Status Nutrisi Dan Tingkat Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun Di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2014

(1)

STATUS NUTRISI DAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN DI KELURAHAN DENAI

KECAMATAN MEDAN DENAI KOTA MEDAN TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH

LIAN PARDOMUAN NASUTION NIM: 131121016

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Status Nutrisi dan Tingkat Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Tahun 2014.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Dewi Elizadiani Suza, S.Kp, MNS, Ph.D selaku pembimbing yang telah memberikan dukungan dan dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Evi Karota Bukit S.Kp, MNS selaku penguji I dan Reni Asmara Ariga S.Kp, MARS selaku penguji II yang telah memberikan masukan dan bimbingan demi perbaikan skripsi.

4. Para Dosen dan staff Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi.

5. Orang tua saya yang telah banyak memberikan dorongan moril dalam penyelesaian skripsi.

6. Lurah Medan Denai Kota Medan yang telah memberikan izin untuk peneliti untuk melakukan pengambilan data.

7. Kepala Puskesmas dan Staf Puskesmas Medan Denai yang telah banyak membantu dalam proses penelitian


(5)

8. Rekan-rekan Fakultas Keperawatan program S1 Keperawatan Ekstensi 2013 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memberi dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari atas jerih payah serta bimbingan dari berbagai pihak yang memberikan masukan yang sangat bermanfaat untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dengan mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Januari 2015 Penulis

Lian Pardomuan Nasution


(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Skema ... viii

Daftar Lampiran ... ix

Abstrak ... x

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1.1 ... Latar Belakang ... 1

1.2 ... Rum usan Masalah ... 5

1.3 ... Tujua n Penelitian ... 5

1.4 ... Manf aat Penelitian ... 5

Bab 2. Tinjauan Teoritis ... 7

2.1 ... Kons ep Nutrisi pada Anak ... 7

2.1.1 Defenisi ... 7

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi status nutrisi ... 7

2.2 ... Penil aian Status Nutrisi ... 9

2.3 Manfaat zat-zat Nutrisi ... 12

2.4 Konsep Perkembangan ... 14

2.4.1 Defenisi Perkembangan ... 14

2.4.2 Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun ... 15

2.5 Perkembangan dan Pertumbuhan Otak ... 16

2.6 Perkembangan dan Pertumbuhan Khas ... 17

2.7 Faktor yang berperan dalam perkembangan ... 17

2.8 Penilaian Perkembangan Anak ... 20

2.9 Tinjauan Status Nutrisi dan Tingkat Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun ... 23

2.10 Konsep Usia Prasekolah ... 23

2.10.1 Defenisi ... 23

2.10.2 Perkembangan Biologis ... 24

2.10.3 Perkembangan Psikososial ... 25

2.10.4 Perkembangan Kognitif ... 25

2.10.5 Perkembangan Moral ... 27

2.10.6 Perkembangan Spiritual ... 27


(7)

2.10.9 Perkembangan Sosial ... 29

2.10.10 Perkembangan Berbahasa ... 29

2.10.11 Perkembangan Personal Sosial ... 30

2.10.12 Bermain ... 31

Bab 3. Kerangka Konseptual ... 32

3.1 Kerangka Konsep ... 32

3.2 Definisi Operasional ... 33

3.2.1 Status Nutrisi ... 33

3.2.2 Tingkat Perkembangan ... 33

Bab 4. Metodologi Penelitian ... 35

4.1 Desain Penelitian ... 35

4.2 Populasi dan Sampel ... 35

4.2.1 Populasi ... 35

4.2.2 Sampel ... 35

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

4.3.1 Lokasi penelitian ... 36

4.3.2 Waktu Penelitian ... 36

4.4 Pertimbangan Etik ... 36

4.5 Instrument Penelitian ... 37

4.6 Pengumpulan Data ... 38

4.7 Pengolahan Data ... 39

4.8 Analisa Data ... 39

Bab 5. Hasil Penelitian Dan Pembahasan ... 41

5.1 Hasil Penelitian ... 41

5.2 Pembahasan ... 44

Bab 6. Penutup ... 50

6.1 Kesimpulan ... 50

6.2 Saran ... 50


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penilaian Status Nutrisi berdasarkan Indeks BB/U, TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometri WHO-NCHS... 10

Tabel 2.2 Tabel Pemeriksaan Denver developmental screening test II (DDST II) ... 22 Tabel 3.1 Definisi Operasiona ... 34 Tabel 5.1 Karakteristik Demografi Anak Usia 3-5 Tahun Di Kelurahan

Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2014... 41 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Status Nutrisi Anak Usia 3-5 Tahun Di

Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan

Tahun 2014………. 42

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Status Nutrisi Anak Usia 3-5 Tahun Ditinjau Dari Usia Dan Jenis Kelamin Di Kelurahan Denai

Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2014…...…. 43 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Perkembangan Anak Usia 3-5

Tahun Di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota

Medan Tahun 2014……… 43 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Perkembangan Anak Usia 3-5

Tahun Ditinjau Dari Usia Dan Jenis Kelamin Di Kelurahan


(9)

DAFTAR SKEMA

Halaman Skema 3.1 Kerangka Konsep………... 32


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kartu Menuju Sehat Lampiran 2. Lembar Konsul Lampiran 3. Surat Etika Penelitian Lampiran 4. Lembar Surat Izin Penelitian Lampiran 5. Master Tabel

Lampiran 6. Hasil Analisis Data Lampiran 7. Taksasi Dana


(11)

Judul : Status Nutrisi dan Tingkat Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2014.

Nama : Lian Pardomuan Nasution Nim : 131121016

Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan Tahun Akademi : 2014/2015

Abstrak

Periode penting pertumbuhan anak adalah pada masa balita sehingga diperlukan tercapainya status nutrisi dan tingkat perkembangan yang optimal untuk menunjang pertumbuhan balita. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui status nutrisi dan tingkat perkembangan anak di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai. Jumlah sampel sebanyak 40 anak berusia 3-5 tahun yang di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar status nutrisi anak usia 3-5 tahun berada pada kategori normal yaitu sebanyak 32 orang (80,0%) dan sebagian besar tingkat perkembangan anak usia 3-5 tahun berada pada kategori normal sebanyak 32 orang (80,0%). Dengan demikian diharapkan kepada orang tua agar dapat memberikan asupan nutrisi yang cukup dan dapat menstimulasi perkembangan anak dengan optimal.


(12)

Title of the Thesis : Nutrition Status and the Development Level of 3-5 Year- Old Children at Denai Village, Medan Denai Subdistrict,

Medan, in 2014

Name : Lian Pardomuan Nasution Std. ID Number : 131121016

Department : S1 (Undergraduate) Nursing Science Academic Year : 2014-2015

ABSTRACT

The important period of a child’s growth is in the period of balita (below five year-old children) so that nutrition status and optimal level of development are needed to support their growth. The study used descriptive method which was aimed to find out a child’s nutrition status and level of development at Denai Village, Medan Denai Subdistrict. The samples were 40 3-5 year-old children as the respondents, taken by using purposive sampling technique. The result of the study showed that 32 respondents (80.0%) were in a normal category in their nutrition status, and 32 respondents (80.0%) were also in a normal category in their level of development. It is recommended that parents should provide sufficient nutrition intake and stimulate children’s development optimally.


(13)

Judul : Status Nutrisi dan Tingkat Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2014.

Nama : Lian Pardomuan Nasution Nim : 131121016

Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan Tahun Akademi : 2014/2015

Abstrak

Periode penting pertumbuhan anak adalah pada masa balita sehingga diperlukan tercapainya status nutrisi dan tingkat perkembangan yang optimal untuk menunjang pertumbuhan balita. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui status nutrisi dan tingkat perkembangan anak di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai. Jumlah sampel sebanyak 40 anak berusia 3-5 tahun yang di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar status nutrisi anak usia 3-5 tahun berada pada kategori normal yaitu sebanyak 32 orang (80,0%) dan sebagian besar tingkat perkembangan anak usia 3-5 tahun berada pada kategori normal sebanyak 32 orang (80,0%). Dengan demikian diharapkan kepada orang tua agar dapat memberikan asupan nutrisi yang cukup dan dapat menstimulasi perkembangan anak dengan optimal.


(14)

Title of the Thesis : Nutrition Status and the Development Level of 3-5 Year- Old Children at Denai Village, Medan Denai Subdistrict,

Medan, in 2014

Name : Lian Pardomuan Nasution Std. ID Number : 131121016

Department : S1 (Undergraduate) Nursing Science Academic Year : 2014-2015

ABSTRACT

The important period of a child’s growth is in the period of balita (below five year-old children) so that nutrition status and optimal level of development are needed to support their growth. The study used descriptive method which was aimed to find out a child’s nutrition status and level of development at Denai Village, Medan Denai Subdistrict. The samples were 40 3-5 year-old children as the respondents, taken by using purposive sampling technique. The result of the study showed that 32 respondents (80.0%) were in a normal category in their nutrition status, and 32 respondents (80.0%) were also in a normal category in their level of development. It is recommended that parents should provide sufficient nutrition intake and stimulate children’s development optimally.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tubuh manusia memerlukan zat-zat yang berasal dari makanan, yang disebut zat-zat gizi. Sementara itu istilah gizi berasal dari kata Giziawi, yang berarti pemberian zat-zat makanan kepada sel-sel dan jaringan tubuh, sehingga memungkinkan pertumbuhan yang normal dan sehat. Ilmu gizi membahas proses pemanfaatan makanan di dalam tubuh (Maryunani, 2010).

Proses tumbuh kembang bayi dan balita merupakan proses yang penting untuk diketahui dan dipahami karena proses tersebut menentukan masa depan anak baik fisik, jiwa, maupun perilakunya. Salah satu karakteristik yang paling penting dalam masa kanak-kanak adalah berlanjutnya proses pertumbuhan dan perkembangan (Soetjianingsih, 2004).

Nutrisi juga merupakan fenomena ekologis penting dan dinamis, yang memiliki dampak pada semua tahap pertumbuhan dan pengembangan manusia dan evolusi dalam medis, biologi, budaya dan aspek sosial (Zafirova & Todorovska, 2009).

