Makalah Ekonomi Politik Asia Timur 2018

1

SEJARAH DAN PENGARUH MATA UANG JEPANG
TERHADAP PEREKONOMIAN DI ASIA-PASIFIK

Irvina Nurina Listyarini1;
1
NIM: 20160510179. Ekonomi Politik Asia Timur – Ali Maksum, S.Sos., M.A., Ph.D.
Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Jl. Brawijaya, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta
Email: irvina.nurina.2016@fisipol.umy.ac.id

Abstract
This paper aims to find out the history and the influence of the Japanese currency on
the economy in Asia-Pacific. Techniques used to analyze is a literature review of books
and journals. This study predicted that based from the history, the Japanese currency is
very influential and has benefits to the economic development in Asia-Pacific. As
according to Mazza (2015) that there is investment in Southeast Asia which is only one
part of the approach and as a result of the wider currency of Japan. The results also show
that the Japanese currency is very influential on the economy in Asia-Pacific, especially in
Southeast Asia. So it can be assumed that the Japanese country from the side of its

currency has a great influence in improving the economy in Asia-Pacific.
Tulisan ini bertujuan untuk mencari tahu sejarah dan pengaruh mata uang Jepang
terhadap perekonomian di Asia-Pasifik. Teknik yang digunakan untuk menganalisa adalah
berupa literature review dari buku dan jurnal. Hasil tulisan ini memperkirakan bahwa
berdasarkan sejarahnya, mata uang Jepang sangat berpengaruh dan memiliki manfaat
terhadap perkembangan perekonomian di Asia-Pasifik. Seperti menurut Mazza (2015)
bahwa adanya investasi di Asia Tenggara itu hanya salahsatu bagian dari pendekatan dan
sebagai pengaruh dari mata uang Jepang yang lebih luas. Hasilnya pun menunjukkan
bahwa mata uang Jepang sangat berpengaruh terhadap perekonomian di Asia-Pasifik,
terutama pada Asia Tenggara. Sehingga dapat diasumsikan bahwa negara Jepang dari sisi
mata uangnya memiliki pengaruh yang besar dalam meningkatkan perekonomian di AsiaPasifik.
Keywords: political economy, Asia-Pacific, Japanese currency
Kata Kunci: ekonomi politik, Asia-Pasifik, Mata uang Jepang

2

INTRODUCTION
Uang merupakan alat tukar-menukar yang sangat berharga bagi kehidupan sejak masa
abad ke-15, bahkan hingga saat ini. Bagi bangsa dan negara Jepang pun tak terkecuali, bahwa
uang merupakan alat tukar yang berharga demi kelangsungan hidup negaranya. Namun,

seiring perkembangan zaman, negara Jepang tak lagi hanya mementingkan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dan negaranya, tetapi negara ini juga telah membantu negara-negara
lain yang kekurangan dari bantuan berupa dukungan politik hingga bantuan ekonomi berupa
investasi.
Salahsatu wilayah yang menjadi target negara Jepang adalah Asia-Pasifik, dimana
diwilayah ini juga terdapat negara China yang juga ingin menyebarkan pengaruhnya, maka
dari itu negara Jepang juga akan berpartisipasi dalam memberikan pengaruhnya, yaitu dengan
mata uangnya melalui bantuan ekonomi demi menjadi penyeimbang di wilayah ini. Sama
seperti yang dipaparkan oleh Mazza (2015) bahwa Jepang dan Bank Pembangunan Asia,
yang

dipimpinnya,

telah

lama

berinvestasi

di


Koridor

Ekonomi

Timur-Barat,

menghubungkan Vietnam ke Burma melalui Laos dan Thailand yang mana hanya satu bagian
dari pendekatan Jepang yang lebih luas ke Asia Tenggara sebagai penyeimbang terhadap
pengaruh Cina yang semakin besar.

