Pengaruh Return on Equity, Debt to Equity Ratio dan Price Earnings Ratio Terhadap Price to Book Value Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Investasi saham property dan real estate adalah salah satu pilihan investasi
yang menarik. Industri property memiliki supply lahan yang terbatas sementara demand-nya terus bertambah. Dengan kondisi tersebut, dalam jangka panjang industri ini akan memilki prospek yang baik. Dengan pertimbangan tersebut, saham di sektor properti layak dipertimbangkan sebagai pilihan investasi.
Definisi property menurut SK Menteri Perumahan Rakyat no.05/KPTS/BKP4N/1995, Ps 1.a:4 property adalah hak tanah dan atau bangunan permanen yang menjadi objek pemilik dan pembangunan. Real estate merupakan tanah dan semua peningkatan permanen di atasnya termasuk bangunan-bangunan, seperti gedung, pembangunan jalan, tanah terbuka, dan segala bentuk pengembangan lainnya yang melekat secara permanen. Property adalah industri real estate ditambah dengan hukum-hukum seperti sewa dan kepemilikan. Produk yang dihasilkan dari industri property dan real estate dapat berupa perumahan,
apartment , rumah toko, rumah kantor, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan berupa mall, plaza, atau trade center.
Perkembangan industri real estate dan property begitu pesat saat ini dan akan
semakin besar di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah penduduk sedangkan supply tanah bersifat tetap. Diawal tahun 1968, industri real estate dan property mulai bermunculan dan mulai tahun 1984, industri real estate dan property sudah mulai terdaftar di BEI. Adapun jumlah perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI pada tahun 2013 berjumlah 46 perusahaan.
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Price to Book Value
Nilai perusahaan merupakan penilaian investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya pada akhir tahun berjalan yang tercermin pada harga saham perusahaan. Jadi harga saham merupakan cerminan nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan, sebaliknya semakin rendah harga saham maka nilai perusahaan juga rendah atau kinerja perusahaan kurang baik. Nilai perusahaan diukur dengan price to book value yaitu rasio yang mengukur nilai perusahaan dengan membandingkan harga saham per lembar saham.
Sebuah saham dianggap terlalu mahal atau tinggi jika price to book
value saat ini saham tersebut sudah di atas rata-rata price to book value
historisnya. Demikian sebaliknya, suatu saham dianggap masih murah atau wajar jika price to book value saham tersebut saat ini berada di bawah atau sama dengan rata-rata price to book value historisnya.
Price to book value merupakan rasio yang sudah secara luas dipakai
diberbagai analisis sekuritas dunia. Rasio price to book value ini didefinisikan sebagai perbandingan nilai pasar suatu saham (stock’s market
value ) terhadap nilai bukunya sendiri (perusahaan) sehingga kita dapat
mengukur tingkat harga saham apakah overvalued atau undervalued.Perhitungannya dilakukan dengan membagi harga saham (closing price) dengan nilai buku per sahamnya.
Untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan baik, umumnya rasio ini mencapai di atas satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio price to book value semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan (Husnan, 1998).
Semakin rendah nilai price to book value suatu saham maka saham tersebut dikategorikan undervalued, yang mana sangat baik untuk memutuskan investasi jangka panjang. Nilai rendah price to book value ini disebabkan oleh turunnya harga saham, sehingga harga saham berada di bawah nilai bukunya atau nilai sebenarnya.
Namun, rendahnya nilai price to book value ini juga dapat mengindikasikan menurunnya kualitas dan kinerja fundamental emiten yang bersangkutan. Oleh karena itu, nilai price to book value harus kita bandingkan juga dengan price to book value sektor yang bersangkutan.
Apabila terlalu jauh perbedaannya dengan price to book value industrinya maka sebaiknya perlu dianalisis lebih dalam lagi. Menariknya, price to book
value ini juga memberikan sinyal kepada investor apakah harga yang kita
investasikan kepada perusahaan tersebut terlalu tinggi atau tidak jika diasumsikan perusahaan bangkrut tiba-tiba (bankrupt immediately). Karena jika perusahaan bangkrut, maka kewajiban utamanya membayar utang terlebih dahulu, baru sisa aset (kalau ada) dibagikan kepada para pemegang saham. Kelemahan rasio keuangan ini adalah nilai ekuitas dipengaruhi langsung oleh saldo laba perusahaan.
