PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMA DALAM MATERI ELASTISITAS.

(1)

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMA DALAM MATERI ELASTISITAS

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Susan Ferdianti Rohmah 1001060

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMA DALAM MATERI ELASTISITAS

Oleh

Susan Ferdianti Rohmah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Susan Ferdianti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

SUSAN FERDIANTI ROHMAH 1001060

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMA DALAM MATERI ELASTISITAS

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I,

Dr. Setiya Utari, M.Si NIP. 196707251992032002

Pembimbing II,

Arif Hidayat, S.Pd, M.Si NIP. 198007162008011008

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

Dr. Ida Kaniawati, M.Si NIP. 196807031992032001


(4)

v Susan Ferdianti Rohmah, 2014

Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Sma Dalam Materi Elastisitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... F. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi ... 4 4 BAB II KETERKAITAN LEVELS OF INQUIRY DAN LITERASI SAINS 6 A. Levels Of Inquiry ... 6

B. Literasi Sains ... 9

BAB III METODE PENELITIAN ... 15

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 15

B. Desain Penelitian ... 15

C. Metode Penelitian ... 16

D. Definisi Operasional ... 16 E. Instrumen Penelitian ...

F. Proses Pengembangan Instrumen ...

17 19


(5)

vi Susan Ferdianti Rohmah, 2014

Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Sma Dalam Materi Elastisitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G. Teknik Pengumpulan Data ... H. Teknik Pengolahan Data ...

25 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Hasil Penelitian ... 29

B. Keterlaksanaan levels of inquiry ... 30

C. Diskusi dan pembahasan ... 36

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 40

A. Simpulan ... 40

B. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41


(6)

i Susan Ferdianti Rohmah, 2014

Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Sma Dalam Materi Elastisitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA SMA DALAM MATERI ELASTISITAS

Susan Ferdianti Rohmah NIM. 1001060

Pembimbing I : Dr. Setiya Utari, M.Si Pembimbing II : Arif Hidayat, S.Pd, M.Si

Jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI ABSTRAK

Hasil observasi menunjukan bahwa literasi sains merupakan kemampuan yang kurang terfasilitasi dalam proses pembelajaran fisika di sekolah. Literasi sains sangat penting dimiliki oleh setiap orang untuk menghadapi tantangan perkembangan zaman, maka literasi sains harus dilatihkan sejak dini. Salah satu cara melatihkan literasi sains adalah dengan menerapkan levels of inquiry dalam proses pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peningkatan literasi sains siswa SMA setelah diterapkan levels of inquiry pada materi elastisitas. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen PISA-like, yaitu instrumen yang diadaptasi dari PISA dalam materi elastisitas. Telah dilakukan penelitian sebanyak tiga pertemuan pada 21 orang siswa kelas X di salah satu SMA kota Bandung dengan desain penelitian one group Pretest-Posttest Design. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa setelah diterapkan levels of inquiry, literasi sains pada aspek mengidentifikasi isu yang bersifat ilmiah mengalami peningkatan dengan nilai Effect Size sebesar 1,33 dalam kategori besar, aspek menjelaskan fenomena secara ilmiah mengalami peningkatan dengan nilai effect size sebesar 1,66 dalam kategori besar, dan aspek menggunakan fakta ilmiah mengalami peningkatan sebesar 1,77 dalam kategori besar. Dengan hal ini dapat disimpulkan bahwa kontribusi levels of inquiry dalam meningkatkan literasi sains pada ketiga aspek tersebut besar dan kontribusi terbesar yaitu pada aspek menggunakan fakta ilmiah.


(7)

