Status Oral Higiene Dan Periodontal Pada Pasien Diabetes Melitus Dan Non- Diabetes Di RSUD Dr. Pirngadi

(1)

STATUSORAL HIGIENE DANPERIODONTAL PADA

PASIEN DIABETES MELITUS DAN NON-

DIABETES DI RSUD Dr. PIRNGADI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

MARDIAH RIZQO BUTAR-BUTAR NIM : 090600107

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2014

Mardiah Rizqo Butar-Butar

Status oral higiene dan periodontal pada pasien Diabetes melitus dan non-Diabetes di RSUD dr. Pirngadi

ix + 33 halaman

Diabetes melitus adalah penyakit gangguan metabolisme ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit sistemik yang berperan sebagai faktor risiko penyakit periodontal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status oral higiene dan periodontal dan odd rasio periodontitis pada pasien Diabetes melitus dan non-Diabetes.

Rancangan penelitian adalah case-control. Populasi penelitianadalah pasien Diabetes melitus yang sedang berobat di Poli Endokrin dan pasien non-Diabetes di Poli Mata RSUD dr. Pirngadi. Jumlah sampel adalah 100 orang, 50 orang menderita Diabetes melitus dan 50 orang yang tidak menderita Diabetes melitus. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling,yaitu sampel diambil sesuai kriteria inklusi sampai diperoleh jumlah sesuai dengan yang ditentukan.Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner dan pemeriksaan klinis rongga mulut menggunakan Indeks Higiene Oral Disederhanakan dan Indeks Periodontal oleh Ramfjord.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor oral higiene pada pasien Diabetes melitus tipe 1 adalah 2,06 ± 1,35 dan pada pasien Diabetes melitus tipe 2 yaitu 2,23 ± 0,97 sedangkan pada pasien non-Diabetes 0,66 ± 0,33.Rata-rata skor periodontal pada pasien Diabetes melitus tipe 1 adalah 2,72 ± 0,86 dan pasien Diabetes melitus tipe 2 yaitu 2,69 ± 0,95, sedangkan pada pasien non-Diabetes 1,07 ± 0,77. Oral higiene


(3)

pasien Diabetes melitus kategori sedang dijumpai sebanyak 64% dan non-Diabetes kategori baik 98%. Persentase periodontitis pada pasien Diabetes melitus adalah 58% sedangkan pada pasien non-Diabetes 18% dan odd rasio 6,29.

Dapat disimpulkanstatus oral higiene pada pasien Diabetes melitus dengan rata-rata skor oral higiene 2,19 ± 1,05 termasuk kategori sedang, dibandingkan dengan pasien non-Diabetes lebih rendah yaitu 0,66 ± 0,33 dan termasuk kategori baik. Status periodontal pada pasien Diabetes melitus dengan rata-rata skor periodontal 2,69 ± 0,93 termasuk status periodontal sedang dibandingkan dengan pasien non-Diabetes lebih rendah yaitu 1,07 ± 0,77 yang termasuk status periodontal baik.Pasien Diabetes melitus mempunyai risiko 6,29 kali lebih besar menderita periodontitis dibandingkan penderita non-Diabetes.


(4)

STATUSORAL HIGIENE DANPERIODONTAL PADA

PASIEN DIABETES MELITUS DAN NON-

DIABETES DI RSUD Dr. PIRNGADI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

MARDIAH RIZQO BUTAR-BUTAR NIM : 090600107

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 24 Januari 2014

Pembimbing: Tanda Tangan


(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji pada tanggal 24 Januari 2014

TIM PENGUJI KETUA : Prof.Lina Natamiharja, drg., SKM ANGGOTA : 1. Simson Damanik, drg., M.Kes


(7)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D., selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas segala saran dan dukungan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM., selaku dosen pembimbing atas bimbingan, keluangan waktu, saran, dukungan, dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Simson Damanik, drg., M.Kes., dan Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes selaku tim penguji atas keluangan waktu dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Ami Angela, drg., M.Sc.,Sp.KGA., selaku penasehat akademik yang banyak memberikan motivasi dan arahan selama penulis menjalani masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

6. dr. Amran Lubis Sp. JP(K)FIHA selaku Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di rumah sakit tersebut.

Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga penulis persembahkan kepada orangtua penulis, Ayah Ir. H. Mananti Alamsyah Butar-Butar dan Ibu Hj. Elfrida Siregar, kakak penulis Rahimah Husna Butar-Butar dan adik Siti Rahmah


(8)

Butar-Butar atas segala doa, kasih sayang, dukungan, dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis.

Sahabat-sahabat tersayang penulis Arga Utama, Prida, Sherly, Lia, Qurrata, Ademaya, Tutydwi, Icut, Hefni, Handini, Karsa, Kak Rizka, Nadhira, Novianti, Margareth, Adinda, Hafizah, Marisa dan teman-teman stambuk 2009 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan, doa, dan dukungan selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan peningkatan mutu kesehatan gigi masyarakat.

Medan, Januari 2014

Penulis,

(Mardiah Rizqo Butar-Butar)


(9)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus ... 5

2.1.1 Diagnosis Diabetes Melitus ... 6

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus ... 6

2.1.3 Komplikasi Diabetes Melitus ... 7

2.1.4 Penyakit Periodontal pada Pasien Diabetes Melitus ... 8

2.2 Penyakit Periodontal ... 10

2.2.1 Gingivitis ... 10

2.2.2 Periodontitis ... 11

2.2.3 Faktor Risiko Penyakit Periodontal ... 11

2.2.4 Pencegahan Penyakit Periodontal ... 13

2.2.5 Indeks Penyakit Periodontal ... 14

2.2.6 Oral Higiene ... 15

2.3 Landasan Teori ... 17

2.4 Kerangka Konsep ... 18

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 19

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19


(10)

3.4 Variabel dan Definisi Operasional ... 20

3.4.1 Variabel Penelitian ... 20

3.4.2 Definisi Operasional ... 21

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 21

3.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 22

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden ... 23

4.2Rata-rata Skor Oral Higiene dan Periodontal Pasien Diabetes Melitus dan Non-Diabetes ... 23

4.3 Persentase Status OralHigienePasienDiabetes Melitusdan non-Diabetes ... 25

4.4 Persentase PeriodontitisPasien DiabetesMelitus dan Non- Diabetes ... 25

BAB 5 PEMBAHASAN ... 27

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 31 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Kriteria Indeks Penyakit Periodontal Ramfjord ... 16 2 Kriteria Indeks Debris ... 17 3 Kriteria Indeks Kalkulus ... 17 4 Persentase karakteristik responden pasien Diabetesmelitus dan non-

Diabetes di RSUD Dr. Pirngadi (n=100) ... 23 5 Rata-rata skor indeks debris dan kakulus pada pasien Diabetes melitus

dannon-Diabetes di RSUD Dr. Pirngadi ... 24 6 Rata-rata skor oral higiene dan periodontal pasien Diabetesmelitus

dan non-Diabetes di RSUD Dr. Pirngadi ... 24 7 Persentase status oral higiene pada pasien Diabetes melitus dannon-

Diabetes di RSUD Dr. Pirngadi ... 25 8 Odd rasio periodontitis pada pasien Diabetes melitus dan non-Diabetes


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Perhitungan besar sampel

2 Kuesioner skor oral higiene dan periodontal pasien Diabetes melitus dan non-Diabetes di RSUD dr. Pirngadi Medan

3 Surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan. 4 Surat keterangan pelaksanaan penelitian dari RSUD dr.Pirngadi Medan


(13)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2014

Mardiah Rizqo Butar-Butar

Status oral higiene dan periodontal pada pasien Diabetes melitus dan non-Diabetes di RSUD dr. Pirngadi

ix + 33 halaman

Diabetes melitus adalah penyakit gangguan metabolisme ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit sistemik yang berperan sebagai faktor risiko penyakit periodontal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status oral higiene dan periodontal dan odd rasio periodontitis pada pasien Diabetes melitus dan non-Diabetes.

Rancangan penelitian adalah case-control. Populasi penelitianadalah pasien Diabetes melitus yang sedang berobat di Poli Endokrin dan pasien non-Diabetes di Poli Mata RSUD dr. Pirngadi. Jumlah sampel adalah 100 orang, 50 orang menderita Diabetes melitus dan 50 orang yang tidak menderita Diabetes melitus. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling,yaitu sampel diambil sesuai kriteria inklusi sampai diperoleh jumlah sesuai dengan yang ditentukan.Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner dan pemeriksaan klinis rongga mulut menggunakan Indeks Higiene Oral Disederhanakan dan Indeks Periodontal oleh Ramfjord.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor oral higiene pada pasien Diabetes melitus tipe 1 adalah 2,06 ± 1,35 dan pada pasien Diabetes melitus tipe 2 yaitu 2,23 ± 0,97 sedangkan pada pasien non-Diabetes 0,66 ± 0,33.Rata-rata skor periodontal pada pasien Diabetes melitus tipe 1 adalah 2,72 ± 0,86 dan pasien Diabetes melitus tipe 2 yaitu 2,69 ± 0,95, sedangkan pada pasien non-Diabetes 1,07 ± 0,77. Oral higiene


(14)

pasien Diabetes melitus kategori sedang dijumpai sebanyak 64% dan non-Diabetes kategori baik 98%. Persentase periodontitis pada pasien Diabetes melitus adalah 58% sedangkan pada pasien non-Diabetes 18% dan odd rasio 6,29.

