SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI PUTRI SUCI TRI

PENGARUH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI
KABUPATEN TULUNGAGUNG

Proposal Skripsi

Oleh:
Putri Suci Tri Mandani
NIM. 17402153343

JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG
2018

A. Judul
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Tulungagung”
B. Latar Belakang Masalah
Dalam penyelenggaraan pemerintahannya, Negara Kesatuan Republik
Indonesia terbagi atas beberapa daerah propinsi. Dan daerah-daerah propinsi

terbagi atas kabupaten dan kota. Tiap daerah mempunyai hak dan kewajiban
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan kepada seluruh masyarakat setempat.
Untuk menjalankan penyelenggaraan pemerintahannya, daerah berhak
untuk mengenakan pungutan kepada masyarakatnya. Berdasarkan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, disebutkan tentang
kewajiban warga Negara, yaitu ikut serta dalam pertahan dan keamanan
Negara dan kewajiban warga Negara untuk membayar. “Membayar pajak
merupakan aturan kewajiban dasar warga Negara dan UUD 1945
menempatkan pajak sebagai salah satu perwujudan kenegaraan.”1
Otonomi daerah membuat daerah memiliki wewenang yang lebih besar
dalam mengatur dan mengurus daerahnya. Hal tersebut membuat pemerintah
daerah harus lebih bijak dalam hal pemungutan pajak daerah dan retribusi
daerah.

Selain

itu,

pemerintah


daerah

juga

dituntut

untuk

dapat

mengalokasikan hasil penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah untuk
mencapai masyarakat yang adil, makmur, dan merata berdasarkan dengan isi
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
“Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyrakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.”2 Jadi,
1
2


www.bppk.kemenkeu.go.id
Yoyo Sudaryo dkk, Keuangan di Era Otonomi Daerah, (Yogyakarta: Andi, 2017), hlm. 85.

2

otonomi daerah itu adalah hak penduduk yang tinggal dalam suatu daerah
untuk mengatur, mengurus, mengendalikan dan mengembangkan urusannya
sendiri dengan menghormati peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Menurut Mahmudi, tujuan pelaksanaan otonomi daerah adalah
meningkatkan kemandirian daerah, memperbaiki transparansi dan
akuntabilitaspublik atas pengelolaan keuangan daerah, meningkatkan
reponsivitas pemerintah terhadap kebutuhan publik, meningkatkan
partisipasipublik dalam pembangunan daerah, meningkatkan efeisiensi dan
efektivitas pengelolaan keuangan dan pelayanan publik, serta mendorong
demokratisasi di daerah.3
Adanya kewenangan dalam urusan keuangan daerah yang memberikan
hak untuk memberdayakan segala potensi perekonomian daerah yang ada
menyebabkan pemerintah daerah harus berusaha untuk menggali sumbersumber perekonomian daerah yang dapat dijadikan sebagai sumber
pendapatan daerah. Salah satunya adalah pendapatan dari pajak daerah dan
retribusi daerah, dimana mengenai pajak daerah ini ditetapkan berdasarkan

peraturan daerah masing-masing dengan mengingat dan memandang
kemampuan daerah dalam penarikan pajak untuk penerimaan daerah.
Agar pendanaan penyelenggaraan pemerintah dapat terlaksana dengan
efisien dan efektif serta mencegah adanya tumpang tindih, maka diatur
pendanaan penyelenggaraan pemerintah. Penyelenggaraan pemerintah yang
menjadi

kewenangan

daerah

dibiayai

oleh

APBD,

sedangkan

penyelenggaraan kewenangan pemerintah yang menjadi tanggung jawab

negara dibiayai oleh APBN.
Sumber-sumber pendanaan penyelenggaraan pemerintah daerah terdiri
atas PAD, dana perimbangan, pinjaman daerah dan pendapatan lain-lain.
PAD yang salah satunya berupa pajak daerah, diharapkan menjadi salah satu
sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan
daerah. Penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah diharapkan mampu
memberikan kontribusi yang positif terhadap PAD dalam pencapaian dan
pemerataan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, daerah mampu

3

Mahmudi, Manajemen Keuangan Daerah, (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 2.

3

melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus daerahnya
sendiri.
Semakin besar pajak daerah dan retribusi daerah yang diterima
otomatis


semakin

meningkatkan PAD nya.

Kemandirian Pemkab atau

Pemko dapat dilihat dari besarnya PAD yang diperoleh Pemkab atau Pemko.
Semakin besar pajak daerah dan retribusi yang diperoleh oleh kabupaten
dan kota tersebut dalam membiayai pengeluaran untuk melaksanakan
wewenang dan tanggung jawabnya kepada masyarakat seperti membantu
dan memfasilitasi sarana dan prasarana masyarakat misalnya, dalam
sektor pendidikan, kesehatan, pertanian, dan lain-lain.
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak
merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran
termasuk pengeluaran pembangunan.4 Dalam hal ini, pajak daerah dan
retribusi daerah diatur dalam UU No. 18 Tahun 17 tentang Pajak Daerah dan
Retrubusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan UU No. 34 Tahun 2000
dan terakhir diubah menjadi UU No. 28 Tahun 2009.5
Adapun penerimaan pajak daerah dapat diperoleh dari pajak propinsi

yang terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan,
dan Pajak Rokok. Sedangkan pajak kabupaten/ kota diantaranya ialah Pajak
Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan
Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air
Tanah dan Pajak Sarang Burung Walet.
Selain pajak daerah, retribusi daerah juga merupakan salah satu
komponen penting dalam PAD. Retribusi daerah dapat digolongkan menjadi
jenis Retribusi Jasa Umum yang terdiri dari Retribusi Pelayanan Kesehatan,
Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan, Retribusi Penggantian Biaya
Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil, Retribusi Pelayanan
Pemakaman dan Pengabuan Mayat, Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan
Utama, Retribusi Pelayanan Pasar, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor,
Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran dan sebagainya.
4
5

Jimmy Hasoloan, Pengantar Ilmu Ekonomi, (Yogyakarta: Deepublish, 2010), hlm. 71.
www.djpk.depkeu.go.id