Beberapa nilai yang berhubungan dengan saham yaitu nilai buku (book value), nilai pasar (market value) dan nilai intrinsik (intrinsic value).
Mengetahui nilai pasar dan nilai intrinsik dapat digunakan untuk mengetahui saham-saham mana yang murah, tepat nilainya atau mahal.
1. Nilai buku Nilai buku (book value) per lembar menunjukkan aktiva bersih (net
assets ) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu
lembar saham. Karena aktiva bersih sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar (Hartono, 2000).
2. Nilai pasar Nilai pasar berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di pasar bursa (Hartono, 2000). Nilai pasar dari ekuitas mencerminkan harapan investor terhadap
earnings dan arus kas perusahaan di masa yang akan datang. Nilai
intrinsik 3. Nilai intrinsik adalah nilai sebenarnya dari saham. analisis fundamental untuk menghitung nilai intrinsik Hartono (2000 : 89), antara lain :
a.
Pendekatan Present Value
Pendekatan nilai saat ini (present value) dari suatu saham adalah sama dengan present value arus kas yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham tersebut. Dividen merupakan arus kas bagi para pemegang saham menurut pendekatan the dividen discount model. Model ini dikembangkan menjadi dua model pendekatan yaitu : 1)
Dividen Konstan Tidak Bertumbuh (Zero Growth Model) Model ini didasarkan pada asumsi :
a) Keuntungan tidak berubah setiap tahunnya
b) Semua keuntungan dibagikan sebagai dividen
Sehingga harga saham dirumuskan : P o =
Dimana : Po = Harga saham (nilai instrinsik) D = Dividen r = Required rate of return (tingkat keuntungan yang dianggap relevan atau diharapkan)
2) Pertumbuhan Dividen yang Konstan (Constant Growth Model)
Model ini didasarkan pada asumsi :
a) Tidak semua laba dibagikan
b) Laba ditahan diinvestasikan kembali
Sehingga harga saham dirumuskan :
1 P
o =
−
Dimana : Po = Harga saham (nilai instrinsik) D1 = Dividen pada periode 1 k = Required rate of return (tingkat keuntungan yang dianggap relevan atau diharapkan) g = Growth of rate (pertumbuhan laba atau dividen di masa yang akan datang) b.
Pendekatan Price Earning Ratio (PER) Dalam pendekatan ini harga saham (nilai instrinsik) dirumuskan sebagai berikut :
Dimana : Po = harga saham (nilai instrinsik) EPS = Earning Per Share (laba per saham) PER = Price Earning Ratio
2.1.2. Keunggulan Price to Book Value
Menurut Murhadi (2009:148) ada beberapa alasan mengapa investor menggunakan rasio harga terhadap nilai buku (price to book value) dalam analisis investasi: pertama, nilai buku sifatnya relatif stabil. Bagi investor yang kurang percaya terhadap estimasi arus kas, maka nilai buku merupakan cara yang paling sederhana untuk membandingkannya. Kedua, adanya praktik akuntansi yang relatif standar diantara perusahaan-perusahaan menyebabkan price to book value dapat dibandingkan antar berbagai perusahaan yang akhirnya dapat memberikan signal apakah nilai perusahaan
under atau overvaluation. Terakhir, pada kasus perusahaan yang memiliki
earnings negatif maka tidak memungkinkan mempergunakan price earnings
ratio , sehingga penggunaan price to book value dapat menutupi kelemahan
yang ada pada price earnings ratio.2.1.3. Kelemahan Price to Book Value
Namun ada beberapa kekurangan sehubungan dengan penggunaan rasio price to book value yakni: satu, nilai buku sangat dipengaruhi oleh kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan. Apabila penggunaan standar akuntansi yang berbeda di antara perusahaan-perusahaan maka ini akan mengakibatkan rasio price to book value tidak dapat diperbandingkan. Kedua, nilai buku mungkin tidak banyak artinya bagi perusahaan berbasis teknologi dan jasa karena perusahaan-perusahaan tersebut tidak memiliki aset nyata yang signifikan. Ketiga, nilai buku dari ekuitas akan menjadi negatif bila perusahaan selalu mengalami earnings yang negatif sehingga akan mengakibatkan nilai rasio price to book value juga negatif (Murhadi, 2009:148).