1

Susan Ferdianti Rohmah, 2014

Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Sma Dalam Materi Elastisitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Keikutsertaan Indonesia di dalam studi international Program for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa pada tahun 2012 literasi sains Indonesia menempati peringkat ke-64 dari 65 negara (OECD, 2013). Dari hal ini terlihat bahwa literasi sains anak-anak Indonesia masih rendah di mata Dunia. Literasi sains sangat penting dimiliki oleh setiap orang untuk menghadapi tantangan perkembangan zaman karena semakin banyak pekerjaan yang menuntut keterampilan tingkat tinggi yaitu pekerjaaan yang memerlukan kemampuan belajar, bernalar, berpikir kreatif, membuat keputusan, dan memecahkan masalah. Literasi sains juga akan meningkatkan kapasitas siswa untuk memegang pekerjaan penting dan produktif di masa depan. Disamping itu, setiap orang perlu menggunakan informasi ilmiah untuk melakukan pilihan yang dihadapinya setiap hari, dan setiap orang perlu memiliki kemampuan untuk berhubungan dalam percakapan dan debat publik secara cerdas berkenaan dengan isu-isu penting yang melibatkan IPTEK (Zuriyani, 2012). Oleh karena itu jelas bahwa literasi sains dibutuhkan oleh setiap orang. Literasi sains perlu dilatihkan sejak dini, salah satu cara melatihkan literasi sains yaitu melalui proses pembelajaran di sekolah sehingga siswa dapat memiliki literasi sains yang baik dan dapat menghadapi tantangan dalam kehidupan di masa yang akan datang.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan menggunakan soal PISA pada salah satu sekolah di kota Bandung menunjukan bahwa literasi sains sangat rendah yakni rata-rata siswa hanya dapat menyelesaikan 40% dari soal PISA yang diberikan. Dari hasil observasi penyebab dari hal tersebut adalah siswa kurang difasilitasi dalam proses pembelajaran untuk melatihkan literasi sains. Hal ini dapat terlihat pada proses pembelajaran, siswa tidak dilatihkan untuk mengungkap alam dengan kata lain siswa tidak melakukan pembelajaran yang kontekstual, siswa jarang melakukan eksperimen, dan siswa lebih banyak mempelajari teori


(8)

2

Susan Ferdianti Rohmah, 2014

Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Sma Dalam Materi Elastisitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

serta latihan soal terkait materi untuk persiapan ujian saja. Dengan hal tersebut maka diperlukan pembelajaran yang kontekstual dan lebih mengungkap alam sehingga siswa tidak hanya mempelajari teori serta latihan soal untuk persiapan ujian saja akan tetapi siswa perlu dilatihkan untuk menyelidiki fakta dan membangun pengetahuan serta pemahaman dengan melakukan eksperimen.

Menurut National Science Education Standards (1996), literasi sains dapat dilatihkan melalui pembelajaran inkuiri. Inkuiri diartikan sebagai berikut :

Scientific inquiry refers to the diverse ways in which scientists study the natural world and propose explanations based on the evidence derived from their work. Inquiry also refers to the activities of students in which they develop knowledge and understanding of scientific ideas, as well as an understanding of how scientists study the natural world.

Secara umum arti dari kutipan tersebut yaitu pembelajaran inkuiri mengarahkan dan menjelaskan berdasarkan fakta yang diperoleh dari penyelidikan untuk membangun pengetahuan dan pemahaman dari ide seorang ilmuan atau dengan kata lain pembelajaran inkuiri mengajarkan siswa untuk memahami seorang ilmuan mengungkap alam. Sehingga jelas bahwa pembelajaran inkuiri dapat menjadi solusi untuk meningkatkan literasi sains siswa.

Menurut J. Carl Wenning, pembelajaran inkuiri ini dalam penerapannya mencakup beberapa tingkatan berdasarkan jenjang pendidikannya. Penerapan inkuiri pada Sekolah Dasar akan berbeda dengan penerapan pada Sekolah Menengah. Langkah dan tingkatan pembelajaran inkuiri harus disesuaikan dengan tingkat sekolah siswa sehingga penerapan inkuiri akan lebih efektif. Tingkatan inkuiri dalam jurnalnya Wenning disebut sebagai levels of inquiry yaitu mencakup Discovery learning, Interactive Demonstration, Inquiry Lesson, Inquiry Lab, Real World Application, dan Hyphotetical Inquiry.

