalam waktu ….x 24 jam setelah dilakukan intervensi klien tidak lagi mengalmi
harga diri rendah dengan perubahan penampilan tubuhnya atau menerima keadaan dirinya.
Criteria: mengungkapkan penerimaan terhadap keadaan diri sendiri diungkapkan sevara
verbal, menunjukksn kemampuan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi dengan ditandai
oleh merencanakan tujuan yang realistic dan berpartisipasi aktif di dalam bekerja/bermain
berhubungan dengan orang lain.
Intervensi Rasional
Atur periode singkat untuk bicara tanpa diganggu dan dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan tentang keadaan nya, misalnya perubahan penampilan, peran, pengaruh penyakit
pada pekerjaannya. Tunjukkan perhatian bersikap tidak menghakimi.
Membina hubungan dan meningkatkan keterbukaan dengan pasaien. Membantu dalam
mengevaluasi berapa banyak masalah yang dapat diubah oleh pasien.
Kurangi stimulasi berlebihan pada lingkungan, berikan ruang tersendiri jika tidak ada
indikasi. Sarankan pasien untuk menggunkan keterampilan manajemen stress. Misalnya
tekhnik relaksasi, visualisasi dan bimbingan imajinasi.
Meminimalkan

perasaan

stress,

frustasi,

meningkatkan

kemampuan

koping

dan

meningkatkan kemampuan mengendalikan diri.
Dorong pasien untuk membuat daftar bantuan orang terdekat dalam menghadapi stress.
Pasien tidak akan merasa sendiirian jika bercerita pada orang lain dan meminta bantuan
memecahkan masalah. Ini juga dapat memelihara pengertian dan merasa berguna dalam
berhubungan dengan orang lain.

Dorong pasien untuk membuat pilihan dan berpartisipasi dalam perawatan diri sendiri. Dapat
membantu meningkatkan kepercayaan diri, memperbaiki harga diri, menurunkan ppikiran
terus menerus terhadap perubahan, dan meningkatkan perasaan terhadap pengendalian diri.

Fokuskan pada perbaikan yang sedang terjadi dan pengobatan misalnya, menurunkan
pigmentasi kulit, menurunkan berat badan, meningkatkan pertumbuhan rambut, dan
perbaikan siklus menstruasi normal.
Ungkapan seperti ini dapat mengangkat semangat pasien dan meningkatkan harga diri.
Sarankan untuk mengunjungi seseorang yang penyakitnya telah terkontrol dan gejalanya
telah berkurang. Dapat menolong pasien untuk melihat has ail dari pengobatan yang telah
dilakukan.

Rujuk ke pelayanan social, konseling dan kelompok pendukung sesuai kebutuhan. Pendektan
secara komprehensif dapat membantu memenuhi kebutuhan pasien untuk memelihara
tingkahlaku koping.

Kurang pengetahuan tentang: penyakit, prognosis, pengobatan b/d kurang pemajanan/
mengingat, keterbatasan kognitif
Tujuan: dalam waktu ..X 24 jam setelah dilakukan intervensi klien mengerti tentang penyakit
yang dialami dan cara pengobatannya.
Criteria: mengungkapkan pemahaman tentang penyakit, mengidentifikasi hubungan tanda
dan gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan factor penyebab
INTERVENSI RASIONAL
Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh perhatian, selalu ada untuk
pasien. Menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia
mengambil bagian dalam proses belajar.

Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan belajar yang diharapkan Partisipasi dalam
perencanaan meningkatkan antusias dan kerjasama passion dengan prinsip-prinsip yang
dipelajari

Pilih berbagai strategi belajar, seperti tekhnik demonstrasi yang memerlukan keterampilan
dan biarkan pasien mendemostrasikan ulang, gabungkan keterampilan baru ini kedalam
rutinitas rumah sakit sehari-hari.
Penggunaan cara yang berbeda tentang mengakses informasi meningkatkan penerapan pada
individu yang belajar.
Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat dan cara untuk melakukan
makan diluar rumah. Kesadaran tentang pentingnnya control diet akan membantu pasien
dalam merencanakan mmakan/mentaati program.serat dapat memperlambat absorpsi glukosa
yang akan menurunkan fluktuasi kadar gula dalam darah, tetapi dapat menyebabkan ketidak
nyamanan pada saluran cerna, flatus meningkat, dan mempengaruhi absopsi vitamin/mineral.