2.1.4. Signalling Theory
Godfrey et al. (2006) mengatakan teori signal berbicara mengenai manajer yang menggunakan akun-akun dalam laporan keuangan untuk memberikan tanda atau signal harapan dan tujuan masa depan. Menurut teori ini, jika manajer mengharapkan suatu tingkat pertumbuhan perusahaan yang tinggi di masa depan, mereka akan berusaha memberikan signal itu terhadap investor melalui akun-akun. Konsekuensi logis dari teori signal adalah ada banyak insentif untuk seluruh manajer untuk memberikan signal harapan keuntungan masa depan karena jika investor mempercayai signal tersebut, nilai perusahaan akan naik dan pemegang saham akan diuntungkan.
Keputusan manajer yang juga dapat dijadikan sinyal bahwa perusahaan berkinerja baik adalah perusahaan yang memutuskan mengambil dana dari eksternal. Perusahaan berani mengambil dana eksternal untuk membiayai suatu proyek meupakan suatu sinyal bahwa proyek tersebut memiliki nilai intrinsik yang tinggi. Penambahan hutang baru juga dapat menjadi sinyal karena hanya perusahaan yang prospek pendapatannya relatif stabil yang berani menambah hutang
Berdasarkan pembahasan teori signal di atas, pihak internal perusahaan atau manajemen membuat dan mempublikasikan laporan keuangan yang didalamnya terdapat angka-angka yang menunjukkan return
on equity, debt to equity ratio, price earnings ratio dan price to book value
dengan tujuan memberikan signal kepada investor mengenai kinerja mereka.Pemberian signal mengenai kinerja mereka diharapkan dapat menarik investor untuk berinvestasi pada perusahaan mereka dengan menggunakan laporan keuangan sebagai pertimbangan mereka. Dengan laporan keuangan menjadi bahan pertimbangan investor, maka investor akan melakukan analisis terhadap laporan keuangan. Munawir (2001) mengatakan salah satu alat analisis laporan keuangan adalah analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan terdiri dari rasio likuiditas, aktivitas, leverage, dan profitabilitas. Bila hasil analisis laporan keuangan menunjukkan kinerja perusahaan yang baik, maka investor akan tertarik untuk membeli saham perusahan yang bersangkutan dan dapat meningkatkan nilai perusahaan di pasar modal.
2.1.5. Teori Struktur Modal
Dalam keadaan ada pajak, Modigliani dan Miller (1958) berpendapat bahwa keputusan pendanaan menjadi relevan. Hal ini disebabkan oleh karena pada umumnya bunga yang dibayarkan (karena menggunakan hutang) bisa dipergunakan untuk mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak (tax deductible). Dengan kata lain, apabila ada dua perusahaan yang memperoleh laba operasi yang sama, tetapi yang satu menggunakan hutang dan membayar bunga sedangkan satunya tidak, maka perusahaan yang membayar bunga akan membayar pajak penghasilan yang lebih kecil karena menghemat membayar pajak merupakan manfaat bagi pemilik perusahaan, maka tentunya nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan lebih besar dari nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang. Karena itu Modigliani dan Miller (1958) berpendapat bahwa nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan lebih besar daripada nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang.
2.1.6. Investasi
Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2005:4).
Umumnya inevestasi dibedakan menjadi dua, yaitu: investasi pada aset-aset finansial dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, surat berharga pasar uang. Investasi dapat juga dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi, dll. Sedangkan investasi pada aset riil dapat berbentuk pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan. Tujuan investasi sendiri untuk mendapatkan keuntungan yang berupa dividen maupun selisih dari penjualan saham itu sendiri.
2.1.7. Saham
Menurut Tandelilin (2001), saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Pemilik saham akan menerima penghasilan dalam bentuk dividen dan dividen ini akan dibagikan kepada pemegang saham apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban. Berbeda dengan penghasilan bunga yang mudah dihitung, maka laba yang diperoleh perusahaan sulit diukur potensinya. Oleh karena itu, saham merupakan sekuritas yang memberikan penghasilan yang tidak tetap. Selain penghasilan berupa dividen, keuntungan yang diharapkan pemegang saham adalah selisih harga saham. Bila harga jual saham lebih tinggi dibanding dengan harga belinya, maka investor akan memperoleh capital gain, tetapi bila harga jualnya lebih rendah dibanding dengan harga beli saham, investor akan mendapatkan capital loss.
