Pengaruh Current Ratio dan Debt Ratio Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH CURRENT RATIO DAN DEBT RATIO TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY

DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH :

ARTATI 130521051

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

PENGARUH CURRENT RATIO DAN DEBT RATIO TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh current ratio dan debt ratio terhadap financial distress pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menggunakan model Alman Z”-score pada tahun 2011-2014. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 16 (Enam belas) perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel jenuh, sedangkan analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara serempak current ratio dan debt ratio berpengaruh signifikan terhadap financial distress pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2011-2014. Secara parsial current ra tio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan debt ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2014.


(3)

ABSTRACT

EFFECT OF CURRENT RATIO AND DEBT RATIO OF FINANCIAL DISTRESS IN PROPERTY AND REAL ESTATE LISTED IN

INDONESIA STOCK EXCHANGE

This study aims to identify and analyze the influence of current ratio and debt ratio to financial distress at the company's property and real estate in the Indonesia Stock Exchange (BEI) using the model Alman Z "-score in 2011-2014. The sample used in this study was 16 (Sixteen) property and rea l estate companies listed on the Stock Exchange. The sampling technique used is saturated samples, whereas the method of analysis used is multiple linear regression analysis. The results showed that simultaneous current ratio and debt ratio significantly influence financial distress in the property and real estate companies listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI) in the period 2011-2014. Partially current ratio negative and significant impact on the financial distress in the property and real estate companies listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI). While the debt ratio and significant positive effect on the financial distress in the property and real estate companies listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI) Period 2011-2014.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah Swt segala berkat, kasih dan rahmat-Nya, terutama dalam perkuliahan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH CURRENT RATIO DAN

DEBT RATIO TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN

PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.

Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua terkasih ayahanda Alm. Paino dan Ibunda Ariani yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi peneliti serta selalu memberikan yang terbaik kepada peneliti.

Peneliti juga telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penelitian skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M. Ec. Ac. Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME dan Ibu Dra. Marhayanie, M. Si., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M. Si., dan Ibu Dra. Friska Sipayung, M. Si., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(5)

4. Bapak Drs. Syahyunan, M. Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan koreksi dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Beby Kendida, M. Si., selaku Dosen Pembaca Penilai yang banyak membantu dan membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Kakak peneliti (Poppy Syahfriana S. Pd, M. Si., Vivi Agus Andreana, Nova Trimalinda) yang selalu memotivasi sehingga skripsi ini selesai tepat pada waktunya.

7. Sahabat peneliti (Devi Masriani Amd, Citra Amelia Amd, Sakti Parlindungan Amd, Arif Hidayat Amd, Nova Christina Panggabean SE, Ade Soraya lbs S.Ab, Auliyani S.Kom) yang sudah membantu peneliti menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya.

8. Relawan Palang Merah Indonesia yang sudah memberika kehidupan atas dasar kemanusiaan.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, November 2015

Yang Membuat Pernyataan,

Artati


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

ABSTRACK………. ii KATA PENGANTAR ………. iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR……… viii

DAFTAR LAMPIRAN ……… ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... ………. 1

1.2 Perumusan Masalah ... 16

1.3 Tujuan Penelitian ... 16

1.4 Manfaat Penelitian ... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 18

2.1.1 Laporan Keuangan ... 18

2.1.2 Jenis-jenis Laporan Keuangan ... 19

2.1.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan ... 20

2.1.4 Analisis Laporan Keuangan ... 21

2.1.5 Analisis Rasio Keuangan ... 24

2.1.6 Prediksi Financial Distress ... 37

2.1.7 Indikator Terjadinya Fnancial Distress ... 39

2.1.8 Analisis Prediksi Financial Distress Model Alman ... 40

2.1.9 Manfaat Prediksi Financial Distress ... 43

2.2Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 44

2.3 Kerangka Konseptual ... 47

2.4 Hipotesis ... 50

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 51

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 51

3.3 Batasan Operasional ... 51

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 52

3.4.1 Variabel Independen ... 52

3.4.2 Variabel Dependen ... 53

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 54

3.6 Jenis Data dan Sumber Data ... 56

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 56

3.8 Teknik Analisis Data ... 56

3.8.1 Analisis Deskriptif ... 56


(7)

3.9 Uji Asumsi Klasik ... 57

3.9.1 Pengujian Hipotesis ... 60

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 63

4.2 Hasil Penelitian ... 78

4.2.1 Analisis Deskriptif ... 78

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 79

4.2.2.1 Uji Normalitas ... 79

4.2.2.1.1 Analisis Statistik ... 79

4.2.2.1.2 Analisis Grafik ... 80

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ... 82

4.2.2.3 Uji Heteroskedisitas ... 83

4.2.2.4 Uji Autokorelasi ... 84

4.2.3 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 84

4.2.4 Hasil Uji Hipotesis ... 85

4.2.4.1 Uji F(F-test) ... 85

4.2.4.2 Uji t (t-test) ... 86

4.3 Pembahasan ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………. 90

5.2 Saran ………... 90

DAFTAR PUSTAKA ……… 92


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Daftar Aktiva Lancar dan Hutang Lancar Perusahaan

Property dan Real Estate……….... 8

1.2 Daftar Total Hutang dan Total Asset Perusahaan Property dan Real Esate……… 12

2.1 Tabel Klasifikasi Alman Z-Score………... 41

2.2 Tabel Klasifikasi Alman Z’-Score……….. 42

2.3 Tabel Klasifikasi Alman Z”-Score………. 43

2.4 Riview Penelitian Terdahulu……….. 45

3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian……….. 54

3.2 Daftar Sampel Perusahaan Property dan Real Estate……. 55

3.3 Operasinalisasi Indikator Variabel dan Pengukuran Variabel Alman Z”-Score………... 55

4.1 Hasil Analisis Deskriptif Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI……….. 78

4.2 Hasil Analisis Statistik pada Perusahaan Property dan Real Estateyang Terdaftar di BEI……….. 79

4.3 Hasil Uji Multikolinearitas……….. 82

4.4 Hasil Uji Autokorelasi……… 84

4.5 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda……… 84

4.6 Hasil Uji F (F-test)………. 85


(9)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul Halaman 2.1 Kerangka Konseptual………... 48 4.1 Hasil Analisis Grafik pada Perusahaan Property dan

Real Estateyang Terdaftar di BEI………... 80 4.2 Hasil Uji Heteroskedisitas pada Perusahaan Property

dan Real Estateyang Terdaftar di BEI……… 83


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul Halaman 1 Sampel Penelitian Perusahaan Property dan Real Estate

Yang Terdaftar di BEI Periode 2011-2014………. 95 2 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman

Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan

Perusahaan Cowell Development Tbk (COWL)………... 97 3 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman

Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan

Perusahaan Ciputra Development Tbk (CTRA)………… 98 4 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman

Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan

Perusahaan Ciputra Property Tbk (CTRP)……… 99 5 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman

Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan

Perusahaan Ciputra Surya Tbk (CTRS)………. 100 6 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman

Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan Perusahaan Duta Anggada Realty Tbk (DART)………… 101 7 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman

Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan

Perusahaan Bakrieland Development Tbk (ELTY)……… 102 8 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman

Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan Perusahaan Megapolitan Development Tbk (EMDE)…… 103 9 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman

Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan

Perusahaan Gowa Makasar TourismDevelompment Tbk.. 104 10 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman

Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan

Perusahaan Jaya Realty Property Tbk (JPRT)……… 105 11 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman

Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan Perusahaan Kawasan Industri jababeka Tbk (KIJA)……. 106 12 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman

Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan

Perusahaan Lippo Cikarang Tbk (LPCK)………. 107 13 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman

Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan

Perusahaan Moderland Realty Tbk (MDLN)……… 108 14 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman

Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan


(11)

15 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman

Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan

Perusahaan Metro Realty Tbk (MTSM)………. 110

16 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan Perusahaan Pakuwon Jati Tbk (PWON)………. 111

17 Penerapan Analisis Kebangkrutan Model Alman Z”-Score dengan Menggunakan Data Laporan Keuangan Perusahaan Roda Vivatex Tbk (RDTX)………. 112

18 Perhitungan Prediksi Kebangkrutan Model Alman Z”-Score pada Perusahaan Property dan Real Estate……. 113

19 Perhitungan Current Ratio pada Perusahaan Property dan Rea l Estateyang Terdaftar di BEI……….. 114

20 Perhitungan Debt Ratio pada Perusahaan Property dan Rea l Estateyang Terdaftar di BEI……….. 117

21 Hasil Analisis Deskriptif………. 119

22 Hasil Uji Normalitas……… 120

23 Hasil Uji Grafik………... 122


(12)

ABSTRAK

PENGARUH CURRENT RATIO DAN DEBT RATIO TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh current ratio dan debt ratio terhadap financial distress pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menggunakan model Alman Z”-score pada tahun 2011-2014. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 16 (Enam belas) perusahaan property dan real estate yang terdaftar di BEI. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel jenuh, sedangkan analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara serempak current ratio dan debt ratio berpengaruh signifikan terhadap financial distress pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2011-2014. Secara parsial current ra tio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan debt ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial distress pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2014.