Tinjau ulang program pengobatan meliputi awitan, puncak dan lamanya dosis insulin yang
diresepkan, bila disesuaikan dengan pasien atau keluarga.
Pemahaman tentang semua aspek yang digunakan obat meningkatkan penggunaan yang
tepat.
Demostrasikan tekhnik penanganan stress, seperti latihan napas dalam, bimbingan imajinasi,
dan mengalihkan perhatian. Meningkatkan relaksasi dan pengendalian terhadap respons stress
ysng dapat membantu untuk membatasi peristiwa ketidakseimbangan glukosa.

Identifikasi sumber-sumber yang ada di masyarakat, bila ada Dukungan kontinu biasanya
penting untuk menopang perubahan gaya hidup dan meningkatkan penerimaan atas diri
sendiri.

Identifikasi gejala hipoglikemia (mis. Lemah, pusing, letargi, lapar, peka rangsang,
diaphoresis, pucat, takikardia,tremor, sakit kepala, dan perubahan mental) dan jelaskan
penyebabnya.
Dapat meningkatkan deteksi dan pengobatan lebih awal dan mencegah atau mengurangi
kejadiannya.

Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan
Tujuan: dalam waktu ..X 24 jam setelah dilakukan intervensi klien dapat tenang
Kriteria: tampak rileks, melaporkan ansietas berkurang
INTERVENSI RASIONAL
Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas. Ansietas ringan dapat
ditunjukkan dengan peka rangsang dan insomnia.ansietas berat yang berkembang kedalaman
keadaan panik dapat menimbulkan perasaan terancam, terror, ketidakmampuan untuk bicara
dan bergerak.

Tinggal bersama pasien,mempertahankan sikap yang tenang. Mengakui atau menjawab
kekuatirannya dan mengizinkan prilaku pasien yang umum.
Menegaskan pada pasien atau orang terdekat bahwa walaupun perasaan pasien diluar control,
lingkungannya tetap aman. Menghindari respons pribadi pada ucapan
Jelaskan prosedur,lingkungan disekeliling atau suara yang mungkin didengar oleh pasien.
Memberi informasi akurat yang dapat menurunkan distorsi/kesalahan interpretasi yang dapat
berperanan pada reaksi ansietas atau ketakutan.

Bicara yang singkat dengan kata yang sederhana. Rentang perhatian mungkin menjadi
pendek,konsentrasi berkurang,yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi informasi.

Kurangi stimulasi dari luar: tempatkan pada ruangan yang tenang,berikan kelembutan,music
yang nyaman,kurangi lampu yang terlalu terang,kurangi jumlah orang yang berhubungan
dengan pasien.
Menciptakan lingkungan yang terapeutik;menunjukkan penerimaan bahwa aktivitas
unit/personel dapat meningkatkan ansietas pasien.
Diskusikan dengan pasien atau orang terdekat penyebab emosional yang labil/reaksi psikotik.
Memahami bahwa tingkah laku didasarkan atas fisiologis dapat memungkinkan
respons/pendekatan yang berbeda,penerimaan terhadap situasi.

Rujuk pada system penyokong sesuai dengan kebutuhan seperti konseling,ahli agama,dan
pelayanan social. Terapi penyokong yang terus menerus mungkin dimamfaatkan/dibutuhkan
pasien atau orang terdekat jika krisis itu menimbulkan perubahan gaya hidup pada pasien itu
sendiri.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
- Penyakit Addison adalah: penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan pasien akan hormone-hormone korteks adrenal.
- Tuberkulosis (TB) dan histoplasmosis merupakan infeksi yang paling sering ditemukan dan
menyebabkan kerusakan pada kedua kelenjar adrenal.
- Gejala insufisiensi adrenokortikal dapat pula terjadi akibat penghentian mendadak terapi
hormon adrenokortikal yang akan menekan respon normal tubuh terhadap keadaan stres dan
mengganggu mekanisme umpan balik normal.
- Penyakit Addison ini ditandai dengan hipotensi, hipoglikemia, anoreksia, mual, muntah,
kelemahan, dsb.
- Komplikasi dapat berupa syok, dehidrasi, hyperkalemia, dan sepsis.

B. SARAN
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan kita
tentang asuhan keperawatan klien dengan Hipofungsi Adrenokortikal. Kami selaku penulis
sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar makalah
selanjutnya dapat lebih baik lagi. Terima Kasih,,.