BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pendidikan Pemakai - Pengaruh Pendidikan Pemakai Terhadap Pemanfaatan Perpustakaan di Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol Padang (IAIN IB Padang)

BAB II KAJIAN TEORITIS

2.1 Pendidikan Pemakai

  Semakin berkembangnya metode pendidikan di perguruan tinggi, kebutuhan akan perpustakaan semakin dirasakan. Tetapi dengan demikian cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan, jumlah dan macam koleksi juga semakin bertambah, sehingga pengguna perpustakaan terutama mahasiswa, makin bingung dalam usahanya dalam menemukan informasi. Dengan demikian mereka tidak dapat memanfaatkan perpustakaan semaksimal mungkin. Namun di lain pihak, keberadaan suatu perpustakaan sebagai pusat pendidikan dan bahkan tempat pendidikan seumur hidup sudah terpatri dihati pengguna.

  Dalam hal inilah perpustakaan diharapkan untuk meningkatkan jasa informasinya secara aktif salah satu langkah yang tepat untuk menanggulangi hal tersebut adalah menyelenggarakan suatu program pendidikan pemakai pada perpustakaan. Secara umum istilah pendidikan pemakai dalam konteks ilmu perpustakaan adalah pengertian yang sama dengan istilah bimbingan pemakai, pendidikan pemakai, atau User Education.

  Defenisi Pendidikan Pemakai menurut Hasanah yang dikutip oleh Wahyuni (2010 : 1) adalah sebagai berikut:

  Pendidikan pemakai adalah salah satu kegiatan jasa pemanduan dari perpustakaan untuk membantu pemakai perpustakaan dalam meningkatkan keterampilan pemakai menemukan informasi yang diinginkan secara cepat dan tepat.

  Selain pendapat di atas masih ada pendapat lain tentang pendidikan pemakai oleh Lasa (2009 : 241) yang menyatakan bahwa :

  Pendidikan pemakai merupakan program yang diselenggarakan perpustakaan untuk memberikan bimbingan, petunjuk, maupun pendidikan kepada calon pemakai perpustakaan dalam kegiatan mereka, memanfaatkan jasa informasi dan sarana perpustakaan. kegiatan ini di perpustakaan-perpustakaan perguruan tinggi sudah lazim dilaksanakan baik secara formal atau pun non-formal,dan diberlakukan untuk mahasiswa.

  Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan pemakai adalah program yang diselenggarakan oleh perpustakaan kepada calon pemakai dalam memanfaatkan jasa informasi dan sarana serta memberikan keterampilan pemakai dalam menemukan informasi secara cepat dan tepat.

2.1.2. Fungsi Pendidikan Pemakai

  Pendidikan pemakai adalah suatu proses yang paling efektif untuk menginformasikan informasi dari satu individu keindividu lainnya. Menurut Sudarsih (2011 : 1) menjelaskan pendidikan sebagai berikut :

  Pendidikan pemakai adalah suatu proses dimana pemakai perpustakaan pertama-tama didasarkan Oleh luasnya dan jumlah sumber-sumber perpustakaan, jasa layanan, dan sumber informasi yang tersedia bagi pemakai, dan kedua diajarkan bagaimana menggunakan sumber informasi tersebut yang tujuannya untuk mengenalkan keberadaan perpustakaan, menjelaskan mekanisme penelusuran informasi serta mengajarkan pemakai bagaimana mengeksploitasi sumber daya yang tersedia. Pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa yang paling penting dalam proses pendidikan adalah luasnya sumber informasi dan sumber informasi yang tersedia dalam pendidikan pemakai dan bagaimana mengajarkan pemakai mengeksploitasi sumber daya yang tersedia.

  Menurut Sutarno (2006 : 95) menjelaskan bahwa fungsi dari bimbingan pemakai adalah suatu kegiatan yang bermaksud memberikan panduan, penejelasan tentang pengguna perpustakaan kepada sekelompok pengguna baru perpustakaan. fungsi dilakukannya bimbingan pemakai bagi perpustakaan yaitu : 1.

  Pemakai perpustakaan dapat mengenal dan memahami serta menggunakan sistem yang dilakukan di perpustakaan tersebut.

  2. Menggunakan sarana temu informasi yang tersedia seperti kude/nomor klasifikasi, kartu catalog, dan penunjuk yang lain.

  3. Pemakai perpustakaan dengan cepat dan tepat menemukan apa yang diperlukan, tanpa banyak membunag waktu, tidak menemui kesulitan dan hambatan.

  4. Pendidikan pemakai memperluas jangkauan pemakaian koleksi oleh pengunjung dan anggota perpustakaan.

  5. Pendidikan pemakai mengembangkan citra perpustakaan sebagai bagian Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan pemakai memiliki fungsi yang sangat penting dari fungsi perpustakaan. Oleh karena itu pendidikan pemakai harus memiliki peran yang besar dalam mendukung perpustakaan yang ingin digunakan oleh pengguna perpustakaan.

2.1.3 Tujuan Pendikan Pemakai

  Perpustakaan perguruan tinggi harus memberikan suatu bimbingan kepada pemakainya dalam hal ini mahasiswa sebagaimana dikatakan bahwa pendidikan pemakai adalah pusat dari segala tujuan perpustakaan yang efektif dan sumber daya informasi. Tujuan utama pendidikan pemakai memperkenalkan kepada pemakai bahwa perpustakaan adalah suatu sistem yang didalamnya ada gedung, koleksi, sumber daya manusia dan pengguna yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Kehadiran perpustakaan dengan koleksi yang lengkap tidak ada artinya tanpa kehadiran pemakai, demikian pula sebaliknya.