(13)

ABSTRACT

EFFECT OF CURRENT RATIO AND DEBT RATIO OF FINANCIAL DISTRESS IN PROPERTY AND REAL ESTATE LISTED IN

INDONESIA STOCK EXCHANGE

This study aims to identify and analyze the influence of current ratio and debt ratio to financial distress at the company's property and real estate in the Indonesia Stock Exchange (BEI) using the model Alman Z "-score in 2011-2014. The sample used in this study was 16 (Sixteen) property and rea l estate companies listed on the Stock Exchange. The sampling technique used is saturated samples, whereas the method of analysis used is multiple linear regression analysis. The results showed that simultaneous current ratio and debt ratio significantly influence financial distress in the property and real estate companies listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI) in the period 2011-2014. Partially current ratio negative and significant impact on the financial distress in the property and real estate companies listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI). While the debt ratio and significant positive effect on the financial distress in the property and real estate companies listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI) Period 2011-2014.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak akhir tahun 1997 yaitu merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat telah berdampak luas pada kehidupan politik dan ekonomi perusahaan-perusahaan publik di Indonesia menjadi semakin lemah dan terpuruk. Dengan melihat kondisi tersebut, maka suatu perusahaan diharapkan secara cepat dan tepat untuk membuat keputusan dan melakukan tindakan untuk memperbaiki situasi ini. Beberapa perusahaan publik ada yang tetap survive, dapat meraih keuntungan atau tidak mengalami financial distress, dan sebagian lagi mengalami financial distress. Dalam berinvestasi setiap investor akan selalu mempertimbangkan dua hal utama, yaitu hasil yang diharapkan dan resiko investasi. Investor menginginkan pengembalian (return) yang maksimal dengan resiko tertentu (Tandelilin, 2001:47).

Dalam setiap pengambilan keputusan investasi, investor selalu dihadapkan pada kondisi ketidakpastian. Kesulitan Keuangan yang dialami perusahaan dapat mengakibatkan kerugian bagi banyak pihak. Oleh karena itu, banyak penelitian yang dilakukan untuk melakukan identifikasi kelangsungan hidup perusahaan. Dalam kenyataannya, banyak perusahaan yang diperkirakan mengalami penurunan masih tetap eksis sampai sekarang.

Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan. Model financial distress perlu untuk dikembangkan, karena dengan mengetahui keadaan financial distress


(15)

perusahaan sejak dini diharapkan dapat dilakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi kondisi yang mengarah pada kesulitan keuangan yang menuju pada kebangkrutan. Melakukan identifikasi terhadap laporan keuangan dari sebuah perusahaan merupakan aspek penting untuk mengetahui keadaan perusahaan bagi manajemen dan pemilik perusahaan dalam mengantisipasi kemungkinan adanya potensi kebangkrutan.

Salah satu informasi yang dapat dipakai investor sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi adalah melalui analisis perusahaan. Untuk melakukan analisis perusahaan maka dapat dilakukan dengan menggunakan identifikasi terhadap risiko keuangan perusahaan. Dengan adanya risiko investasi tersebut seorang investor dituntut untuk lebih jeli, teliti dan cermat dalam menentukan investasi pada perusahaan yang bagaimana yang layak dalam menanamkan modal yang dimilikinya.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya kondisi kesehatan perusahaan yang mencerminkan kemampuan menghasilkan laba suatu perusahaan. Juga ada beberapa sumber risiko yang dapat mempengaruhi besarnya bisnis, risiko financial, risiko likuidasi, risiko nilai tukar mata uang dan resiko negara (Tandelilin, 2001:48-51).

Pada umumnya perusahaan dalam setiap operasinya mempunyai tujuan untuk menentukan kelangsungan perusahaan di masa yang akan datang. Salah satu tujuan utama didirikannya perusahaan adalah dengan harapan akan menghasilkan keuntungan sehingga mampu bertahan dan berkembang dalam jangka panjang dan tidak mengalami likuidasi.


(16)

Dalam mengantisipasi ketidakpastian di masa yang akan datang, diperlukan suatu penilaian terhadap kondisi perusahaan. Penilaian terhadap kondisi perusahaan merupakan cara bagi manajemen untuk melakukan evaluasi kinerja perusahaan dalam menggunakan sumber-sumber dana yang tersedia. Adanya penilaian kondisi perusahaan agar sedapat mungkin perusahaan menyadari kemungkinan-kemungkinan buruk yang terjadi di masa yang akan datang dan menemukan cara untuk menyiasatinya sejak dini.

Identifikasi tentang kondisi perusahaan yang kesulitan keuangan (financial distress), yang kemudian mengalami kebangkrutan dapat diamati dengan mencermati memburuknya rasio-rasio keuangan dari tahun ke tahun. Situasi krisis seperti itu mempunyai pengaruh yang sangat besar karena operasi perusahaan yang tidak efisien akan sangat mempengaruhi kinerja perusahaan. Krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan financial distress bagi perusahaan. Hal ini ditandai dengan merosotnya nilai rupiah. Sehingga memicu terjadinya penurunan kinerja perusahaan. Kesulitan keuangan (financial distrsess) merupakan identifikasi utama kebangkrutan perusahaan. Kesehatan suatu perusahaan akan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menjalankan usaha, distribusi aktiva, keefisienan penggunaan aktiva, hasil usaha atau pendapatan yang telah dicapai serta potensi kebangkrutan yang akan dikendalikan.

Ada dua macam kegagalan yang dapat menyebabkan terjadinya kebangkrutan, yaitu kegagalan ekonomi dan kegagalan keuangan. Kegagalan ekonomi suatu perusahaan dikaitkan dengan ketidakseimbangan antara pendapatan dengan pengeluaran perusahaan. Kegagalan ekonomi juga dapat


(17)

disebabkan oleh biaya modal perusahaan yang lebih besar dari tingkat laba atas biaya historis investasi. Sementara itu, sebuah perusahaan dikategorikan bangkrut keuangannya jika perusahaan tersebut tidak mampu membayar kewajibannya pada waktu jatuh tempo, meskipun total aktiva melebihi kewajibannya keadaan ini sering didefinisikan sebagai insolvensi teknis. Tentu saja sebuah perusahaan juga akan didepan (Brigham dan Houston, 2006:32).

Laporan keuangan merupakan alat penting untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang akan diterapkan. Dengan melakukan analisis laporan keuangan perusahaan, maka pimpinan perusahaan dapat mengetahui keadaan serta perkembangan financial perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai di waktu lampau dan di waktu yang sedang berjalan. Selain itu dengan menganalisis laporan keuangan di waktu lampau maka dapat diketahui kelemahan-kelemahan perusahaan serta hasil-hasilnya yang dianggap telah cukup baik dan mengetahui potensi kebangkrutan perusahaan tersebut. Perusahaan di nyatakan pailit jika total kewajibannya melebihi nilai wajar dari total aktiva.

Laporan keuangan yang biasa dianalisis adalah (1) Laporan keuangan yang menggambarkan harta (aset), hutang (kewajiban), dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu, biasanya akhir tahun atau kwartal/triwulan. Laporan keuangan ini berupa neraca; (2) Laporan keuangan yang menggambarkan besarnya pendapatan, biaya-biaya, pajak dan laba atau rugi perusahaan pada suatu waktu tertentu, juga biasanya tahunan atau kwartal/triwulan. Laporan ini disebut


(18)

laporan rugi laba. Dengan mengadakan analisis laporan keuangan terhadap data keuangan perusahaan antara neraca dan laporan rugi laba, akan dapat mengetahui perkembangan keuangan perusahaan dan dapat diketahui hasil-hasil keuangan atau operasi yang telah dicapai di waktu-waktu lalu dan waktu yang sedang berjalan. Dengan mengadakan analisis laporan keuangan dari tahun-tahun lalu, dapat diketahui kelemahan-kelemahan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang dianggap cukup baik.

Analisis rasio adalah salah satu cara pemrosesan dan penginterpretasikan informasi akuntansi. Dengan analisis rasio ini dapat diketahui kekuatan dan kelemahan perusahaan di bidang keuangan. Analisis rasio keuangan dapat dipakai sebagai model sistem peringatan dini (early warning system) terhadap menurunnya kondisi keuangan dari suatu perusahaan. Model ini dapat digunakan sebagai alat untuk mengenali gejala awal kondisi financial distress untuk selanjutnya dilakukan upaya memperbaiki kondisi sebelum sampai pada kondisi krisis atau kebangkrutan. Rasio keuangan banyak dipakai oleh berbagai penelitian karena rasio keuangan terbukti berperan penting dalam evaluasi kinerja keuangan dan dapat digunakan untuk memprediksi kelangsungan usaha baik yang sehat maupun yang tidak sehat. Yang dimana alat ukur yang digunakan dari rasio keuangan tersebut adalah current ratio dan debt ratio untuk melihat ada atau tidak nya kemungkinan terjadi financial distress pada perusahaan property dan real estate te Perusahaan-perusahaan yang menawarkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), antara lain dari jenis usaha property dan real estate, jasa. Banyak masyarakat menginvestasikan modalnya di industri property dan real estate


(19)

karena harga tanah dan bangunan yang cenderung naik tiap tahunnya. Penyebabnya adalah supply tanah bersifat tetap sedangkan demand akan selalu lebih besar seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Investasi pada industri property dan real estate pada umumnya bersifat jangka panjang dan akan tumbuh sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Namun terjadinya krisis keuangan global tahun 2008 lalu yang menghempaskan negara Amerika Serikat utamanya di awali dari jatuhnya industri property dan real estate dan akhirnya berdampak di wilayah Asia. Krisis yang diawali dari kredit macet untuk perumahan tersebut sebenarnya sudah menunjukkan indikasi sekitar pertengahan Juni 2004 ketika ada kenaikan suku bunga untuk kredit perumahan.