4

Jenis Retribusi Jasa Usaha terdiri atas, Retribusi Pemakaian Kekayaan
Daerah, Retribusi Pasar Grosir dan/ Pertokoan, Retribusi Tempat Pelelangan,
Retribusi Terminal, Retribusi Tempat Khusus Parkir, Retribusi Tempat
Penginapan/ Pesanggrahan/ Villa, Retribusi Rumah Potong Hewan, Retribusi
Pelayanan Kepelabuhan, Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga, Retribusi
Penyeberangan di Air, Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah. Jenis
Retribusi Perizinan antara lain, Retribusi Izin Mendirikan Bangunan,
Retribusi Izin Gangguan, Retribusi Izin Trayek dan sebainya.
Dalam mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat sesuai dengan
tujuan otonomi daerah, pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab
ekonomi yaitu sebagai berikut:
1. Menyediakan pelayanan publik dasar kepada masyarakat, terutama
pendidikan, kesehatan dan infrastruktur dasar
2. Mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dengan pemahaman pada investor
dan ekspor
3. Menciptakan lapangan kerja baru dan mengurangi pengangguran terutama
tenaga kerja lokal tanpa harus menciptakan hambatan terhadap tenaga
kerja daerah lain

4. Memperbaiki pendapatan masyarakat dan mengurangi kemiskinan dengan
berfokus pada UKM lokal
5. Ikut berkotribusi dalam mengendalikan inflasi lokal, dari sisi non moneter
terutama logistik dan distribusi
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Beta Asteria
(2015),

Pajak

Daerah

dan

Retribusi

Daerah

secara

bersama-sama


berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Jawa
Tengah. Menurut Andi Pilham Mauri dkk (2017), Retribusi Daerah dan
Pajak

Daerah secara

bersama-sama (simultan) berpengarh

signifikan

terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Soppeng. Hal itu
menjadi

acuan

penulis

untuk


melakukan

penelitian

di

Kabupaten

Tulungagung dengan data yang diambil dari tahun 2011 sampai dengan tahun
2016.

5

Alasan penulis memilih Kabupaten Tulungagung sebagai objek
penelitian adalah jika dilihat dari potensi perekonomian baik dari sektor
pertanian, pariwisata maupun hasil laut serta sektor lainnya Kabupaten
Tulungagung dapat menghasilkan pendapatan daerah yang cukup tinggi.
Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan merupakan sektor yang
memberikan kontribusi terbesar selama kurun waktu 2013-2015 yaitu
sebesar 22,00 persen, 22,34 persen dan 22,37 persen. Selanjutnya adalah
sektor industri pengolahan yaitu sebesar 20,62 persen, 20,49 persen dan
20,67 persen dari tahun 2013-2015. Selanjutnya sektor perdagangan Besar
dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor dari tahun 2013-2015
secara berturut-turut memberikan kontribusi sebesar 20,39 persen, 19,83
persen dan 19,85 persen.
Tulungagung adalah salah satu daerah yang memiliki potensi
perekonomian yang baik. Baik dilihat dari sektor pertanian, sektor
perkebunan, maupun hasil laut serta sektor-sektor lainnya yang dapat
menghasilkan pendapatan daerah yang cukup tinggi. Pada tahun 2011 sampai
2016 terdapat empat jenis pendapatan yaitu Pos Pajak Daerah, Pos Retribusi
Daerah, Pos Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan
Daerah yang Dipisahkan dan yang terakhir adalah Pos Lain-Lain Pendapatan
Asli Daerah yang Sah. Berikut adalah tabel data mengenai Pendapatan Asli
Daerah (PAD) di Tulungagung tahun 2011-2016:6
Tabel 1.1
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Menurut Jenis dan Tahun Anggaran
(Rupiah) 2011-2016
No

1

2

Jenis

2011

2012

2013

2014

2015

2016
67.457.168.81

Pendapatan
Pos Pajak

22.086.869.273

25.543.716.678

29.775.702.288

56.750.760.218

Daerah
Pos

62.340.809.291,6
4

13.843.257.383

15.585.227.855

19.110.755.509

27.359.032.048

19.332.326.783

Retribusi

5
22.674.086.53
3

Daerah
3

1.645.038.322

Pos Bagian

1.855.404.288

2.848.627.527

3.794.012.832

4.125.888.857,5

Laba
6

tulungagungkab.bps.go.id

6

4.553.186.053

Perusahaan
Milik
Daerah dan
Hasil
Pengelolaan
Daerah yang
4

Dipisahkan
Pos Lain-

86.33.639.208

119.177.321.390

123.246.621.215

188.674.168.40

Lain

223.847.308.253, 247.893.109.68

2

6

7

276.577.973.50
0

309.646.333.185,
74

342.577.551.0

Pendapatan
Asli Daerah
yang Sah
Jumlah

124.517.804.186

162.161.670.211

174.981.704.538

Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Tulungagung

Di samping potensi yang dimiliki, daerah Tulungagung menjadi objek
penelitian dikarenakan pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari
tahun ke tahun berjalan dengan baik dan periode 2011 sampai 2016 menjadi
rentang waktu penelitian karena pada rentang waktu tersebut PAD di
Tulungagung mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Pada tahun
2011, PAD sebesar Rp 124.517.804.186 pada tahun 2012 menjadi Rp
162.161.670.211, pada tahun 2013 sebesar Rp 174.981.704.538, pada tahun
2014 sebesar Rp276.577.973.500, tahun 2015 sebesar Rp 309.646.333.185,74
dan pada tahun 2016 sebesar Rp 342.577.551.088.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten
Tulungagung”.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) di Tulungagung pada tahun 2011-2016?

7

88

2. Apakah retribusi daerah berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) di Tulungagung pada tahun 2011-2016?
3. Apakah pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh secara stimultan
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Tulungagung pada tahun 20112016?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan
dari penelitian ini antara lain:
1. Untuk menguji pengaruh pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) di Tulungagung pada tahun 2011-2016.
2. Untuk menguji pengaruh retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) di Tulungagung pada tahun 2011-2016.
3. Untuk menguji pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Tulungagung pada tahun 2011-2016.
E. Kegunaan Penelitian
1.

Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui upaya-upaya dan
kebijakan yang seharusnya dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam
pemungutan pajak untuk menambah jumlah pajak daerah dan retribusi
daerah di Kabupaten Tulungagung. Dengan bertambahnya penerimaan
pajak daerah dan retribusi daerah secara tidak langsung akan menambah
PAD,

sehingga

dapat

digunakan

untuk

menunjang

peningkatan

perekonomian daerah guna tercapainya kesejahteraan masyarakat.
2.

Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh peneliti lain baik
dari mahasiwa IAIN Tulungagung maupun mahasiswa dari kampus
lainnya yang ingin mengulas masalah mengenai pajak daerah dan retribusi
daerah dengan objek penelitian yang sama. Selain itu penelitian ini juga
diharapkan dapat menambah kepustakaan di IAIN Tulungagung.

8

3.

Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tambahan informasi
dan bermanfaat sebagai sumber referensi untuk penelitian selanjutnya,
terutama yang berminat untuk mengkaji tentang pajak daerah dan retribusi
daerah.

4.

Bagi penulis dan para pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
dan wawasan penulis maupun yang membaca hasil penelitian ini.

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
1. Ruang Lingkup
Dalam penelitian ini ruang lingkup yang dibatasi ialah pendapatan asli
daerah (PAD) dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Adapun variabel
Independen dalam penelitian ini ialah pajak daerah dan retribusi daerah di
Kabupaten Tulungagung dengan menggunakan laporan data Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Menurut Jenis dan Tahun Anggaran (Rupiah) 20112016.
2. Pembatasan Penelitian
Penelitian ini hanya terbatas pada satu objek yaitu Kabupaten
Tulungagung. Tulungagung merupakan salah satu kabupaten di Jawa
Timur yang terus mengalami perkembangan secara signifikan, baik dari
segi pajak daerah maupun retribusi daerah.
Karena luasnya asumsi yang dapat diambil dari teori dan kondisi riil
di lapangan, maka peneliti hanya berfokus pada masalah yang berkaitan
dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dipengaruhi oleh pajak
daerah dan retribusi daerah pada tahun 2011 sampai 2016 di Kabupaten
Tulungagung.
G. Penegasan Istilah

9

Dalam karya ilmiah ini, peneliti perlu memberikan penegasan istilah
dari judul yang peneliti angkat dengan tujuan agar tidak terjadi kerancuan
atau perbedaan pemahaman dalam membaca proposal skripsi ini, yaitu:
1. Definisi Konseptual
a. Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh pribadi atau
badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku digunakan
untuk penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah.7
b. Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/ atau diberikan
oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.8
c. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh
pemerintah daerah atas pelaksanaan kegiatan pemerintah dan pelayanan
kepada masyarakat, serta pemanfaatan sumber daya yang dimiliki
pemerintah daerah.9
2. Definisi Operasional
Definisi operasional dimaksudkan untuk memberikan kejelasan
mengenai judul penelitian agar tidak muncul berbagai penafsiran terhadap
judul penelitian. Yang dimaksud pengaruh pajak daerah dan retribusi
daerah terhadap pendapatan asli daerah adalah ada tidaknya pengaruh
pajak daerah dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD).
H. Landasan Teori
1.

Kerangka Teori
a.

Pajak Daerah
Berdasarkan buku yang ditulis oleh Liberti Pandiangan, pajak
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

7

Soemarso S.R, Perpajakan Pendekatan Komperhensif, (Surabaya: Salemba Empat, 2010), hlm.
626.
8
Bustamar Ayza, Hukum Pajak Indonesia, (Depok: Kencana, 2017), hlm. 157.
9
Damas Dwi Anggoro, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, (Malang: UB Press, 2017), hlm. 18.

10

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunankan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat.
Sedangkan menurut Madiasmo, pajak adalah iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapatkan jasa timbal balik
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.10
Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya
sumber daya dari sektor privat kepada sektor publik. Pemahaman ini
memberikan gambaran bahwa adanya pajak menyebabkan dua
situasi menjadi berubah. Pertama, berkurangnya kemampuan
individu

dalam

menguasai sumber daya untuk kepentingan

penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya

kemampuan

keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik yang
merupakan kebutuhan masyarakat.
Sebagai salah satu sumber penerimaan bagi negara, pajak
mempunyai arti dan fungsi yang sangat penting untuk proses
pembangunan. Menurut Brotodihardjo, dalam hal ini pajak selain
berfungsi sebagai budgetair

juga

dapat

berfungsi

sebagai

regulerend”. Ditinjau dari fungsi budgeter, pajak adalah alat untuk
mengumpulkan dana yang nantinya akan digunakan untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sedangkan dilihat
dari fungsinya sebagai pengatur (regulerend), pajak digunakan
sebagai

alat

untuk

mencapai

tujuan-tujuan

tertentu

yang

letaknya di luar bidang keuangan dan fungsi mengatur ini banyak
ditujukan kepada sektor swasta.
Dari berbagai definisi diatas dapat ditarik kesimpulan tentang
ciri-ciri yang terdapat pada pengertian pajak antara lain sebagai
berikut:11
1) Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang
10

Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi 2011, (Yogyakarta: Andi Offset, 2011), hlm. 1.

11

2) Tidak

mendapatkan

jasa

timbal

balik

(kontraprestasi

perseorangan) yang dapat ditunjuk secara langsung.
3) Pemungutan pajak diperuntukkan untuk keperluan pembiayaan
umum

pemerintah

dalam

rangka

menjalankan

fungsi

pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.
4) Pemungutan pajak dapat dipaksakan.
“Pajak daerah adalah pajak-pajak yang dikelola oleh
pemerintah Daerah baik di tingkat Provinsi maupun kabupaten
ataupun kota”.12 Menurut Tony Marsyahrul, pajak daerah adalah
pajak yang di kelolah oleh pemerintah daerah (baik pemerintah
daerah TK. I maupun pemerintah daerah TK. II) dan hasil di
pergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan
daerah (APBD). Jadi, pajak daerah adalah pungutan pajak kepada
pribadi/ badan yang dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan
Undang-Undang untuk keperluan masyarakat luas. Pemungutan
pajak dapat bersifat dipaksakan karena sudah diatur dan sesuai
dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Seperti halnya dengan pajak pada umumnya, pajak daerah
mempunyai peranan ganda yaitu:13
1) Sebagai sumber pendapatan daerah (budgetary)
2) Sebagai alat pengatur (regulatory)
Subjek pajak adalah orang pribadi atau Badan yang dapat
dikenakan pajak, sedangkan wajib pajak adalah orang pribadi atau
Badan meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut
pajak, yang mempunyai hak dan kwajiban perpajakan sesuai dengan
11

Dina Anggraeni, “Analisis Pengaruh Penerimaan Pajak Daerahdan Retribusi Daerah Terhadap
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Studi Empiris Pada Propinsi Bengkulu)”, Skripsi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta, 2010, hlm. 12-13, dalam
http://www.repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1274/1/DINA%20ANGGRAENIFEB.PDF di akses pada tanggal 20 Mei 2018 pukul 19:50 WIB.
12
Astrid Budiarto, Pedoman Praktis Membayar Pajak, (Yogyakarta: Genesis Learning, 2016),
hlm. 9.
13
Phaureula Artha Wulandari, Pajak Daerah dalam Pendapatan Asli Daerah, (Yogyakarta:
Deepublish, 2018), hlm. 24.