Dapat disimpulkanstatus oral higiene pada pasien Diabetes melitus dengan rata-rata skor oral higiene 2,19 ± 1,05 termasuk kategori sedang, dibandingkan dengan pasien non-Diabetes lebih rendah yaitu 0,66 ± 0,33 dan termasuk kategori baik. Status periodontal pada pasien Diabetes melitus dengan rata-rata skor periodontal 2,69 ± 0,93 termasuk status periodontal sedang dibandingkan dengan pasien non-Diabetes lebih rendah yaitu 1,07 ± 0,77 yang termasuk status periodontal baik.Pasien Diabetes melitus mempunyai risiko 6,29 kali lebih besar menderita periodontitis dibandingkan penderita non-Diabetes.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

.

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitusmerupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.1 Diabetes melitus dibagi menjadi 4 tipe, yaitu Diabetes melitus tipe 1, Diabetes melitus tipe 2, Diabetes melitus kehamilan (gestational), dan Diabetes melitus tipe lain. Diabetes melitus tipe 1 adalah Diabetes melitus yang tergantung insulin, sedangkan tipe 2 adalah Diabetes melitus yang tidak tergantung insulin. Secara umum, hampir 80-90% prevalensi Diabetes melitus adalah Diabetes melitus tipe 2.1,2

Pada tahun 2003, sekitar 194 juta orang menderita Diabetes melitus di seluruh dunia. Hal tersebut mencapai 5,1% dari populasi dunia dan jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat hingga 333 juta, atau 6,3% dari populasi dunia pada tahun 2025.3 Prevalensi Diabetes melitus di Indonesia sebesar 1,5-2,3% pada penduduk dengan usia lebih dari 15 tahun, bahkan penelitian di Manado didapatkan prevalensi Diabetes melitus 6,1%. Pada tahun 2000, penduduk Indonesia yang menderita Diabetes melitus sekitar 5,6 juta orang.4 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional Diabetes melitus berdasarkan pemeriksaan glukosa darah pada penduduk berusia lebih dari 15 tahun di perkotaan sebesar 5,7%. Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes melitus di Indonesia mencapai 21,3 juta orang.5

Diabetes melitus sebenarnya bukan penyakit yang mematikan, namun yang perlu diwaspadai adalah adanya komplikasi-komplikasi penyakit Diabetes melitus yang menyertai.Keadaan Diabetes melitus dapat merupakan suatu tanda meningkatnya kerentanan terhadap terjadinya infeksi berupa meningkatnya jumlah bakteri sehingga menyebabkan adanya kelainan pada jaringan periodontal. Salah satu komplikasi Diabetes melitus yang cukup serius di bidang kedokteran gigi adalah


(16)

diabetik oral, yang meliputi mulut kering, gusi mudah berdarah, kalkulus, resorbsi tulang alveolaris, periodontitis dan lain sebagainya.2,6 Dari sekian banyak komplikasi yang terjadi, periodontitis merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita Diabetes melitus dengan tingkat prevalensi yang tinggi hingga mencapai angka 75%.6

Kelainan pada gingiva dan periodontal terjadi karena peningkatan plak gigi yang akan menyebabkan inflamasi berupa hyperplasia dan eritema gingiva.7 Plak akan memulai terjadinya inflamasi gingiva yang kemudian akan membentuk saku. Saku yang terbentuk merupakan tempat yang menguntungkan bagi penumpukan plak dan bakteri. Inflamasi gingiva ini menyebabkan meningkatnya cairan sulkular gingiva yang dapat memberikan mineral bagi kalsifikasi plak yang terus terbentuk menjadi kalkulus.8Sejalan dengan waktu, bakteri dalam plak gigi akan menyebar dan berkembang kemudian toksin yang dihasilkan bakteri akan mengiritasi gingiva sehingga merusak jaringan pendukungnya. Gingiva menjadi tidak melekat lagi pada gigi dan saku yang terbentukakan bertambah dalam sehingga makin banyak tulang dan jaringan pendukung yang rusak. Bila penyakit periodontal ini berlanjut terus dan tidak segera dirawat maka lama kelamaan gigi akan goyang dan harus dicabut.9

Faktor risiko penyakit periodontal meliputi oral higieneyang buruk, kebiasaan merokok, usia, jenis kelamin dan penyakit sistemik.9 Selain Diabetes melitus, penyakit darah seperti leukemia dan anemia, penyakit vaskular seperti jantung koroner dan arterosklerosis, penyakit saluran pernafasan seperti pneumonia, dan kehamilan juga berpengaruh terhadap jaringan periodontal.8-9 Penyakit-penyakit tersebut tidak memulai timbulnya penyakit gingiva dan periodontal, tetapi mempercepat perkembangan dan memperhebat kerusakan pada jaringan periodontal.8

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit sistemik yang dapat berperan sebagai faktor risiko bagi terjadinya periodontitis dan memperburuk kesehatan periodontal.10 Hal ini sesuai dengan penelitian Taylor and Borgnakke menyatakan periodontitis merupakan komplikasi Diabetes melitus.Taylor mengidentifikasikan 48 penelitian pada tahun 1960 sampai tahun 2000, membahas mengenai hubungan penyakit periodontal pada penderita Diabetes melitus dan hasil penelitian dari 44


(17)

studi mendukung Diabetes melitus sebagai faktor risiko terjadinya periodontitis.Bridge dkk. menyatakan Diabetes melitus mempengaruhi semua parameter periodontal, termasuk skor perdarahan, kedalaman saku, kehilangan perlekatan dan kehilangan gigi.11 Penelitian Hidayati, Mu’afiro, dan Suwito menyatakan ada pengaruh antara oral higiene terhadap tingkat periodontitis pada penderita Diabetes melitus tipe 2 dengan odd rasio 2,8. Penderita Diabetes melitus dengan kebersihan mulut yang kurang baik dan ada penumpukan kalkulus sering mengalami peradangan gingiva yang parah, pembentukan poket yang dalam dan abses periodontal.6

Berdasarkan yang telah diuraikan di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengetahuistatus oral higiene dan periodontal serta odd rasio periodontitis pada pasien Diabetes melitus dan non-Diabetes di RSUD Dr. Pirngadi Medan.Indeks yang digunakan yaitu Oral HygieneIndex Simplifieddan Indeks Penyakit Periodontal (Ramfjord).OHIS merupakan indeks untuk menentukan status kebersihan mulut yang terdiri dari pemeriksaan skor debris dan skor kalkulus.Indeks Penyakit Periodontal (Ramfjord) merupakan indeks untuk mengukur keparahan penyakit periodontal dengan menilai komponen penyakit periodontal yaitu gingivitis dan kedalaman saku periodontal.Rumah sakit ini dipilih karena jumlah pasien Diabetes melitus diRSUD Dr. Pirngadibanyak dan mudah ditemui karena pasien melakukan rawat jalan secara berkala.

1.2Rumusan Masalah

1.Berapakahrata-rata skor oral higiene dan periodontal pada pasien Diabetes melitus dan non-Diabetes?

2. Bagaimanakah status oral higiene dan penyakit periodontal pada pasien Diabetes melitus dan non-Diabetes?

3. Berapakah odd rasio penyakit periodontal pada pasien Diabetes melitus dan non-Diabetes?


(18)

1.3Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui rata-rata skor oral higiene dan periodontal padapasien Diabetes melitus dan non-Diabetes.

2. Untuk mengetahui status oral higiene dan periodontal pada pasienDiabetesmelitus dan non-Diabetes.

3. Untuk mengetahui odd rasio penyakit periodontal pada pasien Diabetes melitus dan non-Diabetes.

1.4Manfaat Penelititan

1. Bagi Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat Universitas Sumatera Utara: menambah referensi tentang status oral higiene dan periodontal pada pasien Diabetesmelitus dan non-Diabetes.

2. Bagi masyarakat: sebagai bahan penyuluhan agar penderita Diabetes melitus menjaga kebersihan gigi dan mulutnya.

3. Bagi peneliti: diharapkan agar penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta memberikan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit endokrin kronis berupa gangguan metabolisme yang ditandai dengan tiga gejala klasik yang sangat khas yaitu polidipsia, poliuria, dan polifagiakarena terganggunya aktivitas insulin.12 Pada kondisi ini akan terjadi peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi) karena produksi insulin berkurang, disfungsi insulin atau berkurangnya respon terhadap reseptor insulin pada organ target. Hiperglikemi kronik pada Diabetes melitus berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.7,12-13

Secara umum, Diabetes melitus dapat dikatakan suatu kumpulan masalah anatomi dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor berupa defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin.1 Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel beta yang berada di pankreas dan berfungsi untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah dengan mengubah karbohidrat, lemak dan protein menjadi energi. Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan yang sangat penting yaitu memasukkan glukosa ke dalam sel.12-13 Pada keadaan normal, kadar insulin yang cukup akan ditangkap oleh reseptor insulin yang ada pada permukaan sel otot, kemudian membuka pintu masuk sel hingga glukosa dapat masuk ke dalam sel untuk kemudian dimetabolisme menjadi energi. Namun, pada Diabetes melitus dimana didapatkan jumlah insulin yang kurang atau pada keadaan kualitasnya insulinnya tidak baik (resistensi insulin), insulin dan reseptornya ada tetapi akibat terjadi kelainan di dalam sel maka pintu masuk sel tertutup sehingga glukosa tidak dapat masuk sel untuk dimetabolisme. Akibatnya glukosa tetap berada di luar sel hingga kadar glukosa dalam darah meningkat.13


(20)