Amerika Serikat memiliki peranan yang besar dalam perekonomian dunia dengan nilai PDB sebesar USD 15,5 Triliun pada akhir tahun 2011 (seperempat dari PDB dunia), negara tersebut selama ini menjadi tujuan ekspor bagi negara-negara lain, serta transaksi di pasar modal yang diikuti banyak negara-negara terbilang sangat besar. Menurut Crockett (1997) dalam (Hadad, dkk, 2004) stabilitas keuangan erat kaitannya dengan kesehatan suatu perekonomian. Semakin sehat sektor keuangan di suatu negara, semakin sehat pula perekonomian, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian perkembangan sektor keuangan, termasuk di dalamnya pasar modal, merupakan salahsatu indikator yang perlu diperhatikan untuk menjaga kesehatan atau kestabilan perekonomian. Pergerakan harga saham, obligasi, dan sebagainya di pasar modal suatu negara disebabkan oleh persepsi investor terhadap kondisi pasar modal tersebut. Persepsi ini pada akhirnya akan mempengaruhi dana investasi yang masuk ke negara tersebut, sehingga


(20)

mempengaruhi keadaan perekonomian negara yang bersangkutan. Hal tersebut bukan hanya terjadi di Amerika Serikat, namun juga melanda Eropa dan Asia.

Indonesia merupakan merupakan salah satu negara yang terkena dampak krisis yang terjadi di Amerika Serikat. Sebagian besar Industri di Indonesia terkena dampak krisis tersebut, tak terkecuali Property dan Real Esta te yang berhubungan dengan industri perbankan. Perbankan akan berhati hati memberikan kredit perumahan kepada nasabah.

Dampak dari pengaruh krisis keuangan global mulai menganggu sektor Property dan real estate, salah satunya pengembang mulai menahan dana ( Wait dan see) untuk berinvestasi. Tingkat suku bunga acuan ( BI rate ) yang pasca krisis global berada pada posisi 9.50 persen diakui telah membebani pengembang saat ini, utamanya dalam memasarkan perumahan mereka, perbankan meneluarkan kredit investasi, yang menyebabkan sektor property dan real estate semakin sulit bertahan. Dampak dari pengetatan yang diberlakukan oleh perbankan naik 50% dari harga rumah dari sebelum krisis global terjadi sekitar 20 % - 30 %. ( http://mitachalik.wordpress.com ).

Analisis rasio keuangan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan menjadi topik menarik setelah Altman tahun 1968 menemukan suatu formula untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan dengan istilah yang sangat dikenal yaitu Z-Score Altman. Z-Score merupakan skor yang ditentukan dari hitungan standar dikalikan rasio-rasio keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan.


(21)

Fakta yang terjadi adalah terdapat beberapa peusahaan property dan real estate di Indonesia yang mengalami penurunan pendapatan secara terus menerus, bahkan ada yang mengalami kebangkrutan. Salah satu contoh kasus adalah New Century Development Tbk (PTRA) sebagai salah satu perusahaan property dan real estate yang terdaftra di bursa efek Indonesia sejak 28 Maret 1994 harus delisting dari bursa efek Indonesia (BEI) pada 24 Januari 2011. Hal ini bisa saja dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam perusahaan tetapi faktanya New Century Development Tbk memiliki penurunan laba dan New Century memiliki aktiva lancar lebih kecil dari pada utang lancar dan total hutang yang lebih besar dari pada total aktiva. Hal ini merupakan suatu peringatan bagi perusahaan property dan real estate dalam menghadapi kemungkinan terjadinya kebangkrutan. Berikut disajikan aktiva lancar, utang lancar, total utang dan total asset perusahaan property dan real estate di BEI.

Tabel 1.1

Daftar Aktiva Lancar dan Utang Lancar Perusahaan Property dan Real Estate

No Nama Perusaha

an

Aktiva Lancar Utang Lancar

2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014

1 COWL 232,849,4

02,113 403,187,4 99,295 213.170.9 42.997 477.700.8 59.011 182.395.78 9.766 285.845.28 0.003 320.518.40 3.573 490.566.3 24.200

2 ELTY 5.628.083. 620.180 3.826.637. 618.331 2.776.534. 225.378 4.754.578. 792.476 4.189.484.4 52.154 4.470.431.8 93.894 4.395.258.1 71.260 5.144.194. 341.024

3 JPRT 1.926.422. 132 2.072.956. 998 2.154.914. 227 2.303.238. 701 1.865.542.5 11 2.367.282.0 66 3.063.899.2 66 3.047.241. 473

4 MDLN 826.387.8

18.060 1.940.276. 898.305 2.036.868. 531.503 2.061.415. 313.134 994.330.06 5.215 1.525.673.3 73.150 2.441.922.9 58.749 1.707.369. 122.496 Sumber: www.idx.co.id


(22)

Berdasarkan data Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa perusahaan COWL mengalami peningkatan aktiva lancar di tahun 2012 sebesar 170,338,097,182, pada tahun 2013 mengalami penurunan aktiva lancar sebesar 190,016,556,298, dan pada tahun 2014 perusahaan mengalami peningkatan aktiva lancar sebesar 264,529,916,014. sedangkan untuk utang lancar yang dimiliki perusahaan COWL 2012 mengalami peningkatan hutang lancar sebesar 103,449,490,237, pada tahun 2013 mengalami peningkatan hutang lancar sebesar 34,673,123,570 dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan hutang lancar sebesar 170,047,920,627. Pada setiap tahunnya perusahaan COWL mengalami peningkatan hutang lancar.

Pada perusahaan COWL memiliki Current ratio di tahun 2011 sebesar 1.2766, artinya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih besar daripada hutang lancar perusahaan. Pada tahun 2012 current ratio sebesar 1.4175, artinya aktiva lancar perusahaan lebih besar dari pada hutang lancar perusahaan. Pada tahun 2013 perusahaan memiliki current ratio sebesar 0,6651, artinya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada hutang lancar perusahaan. Pada tahun 2014 current ratio perusahaan sebesar 0.9378, artinya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada hutang lancar perusahaan.

pada perusahaan ELTY mengalami penurunan aktiva lancar di tahun 2012 sebesar 1,801,446,001,849, pada tahun 2013 mengalami penurunan aktiva lancar sebesar 1,050,103,392,953, dan pada tahun 2014 perusahaan mengalami peningkatan aktiva lancar sebesar 1,978,044,567,098. sedangkan untuk utang lancar yang dimiliki perusahaan ELTY 2012 mengalami peningkatan hutang lancar sebesar 280,947,441,740, pada tahun 2013 mengalami penurunan hutang


(23)

lancar sebesar 75,173,722,634 dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan hutang lancar sebesar 748,936,169,764.

Pada perusahaan ELTY memiliki current ratio di tahun 2011 sebesar1.3434, artinya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih besar daripada utang lancar perusahaan. Pada tahun 2012 current ratio sebesar 0.8560, artinya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada hutang lancar perusahaan. Pada tahun 2013 perusahaan memiliki current ratio sebesar 0,6317, artinya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada hutang lancar perusahaan. Pada tahun 2014 current ratio perusahaan sebesar 0.9247, artinya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada hutang lancar perusahaan.

pada perusahaan JPRT mengalami peningkatan aktiva lancar di tahun 2012 sebesar 146,534,866, pada tahun 2013 mengalami peningkatan aktiva lancar sebesar 81,957,229, dan pada tahun 2014 perusahaan mengalami peningkatan aktiva lancar sebesar 148,324,474. sedangkan untuk utang lancar yang dimiliki perusahaan ELTY tahun 2012 mengalami peningkatan hutang lancar sebesar 501,739,555, pada tahun 2013 mengalami peningkatan hutang lancar sebesar 696,617,200 dan pada tahun 2014 mengalami penurunan hutang lancar sebesar 16,657,793.

Pada perusahaan JPRT memiliki current ratio di tahun 2011 sebesar 1.0326, artinya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih besar daripada utang lancar perusahaan. Pada tahun 2012 current ratio sebesar 0.8757, artinya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada hutang lancar perusahaan.