  Adapun tujuan pendidikan pemakai menurut Sulistyo Basuki (2004 : 392) menyatakan bahwa tujuan pendidikan pemakai adalah sebagai berikut :

  Mengembangkan keterampilan pemakai yang diperlukannya untuk menggunakan perpustakaan atau pusat dokumentasi, mengembangkan keterampilan tersebut untuk mengidentifikasi masalah informasi yang dihadapi pemakai, merumuskan kebutuhan informasinya sendiri (pemakai), mengindentifikasi kisaran kemungkinan sumber informasi yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya, menilai kecepatan, kekuatan dan kelemahan masing-masing sumber informasi dan yang paling penting mampu menghadapi ketidaksamaan informasi yang disediakan oleh sumber yang berlainan dan megasimilasi, mengumpulkan, menyajikan, dan menerapkan informasi.

  Sementara itu menurut Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman (2004 : 95) menyatakan : 1.

  Meningkatkan keterampilan pengguna agar mampu memanfaatkan kemudahan dan sumber daya perpustakaan secara mandiri.

  2. Membekali pengguna dengan teknik yang memadai dan sesuai untuk menemukan informasi secara dalam subjek tertentu.

  3. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya dan layanan perpustakaan.

  4. Mempromosikan layanan perpustakaan.

  5. Menyiapkan pengguna agar dapat mengantisipasi perkembangan ilmu dan teknologi.

  Ada bermacam-macam tujuan yang hendak dicapai dalam program pendidikan pemakai, antara lain:

  1. Agar mahasiswa menggunakan perpustakaan secara efektif dan efesien.

  2. Agar mahasiswa menggunakan sumber-sumber literatur dan dapat menemukan informasi yang relevan dengan masalah yang dihadapi.

  3. Memberi pengertian pada mahasiswa akan tersedianya informasi di perpustakaan dalam bentuk tercetak atau tidak tercetak.

  4. Memperkenalkan kepada mahasiswa jenis-jenis koleksi serta cirri-cirinya.

  5. Memberikan latihan atau petunjuk dalam menggunakan perpustakaan dan sumber-sumber informasi agar mahasiswa mampu meneliti suatu masalah, menemukan materi yang relevan, mempelajari dan memecahkan masalah.

  6. Mengembangkan minat baca masyarakat pemakainya.

  7. Memperpendek jarak antara pustakawan dengan pemakainya.

  8. Menuju masyarakat informasi (Nurjanah, 2010 : 3). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan pemakai untuk meningkatkan keterampilan pengguna agar mampu memanfaatkan perpustakaan sehingga pemakai perpustakaan dapat menilai sumber informasi dan yang paling penting mampu menghadapi ketidaksamaan informasi yang disediakan oleh sumber yang berlainan dan megasimilasi, mengumpulkan, menyajikan, dan menerapkan informasi tersebut dalam kehidupannya.

2.1.4 Materi Pendidikan Pemakai

  Pada dasarnya materi yang diterapkan dalam pendidikan pemakai pada perpustakaan relatif sama antara satu perpustakaan dengan perpustakaan lainnya. pemanfaatan perpustakaan antara lain adalah : 1.

  Pengenalan terhadap denah perpustakaan 2. Peraturan perpustakaan 3. Alat penelusuran informasi 4. Pengenalan terhadap bagian-bagian layanan perpustakaan 5. Pengenalan terhadap penempatan koleksi 6. Pengenalan terhadap ruang baca.

  Menurut Rice yang dikutip oleh Sudarsih (2011 : 5) tujuan dan materi pendidikan pemakai diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Orientasi perpustakaan

  Materi yang di ajarkan berupa pengenalan terhadap perpustakaan secara biasanya diberikan ketika siswa/mahasiswa baru memasuki suatu lembaga pendidikan bersangkutan, materinya antara lain : Pengenalan Gedung Perpustakaan, pengenalan Katalog dan alat penelusuran lainnya, pengenalan beberapa sumber bacaan termasuk bahan-bahan rujukan dasar. Sedangkan Tujuan yang ingin dicapai adalah:

  1. Mengenalkan fasilitas-fasilitas fisik gedung perpustakaan itu sendiri.

  2. Mengenal bagian-bagian layanan dan staf dari setiap bagian secara tepat.

  3. Mengenal layanan- layanan khusus seperti penelusuran melalui computer, layanan peminjaman.

  4. Mengenalkan kebijakan-kebijakan perpustakaan seperti prosedur menjadi anggota, jam layanan perpustakaan.

  5. Mengenal pengorganisasian koleksi dengan tujuan untuk mengurangi kebingungan pemakai dalam mencari bahan-bahan yang dibutuhkan.

  6. Termotivasi untuk dating kembali dan menggunakan sumber-sumber yang ada di perpustakaan.

  2. Pengajaran Perpustakaan.

  Materi yang diajarkan merupakan penjalasan lebih dalam lagi mengenai bahan-bahan perpustakaan secara spesifik. Ini berhubungan dengan kemampuan mahasiswa dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan menggunakan semua bahan pustaka yang tersedia di perpustakaan materinya antara lain: a.

  Teknik penggunaan indeks, katalog, bahan-bahan rujukan, dan alat-alat bibliografi.

  b.

  Penggunaan bahan atau sumber pustaka sesuai dengan subjek atau jurusan.

  c.

  Melaksanakan teknik-teknik penelusuran informasi dalam sebuah tugas penelitian atau pembuatan karya ilmiah lainnya. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah : 1.

  Dapat menggunakan pedoman pembaca untuk mencari bahan-bahan artikel.

  2. Dapat menemukan buku-buku yang berhubungan dengan subjek khusus melalui katalog.

  3. Dapat menggunakan bentuk mikro dan alat-alat baca lainnya secara tepat.

  4. Dapat menggunakan alat rujukan khusus seperti ensiklopedi, almanak, bibliografi.

  5. Menemukan koleksi visual dan dapat menggunakannya.

  6. Mengetahui sumber-sumber yang tersedia diperpustakaan lainnya dan dapat melakukan permintaan peminjaman.

  7. Melakukan suatu penelusuran dalam layanan pengindeksan seperti pada pusat informasi sumber pendidikan dan dapat menemukan dan menggunakan hasil-hasil sitasi.