Sudah lama diketahui bahwa Diabetes melitus merupakan penyakit keturunan, artinya apabila orang tuanya menderitaDiabetes melitus maka anaknya kemungkinan besar akan menderita juga. Hal itu memang benar, tetapi faktor keturunan saja tidak cukup. Ada beberapa faktor risiko terjadinya Diabetes melitus yaitu adanya infeksi virus (pada Diabetes melitus tipe 1), kegemukan, pola makan yang salah, minum obat-obatan yang bisa menaikkan kadar glukosa darah, proses menua, stress, dan lain-lain.13

2.1.1 Diagnosis Diabetes Melitus

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada pasien Diabetes melitus.Kecurigaan terjadinya Diabetes melitus dapat diketahui dengan adanya gejala khas berupa poliuria, polidipsia, polifagia, tubuh lemas dan berat badan menurun. Gejala lain yang mungkin dirasakan oleh pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impotensi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.1,7 Diagnosis Diabetes melitus harus didasarkan atas pemeriksaan konsentrasi glukosa darah. Apabila ditemukan gejala khas Diabetes melitus, pemeriksaan glukosa darah abnormal satu kali saja sudah cukup untuk menegakkan diagnosis, namun apabila tidak ditemukan gejala khas Diabetes melitus, maka diperlukan dua kali pemeriksaan glukosa darah abnormal.1 Diagnosis Diabetes melitus dapat ditegakkan melalui cara berikut:1,13

a. Gejala khas Diabetes melitus + kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dL Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.

b. Gejala khas Diabetes melitus + kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam. c. Glukosa plasma 2 jam pada Tes Toleransi Glukosa Oral ≥ 200 mg/dL Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dilakukan dengan standar WHO menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan dalam air.


(21)

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi Diabetes melitus menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2009 terbagi menjadi empat tipe, yaitu:1,3,13

a. Diabetes melitus tipe 1

Penurunan sekresi insulin yang disebabkan oleh destruksi sel beta akibat proses imunologi (autoimun) dan idiopati.

b. Diabetes melitus tipe 2

Bervariasi mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin disertai resistensi insulin.

c. Diabetes melitus kehamilan (gestasional)

Keadaan intoleransi terhadap glukosa yang terjadi selama kehamilan.Anak yang dilahirkan dari ibu yang menderita Diabetes melitus kehamilan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami obesitas dan diabetes saat dewasa.

d. Diabetes melitus tipe lain

Berupa defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, imunologi, dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan Diabetes melitus.

2.1.3 Komplikasi Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan penyakit yang memiliki komplikasi yang paling banyak. Hal ini berkaitan dengan kadar glukosa darah yang tinggi terus-menerus, sehingga berakibat rusaknya pembuluh darah, saraf dan struktur internal lainnya.11,14 Kadar gula darah yang tidak terkontrol cenderung menyebabkan kadar zat lemak dalam darah meningkat, sehingga mempercepat terjadinya arterosklerosis (penimbunan plak lemak di dalam pembuluh darah). Arterosklerosis ini sering terjadi pada penderita Diabetes melitus.14

Penderita Diabetes melitus dapat mengalami berbagai komplikasi jangka panjang jika diabetesnya tidak dikelola dengan baik. Komplikasi jangka panjang Diabetes melitus yang sering terjadi meliputi retinopati diabetikum yaitu gangguan penglihatan akibat kerusakan pada retina mata, nefropati yaitu kelainan fungsi ginjal


(22)

yangdapat menyebabkan gagal ginjal, neuropati perifer dengan risiko ulkus pada kaki, neuropati otonom yang mengakibatkan terganggunya pencernaan, kardiovaskular, dan disfungsi seksual. Hipertensi dan abnormalitas metabolisme lipoprotein juga sering dijumpai pada pasien Diabetes melitus.3,13 Dalam hal manifestasi oral, komplikasi sering terjadi pada penderita Diabetes melitus yang tidak terkontrol. Keluhan dan kelainan di rongga mulut pasien Diabetes melitus sangat bervariasi dari yang ringan sampai yang berat, yaitu xerostomia, Angular Cheilitis, Burning Mouth Syndrome (BMS), meningkatnya insidensi dan keparahan penyakit periodontal, perubahan flora normal rongga mulut yang didominasi oleh Candida albicans, dan dapat mengalami gangguan penyembuhan luka.7,12

2.1.4 Penyakit Periodontal pada Pasien Diabetes Melitus

Penyakit periodontal lebih prevalen dan lebih parah pada penderita Diabetes melitus dibandingkan pada orang sehat. Diabetes melitus terutama pada keadaan kontrol gula darah yang buruk dapat mengakibatkan meningkatnya gingivitis, periodontitis dan kehilangan tulang alveolar.15Diabetes melitus dapat menyebabkan periodontitis melalui respons inflamasi mikroflora yang berlebihan pada jaringan periodontal.16Penderita Diabetes melitus dengan oral higiene yang tidak terawat baik ditambah faktor infeksi akan memudahkan terjadinya diabetik oral di rongga mulut. Oral higiene yang buruk akan mempermudah pembentukan plak yang terus menyebar ke jaringan periodontal dan akar gigi, apabila tidak dirawat akan menyebabkan terjadinya periodontitis.6

Leukosit polimorfonukleusmerupakan sel pertahanan utama dari periodonsium.Fungsi sel yang terlibat dalam respon pertahanan ini adalah neutrofil, monosit dan makrofag.Penderita Diabetes melitus menderita kelainan fungsi sel pertahanan utama tersebut yaitu tidak seimbangnya fungsi kemotaksis dan fagositosis yang menyebabkan penderita Diabetes melitus lebih rentan terhadap infeksi. Terganggunya fungsi fagositosis neutrofil dapat meningkatkan jumlah bakteri di saku periodontal, sehingga meningkatkan kerusakan jaringan periodontal.17 Meningkatnya inflamasi yang menimbulkan kerusakan jaringan dan menghambat perbaikan jaringan


(23)

yang rusak berperan dalam kerusakan jaringan periodontal yang terlihat pada pasien Diabetes melitus.18 Ada beberapa pendapat mengenai keterlibatan Diabetes melitus sebagai faktor risiko penyakit periodontal, yaitu:10

a. Terjadinya penebalan membran basal

Pada penderitaDiabetes melitus, membran basal gingiva akan mengalami penebalan sehingga pembuluh kapiler menyempit. Menyempitnya pembuluh kapiler ini mengakibatkan terganggunya difusi oksigen, pembuangan sisa-sisa metabolisme dan migrasi leukosit polimorfonukleus.

b. Perubahan biokimia

Level cyclic adenosine monophosphate (cAMP) pada penderita Diabetes melitus menurun, sehingga dapat menyebabkan inflamasi gingiva yang parah.

c. Perubahan mikrobiologis

Peningkatan kadar glukosa dalam cairan sulkular dapat mempengaruhi lingkungan subgingiva, yang dapat menginduksi perubahan jumlah bakteri sehingga mempengaruhi jaringan periodontal dikarenakan sulkus gingiva merupakan lingkungan yang baik bagi bakteri untuk berkembangbiak.

d. Perubahan imunologis

Penderita Diabetes melitus rentan terhadap inflamasi disebabkan oleh terjadinya defisiensi fungsi leukosit polimorfonukleus (LPN) berupa terganggunya kemotaksis dan melemahnya daya fagositosis.

e. Perubahan berkaitan dengan kolagen

Meningkatnya kadar glukosa darah dapat menyebabkan berkurangnya produksi kolagen sehingga terjadi peningkatan aktivitas kolagenase pada gingiva.


(24)

Gambar. Penyakit periodontal pada pasien Diabetes melitus16

2.2Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang memiliki prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia.Penyakit periodontal adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang terakumulasi dalam plak yang menyebabkan gingiva mengalami peradangan. Plak gigi adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Diperkirakan bahwa 1 mm3 plak gigi dengan berat 1 mg mengandung 200 juta sel mikroorganisme.Umumnya plak didominasi oleh bakteri gram-positif tetapi kemudian dijumpai banyak bakteri anaerob gram-negatif seperti Porphyromonas gingivalis dan Bacteriodes forsythus.9 Mikroorganisme non-bakteri yang dijumpai dalam plak adalah spesies Mycoplasma, ragi, protozoa, dan virus.Mikroorganisme tersebut terdapat di antara matriks interseluler, yang juga mengandung sedikit sel jaringan seperti sel epitel, makrofag, dan leukosit. Matriks interseluler merupakan 20-30% massa plak, terdiri atas bahan organik dan anorganik yang berasal dari saliva, cairan sulkular, dan produk bakteri.8

Lokasi dan laju pembentukan plak bervariasi di antara individu.Penumpukan plak sudah dapat terlihat dalam 1-2 hari setelah seseorang tidak melakukan prosedur oral higiene.Plak tampak sebagai massa globular berwarna putih, keabu-abuan, atau kuning. Faktor yang mempengaruhi pembentukan plak adalah oral higiene, dan faktor hostseperti diet, komposisi dan laju aliran saliva.8 Ada dua tipe penyakit periodontal yang biasa dijumpai yaitu gingivitis dan periodontitis. Gingivitis merupakan lesi


(25)

inflamasi pada gingiva dan lesi inflamasi di jaringan tulang dan jaringan pendukung disebut dengan periodontitis.8,19