(24)

Pada tahun 2013 perusahaan memiliki current ratio sebesar 0,7033 , artinya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada hutang lancar perusahaan. Pada tahun 2014 current ratio perusahaan sebesar 0.7544, artinya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada hutang lancar perusahaan.

pada perusahaan MDLN mengalami peningkatan aktiva lancar di tahun 2012 sebesar 1,113,889,080,245 , pada tahun 2013 mengalami peningkatan aktiva lancar sebesar 96,591,633,198, dan pada tahun 2014 perusahaan mengalami peningkatan aktiva lancar sebesar 24,546,781,631. sedangkan untuk utang lancar yang dimiliki perusahaan ELTY tahun 2012 mengalami peningkatan hutang lancar sebesar 531,343,307,935 , pada tahun 2013 mengalami peningkatan hutang lancar sebesar 916,249,585,599 dan pada tahun 2014 mengalami penurunan hutang lancar sebesar 734,553,836,253.

Pada perusahaan MDLN memiliki current ratio di tahun 2011 sebesar 0,8311 artinya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada utang lancar perusahaan. Pada tahun 2012 current ratio sebesar 1.2718, artinya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih besar daripada hutang lancar perusahaan. Pada tahun 2013 perusahaan memiliki current ratio sebesar 0.8341 , artinya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada hutang lancar perusahaan. Pada tahun 2014 current ratio perusahaan sebesar 1.2074, artinya aktiva lancar yang dimiliki perusahaan lebih besar daripada hutang lancar perusahaan.


(25)

Tabel 1.2

Daftar Total Hutang dan Total Asset Perusahaan Property dan Real Estate

No Nama Perusahaan

Total Utang Total Asset

2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014

1 COWL 221.859.8

63.217 644.544.0 39.238 762.326.9 60.130 2.344.406. 888.083 385.681.5 65.146 1.778.428. 912.031 1.944.913. 754.306 3.682.392. 492.170

2 ELTY 6.805.878.

160.103 6.071.730. 903.278 5.135.730. 903.278 6.892.121. 547.959 17.707.94 9.698.417 16.235.63 2.983.194 12.301.12 4.419.066 14.506.12 3.496.863

3 JPRT 2.184.096.

658 2.776.832. 058 3.479.530. 351 3.482.331. 602 4.084.414. 9587 4.998.260. 900 6.163.177. 866 6.684.262. 908

4 MDLN 1.337.667.

658.728 2.365.906. 152.924 4.972.112. 587.194 5.115.802. 013.637 2.506.029. 716.477 4.591.920. 046.013 9.647.813. 079.565 10.446,90 7.695.182 Sumber. www.idx.co.id

Berdasarkan data Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa perusahaan pada perusahaan COWL mengalami peningkatan total hutang di tahun 2012 sebesar 422,684,176,021, pada tahun 2013 mengalami peningkatan total hutang sebesar 117,782,920,892 , dan pada tahun 2014 perusahaan mengalami peningkatan total hutang sebesar 1,582,079,927,953 . pada setiap tahunnya perusahaan COWL mengalami peningkatan total hutang.

sedangkan untuk total asset yang dimiliki perusahaan COWL 2012 mengalami peningkatan total hutang sebesar 1,392,747,346,885.00, pada tahun 2013 mengalami peningkatan total asset sebesar 166,484,842,275 dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan total asset sebesar1,737,478,737,864 . Pada setiap tahunnya perusahaan COWL mengalami peningkatan total asset.

Pada perusahaan COWL memiliki debt ratio di tahun 2011 sebesar 0,5752, artinya total hutang yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada total asset perusahaan. Pada tahun 2012 debt ratio sebesar 0,3624, artinya total hutang yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada total asset perusahaan. Pada tahun 2013


(26)

perusahaan memiliki debt ratio sebesar 0,3920, artinya total hutang yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada total asset perusahaan. Pada tahun 2014 debt ratio perusahaan sebesar 0.6367, artinya total hutang yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada total asset perusahaan .

pada perusahaan ELTY mengalami penurunan total hutang di tahun 2012 sebesar 734,147,256,825, pada tahun 2013 mengalami penurunan total hutang sebesar-936,000,000,000 , dan pada tahun 2014 perusahaan mengalami peningkatan total hutang sebesar 1,756,390,644,681. sedangkan untuk total asset yang dimiliki perusahaan ELTY 2012 mengalami penurunan total asset sebesar 1,472,316,715,223, pada tahun 2013 mengalami penurunan total asset sebesar 3,934,508,564,128 dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan total asset sebesar 2,204,999,077,797.

Pada perusahaan ELTY memiliki debt ratio di tahun 2011 sebesar 0,3843, artinya total hutang yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada total asset perusahaan. Pada tahun 2012 debt ratio sebesar 0.3720, artinya total hutang yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada total asset perusahaan. Pada tahun 2013 perusahaan memiliki debt ratio sebesar 0,4175, artinya total hutang yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada total asset perusahaan. Pada tahun 2014 debt ratio perusahaan sebesar 0,4751, artinya total hutang yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada total asset perusahaan.

pada perusahaan JPRT mengalami peningkatan total hutang di tahun 2012 sebesar 592,735,400, pada tahun 2013 mengalami peningkatan total hutang sebesar 702,698,293 dan pada tahun 2014 perusahaan mengalami peningkatan


(27)

total hutang sebesar 2,801,251. sedangkan untuk total asset yang dimiliki perusahaan ELTY tahun 2012 mengalami peningkatan total asset sebesar 154,111,313, pada tahun 2013 mengalami peningkatan total asset sebesar 1,164,916,966 dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan total asset sebesar 521,085,042 .

Pada perusahaan JPRT memiliki debt ratio di tahun 2011 sebesar 0,5397, artinya total hutang yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada total asset perusahaan. Pada tahun 2012 debt ratio sebesar 0.5556, artinya total hutang yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada total asset perusahaan. Pada tahun 2013 perusahaan memiliki debt ratio sebesar 0,5646, artinya total hutang yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada total asset perusahaan. Pada tahun 2014 debt ratio perusahaan sebesar 0.5210, artinya total hutang yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada total asset perusahaan.

pada perusahaan MDLN mengalami peningkatan total hutang di tahun 2012 sebesar 1,028,238,494,196, pada tahun 2013 mengalami peningkatan total hutang sebesar 2,606,206,434,270 , dan pada tahun 2014 perusahaan mengalami peningkatan total hutang sebesar 143,689,426,443. sedangkan untuk total asset yang dimiliki perusahaan ELTY tahun 2012 mengalami peningkatan total asset sebesar 2,085,890,329,536, pada tahun 2013 mengalami peningkatan total asset sebesar 5,055,893,033,552 dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan total asset sebesar 799,094,615,617.

Pada perusahaan MDLN memiliki debt ratio di tahun 2011 sebesar 0,5338 artinya total hutang yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada total asset


(28)

perusahaan. Pada tahun 2012debt ratio sebesar 0,5132, artinya total hutang yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada total asset perusahaan . Pada tahun 2013 perusahaan memiliki debt ratio sebesar 0.5254, artinya total hutang yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada total asset perusahaan. Pada tahun 2014 debt ratio perusahaan sebesar 0,4897, artinya total hutang yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada total asset perusahaan .

Berdasarkan data Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa perusahaan property dan real estate memiliki aktiva lancar, hutang lancar dan Total Hutang, Total asset yang tidak stabil, di beberapa perusahaan bahkan cenderung menglami penurunan yang berkelanjutan. Kondisi keuangan ini tentu merupakan cerminan untuk mengetahui kelancaran aktivitas peusahaan. Untuk menilai kondisi keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode pengukuran.

Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk memprediksi kebangkrutan dengan analisis laporan keuangan perusahaan. Diantarannya menggunakan model Alman Z”-Score. Model analisis ini banyak digunakan untuk memprediksi kebangkrutan karena relative mudah untuk dipublikasikan, serta tingkat akurasinya cukup tinggi.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penelitian bertujuan melakukan pengujian secara empiris untuk mengetahui apakah ada pengaruh current ratio dan debt ratio terhadap financial distress perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 – 2014 yang memenuhi persyaratan untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini. Alasan


(29)

pemilihan sampel adalah karena perusahaan property dan real estate dinilai mampu memberikan gambaran yang lebih baik dalam melihat apakah akan terjadi kondisi financial distress pada perusahaan . Oleh karena itu penulis memberi judul penelitian ini “Pengaruh current ratio dan debt Ratio terhadap F inancial Distress Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, peruusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah Current Ratio dan Debt Ratio berpengaruh terhadap financial distress pada perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah: Untuk mengetahui dan Menganalisis Pengaruh Current Ratio dan Debt Ratio terhadap Financial Distress Pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan data memberikan manfaat bagi bebraa pihak terkait, yaitu :

1. Bagi Perusahaan Property dan Real Estate

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk menghindari terjadinya financial distress pada perusahaan.


(30)

2. Bagi Investor

Sebagai pemberi informasi dan bahan pertimbangan kepada investor yang akan melakukan investasi.

3. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan mempertajam daya piker ilmiah mengenai financial distress perusahaan property dan real estate yang terdaftar di bursa efek Indonesia.