Nutrisi sehat dan seimbang baik sebagai gaya hidup sedentary sebagai berkontribusi terhadap terjadinya satu masalah serius kesehatan hari ini yang bernama globesity (overweight, obesitas). Istilah itu sendiri globesity

menunjukkan secara global penyebaran di seluruh dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa kecenderungan kelebihan berat badan sangat


(16)

umum di anak-anak baik di negara maju dan berkembang. Konsekuensi kesehatan obesitas terkenal dan mereka, mencakup berbagai kondisi yang dapat mempengaruhi pernapasan atau sistem otot kerangka, tetapi juga penyakit yang mengancam nyawa seperti berbagai metabolik, endokrin, koroner pembuluh darah, gastrointestinal dan penyakit serebrovaskular. Obesitas pada usia dewasa juga menimbulkan risiko kesehatan. Konsekuensi kesehatan dari obesitas pada masa kanak-kanak adalah prediktor penyakit dewasa, sehingga menyajikan obesitas sebagai masalah kesehatan yang sangat serius (Zafirova & Todorovska, 2009).

Diproyeksikan prevalensi gizi kurang di dunia akan menurun dari 26,5% pada tahun 1990 menjadi 17,6% pada tahun 2015 dan Anak yang menderita gizi kurang dengan asumsi akan terganggu pertumbuhannya diperkirakan akan turun dari 163,8 juta pada tahun 1990 menjadi 113,4 juta pada tahun 2015 (Onis, 2004). Kondisi ini merupakan gambaran besar masalah gizi pada anak balita di dunia saat ini, yang secara langsung terdampak terhadap terjadinya gangguan pertumbuhan anak dimasa mendatang. Pada tahun 2006 ditemukan jumlah anak yang kurang gizi di dunia, lebih dari 160 juta dan lebih dari setengahnya 90 juta beradadi Asia Selatan (Goulet, 2006). Prevalensi anak berstatus gizi kurang di Afrika tahun 1997 lebih dari 30%. Pada tahun 2000, ditemukan anak pendek di bawah usia 5 tahun di kawasan sub Sahara Afrika mencapai 42%, dan angka anak pendek di India dan Banglades jumlahnya lebih tinggi dari Negara-negara miskin di Sub Sahara (Hautsvas et al, 2000).

Nutrisi masih merupakan masalah serius di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia tahun 2004, prevalensi status kekurangan


(17)

gizi relatif tinggi yakni 28,47%. Angka ini akan cenderung meningkat pada tahun 2005-2006. Masalah gizi ini terjadi di 77,3% kabupaten dan 56% kota yang beriringan dengan angka kemiskinan, namun masalah gizi sendiri sebenarnya merupakan masalah yang kompleks karena berhubungan dengan berbagai aspek termasuk sosial budaya dan stabilitas negara (Nancy, 2005).

Pertumbuhan anak sangat berkaitan dengan nutrisi yang dikonsumsi. Kandungan gizi pada makanan yang dikonsumsi setiap hari menentukan status gizi anak. Status gizi yang baik mampu meningkatkan daya tahan tubuh yang baik pula, sebaliknya status gizi yang buruk memudahkan timbulnya penyakit. Oleh karena itu makan bukan hanya kebutuhan fisik utama semata namun juga diperlukan sebagai faktor penunjang pertumbuhan, sedangkan pertumbuhan itu merupakan langkah awal bagi perkembangan (Soetjiningsih, 2004).

Menurut Anton (2000) yang dikutip Ayu (2012) di Sumatera Utara sendiri angka prevalensi gizi kurang atau gizi buruk nyatanya masih di atas prevalensi nasional. Berdasarkan data Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 1998, prevalensi untuk Sumatera Utara sebesar 40,4% sedangkan angka nasional adalah 30,4%. Sementara itu, kebutuhan energi protein pada balita di Sumatera Utara semakin menurun selama kurun waktu 2002-2007 terjadi penurunan yaitu dari 17,3 % pada tahun 2002 menjadi 16,3 % dan tahun 2007 .

Fase terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak adalah ketika masa bayi dan balita, karena pada masa itulah saat yang paling vital bagi orang tua dalam membangun fondasi pertumbuhan dan perkembangan buah hati. Proses pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi dan balita merupakan proses


(18)

yang teramat penting dalam menentukan masa depan anak baik secara fisik, mental maupun perilaku (Sunartyo, 2007).

Aspek-aspek perkembangan yang dipantau adalah motorik kasar, motorik halus, kemampuan bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Salah satu upaya untuk mengetahui adanya penyimpangan perkembangan bayi dan balita yaitu dengan deteksi dini penyimpangan perkembangan anak. Melalui deteksi dini dan mengetahui adanya masalah pada perkembangan anak, maka pemulihannya dapat dilakukan lebih awal, sehingga tumbuh kembang anak dapat berlangsung optimal (Depkes, 2005).

Penelitian yang dilakukan oleh Sari, dkk (2012) tentang hubungan antara status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak usia 1-5 tahun di Posyandu Buah Hati Ketelan Banjarsari Surakarta dengan jumlah responden 40 orang didapatkan hasil status gizi balita yang normal sebanyak 67,5% dan yang tidak normal sebanyak 35,5%. Sedangkan untuk variable perkembangan motorik pada balita dengan kategori normal sebanyak 85% dan kategori tidak normal sebanyak 15%.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang status nutrisi dan tingkat perkembangan anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2014.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran status nutrisi dan tingkat perkembangan anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2014.


(19)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui status nutrisi dan tingkat perkembangan anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui status nutrisi anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2014.

2. Mengetahui perkembangan anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2014.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1. Masyarakat / responden

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran tentang status nutrisi dan tingkat perkembangan anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai, sehingga dapat dijadikan bahan kajian dan masukan bagi kader posyandu untuk menerapkan strategi peningkatan status nutrisi dan tingkat perkembangan anak di wilayah kerjanya.

1.4.2. Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi tenaga keperawatan untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang arti penting status nutrisi anak 3 – 5 tahun dan tingkat perkembangannya.


(20)

1.4.3. Peneliti

Penelitian ini bermanfaat sebagai wahana untuk mempraktekkan teori keperawatan anak yang telah di dapat selama perkuliahan, memahami dinamika kesehatan anak di lapangan dan diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk penerapan strategi perkembangan status nutrisi anak dilokasi penelitian.


(21)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Nutrisi Pada Anak

2.1.1 Defenisi

Nutrisi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk serta menghasilkan energi.

Menurut Maryunani (2010) keadaan nutrisi merupakan gambaran apa yang dikonsumsi oleh seseorang dalam jangka waktu yang cukup lama. Karena itu, ketersediaan zat nutrisi didalam tubuh seseorang (termasuk bayi dan balita) menentukan keadaan nutrisi bayi dan balita apakah kurang, optimum atau lebih.

Menurut Maryunani (2010) status nutrisi adalah keadaan yang ditunjukan sebagai konsekuensi dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ketubuh dan yang diperlukan.

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi status nutrisi

Menurut Supariasa (2008) ada dua faktor yang mempengaruhi status nutrisi manusia yang meliputi:

1. Faktor internal (secara langsung) a. Usia

Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang di miliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita.


(22)

b. Kondisi fisik

Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Supariasa, 2005).

c. Infeksi

Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan (Supariasa, 2005).

2. Faktor eksternal a. Pendapatan

Masalah nutrisi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Supariasa, 2005).

b. Pendidikan

Pendidikan nutrisi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan status nutrisi yang baik (Supariasa, 2005).

c. Pekerjaan

Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita


(23)

waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Supariasa, 2005).

d. Budaya

Budaya adalah salah satu ciri khas yang akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan (Supariasa, 2005).

2.2 Penilaian Status Nutrisi

2.2.1 Penilaian Status Nutrisi Secara Langsung

Menurut Supariasa (2008) Penilaian status nutrisi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Masing-masing penelitian tersebut akan dibahas secara umum sebagai berikut:

a. Antropometri

Penilaian antropometri dilakukan melalui pengukuran dimensi fisik dan komposisi kasar tubuh. Penilaian dilakukan terhadap berat badan (BB), Tinggi Badan (TB), Lingkar kepala, dan Lingkar lengan atas (LLA/LILA), dan tebal lemak kulit. Pada usia kurang dari 2 tahun pengukuran tinggi badan dilakukan dengan mengukur panjang badan dalam keadaan tidur, sedangkan pada usia 2 tahun atau lebih pengukuran dilakukan dalam keadaan berdiri. Tinggi badan juga dapat ditentukan melalui pengukuran tinggi lutut (dengan menggunakan kaki kiri dan sudut 90 derajat) pada orang yang memiliki kelainan tulang belakang atau tidak mampu berdiri tegak (Moesijanti: 2011).


(24)

Tabel 2.1 Penilaian Status Nutrisi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS

No

Indeks yang dipakai

Batas

Pengelompokan Sebutan Status Gizi

1 BB/U < -3 SD Gizi buruk

- 3 s/d <-2 SD Gizi kurang

- 2 s/d +2 SD Gizi baik

> +2 SD Gizi lebih

2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek

- 3 s/d <-2 SD Pendek - 2 s/d +2 SD Normal > +2 SD Tinggi

3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus

- 3 s/d <-2 SD Kurus - 2 s/d +2 SD Normal > +2 SD Gemuk Sumber : Depkes RI 2005.

b. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status nutrisi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidak cukupan zat nutrisi. Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi (Supariasa, 2008).

c. Biokimia

Biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih


(25)

parah lagi. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain yaitu: darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot (Supariasa, 2008).

d. Biofisik

Penentuan status nutrisi secara biofisik adalah metode penentuan status nutrisi perubahan struktur dari jaringan tubuh seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Supariasa, 2008).

2.2.2 Penilaian Status Nutrisi Secara Tidak Langsung

Menurut Supariasa (2008), penilaian status nutrisi secara tidak langsung dapat dibagi tiga bagian yaitu:

a. Survei konsumsi makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status nutrisi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis nutrisi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan makanan tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan nutrisi (Supariasa, 2005).

b. Statistik Vital

Pengukuran status nutrisi dan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan nutrisi (Supariasa, 2005).


(26)

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi, setiap metode penilaian status nutrisi mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dan kelemahan masing-masing, berbagai contoh penggunaan penilaian status nutrisi seperti: antropometri, digunakan untuk mengukur karakteristik fisik seseorang dan zat nutrisi yang penting untuk pertumbuhan (Supariasa, 2008).