2.2.1 Gingivitis

Gingivitis adalah bentuk penyakit periodontal yang ringan, yang secara klinis ditandai dengan gingiva berwarna merah, membengkak, mudah berdarah, perubahan kontur, kehilangan adaptasi terhadap gigi, dan peningkatan jumlah cairan sulkular.Tejadinya gingivitis akibat adanya plak gigi yang terdiri atas berbagai macam bakteri dan menginduksi perubahan patologis pada jaringan secara langsung maupun tidak langsung.Mikroorganisme yang dijumpai dalam proses perkembangan gingivitis adalah bakteri batang gram positif, kokus positif, dan kokus gram-negatif. Bakteri gram-positif yaitu Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis, Actinomyces viscosus, Actinomyces naeslundii, dan Peptostreptococcus micros. Sedangkan bakteri gram-negatifnya didominasi oleh Fusobacterium nucleatum, Prevotella intermedia, Veillonella parvula, dan spesies Haemophilus dan Camphylobacter.8

2.2.2 Periodontitis

Periodontitis adalah peradangan yang sudah sampai ke jaringan pendukung gigi yang lebih dalam.Periodontitis merupakan infeksi persisten yang disebabkan inflamasi kronis yang mengenai jaringan gingiva, tulang penyangga gigi dan jaringan ikat di sekitar gigi.19 Secara klinis perbedaan periodontitis dan gingivitis adalah pada periodontitis dijumpai adanya kehilangan perlekatan jaringan ikat ke gigi pada keadaan gingiva yang terinflamasi. Juga terjadi kehilangan ligamen periodontal dan terganggunya perlekatannya ke sementum, dan resorpsi tulang alveolar.8Bakteri penyebab periodontitis adalah bakteri gram negatif, yaitu Actinobacillus actinomycetemcomitans, Porphyromonas gingivalis, Bacteriodes forsythus, Prevotella intermedia, Camphylobacter rectus, Eikenella corrodens, Fusobacterium nucleatum, dan spesies Treponema dan Eubacterium.8,19


(26)

Sejalan dengan waktu, bakteri dalam plak gigi akan menyebar dan berkembang kemudian toksin yang dihasilkan bakteri akan mengiritasi gingiva sehingga merusak jaringan pendukungnya. Gingiva menjadi tidak melekat lagi pada gigi dan membentuk saku yang akan bertambah dalam sehingga makin banyak tulang dan jaringan pendukung yang rusak. Bila penyakit ini berlanjut terus dan tidak segera dirawat maka lama kelamaan gigi akan goyang dan harus dicabut.9

2.2.3 Faktor Risiko Penyakit Periodontal

Selain plak gigi sebagai penyebab utama penyakit periodontal, ada beberapa faktor yang menjadi faktor risiko penyakit periodontal.Faktor ini dapatberada di dalam mulut atau sebagai faktor sistemik terhadap host. Secara umum, faktor risiko penyakit periodontal adalah oral higieneyang buruk, kebiasaan merokok, penyakit sistemik, usia, jenis kelamin.9,20 Faktor obesitas juga dilaporkan mempunyai keterkaitan dengan timbulnya penyakit periodontal.9

1. Oral Higiene

Beberapa ahli menyatakan penyakit periodontal dihubungkan dengan kondisi oral higieneyang buruk.8-9Loe et al. melaporkan pada individu yang mempunyai gingiva sehat akan segera mengalami gingivitis bila tidak melakukan pembersihan rongga mulut selama 2-3 minggu. Sebaliknya, bila dilakukan pemeliharaan kebersihan mulut maka peradangan akan hilang dalam waktu 1 minggu. Semua penelitian yang dilakukan menunjukkan pentingnya melakukan kontrol plak bila tidak ingin terjadi kerusakan pada jaringan periodontal.9

2. Merokok

Beberapa survei menunjukkan bahwa rerata oral higienepada perokok lebih buruk daripada yang tidak merokok.Oleh karena itu, tidak heran bila penyakit periodontal kronis lebih parah pada perokok daripada yang tidak merokok.Seorang perokok mempunyai risiko menderita periodontitis 2-7 kali lebih besar daripada bukan perokok.9Perokok yaitu apabila paling sedikit mengonsumsi rokok selama satu tahun dan mengonsumsi rokok 10 batang per hari.Panas rokok akan meningkatkan kerusakan perlekatan periodontal dan bertambah banyaknya kalkulus yang akan


(27)

meningkatkan retensi plak.9,21 Peluang terkena penyakit periodontal lebih tinggi pada perokok dewasa muda berusia 20-33 tahun.9

3. Penyakit Sistemik

Penyakit periodontal juga berhubungan dengan Diabetes melitus dan penyakit sistemik lainnnya seperti penyakit vaskular dan penyakit saluran pernafasan.9 Penderita Diabetes melitus lebih rentan terhadap infeksi terutama pada penderita diabetes yang tidak terkontrol.7,9,12,22-23 Penyakit-penyakit tersebut tidak memulai timbulnya penyakit gingiva dan periodontal, tetapi mempercepat perkembangan dan memperhebat kerusakan pada jaringan periodontal.8

4. Usia

Banyak penelitian menyatakan bahwa keparahan penyakit periodontal akan meningkatsejalan dengan bertambahnya usia.8-9,20 Penyakit periodontal lebih banyak dijumpai pada orang tua daripada kelompokmuda, walaupun keadaan ini lebih sering dikaitkan sebagai akibat kerusakan jaringan yang kumulatif selama hidup (proses menua).9

5. Jenis Kelamin

Faktor jenis kelamin masih diragukan, ada yang mengatakan bahwa kondisi periodontal wanita lebih baik daripada pria dan sebaliknya. Walaupun demikian, bila dibandingkan status kebersihan mulut pria dan wanita, maka dijumpai kebersihan mulut wanita lebih baik daripada pria. Oleh karena itu, tidak dijumpai perbedaan yang signifikan bila dibuat perbandingan antara pria dan wanita dengan status kebersihan mulut dan usia yang sama.9

6. Obesitas

Bertitik tolak dari adanya hubungan antara obesitas dengan Diabetes melitus yang merupakan faktor risiko penyakit periodontal, belakangan ini para ahli telah meneliti adanya keterkaitan obesitas dan peningkatan prevalensi penyakit periodontal sehingga obesitas juga dinyatakan sebagai faktor risiko. Saito et al., melakukan penelitian terhadap 241 orang dewasa Jepang dan menjumpai adanya hubungan bermakna antara obesitas dengan peningkatan risiko penderita periodontitis.9


(28)

Al-Zahrani et al., dalam penelitiannya menyatakan obesitas dapat meningkatkan prevalensi penyakit periodontal terutama pada usia muda.24

2.2.4 Pencegahan Penyakit Periodontal

Penyebab utama penyakit periodontal adalah plak mikroorganisme yang akan mengadakan interaksi dengan jaringan periodontal sebagai pejamu. Aksi mikroorganisme ini akan diperhebat oleh beberapa faktor yang bersifat lokal maupun sistemik. Dengan berpedoman pada interaksi faktor tersebut, maka konsep pencegahan penyakit periodontal ditujukan untuk menghambat pembentukan dan penumpukan plak, meningkatkan pertahanan jaringan periodontal, dan memperbaiki faktor lokal ataupun sistemik.9

Prinsip pencegahan penyakit periodontal yang tidak berubah selama bertahun-tahun adalah kontrol plak mekanis secara teratur dan konsisten pada gigi dan sulkus gingiva, yang meliputi menyikat gigi, menggunakan alat pembersih interdental, dan berkumur-kumur dengan larutan fluor. Yang perlu diingat bahwa plak supra gingiva dapat berkembang menjadi plak sub gingiva bila tidak disingkirkan dan selanjutnya akan mengalami kolonisasi oleh adanya bakteri penyebab penyakit periodontal.8-9 Pencegahan penyakit periodontal dapat dilakukan dengan kontrol plak. Pertahanan jaringan periodontal dapat ditingkatkan juga dengan nutrisi yang baik. Salah satu nutrisi yang berkaitan dengan peningkatan pertahanan jaringan periodontal adalah vitamin C. Apabila kadar vitamin C rendah, maka metabolisme akan terganggu sehingga menurunkan daya regenerasi dan perbaikan jaringan periodontal. Selain itu, terganggunya pembentukan tulang alveolar dan meningkatnya permeabilitas ekologi sub gingiva sehingga meningkatkan patogenesis mikroorganisme tertentu.9

2.2.5 Indeks Penyakit Periodontal

Untuk dapat mengukur prevalensi penyakit, keparahannya serta kaitannya dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya diperlukan suatu alat ukur yang dikenal sebagai indeks.8Ada beberapa indeks yang biasa digunakan, namun tidak ada satupun indeks yang bisa digunakan untuk semua jenis penelitian. Indeks yang baik


(29)

adalah indeks yang dapat dipercaya, sederhana dan mudah digunakan serta mudah dipahami dan dijelaskan kepada penderita. Indeks penyakit periodontal dibedakan atas indeks untuk mengukur plak gigi, cairan sulkus gingival, kebutuhan perawatan dan keparahan penyakit periodontal.9

Indeks penyakit periodontal pertama kali dikembangkan oleh Ramfjord pada tahun 1959 yang mengukur keadaan gingiva dan kedalaman saku periodontal.Pemeriksaan dilakukan hanya pada enam gigi saja yaitu gigi 16, 21, 24, 36, 41 dan 44 (dinamakan gigi indeks Ramfjord).Pengukuran dilakukan menggunakan kaca mulut dan prob periodontal WHO yang mempunyai kalibrasi dalam milimeter dan mempunyai batas warna hitam 3-6 mm. Skor indeks periodontal Ramfjord dihitungdengan membagi jumlah skor periodontal dengan jumlah gigi yang diperiksa.8,25 Pada penelitian ini, indeks yang dipilih adalah indeks periodontal Ramfjord karena:

1.Indeks ini mirip dengan indeks periodontal oleh Russel dengan beberapa penyempurnaan.