THEORETICAL FRAMEWORK
Tulisan ini menggunakan teknik analisis berdasarkan sumber tulisan yang telah ada.
Analisis yang dilakukan dengan membandingkan, menghubungkan, dan menggabungkan
beberapa teori yang bersumber dari buku, jurnal, dan sumber tertulis lainnya. Tujuan dari
penulisan ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Politik Asia Timur adalah
untuk mengetahui sejarah uang hingga peredarannya yang berhubungan dengan mata uang
negara Jepang dan pengaruhnya terhadap perekonomian di Asia.

RESULT AND ANALYSES


3

Menurut George N. Halm, uang adalah alat untuk mempermudah pertukaran dan
segera dapat mengatasi kesukaran-kesukaran dari barter. Sedangkan menurut Rollin G.
Thomas, uang adalah sesuatu yang siap dan umum diterima oleh publik dalam pembayaran
bagi pembelian barang-barang, jasa-jasa, dan kekayaan bernilai lainnya serta untuk
pembayaran utang (Bina Nusantara Library, n.d.). Sehingga dapat disimpulkan bahwa uang
merupakan sesuatu yang dapat diterima oleh masyarakat umum dan dianggap sebagai alat
yang dapat mempermudah proses tukar-menukar atau barter maupun pembayaran utang dan
lainnya.
Sejarah Uang
Pada sejarahnya koin tunai di dinasti Song dan dinasti awal Ming di China diekspor
ke negara tetangga (khususnya, Jin, Jepang, Ryukyu) dan Asia Tenggara, awalnya pun
ukuran ekonomi China yang besar dan kebijakan komersial yang aktif membuat koin-koinnya
menjadi sangat berharga bahkan bagi mereka yang tinggal di luar China. Keadaan ekonomi di
Jin dan Jepang sebagian besar adalah berbasis barter. Koin dari China yang telah diimpor
digunakan dalam transaksi lokal saja.
Pengenalan uang kertas dalam dinasti Song membuatnya kurang bergantung pada
koin, tetapi inflasi kronis uang kertas memperburuk kekurangan uang tembaga dan di daerah

Song Selatan melarang ekspor mata uangnya, tetapi transaksi pribadi dan penyelundupan
ilegal terus berlanjut (Bina Nusantara Library, n.d.).
Dulunya perak adalah media utama pertukaran ekonomi di China pada dinasti Ming,
dimana uang kertas meningkat dan berkurangnya koin tembaga berkualitas menyebabkan
penggunaan moneter dari perak yang tidak disintesis. Dari pihak berwenang dinasti Ming pun
hanya mengizinkan adanya pengumpulan pajak melalui pembayaran mata uang perak setelah
pertengahan abad ke-15. Namun, dari sisi produksinya, perak dalam negeri memang belum
memadai untuk memenuhi banyak permintaan masyarakat, sehingga membuat perak sangat
bernilai tinggi di China pada saat itu (Yanuardi, 2015).

4

Source: http://repository.library.csuci.edu/bitstream/handle/10139/37/TBManilaGalleons.pdf.
Arus peredaran perak dimulai dari daerah Jepang dan Spanyol, dan dalam jumlah
yang besar perak-perak ini diekspor dari koloni-koloni Spanyol yang sedang berada di
Amerika (Meksiko dan Bolivia), kemudian diteruskan melalui Manila yang telah dikontrol
oleh Spanyol, kearah Ming di China pada kisaran tahun 1570-an sampai 1630-an. Produksi
perak Jepang pun mulai meningkat tajam dari pertengahan abad ke-16, yang kemudian
sebagian besar dari hasil produksi perak tersebut diekspor secara langsung maupun tidak
langsung ke China (Barker, n.d).