2.3 Manfaat zat-zat Nutrisi 2.3.1 Karbohidrat

Karbohidrat merupakan komponen pangan yang menjadi sumber energi utama dan sumber serat makanan. Komponen ini disusun oleh tiga unsur utama yaitu, karbon, hydrogen, dan oksigen. Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi manusia. Karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Fungsi karbohidrat bagi manusia yaitu: 1) sebagai sumber energi, 2) pemberi rasa manis pada makanan, 3) penghemat protein, 4) pengatur metabolisme lemak, dan 5) membantu pengeluaran feses (Sibagariang, 2010).

Dalam pola makanan kita, terutama beras sebagai sumber karbohidrat merupakan sumber energi utama. Kira-kira 80-90 % dari keseluruhan kebutuhan energi berasal dari sumber karbohidrat. Nasi yang mengandung 7 % protein bila dimakan dalam jumlah yang cukup banyak merupakan sumber protein pula disamping fungsinya yang utama sebagai sumber karbohidrat. Dalam metabolisme karbohidrat kita ketahui bahwa glukosa dapat menghasilkan energi


(27)

yang dihasilkan oleh tubuh yang dapat pula disimpan dahulu sebagai cadangan sumber energi dalam bentuk glikogen. Adapun macam-macam karbohidrat yaitu,

Fruktosa, Galaktosa, Manosa, Arabinosa, Sukrosa, Maltosa, Laktosa, Polisakarida, Dekstrin, Glikogen, Selulosa, Hemiselulosa, Metil Selulosa, Mukapolisakarida (Jauhari & Nasution, 2013).

Penyakit yang berhubungan dengan karbohidrat antara lain: Penyakit kurang Kalori dan Protein (KKP) atau Protein Kalori Malnutrition (PCM) atau Protein Energi Malnutrition (PEM), Penyakit kegemukan atau obesitas, Diabetes Melitus atau penyakit gula dan Intoleran laktosa.

a. Lemak

Lemak adalah sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hydrogen, oksigen yang mempunyai sifat dapat larut pada zat-zat pelarut tertentu. Kebutuhan lemak normal adalah 10-25% dari kebutuhan energi total. Kebutuhan lemak dalam keadaan sakit tergantung jenis penyakit, yaitu lemak sedang atau lemak rendah. Disamping itu, pada penyakit tertentu, misalnya dislipidemia, membutuhkan modifikasi jenis lemak (Sibagariang, 2010).

Lemak sedang dapat dinyatakan sebagai 15-20% dari kebutuhan energi total, sedangkan lemak rendah ≤ 10% dari kebutuhan energi total. Modifikasi jenis lemak dapat dinyatakan sebagai: lemak jenuh < 10% dari kebutuhan energi total, lemak tidak jenuh ganda 10% dari kebutuhan energi total, dan lemak tidak jenuh tunggal 10-15% dari kebutuhan energi total (Jauhar & Nasution, 2013).

b. Protein

Protein adalah komponen dasar sel dan dibutuhkan untuk pertumbuhan, penggantian dan perbaikan sel. Protein merupakan komponen utama dalam semua


(28)

sel hidup, protein yang berarti pertama atau utama merupakan makromolekul yang paling melimpah di dalam sel hidup. Adapun fungsi dari protein yaitu, untuk pertumbuhan dan pemeliharaan, untuk pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh, untuk memelihara netralitas tubuh, untuk pembentukan anti bodi (Sibagariang, 2010).

c. Vitamin

Vitamin adalah zat-zat organik yang komplek yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Secara umum defenisi vitamin adalah suatu zat yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil dan harus didatangkan dari luar, karena tidak dapat disintesis oleh tubuh. Vitamin termasuk zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan, vitamin berperan dalam beberapa tahap reaksi metabolisme energi, pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, pada umumnya sebagai koenzim atau sebagian dari enzim. Sebagian besar koenzim terdapat dalam bentuk apoenzim, yaitu vitamin yang terletak dengan protein (Sibagariang, 2010).

2.4 Konsep perkembangan 2.4.1 Perkembangan

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)

dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan. Ada pula yang mendefenisikan bahwa perkembangan adalah penampilan kemampuan (skill) yang diakibatkan oleh kematangan sistem saraf pusat khususnya di otak (Supariasa, 2005).


(29)

Perkembangan mengacu kepada bertambahnya kompleksitas perubahan dari sesuatu yang sangat sederhana menjadi sesuatu yang lebih rumit dan rinci. Proses ini meliputi kemajuan yang teratur sepanjang rangkaian yang berurutan. Sedikit demi sedikit, pengetahuan, perilaku, dan keterampilan menjadi semakin baik dan berkembang. Pada dasarnya, urutan perkembangan sama untuk semua anak. Namun kecepatan perkembangan sangat beragam pada masing-masing anak (Allen, 2010).

2.4.2 Perkembangan anak usia 3-5 tahun

Antara usia 3 dan 5 tahun, tantangan-tantangan perkembangan dari periode sebelumnya diakhiri dalam keadaan lingkungan sosial yang luas dan dibentuk kembali oleh pertambahan bahasa yang rumit. Ketegangan antara pertumbuhan perasaan otonomi anak dan keterbatasan internatal maupun eksternal, menentukan pusat dinamis usia ini dan mempengaruhi perkembangan di banyak bidang (Nelson, 2000).

Biasanya anak usia 3-5 tahun penuh energi, antusiasme, dan rasa ingin tahu. Mereka tampaknya selalu bergerak terutama ketika mereka sedang asyik melakukan sesuatu yang menarik perhatian mereka pada saat itu. Selama tahun-tahun ini, keterampilan motorik mereka sempurna. Kelompok anak yang kurang lebih berusia sama tampaknya menunjukkan kemiripan dalam ukuran tubuh, bentuk badan dan kemampuan. Apabila diamati dengan lebih dekat, bagaimanapun juga, terdapat banyak sekali perbedaan individual. Allen (2010) menjelaskan tentang tahapan perkembangan anak usia 3-5 tahun meliputi:


(30)

a. Perkembangan motorik: 1) Naik turun tangga tanpa dibantu dengan menggunakan kaki kiri dan kanan secara bergantian, 2) Berjalan pada garis yang lurus, melompat dengan satu kaki, dan 3) Berjalan mundur.

b. Perkembangan perseptual kognitif: 1) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada cerita yang sesuai dengan umurnya, 2) Mengetahui perbedaan dua kata yang pengucapannya mirip: kaki-daki, tembok-gembok, dan 3) Membentuk segi empat dari potongan segitiga.

c. Perkembangan berbicara dan berbahasa: 1) Berbicara tentang benda, kejadian, dan orang yang tidak ada, 2) Menggunakan preposisi di dalam dan di bawah, dan 3) Menguasai 1500 kosakata atau lebih, menceritakan cerita yang sudah dia kenal ketika melihat gambar pada buku.

d. Perkembangan personal sosial: 1) Tampaknya mengerti saatnya bertukar giliran dalam bercakap-cakap, tetapi tidak selalu mau melakukannya, 2) Bersikap terbuka dan ramah, terkadang terlalu antusias, dan 3) Menyukai persahabatan, sering mempunyai satu atau dua teman bermain yang spesial.

2.5 Perkembangan dan pertumbuhan otak

Kematangan otak merupakan pondasi dari semua aspek perkembangan anak. Lingkar kepala adalah pengukuran fisik yang penting yang harus dilakukan secara regular pada bayi dan anak karena hal ini dapat memberi petunjuk mengenai pertumbuhan otak. Pada awalnya, terdapat lebih banyak sel otak (neuron) dari pada yang anak butuhkan, dan hubungan antar sel terus-menerus terbentuk sebagai akibat dari pengalaman pembelajaran yang berlangsung (Allen, 2010).


(31)

Secara bertahap, melalui proses natural yang disebut pemangkasan, berhubungan sel aktif dan saraf diperkuat oleh melemahnya sel-sel yang tidak terpakai. Hal ini menjelaskan, sebagai contoh, mengapa anak dengan mata juling akan menjadi buta pada kasus amblyopia (penglihatan yang lemah) kecuali ada penanganan khusus sedini mungkin. Oleh karena itu, kedua faktor genetika dan pengalaman pembelajaran menjadi signifikan dalam perkembangan dan pertumbuhan (Allen, 2010).

2.6 Perkembangan dan Pertumbuhan khas

Perkembangan dan Pertumbuhan otak yang khas ini adalah istilah yang dipakai untuk mengacu pada penguasaan keterampilan dan perilaku tertentu sesuai dengan urutan dan kecepatan yang dapat diprediksi. Rentang perkembangan dan pertumbuhan yang dianggap normal bersifat luas, termasuk sedikit variasi atau ketidakteraturan, seperti anak berumur tiga tahun yang cadel, atau bayi yang berusia dua belas bulan yang belajar berjalan tanpa melalui tahap merangkak (Allen, 2010).

2.7 Faktor yang berperan dalam perkembangan

Kecepatan dan tingkat perkembangan berkaitan erat dengan kematangan fisiologis dari sistem saraf, otot dan kerangka tubuh. Perkembangan juga dipengaruhi oleh keunikan faktor keturunan, lingkungan, budaya, dan nilai keluarga pada tiap individu. Kombinasi faktor-faktor ini menimbulkan beragam variasi yang bias diamati pada anak (Allen, 2010).


(32)

Proses pertumbuhan ini terus berlangsung hampir sepanjang fase kehidupan, namun kecepatan pertumbuhannya bervariasi sesuai dengan tahapan usia. Contohnya, pertumbuhan berjalan cepat selama fase bayi dan remaja menjadi lebih lambat dan tidak terlalu dramatis pada anak usia sekolah. Bahkan pada usia lanjut, walaupun tidak terlalu pesat, tubuh terus-menerus memperbaiki dan mengganti selnya (Allen, 2010).

Menurut Santoso (1999) ada dua faktor yang mempengaruhi proses tumbuh kembang optimal seorang anak, yaitu faktor dalam dan faktor luar.