  3. Bibliografi.

  Pengajaran

  Materi yang diajarkan lebih condong sebagai langkah persiapan mengadakan atau sebagai dasar penelitian dalam rangka menyusu karya akhir. Pada level ketiga ini bias ditawarkan melalui mata ajar formal sebagai bagian dari kurikulum muatan lokal. Materi yang disampaikan antara lain: a.

  Informasi dan pengorganisasiannya.

  b.

  Tajuk subyek dan defenisi suatu topik karya ilmiah.

  c.

  Macam-macam sumber untuk penelitian.

  d.

  Membuat kerangka teknik dan perencanaan suatu karya ilmiah.

  e.

  Teknik-teknik membuat catatan dalam karya ilmiah.

  f.

  Gaya, catatan kaki, rujukan dan sumber bahan bacaan.

  Strategi penelitian, kesempatan dalam penelitian, dan pemakai yang tepat layananan koleksi yang diberikan perpustakaan.

  h.

  Membuat / menulis karya ilmiah. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa materi pendidikan pemakai menekankan pada aspek yang lebih konsepsional dan sasarannya adalalah para pemakai yang sudah memahami fisik dan memerlukan teknik penelusuran, penyerapan dan pemanfaatan informasi yang dibutuhkannya. Melalui beberapa materi pendidikan pemakai juga dapat diketahui bahwa penyelenggaraan pendidikan pemakai pada perpustakaan, harus mampu menginformasikan aspek-aspek penting yang berkaitan dan dimiliki oleh perpustakaan kepada pengguna perpustakaan, dengan harapan melalui pendidikan pemakai maka pengguna perpustakaan tidak akan merasa asing dan lebih cepat beradaptasi terhadap tatanan sistem operasional perpustakaan.

  Sementara itu, kemungkinan terdapatnya perbedaan materi pendidikan pemakai antara satu perpustakaan dengan perpustakaan lainnya sangat mungkin terjadi. Hal ini sudah lumrah karena pada dasarnya peraturan mengenai pendidikan pemakai belum diatur dalam undang-undang pendidikan. Selain itu tingkat kualifikasi

  (level) antara satu perpustakaan dengan perpustakaan lainnya juga banyak yang memiliki perbedaan atau dengan kata lain belum seragam. Namun materi yang menyangkut keadaan umum perpustakaan biasanya disertakan pada setiap pendidikan pemakai di seluruh perpustakaan.

2.1.5 Metode Pendidikan Pemakai

  Agar program pendidikan pemakai perpustakaan berjalan dengan baik, maka perlu menentukan terlebih dahulu metode yang sesuai dan efektif untuk digunakan. suatu metode pengajaran harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1.

  Dapat mengkomunikasikan tujuan-tujuan yang telah dibuat.

  2. Dapat membuat seseorang tertarik untuk perhatian dan memotivasi mereka untuk perhatian penuh terhadap apa yang sedang diajarkan.

  3. Dapat mendorong seseorang untuk ambil bagian dengan menolongnya untuk mempersiapkan pelajaran-pelajaran.

  4. Dapat memberikan umpan balik untuk menguji efektifitas metode tersebut melalui indikator-indikator yang jelas. Menurut Nusharee Trelowjorg yang dikutip oleh Irawan (2005 : 21) pada dasarnya metode pendidikan pemakai terbagi 2 (dua) macam, yaitu metode pengajaran langsung dan metode pengajaran tidak langsung.

1. Pengajaran langsung adalah pelajaran yang diberikan melalui hubungan langsung antara pengajar dengan mahasiswa. Metode dapat bersifat resmi dan tidak resmi.

  a.

  Pengajaran langsung bersifat resmi, yaitu pengajaran yang merupakan bagian integral dari kurikulum perguruan tinggi yang bersangkutan, dan memperoleh bonbot kredit semester.

  b.

  Pengajaran langsung bersifat tidak resmi, yaitu pengajaran tersebut bukan

  bagian integral dari kurikulum perguruan tinggi dan tidak memperoleh bobot kredit semester.

2. Pengajaran tidak langsung yaitu pengajaran yang diberikan melalui media tertentu.

  Ada beberapa teknik atau metode yang dapat digunakan dalam pendidikan pemakai dilingkungan sivitas Perguruan Tinggi : Presentasi atau kuliah di kelas, Wisata Perpustakaan, Penggunaan Audio Visual, Permainan dan Tugas Mandiri, Penggnaan Buku Pedoman atau Pamflet yaitu menurut Fjallbrant (1984 : 43) adalah:

  Lectures atau Ceramah di kelas Yaitu memberikan ceramah secara umum, isi ceramah mengajarkan pemakai dalam hal ini mahasiswa bagaimana cara menggunakan perpustakaan dengan baik dalam rangka mengatasi kebutuhan-kebutuhan mereka akan informasi.

  b.

  The Tour of The Library atau Wisata Perpustakaan Yaitu dengan melakukan perjalanan keliling di perpustakaan sekaligus memperkenalkan perpustakaan secara umum. Kegiatan ini dapat dilaksanakan pada masa orientasi mahasiswa. Beberapa teknik yang bisa dilakukan dalam memandu wisata perpustakaan, antara lain :

  1. Menciptakan suasana yang bersahabat dan informal serta terbuka untuk beberapa pertanyaan.

  2. Usahakan berbicara tidak terlalu cepat dan sensitif terhadap kebingungan yang dialami pemakai.

  3. Gunakan sarana pembantu untuk memperjelas sesuatu yang didiskusikan, misal : penggunaan katalog.

  4. Buatlah para peserta berperan aktif untuk mencoba menggunakan fasilitas yang ada.

  5. Waktu yang digunakan tidak terlalu lama, maksimal 45 menit.

  6. Sediakan buku panduan yang dapat membantu mereka selama mengikuti wisata perpustakaan tersebut.

  c.