12

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. Masa
pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu
lain yang diatur dengan Peraturan Kepala Daerah paling lama 3
(tiga) bulan kalender, yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk
menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang.
Jenis-jenis pajak daerah terdiri dari beberapa jenis:
1) Jenis Pajak Propinsi
2) Jenis Pajak Kabupaten/ Kota
Berdasakan UU No. 28 Tahun 2009, Jenis pajak propinsi
terdiri atas pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan
bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak air
permukaan dan pajak rokok.14 Sedangkan jenis pajak kabupaten/
kota terdiri atas pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak
reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan
batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung walet,
pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan dan bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan.
Sementara itu, Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota diberi
kewenangan untuk memungut 7 (tujuh) jenis pajak, yaitu: Pajak
Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C,
Pajak Parkir. Jenis pajak Kabupaten/ Kota tidak bersifat limitatif,
artinya Kabupaten/ Kota diberi peluang untuk menggali potensi
sumber-sumber keuangannya selain yang ditetapkan secara eksplisit
dalam UU No.34 Tahun 2000, dengan menetapkan sendiri jenis
pajak yang bersifat spesifik dengan memperhatikan kriteria yang
ditetapkan dalam UU tersebut.
Kriteria dimaksud adalah:15
14

Irwanasyah Lubis, Menggali Potensi Pajak Perusahaan dan Bisnis dengan Pelaksanaan
Hukum, (Jakarta: Gramedia, 2010), hlm. 92.
15
Machfud Sidik, “Optimalisasi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Dalam Rangka
Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah”, Paper LAN Bandung dalam http://storage.jakstik.ac.id/ProdukHukum/Keuangan/Keuangan_280.pdf diakses pada tanggal 20 Mei 2018 pukul

13

1) Bersifat pajak dan bukan retribusi
2) Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah Daerah Kabupaten/
Kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup
rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah Daerah
Kabupaten/Kota yang bersangkutan
3) Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan
kepentingan umum
4) Objek pajak bukan merupakan objek pajak Propinsi dan/atau
objek pajak Pusat
5) Potensinya memadai
6) Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif
7) Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat
8) Menjaga kelestarian lingkungan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pemungutan pajak daerah
haruslah dengan memperhatikan kriteria-kriteria yang sudah
dimaksudkan tersebut. Karena dalam pemungutan pajak tidak boleh
ada yang dirugikan.
b. Retribusi Daerah
Di samping pajak daerah, sumber pendapatan asli daerah
yang cukup besar peranannya dalam menyumbang pada
terbentuknya pendapatan asli daerah adalah retribusi daerah.
Menurut Undang-undang 28 Tahun 2009, retribusi adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian
izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.16
Tarif retribusi bersifat fleksibel sesuai dengan tujuan
retribusi dan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah
daerah masing-masing untuk melaksanakan atau mengelola jenis
pelayanan

publik

di

daerahnya. Semakin efesien pengelolaan

pelayanan publik di suatu daerah, maka semakin kecil tarif
retribusi yang dikenakan.
Jadi sesungguhnya dalam hal pemungutan iuran retribusi
itu dianut asas manfaat (benefit prinsiples). Dalam asas ini
besarnya pungutan ditentukan berdasarkan manfaat yang diterima
20:25 WIB.
16
Okta Sigit Utomo, “Analisis Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap
Pendapatan Asli Daerah (Studi Empiris di DPPKAD Wilayah karisidenan Surakarta)”, Naskah
Publikasi, Universitas Muhamdiyah: Surakarta, 2013, dalam
http://eprints.ums.ac.id/23846/1/halaman_depan.pdf di akses pada tanggal 20 Mei 2018 pukul
20:11 WIB.

14

oleh si penerima manfaat dari pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah. Namun yang menjadi persoalannya ialah dalam
menentukan berapa besar manfaat yang diterima oleh orang yang
membayar

retribusi tersebut

dan

menentukan

berapa

besar

pungutan yang harus dibayarnya.
Untuk menilai manfaat harus ditempuh melalui beberapa
langkah, yaitu:
1) Diidentifikasi manfaat fisik yang dapat diukur besarnya
2) Diterapkan nilai rupiahnya dengan cara menggunakan harga
pasar, atau harga barang pengganti, atau dengan mengadakan
survei tentang kesediaan membayar.
Oleh

karena

itu,

Pemerintah

merasa

perlu

untuk

mengklarifikasikan berbagai jenis pungutan itu atas dasar kriteria
tertentu

agar

memudahkan prinsip-prinsip

dasar

pungutan

retribusi sehingga mencerminkan hubungan yang jelas antara tarif
retribusi dengan pelayanan atau jasa yang diberikan oleh Pemerintah
Daerah.
Retribusi daerah terdiri atas 3 (tiga) jenis yaitu:
1) Retribusi jasa umum
2) Retribusi jasa usaha
3) Retribusi perizinan tertentu
Retribusi daerah yang pertama ialah Jasa umum merupakan
jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
tujuan kepentingan dan kemanfaatan masyarakat umum. Bentuk jasa
umum yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah daerah
kepada masyarakat umum diwujudkan dalam jasa pelayanan.
Dengan demikian, retribusi jasa umum adalah retribusi yang
dikenakan terhadap orang pribadi atau badan yang menggunakan
atau menikmati pelayanan jasa umum yang disediakan atau
diberikan oleh pemerintah.