2.7.1 Faktor dalam

Merupakan faktor-faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri, baik faktor bawaan maupun faktor yang diperoleh, termasuk disini: 1) Hal-hal yang diturunkan dari orang tua maupun generasi sebelumnya yaitu warna rambut dan bentuk tubuh, 2) Unsur berpikir dan kemampuan intelektual yaitu kecepatan berpikir, 3) Keadaan kelenjar zat-zat dalam tubuh yaitu, kekurangan hormon yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak, dan 4) Emosi dan sifat-sifat (temperamen) tertentu yaitu pemalu, pemarah, tertutup, dan lain-lain (Santoso,1999)

2.7.2 Faktor luar

Yaitu faktor-faktor yang ada diluar atau berasal dari luar diri anak, mencakup lingkungan fisik dan social serta kebutuhan fisik anak :

a) Keluarga: Pengaruh keluarga adalah pada sikap dan kebiasaan keluarga dalam mengasuh dan mendidik anak, hubungan orang tua dengan anak, hubungan


(33)

antara saudara dan lainnya. Keluarga hendaknya menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan secara optimal (Santoso, 1999).

b) Gizi: Keadaan kesehatan gizi tergantung pada tingkat konsumsi yaitu kualitas hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Ada tingkatan kesehatan gizi lebih dan gizi kurang. Akibat dari kesehatan gizi yang tidak baik, maka timbul penyakit gizi. Umumnya pada anak balita diderita penyakit gizi kurang dan gizi lebih yang disebut gizi salah malnutrition (Santoso, 1999).

c) Budaya: Faktor lingkungan masyarakat dalam hal ini asuhan dan kebiasaan suatu masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Misalnya: hal kebersihan, kesehatan dan pendidikan. Tata cara dan kebiasaan yang diberlakukan masyarakat tidak selalu sesuai dengan syarat-syarat kebersihan dan kesehatan. Demikian juga sikap dan pandangan atau cara berpikir suatu masyarakat yang belum tentu sesuai dengan kondisi masyarakat yang lebih luas (Santoso, 1999).

d) Teman bermain dan sekolah: Lingkungan sosial seperti teman sebaya, tempat dan alat bermain, kesempatan pendidikan yang diperoleh yaitu bersekolah, akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak (Santoso, 1999).

2.8 Penilaian perkembangan anak

Menurut Andriana (2011) salah satu metode skrining atau pemeriksaan untuk mengetahui kelainan perkembangan anak adalah dengan Denver developmental screening test (DDST). DDST adalah sebuah metode pengkajian yang digunakan untuk menilai perkembangan anak umur 3-5 tahun (Andriana, 2011).


(34)

Dalam perkembangannya DDST mengalami beberapa kali revisi. Revisi terakhir adalah Denver II yang merupakan hasil revisi dan standardisasi dari DDST dan DDST-R (Revised Denver Developmental Screening Test). Perbedaan

Denver II dengan skrining terdahulu terletak pada item-item tes, bentuk, interprestasi, dan rujukan (Andriana, 2011).

Manfaat DDST bergantung pada umur anak. Pada bayi, tes ini dapat mendeteksi berbagai masalah neurologis seperti serebral palsi. Pada anak, tes ini juga dapat membantu meringankan permasalahan akademik dan sosial. Umur anak 0-6 tahun dan terbagi dalam empat sektor yaitu, kepribadian/tingkah laku sosial (personal social), gerakan motorik halus (fine motor adaptive), bahasa

(language), perkembangan motorik kasar (gross motor) (Andriana, 2011).

Dalam pelaksanaan skrining dengan Denver II yang terdiri dari 125 tugas perkembangan, usia anak ditentukan terlebih dahulu dengan menggunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk 1 tahun. Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan kebawah dan sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas (Andriana, 2011).

Setelah usia ditentukan, kemudian tarik garis berdasarkan usia kronologis yang memotong garis horizontal tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang lulus (Passed = P), dan berapa yang gagal (Fail = F), tidak ada kesempatan (No Opportunity/NO), yang menolak (Refusal/R). Selanjutnya berdasarkan pedoman hasil tes diklasifikasikan dalam (Andriana, 2011).


(35)

Jika dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 keterlambatan atau lebih, ditambah 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis verikal usia (Andriana, 2011).

2.8.2 Meragukan

Jika pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih. Serta pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia. Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan faktor sesaat seperti rasa takut, keadaan sakit atau kelelahan (Andriana, 2011).

2.8.3 Normal

Tidak ada keterlambatan pada 1 sektor atau lebih, dan paling banyak 1 peringatan pada 1 sektor. Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya (Andriana, 2011).


(36)

(37)

2.9 Tinjauan status nutrisi dan tingkat perkembangan anak usia 3-5 tahun Pertumbuhan anak sangat berkaitan dengan nutrisi yang dikonsumsi. Kandungan gizi pada makanan yang dikonsumsi setiap hari menentukan status gizi anak. Status gizi yang baik mampu meningkatkan daya tahan tubuh yang baik pula, sebaliknya status gizi yang buruk memudahkan timbulnya penyakit. Oleh karena itu makan bukan hanya kebutuhan fisik utama semata namun juga diperlukan sebagai faktor penunjang pertumbuhan, sedangkan pertumbuhan itu merupakan langkah awal bagi perkembangan (Soetjiningsih, 2004).

Menurut Nelson (2000) anak usia 3 dan 5 tahun, tantangan-tantangan perkembangan dari periode sebelumnya diakhiri dalam keadaan lingkungan sosial yang luas dan dibentuk kembali oleh pertambahan bahasa yang rumit. Ketegangan antara pertumbuhan perasaan otonomi anak dan keterbatasan internal maupun eksternal, menentukan pusat dinamis usia ini. Ketegangan ini dipengaruhi oleh dan selanjutnya mempengaruhi perkembangan di banyak bidang (Nelson, 2000).


(38)

2.10.1 Defenisi

Periode prasekolah adalah periode yang berkisar usia 3-5 tahun. Kombinasi pencapaian biologis, psikososial, kognitif, spiritual dan soaial selama periode prasekolah mempersiapkan anak prasekolah untuk perubahan gaya hidupnya yang paling bermakna untuk masuk sekolah (Wong, 2009).

2.10.2 Perkembangan Biologis

Kecepatan pertumbuhan fisik terlambat dan semakin stabil selama prasekolah. Berat badan rata-rata pada usia 3 tahun adalah 14,6kg, pada usia 4 tahun adalah 16,7kg, dan pada usia 5 tahun adalah 18,7kg. Rata-rata pertambahan berat badan pertahun tetap sekitar 2,3kg (Wong, 2009).

Pertumbuhan tinggi badan juga dapat berlangsung dengan pertambahan 6,75 sampai 7,5cm per tahun dan umumnya lebih terjadi pada perpanjangan tungkai dari pada batang tubuh. Rata-rata tinggi badan pada usia 3 tahun adalah 95cm, pada usia 4 tahun adalah 103cm, dan pada usia 5 tahun adalah 110cm. Postur anak prasekolah lebih langsing tetapi kuat, anggun, tangkas, dan tegap. Hanya sedikit perbedaan dalam karakteristik fisik sesuai dengan jenis kelamin, kecuali yang ditentukan oleh faktor lain seperti pakaian dan potongan rambut. Sebagaian besar sistem tubuh telah matur dan stabil serta dapat menyesuaikan diri dengan stress dan perubahan yang moderat. Selama periode ini sebagain besar anak sudah menjalani toilet training. Perkembangan motorik terjadi pada sebagian besar peningkatan kekuatan dan penghalusan keterampilan yang telah dipelajari


(39)

sebelumnya, seperti berjalan, berlari, dan melompat. Namun, perkembangan otot dan pertumbuhan tulang masih jauh dari matur. Postur yang baik, latihan yang tepat, dan nutrisi yang adekuat serta istirahat sangat penting untuk perkembangan sistem musculoskeletal yang optimal (Wong, 2009).

Perilaku motorik kasar dan halus yang ditunjukkan oleh anak usia prasekolah adalah berjalan, berlari, memanjat dan melompat telah tercapai dengan baik pada usia 36 bulan. Penghalusan koordinasi mata, tangan dan otot jelas terbukti dalam beberapa area. Pada usia 3 tahun anak prasekolah mampu mengendarai sepeda roda tiga, berjalan jinjit, berdiri dengan satu kaki selama beberapa detik dengan seimbang, dan lompat jauh. Pada usia 4 tahun anak mampu melakukan loncatan dan lompatan dengan kaki bergantian, mulai main papan luncur dan berenang (Wong, 2009).

Perkembangan motorik halus jelas terbukti pada peningkatan manipulasi keterampilan anak, seperti dalam menggambar dan berpakaian. Keterampilan ini memberikan kesiapan untuk belajar mandiri untuk memasuki sekolah (Wong, 2009).

2.10.3 Perkembangan Psikososial

Tugas psikososial utama pada periode anak prasekolah adalah menguasai rasa inisiatif. Anak sedang dalam stadium belajar energik. Mereka bermain, bekerja, dan hidup sepenuhnya serta merasakan rasa pencapaian dan kepuasaan yang sebenarnya dalam aktivitas mereka. Konflik timbul ketika anak telah melampaui batas kemampuan mereka dan memasuki serta mengalami rasa bersalah karena tidak berperilaku atau bertindak dengan benar. Perasaan bersalah, ansietas, dan takut juga bisa diakibatkan oleh pikiran yang berbeda dengan


(40)

perilaku yang diharapkan. Perkembangan superego, atau kesadaran, telah dimulai pada akhir masa toddler dan merupakan tugas utama untuk anak prasekolah (Wong, 2009).

2.10.4 Perkembangan Kognitif

Salah satu tugas yang berhubungan dengan periode prasekolah adalah kesiapan untuk sekolah dan pelajaran di sekolah. Banyak proses berpikir pada periode ini sangat penting dalam mencapai kesiapan tersebut, dan telah ditentukan bahwa anak mulai sekolah pada usia 5 dan 6 tahun daripada umur yang lebih muda (Wong, 2009).

Menurut Wong (2009) teori kognif piaget sebenarnya tidak meliputi periode yang khusus untuk anak usia 3 sampai 5 tahun. Fase oprasional meliputi anak dalam rentang usia 2 sampai 7 tahun dan dibagi menjadi dua tahap yaitu fase prakonseptual adalah usia 2 sampai 4 tahun, dan fase intuitif adalah usia 4 sampai 7 tahun. Salah satu transisi utama selama kedua fase tersebut adalah perpindahan dari pikiran egosentris total menjadi kesadaran sosial dan kemampuan untuk mempertimbangkan sudut pandang orang lain.