2.1.8. Laporan Keuangan
Menurut Myer (1961) yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah: Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar laba rugi. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan –perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak dibagikan”. Menurut Sjahrial (2013), laporan keuangan pada umumnya laporan neraca, rugi-laba, laporan ekuitas pemegang saham dan arus kas:
1. Laporan Neraca (Balance Sheet Statement) Laporan neraca adalah ringkasan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu yang menunjukkan total aktiva dengan total kewajiban ditambah total ekuitas pemilik. Total aktiva terdiri dari aktiva lancar, investasi jangka panjang serta aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud.
Total pasiva terdiri dari utang lancar, utang tidak lancar, serta ekuitas pemilik.
2. Laporan Rugi-Laba (Income Statement) Laporan rugi laba adalah ringkasan pendapatan dan beban, biaya perusahaan dalam periode tertentu diakhiri dengan laba laba atau rugi bersih periode akuntansi tertentu.
3. Laporan Ekuitas Pemegang Saham (Statement of Shares’holder Equity) Laporan ekuitas pemegang saham menyajikan perubahan-perubahan pada pos-pos ekuitas. Pada umumnya, rincian pos-pos ekuitas, yaitu modal saham (biasa dan preferen), tambahan modal disetor, laba ditahan, saham treasury.
4. Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement) Laporan arus kas menunjukkan kas masuk (cash in) dan kas keluar (cash
out ) dari aktivitas operasi, pendanaan, dan investasi selama suatu periode akuntansi tertentu.
5. Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan . Catatan atas laporan keuangan yang pertama memberikan ikhtisar kebijakan akuntansi. Jika telah terjadi perubahan kebijakan akuntansi selama periode pelaporan, maka perubahan tersebut akan dijelaskan dan dampaknya dikuantifikasi dalam catatan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secara periodik yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan. Jadi laporan keuangan adalah bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu
progress report terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari kombinasi
antara fakta yang telah dicatat, prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi dan pendapat pribadi manajemen perusahaan yang bersangkutan.
2.2. Penelitian Terdahulu
Marlina (2013) meneliti pengaruh earning per share, return on equity,
debt to equity ratio dan size terhadap price to book value. Peneliti menggunakan
22 perusahaan food and beverage di BEI periode 2006-2010 sebagai sampel penelitian. Hasil penelitian dengan analisis regresi menunjukkan bahwa earning
per share, return on equity, debt to equity ratio berpengaruh positif signifikan
terhadap price to book value. Size berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
price to book value. Earning per share , return on equity, debt to equity ratio, dan size secara simultan berpengaruh signifikan terhadap price to book value.
Prasetia, dkk (2014) melakukan penelitian dengan menggunakan sampel 10 perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI periode 2009-2012. Variabel yang diteliti adalah struktur modal, ukuran perusahaan, risiko perusahaan dan nilai perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan seluruh variabel independen dalam penelitian ini berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Stuktur modal mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, risiko perusahaan mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Perusahaan sebaiknya memperhatikan struktur modal, ukuran perusahaan dan risiko perusahaan sehingga dapat meningkatkan harga saham dan berdampak pada nilai perusahaan dimata investor.
Hidayati (2009) meneliti pengaruh return on asset, return on equity, kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan. Peneliti menggunakan 24 perusahaan manufaktur di BEI periode 2005-2007 sebagai sampel penelitian. Hasil penelitian dengan analisis regresi menunjukkan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. ROE terbukti tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini terjadi karena adanya penurunan terhadap rata-rata ROE yang disebabkan banyaknya perusahaan sampel yang mengalami kerugian.
Kepemilikan manajerial juga terbukti tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya saham yang dimiliki manajerial dalam perusahaan sampel membuat kinerja manajemen juga cenderung rendah sehingga tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
Sari (2013) meneliti pengaruh profitabilitas, leverage, economic value
added dan risiko sistematis terhadap nilai perusahaan kategori LQ45 yang
terdaftar di BEI. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan kategori LQ45 yang terdaftar Bursa Efek Indonesia periode tahun 2008-2011 sebanyak 70 perusahaan dengan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan sampel yang memenuhi kriteria adalah sebanyak 22 perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian profitabilitas berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan. Economic value added berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan. Risiko sistematis dan leverage tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.
Sari (2013) meneliti pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009-2011 diperoleh 35 perusahaan yang bisa dijadikan sampel dengan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian ini adalah keputusan investasi yang diukur dengan price earning ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan price book value, keputusan pendanaan yang diukur dengan debt to equity ratio berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan yang dukur dengan price book value dan kebijakan dividen yang diukur dengan dividend payout ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan yang dikur dengan price book value.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti (tahun) Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian1. Marlina (2013) Pengaruh Earning Per
Value Variabel Independen : Earning Per Share, Return On Equity, Debt to Equity Ratio Variabel dependen: Price to Book Value EPS, ROE, DER berpengaruh positif signifikan terhadap PBV.