2. Indeks ini dapat digunakan sebagai ukuran keadaan serta keparahan penyakit periodontal.

3. Indeks ini lebih sederhana karena hanya mengukur enam gigi saja sesuai yang telah ditentukan.

Tabel 1. Kriteria Indeks Penyakit Periodontal Ramfjord25


(30)

Gingivitis 0 1 2 3 Kedalaman saku dihitung dari cemento enamel junction (CEJ)

4 5 6

Tidak ada peradangan

Gingivitis ringan tetapi tidak meluas mengelilingi gigi Gingivitis sedang dan meluas mengelilingi gigi

Gingivitis parah ditandai dengan kemerahan, kemungkinan telah ada perdarahan spontan dan ulserasi

Kedalaman saku periodontal kurang dari 3 mm Kedalaman saku periodontal 3-6 mm

Kedalaman saku periodontal lebih dari 6 mm

2.2.6 Oral higiene

Oral higiene sangat berperan dalam kesehatan seseorang.Oral higiene yang buruk dapat menyebabkan berbagai penyakit di rongga mulut.Indeks yang dapat digunakan untuk mengukur status oral higiene adalah Indeks Oral Higiene (OHI).Gigi yang diukur adalah seluruh gigi geligi dalam rongga mulut.Bila pengukuran hanya dilakukan pada enam gigi indeks saja dinamakan Indeks Higiene Oral Disederhanakan (Oral Hygiene IndexSimplified).8-9

Pemeriksaan dilakukan pada 6 gigi yaitu gigi 16, 11, 26, 36, 31, dan 46.Pada gigi 16, 11, 26, 31 yang dilihat permukaan bukalnya sedangkan gigi 36 dan 46 permukaan lingualnya.Indeks ini merupakan salah satu indeks yang populer digunakan untuk menentukan status kebersihan mulut pada penelitian epidemiologis.Indeks ini terdiri dari 2 komponen, yakni Indeks Debris dan Indeks Kalkulus.Skor OHIS diperoleh dari menjumlahkan skor debris dan skor kalkulus. Skor 0-1,2 dikategorikan baik, 1,3-3,0 dikategorikan sedang, dan 3,1-6 dikategorikan buruk.8-9


(31)

Skor Kriteria 0

1 2

3

Tidak dijumpai debris atau stein

Debris menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi

Debris lunak meliputi lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 permukaan gigi

Debris lunak meliputi lebih dari 2/3 permukaan gigi

Tabel 3. Kriteria Indeks Kalkulus8-9,25

Skor Kriteria

0 1

2

3

Tidak dijumpai kalkulus

Adanya kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi

Adanya kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3 tetapi belum melewati 2/3 permukaan gigi atau ada flek-flek kalkulus subgingiva di sekeliling servikal gigi atau kedua-duanya

Adanya kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi atau kalkulus subgingiva mengelilingi servikal gigi atau kedua-duanya

2.3 Landasan Teori

Diabetes melitus adalah suatu penyakit akibat gangguan metabolisme karbohidrat ditandai dengan kadar glukosa darah yang meningkat. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit sistemik yang dapat berperan sebagai faktor risiko bagi terjadinya periodontitis dan memperburuk kesehatan periodontal.10 Penelitian Hidayati, Mu’afiro, dan Suwito menyatakan ada pengaruh antara OHIS terhadap tingkat periodontitis dengan odd rasio sebesar 2,8. Penderita Diabetes melitus dengan kebersihan mulut yang kurang baik dan ada penumpukan kalkulus sering mengalami peradangan gingiva yang parah, pembentukan poket yang dalam dan abses periodontal.6


(32)

Untuk mengukur oral higiene digunakanOral Higiene IndexSimplified.Pemeriksaan dilakukan pada 6 gigi yaitu gigi 16, 11, 26, 36, 31, dan 46.Pada gigi 16, 11, 26, 31 yang dilihat

permukaan bukalnya sedangkan gigi 36 dan 46 permukaan lingualnya.Indeks ini terdiri dari 2 komponen, yakni Indeks Debris dan Indeks Kalkulus.8-9

Untuk mengukur periodontal pada

penelitian ini digunakan Indeks Penyakit Periodontal oleh Ramfjord. Pengukuran indeks dilakukan pada 6 gigi yaitu gigi 16, 21, 24, 36, 41, dan 44.Bila salah satu gigi ini hilang maka akan digantikan oleh gigi disampingnya (17, 11, 25, 37, 42, dan 45).10,25-26

Odd rasio pada rancangan case control dihitung dengan rumus: a x d

OR =

b x c

Keterangan:

a: Penderita Diabetes melitus yang mengalami penyakit periodontal b: Penderita Diabetes melitus yang tidak mengalami penyakit periodontal c: Penderita non-Diabetes yang mengalami penyakit periodontal

d: Penderita non-Diabetes yang tidak mengalami penyakit periodontal

2.4 Kerangka Konsep

Diabetes melitus (kasus)

1. Status oral higiene 2. Status periodontal


(33)

(34)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian case controlyaitu penelitian non eksperimental yang mempelajari faktor risiko dan efek menggunakan kelompok kasus dan kelompok kontrol. Pada penelitian ini kelompok kasus adalah Diabetes melitus dan kelompok kontrol adalah non-Diabetes.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan.Rumah sakit ini dipilih karena jumlah pasien Diabetes melitus dan non-Diabetes diRSUD Dr. Pirngadi banyak dan mudah ditemui karena pasien melakukan rawat jalan secara berkala.

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2012 dan selesai bulan Januari 2014.Penelitian dimulai dari mempersiapkan proposal penelitian, dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian sampai penyusunan laporan akhir.

3.3Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah pasien yang berobat diRSUD Dr. Pirngadi Medan. Sampel yang diteliti adalah pasien Diabetes melitus di Poli Endokrin SMF InternaRSUD Dr. Pirngadi dan pasien yang tidak menderita Diabetes di Poli Mata RSUD Dr. Pirngadi yang sesuai dengan kriteria inklusi dan bersedia dilakukan penelitian. Perkiraanbesar sampel minimum pada penelitian ini tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% dan kekuatan uji sebesar 80% dihitung menggunakan rumus berikut:

[ Z1-α/2√2P(1-P) + Zβ √P1(1-P1) +P2(1-P2) ] 2 n =


(35)

Berdasarkan perhitungan diperoleh besar sampel 50 orang. Pada penelitian ini diambil kelompok yang menderita Diabetes melitus berjumlah 50 orang dan kelompok yang non-Diabetes berjumlah 50 orang.Sehingga didapat jumlah seluruh sampel pada penelitian ini berjumlah 100 orang (Lampiran 1).

Sampel diambil dengan menggunakan cara purposive sampling, di mana pemilihan subjek penelitian bertitik tolak pada ciri-ciri karakteristik populasi yang ditetapkan dalam kriteria inklusi sampai diperoleh jumlah sampel sesuai dengan yang sudah ditentukan.

Kriteria Inklusi:

1. Berusia 30-50 tahun.

2. Bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan.

Kriteria Eksklusi:

1. Pasien yang merokok.

2. Pasien yang mendapatkan perawatanpembersihan karang gigi dalam 6 bulan terakhir.

3. Pasien yang menderita penyakit sistemik lain (penyakit darah seperti leukemia dan anemia, penyakit vaskular seperti jantung koroner dan arterosklerosis, dan penyakit saluran pernafasan seperti chronic pulmonary disease dan pneumonia).

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian

1. Faktor risiko :Diabetes melitus 2. Faktor efek : a. Status oral higiene

b. Status periodontal 3. Usia


(36)

4. Jenis kelamin

3.4.2 Definisi Operasional

1. Diabetes Melitus

Diabetes Melitus adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi (kadar glukosa darah tinggi) berdasarkan diagnosa dokter dengan KGD sewaktu ≥ 200 mg/dL atau KGD puasa ≥ 126 mg/dL yang diketahui dari rekam medik pasien.

2. Status Oral Higiene

Status Oral Higiene adalah status kebersihan rongga mulut yang terdiri atas indeks debris dan indeks kalkulus menggunakan Oral Higiene Index Simplified.

3. Status Periodontal

Status periodontal yang diukur adalah gingivitis dan kedalaman saku periodontal menggunakan indeks periodontal Ramfjord.

4. Usia

Usia adalah ulang tahun terakhir pasien. Usia yang diambil30-50 tahun. 5. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah perempuan dan laki-laki.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data karakteristik responden dilakukan dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner.Responden yang menderita Diabetes melitus diperoleh melalui rekam medik pasien yang berkunjung ke Poli Endokrin SMF Interna RSUD Dr. Pirngadi dan responden non-Diabetes yang berkunjung ke Poli Mata RSUD Dr. Pirngadi.Responden diberikan lembar penjelasan penelitian. Bila responden bersedia berpartisipasi dalam penelitian, maka responden menandatangani lembar informed consent.

Pengumpulan data status oral higiene diperoleh dengan memeriksa rongga mulut menggunakan kaca mulutdan sonde yang berbentuk sabit tanpa menggunakan zat pewarna.Pengukuran dilakukan pada gigi 16, 11, 26, 36, 31, dan 46. Pada gigi 16, 11, 26, 31 yang dilihat permukaan bukalnya sedangkan gigi 36 dan 46 permukaan


(37)

lingualnya.Pemeriksaan oral higiene terdiri atas dua komponen, yaitu Indeks debris dan Indeks kalkulus.Untuk mengukur indeks debris, sonde ditempatkan pada insisal gigi kemudian digerakkan ke arah mesial dan distal, selanjutnya bergerak ke arah gingiva setiap 1/3 permukaan gigi dan skor diberikan sesuai kriteria.Pengukuran indeks kalkulus dilakukan dengan menempatkan ujung sonde pada daerah subgingiva terlebih dahulu, kemudian digerakkan dari mesial ke distal dan naik ke arah insisal dan diberi skor sesuai kriteria.