Bahasa terus berkembang selama periode prasekolah. Anak prasekolah berasumsi bahwa setiap orang yang berpikir seperti yang mereka pikirkan dan penjelasan singkat mengenai pikiran mereka membuat keseluruhan pikiran mereka dipahami oleh orang lain. Untuk anak pada kelompok usia ini, metode yang paling menyenangkan dan efektif adalah bermain, menyesuaikan, dan mengembangkan pengalaman hidup (Wong, 2009).

Anak prasekolah semakin banyak menggunakan bahasa tanpa memahami makna dari kata-kata. Anak prasekolah menjelaskan konsep yang penjelasannya


(41)

telah mereka dengar dari orang lain. Namun pemahaman mereka masih terbatas. Contohnya adalah konsep mengenai waktu. Karena waktu masih belum dipahami sama sekali, anak akan menerjemahkan sesuai kerangka pemahamannya sendiri (Wong, 2009).

Pemikiran anak prasekolah sering kali dijelaskan sebagai pemikiran magis. Karena egosentris dan alasan transduktif mereka, mereka percaya bahwa pikiran adalah yang paling berkuasa. Pikiran tersebut ,menempatkan mereka pada posisi yang rentan untuk merasa bersalah dan bertanggung jawab terhadap pikiran buruk, yang secara kebetulan terjadi sesuai dengan keindahan yang diharapkan (Wong, 2009).

2.10.5 Perkembangan Moral

Perkembangan penilaian moral anak kecil berada pada tingkat paling dasar. Mereka berperilaku sesuai dengan kebebasan atau batasan yang berlaku pada suatu tindakan. Pada orientasi hukuman dan kepatuhan, anak berusia sekitar 2 sampai 4 tahun menilai apakah suatu tindakan baik atau buruk bergantung dari apakah hasilnya berupa hukuman atau penghargaan. Apabila anak dihukum, tindakan tersebut berarti baik, tanpa memperhitungkan makna tindakan tersebut. Sedangkan dari sekitar usia 4 sampai 7 tahun anak-anak berada pada tahap orientasi instrumental naïf, yang segala tindakan ditujukan kearah pemuasan kebutuhan mereka dan lebih jarang ditujukan pada kebutuhan orang lain. Mereka memiliki rasa keadilan yang sangat konkret (Wong, 2009).

2.10.6 Perkembangan Spritual

Pengetahuan anak tentang keyakinan dan agama dipelajari dari orang lain yang bermakna dalam lingkungan mereka, biasanya dari orang tua dan praktik


(42)

keagamaan mereka (Kenney, 1999 dalam Wong (2009). Namun, pemahaman anak kecil mengenai spiritual dipengaruhi oleh tingkat kognitifnya. Anak prasekolah memiliki konsep konkret mengenai Tuhan dengan karakteristik fisik, yang sering kali meyerupai teman imaginer mereka. Mereka mengerti kisah sederhana dari kitab suci dan menghapal doa-doa yang singkat, tetapi pemahaman mereka mengenai makna ritual ini masih terbatas. Mereka memperoleh manfaat dari penjelasan konkret yang diberikan oleh pemuka agama, seperti gambar kitab susi dan cerita tentang kelahiran utusan Tuhan mereka (Wong, 2009).

2.10.7 Perkembangan Citra Tubuh

Masa prasekolah memainkan peranan penting dalam perkembangan citra tubuh. Dengan meningkatnya pemahaman bahasa, anak prasekolah mengenai individu memiliki penampilan yang diinginkan dan yang tidak diinginkan. Pada usia 5 tahun anak mulai membandingkan ukuran tubuhnya dengan teman sebaya dan bisa menjadi sadar bahwa mereka tinggi atau pendek, terutama jika orang lain mengatakan mereka sangat besar atau sangat kecil untuk usia mereka. Meskipun perkembangan citra tubuh telah maju, anak prasekolah tidak dapat mendefenisikan ruang lingkup tubuhnya dengan baik dan mereka hanya memiliki sedikit pengetahuan mengenai anatomi internalnya (Wong, 2009).

2.10.8 Perkembangan Seksualitas

Perkembangan seksual selama masa ini merupakan fase yang sangat penting untuk identitas dan kepercayaan seksual individu secara menyeluruh. Anak prasekolah membentuk kelekatan yang kuat dengan orang tua yang berlawanan jenis kelamin sambil mengidentifikasi orang tua yang berjenis


(43)

kelamin sama. Saat identitas seksual berkembang melebihi pengenalan gender, maka kerendahan hati menjadi perhatian, begitu juga ketakutan adanya mutilasi. Terjadi imitasi peran seks dan “berdandan pada ibu atau ayah” merupakan aktivitas yang penting. Perilaku dan respon orang lain terhadap permainan peran dapat mengondisikan anak untuk memandang dirinya sendiri atau orang lain. Misalnya seperti anak lelaki tidak boleh bermain boneka, dapat mempengaruhi konsep diri anak lelaki maskulinitas. Eksplorasi seksual mungkin kini lebih menonjol dari sebelumnya, terutama dalam hal eksplorasi dan manipulasi genital. Pertanyaan mengenai reproduksi seksual bisa sampai kebagian depan pencarian pemahaman anak prasekolah (Wong, 2009).

2.10.9 Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial pada anak prasekolah adalah anak telah banyak mengatasi yang berhubungan dengan orang asing dan ketakutan akan perpisahan pada tahun-tahun sebelumnya. Mereka dapat berhubungan dengan orang yang tidak dikenal dengan mudah dan mentoleransi perpisahan singkat dari orang tua dengan sedikit atau tanpa protes. Mereka dapat menghadapi perubahan dalam rutinitas harian lebih baik dari pada anak toddler, tetapi mereka bisa mengalami ketakutan imaginer yang lebih besar. Mereka memperoleh keamanan dan kenyaman dari benda-benda yang sudah dikenal, seperti mainan, boneka, atau foto anggota keluarga (Wong, 2009).

2.10.10 Perkembangan berbahasa

Bahasa menjadi model komunikasi dan interaksi sosial yang utama. Peningkatan pembendaharaan kata sangat dramatis, dari 300 kata pada usia 2 tahun menjadi lebih dari 2100 kata pada akhir tahun kellima. Struktur kalimat,


(44)

penggunaan, penggunaan tata bahasa, dan inteligibilitas juga meningkat sampai ke tingkat yang lebih dewasa (Wong, 2009).

Anak usia antara 3 dan 4 tahun membentuk kalimat yang terdiri atas sekitar tiga sampai 4 kata dan hanya memasukkan kata-kata terpenting untuk menyampaikan sebuah makna. Percakapan seperti itu sering kali diistilahkan telegrafik karena kalimatnya yang singkat. Anak berusia 3 tahun banyak sekali bertanya dan menggunakan bentuk jamak, kata ganti yang benar, dan bentuk lampau dari kata kerja. Mereka dapat menyebutkan nama objek yang dikenal seperti binatang, bagian tubuh, kerabat, dan teman. Mereka dapa memberi dan mengikuti perintah sederhana. Mereka berbicara berulang-ulang, tanpa memperhatikan apakah ada orang yang mendengarkan atau menjawabnya. Sedangkan dari anak usia 4 sampai 5 tahun anak prasekolah menggunakan kalimat yang lebih panjang yang terdiri atas empat sampai lima kata dan menggunakan lebih banyak untuk menyampaikan pesan, seperti kata depan, kata sifat, dan bermacam-macam kata kerja. Pada sekitar akhir usia 5 tahun anak dapat menggunakan semua bentuk percakapan dengan benar, kecuali pertanyaan yang menyimpang dari aturan. Mereka dapat mendefenisikan hal-hal sederhana dengan menjelaskan kegunaan, bentuk, atau kategori klasifikasi yang umum, dari pada hanya menjelaskan penampilan luarnya (Wong, 2009).

2.10.11 Perilaku Personal Sosial

Anak prasekolah sudah memperlihatkan rasa autonomi mereka secara berbeda. Mereka mampu mengemukakan keinginan mereka akan kemandirian dan melakukannya secara mandiri karena perkembangan fisik dan kognitifnya yang semakin halus. Pada usia 4 sampai 5 tahun mereka hanya memerlukan sedikit


(45)

bantuan, jika perlu untuk berpakaian, makan, atau ke toilet. Mereka juga dapat dipercaya untuk mematuhi peringatan bahaya, meskipun anak usia 3 atau 4 tahun kadang-kadang melebihi batas. Mereka juga jauh lebih mampu bersosialisasi dan memiliki keinginan untuk memuaskan. Mereka telah menginternalisasi banyak standard dan nilai keluarga dan budaya. Namun pada masa anak-anak awal mereka mulai mempertanyakan nilai parenteral dan membandingkan nilai-nilai tersebut dengan nilai kelompok sebayanya dan figure otoritas lain akibatnya mereka kurang berkeinginan untuk mematuhi peraturan keluarga. Anak prasekolah semakin menyadari posisi dan peran mereka dalam keluarga (Wong, 2009).

2.10.12 Bermain

Anak prasekolah menikmati permainan asosiatif, permainan kelompok dengan aktivitas yang sama atau identik tetapi tanpa organisasi atau peraturan yang kaku. Permainan harus membantu memberikan perkembangan fisik, sosial dan mental. Mungkin tidak ada masa lain yang menirukan perilaku orang dewasa dengan begitu percaya dan begitu menyerap seperti pada anak usia 4 dan 5 tahun. Pada akhir periode prasekolah, anak menjadi kurang puas dengan benda yang tidak benar atau palsu menyenangi melakukan aktivitas yang aktual (Wong, 2009).


(46)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Penelitian ini dikembangkan berdasarkan teori Supriasa (2008) yang menyatakan bahwa, penilaian status nutrisi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Ukuran antropometri yang bermanfaat dan sering dipakai adalah berat badan, tinggi badan, lingkaran kepala, lingkaran lengan atas dan lipatan kulit.

Secara singkat kerangka konsep tersebut dapat dilihat seperti skema berikut ini :

Status Nutrisi pada anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Medan Denai:

a. Nutrisi lebih b. Nutrisi

Normal c. Nutrisi

kurang

Tingkat

perkembangan anak usia 3-5 tahun:

a. Normal b. Tidak

normal


(47)

Skema 3.1 kerangka konsep

3.2 Definisi Operasional 3.2.1. Status nutrisi

Dalam penelitian ini adalah status nutrisi. Yang dimaksud dengan status nutrisi adalah keadaan yang ditunjukan sebagai konsekuensi dari keseimbangan antara zat nutrisi yang masuk ketubuh dan yang diperlukan. Kemudian diukur secara antropometri dengan menggunakan indeks BB/U. Pengukuran dikategorikan dengan kriteria : nutrisi lebih, nutrisi normal, nutrisi kurang. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal (Depkes RI, 2005).