  Penggunaan Audio Visual/ Audio Visual Methods Metode ini merupakan pengajaran tidak langsung yaitu pengajaran adalah kaset, televisi, slide, CD-ROM, dan lain-lain.

  Pemakai perpustakaan dapat menjelajahi perpustakaan dengan mendengarkan instruksi yang direkam dalam kaset. Mereka dapat mematikan dan mengulang kaset tersebut sesuai dengan kemampuannya dalam memahami instruksi yang terdapat dalam kaset.

  Orientasi perpustakaan dapat juga dikakukan melalui penggunaan televisi, para peserta dapat menyaksikan dan memperoleh penjelasan mengenai berbagai hal, seperti: fasilitas perpustakaan, pelayanan perpustakaan, dan fungsinya masing-masing. Slide dapat digunakan dalam menerangkan lokasi, fasilitas dan pelayanan perpustakaan dengan memberikan keterangan-keterangan yang diberikan oleh pemandu atau rekaman suara.

  d.

  Printed Guides /Penggunaan Buku Pedoman atau Pamflet.

  Metode ini juga merupakan pengajaran tidak langsung. Teknik ini biasanya menuntut pemakai untuk mempelajari sendiri mengenal perpustakaan melalui berbagai keterangan yang ada pada buku panduan atau pamflet. Biasanya diterapkan ketika peserta melaksanakan wisata Perpustakaan. Dari uraian di atas menyatakan bahwa metode pendidikan pemakai bermacam-macam, maka metode yang diterapkan pada perpustakaan sesuai dengan keadaan perpustakaan dan kebutuhan pemakai perpustakaan itu sendiri.

2.1.6 Manfaat Pendidikan Pemakai

  pendidikan pemakai karena : a.

  Bahwa sumber-sumber yang ada di perpustakaan merupakan komponen penting dalam proses pendidikan, karena itu koleksi yang memadai penting guna menunjang kurikulum resmi.

  b.

  Bahwa sumber-sumber di perpustakaan harus merefleksikan suatu pendekatan meltimedia terhadapa pengajaran, mencakup materi tercetak dan materi tidak tercetak.

  c.

  Bahwa kemampuan menggunakan perpustakaan merupakan bekal utama dari pendidikan bebas, karena itu perpustakaan bertanggung jawab untuk menggunakan kemampuan itu. Selain dari tujuan yang disebutkan di atas maka terdapat pula manfaat dari pendidikan pemakai perpustakaan perguruan tinggi. Dalam melakukan studinya di perguruan tinggi mahasiswa dapat juga menggunakan literatur-literatur penting yang terdapat di perpustakaan sebagai bahan penunjang perkuliahan dan penelitian mereka. Menurut Katz (1987 : 9), literatur- literatur tersebut adalah : 1.

  Literatur primer, yaitu karya asli seseorang yang belum di interpretasikan, di ringkas ataupun di evaluasi oleh orang lain.

  2. Literatur sekunder, yaitu sebuah indeks yang digunakan untuk menemukan literatur primer, yang memuat karya asli yang telah dimodifikasi, diseleksi dan disusun kembali untuk tujuan tertentu.

  3. Literatur tersier, berisi informasi mengenai literatur sekunder. Sedangkan menurut Fjallbrant yang dikutip oleh Alam (2003 : 5) menyatakan bahwa manfaat pendidikan pemakai adalah :

  1. Menyadari eksistensi perpustakaan universitasnya, mengetahui kandungan 2.

  Mampu mengenai lokasi buku, diktat, ensiklopedia, kamus, penerbitan berkala dan tempat dimana bisa bahan yang diperlakukannya.

  3. Mampu membedakan setiap jenis katalog.

  4. Mampu menggunakan perpustakaan dan mengisi format isian yang umum digunakan di perpustakaan mereka.

  5. Memiliki keinginan yang besar untuk menggunakan dan memahami cara penggunaan perpustakaan dengan percaya diri terutama bahan-bahan yang terkait langsung dengan perkuliahan yang sedang ditempuh.

  Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat pendidikan pemakai adalah pengguna mengerti lokasi dan isi perpustakaan dan memahami perpustakaan sebagai pusat informasi terbatas untuk menunjang tugas-tugas belajar mereka serta dapat menggunakan perpustakaan secara mandiri.

2.1.7 Waktu Pelaksanaan Pendidikan Pemakai

  Pelaksanaan pendidikan pemakai yang diadakan oleh perpustakaan perguruan tinggi juga harus diperhatikan waktu pelaksaannya. Karena setiap pengguna perpustakaan memiliki waktu yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan pemakai sebaiknya dilaksanakan dengan waktu yang tidak terlalu lama singkat, tepat dan padat.

  Darmono (2001 : 168) Bimbingan perpustakaan biasanya dilakukan oleh pustakawan atau petugas perpustakaan. Waktu yang diberikan sangat bervariasi, tergantung, dari jenis perpustakaannya. Untuk perpustakaan besar dengan koleksi dan jenis layanan yang sangat banyak maka waktu yang dibutuhkan relatif lebih lama bila dibandingkan dengan perpustakaan yang relatif kecil. pendidikan pemakai dilaksanakan tergantung koleksi dan besar kecil gedung perpustakaan.oleh karena itu sebaiknya pelaksanaan pendidikan pemakai dilakukan saat setelah penerimaan mahasiswa baru.

2.1.8 Dampak Penerapan Pendidikan Pemakai

  Dengan diterapkannya pendidikan pemakai pada perpustakaan diharapkan memberikan dampak positif yang signifikan di kalangan pengguna perpustakaan. Hak (2007) mengutarakan beberapa dampak yang diharapkan dari adanya pendidikan pemakai yaitu sebagai berikut:

  1. Pengetahuan, misalnya: dari yang tadinya tidak tahu penggunaan susunan klasifikasi untuk pengelola untuk pengelolaan buku-buku atau koleksi lainnya menjadi tahu makna dan manfaatnya, sehingga dapat menggunakan katalog untuk penemuan kembali buku-buku yang dibutuhkannya.