Mata Uang Internasional
Pada dasarnya mata uang internasional memiliki beberapa persayaratan, seperti nilai
harus stabil; bagaimana kondisi makro ekonomi dari negara yang mengeluarkan uang
tersebut; likuiditas yang memadai, dimana pasar keuangan yang terbuka dan harus sudah
berkembang dengan baik; dan akseptabilitas yang luas jaringan transaksinya mencakup
internasional.
Mata uang internasional (International Currency) mempunyai beberapa pondasi
politik yaitu adanya negara penerbit mata uang internasional, dimana ia memiliki pengaruh
yang luas dalam lingkup perdagangan internasional, keuangan beserta pengembangannya,
kebijakan moneter domestik yang konsisten, dan adanya tatanan keuangan yang stabil;
melakukan pengadopsian pada mata uang internasional di bawah paksaan, seperti yang
dilakukan oleh koloni, negara bawahan, dll; pengadopsian mata uang internasional dilakukan
berdasarkan dengan perjanjian, berkaitan dengan tautan ekonomi dan keamanan yang luas.
Mata uang internasional pun memiliki beberapa manfaat seperti dapat memfasilitasi
perdagangan internasional dan pertukaran ekonomi dan sebagai simbolisme politik dan
pengaruh diplomatik.

5

Adanya ketergantungan Cina (dalam dinasti Ming dan Qing) terhadap impor perak

membuatnya rentan terhadap guncangan eksternal, diama perdagangan Sino-Manila sempat
mengalami adanya penurunan setelah tahun 1630-an, sebagian disebabkan karena jatuhnya
perak di Amerika dan Philip IV dari peraturan Perdagangan Dunia Baru di Spanyol.
Sedangkan shogun Tokugawa di Jepang melarang kapal Jepang untuk berdagang di luar
negeri pada tahun 1635, dan melarang kontak dengan Portugal setelah 'pemberontakan
Kristen' pada tahun 1638.
Tujuan dari Yen Militer Jepang dalam persiapan tindakan militer Jepang di Asia
Timur adalah untuk menghindari aliran uang Jepang yang berlebihan, untuk membayar
pengeluaran lokal militer Jepang di wilayah yang diduduki, untuk diedarkan sebagai mata
uang yang diakui di wilayah yang diduduki.
Teori ekonomi kontemporer menegaskan bahwa sebuah negara tidak bisa secara
bersamaan mempertahankan yang tetap nilai tukar, pergerakan modal bebas, dan kebijakan
moneter independen. Jika suatu bangsa ingin mematok mata uangnya dan memungkinkan
pergerakan modal bebas (misalnya, Hong Kong) harus mengikatnya kebijakan moneter untuk
itu dari mata uang negara cadangan (untuk Hong Kong, Amerika Serikat). Banyak negaranegara dengan nilai tukar yang dipatok pilih untuk membatasi pergerakan modal untuk
memungkinkan mereka lebih besar otonomi dalam kebijakan moneter mereka (seperti antilangkah-langkah inflasi, suku bunga menyesuaikan ments, atau mengatur jumlah uang
beredar).
Menurut IMF, hanya Jepang yang mengijinkan mata uangnyaYenuntuk
mengapung bebas di pasar valuta asing (forex) bertaraf internasional. Lima negara lain juga
memungkinkan mata uang mereka dapat mengapung, tetapi mereka berhak untuk melakukan

intervensi di pasar valuta asing demi menjaga stabilitas keuangan masing-masing. Tujuh
negara lain mengelola nilai tukar mereka menurut tujuan ekonomi tertentu, seperti harga
domestik stabilitas atau perubahan moderat dalam kurs valuta asing relatif terhadap satu atau
lebih mata uang. Dapat dilihat pada table 1, dimana terdapat daftar kebijakan nilai tukar de
facto saat ini di Asia Timur menurut International Monetary Fund (IMF) (Martin, 2017).
Figure 1. Perubahan Relatif dalam Nilai Renminbi Cina (CNY), Yen Jepang (JPY), dan Won
Korea Selatan (KRW) Sehubungan dengan Dolar AS

6

Source: https://fas.org/sgp/crs/row/RS22860.pdf
Denominasi dan konvertibilitas Didenominasi dalam mata uang lokal Janji
konvertibilitas ke mata uang Jepang dalam dua gelombang pertama, tetapi pada dasarnya
ditinggalkan di gelombang ketiga Konvertibilitas terbatas dari mata uang Jepang dan
dominasi ekonomi Jepang Setelah Perang Rusia-Jepang, mata uang Jepang diizinkan untuk
dikonversi menjadi uang kertas yang dikeluarkan oleh Yokohama Specie Bank, atau untuk
membeli produk kapas dari Mitsui & Co. Langkah-langkah khusus ini sangat meningkatkan
kehadiran kedua perusahaan di 'Machukuo' yang dikuasai Jepang. Kebanyakan dari mata
uang Jepang yang dikeluarkan selama Perang Dunia Kedua tidak pernah dipertobatkan;
mereka menjadi tidak berguna setelah perang.