Pengumpulan data status periodontal diperoleh dengan memeriksa rongga mulut menggunakan indeks periodontal Ramfjord.Pengukuran dilakukan hanya pada enam gigi indeks yaitu gigi 16, 21, 24, 36, 41, dan 44. Bila salah satu gigi ini hilang maka akan digantikan oleh gigi disampingnya (17, 11, 25, 37, 42, dan 45). Pengukuran dilakukan menggunakan kaca mulut dan prob periodontal WHO yang mempunyai kalibrasi dalam milimeter dan mempunyai batas warna hitam 3-6 mm. Pengukuran dilakukan pada sisi vestibular di bagian tengahnya, sudut mesiovestibular pada daerah kontak interproksimal, bagian tengah permukaan oral dan sudut disto oral daerah kontak interproksimal. Pada waktu pengukuran pada sudut mesio vestibular dan disto oral, prob dalam keadaan berkontak dengan gigi.

Hasil pemeriksaan oral higiene dan periodontal dicatat pada formulir yang tersedia.Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu 3 orang tenaga peneliti lainnya. Untuk menghindari terjadinya kesalahan pengukuran maka kepada pengumpul data dilakukan kalibrasi sehingga diperoleh interpretasi yang sama.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan menggunakan sistem komputerisasi.Analisis data dilakukan dengan menghitung odd rasio periodontitis antara penderita Diabetes melitus dan non-Diabetes.


(38)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden

Persentase responden Diabetes melitus yang berusia 41-50 tahun lebih banyak yaitu 88% dan berusia 30-40 tahun 12%. Persentase responden Diabetes melitus berjenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu 76% dan laki-laki 24%.

Persentase responden non-Diabetes berusia 41-50 tahun juga lebih banyak yaitu 60% dan yang berusia 30-40 tahun 40%. Persentase responden berjenis kelamin perempuan juga lebih banyak yaitu 66%dan laki-laki 34% (Tabel 4).

Tabel4.Persentase karakteristikresponden pasien Diabetes melitus dan non-Diabetes di RSUD dr. Pirngadi (n=100)

Karakteristik Responden Diabetes Melitus Non-Diabetes

n % n %

Usia (tahun)

30-40 6 12 20 40

41-50 44 88 30 60

Jenis Kelamin

Laki-Laki 12 24 17 34

Perempuan 38 76 33 66

4.2Rata-rata Skor Oral Higiene dan Periodontal Pasien Diabetes Melitus dan Non-Diabetes

Rata-rata skor debris pada pasien Diabetes melitus tipe 1 adalah 0,8 ± 0,52 sedangkan pada pasien Diabetes melitus tipe 2 lebih tinggi yaitu 0,9 ± 0,58. Total rata-rata skor debris pada pasien Diabetes melitus adalah 0,88 ± 0,56 sedangkan pada pasien non-Diabetes lebih rendah yaitu 0,47 ± 0,28.


(39)

Rata-rata skor kalkulus pada pasien Diabetes melitus tipe 1adalah 1,26 ± 1,35 sedangkan pada pasien Diabetes melitus tipe 2 lebih tinggi yaitu 1,33 ± 0,53. Totalrata-rata skor kalkulus pada pasien Diabetes melitus adalah 1,31 ± 0,61 sedangkan pada pasien non-Diabetes lebih rendah yaitu 0,19 ± 0,23 (Tabel 5).

Tabel 5. Rata-rata skor indeks debris dan kalkulus pada pasien Diabetes melitus dan non-Diabetes di RSUD dr. Pirngadi

Pasien Indeks Debris Indeks Kalkulus

�̅± SD �̅± SD

Diabetes Melitus Tipe 1 Diabetes Melitus Tipe 2 Diabetes Melitus

0,8 ± 0,52 0,9 ± 0,58 0,88 ± 0,56

1,26 ± 1,35 1,33 ± 0,53 1,31 ± 0,61

Non-Diabetes 0,47 ± 0,28 0,19 ± 0,23

Rata-rata skor oral higiene pada pasien Diabetes melitus tipe 1 adalah 2,06 ± 1,35 sedangkan pada pasien Diabetes melitus tipe 2 lebih tinggi yaitu 2,23 ± 0,97. Total rata-rata skor oral higiene pada pasien Diabetes melitus adalah 2,19 ± 1,05 dibandingkan dengan pasien non-Diabetes lebih rendah yaitu 0,66 ± 0,33.

Rata-rata skor periodontal pada pasien Diabetes melitus tipe 1 adalah 2,72 ± 0,86 sedangkan pada pasien Diabetes melitus tipe 2 lebih rendah yaitu 2,69 ± 0,95. Total rata-rata skor periodontal pada pasien Diabetes melitus adalah 2,69± 0,93 dibandingkan dengan pasien non-Diabetes lebih rendah yaitu 1,07 ± 0,77(Tabel 6).

Tabel 6. Rata-rata skor oral higiene danperiodontalpasienDiabetes melitus dan non-Diabetes

Pasien OHIS Indeks Periodontal

�̅± SD �̅± SD

Diabetes Melitus Tipe 1 Diabetes Melitus Tipe 2 Diabetes Melitus

Non-Diabetes

2,06 ± 1,35 2,23 ± 0,97 2,19 ± 1,05 0,66 ± 0,33

2,72 ± 0,86 2,69 ± 0,95 2,69 ± 0,93 1,07 ± 0,77


(40)

4.3Persentase Status Oral HigienePasien Diabetes Melitus dan Non-Diabetes

Persentase status oral higiene pada pasien Diabetes melitus tipe 1 adalah kategori baik 36,4%, kategori sedang 36,4% dan kategori buruk 27,3%. Pada pasien Diabetes melitus tipe 2 kategori sedang 71,8%, kategori buruk 17,9% dan kategoribaik 10,3%.

Total persentase status oral higiene pada pasien Diabetes melitus sebanyak 64% termasuk kategori sedang, kategori buruk 20% dan kategori baik 16%, sedangkan pasien non-Diabetes kategori baik 98%, kategori sedang 2% dan kategori buruk tidak ada (Tabel 7).

Tabel 7. Persentase status oral higiene pada pasien Diabetes melitus dan non- Diabetes di RSUD dr. Pirngadi

Pasien

Oral Higiene

Baik Sedang Buruk

n % n % n %

Diabetes Melitus Tipe 1 Diabetes Melitus Tipe 2 Diabetes 4 4 8 36,4 10,3 16 4 28 32 36,4 71,8 64 3 7 10 27,3 17,9 20

Non-Diabetes 49 98 1 2 0 0

4.4Persentase Periodontitis Pasien Diabetes Melitus dan Non-Diabetes

Persentase periodontitis pada pasien Diabetes melitus lebih adalah 58% dibandingkan pada pasien non-Diabetes 18% dan persentase yang tidak menderita periodontitis pada pasien Diabetes melitus adalah 42% dan pada pasien non-Diabetes 82% dengan odd rasio sebesar 6,29, yang berarti risiko periodontitis pada pasien Diabetes melitus 6,29 kali lebih besar dibandingkan pasien non-Diabetes (Tabel 8).


(41)

Tabel 8. Odd rasio periodontitis pada pasien Diabetes melitus dan non-Diabetes di RSUD dr. Pirngadi

Pasien

Periodontitis

Odd rasio

Ya Tidak

n % n %

Diabetes melitus 29 58 21 42 6,29


(42)

BAB 5

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor debris pada pasien Diabetes melitus tipe 1 adalah 0,8 ± 0,52 sedangkan pada pasien Diabetes melitus tipe 2 lebih tinggi yaitu 0,9 ± 0,58. Total rata-rata skor debris pada pasien Diabetes melitus adalah 0,88 ± 0,56 yang termasuk kategori sedang, dibandingkan pada pasien non-Diabetes lebih rendah yaitu 0,47 ± 0,28 dan termasuk kategori baik. Rata-rata skor kalkulus pada pasien Diabetes melitus tipe 1 adalah 1,26 ± 1,35 sedangkan pada pasien Diabetes melitus tipe 2 lebih tinggi yaitu 1,33 ± 0,53. Total rata-rata skor kalkulus pada pasien Diabetes melitus adalah 1,31 ± 0,61 sedangkan pada pasien non-Diabetes lebih rendah yaitu 0,19 ± 0,23.