4. Bagi Pembaca dan Peneliti Lain

Sebagai bahan referensi oleh peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian pada ruang lingkup dan kajian yang lebih luas.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan

Kinerja keuangan perusahaan dapat dinilai dan dianalisa dengan menggunakan suatu analisa keuangan yang disebut analisa rasio keuangan. Untuk mendapatkan keadaan tentang perkembangan kinerja perusahaan, perlu diadakan interprestasi atau analisis terhadap data keuangan dari perusahaan yang bersangkutan dan data tersebut tercermin dalam laporan keuangan.

Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input informasi untuk pengambilan keputusan. Menurut Hanafi (2009:105) laporan keuangan akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas yang semuanya akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan Periode penerbitan laporan keuangan pada umumnya diterbitkan setiap tahun operasi atau lebih dikenal dengan laporan keuangan tahunan (financial statement). Menurut Harahap (2010: 121) bahwa laporan keuangan memiliki pengertian sebagai berikut:

Sarana Pengkomunikasian Informasi keuangan utama kepada pihak-pihak diluar korporasi. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang kuantitatif dalam menilai moneter atau satuan uang berkenaan dengan sumber daya ekonomi dan kewajiban dari sutu perusahaan bisnis dan aktivitas ekonomi untuk mengubah sumber daya dan kewajiban.


(32)

Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi keputusan investasi dan kredit. Untuk menyediakan informasi yang berguna dalam menilai arus kas masa depan. Untuk menyediakan informasi mengenai sumber daya perusahaan, Klaim terhadap sumber daya tersebut dan perubahaan di dalamnya.

Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan adalah para pemilik, serta pihak-pihak lain termasuk investor di dalamnya. Oleh karena itu, interprestasi terhadap laporan keuangan suatu perusahaan akan sangat bermanfaat untuk dapat mengetahui keadaan dan perkembangan kinerja suatu perusahaan. Khususnya bagi para calon investor yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan sebagai alat analistik dalam rangka penetuan kebijaksanaan penanaman modalnya. Apakah perusahaan mempunyai prospek yang cukup baik dan akan diperoleh keuntungan ataukah akan memberikan kerugian di masa yang akan datang. Jadi pengertian Financial Distress adalah perusahaan yang mengalami rugi selama dua tahun berturut-turut dan Non Financial Distress adalah perusahaan yang mengalami laba selama dua tahun berturut-turut.

2.1.2 Jenis-jenis Laporan Keuangan

Jenis-jenis laporan keuangan (financial statement) yang sering disajikan ada 4 (empat) yaitu :

1. Laporan Laba Rugi

Laporan Laba Rugi adalah suatu ikhtisar pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu misalnya sebulan atau setahun.


(33)

2. Laporan Ekuitas Pemilik

Laporan Ekuitas Pemilik adalah suatu ikhtisar perubahan ekuitas pemilik yang terjadi selama periode tertentu.

3. Neraca

Neraca adalah suatu daftar aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun.

4. Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas adalah suatu ikhtisar penerimaan kas dan pembayaran kas selama peroide waktu tertentu.

2.1.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Dalam Standart Akuntansi keuangan 2002 dijelaskan bahwa karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu : 1. Mudah dipahami

Kualitas penting informasi yang ada dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pemakai atau penggunanya. Maksudnya adalah pemakai di asumsikan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi dari laporan keuangan yang terkandung di dalamnya dengan wajar.

2. Relevan

Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi dari laporan keuangan di katakan


(34)

memiliki kualitas yang relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini dan masa depan, menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.

3. Keandalan

Informasi dikatakan handal yaitu informasi harus bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya di sajikan atau yang secara wajar di harapkan dapat di sajikan.

4. Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan dari perusahaan tersebut. Pemakai harus juga dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relative agar pemakai betul-betul mengetahui hasil perbandingan dan perubahan laporan keuangan perusahaan yang di bandingkan tersebut.

2.1.4 Analisis Laporan Keuangan

Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input yaitu informasi yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas, yang kesemuanya akan mempengaruhi harapan pihakpihak yang berkepentingan. Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penguraian pos-pos laporan


(35)

keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil sehingga dapat dipahami dengan tujuan mengetahui kondisi keuangan dalam proses pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan sangat membantu manajemen dalam menilai kinerja perusahaannya sehingga dapat mengambil keputusan lebih lanjut baik itu dalam hal investasi, ekspansi, ataupun pendanaan perusahaan. Di lain pihak analisis laporan keuangan juga membantu investor yang ingin menanamkan dananya ke dalam perusahaan. Dalam analisis laporan keuangan, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Dalam analisis, analisa juga harus mengidentifikasi adanya trend-trend tertentu dalam laporan keuangan.

2. Angka-angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Untuk itu diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik tidaknya angka yang dicapai oleh perusahaan. Rata-rata industri bias dan biasa dipakai sebagai pembanding. Tetapi rata-rata industri tetap bisa dipakai untuk perbandingan. Alternatif lain apabila rata-rata industri tidak ada adalah dengan membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis. Perusahaan yang menjadi pembanding bisa jadi perusahaan yang menjadi leader dalam industri.

3. Informasi tambahan di luar laporan keuangan diperlukan untuk memberikan analisis yang lebih tajam lagi. Untuk memudahkan pembacaan data-data keuangan untuk beberapa periode (untuk mencari trend-trend tertentu) dapat menggunakan: analisis common- size dengan jalan menghitung tiap-tiap


(36)

rekening dalam laporan labarugi dan neraca, serta dapat menggunakan analisis rasio.

Tujuan analisis laporan keuangan menurut Prastowo dan Juliaty dalam Saragih (2010) antara lain :

a) sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau masalah lainnya.

b) sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasI ataumerger, c) sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan dimasa

datang,

d) sebagai alat evaluasi terhadap manajemen. Ada beberapa jenis analisa yang dapat digunakan dalam melakukan analisa terhadap sebuah laporan keuangan, yaitu:

a. Analisa Internal

Analisa internal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam rangka mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang terjadi dalam kondisi keuangan perusahaan. Selain menghasilkan laporan yang biasa diumumkan pada pihak di luar perusahaan, analisa ini juga menghasilkan laporan yang tidak untuk diumumkan atau dipublikasikan tetapi hanya dipakai untuk maksud-maksud internal saja.

b. Analisa Eksternal

Analisa eksternal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihakpihak di luar manajemen perusahaan misalnya bank, calon pemegang saham, dan calon kreditur lain yang mana dalam melakukan analisa mereka tidak bisa


(37)

memperoleh data secara terperinci, hanya informasi yang sifatnya diterbitkan untuk umum. Analisa ini juga ditujukan guna menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan, sebelum pihak eksternal melakukan kerjasama finansial dengan perusahaan tersebut.

c. Analisa Horizontal (Analisa Dinamis)

Analisa horizontal merupakan analisa perkembangan data keuangan dan data operasi perusahaan dari tahun ke tahun atau dengan kata lain mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode waktu tertentu dengan menetapkan salah satu periode sebagai periode dasar pembanding. Dari analisa ini akan dapat terlihat perkembangan maupun penurunan operasional perusahaan.

d. Analisa Vertikal (Analisa Statis)

Analisa vertikal merupakan analisa laporan keuangan yang terbatas pada satu periode akuntansi saja, sehingga hanya membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut untuk mengetahui keadaan keuangan atau hasil usaha pada periode itu saja.

2.1.5 Analisis Rasio Keuangan

Dalam mengadakan interpretasi dan analisa laporan keuangan suatu perusahaan, seorang penganalisa memerlukan adanya ukuran atau “yard-stick” tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah “rasio”. Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam “arithmatical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara


(38)

dua macam data keuangan. Menurut Riyanto (2010:329), analisa rasio keuangan dapat dilakukan dengan dua macam cara pembandingan yaitu:

1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu (ratio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama.

2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio perusahaan/company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio industri/ rasio rata-rata/ rasio standard) untuk waktu yang sama. Pada dasarnya jumlah angka rasio banyak sekali karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa. Menurut Riyanto (2010:331) penggolongan rasio keuangan adalah sebagai berikut:

a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Yang termasuk dalam rasio likuiditas yaitu:

1. Rasio lancar (current ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar (kewajiban Lancar).

2. Rasio cepat (quick ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan


(39)

menggunakan aktiva lancarnya yang likuid, yaitu aktiva lancer diluar persediaan.

3. Rasio modal kerja terhadap total aktiva (working capital to total assets ratio) menunjukkan potensi cadangan kas yang ada akibat selisih yang terjadi antara aktiva lancar dengan hutang lancer(kewajiban lancar). b. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber daya yang dimiliki, atau dengan kata lain sejauh mana efektifitas penggunaan asset dengan melihat tingkat aktivitas asset. Yang termasuk dalam rasio aktivitas diantaranya:

1. Rasio periode pengumpulan piutang digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang tunai.

2. Rasio tingkat perputaran piutang digunakan untuk mengukur berapa kali tingkat perputaran piutang dalam satu tahunnya.

3. Rasio tingkat perputaran persediaan menunjukkan tingkat efektifitas manajemen persediaan, yaitu menunjukkan lamanya dana tertanam dalam persediaan.