  2. Sikap, misalnya: dari yang tadinya bersikap perpustakaan hanya sebagai tempat penyimpanan buku menjadi perpustakaan sebagai tempat untuk mencari informasi (sumber belajar), sehingga selalu datang ke perpustakaan untuk memenuhi segala kebutuhan informasinya baik itu yang berhubungan langsung dengan perkuliahannya maupun untuk keperluan informasi lainnya.

  3. Keterampilan, misalnya: dari yang tadinya sering menyobek buku atau koleksi lainya menjadi perhatian untuk memelihara keberadaannya dengan cara menjaga kerapihan dan menempatkan kembali sesuai dengan susunan klasifikasi atau “call number” buku di rak atau sarana perpustakaan lainnya. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa terdapat indikasi dengan adanya pendidikan pemakai dampak positif memberikan kemungkinan yang lebih besar.

  Namun demikian, faktor yang juga perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan pengaruh yang dapat ditimbulkan adalah faktor pendidikan ( proses dan aktivitasnya) dan pengguna perpustakaan ( peserta didik) itu sendiri .

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer (Salim, 2002 : 1132) disebutkan bahwa istilah peran memiliki arti “bagian dari tugas utama yang harus dilakukan”.

  Defenisi pustakawan menurut Hasugian (2009 : 13), Pustakawan adalah person atau orang yang bekerja di perpustakaan, akan tetapi tidak semua orang yang bekerja di perpustakaan disebut pustakawan, melainkan hanya mereka yang memiliki keahlihan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan dalam bidang perpustakaan dan informasi.

  Pustakawan juga merupakan profesi yang mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan untuk melakukan berbagai kegiatan di perpustakaan, dokumentasi dan pada lemabaga lain yang bergerak dalam pengelolaan informasi.

  Menurut Ikatan Pustakawan Indonesia yang dikutip oleh Hermawan (2006 : 45) menyatakan :

  Pustakawan adalah seorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi, dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan. Pustakawan adalah seorang yang berkarya secara professional dibidang perpustakaan dan informasi. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran pustakawan adalah tugas pustakawan dalam melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada pengguna perpustakaan sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi, dan informasi. Tugasnya adalah mencari dan menemukan informasi dengan cepat dan tepat serta memanfaatkan informasi tersebut.

  Pustakawan memiliki peran yang paling besar dalam proses penerapan pendidikan pemakai pada perpustakaan. Hal ini disebabkan karena pustakawanlah yang memang seharusnya benar-benar mengetahui segala seluk beluk fasilitas dan aktivitas jasa yang ada di perpustakaan. Oleh sebab itu, para pustakawan diharapkan benar-benar professional dalam mengajarkan materi ketika pendidikan pemakai dijalankan.

  Kegiatan kerja professional pustakawan yang harus dilakukan pada layanan pendidikan pengguna menurut Soedibyo (2005 : 121 ) adalah:

  1. Membuat perencanaan penyampaian bahan, metode, teknik, dan sasaran usaha bimbingan pemakai.

  2. Menetapkan tingkat dan sistem penyampaian bimbingan yang sesuai.

  3. Menetapkan dan mengatur waktu pemberian bimbingan dan pendidikan pemakai kepada pengguna

  4. Melaksanakan usaha pendidikan baik secara individu maupun secara kelompok.

  Dalam rangka penyelenggaraan pendidikan pemakai pada perpustakaan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pustakawan dan staf perpustakaan, yaitu sebagai berikut: 1.

  Petugas perpustakaan harus menciptakan lingkungan yang memungkinkan lingkungan pengguna untuk memanfaatkan sumber daya dan fasilitas perpustakaan secara optimal.

  2. Materi dan metode pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan pengguna.

  3. Petugas perlu melibatkan dosen, jurusan, dan fakultas.

  4. Pendidikan dilakukan baik secara terprogram maupun sewaktu-waktu.

  (Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman, 2004 : 95). Dengan demikian, peran pustakawan dalam menerapkan pendidikan pemakai di perpustakaan pada dasarnya merupakan konribusi terbesar dan menjadi penentu keberhasilan proses pendidikan pemakai, disamping kemauan dan minat pengguna juga menjadi faktor pendukung. Hal ini dapat diidentifikasi dari ada atau tidaknya peningkatan kemampuan pengguna memanfaatkan fasilitas perpustakaan setelah mengikuti pendidikan pemakai di perpustakaan.

  Sintesis:

  Yang dimaksud pendidikan pemakai adalah program pelatihan bagi pemakai perpustakaan dalam memanfaatkan perpustakaan dengan indikator : (1) tujuan pendidikan pemakai, (2) metode pendidikan pemakai, (3) materi pendidikan pemakai, (4) manfaat Pendidikan pemakai, (5) peran pustakawan, (6) program pendidikan pemakai.

2.2 Pemanfaatan Perpustakaan

  Pemanfaatan merupakan salah satu bentuk usaha penggunaan fasilitas sarana dan prasarana yang ada. Menurut sutarno (2006 : 215), “pemberdayaan atau pendayagunaan perpustakaan adalah suatu upaya bagaimana memanfaatkan perpustakaan dan segala fasilitas yang tersedia, baik oleh penyelenggara maupun oleh pemakaiannya secara maksimal atau optimal”.

  Dapat diketahui bahwa pemanfaatan perpustakaan merupakan proses, cara dalam memanfaatkan perpustakaan dan segala yang tersedia didalamnya dengan baik dan maksimal.