Variabel independen: Return on Assets, Debt to Equity Ratio, Economic Value Added.
Sumber: Berbagai jurnal yang diolah
Keputusan investasi yang diukur dengan price earning ratio dan kebijakan dividen yang diukur dengan dividend payout ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, keputusan pendanaan yang diukur dengan debt to equity ratio berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
Variabel independen: Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Dividen Variabel dependen:
Nilai Perusahaan
5. Sari (2013) Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan.
Profitabilitas dan Economic Value Added berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan. Leverage dan risiko sistematis tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.
Variabel dependen: Firm Value
Perusahaan Kategori LQ45 yang Terdaftar di BEI)
Size berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap PBV. EPS,
Share, Return On Equity, Debt to Equity Ratio dan Size Terhadap Price to Book
4. Sari (2013) Pengaruh Profitabilitas, Leverage, EVA dan Risiko Sistematis
ROA berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. ROE, kepemilikan manajerial terbukti tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
3. Hidayati (2009) Pengaruh ROA, ROE dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Periode 2009- 2011) Variabel independen: ROA, ROE, Kepemilikan Manajerial Variabel dependen: Price to Book Value
Variabel independen: Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Risiko Perusahaan Variabel dependen:
Nilai Perusahaan
Secara simultan seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Stuktur modal dan risiko perusahaan mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.2. Prasetia (2014) Struktur Modal, Ukuran Perusahaan dan Risiko Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar di BEI
ROE , DER, dan Size secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Price to Book Value.
Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada
2.3. Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang penelitian yang dikemukakan di atas dan berdasarkan penelitian terdahulu dapat diberikan gambaran kerangka berfikir sesuai dengan permasalahan yang ada dengan tujuan untuk mempermudah analisis, yaitu :
Return on Equity ( ) Price to Book Value Debt to Equity Ratio ( )
(Y) Price Earnings Ratio ( )
Gambar 2.1 Kerangka KonseptualReturn on equity merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah
pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik (Kasmir, 2008). Return on equity menggambarkan sejauh mana perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham. Rasio ini sangat diperhatikan oleh para pemegang saham. Para pemegang saham lebih memilih return on equity yang tinggi, karena tingginya
return on equity mengindikasikan keuntungan yang tinggi dibandingkan dengan
besarnya investasi yang telah mereka lakukan. Dengan kata lain semakin tinggi
return on equity menunjukkan penggunaan modal sendiri yang dimiliki
perusahaan semakin tinggi dapat menghasilkan laba bersih setelah pajak, maka semakin banyak investor yang akan menginvestasikan dananya, sehingga akan meningkatkan nilai price to book value perusahaan (Arbaini, 2012). Pendapat ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nasehah (2012) yang menyatakan bahwa return on equity berpengaruh positif terhadap price to book value.
Berdasarkan pemikiran diatas maka hipotesis yang dapat diajukan adalah: H1: Return on equity berpengaruh positif terhadap price to book value.
Debt to equity ratio dihitung dengan membandingkan total hutang dengan
total modal sendiri. Pada tingkat tertentu, rasio debt to equity ratio dapat memberikan nilai terhadap perusahaan karena bisa digunakan umtuk meningkatkan produksi perusahaan yang akhirnya bisa meningkatkan laba. Akan tetapi, rasio debt to equity ratio yang terlalu tinggi akan merugikan bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan akan menanggung biaya modal yang besar sehingga laba yang diperoleh akan habis untuk membayar biaya modal tersebut (Sari, 2013).
Berbagai penelitian juga telah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara debt to equity ratio dengan price to book value yaitu penelitian yang dilakukan oleh Nasehah (2012). Hasil penelitiannya mengemukakan bahwa debt
to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap price to book value. Debt to
equity ratio tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini
mengindikasikan apabila perusahaan menambah atau mengurangi sumber pendanaannya tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan secara keseluruhan (Sari, 2013). Berdasarkan hasil penelitian Marlina (2013) yang menyatakan bahwa
debt to equity ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap price to book
value . Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa variabel struktur modal ternyata
signifikan secara statistik pada taraf alfa sebesar 1% (8.59). Sehingga sub hipotesis (H2a) yang menyatakan bahwa struktur modal (CS) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dapat diterima atau tidak ditolak. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan struktur modal mampu meningkatkan nilai perusahaan.