Yen Jepang telah mengalami pergeseran yang cukup besar dalam nilai relatif terhadap
dolar AS selama 10 tahun terakhir, berkisar dari terendah 125,35 yen terhadap dolar AS pada
Juni 2015 hingga tertinggi 76,14 yen terhadap dolar AS pada Februari 2012 (lihat Figure 1).
Menurut Antara dikutip dari CNN Indonesia, “adapun yen, yang salah satu aset "safe
haven" utama, naik hampir satu persen ke tingkat tertinggi terhadap dolar AS sejak
November 2014. Indeks dolar, yang mengukur mata uang tersebut terhadap enam mata uang
utama, turun 0,38 persen menjadi 96,667 pada akhir perdagangan”. Menunjukkan bahwa
mata uang Yen Jepang semakin mengalami penguatan atas mata uang Dolar Amerika.
Fluktuasi nilai yen juga menunjukkan beberapa perubahan besar, seperti depresiasi besar
pada musim dingin 2012-2013, musim gugur 2014, dan akhir 2016 (Martin, 2017).
Menurut Ito (2016) adanya fluktuasi pada nilai yen Jepang mencerminkan bahwa
kepercayaan pasar (atau ketiadaan) dalam ekonomi Jepang dan kebijakan moneter dari Bank
of Japan, dan juga melemahnya yen adalah hasil dari kebijakan fiskal dan moneter ekspansif,

7

bagian dari program pemerintah untuk merangsang pertumbuhan ekonomi di Jepang
("Abenomics").
Jepang terkenal dengan memberikan bantuan luar negeri semenjak berubah menjadi
kekuatan baru pasca keterpurukannya saat Perang Dunia II. Selain itu, Jepang juga terkenal

dengan bervariasinya jenis bantuan luar negeri yang disalurkan, dari yang bernuansa
kemanusiaan (seperti bantuan terhadap pengungsi, bencana alam, dsb) hingga yang bernuansa
ekonomi politik (seperti investasi, high technology, dsb) (Ryantori, 2014).
Mata uang Jepang Yen juga sebenarnya memiliki pengaruh di Asia Tenggara, yaitu
sebagai upaya meredam konflik yang jelas sangat diperlukan mengingat potensi ekonomi dan
perdagangan yang sangat besar di sekitar kawasan LCS. Hampir sebagian besar negara yang
berkepentingan di LCS terlibat dalam kerja sama ekonomi dan perdagangan. Dalam Trans
Pacific Partnership (TPP) misalnya beranggotakan Australia, Brunei, Canada, Chile, Jepang,
Malaysia, Mexico, New Zealand, Peru, Singapura, AS dan Vietnam. Sedangkan kerja sama
lain yang telah dilakukan yaitu dengan dibentuknya Regional Comprehensive Economic
Partnership (RCEP) terdiri dari seluruh anggota ASEAN ditambah dengan negara Australia,
China, India, Jepang, Korea, New Zealand (Maksum, 2017, p.17).
Pada bulan Juli, Jepang berkomitmen untuk sebuah proyek yang telah berputar selama
beberapa tahun, setuju untuk mengambil bagian, bersama dengan Burma dan Thailand, dalam
mengembangkan zona industri Dawei di sepanjang pesisir Laut Andaman Birma. Jepang juga
dapat berinvestasi di Ennore, sebuah pelabuhan India di Teluk Bengal dari Dawei, sehingga
mengembangkan hub industri dan perkapalannya sendiri di sepanjang jalan sutra maritim
Cina.
Jepang dan Bank Pembangunan Asia, yang dipimpinnya, telah lama berinvestasi di
Koridor Ekonomi Timur-Barat, menghubungkan Vietnam ke Burma melalui Laos dan