  Agar pemanfaatan perpustakaan dapat tercapai secara maksimal perlu dilakukan suatu kegiatan pembinaan pengguna agar membantu pengguna dalam memanfaatkan perpustakaan. Menurut Mufid (2008 :2) yang dikutip Meliala (2010 :33) menyatakan bahwa:

  Salah satu cara optimalisasi pemanfaatan layanan di perpustakaan adalah melalui pendidikan pemakai, pendidikan pemakai adalah mendidik pemakai perpustakaan apakah itu mahasiswa, staf dan anggota masyarakat umum, tentang bagaimana memanfaatkan perpustakaan dan layanan-layanannya.

  Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa agar pemanfaatan perpustakaan dapat tercapai secara optimal, maka cara yang dilakukan adalah melalui kegiatan pendidikan pemakai, yaitu mendidik, mengarahkan serta member pengetahuan dan keterampilan kepada pengguna mengenai bagaimana cara memanfaatkan perpustakaan, kemudian perpustakaan melakukan kegiatan sosialisasi, publikasi dan promosi.

  2.2.1 Pengguna Perpustakaan

  Pada sebuah perpustakaan pengguna merupakan faktor yang mempengaruhi perpustakaan tersebut berhasil atau tidak., karena perpustakaan yang banyak dikunjungi dan dimanfaatkan seluruh fasilitas dan layanannya dapat dikatakan perpustakaan yang berhasil.

  Menurut Reitz (2004 : 527) mengatakan “User is any person who the

  

resources and sevices of library ”. Yang artinya pengguna perpustakaan adalah setiap

  Jadi jelas dapat disimpulkan bahwa setiap orang yang menggunakan jasa, fasilitas dan layanan perpustakaan adalah pengguna perpustakaan.

  2.2.2 Pemanfaatan Perpustakaan oleh Pemakai

  Kata pemanfaatan berasal dari kata manfaat yang berarti guna, faedah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005 : 711) disebutkan bahwa “Pemanfaatan mengandung arti, proses, cara pembuatan memanfaatkan” berarti dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan adalah proses atau cara, perbuatan untuk memanfaatkan suatu yang kita butuhkan.

  Menurut Handoko seperti yang dikutip oleh Handayani (2007 : 28), bahwa dari segi pengguna pemanfaatan bahan pustaka di perpustakaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

  a.

  Faktor internal meliputi: 1.

  Kebutuhan Yang dimaksud dengan kebutuhan disini adalah kebutuhan akan informasi 2. Motif

  Motif merupakan suatu yang melingkupi semua penggerak, alas an, atau dorongan yang menyebabkan ia berbuat sesuatu.

3. Minat

  Minat adalah kecendrungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.

  b.

  Faktor eksternal meliputi: 1.

  Kelengkapan koleksi Banyaknya koleksi referensi yang dapat di manfaatkan informasinya oleh mahasiswa

  2. Keterampilan pustakawan dalam melayani pengguna Keterampilan pustakawan dalam melayani mahasiswa dapat dilihat melalui kecepatan dan ketepatan mereka member layanan

  3. Keterbatasan fasilitas dalam pencarian kembali Dari uraian di atas dapat menyatakan bahwa ada 2 (dua) faktor yang mempengaruhi pengguna memanfaatkan bahan pustaka yaitu faktor internal yang koleksi, keterampilan pustakawan dalam melayani pengguna dan keterbatasan dalam pencarian kembali.

2.2.3 Pemanfaatan Fasilitas Penelusuran

  Pemanfaatan Fasilitas penelusuran yang paling utama di perpustakaan adalah katalog. Melalui pemanfaatan katalog perpustakaan, pengguna dapat menelusuri informasi yang tersedia pada suatu perpustakaan. perpustakaan juga dapat mempromosikan keadaan koleksi yang dimilikinya kepada pengguna melalui katalog.

  Menurut Suhendar (2007 : 1), “Katalog adalah daftar bahan pustaka baik berupa buku maupun non buku seperti majalah, surat kabar, microfilm, slide dan lain- lain yang dimiliki yang tersimpan pada suatu atau kelompok perpustakaan”. Selain pendapat di atas Taylor dalam Hasugian (2009 : 150) memberikan defenisi katalog yaitu:

  Susunan yang sistematis dari seperangkat cantuman bibliografis yang mempresentasikan kumpulan dari suatu koleksi tertentu. Koleksi tersebut terdiri dari berbagai jenis bahan, seperti buku, terbitan berkala, peta, rekaman suara, gambar, notasi musik, dan sebagainya.

  Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa katalog perpustakaan adalah adalah daftar seluruh koleksi perpustakaan yang tersusun secara sistematis dimana mempresentasikan inti-inti isi koleksi yang tersedia di perpustakaan. Dengan demikian pemanfaatan fasilitas penelusuran adalah menggunakan katalog perpustakaan secara cepat dan tepat untuk temu balik informasi yang dibutuhkan oleh pengguna perpustakaan .

2.2.4 Pemanfaatan Layanan Perpustakaan

  keseluruhan jenis layanan yang disediakan oleh perpustakaan, baik layanan yang langsung atau tidak langsung yang ditujukan untuk mempermudah pengguna untuk menemukan informasi yang dibutuhkan. Pemanfaatan layanan perpustakaan dapat dilakukan oleh pengguna apabila pengguna tersebut mengetahui cara memanfaatkannya serta mengetahui manfaat dari setiap layanan tersebut. Akan tetapi adakalanya pengguna tidak memanfaatkan layanan perpustakaan dengan alasan tidak lengkapnya fasilitas untuk memanfaatkannya.

  Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa bermanfaat atau tidaknya suatu layanan tergantung dari upaya perpustakaan yang bersangkutan untuk memperkenalkan kepada penggunanya tentang cara penggunaan dan manfaat dari masing-masing layanan tersebut. Kegiatan pelayanan perpustakaan menurut Muchydin (1980 : 1) adalah:

  Kegiatan pelayanan perpustakaan merupakan suatu sub unit kerja di perpustakaan yang mempunyai tugas pokok untuk memberikan pelayanan bimbingan informasi dan pengarahan berikut pengadaannya untuk menelusur dan mempelajari informasi yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan.