15

Jenis-jenis retribusi jasa umum yaitu Retribusi Pelayanan
Kesehatan, Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan, Retribusi
Penggantian Biaya Cetak Kartu Penduduk dan Akte Catatan Sipil,
Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat, Retribusi
Parkir di tepi Jalan Umum, Retribusi Pasar, Retribusi Air Bersih,
Retribusi Pengajuan Kendaraan Bermotor, Retribusi Pemeriksaan
Alat Pemadam Kebakaran, Retribusi Penggatian Biaya Cetak Peta
dan Retribusi Pengujian Kapal Perikanan.
Objeknya retribusi jasa umum antara lain pelayanan kesehatan
dan pelayanan persampahan dengan pengecualian urusan umun
pemerintahan. Subjeknya adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan jasa ini. Pada dasarnya disesuaikan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku mengenai jenis-jenis retribusi
yang berhubungan dengan kepentingan nasional.
Kedua ialah Retribusi Jasa Usaha, jenis-jenisnya yaitu
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi Pasar Grosir dan
atau Pertokoan, Retribusi Terminal, Retribusi Tempat Khusus Parkir,
Retribusi Tempat Penitipan anak, Retribusi Tempat Penginapan,
Retribusi Penyedotan Kakus, Retribusi Rumah Potong Hewan,
Retribusi Pendaratan Kapal, Retribusi Tempat Rekreasi dan
Olahraga, Retribusi Penyeberangan diatas Air, Retribusi Pengolahan
Limbah Cair dan Retribusi Penjualan Produksi Perizinan Tertentu.
Objeknya adalah jasa usaha antara lain penyewaan aset yang
dimiliki/ dikuasai oleh pemerintah daerah, penyedian tempat
penginapan, usaha bengkel kendaraan, tempat pencucian mobil dan
penjualan bibit. Subjeknya adalah orang pribadi atau badan yang
menggunakan jasa ini. Tarif retribusi ini ditetapkan oleh daerah
sehingga dapat tercapai keuntungan yang layak, yaitu keuntungan
yang dapat dianggap memadai. Jika jasa yang bersangkutan
diselenggarakan oleh swasta.

16

Ketiga adalah Retribusi Perizinan Tertentu, jenis-jenisnya
adalah Retribusi Pembentukan Penggunaan Tanah, Retribusi Izin
Mendirikan Bangunan, Retribusi Izin tempat Penjuakan Minuman
Beralkohol, Retribusi Izin Gangguan, Retribusi Izin Trayek dan
Retribusi Izin Pengambilan Hasil Hutan. Subjeknya adalah orang
pribadi atau badan yang menggunakannya. Tarif retribusi ini
ditetapkan sedemikianrupa sehingga hasil retribusinya dapat
menutup sebagian atau sama dengan perkiraan biaya yang
diperlukan untuk menyediakan jasa yang bersangkutan.
c.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)
PAD adalah pendapatan yang berasal dari hasil pajak daerah,
retribusi daerah, perusahaan milik daerah dan pengelolaan asli
daerah yang sah. PAD merupakan cerminan peetumbuhan ekonomi
didalam suatu pemerintahan daerah. PAD memang bisa dijadikan
sebagai alat ukur untuk menilai perkembangan ekonomi dari suatu
kabupaten/ kota, nilai PAD sangat tergantung pada taxable capacity
atau kapasitas perpajakan kabupaten/ kota yang bersangkutan.
Menurut Madiasmo yang dikutip oleh Fitria Megawati PAD
merupakan penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah,
retribusi daerah hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan daerah
yang sah.17 Sedangkan menurut Ahmad Yani, PAD merupakan
pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil
retribusi daerah, hasil pengolahankekayaan daerah yang dipisahkan,
dan pendapatan lain asli daerah yangsah, yang bertujuan untuk
menghasilkan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan
dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas
desentralisasi.18

17

Fitria Megawati Sularno, “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah Dan Dana
Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (Studi Kasus Pada Kabupaten/
Kota Di Propinsi Jawa Barat)”, Skripsi, Universitas Widyatama: Bandung, 2013, dalam
https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/2326/0109u287.pdf;sequen
ce=1 diakses pada tanggal 20 Mei 2018 pukul 20:41 WIB.
18

Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah Di Indonesia,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 51-52.

17

Dapat disimpulkan PAD adalah pendapatan yang berasal dari
retribusi daerah, pajak daerah dari sumber ekonomi asli daerah yang
dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
pemerintah. Pendapatan asli daerah (PAD) memiliki peran yang
penting dalam pembiayaan pembangunan di daerah.
Berdasarkan pada potensi yang

dimiliki masing-masing

daerah, peningkatan PAD dapat meningkatkan keuangan daerah.
Seiring dengan perkembangan perekonomian daerah yang semakin
terintegrasi dengan perekonomian nasional dan internasional, maka
kemampuan daerah dalam mengoptimalkan pemanfaatan-sumber
penerimaan PAD menjadi sangat penting.

Sumber-sumber

pemerimaan PAD tersebut dapat diuraikan lagi dalam bentuk
penerimaan dari pajak daerah dan restribusi daerah.
Pendapatan Asli Daerah lain-lain yang sah, meliputi

hasil

penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, hasil pemanfaatan
atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa
giro, pendapatan bunga, tuntutan ganti rugi, keuntungan selisih nilai
tukar rupiah terhadap mata uang asing dan komisi atau potongan
ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan pengadaan
barang dan jasa oleh daerah.19 Jadi, pendapatan asli daerah bukan
hanya dari penerimaan pajak daerah dan retrubusi daerah tetapi juga
masih banyak lainnya yang sudah disebutkan.
Ada beberapa komponen pendapatan asli daerah (PAD)
adalah: pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.20 Menurut
Sarman dan Mohammad Taufik Makarao pendapatan asli daeraah
(PAD) berasal dari:21
19

Bambang Widjajanta, Ekonomi, (Bandung: CV Citra Praya, 2010), hlm. 27.
Made Krisna Arta Anggra Kusuma dan Ni Gusti Putu Wirawati, “Pengaruh Penerimaan Pajak
Daerah Dan Retribusi Daerah Pada Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Dan Kota
Bali”, Volume 05, No. 3 tahun 2013, ISSN: 2302-8556 dalam
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=143139&val=986 di akses pada tanggal 20
Mei 2018 pukul 20:05 WIB.
21
Sarman dan Mohammad Taufik Makarao, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2012), hlm. 229.
20

18

1) Hasil pajak daerah
2) Hasil retribusi daerah
3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
PAD = Pajak Daerah + Retribusi Daerah + Bagian Laba Perusahaan
Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Daerah yang Dipisahkan + Pos
Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
2.

Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan
Untuk mendukung penelitian ini, penulis memaparkan penelitian
terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang
“Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) di Kabupaten Tulungagung”.
a.

Penelitian yang dilakukan oleh Beta Asteria dengan judul penelitian
“Analisis Pengaruh

Penerimaan

Pajak

Daerah

Dan Retribusi

Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/ Kota di
Jawa Tengah”.

22

Persamaan dalam penelitian ini adalah terletak

pada variabel dependen dan variabel indepennya. Dalam penelitian
Beta Asteria variabel dependen yang digunakan ialah Pendapatan
Asli Daerah (PAD), sedangkan variabel independennya ialah pajak
daerah dan retribusi daerah. Persamaan yang lain dalam penelitian
ini adalah teknik analisis data yang menggunakan analisis regresi
linier berganda, uji F, uji t dan juga terdapat persamaan pada sumber
data yang menggunakan data sekunder. Adapun perbedaan dengan
penelitian ini adalah data time series yang digunakan, dan juga
wilayah dari pengambilan data tersebut. Berdasarkan hasil penelitian
Beta Asteria menyimpulkan bahwa pajak daerah berpengaruh
signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), sedangkan
retribusi daerah juga berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD). Sedangkan pajak daerah dan retribusi daerah
22

Beta Asteria, “Analisis Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah”, Volume 2, Nomor 1, 2015, dalam
http://jurnal.stieww.ac.id/index.php/jrm/article/download/162/130/ diakses pada tanggal 22 Mei
2018 pukul 21:19 WIB.

19

secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD).
b.

Penelitian yang dilakukan oleh Andi Pilham Mauri dkk yang
berjudul “Analisis Pengaruh Penerimaan Retribusi Daerah Dan Pajak
Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Pada
Kabupaten Soppeng”.23 Persamaan dalam penelitian ini adalah
terletak pada variabel dependen dan variabel indepennya. Dalam
penelitian Andi, variabel dependen yang digunakan ialah Pendapatan
Asli Daerah (PAD), sedangkan variabel independennya ialah pajak
daerah dan retribusi daerah. Persamaan yang lain dalam penelitian
ini adalah teknik analisis data yang menggunakan analisis regresi
linier berganda, uji f, uji t dan juga terdapat persamaan pada sumber
data yang menggunakan data sekunder. Adapun perbedaan dengan
penelitian ini adalah data time series yang digunakan, dan juga
wilayah dari pengambilan data tersebut. Berdasarkan hasil penelitian
Andi Pilham Mauri dkk menyimpulkan bahwa Retribusi Daerah
berpengaruh positif tapi
Pendapatan

tidak

signifikan terhadap peningkatan

Asli Daerah, sedangkan Pajak Daerah berpengaruh

positif dan signifikan terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah.
Sedangkan Retribusi Daerah dan Pajak Daerah secara bersamasama (simultan) berpengarh

signifikan

terhadap peningkatan

Pendapatan Asli Daerah.
c.

Penelitian ini dilakukan oleh M. Zahari MS yang berjudul “Pengaruh
Pajak dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Sarolangun”.

24

Persamaan dalam penelitian ini adalah

23

Andi Pilham Mauri dkk, “Analisis Pengaruh Penerimaan Retribusi Daerah dan Pajak Daerah
Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Pada Kabupaten Soppeng”, Volume 2 Nomor 1,
Oktober 2017, dalam http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=495774&val=10151&title=ANALISIS%20PENGARUH%20PENERIMAAN
%20RETRIBUSI%20DAERAH%20DAN%20PAJAK%20DAERAH%20TERHADAP
%20PENINGKATAN%20PENDAPATAN%20ASLI%20DAERAH%20%20PADA
%20KABUPATEN%20SOPPENG diakses pada tanggal 22 Mei 2018 pukul 21:34 WIB.
24
M. Zahari MS,”Pengaruh Pajak dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten Sarolangun”, Volume 7 Nomor 6, 2016, dalam http://scholar.google.co.id/citations?

20

terletak pada variabel dependen dan variabel indepennya. Dalam
penelitian Zahari, variabel dependen yang digunakan ialah
Pendapatan Asli Daerah (PAD), sedangkan variabel independennya
ialah pajak daerah dan retribusi daerah. Persamaan yang lain dalam
penelitian ini adalah teknik analisis data yang menggunakan analisis
uji f, uji t dan juga terdapat persamaan pada sumber data yang
menggunakan data sekunder. Adapun perbedaan dengan penelitian
ini adalah data time series yang digunakan, dan juga wilayah dari
pengambilan data tersebut. Berdasarkan hasil penelitian M. Zahari
MS menyimpulkan bahwa retribusi
pengaruh
mempunyai

terhadap Pendapatan
pengaruh

yang

Asli

daerah

tidak mempunyai

Daerah, sedangkan pajak

signifikan

terhadap

Pendapatan Asli Daerah. Sedangkan pajak dan

peningkatan

retribusi daerah

secara simultan berpangaruh terhadap peningkatan pendapatan asli
daerah di Kabupaten Sarolangun.
d.

Penelitian ini dilakukan oleh Rudi Prasetyo yang berjudul “Analisis
Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah”. 25 Persamaan dalam penelitian
ini adalah terletak pada variabel dependen dan variabel indepennya.
Dalam penelitian tersebut variabel dependen yang digunakan ialah
Pendapatan Asli Daerah (PAD), sedangkan variabel independennya
ialah pajak daerah dan retribusi daerah. Persamaan yang lain dalam
penelitian ini adalah teknik analisis data yang menggunakan analisis
uji f, uji t dan juga terdapat persamaan pada sumber data yang
menggunakan data sekunder. Adapun perbedaan dengan penelitian
ini adalah data time series yang digunakan, dan juga wilayah dari
pengambilan data tersebut. Berdasarkan hasil penelitian Rudi

user=CPcYqAgAAAAJ&hl=en diakses pada tanggal 21 Mei 2018 pukul 10:08 WIB.
25
Rudi Prasetyo, “Analisis Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah”, Volume 6, Nomor 3, Maret 2017, dalam
https://ejournal.stiesia.ac.id/jira/article/download/2862/2469 diakses pada tanggal 21 Mei 2018
pukul 11:04 WIB.