4. Rasio tingkat perputaran aktiva tetap menunjukkan sejauh mana efektifitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetapnya.

c. Rasio Laverage atau Solvabilitas Rasio laverage atau solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi


(40)

kawajiban-kewajiban jangka panjangnya. Yang termasuk dalam rasio laverage atau solvabilitas diantaranya:

1. Rasio hutang (debt ratio) mengukur sejauhmana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya.

2. Rasio kewajiban terhadap modal (debt to equity ratio) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua total kewajibannya dengan menggunakan modal sendiri.

3. Time interest earned ratio mengukur kemampuan perusahaan membayar bunga hutang dengan laba sebelum bunga dan pajak atau dengan kata lain seberapa besar laba sebelum bunga dan pajak yang tersedia untuk menutup beban bunga.

4. Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban lancar.

5. Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban bukan lancar.

d. Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas Rasio rentabilitas atau profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Yang termasuk dalam rasio rentabilitas atau profitabilitas diantaranya:

1. Marjin laba kotor mencerminkan mark-up terhadap harga pokok penjualan selain mencerminkan kemampuan manajemen untuk


(41)

meminimalisasi harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan perusahaan.

2. Margin laba usaha mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba setelah beban operasi atau usaha dan harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan.

3. Margin laba bersih mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi atau usaha, beban lain-lainnya dan pajak dalam hubungannya dengan penjualan.

4. Return On Investment (ROI) mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan.

e. Rasio Pasar

Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku perusahaan. Disamping itu, analisis rasio juga memiliki keterbatasan. Menurut Harahap (2010:298) keterbatasan analisis rasio adalah:

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti:

a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau subjektif


(42)

b. Nilai yang tekandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.

c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio. d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bias

diterapkan bebeda oleh perusahaan yang berbeda.

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.

4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron

5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama, oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini, adalah variable rasio keuangan yang sama seperti penelitan yang dilakukan oleh Altman (1968), yaitu: 1. Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva

Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk aktiva jangka pendek. Modal kerja kotor didefisinikan sebagai total aktiva lancer perusahaan, sedangkan modal kerja bersih didefinisikan sebagai aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancar.

2. Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva

Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana sendiri. Besarnya laba ditahan dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan dana perusahaan dan mengurangi sumber dana. Rasio ini mengukur keuntungan yang telah diperoleh mulai dari


(43)

perusahaan dioperasionalkan. Semakin kecil rasio menunjukkan kecilnya peranan laba ditahan dalam bentuk dana perusahaan.

3. Rasio EBIT terhadap Total Aktiva

EBIT merupakan laba yang diperoleh perusahaan sebelum dikurangi pajak dan bunga. Semakin kecil rasio ini menunjukkan semakin kecilnya EBIT perusahaan dengan menggunakan total aktivanya.

4. Nilai Buku Modal terhadap Nilai Buku Hutang

Nilai buku perusahaan adalah jumlah saham yang beredar dikalikan dengan nilai pasarnya. Nilai buku hutang merupakan biaya historis dari aktiva fisik perusahaan. Semakin kecil hasil dari perhitungan rasio ini maka perusahaan akan dapat dikatakan semakin buruk kondisinya.

2.1.5.1 Current Ratio (Rasio Lancar)

2.1.5.1.1 Pengertian Current Ratio (Rasio Lancar)

Current ratio (Rasio Lancar) menurut kasmir (2008:134) merupakan “rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.’’ Masih menurut kasmir dalam halaman yang sama, ia menyatakan bahwa rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan suatu perusahaan.

Menurut Kuswadi (2005:78) rasio lancar merupakan “perbandingan antara harta lancar atau aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek bias dipakai untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dari aktiva lancarnya.’’


(44)

Menurut Brigham dan Houston dalam Leon F Lbn Batu (2011) “rasio lancar mengukur kemampuan aktiva lancar membayar hutang lancar.’’ Current ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa menghadapi kesulitan. Semakin besar Current Ratio menunjukan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Unsur yang mempengaruhi nilai current ratio adalah aktiva lancar dan hutang jangka pendek. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total hutang lancar. Rumus mencari current ratio atau rasio lancar dapat digunakan sebagai berikut:

Menurut Kasmir (2008:135) dari hasil pengukuran rasio apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin.

2.1.5.2 Komponen Current Ratio (Rasio Lancar) 2.1.5.2.1 Current Assets (Aktiva Lancar)

Menurut Kasmir (2008:134) pengertian Current Assets atau aktiva lancar merupakan “ harta perusahaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu tahun).’’ Komponen aktiva lancar meliputi kas, bank, surat


(45)

berharga, piutang, persediaan, biaya dibayar di muka, pendapatan yang masih harus di terima, pinjaman yang diberikan, dan aktiva lancar lainnya.

Aktiva lancar menurut Kieso dalam bukunya Akuntansi Intemediate yang diterjemahkan oleh Emil Salim (2002:220) menyebutkan bahwa “kas dan aktiva lainnya yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas, dijual, atau dikonsumsi dalam satu tahun atau dalam satu silus operasi, tergantung mana yang paling lama.’’

Aktiva lancar menurut Munawir (2004:117-119) yang termasuk dalam kelompok aktiva lancar adalah sebagai berikut:

a) Kas: meliputi uang tunai,cek,simpanan dibank (yang dapat di ambil setiap saat)

b) Investasi jangka pendek: berupa obligasi, saham, deposito bank, investasi jangka pendek ini disajikan dalam neraca sebesar harga perolehannya atau harga pasar mana yang lebih rendah.

c) Piutang wesel: tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang dalam undang-undang.

d) Piutang dagang: tagihan kepada pihak lain sebagai akibat dari adanya penjualan barang secara kredit.

e) Persediaan: barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih di gudang atau belum terjual.

f) Piutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus di terima: penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena telah memberikan jasanya tetapi belum diterima pembayarannya’


(46)

g) Biaya yang dibayar di muka: pengeluaran untuk memperoleh jasa dari pihak lain, tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya, jasa pihak lain tersebut belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan pada periode lainnya.

2.1.5.2.2 Current Liabilities (Hutang Lancar)

Menurut Kasmir (2008:134-135), hutang lancar merupakan “kewajiban perusahaan jangka pendek (maksimal satu tahun).’’ Artinya hutang ini harus segera dilunasi dalam waktu paling lama satu tahun. Komponen hutang lancar terdiri dari utang dagang, utang bank satu tahun, utang wesel, hutang gaji, utang pajak, utang dividen, biaya diterima di muka, utang jangka panjang yang sudah hampir jatuh tempo, serta utang jangka pendek lainnya.

Menurut Munawir (2004:18) defenisi hutang lancar adalah “kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasan pembayarannya dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan,”

Mengacu pada Munawir utang lancar meliputi antara lain:

a) Hutang dagang: Hutang yang disebabkan pembelian barang dagang secara kredit.

b) Hutang Wesel: Hutang yang disertai dengan janji tertulis untuk melakukan pembayaran pada waktu tertentu di masa yang akan dating.

c) Hutang pajak: meliputi pajak perusahaan maupun pajak pendapatan karyawan yang akan di setor ke kas negara.


(47)

d) Biaya yang harus dibayar: Biaya- biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya.

e) Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo: Hutang jangka panjang telah menjadi hutang jangka pendek, karena harus segera dibayar.

f) Penghasilan diterima dimuka: Kewajiban yang disebabkan perusahaan menerima pembayaran terlebih dahulu tetapi penyerahan barang atau jasa belum dilaksanakan.

2.1.5.3 Debt to Assets Ratio (Debt Ratio) 2.1.5.3.1 Pengertian Debt Ratio

Menurut Kasmir (2008:156) debt ratio merupakan “rasio hutang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva.’’ Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahanan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.

Menurut Darsono (2005:54), Debt to asset ratio yaitu “ rasio total kewajiban terhadap asset.’’ Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kreditor. Nilai rasio yang tinggi menunjukan peningkatan dari risiko kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan dalam membayar semua kewajibannya.


(48)

Sedangkan menurut Lukman (2007:54) debt ratiomerupakan “pengukuran jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau modal yang berasal dari kreditur.’’

Rumus untuk mencari debt ratio dapat digunakan sebagai berikut:

Menurut Kasmir (2008:156) dari hasil pengukuran apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan hutang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula sebaliknya apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai oleh hutang. Standart pengukuran untuk mengukur baik tidaknya rasio perusahaan digunakan rasio rata-rata industri sejenis.

2.1.5.3.2 Komponen Debt to Assets Ratio (Debt Ratio) 2.1.5.3.2.1 Total Assets

Pengertian aktiava tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang serta aktiva yang tidak berwujud lainnya misalnya goodwill, hak paten, hak menerbitkan dan sebagainya.