  Pada umumnya pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan menurut Buku Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi (1979 : 4) dapat dikelompokkan ke dalam empat bagian, yaitu :

  1. Kelompok kegiatan kerja pelayanan teknis, yaitu kegiatan kerja yang dilakukan untuk melaksanankan pelayanan informasi dalam program pelayanan teknis, yang terdiri atas kegiatan kerja pengadaan, inventarisasi, klasifikasi, katalogisasi, dan pemeliharaan koleksi.

  2. Kelompok kegiatan kerja pelayanan pemakai, yaitu kegiatan kerja yang dilakukan untuk melaksanakan pelayanan informasi dalam program pemakai, yang terdiri atas kegiatan kerja sirkulasi koleksi, pelayanan referensi, pendidikan pemakai, dan penyebarluasan informasi. Kelompok kegiatan kerja pelayanan administrasi, yaitu kegiatan-kegiatan kerja yang dilaksanakan untuk mendukung secara administratif kelancaran seluruh kelompok kegiatan meliputi kegiatan-kegiatan administratif ketatausahaan, administtrasi kerumahtanggaan, dan administrasi kepegawaian.

  4. Kelompok kegiatan kerja pengelolaan, yaitu kegiatan kerja yang dilakukan untuk menyelaraskan semua kelompok kegiatan kerja sehingga berjalan harmonis dan terpadu. Pengguna yang dapat memanfaatkan pelayanan perpustakaan dengan baik, diharapkan dapat memperoleh manfaat yang maksimal. Untuk itu pendidikan pengguna merupakan salah satu cara untuk memperkenalkan berbagai layanan perpustakaan ini.

2.2.5 Tujuan Pemanfaatan

  Sebagai pusat informasi, perpustakaan dituntut untuk selalu memberikan pelayanan kepada pengguna. Untuk itu perpustakaan terus berusaha untuk menyediakan berbagai sumber informasi dan bahan-bahan yang relevan bagi penggunanya sehingga pengguna lebih efektif dalam pemanfaatan koleksi. Sebagai pusat pemanfaatan informasi perpustakaan harus mampu menyebarluaskan informasi kepada pengguna sehingga tujuan pemanfaatan koleksi perpustakaan dapat tercapai. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1216),”Tujuan bermakna arahan, haluan (jurusan), yang dituju, maksud, tuntutan (yang dituntut)”. Sedangkan menurut Salim (2002: 928) pengertian pemanfaatan sebagai proses, cara atau perbuatan pemanfaatan. Dari kedua pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pemanfaatan adalah sebagai proses, cara dan perbuatan pengguna dalam kegiatan pemanfaatan koleksi perpustakaan.

  Pengguna yang datang ke perpustakaan belum tentu memanfaatkan perpustakaan, karena setiap pengguna tentu saja membaca buku atau meminjam buku saja. Menurut Soedibyo (1987 : 71), tujuan kunjungan ke perpustakaan adalah: 1.

  Keperluan tugas sekolahnya 2. Tugas studi di fakultasnya 3. Tugas research dan 4. Recreactional reading dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1. Tahu arti dan manfaatnya 2.

  Mereka membutuhkan sesuatu di perpustakaan 3. Tertarik dengan perpustakaan 4. Merasa senang dengan perpustakaan 5. Dilayani dengan baik

  Dari pendapat di atas dapat diketehui bahwa pengguna memiliki tujuan masing-masing dalam berkunjung ke perpustakaan. Tujuan kunjungan tersebut antara lain untuk keperluan tugas sekolah, tugas kuliah, tugas penelitian, dan hanya untuk membaca, dimana tujuan tersebut dipengaruhi beberapa faktor yaitu pengguna mengetahui arti dan manfaat dari kunjungannya, pengguna membutuhkan sesuatu di perpustakaan, tertarik dengan perpustakaan, senang dengan perpustakaan.

2.2.6 Frekuensi Pemanfaatan

  Tingkat kunjungan pengguna ke sebuah perpustakaan tergantung bagaimana perpustakaan mampu memberikan informasi yang relevan kepada pengguna. Semakin baik perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan penggunanya maka semakin sering pengguna tersebut datang ke perpustakaan karena mereka merasa informasi yang mereka butuhkan tersedia pada perpustakaan tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 322), “Arti frekuensi pengguna adalah kekerapan”. Sedangkan menurut Salim (2002: 425), dijelaskan bahwa “Frekuensi adalah sejumlah pengulangan kejadian tertentu yang teratur”.

  Setiap pengguna perpustakaan pasti memiliki frekuensi kunjungan yang berbeda-beda dalam memanfaatkan perpustakaan baik itu dari memanfaatkan layanan, koleksi dan semua fasilitas yang ada di perpustakaan. perpustakaan dapat dikatakan berhasil apabila perpustakaan tersebut dikunjungi oleh penggunanya. Jadi jelas bahwa keseringan pemanfaatan perpustakaan merupakan suatu rutinitas pengguna perpustakaan, dimana frekuensi pemanfaatan perpustakaan berhubungan dengan kebutuhan pengguna sehingga frekuensi pemanfaatan dapat menjadi tolak ukur pemanfaatan perpustakaan.

  2.2.6 Tingkat Kunjungan

  Kunjungan dapat diartikan berkunjung, datang atau pergi, atau dapat juga diartikan menjenguk. Jadi tingkat kunjungan adalah tingkat berkunjung atau juga dapat disebut dengan frekuensi berkunjung. Setiap pengguna perpustakaan pasti memiliki frekuensi kunjungan yang berbeda-beda dalam memanfaatkan koleksi dan layanan perpustakaan.

  Di dalam perpustakaan kunjungan adalah faktor penentu keberhasilan perpustakaan. Seperti halnya yang diketahui bahwa perpustakaan yang berhasil adalah perpustakaan yang dikunjungi oleh penggunanya. Jadi agar dapat dimanfaatkan dan dikunjungi dengan baik perpustakaan haruslah menyediakan fasilitas dan layanan yang baik kepada pengguna, misalnya dengan koleksi yang memadai dan mutakhir atau tidak ketinggalan zaman.