Rata-rata skor oral higiene pada pasien Diabetes melitus tipe 1 adalah 2,06 ± 1,35 sedangkan pada pasien Diabetes melitus tipe 2 lebih tinggi yaitu 2,23 ± 0,97. Status oral higiene pada pasien Diabetes melitus dengan rata-rata skor oral higiene 2,19 ± 1,05 termasuk kategori sedang, dibandingkan dengan pasien non-Diabetes lebih rendah yaitu 0,66 ± 0,33 dan termasuk kategori baik.Persentase status oral higiene terbanyak pada pasien Diabetes melitus tipe 1 adalah kategori baik 36,4% dan kategori sedang 36,4% sedangkan pada pasien Diabetes melitus tipe 2 adalah kategori sedang 71,8%. Total persentase status oral higiene pasien Diabetes melitus terbanyak adalah kategori sedang 64%, sedangkan pada pasien non-Diabetes sebanyak 98% termasuk dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan pasien Diabetes melitusbaik Diabetes melitus tipe 1 maupun tipe 2 kurang menjaga kebersihan gigi dan mulut sehingga plak/ sisa makanan yang menempel di permukaan gigi lama-kelamaanmengeras dan membentuk kalkulus dan akan memperburuk kesehatan jaringan periodontalnya.6

Kondisi oral higiene yang lebih buruk pada pasien Diabetes melitus menyebabkan persentase periodontitis pada pasien Diabetes melitus lebih tinggi yaitu 58%, sedangkan pada pasien non-Diabetes persentase periodontitis 18%.Angka odd


(43)

rasio pada pasien Diabetes melitus dan non-Diabetes adalah 6,29. Hal ini menunjukkan pasien Diabetes melitus mempunyai risiko 6,29 kali lebih besar menderita periodontitis dibandingkan pasien non-Diabetes. Hasil ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nandya dkk, yang menyatakanpasien Diabetes melitus memiliki tingkat kerusakan jaringan periodontal yang lebih parah dibandingkan dengan yang tidak menderita Diabetes karena Diabetes dapat meningkatkan risiko kerusakan jaringan periodontal yang berlanjut dari waktu ke waktu.23

Rata-rata skor periodontal pasien Diabetes melitus tipe 1 adalah 2,72 ± 0,86 sedangkan pada pasien Diabetes melitus tipe 2 lebih rendah yaitu 2,69 ± 0,95. Total rata-rata skor periodontal pada pasien Diabetes melitus adalah 2,69± 0,93 dan termasuk status periodontal sedang dibandingkan dengan pasien non-Diabetes lebih rendah yaitu 1,07 ± 0,77 dan termasuk status periodontal yang baik. Hal ini dapat disebabkan karena kadar glukosa darah yang tinggi dan kebersihan gigi dan mulut yang kurang terjaga meningkatkan kerusakan periodontal pada pasien Diabetes melitus. Hasil ini sesuai dengan penelitian Hidayati dkk, menyatakan pasien Diabetes melitus dengan skor OHIS tinggi semakin berisiko menderita periodontitis 2,8 kali dibandingkan dengan OHIS rendah.6Diabetes melitus dapat meningkatkan prevalensi dan memperparah kondisi jaringan periodontal.22Pada pasien Diabetes melitus, meningkatnya kadar glukosa dalam darah dan cairan gingivaberarti juga merubah lingkungan mikroflora, menginduksi perubahan bakteri secara kualitatif sehingga perubahan tersebut meningkatkan kerusakan jaringan periodontal dan dapat mengarah pada penyakit periodontal yang berat.8,23,27


(44)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:

1. Status oral higiene pada pasien Diabetes melitus dengan rata-rata skor oral higiene 2,19 ± 1,05 termasuk kategori sedang, dibandingkan dengan pasien non-Diabetes lebih rendah yaitu 0,66 ± 0,33 dan termasuk kategori baik.

2. Persentase status oral higiene pasien Diabetes melitus terbanyak adalah 64% termasuk kategori sedang, sedangkan pada pasien non-Diabetes sebanyak 98% termasuk dalam kategori baik

3. Rata-rata skor periodontal pasien Diabetes melitus tipe 1 adalah 2,72 ± 0,86sedangkan pada pasien Diabetes melitus tipe 2 lebih rendah yaitu 2,69 ± 0,95. Rata-rata skor periodontal pada pasien Diabetes melitus adalah 2,69 ± 0,93 dan termasuk status periodontal sedang dibandingkan dengan pasien non-Diabetes lebih rendah yaitu 1,07 ± 0,77 dan termasuk status periodontal yang baik.

4. Pada pasien Diabetes melitus, persentase yang menderita periodontitis 58% sedangkan pada pasien non-Diabetes lebih rendah yaitu 18%, yang berarti pasien Diabetes melitus mempunyai risiko 6,29 kali lebih besar menderita periodontitis dibandingkan pasien non-Diabetes.

6.2 Saran

1.Diharapkan pihak RSUD dr.Pirngadi dapat mengadakan penyuluhan tentang kebersihan gigi dan mulut dan pelayanan skeling (pembersihan karang gigi) pada pasienDiabetes melitus.

2. DiharapkanpasienDiabetes melitus dapat mengontrol kadar gula darah danmelakukan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan sikat gigi secara teratur untuk memperbaiki oral higiene agar kesehatan jaringan periodontal lebih baik.


(45)

3. Diharapkan pasien memeriksa kesehatan gigi dan mulut secara rutin ke dokter gigi minimal 3 bulan sekali untuk pasien Diabetes melitus dan 6 bulan sekali untuk pasien non-Diabetes.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna, 2009: 1873-85.

2. Harijanti K, Soebadi B, Mulyaningsih I. Prevalence of xerostomia on type 2 Diabetes melitus in Hajj Hospital Surabaya. Majalah Kedokteran Gigi 2007; 40: 136-9.

3. American Diabetes Association. Diagnosis and classification of Diabetes melitus. Diabetes Care 2004; 27: 5-10.

4. Adi S, Sutjahjo A, Tjokroprawiro A, Yogiantoro M, Setiawan PB. Naskah lengkap pendidikan kedokteran berkelanjutan XVIII ilmu penyakit dalam. Surabaya: Laboratorium-SMF Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 2003: 219-23.

5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tahun 2030 prevalensi Diabetes melitus di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. <http://www.depkes.go.id/index. pjp/berita/pressrelease/414tahun-2030-prevalensi-Diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.pdf>(1 Agustus 2012).

6. Hidayati S, Mu’afiro A, Suwito J. Analisis faktor yang berhubungan dengan tingkat keparahan periodontitis pada pasien DM tipe 2 di Poli Diabetes RSU Dr. Soetomo Surabaya. Buletin Penelitian RSU Dr Soetomo 2008; 10: 49-54.

7. Oktanauli P, Fani IR, Aldiba A. Aspek imunologi rongga mulut pada pasien Diabetes melitus. JITEKGI 2011; 8: 46-50.

8. Dalimunthe SH.Periodonsia. Edisi ke-2. Medan: Bagian Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, 2008: 66-72, 99-101, 106-10, 114-5, 136-40,

9. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulur sehat: pencegahan dan pemeliharaan. Medan: USU Press, 2012: 29-32, 40, 68-71.

10.Daliemunthe SH. Hubungan timbal balik antara periodontitis dengan Diabetes melitus. Dentika Dent J 2003; 8: 120-5.


(47)

11.Matthews DC. The relationship between Diabetes and periodontal disease. J Can Dent Assoc 2002; 68: 161-4.

12.Daniel SJ, Harfst SA, Wilder RS, Francis B, Mitchell SH. Mosby’s dental hygiene: concepts, case and competencies. 2nd ed. Missouri: Mosby Elsevier, 2008: 866-9.

13.Suyono S, Waspadji S, Soegondo S, Soewondo P, Subekti I, Semiardji G, dkk. Penatalaksanaan Diabetes melitus terpadu. Edisi 2. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009: 11-28, 70-1.

14.Little JW, Falace DA, Miller CS, Rhodus NL. Dental management of the medically compromised patient. 7th ed. Missouri: Mosby Elsevier, 2008: 214-6.

15.Ship JA. Diabetes and oral health: an overview. J Am Dent Assoc 2003; 134:

4S-10S.

16.Lamster IB, Lalla E, Borgnakke WS, Taylor GW. The relationship between oral health and Diabetesmelitus. J Am Dent Assoc 2008; 139: 19S-24S.

17.Mealey BL. Periodontal disease and Diabetes: A two-way street. J Am Dent Assoc 2006; 137: 26S-31S.

18.Graves DT, Liu R, Oates TW. Diabetes-enhanced inflammation and apoptosis– impact on periodontal pathosis. Periodontology 2000 2007; 45: 128-37.

19.Wijayanti PM, Setyopranoto I. Hubungan antara periodontitis, aterosklerosis dan stroke iskemik akut. Mutiara Medika 2008; 8: 120-8.

20.Nascimento TC, Costa M, Suzart I, Vianna MI, Santos CT. Factor related to periodontal disease in a rural population. Braz Oral Res 2006; 20: 257-62.

21.Pejcic A, Obradovic R, Kesic L, Kojovic D. Smoking and periodontal disease: A review. Medicine and Biology 2007; 14: 53-9.

22.Matu NK, Stephen L, Lalloo R. Prevalence and severity of periodontal disease: type 2 Diabetics versus non-diabetics. SADJ 2009; 64: 64-8.

23.Nandya, Maduratna E, Augustina EF. Status kesehatan jaringan periodontal pada pasien Diabetes melitus tipe 2 dibandingkan dengan pasien non Diabetes melitus berdasarkan GPI. <http://journal.unair.ac.id/filerPDF/ejournal%Status%20 kesehatan%20jaringan %20periodontal.pdf>(29 Juli 2012).


(48)

24.Al-Zahrani MS, Bissada NF, Borawski EA. Obesity and periodontal disease in young, middle-aged, and older adults. J Periodontol 2003; 74: 610-5.

25.Manson JD, Eley BM. Periodontics. 5th ed. Philadelphia: Wright, 2004: 124. 26.Perry DA, Beemsterboer P. Periodontology for the dental hygienist. 3rd ed.

Missouri: Saunders Elsevier, 2007: 49.

27.Pathak AK, Shakya VK, Chandra A, Goel K. Association between Diabetes melitus and periodontal status in North Indian adults. European Journal of General Dentistry 2013; 2: 58-61.