3.2.2. Tingkat perkembangan

Variabel terikat dalam perkembangan ini adalah perkembangan anak usia 3-5 tahun. Yang dimaksud perkembangan anak usia 3-5 tahun adalah pencapaian kemampuan dasar atau aspek perkembangan sesuai dengan usia anak.


(48)

Tabel 3.1 Definisi Operasional No Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur

Cara Ukur Skala Ukur

Hasil Ukur 1. Status nutrisi

anak usia 3-5 tahun

Keadaan yang ditunjukan oleh anak usia 3-5 tahun sebagai konsekuensi dari keseimbangan antara nutrisi yang masuk ketubuh dan yang diperlukan Kartu Menuju Sehat Dilakukan secara langsung (observasi). Ordinal Nutrisi lebih Normal Nutrisi kurang 2. Tingkat perkembangan anak. Bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek pada anak yang berusia 3-5 tahun Kartu Menuju Sehat Dilakukan secara langsung (observasi). Ordinal Normal Tidak normal


(49)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yaitu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status nutrisi dan tingkat perkembangan anak di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah anak yang berusia 3-5 tahun di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai adalah sebanyak 126 orang.

4.2.2 Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah sebagian dari pada populasi yang terjangkau diambil dengan cara purposive sampling. Karena besar populasi dalam penelitian ini lebih dari 100 orang maka besar sampel yang harus dicapai ditentukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010) =


(50)

n =

1 + N (d2) 126

n =

1 + 126 (0,132) 126 n =

1 + 126 (0,0169)

126 n =

1 + 2,1294 126 n =

3,1294

n = 40,263 dibulatkan menjadi n = 40 orang. Keterangan :

N : Besar Populasi n : Besar Sampel

d : Tingkat kepercayaan 87% ( 0,13)

Maka banyaknya sampel yang harus dicapai dalam penelitian ini adalah 40 orang.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Tahun 2014.

4.3.2 Waktu Penelitian

Pengumpulan data dilakukan sejak 26 November 2014 s/d 10 Januari 2015.


(51)

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini telah dilakukan uji etik oleh komite etik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan telah memperoleh surat keterangan bebas masalah etik. Selanjutnya penulis mengajukan izin kepada Kepala Lurah Denai untuk mendapatkan persetujuan melakukan penelitian. Peneliti juga menjelaskan kepada responden yang akan diteliti tentang masalah etik penelitian meliputi:

4.4.1 Anonymity

Untuk menjaga kerahasiaan responden peneliti tidak mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, tetapi cukup dengan member inisial pada masing-masing lembaran tersebut.

4.4.2 Confidentiality

Kerahasiaan responden akan dijamin oleh peneliti, hanya sekelompok data saja yang akan dijadikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian pertama tentang data demografi responden meliputi: jenis kelamin, umur responden saat ini, sedangkan bagian kedua tentang variabel yang akan diteliti yaitu status nutrisi dengan menggunakan data status gizi anak dari Puskesmas Medan Denai dan tingkat perkembangan anak usia 3-5 dengan menggunakan status perkembangan anak dari Puskesmas Medan Denai. Untuk pengukuran status nutrisi dan tingkat perkembangan penulis tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas karena kedua pengukuran tersebut merupakan pegangan yang


(52)

telah digunakan oleh Puskesmas dan merupakan suatu standar yang telah ditetapkan oleh organisasi kesehatan dunia dan departemen kesehatan Indonesia.

4.6 Pengumpulan Data

4.6.1 Tahap persiapan pengumpulan data

Persiapan pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui prosedur administrasi dengan mendapatkan izin dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Lurah Medan Denai.

Kemudian peneliti menentukan responden yang diteliti dan peneliti memberikan informasi mengenai tujuan dan prosedur penelitian kepeda para orang tua dari responden.

4.6.2 Tahap melakukan pengumpulan data

Untuk teknis pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan izin dari Lurah Medan Denai, selanjutnya setelah peneliti mendapatkan izin, peneliti menemui calon responden yang telah ditetapkan sesuai sampel penelitian.

1. Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan izin dari Lurah Medan Denai.

2. Setelah mendapat izin dari Lurah Medan Denai, peneliti menemui responden pada saat diadakannya posyandu di wilayah tersebut, kemudian peneliti melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Peneliti melihat data dari KMS responden berupa jenis kelamin, umur, berat badan, dan status gizi serta tingkat perkembangan anak pada saat posyandu.


(53)

b. Setelah seluruh data terkumpul dan penelitian selesai dilakukan, peneliti melapor kembali ke Lurah Medan Denai untuk memperoleh surat selesai penelitian.

c. Setelah dilakukan pengolahan data ditemukan status nutrisi anak usia 3-5 tahun mayoritas berada pada kategori normal dan tingkat perkembangan anak usia 3-5 tahun juga mayoritas berada berada pada kategori normal anak usia di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan.

4.7 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara editing, coding, dan tabulating. a. Editing

Peneliti melakukan pengecekan kelengkapan data yang terkumpul, bila terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam pengumpulan data, diperiksa, diperbaiki, dan dilakukan pendataan ulang.

b. Coding data

Peneliti melakukan coding dengan cara memberikan kode pada setiap kategori yang telah ada.

c. Tabulating

Peneliti melakukan tabulasi dengan menyusun dan menghitung hasil data serta memasukkan hasil perhitungan dalam tabel distribusi frekuensi.


(54)

Analisa data pada penelitian ini hanya sampai pada analisis univariat, sesuai dengan desain penelitian yaitu deskriptif. Analisis data dengan metode statistik univariat akan digunakan untuk menganalisis data demografi (usia dan jenis kelamin), dan masing-masing variabel (status nutrisi dan tingkat perkembangan anak usia 3-5 tahun) yang akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

Selanjutnya tiap variabel (usia, jenis kelamin, status nutrisi, dan tingkat perkembangan anak), dikelompokkan kedalam masing-masing kategori. Data yang diperoleh dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi status nutrisi dan tingkat perkembangan anak usia 3-5 tahun, kemudian ditentukan persentase untuk tiap-tiap kategori dengan menggunakan rumus yaitu:

Keterangan:

P = persentase

fi = frekuensi yang teramati


(55)

BAB 5

H

HAASSIILLPPEENNEELLIITTIIAANNDDAANNPPEEMMBBAAHHAASSAANN

Pada BAB ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan pengumpulan data primer yang dilakukan pada 26 November 2014 s/d 10 Januari 2015. Di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan terhadap 40 orang responden. Penyajian data meliputi data demografi, status nutrisi dan tingkat perkembangan anak usia 3-5 tahun.

5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Data Demografi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2014 berusia 36-45 bulan yakni sebanyak 17 orang (42,5%) dan mayoritas berjenis kelamin laki-laki yakni sebanyak 21 orang (52,5%).

Tabel 5.1

Karakteristik Demografi Anak Usia 3-5 Tahun di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan

Tahun 2014 (N=40)

Data Demografi Frekuensi Persentase (%)


(56)

36-45 Bulan 17 42,5

46-52 Bulan 10 25,0

53-60 Bulan 13 32,5

Jenis Kelamin

Laki-laki 21 52,5

Perempuan 19 47,5

5.1.2 Status Nutrisi

Dalam penelitian ini status nutrisi anak usia 3-5 tahun dinilai dari berat badan dan umur (BB/U) yang terdiri dari gizi lebih, gizi normal dan gizi kurang. Dari hasil penelitian dengan melakukan observasi data diperoleh status nutrisi responden yang berada pada kategori nutrisi lebih yakni sebanyak 3 orang (7,5%), normal yakni sebanyak 32 orang (80,0%) dan nutrisi kurang yakni sebanyak 5 orang (12,5%). Distribusi status nutrisi anak usia 3-5 tahun dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi dan Persentase Status Nutrisi Anak Usia 3-5 Tahun Di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan

Tahun 2014 (N=40)

Status Nutrisi Frekuensi Persentase (%)

Nutrisi Lebih 3 7,5

Nutrisi Normal 32 80,0

Nutrisi Kurang 5 12,5

Jumlah 40 100

Dari hasil penelitian dengan observasi pada 40 responden diperoleh data bahwa ditinjau dari segi usia responden mayoritas responden yang memiliki status nutrisi normal berada pada rentang usia 36-45 bulan yakni sebanyak 16 orang (94,1%), sedangkan ditinjau dari jenis kelamin mayoritas responden yang memiliki status nutrisi normal berjenis kelamin laki-laki yakni sebanyak 17 orang


(57)

(81,0%). Distribusi status nutrisi anak usia 3-5 tahun ditinjau dari usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi dan Persentase Status Nutrisi Anak Usia 3-5 Tahun Ditinjau Dari Usia Dan Jenis Kelamin Di Kelurahan Denai

Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2014 (N=40)

Demografi

Status Gizi

Total Gizi Lebih Normal Gizi

Kurang

F % f % F % f %

Usia

36-45 Bulan 0 0 16 94,1 1 5,9 17

100 46-52 Bulan 0 0 9 90 1 10 10 100 53-60 Bulan 3 23,1 7 53,8 3 23,1 13

100 Jenis Kelamin

Laki-Laki 1 4,8 17 81 3 14,3 21

100

Perempuan 2 10,5 15 78,9 2 10,5 19

100

5.1.3 Tingkat Perkembangan

Dalam penelitian ini tingkat perkembangan anak usia 3-5 tahun dinilai dari data status perkembangan anak yang terdiri dari normal dan abnormal. Dari hasil penelitian dengan melakukan observasi data pada 40 responden diperoleh tingkat perkembangan anak usia 3-5 tahun responden yang berada pada kategori normal yakni sebanyak 32 orang (80,0%) dan tidak normal yakni sebanyak 8 orang


(58)

(20,0%). Distribusi tingkat perkembangan anak usia 3-5 tahun dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun Di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan

Tahun 2014 (N=40)

Tingkat Perkembangan Frekuensi Persentase (%)