  2.2.8 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Perpustakaan

  Dalam sebuah penelitian yang dijelaskan oleh Neneng Komariah yaitu : “indikator suatu perbuatan adalah seberapa sering seseorang melakukan perbuatan tersebut dan apa alasan atau tujuan yang bersangkutan melakukan perbuatan tersebut. Jadi faktor frekuensi seseorang memanfaatkan perpustakaan dan tujuan dia memanfaatkan perpustakaan merupakan indikator dalam pemanfaatan perpustakaan” (Komariah, 2009: 10). Sedangkan sebuah penelitian mengenai pemanfaatan perpustakaan yang dijelaskan oleh Ninis Agustini dijelaskan bahwa “ada beberapa indikator dalam pemanfaatan perpustakaan diantaranya frekuensi dan intensitas” (Agustini, 2003). Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui tingkat pemanfaatan perpustakaan tidak terlepas dari peran perpustakaan itu sendiri. Jadi kualitas penggunaan perpustakaan dapat dilihat dari frekuensi pemanfaatan, intensitas pemanfaatan perpustakaan, dan motif atau tujuan pengguna memanfaatkan perpustakaan.

  Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pemanfaatan perpustakaan menurut Prayantini (2012: 6) antara lain adalah:

  1. Ruangan perpustakaan 2.

  Suasana perpustakaan 3. Pelayanan perpustakaan 4. Tujuan ke perpustakaan 5. Rata-rata jumlah peminjaman buku 6. Frekuensi kunjungan ke perpustakaan 7. Durasi kunjungan ke perpustakaan 8. Pemanfaatan koleksi

  Adapun beberapa faktor lain yang mempengaruhi terhadap pemanfaatan perpustakaan adalah:

  1. Minat Baca Faktor minat pengguna sangat menentukan terhadap pemanfaatan perpustakaan, karena adanya kesadaran pribadi pengguna sebagai pendorong jiwanya untuk memanfaatkan perpustakaan, Hal ini menunjukkan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang. Dengan adanya minat pengguna terutama dalam hal membaca buku-buku yang tersedia di perpustakaan maka dengan sendirinya perpustakaan tersebut turut membantu terhadap pemanfaatan sumber informasi. Karena bagaimanapun kelengkapan, baik sarana dan fasilitas yang ada pada suatu perpustakaan tidak akan bermanfaat sebagaimana yang diinginkan kalau tidak ada minat pengguna untuk memanfaatkannya.

  2. Tenaga Pengelola Faktor ini sangat memegang peranan yang sangat menentukan berhasil tidaknya sebuah perpustakaan. Oleh karena itu untuk membuat perpustakaan bermanfaat sesuai dengan tugas, fungsi dan tujuannya. Maka para pengelola, penyelenggara bisa menyadari akan kepentingan dan kedudukan perpustakaan bagi masyarakat luas. Menurut Larasati (1991;76), Seorang pengelola perpustakaan tidak cukup hanya dibekali keahlian teknis dan pengetahuan yang memadai tentang ilmu keperpustakaan, melainkan harus memiliki kemampuan mental tertentu. Seorang petugas perpustakaan harus memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap pengelolaan perpustakaan agar misi yang ditanggung oleh perpustakaan dapat dicapai. Seorang pustakawan yang sejati tidak akan senang melihat ruang perpustakaan sunyi, sepi dan buku- buku perpustakaan rapi dan teratur dan bersih yang berarti tidak pernah dimanfaatkan. Untuk menjadi pustakawan perlu memenuhi persyaratan tertentu, antara lain menguasai kurikulum dengan kegiatan perpustakaan. Pustakawan hendaknya mampu menyebarluaskan misi dan pencapaian tugas perpustakaan serta membina dan meningkatkan minat baca.

  3. Koleksi Perpustakaan memberikan pelayanan kepada masyarakat luas. Bahan-bahan yang diperlukan untuk koleksi perpustakaan selain buku-buku adalah majalah, surat kabar, kliping, bahan-bahan stensilan, pamplet-pamplet dan alat peraga.

  4. Motivasi Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong untuk melakukan sesuatu. Menurut Donald dalam Sardiman (1998;73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Ada dua jenis motivasi, yaitu: a.

  Motivasi Ekstrinsik Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu.

  b.

  Motivasi Intrinsik.

  Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemampuan sendiri.

  5. Gedung dan Fasilitas Perpustakaan Mengenai keadaan gedung perpustakaan ini yang harus diperhatikan adalah letak, jumlah ruangan dan tata ruangannya perlu diperhatikan untuk mendirikan perpustakaan. Selain gedung, fasilitas perpustakaan merupakan hal yang penting, yang dimaksudkan adalah segala perkakas yang digunakan dalam penyelenggaraan perpustakaan selain buku-buku dan bahan pustaka. Perlengkapan atau fasilitas ini meliputi rak buku, rak surat kabar, rak majalah, kabinet gambar, meja sirkulasi, lemari atau kabinet katalog, papan display, papan pengumuman, meja baca dan perlengkapan lainnya yang digunakan secara tidak langsung. Selain kelengkapan fasilitas perpustakaan tersebut, yang perlu diperhatikan adalah penataan ruangan perpustakaan sehingga memberikan kelancaran bagi pengelola dalam menyelenggarakan perpustakaan, juga pemakai perpustakaan pada umumnya .

  Sintesis:

  Yang dimaksud dengan pemanfaatan perpustakaan adalah proses atau cara, perbuatan untuk menggunakan semua layanan dan fasilitas yang tersedia di perpustakaan. dengan indikator : (1) tujuan pemanfaatan, (2) frekuensi pemanfaatan, (3) cara pemanfaatan, (4) faktor kunjungan