Hasil penelitian Hidayati (2010) , debt to equity ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap price to book value, maka sebaiknya perusahaan dalam menentukan struktur modalnya tidak sepenuhnya dibiayai dengan hutang. Meskipun dengan adanya hutang, perusahaan akan mendapatkan penghematan atas pajak, akan tetapi penggunaan hutang yang terlalu besar juga akan menyebabkan perusahaan akan semakin terbeban dalam pembayaran beban bunga sehingga akan menimbulkan risiko kebangkrutan yang semakin tinggi. Sejauh manfaat lebih besar, tambahan hutang masih diperkenankan. Apabila pengorbanan karena penggunaan hutang sudah lebih besar, maka tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan.
Nasehah (2012) menguji pengaruh return on equity dan debt to equity
ratio terhadap price to book value perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel 14 perusahaan dan periode waktu dari tahun 2007 – 2010.
Hasil penelitian menunjukkan return on equity dan debt to equity ratio secara bersama-sama berpengaruh terhadap price to book value. Berdasarkan pemikiran diatas maka hipotesis adalah: H2 : DER berpengaruh positif terhadap price to book value.
Price earnings ratio adalah salah satu rasio yang paling sering digunakan karena cukup mudah dipahami oleh investor maupun calon investor.
Nilai price earnings ratio yang rendah memberikan informasi kepada investor bahwa harga saham perusahaan pada kondisi murah atau layak untuk dibeli karena berpotensi naik. Bagi pihak perusahaan, dampak price earnings
ratio mencerminkan indikator yang baik untuk menentukan stock return dimasa
yang akan datang, dimana jika semakin tinggi price earnings ratio maka semakin tinggi pula harga per lembar saham suatu perusahaan dan mengindikasikan nilai perusahaan yang bagus, sehingga saham perusahaan tersebut termasuk blue chip dalam pasar modal.
Investor memiliki tanggapan yang berbeda terhadap nilai price earnings
ratio yang dimiliki perusahaan, semua itu tergantung pada preferensi masing-masing
investor. Investor yang suka mengambil risiko (risk seeker) memiliki kecenderungan untuk berspekulasi sehingga lebih menyukai price earnings ratio yang semakin tinggi. Price earnings ratio yang semakin tinggi menunjukkan bahwa harga saham semakin meningkat dan dari peningkatan harga saham tersebut berpotensi mendatangkan keuntungan atas selisih harga saham yang terjadi. Investor yang cenderung menghindari risiko (risk averter) lebih menyukai nilai price earnings ratio yang rendah sebab nilai price earnings ratio yang rendah menunjukkan semakin besarnya dividen yang dibagikan serta semakin cepat kembalinya modal atas investasi yang dilakukan dan dengan harapan apabila mereka membeli saham yang harganya saat itu murah akan mendatangkan
stock return yang lebih tinggi jika kemudian harganya kembali naik. Jadi, price
earnings ratio dilihat investor sebagai ukuran kemampuan menghasilkan laba
dimasa depan dari suatu perusahaan.Price earnings ratio dipandang oleh para investor sebagai ukuran kekuatan
perusahaan untuk memperoleh laba di masa yang akan datang (future earning
power ). Price earnings ratio menunjukkan besarnya harga setiap rupiah
laba perusahaan. Di samping itu, price earnings ratio juga merupakan ukuran harga relatif dari sebuah saham perusahaan. Oleh karena itu, price earnings ratio dapat dijadikan sebagai salah satu kriteria keputusan investasi saham. Nilai price
earnings ratio juga mencerminkan nilai suatu perusahaan atau prospek perusahaan.
Sari (2013) meneliti pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011 yang berjumlah 35 perusahaan. Untuk variabel keputusan investasi yang diukur dengan
price earnings ratio (PER) mempunyai nilai signifikan 0,003 lebih kecil dari taraf
nyata yaitu 0,05. Berarti dapat disimpulkan keputusan investasi yang diukur dengan price earning ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan price to book value (PBV). Berdasarkan pemikiran diatas maka hipotesis yang diajukan adalah:
H3: Price earnings ratio berpengaruh positif terhadap price to book value.
2.4. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian adalah:
Return on equity, debt to equity ratio, price earnings ratio berpengaruh
signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap price to book value perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.