Normal 32 80,0

Tidak Normal 8 20,0

Jumlah 40 100

Dari hasil penelitian dengan observasi pada 40 responden diperoleh data bahwa ditinjau dari segi usia responden mayoritas responden yang memiliki tingkat perkembangan normal berada pada rentang usia 36-45 bulan yakni sebanyak 15 orang (88,2), sedangkan ditinjau dari jenis kelamin responden yang memiliki tingkat perkembangan normal untuk masing-masing jenis kelamin laki-laki dan perempuan yakni sebanyak 16 orang (76,2%), dan (84,2%). Distribusi tingkat perkembangan anak usia 3-5 tahun ditinjau dari usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun Ditinjau Dari Usia Dan Jenis Kelamin Di

Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2014 (N=40)

Demografi

Tingkat Perkembangan Total Normal Tidak

Normal

F % F % F %

Usia

36-45 Bulan 15 88,2 2 11,8 17


(59)

46-52 Bulan 7 70 3 30 10 100 53-60 Bulan 10 76,9 3 23,1 13

100 Jenis Kelamin

Laki-Laki 16 76,2 5 23,8 21

100

Perempuan 16 84,2 3 15,8 19

100

5.2 Pembahasan

5. 2.1. Status Nutrisi

Hasil penelitian mengenai status nutrisi anak usia 3-5 tahun yang telah dilakukan terhadap 40 responden diperoleh data bahwa responden yang berada pada kategori nutrisi lebih yakni sebanyak 3 orang (7,5%), normal yakni sebanyak 32 orang (80,0%) dan nutrisi kurang yakni sebanyak 5 orang (12,5%).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugeha, dkk (2010) tentang gambaran status gizi anak balita di PPA (Pusat Pengembangan Anak) ID-127 Dan CSP (Child Survival Programme) CS 07 Kelurahan Ranomut Manado. Dimana didapatkan hasil pengukuran antopometri dengan indikator berat badan menurut umur (BB/U) didapatkan anak balita dengan status gizi kurang sebanyak 11 orang (13,5%) dan gizi baik sebanyak 69 orang (86,5%).


(60)

Dalam penelitian ini terdapat 5 orang anak yang status nutrisinya kurang yang terdiri dari 3 anak laki-laki dan 2 anak perempuan. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kebutuhan zat gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan dan biasanya tinggi karena anak laki-laki memiliki aktivitas fisik yang lebih tinggi. Anak laki-laki biasanya mendapatkan prioritas yang lebih tinggi dalam hal makanan dibandingkan dengan perempuan (Suhendri, 2009).

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa keadaan gizi masyarakat telah menunjukkan kecenderungan yang semakin membaik, hal ini ditunjukkan dengan menurunnya prevalensi kekurangan gizi pada anak balita atau balita dengan berat badan rendah. Kasus kekurangan gizi pada anak balita yang diukur dengan prevalensi anak balita gizi kurang dan gizi buruk digunakan sebagai indikator kelaparan, karena mempunyai keterkaitan yang erat dengan kondisi kerawanan pangan di masyarakat. Indikator kelaparan lainnya adalah tingkat konsumsi rata-rata energi penduduk di bawah 70 persen dari angka kecukupan gizi. Kondisi ini berdampak nyata terhadap pencapaian tujuan MDGs lainnya, seperti angka kematian anak dan akses terhadap pendidikan (Bappenas, 2011).

Gizi yang baik dikombinasikan dengan kebiasaan makan yang sehat selama masa balita akan menjadi dasar bagi kesehatan. Pengaturan makanan yang seimbang menjamin terpenuhinya kebutuhan gizi untuk energi, pertumbuhan anak, melindungi anak dari penyakit dan infeksi serta membantu perkembangan mental dan kemampuan belajarnya (Thompson, 2003). Menurut UU RI No. 36 Tahun 2009. Upaya perbaikan gizi ditujukan untuk mempersiapkan generasi akan


(61)

datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak (Kemenkes, 2009).

Ditinjau dari sudut masalah kesehatan dan gizi, maka balita termasuk dalam golongan masyarakat kelompok rentan gizi, yaitu kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, sedangkan pada saat ini mereka sedang mengalami proses pertumbuhan yang sangat pesat. Akibat dari kurang gizi ini kerentanan terhadap penyakit infeksi dapat menyebabkan meningkatnya angka kematian balita (Soegeng, 2004).

United Nation of Children and Education Federation (1998) menyebutkan bahwa krisis ekonomi, politik, sosial merupakan akar permasalahan gizi kurang, sedangkan penyebab langsung adalah ketidakseimbangan antara asupan makanan yang berkaitan dengan penyakit infeksi. Kekurangan asupan makanan membuat daya tahan tubuh sangat lemah, memudahkan terkena penyakit infeksi, ditambah dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk, sehingga menyebabkan gizi kurang (Depkes RI, 2005).

5.2.2 Tingkat Perkembangan

Hasil penelitian mengenai tingkat perkembangan anak usia 3-5 tahun yang telah dilakukan terhadap 40 responden diperoleh data bahwa responden yang berada pada kategori normal yakni sebanyak 32 orang (80,0%) dan tidak normal yakni sebanyak 8 orang (20,0%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmayanti dan Pujiastuti (2012) tentang hubungan pola asuh dengan


(62)

didapatkan hasil sebagian besar responden yaitu 26 anak (70,3%) perkembangannya sesuai dengan tahap perkembangannya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagain besar anak usia 3-5 tahun menunjukkan perkembangan yang normal, hal ini tentunya dipengaruhi oleh hasil penelitian dimana sebagian besar anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan dimana sebagian besar status nutrisi anak normal sebanyak 32 orang (80,0%).

Faktor pendukung perkembangan anak yaitu terpenuhi kebutuhan gizi pada anak tersebut, peran aktif orang tua, lingkungan yang merangsang semua aspek perkembangan anak, peran aktif anak serta pendidikan orang tua (Soetjiningsih, 2009).

Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak, mengingat manfaat nutrisi dalam tubuh dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak, serta mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh seperti kekurangan energi dan protein, anemia, defisiensi thiamin, defesiensi kalium, dan lain-lain dapat menghambat proses tumbuh kembang anak. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada bayi dan anak dapat tumbuh dengan cepat sesuai dengan usia tumbuh kembang dan dapat meningkatkan kualitas hidup serta mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas (Hidayat, 2006)

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan


(63)

perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, kesadaran emosional dan inteligensi berjalan sangat cepat. Perkembangan psikososial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan (Soetjianingsih, 2009).

Frankenburg dkk (1981) dalam Soetjianingsih (2009) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu: personal Sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, gerakan motorik halus yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu benda, bahasa adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan, perkembangan motorik kasar (Gross Motor) adalah aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.


(64)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil kesimpulan didapatkan mayoritas anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan berada dalam rentang usia 36-45 bulan yakni sebanyak 17 orang (42,5%), dan berjenis kelamin laki-laki yakni sebanyak 21 orang (52,5%).

Mayoritas status nutrisi anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan berada pada kategori normal yaitu sebanyak 32 orang


(65)

(80,0%) sedangkan yang berada pada kategori nutrisi lebih sebanyak 3 orang (7,5%), dan nutrisi kurang sebanyak 5 orang (12,5%).

Mayoritas tingkat perkembangan anak usia 3-5 tahun di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan berada pada kategori normal yakni sebanyak 32 orang (80,0%) sedangkan yang berada pada kategori tidak normal yakni sebanyak 8 orang (20,0%).

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Peneiliti Keperawatan

Penelitian ini telah dilakukan secara deskriptif maka untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat melengkapi penelitian ini, dengan mengembangkan metode penelitian korelatif untuk dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi status gizi dan perkembangan pada anak usia 3-5 tahun.

6.2.3. Bagi Praktek Keperawatan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan kearah yang lebih baik lagi dengan cara


(66)

memberikan pelatihan dalam meningkatkan pengetahuan perawat khususnya perawat anak. Sehingga perawat dapat melakukan pendidikan kesehatan kepada masyarakat khususnya pada orang tua yang memiliki anak usia 3 tahun tentang upaya peningkatan status gizi dan perkembangan anak sesuai tahap usia

6.2.4. Bagi Masyarakat

Dari hasil penelitian ini diharapkan masyarakat untuk dapat terus meningkatkan pengetahuannya dengan mencari informasi-informasi tentang status nutrisi dan perkembangan anak agar dapat melakukan tindakan-tindakan dalam upaya perbaikan nutrisi anak agar semakin lebih baik dan dapat melakukan stimulasi perkembangan anak sesuai dengan tahap usia.

DAFTAR PUSTAKA

Adriana. (2011). Tumbuh kembang dan terapi bermain. Jakarta: Salemba Medika. Allen. (2010). Profil gangguan anak. Edisi kelima, Ahli bahasa Valentino,

Jakarta: INDEKS.

Ayu, D.A. (2012). Pengetahuan ibu tentang kebutuhan nutrisi pada balita usia 1-3 tahun di rumah sakit haji medan. Dikutip dari http:/ /repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31658/5/Chapter%20I.pdf. pada tanggal 20 Mei 2014.

Bappenas. (2011). Rencana nasional aksi pangan dan gizi (2010). Dikutip dari https://extranet.who.int/nutrition/gina/sites/default/files/IDN%20201%20R encana%20Aksi%20Nasional%20Pangan %20dan %20Gizi.pdf.


(67)

memberikan pelatihan dalam meningkatkan pengetahuan perawat khususnya perawat anak. Sehingga perawat dapat melakukan pendidikan kesehatan kepada masyarakat khususnya pada orang tua yang memiliki anak usia 3 tahun tentang upaya peningkatan status gizi dan perkembangan anak sesuai tahap usia

6.2.4. Bagi Masyarakat

Dari hasil penelitian ini diharapkan masyarakat untuk dapat terus meningkatkan pengetahuannya dengan mencari informasi-informasi tentang status nutrisi dan perkembangan anak agar dapat melakukan tindakan-tindakan dalam upaya perbaikan nutrisi anak agar semakin lebih baik dan dapat melakukan stimulasi perkembangan anak sesuai dengan tahap usia.

DAFTAR PUSTAKA

Adriana. (2011). Tumbuh kembang dan terapi bermain. Jakarta: Salemba Medika. Allen. (2010). Profil gangguan anak. Edisi kelima, Ahli bahasa Valentino,

Jakarta: INDEKS.