21

menyimpulkan bahwa Pajak Daerah berpengaruh positif terhadap
peningkatan PAD, sedangkan Retribusi Daerah berpengaruh tidak
signifikan terhadap peningkatan PAD. Sedangkan Pajak Daerah
dan

Retribusi

Daerah

secara

bersama

berpengaruh positif

terhadap peningkatan PAD.
Tabel 2.1
Penelitian terdahulu
N
o

1.

Nama
Peniliti/
Tahun

Judul Penelitian

Beta Asteria/
2015

Analisis Pengaruh
Penerimaan
Pajak
Daerah
Dan
Retribusi
Daerah Terhadap
Pendapatan Asli
Daerah
Kabupaten/ Kota
di Jawa Tengah

Hasil Penelitian

Pajak
daerah
berpengaruh
signifikan terhadap
Pendapatan
Asli
Daerah (PAD) di
Jawa Tengah
Retribusi
daerah
berpengaruh
signifikan terhadap
Pendapatan
Asli
Daerah (PAD) di
Jawa Tengah
Pajak Daerah dan
Retribusi
Daerah
secara
bersamasama berpengaruh
signifikan terhadap
Pendapatan
Asli
Daerah (PAD) di
Jawa Tengah.

Persamaan

Perbedaan

Penelitian

Penelitian

Dalam
penelitian Beta
Asteria
variabel
dependen yang
digunakan
ialah
Pendapatan
Asli
Daerah
(PAD),
sedangkan
variabel
independenny
a ialah pajak
daerah
dan
retribusi
daerah.
Persamaan
yang
lain
dalam
penelitian ini
adalah teknik
analisis data
yang
menggunakan
analisis
regresi linier
berganda, uji
F, uji t dan

Data
time
series
yang
digunakan, dan
juga wilayah
dari
pengambilan
data tersebut.

22

2.

Andi Pilham
Mauri dkk/
2017

Analisis Pengaruh
Penerimaan
Retribusi Daerah
Dan Pajak Daerah
Terhadap
Peningkatan
Pendapatan Asli
Daerah
Pada
Kabupaten
Soppeng

Retribusi
Daerah
berpengaruh positif
tapi
tidak
signifikan terhadap
peningkatan
Pendapatan
Asli
Daerah Kabupaten
Soppeng
Pajak
Daerah
berpengaruh positif
dan
signifikan
terhadap
peningkatan
Pendapatan
Asli
Daerah Kabupaten
Soppeng
Retribusi
Daerah
dan Pajak Daerah
secara
bersamasama
(simultan)
berpengarh
signifikan terhadap
peningkatan
Pendapatan
Asli
Daerah Kabupaten
Soppeng.

3.

M. Zahari
MS/ 2016

Pengaruh Pajak Retribusi
daerah
dan
Retribusi tidak mempunyai

juga terdapat
persamaan
pada sumber
data
yang
menggunakan
data sekunder.
Sama-sama
menggunakan
variabel
dependen ialah
Pendapatan
Asli
Daerah
(PAD),
sedangkan
variabel
independenny
a ialah pajak
daerah
dan
retribusi
daerah.
Persamaan
yang
lain
dalam
penelitian ini
adalah teknik
analisis data
yang
menggunakan
analisis
regresi linier
berganda, uji
f, uji t dan
juga terdapat
persamaan
pada sumber
data
yang
menggunakan
data sekunder.
Persamaan
dalam

Data
time
series
yang
digunakan, dan
juga wilayah
dari
pengambilan
data tersebut.

Data
series

23

time
yang

Daerah Terhadap
Pendapatan Asli
Daerah
Kabupaten
Sarolangun

4.

Rudi

pengaruh terhadap
Pendapatan
Asli
Daerah
pajak mempunyai
pengaruh
yang
signifikan terhadap
peningkatan
Pendapatan
Asli
Daerah
Secara
simultan
pajak dan retribusi
daerah berpangaruh
terhadap
peningkatan
pendapatan
asli
daerah
di
Kabupaten
Sarolangun

Analisis Pengaruh Pajak

penelitian ini
adalah terletak
pada variabel
dependen dan
variabel
indepennya.
Dalam
penelitian
Zahari,
variabel
dependen yang
digunakan
ialah
Pendapatan
Asli Daerah
(PAD),
sedangkan
variabel
independenny
a ialah pajak
daerah
dan
retribusi
daerah.
Persamaan
yang
lain
dalam
penelitian ini
adalah teknik
analisis data
yang
menggunakan
analisis uji f,
uji t dan juga
terdapat
persamaan
pada sumber
data
yang
menggunakan
data sekunder.
Daerah Persamaan

digunakan, dan
juga wilayah
dari
pengambilan
data tersebut.

Data

24

time

Prasetyo/
2017

Penerimaan Pajak
Daerah
dan
Retribusi Daerah
Terhadap
Peningkatan
Pendapatan Asli
Daerah

berpengaruh positif
terhadap
peningkatan PAD
Retribusi
Daerah
berpengaruh tidak
signifikan terhadap
peningkatan PAD
Pajak Daerah dan
Retribusi
Daerah
secara
bersama
berpengaruh positif
terhadap
peningkatan PAD

dalam
penelitian ini
adalah terletak
pada variabel
dependen dan
variabel
indepennya.
Dalam
penelitian
tersebut
variabel
dependen yang
digunakan
ialah
Pendapatan
Asli
Daerah
(PAD),
sedangkan
variabel
independenny
a ialah pajak
daerah
dan
retribusi
daerah.
Persamaan
yang
lain
dalam
penelitian ini
adalah teknik
analisis data
yang
menggunakan
analisis uji f,
uji t dan juga
terdapat
persamaan
pada sumber
data
yang
menggunakan
data sekunder.

series
yang
digunakan, dan
juga wilayah
dari
pengambilan
data tersebut.

25

3.