(49)

Perhitungan Besar Sampel

[ Z1-α/2√2P(1-P) + Zβ√P1(1-P1) +P2(1-P2) ] 2 n =

(P1-P2) 2

Keterangan rumus: n: jumlah sampel

α: tingkat kemaknaan yang ditetapkan peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan α = 0,05 sehingga Z1-α/2 penelitian ini sebesar 1,96.

β: kekuatan uji sebesar 80% sehingga Z1-β sebesar 0,84.

OR: besarnya nilai odd rasio berdasarkan penelitian sebelumnya

P1: proporsi subyek terpajan penyakit periodontal pada kelompok Diabetes melitus

P2: proporsi subyek terpajan penyakit periodontal pada kelompok non-Diabetes

P: rata-rata

OR = 2,65 P1 = 0,5

(OR) P2 (2,65) 0,5

P2 = = = 0,72

(OR) P2 + (1-P2) (2,65) 0,5 + (1-0,5)

P1 + P2 0,5 + 0,72

P = = = 0,61

2 2

Angka-angka di atas dimasukkan kembali ke rumus besar sampel: [ 1,96√ 2x0,61(1-0,61) + 0,84 √ 0,5(1-0,5) + 0,72 (1-0,72) ] 2

n = = 47,75

( 0,5-0,72 )2 = 50 orang


(1)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:

1. Status oral higiene pada pasien Diabetes melitus dengan rata-rata skor oral higiene 2,19 ± 1,05 termasuk kategori sedang, dibandingkan dengan pasien non-Diabetes lebih rendah yaitu 0,66 ± 0,33 dan termasuk kategori baik.

2. Persentase status oral higiene pasien Diabetes melitus terbanyak adalah 64% termasuk kategori sedang, sedangkan pada pasien non-Diabetes sebanyak 98% termasuk dalam kategori baik

3. Rata-rata skor periodontal pasien Diabetes melitus tipe 1 adalah 2,72 ± 0,86sedangkan pada pasien Diabetes melitus tipe 2 lebih rendah yaitu 2,69 ± 0,95. Rata-rata skor periodontal pada pasien Diabetes melitus adalah 2,69 ± 0,93 dan termasuk status periodontal sedang dibandingkan dengan pasien non-Diabetes lebih rendah yaitu 1,07 ± 0,77 dan termasuk status periodontal yang baik.

4. Pada pasien Diabetes melitus, persentase yang menderita periodontitis 58% sedangkan pada pasien non-Diabetes lebih rendah yaitu 18%, yang berarti pasien Diabetes melitus mempunyai risiko 6,29 kali lebih besar menderita periodontitis dibandingkan pasien non-Diabetes.

6.2 Saran

1.Diharapkan pihak RSUD dr.Pirngadi dapat mengadakan penyuluhan tentang kebersihan gigi dan mulut dan pelayanan skeling (pembersihan karang gigi) pada pasienDiabetes melitus.

2. DiharapkanpasienDiabetes melitus dapat mengontrol kadar gula darah danmelakukan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan sikat gigi secara teratur untuk memperbaiki oral higiene agar kesehatan jaringan periodontal lebih baik.


(2)

3. Diharapkan pasien memeriksa kesehatan gigi dan mulut secara rutin ke dokter gigi minimal 3 bulan sekali untuk pasien Diabetes melitus dan 6 bulan sekali untuk pasien non-Diabetes.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna, 2009: 1873-85.

2. Harijanti K, Soebadi B, Mulyaningsih I. Prevalence of xerostomia on type 2 Diabetes melitus in Hajj Hospital Surabaya. Majalah Kedokteran Gigi 2007; 40: 136-9.

3. American Diabetes Association. Diagnosis and classification of Diabetes melitus. Diabetes Care 2004; 27: 5-10.

4. Adi S, Sutjahjo A, Tjokroprawiro A, Yogiantoro M, Setiawan PB. Naskah lengkap pendidikan kedokteran berkelanjutan XVIII ilmu penyakit dalam. Surabaya: Laboratorium-SMF Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 2003: 219-23.

5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tahun 2030 prevalensi Diabetes melitus di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. <http://www.depkes.go.id/index. pjp/berita/pressrelease/414tahun-2030-prevalensi-Diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.pdf>(1 Agustus 2012).

6. Hidayati S, Mu’afiro A, Suwito J. Analisis faktor yang berhubungan dengan tingkat keparahan periodontitis pada pasien DM tipe 2 di Poli Diabetes RSU Dr. Soetomo Surabaya. Buletin Penelitian RSU Dr Soetomo 2008; 10: 49-54.

7. Oktanauli P, Fani IR, Aldiba A. Aspek imunologi rongga mulut pada pasien Diabetes melitus. JITEKGI 2011; 8: 46-50.

8. Dalimunthe SH.Periodonsia. Edisi ke-2. Medan: Bagian Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, 2008: 66-72, 99-101, 106-10, 114-5, 136-40,

9. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulur sehat: pencegahan dan pemeliharaan. Medan: USU Press, 2012: 29-32, 40, 68-71.

10.Daliemunthe SH. Hubungan timbal balik antara periodontitis dengan Diabetes melitus. Dentika Dent J 2003; 8: 120-5.


(4)

11.Matthews DC. The relationship between Diabetes and periodontal disease. J Can Dent Assoc 2002; 68: 161-4.

12.Daniel SJ, Harfst SA, Wilder RS, Francis B, Mitchell SH. Mosby’s dental hygiene: concepts, case and competencies. 2nd ed. Missouri: Mosby Elsevier, 2008: 866-9.

13.Suyono S, Waspadji S, Soegondo S, Soewondo P, Subekti I, Semiardji G, dkk. Penatalaksanaan Diabetes melitus terpadu. Edisi 2. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009: 11-28, 70-1.

14.Little JW, Falace DA, Miller CS, Rhodus NL. Dental management of the medically compromised patient. 7th ed. Missouri: Mosby Elsevier, 2008: 214-6. 15.Ship JA. Diabetes and oral health: an overview. J Am Dent Assoc 2003; 134:

4S-10S.

16.Lamster IB, Lalla E, Borgnakke WS, Taylor GW. The relationship between oral health and Diabetesmelitus. J Am Dent Assoc 2008; 139: 19S-24S.

17.Mealey BL. Periodontal disease and Diabetes: A two-way street. J Am Dent Assoc 2006; 137: 26S-31S.

18.Graves DT, Liu R, Oates TW. Diabetes-enhanced inflammation and apoptosis– impact on periodontal pathosis. Periodontology 2000 2007; 45: 128-37.

19.Wijayanti PM, Setyopranoto I. Hubungan antara periodontitis, aterosklerosis dan stroke iskemik akut. Mutiara Medika 2008; 8: 120-8.

20.Nascimento TC, Costa M, Suzart I, Vianna MI, Santos CT. Factor related to periodontal disease in a rural population. Braz Oral Res 2006; 20: 257-62.

21.Pejcic A, Obradovic R, Kesic L, Kojovic D. Smoking and periodontal disease: A review. Medicine and Biology 2007; 14: 53-9.

22.Matu NK, Stephen L, Lalloo R. Prevalence and severity of periodontal disease: type 2 Diabetics versus non-diabetics. SADJ 2009; 64: 64-8.

23.Nandya, Maduratna E, Augustina EF. Status kesehatan jaringan periodontal pada pasien Diabetes melitus tipe 2 dibandingkan dengan pasien non Diabetes melitus berdasarkan GPI. <http://journal.unair.ac.id/filerPDF/ejournal%Status%20 kesehatan%20jaringan %20periodontal.pdf>(29 Juli 2012).


(5)

24.Al-Zahrani MS, Bissada NF, Borawski EA. Obesity and periodontal disease in young, middle-aged, and older adults. J Periodontol 2003; 74: 610-5.

25.Manson JD, Eley BM. Periodontics. 5th ed. Philadelphia: Wright, 2004: 124. 26.Perry DA, Beemsterboer P. Periodontology for the dental hygienist. 3rd ed.

Missouri: Saunders Elsevier, 2007: 49.

27.Pathak AK, Shakya VK, Chandra A, Goel K. Association between Diabetes melitus and periodontal status in North Indian adults. European Journal of General Dentistry 2013; 2: 58-61.


(6)

Perhitungan Besar Sampel

[ Z1-α/2√2P(1-P) + Zβ√P1(1-P1) +P2(1-P2) ] 2

n =

(P1-P2) 2

Keterangan rumus: n: jumlah sampel

α: tingkat kemaknaan yang ditetapkan peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan α = 0,05 sehingga Z1-α/2 penelitian ini sebesar 1,96.

β: kekuatan uji sebesar 80% sehingga Z1-β sebesar 0,84.

OR: besarnya nilai odd rasio berdasarkan penelitian sebelumnya

P1: proporsi subyek terpajan penyakit periodontal pada kelompok Diabetes melitus

P2: proporsi subyek terpajan penyakit periodontal pada kelompok non-Diabetes

P: rata-rata

OR = 2,65 P1 = 0,5

(OR) P2 (2,65) 0,5

P2 = = = 0,72

(OR) P2 + (1-P2) (2,65) 0,5 + (1-0,5)

P1 + P2 0,5 + 0,72

P = = = 0,61

2 2

Angka-angka di atas dimasukkan kembali ke rumus besar sampel: [ 1,96√ 2x0,61(1-0,61) + 0,84 √ 0,5(1-0,5) + 0,72 (1-0,72) ] 2

n = = 47,75

( 0,5-0,72 )2 = 50 orang