Menurut Djarwanto dalam kutipan Kaerudin (2010:9) pengertian aktiva adalah sebagai berikut “aktiva merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan, bentuk-bentuknya dapat berupa harta kekayaan atau hak atas kekayaan atau jasa yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan.”


(49)

Menurut Hanafi dalam kutipan Kaerudin (2010:9) pengertian aktiva adalah “sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darinya manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diraih oleh perusahaan.”

Sedangkan menurut Priatma (2010:36), harta aktiva adalah “keseluruhan sumber daya ekonomi yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan aktivitas usahanya.’’ Klasifikasi yang umum berlaku untuk harta adalah:

1. Harta Lancar (Current Assets) 2. Harta tetap (Fixed Assets)

3. Harta Tidak Berwujud (Intangible Assets) 2.1.5.3.2.2 Total Liabilities

Menurut Hendrikson yang dialibahasakan oleh Wibowo (Seperti dalam kutipan Suvryanatha, 2009:25-26) mendefinisikan kewajiban (Liabilities) sebagai “kewajiban ekonomi suatu badan usaha yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.”

Sedangkan menurut Priatna (2010:38) kewajiban atau utang adalah “kewajiban yang harus diselesaikan oleh perusahaan kepada pihak di luar perusahaan akibat transaksi di masa lalu.” Sering juga dikatakan bahwa kewajiban atau utang ini merupakan modal yang berasal dari pihak di luar perusahaan. Klasifikasi kewajiban diatur berdasarkan urutan jatuh temponya meliputi:

1. Kewajiban jangka pendek (Current Liabilities) 2. Kewajiban jangka panjang (Long term liabilities)


(50)

2.1.6. Prediksi Financial Distress

Menurut Ramadhani dan Lukviarman dalam Ferbianasari (2012) menyimpulkan bahwa financial distress adalah suatu situasi dimana arus kas operasi perusahaan tidak memadai untuk melunasi kewajiban-kewajiban lancar (seperti hutang dagang atau beban bunga) dan perusahaan terpaksa melakukan tindakan perbaikan. Financial distress adalah masalah likuiditas yang sangat parah yang tidak bisa dipecahkan tanpa perubahan ukuran dari operasi atau struktur perusahaan. Informasi financial distress ini dapat dijadikan sebagai peringatan dini atas kebangkrutan sehingga manajemen dapat melakukan tindakan secara cepat untuk mencegah masalah sebelum terjadinya kebangkrutan. Menurut Riyanto (2001:315) faktor-faktor yang merupakan penyebab kegagalan suatu perusahaan pada prinsipnya dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

1. Sebab Intern adalah sebab-sebab yang timbul dari dalam perusahaan itu sendir, yang meliputi:

a) Sebab-sebab yang menyangkut bidang finansiil meliputi:

1) Adanya utang yang terlalu besar sehingga memberikan beban tetap yang kuat bagi perusahaan

2) Adanya current liabilities yang terlalu besar diatas current assets 3) Lambatnya pengumpulan piutang atau banyaknya bad-debts (piutang

tak tertagih)

4) Kesalahan dalam dividen-policy

5) Tidak cukupnya dana-dana penyusutan

b) Sebab-sebab yang menyangkut bidang non finansiil meliputi:


(51)

a. Kesalahan dalam pemilihan tempat kedudukan perusahaan b. Kesalahan dalam penentukan produk yang dihasilkan c. Kesalahan dalam penentuan besarnya perusahaan 2) Kurang baiknya struktur organisasi

3) Kesalahan dalam pemilihan pimpinan perusahaan 4) Adanya manajerial incompetence

a. Kesalahan dalam policy pembelian b. Kesalahan dalam policy produksi c. Kesalahan dalam policy marketing d. Adanya ekspansi yang berlebih-lebihan

2. Sebab Ekstern adalah sebab-sebab yang timbul atau berasal dari luar perusahaan dan yang berada diluar kekuasaan atau control dari pimpinan perusahaan atau badan usaha, yaitu antara lain:

a. Adanya persaingan yang hebat

b. Berkurangnya permintaan terhadap produk yang dihasilkan c. Turunnya harga-harga, dan lain sebagainya.

Menurut Almilia dan Kristijadi (2003), prediksi financial distress Perusahaan merupakan perhatian dari banyak pihak. Pihak-pihak yang menggunakan model tersebut meliputi :

1. Pemberian pinjaman. Penelitian berkaitan dengan prediksi financial distress mempunyai relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman, baik dalam memutuskan apakah akan memberi suatu pinjaman dan menentukan kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang telah diberikan.


(52)

2. Investor. Model prediksi financial distress dapat membantu inestor ketika akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga.

3. Pembuat peraturan. Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab mengawasi kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan perusahaan individu, hal ini menyebabkan perlunya suatu model yang aplikatif untuk mengetahui kesanggupan perusahaan membayar hutang dan menilai stabilitas perusahaan.

4. Pemerintah. Predisksi financial distress juga sangat penting bagi pemerintah dalam antitrust regulation.

5. Auditor. Model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna bagi auditor dalam membuat penilaian going concern suatu perusahaan. 6. Manajemen. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka perusahaan

akan menanggung biaya langsung (fee akuntan dan pengacara) dan biaya tidak langsung (kerugian paksa akibat ketetapan pengadilan). Sehingga dengan adanya prediksi financial distress diharapkan perusahaan dapat menghindari kebangkrutan den otomatis juga dapat menghindari biaya langsung dan biaya tidak langsung dari kebangkrutan .

2.1.7 Indikator terjadinya financial distress

Menurut Poster (1968) terdapat beberapa indikator atau sumber informasi mengenai kemungkinan dari kesulitan keuangan :


(53)

2. Analisis strategi perusahaan yang mempertimbangkan pesaing potensial, struktur biaya relatif, perluasan rencana dalam industri, kemampuan perusahaan untuk meneruskan kenaikan biaya, kualitas manajemen dan lain sebagainya.

3. Analisis laporan keuangan dari perusahaan serta perbandingannya dengan perusahaan lain. Analisis ini dapat berfokus pada suatu variabel keuangan 4. Variabel eksternal seperti return sekuritas dan penilaian obligasitunggal

atas suatu kombinasi dari variabel keuangan. 2.1.8. Analisis Kebangkrutan Model Alman Z-Score

Menurut Syahyunan (2015:116-118) “Kebangkrutan merupakan kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya.” Kondisi ini biasanya tidak begitu saja muncul di perusahaan. Ada indikasi awal dari perusahaan tersebut yang biasanya dapat dikenali lebih dini kalau laporan keuangan di analisis secara cermat dengan suatu cara tertentu. Rasio keuangan dapat digunakan sebagai indikasi adanya kebangkrutan perusahaan.

Alman dikenal sebagai pionir dalam teori kebangkrutan dengan Z-score nya. Z-Score merupakan suatu persamaan multivariabel yang digunakan oleh alman dalam rangka memprediksi tingkat kebangkrutan. Alman menggunakan model statistic yang disebut dengan analisis diskriminan, tepatnya adalah Multiple discriminant analysis (MDA).

MDA mulai digunakan pada penelitian biologi di tahun 1930-an. Pada MDA sampel dibagi kedalam dua kelompok, dalam hal ini adalah perusahaan yang bangkrut dan perusahaan yang tidak bangkrut. Hal ini berbeda denga regresi berganda biasa yang mencampur kedua sampel.


(54)

Sebelum melakukan analisis kebangkrutan perlu disadari bahwa dalam setiap model selalu terdapat kemungkinan salah prediksi dan perbedaan tingkat akurasi. Sulit untuk berharap ada alat prediksi dengan akurasi 100%.

Adapun Z-Score yang terus mengalami perubahan yaittu: 1. Z-Score Asli

Z-Score asli pertama sekali dirumuskan oleh Alman dengan latar belakang, antara lain:

1)Sampel diambil dari perusahaan manufaktur publik. 2)Perusahaan beralokasi di Amerika.

3)Dirumuskan tahun 1968.

4)Jumlah sampel 66 perusahaan, terdiri dari 33 perusahaan bangkrut dan 33 perusahaan tidak bangkrut.

Junlah rasio yang dipilih adalah 22 buah. Dari jumlah sampel tersebut kemudian hanya dipilih 5 rasio yang paling kuat secara bersama berkolerasi dengan kebangkrutan. Versi pertama dari Z-Score yang asli dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel 2.1

Tabel Klasifikasi Alman Z-Score Z=1,2 X

+ 1,4 X + 3,3 X + 0,6 X + 1,0 X

Working Capital/Total Asset Retained Earning/Total Asset

EBIT/Total Asset

Market Value of Equity/book value of debt

Sales/Total Asset

Score Kondisi

>2,99 Tidak Bangkrut

1,81-2,99 Daerah Kelabu

<1,81 Bangkrut


(55)

Keterangan:

a) Jika nilai Z > 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut. b) Jika nilai Z 1,81-2,99 Maka termasuk perusahaan daerah kelabu. c) Jika nilai Z < 2,99 maka termasuk perusahaan yang bangkrut. 2. Z-Score

Karena keterbatasan dari penggunaan Z-Score yang hanya dapat digunakan bagi perusahaan publik dan manufaktur, kemudian Alman mengembangkan dua varian dari Z-Score, yaitu Z’-Score dan Z”-Score. Z’-Score ditunjukan untuk perusahaan non publik (Private) dengan cara merumuskan kembali rasio yang digunakan yaitu menghilangkan market value of equity dan menggantinya dengan

book value of equity. Perumusan yang berubah dan sampel yang berbeda membuat hasil akhir rumus Z’-Score menjadi berbeda dengan Z-Score Asli.