Kerangka Konseptual
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu mengenai
hubungan antara variabel dependen (Pendapatan Asli Daerah (PAD))
dengan variabel independen adalah (pajak daerah dan retribusi daerah)
maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut:
Pajak Daerah (X1)
Pendapatan Asli Daerah (Y)
Retribusi Daerah (X2)

Gambar 1.1
Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli
Daerah

Hubungan-hubungan antar variabel di atas dijelaskan bahwa
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan variabel Y, dan variabel
Pajak Daerah sebagai variabel X1, dan Retribusi Daerah sebagai X2.
Dalam penelitian ini variabel pajak daerah dan retribusi daerah akan
dianalisis dan diuji kebenarannya apakah terdapat pengaruh terhadap
variabel Pendapatan Asli Daerah, yaitu dengan menggunakan analisis
regresi linier berganda.
4.

Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan sementara tentang adanya sesuatu atau
kemungkinan adanya sesuatu, dengan diiringi perkiraan mengapa atau
apa sebabnya adanya demikian.26 Dengan demikian, hipotesis masih
harus dibuktikan kebenarannya melalui suatu penelitian. Berdasarkan
latar belakang masalah, perumusan masalah, landasan teori dan kerangka
berfikir, maka dirumuskan hipotetsis sebagai berikut:

26

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2012), hlm. 48.

26

a.

H1: Pajak Daerah berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) di Kabupaten Tulungagung pada tahun 2011-2016

b.

H2: Retribusi Daerah berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Tulungagung pada tahun 20112016

c.

H3: Pajak Daerah dan Retribusi Daerah secara bersama-sama
berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten
Tulungagung pada tahun 2011-2016

I. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
korelasi ataupun pengaruh independent variable terhadap dependent
variable.27 Metode penelitian kuantitatif diistilahkan dengan model formal.
Makna formal menunjukkan suatu metode pengukuran peristiwa
kehidupan, dalam bentuk angka bukan hanya huruf.28
Jadi penelitian kuantitaif adalah penelitian yang digunakan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen dan menguji teori-teori yang muncul karena munculnya
suatu gejala atau fenomena dengan menggunakan bentuk angka atau
statistik.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
asosiatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat
dibangun

suatu

teori

yang

dapat

berfungsi

untuk

menjelaskan,

meramalkan, dan mengontrol suatu gejala. Dalam pendekatan penelitian
asosiatif ini, minimal terdapat dua variabel yang dihubungkan. Bentuk
hubungan dalam penelitian yang dilakukan penulis adalah sebab akibat
27

Mohammad Mulyadi, “Penelitian Kuantitati Dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar
Menggabungkannya”, Volume 15 Nomor 1, juni 2011 dalam
https://media.neliti.com/media/publications/134513-ID-penelitian-kuantitatif-dan-kualitatif-se.pdf
diakses pada tanggal 22 Mei 2018 pukul 23:00 WIB.
28
Rokhmat Subagiyo, Metode Penelitian Ekonomi Islam: Konsep dan Penerapan, (Jakarta:
Alim’s Publishing, 2017), hlm. 19.

27

(kausal), yaitu hubungan yang bersifat mempengaruhi dua variabel atau
lebih.
2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan yang
sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.29 Populasi dalam penelitian
ini adalah Kabupaten Tulungagung Propinsi Jawa Timur. Kriteria yang
digunakan dalam pemilihan sampel penelitian ini adalah Kabupaten
Tulungagung yang menerbitkan pajak daerah, retribusi daerah dan PAD
Kabupaten Tulungagung secara time series pada tahun 2011-2016 melalui
website resmi Badan Pusat Statistik Tulungagung.
Teknik pengumpulan sampel yang digunakan penulis yaitu
pengambilan sampel tanpa peluang (non probability sampling), artinya
semua elemen populasi belum tentu memiliki peluang yang sama untuk
dipilih menjadi angggota sampel. Cara ini juga sering disebut sebagai
pengambilan

sampel

berdasarkan

pertimbangan

karena

dalam

pelaksanaannya digunakan pertimbangan tertentu oleh peneliti.
3. Sumber Data dan Variabel
Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi,
telah dikumpulkan oleh pihak lain. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data yang diperoleh berdasarkan runtun waktu (time series)
dengan periode penelitian tahun 2011 sampai dengan tahun 2016. Data
tersebut diperoleh dari laporan reaslistik tahun 2011 sampai tahun 2016
yang telah dipublikasikan oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Tulungagung dan Badan Pusat Statistik Kabupaten
Tulungagung. Data tersebut terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah dan
pendapatan asli daerah (PAD).
29

Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014),
hlm. 77.

28

Variabel dalam peneitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu variabel
independen dan variabel dependen.
a. Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel
dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pajak
daerah dan retribusi daerah di Kabupaten Tulungagung tahun 20112016.
b. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi variabel
independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pendapatan
Asli Daerah di Kabupaten Tulungagung tahun 2011-2016. PAD dapat
diukur atau dihitung dengan rumus sebagai berikut:
PAD = Pajak Daerah + Retribusi Daerah + Bagian Laba Perusahaan
Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Daerah yang Dipisahkan + Pos
Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
4. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan
data yang menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
a. Dokumenter
Teknik dokumenter digunakan untuk mengumpulkan data berupa
data-data tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta
pemikiran tentang fenomena yang aktual dan sesuai dengan masalah
penelitian.

Teknik

dokumentasi

berproses

dan

berawal

dari

menghimpun dokumen, memilih-memilih dokumen sesuai dengan
tujuan penelitian, mencatat dan menerangkan, menafsirkan dan
menghubungkan dengan fenomena lain. Penelitian ini mengambil data
dari situs resmi Badan Pusat Statistik (tulungagungkab.bps.go.id)
periode 2011-2016.
b. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah menelaah maupun mengutip langsung dari sumber
tertulis lainnya yang berhubungan dengan masalah yang dapat
digunakan sebagai landasan teorinya. Atau dengan menggunakan

29

fasilitas atau sarana perpustakaan untuk melengkapi data yang sudah
ada.
5. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik
fenomena ini disebut variabel penelitian. Jumlah instrumen penelitian
tergantung pada jumlah variabel yang ditetapkan untuk diteliti. 30 Pada
penelitian ini peneliti menggunakan instrumen penelitian yang akan
diperoleh data dari laporan PAD Tulungagung periode 2011-2016.
6. Teknik Analisis Data
Tujuan analisis data dalam penelitian kuantitatif adalah mencari
makna di balik data melalui pengukuran subjek pelakunya. Analisis data
yang