Thailand. Jepang juga telah memberikan uang hibah ke Kamboja untuk pembangunan
jembatan yang membentang Sungai Mekong ke Vietnam. Pada bulan Juli tahun ini, Perdana
Menteri Jepang Shinzo Abe "menjanjikan 750 miliar yen (US $ 6,1 miliar) untuk bantuan ke
negara-negara Sungai Mekong, bagian dari rencananya untuk meningkatkan sebesar 25
persen dana Jepang dan ADB untuk proyek-proyek infrastruktur (Mazza, 2015). Investasi
semacam itu hanya satu bagian dari pendekatan Jepang yang lebih luas ke Asia Tenggara
sebagai penyeimbang terhadap pengaruh Cina yang semakin besar.
CONCLUSION

8

Alat tukar-menukar yang sangat berharga dari masa lalu saat abad ke-15 di China
hingga saat ini adalah uang. Yang dari awalnya hanya berupa pertukaran antar barang atau
barter kemudian berangsur-angsur menjadi uang koin dan menjadi uang kertas. Dari awal
penyebarannya hanya dari daerah di China, mulai ke daerah Jepang, Spanyol, Amerika,
kemudian ke seluruh dunia. Awal dari penyeberan perak sebagai mata uang inilah yang
membuat Jepang mulai mengembangkan mata uangnya. Walaupun setelah Perang Dunia II
Jepang sempat kalah, tetapi ia bisa bangkit kembali bahkan tak hanya dapat memenuhi
kebutuhan ekonomi dalam negerinya, ia juga dapat memberikan bantuan ekonomi ke negara
lain, terutama pada wilayah Asia-Pasifik.
REFERENCES
Martin, Michael. F. (May 26, 2017). East Asia’s Foreign Exchange Rate Policies.
Congressional Research Service, 3-4. Retrieved from
https://fas.org/sgp/crs/row/RS22860.pdf. Diakses 1 Mei 2018.
Barker, Tom. (n.d.). Silver, Silk and Manila: Factors leading to the Manila Galleon Trade.
Retrieved from http://repository.library.csuci.edu/bitstream/handle/10139/37/
TBManilaGalleons.pdf. Diakses 1 Mei 2018.
Maksum, Ali. (2017). Regionalisme dan Kompleksitas Laut Cina Selatan.
Jurnal Sospol, 3, 1, 17.
Antara. (2016, February 2). Minyak Lemah, Yen Menguat Tajam Terhadap Dolar AS.
CNN Indonesia. Retrieved from https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/
20160209113021-92-109696/minyak-lemah-yen-menguat-tajam-terhadap-dolar-as.
Diakses 29 April 2018.
Ryantori. (2014). Motif di Balik Bantuan Jepang untuk Palestina dalam Kerangka CEAPAD.
Jurnal Hubungan Internasional, 3, 2, 102.
Bina Nusantara Library. (n.d.). Bab II: Data & Analisa. Retrieved from
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-01934-DS%20Bab2001.pdf.
Diakses 5 April 2018.
Ito, Takatoshi. (2016). A New Financial Order in Asia: Will a RMB Bloc Emerge?.
National Bureau of Economic Research. Retrieved from

9

http://www.nber.org/papers/w22755. Diakses 1 Mei 2018.
Yanuardi. 4 Desember 2015. Sejarah Uang. (Online). Retrieved from
https://www.slideshare.net/yanuarditan/1-sejarah-uang. Diakses 4 April 2018.
Mazza, Michael. (October 5, 2015). China and Japan's Battle for Influence in Southeast
Asia.
The National Interest. Retrieved from http://nationalinterest.org/feature/china-japans
battle-influence-southeast-asia-14006. Diakses 1 April 2018.