Ayu, D.A. (2012). Pengetahuan ibu tentang kebutuhan nutrisi pada balita usia 1-3 tahun di rumah sakit haji medan. Dikutip dari http:/ /repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31658/5/Chapter%20I.pdf. pada tanggal 20 Mei 2014.

Bappenas. (2011). Rencana nasional aksi pangan dan gizi (2010). Dikutip dari https://extranet.who.int/nutrition/gina/sites/default/files/IDN%20201%20R encana%20Aksi%20Nasional%20Pangan %20dan %20Gizi.pdf.


(68)

Depkes RI. (2005). Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Hal: 4, 7, 11, 45-53.

Goulet, O. (2006). Nutritional solution to major health problem of preschool children: how to optimise growth and developmental. Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition.

Hidayat. (2006). Keterampilan dasar praktik klinik kebidanan, Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika.

Houtsvast et al. (2000). Severe linier growth retardation in rural zambian children: the influence of biological variables. American Journal Clinical Nutrition.

Jauhari & Nasution. (2013). Nutrisi & keperawatan. Cetakan I, Yogyakarta: Dua Satria Offset.

Kemenkes. (2009). UU RI No. 36 Tahun 2009. Dikutip dari http://e-report.alkes. kemkes.go.id/dat/UU_No._36_Th_2009_ttg_Kesehatan.pdf pada tanggal 24 Desember 2014.

Maryunani. (2010). Ilmu kesehatan anak dalam kebidanan. Cetakan pertama. Jakarta: Trans Info Media.

Moesijanti, S. (2011). Gizi seimbang dalam daur kehidupan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Nancy, Y. (2005). Pedoman umum gizi seimbang. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Nelson. (2000). Ilmu kesehatan anak. Cetakan Ke I, Jakarta: ECG.

Notoadmodjo, S. (2007). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Onis, M. (2004). Estimates of global prevalence of chilhood underweight in 1990 and 2005. The Journal of the American Medical Association.

Rahmayanti & Pujiastuti (2012). Hubungan pola asuh dengan perkembangan anak usia prasekolah di tk kartika x-9 cimahi 2012. Jurnal Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi.


(69)

Sari, dkk. (2012). Hubungan antara status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak usia 1-5 tahun di posyandu buah hati ketelan banjarsari surakarta. Jurnal Kesehatan, 1979-7621, Vol. 5.

Sibagariang. (2010). Gizi dalam kesehatan reproduksi. Cetakan pertama, Jakarta: CV. Trans Info Media.

Soegeng, S. (2004). Kesehatan dan gizi. Jakarta: Rineka Cipta.

Soetjiningsih. (2004). Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya. Cetakan ke I, Jakarta: Sagung Seto.

Soetjiningsih. (2009). Tumbuh kembang remaja dan permasalahanya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugeha, dkk. (2010). Gambaran status gizi anak balita di ppa (pusat pengembangan anak) id-127 dan csp (child survival programme) cs 07 kelurahan ranomut manado. Jurnal Universitas Sam Ratulangi Manado.

Suhendri, U. (2009). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak dibawah lima tahun (Balita) di Puskesmas Sepatan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tanggerang Tahun 2009. Jurnal UIN Syarif Hidayatullah.

Sunartyo, N. (2007). Panduan merawat bayi dan balita. Jogjakarta: Diva Press. Supariasa. (2008). Status gizi. Cetakan Ke I, Jakarta: ECG.

Thompson, J. (2003). Pedoman merawat balita. Jakarta: Erlangga.

Walsh CM, Dannhauser A, & Joubert G. (2002). The impact of a nutrition education programme on the anthropometric nutritional status of low-income children in South Africa. Journal Public Health Nutrition.

Wong, Donna L. (2009). Buku ajar keperawatan pediatric wong. Ed 6, Vol. 1, Jakarta: EGC.

Zafirova, B, & Todorovska, L. (2009). Anthropometric parameters of growth and nutritional status in children aged 6 to 7 years in R. Macedonia. Journal of Advances in Medical Sciences.


(70)

(71)

LEMBAR KONSULTASI NAMA : Lian Pardomuan Nasution

NIM : 131121016

Tanggal Materi Konsulasi Tanggapan Pembimbing Tanda Tangan 17 Februari 2015 24 Februari 2015 26 Februari 2015 27 Februari 2015

2 Maret 2015

3 Maret 2015

BAB IV

BAB V

BAB V dan BAB VI

BAB V dan BAB VI

BAB IV dan Daftar Pustaka

BAB IV s/d BAB VI

- Perbaiki sistematika penulisan - Perbaiki jumlah sampel - Perbaiki Pengumpulan Data - Perbaiki Analisa data

- Perbaiki sistematika penulisan - Perbaiki tabel

- Perhatikan Sistematika Penulisan - Perbaiki jumlah sampel dalam

table frekuensi

- Perhatikan Sistematika Penulisan - Penjelasan tabel nutrisi ditambah - Perbaiki Rumus Sampel

- Perbaiki penulisan daftar pustaka berdasarkan APA

- Perbaiki pengolahan data sesuaikan dengan pembahasan


(72)

(73)

(74)

(75)

(76)

(77)

(1)

Frequencies

Statistics

Usia JK Status_Nutrisi

Tk_Perkembanga n

N Valid 40 40 40 40

Missing 0 0 0 0

Percentiles 100 3.00 2.00

Frequency Table

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 36-45 Bulan 17 42.5 42.5 42.5

46-52 Bulan 10 25.0 25.0 67.5

53-60 Bulan 13 32.5 32.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

JK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-Laki 21 52.5 52.5 52.5

Perempuan 19 47.5 47.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Status_Nutrisi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Gizi Kur 5 12.5 12.5 12.5

Gizi Leb 3 7.5 7.5 20.0

Normal 32 80.0 80.0 100.0


(2)

Tk_Perkembangan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Abnormal 8 20.0 20.0 20.0

Normal 32 80.0 80.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Usia * Status_Nutrisi 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

JK * Status_Nutrisi 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

Usia * Status_Nutrisi Crosstabulation

Status_Nutrisi

Total Gizi Kur Gizi Leb Normal

Usia 36-45 Bulan Count 1 0 16 17

% within Usia 5.9% .0% 94.1% 100.0%

% within Status_Nutrisi 20.0% .0% 50.0% 42.5%

% of Total 2.5% .0% 40.0% 42.5%

46-52 Bulan Count 1 0 9 10

% within Usia 10.0% .0% 90.0% 100.0%

% within Status_Nutrisi 20.0% .0% 28.1% 25.0%

% of Total 2.5% .0% 22.5% 25.0%


(3)

JK * Status_Nutrisi Crosstabulation

Status_Nutrisi

Total Gizi Kur Gizi Leb Normal

JK Laki-Laki Count 3 1 17 21

% within JK 14.3% 4.8% 81.0% 100.0%

% within Status_Nutrisi 60.0% 33.3% 53.1% 52.5%

% of Total 7.5% 2.5% 42.5% 52.5%

Perempuan Count 2 2 15 19

% within JK 10.5% 10.5% 78.9% 100.0%

% within Status_Nutrisi 40.0% 66.7% 46.9% 47.5%

% of Total 5.0% 5.0% 37.5% 47.5%

Total Count 5 3 32 40

% within JK 12.5% 7.5% 80.0% 100.0%

% within Status_Nutrisi 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 12.5% 7.5% 80.0% 100.0%

Crosstabs

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Usia * Tk_Perkembangan 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%


(4)

Usia * Tk_Perkembangan Crosstabulation

Tk_Perkembangan

Total Abnormal Normal

Usia 36-45 Bulan Count 2 15 17

% within Usia 11.8% 88.2% 100.0%

% within Tk_Perkembangan 25.0% 46.9% 42.5%

% of Total 5.0% 37.5% 42.5%

46-52 Bulan Count 3 7 10

% within Usia 30.0% 70.0% 100.0%

% within Tk_Perkembangan 37.5% 21.9% 25.0%

% of Total 7.5% 17.5% 25.0%

53-60 Bulan Count 3 10 13

% within Usia 23.1% 76.9% 100.0%

% within Tk_Perkembangan 37.5% 31.2% 32.5%

% of Total 7.5% 25.0% 32.5%

Total Count 8 32 40

% within Usia 20.0% 80.0% 100.0%

% within Tk_Perkembangan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 20.0% 80.0% 100.0%

JK * Tk_Perkembangan Crosstabulation

Tk_Perkembangan

Total Abnormal Normal

JK Laki-Laki Count 5 16 21

% within JK 23.8% 76.2% 100.0%

% within Tk_Perkembangan 62.5% 50.0% 52.5%

% of Total 12.5% 40.0% 52.5%


(5)

TAKSASI DANA

1.

Persiapan Proposal

a.

Biaya mengeprint

: Rp. 100.000,-

b.

Pengumpulan sumber-sumber tinjauan pustaka

: Rp. 200.000,-

c.

Perbanyak proposal

: Rp. 100.000,-

d.

Biaya

internet

:

Rp.

100.000,-

e.

Sidang proposal

: Rp. 200.000,-

2.

Pengumpulan Data

a.

Survei

Awal

:

Rp.

100.000,-

b.

Transportasi

:

Rp.

100.000,-

c.

Cendera

Mata

:

Rp.

200.000,-

3.

Analisa Data dan Penyusunan Laporan Penelitian

a.

Biaya kertas dan tinta printer

: Rp. 150.000,-

b.

Penjilidan

:

Rp.

100.000,-

c.

Penggandaan laporan penelitian

: Rp. 150.000,-


(6)

Daftar Riwayat Hidup

Nama

:

Lian

Pardomuan

Nasution

Tempat/Tanggal Lahir

: Rantau Prapat/ 6 April 1967

Jenis

Kelamin

:

Laki-Laki

Agama

:

Islam

Alamat

: Jln. Cut Nyak Dhien, Rantau Prapat

Riwayat Pendidikan :

1.

SD Panglima Polem Rantau Prapat

(1993-1999)

2.

SMP Panglima Polem Rantau Prapat

(1999-2002)

3.

SMAN 3 Rantau Selatan

(2002-2005)

4.

Akper Pemkab Labuhan Batu

(2005-2008)

5.

Fakultas Keperawatan USU

(2013- sekarang)