Tabel 2.2

Tabel Klasifikasi Alman Z’-Score Z= 0,717 X

+ 0,847 X + 3,107 X + 0,420 X + 0,998 X

Working Capital/Total Asset Retained Earning/Total Asset

EBIT/Total Asset

Market Value of Equity/book value of debt

Sales/Total Asset

Score Kondisi

>2,90 Tidak Bangkrut

1,23-2,90 Daerah Kelabu

<1,23 Bangkrut

Sumber: Syahyunan (2015:117) Keterangan:

a) Jika nilai Z > 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut. b) Jika nilai Z 1,81-2,99 Maka termasuk perusahaan daerah kelabu.


(56)

c) Jika nilai Z < 2,99 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.

3. Z”-Score

Varian terakhir adalah Z”-Score. Pada model terakhir ini rasio sales to total asset dihilangkan dengan harapan efek industri, dalam pengertian ukuran perusahaan terkait dengan asset atau penjualan dapat dihilangkan. Sampel yang digunakan kemudian diganti dengan perusahaan dari negara berkembang (emerging market), yaitu Mexico. Z”-Score merupakan rumus yang paling fleksibel karena bisa digunakan untuk perusahaan publik maupun private.

Tabel 2.3

Tabel Klasifikasi Alman Z’-Score Z= 6,25 X

+ 3,26 X + 6,72 X + 1,05 X

Working Capital/Total Asset Retained Earning/Total Asset

EBIT/Total Asset

Book value og equity/ Book value of debt

Score Kondisi

>2,60 Tidak Bangkrut

1,1-2,60 Daerah Kelabu

<1,1 Bangkrut

Sumber: Syahyunan (2015:117) Keterangan:

a) Jika nilai Z > 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut. b) Jika nilai Z 1,81-2,99 Maka termasuk perusahaan daerah kelabu. c) Jika nilai Z < 2,99 maka termasuk perusahaan yang bangkrut. 2.1.9. Manfaat Prediksi Financial Distress

Menurut Harnanto (1984 : 483-484) menyatakan bahwa, prediksi financial distress suatu perusahaan memberikan manfaat bagi beberapa pihak anatara lain:


(57)

1. Bagi Investor

Informasi adanya prediksi financial distress memberi masukan dalam menanamkan modal mereka, apakah mereka akan menanamkan modal mereka atau menghentikan penanaman modal mereka ke perusahaan.

5. Bagi Pemerintah

Prediksi financial distress dapat digunakan untuk menetapkan kebijakan dibidang perpajakan dan kebijakan-kebijakan lain yang berhubungan antara pemerintah dan perusahaan.

6. Bagi Bank dan Lembaga Perkreditan

Informasi akan adanya kemungkinan kesulitan keuangan yang dihadapi perusahaan nasabahnya dan calon nasabahnya sangat diperlukan untuk menentukan status apakah pinjaman harus diberikan, negosiasi pembayaran kembali pinjaman perlu dibuat ulang dan kebijakan lain sehubungan dengan pemberian pinjaman.

7. Bagi Pelaksana Pasar Modal (Bapepam)

Prediksi akan terjadinya kesulitan keuangan dan kebangkrutan suatu perusahaan diperlukan untuk memutuskan dapat atau tidaknya suatu.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian untuk memprediksi kegagalan perusahaan telah banyak dilakukan oleh beberapa peneneliti, diantaranya adalah sebagai berikut :


(58)

Tabel 2.4

Review Penelitian Terdahulu

No Nama

Peneliti/ Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian Teknik Analisis Hasil Penelitian

1 Ahmad Khaliq, et.al (2014) Identifying Financial Distress Firms: A Case Study of Malaysia’s Government Linked Companies (GLC)

1. Current Ratio 2. Debt Ratio 3. Alman Z-core

Regresi Linear Berganda

1. Current Ratio Berpengaruh Signifikan Terhadap Financial Distress

2. Debt Ratio Tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress 2 Yuanita

(2010)

Prediksi Financial Distress Dalam Industri Textile dan Garment

1. Working Capital to Total Assets. 2.Retained

Earnings to Total Assets 1. Earnings Before

Interest and Taxes to Total Assets

2. Book Value of Equity to Book Value of Debt Sales/ Total Assets 3. Rasio Keuangan Regresi Linear Berganda

1. Rasio Likuiditas Memiliki Pengaruh yang signifikan terhadap Financial Distress 2. Rasio Solvabilitas/ Leverage Memiliki Pengaruh yang signifikan terhadap Financial Distres 3 Ali

Abusalah dan Ng Kim-Soon (2012)

Using Altman's Model and Current Ratio to Assess the Financial Status of Companies Quoted In the Malaysian Stock Exchange

1. Current Ratio 2. Financial

Distress (Alman Z” -score)

Regresi Logistik

1. Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap financial distress

4 Hazem dan Al-Horani (2012)

Predicting Financial Distress of Companies Listed in Amman Stock Exchange

1. Rasio Keuangan 2. Financial

Distress (Alman Z”-score)

Regresi Linear berganda

1. Current Ratio berpengaruh terhadap financial distress 2. Debt ratio

berpengaruh terhadap financial distress


(1)

LAMPIRAN 21

HASIL ANALISIS DESKRIPTIF

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Current Ratio 64 .4296 18.9850 2.095458 2.6047572 Debt Ratio 64 .1175 .7402 .440337 .1406980

Z-Score 64 .75 13.52 4.2923 2.63265

Tahun 64 1 4 2.50 1.127


(2)

LAMPIRAN 22

HASIL UJI ASUMSI KLASIK DAN PENGUJIAN HIPOTESIS

HASIL UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz ed Residual

N 64

Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation 1,66422911 Most Extreme

Differences

Absolute ,139

Positive ,139

Negative -,080

Kolmogorov-Smirnov Z 1,108

Asymp. Sig. (2-tailed) ,171

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(3)

LANJUTAN LAMPIRAN 22

HASIL UJI ASUMSI KLASIK DAN PENGUJIAN HIPOTESIS


(4)

LANJUTAN LAMPIRAN 22

HASIL UJI ASUMSI KLASIK DAN PENGUJIAN HIPOTESIS


(5)

LANJUTAN LAMPIRAN 22

HASIL UJI ASUMSI KLASIK DAN PENGUJIAN HIPOTESIS

HASIL UJI AUTOKORELASI

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,763a ,583 ,569 1,69129 1,938

a. Predictors: (Constant), DR, CR b. Dependent Variable: zscore

HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 6,079 ,873 6,963 ,000

CR -6,655 1,691 -,363 -3,937 ,000 ,803 1,246

DR ,523 ,091 ,529 5,728 ,000 ,803 1,246

a. Dependent Variable: zscore

HASIL UJI REGRESI LINEAR BERGANDA

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 DR, CRa . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: zscore


(6)

LANJUTAN LAMPIRAN 22

HASIL UJI ASUMSI KLASIK DAN PENGUJIAN HIPOTESIS

HASIL REGRESI LINEAR BERGANDA

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 6,079 ,873 6,963 ,000

CR -6,655 1,691 -,363 -3,937 ,000

DR ,523 ,091 ,529 5,728 ,000

a. Dependent Variable: zscore

HASIL UJI SEREMPAK (F-test)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 243,636 2 121,818 42,587 ,000a

Residual 174,488 61 2,860

Total 418,125 63

a. Predictors: (Constant), DR, CR b. Dependent Variable: zscore

HASIL UJI SECARA PARSIAL (t-test)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 6,079 ,873 6,963 ,000

CR -6,655 1,691 -,363 -3,937 ,000

DR ,523 ,091 ,529 5,728 ,000


Dokumen yang terkait

Pengaruh Debt to Asset Ratio, Current Ratio dan Cash Ratio terhadap Return on Asset pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2011 - 2013

2 73 74

Pengaruh Total Asset Turn Over, Debt to Equity Ratio dan Debt to Asset Ratio terhadap profitabilitas pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 74 88

Pengaruh Current Ratio dan Debt Ratio Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 21 137

Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Profit Margin Ratio, dan Total Asset Turnover terhadap Perubahan Laba pada Perusahaan Property and Real Estate yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2012.

0 1 41

Pengaruh Current Ratio dan Debt Ratio Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Current Ratio dan Debt Ratio Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Current Ratio dan Debt Ratio Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 17

Pengaruh Current Ratio dan Debt Ratio Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 33

Pengaruh Current Ratio dan Debt Ratio Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 30

PENGARUH CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO DAN NET PROFIT MARGIN TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN PROPERTY & REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - POLSRI REPOSITORY

0 0 13