Dalam penerapannya tahapan levels of inquiry ada yang diterapkan secara parsial dan integrate. Pada penelitian ini penulis menerapkan levels of inquiry secara integrate dalam setiap pertemuan dengan tujuan agar kemampuan berinkuiri dapat dilatihkan secara utuh melalui tahapan levels of inquiry dalam materi pokok setiap pertemuannya. Adapun judul dari penelitian ini adalah


(9)

Susan Ferdianti Rohmah, 2014

Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Sma Dalam Materi Elastisitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penerapan levels of inquiry untuk meningkatkan literasi sains siswa SMA dalam materi elastisitas.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penyebab utama yang mengakibatkan literasi sains siswa rendah adalah belum terfasilitasinya proses pembelajaran yang melatihkan kemampuan berinkuiri dan proses pembelajaran yang tidak kontekstual. Sehingga siswa tidak mampu memaknai pembelajaran sains dalam kehidupan dan perkembangan teknologi. Dengan hal ini, maka kemampuan berinkuiri harus dilatihkan dalam proses pembelajaran. Pada penelitian ini kemampuan berinkuiri dilatihkan melalui penerapan levels of inquiry.

Agar permasalahan yang dikaji dalam penelitian tidak meluas, maka permasalahan penelitian dibatasi yaitu :

1. Levels of inquiry yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu cara berinkuiri yang telah dijabarkan oleh J. Carl Wenning pada jurnal Levels of inquiry : Hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes. (Wenning, 2005). Karena penelitian dilakukan pada jenjang pendidikan SMA maka levels of inquiry yang digunakan adalah tahapan Discovery Learning, Interactive Demonstration, Inquiry Lesson, Inquiry Labs, dan Real World Application.

2. Literasi sains yang dimaksud merupakan literasi sains menurut PISA. PISA menilai literasi sains dalam domain konteks (context), kompetensi (competencies), pengetahuan (knowledge), dan sikap (Attitude). Namun pada penelitian ini penulis hanya menganalisis peningkatan literasi sains pada domain competencies saja. Dan literasi sains pada implementasi penelitian ini terbatas yaitu hanya pada materi elastisitas.

Dari uraian diatas maka variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan Ievels of inquiry sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah literasi sains siswa pada materi elastisitas.


(10)

4

Susan Ferdianti Rohmah, 2014

Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Sma Dalam Materi Elastisitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana penerapan levels of inquiry dalam meningkatkan domain competencies literasi sains siswa pada materi elastisitas?”

Adapun pertanyaan penelitiannya adalah :

1. Bagaimana peningkatan aspek mengidentifikasi isu yang bersifat ilmiah setelah diterapkan levels of inquiry?

2. Bagaimana peningkatan aspek menjelaskan fenomena secara ilmiah setelah diterapkan levels of inquiry?

3. Bagaimana peningkatan aspek menggunakan fakta ilmiah setelah diterapkan levels of inquiry?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis peningkatan aspek mengidentifikasi isu yang bersifat ilmiah setelah diterapkan levels of inquiry.

2. Menganalisis peningkatan aspek menjelaskan fenomena secara ilmiah setelah diterapkan levels of inquiry.

3. Menganalisis peningkatan aspek menggunakan fakta ilmiah setelah diterapkan levels of inquiry.

E. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Dari segi teori, penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam penerapan levels of inquiry dalam meningkatkatkan literasi sains

2. Dari segi kebijakan, penelitian ini dapat menjadi solusi terhadap masalah rendahnya literasi sains di Indonesia

F. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi

Struktur penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I memaparkan tentang latar belakang penelitian yang berisikan alasan peneliti memilih masalah tersebut, pentingnya masalah tersebut untuk diteliti dan solusi untuk mengatasi


(11)

Susan Ferdianti Rohmah, 2014

Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Sma Dalam Materi Elastisitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masalah tersebut baik dari sisi teoritis maupun praktis. Selain itu, pada bab ini dibahas juga mengenai identifikasi masalah yang terdiri dari variabel penelitian dan batasan masalah. Kemudian rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat dan sistematika organisasi skripsi.

Bab II memuat tentang kajian pustaka yang berisi konsep dan teori mengenai levels of inquiry serta penjelasan mengenai literasi sains yang diteliti. Pada bab ini juga dipaparkan kerangka pemikiran terkait hubungan teoritis antar variabel penelitian yakni hubungan antara levels of inquiry dengan literasi sains.

Bab III berisi tentang metode penelitian yang digunakan, yang terdiri dari lokasi dan subjek populasi atau sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen PISA-like, teknik pengumpulan data dan teknik yang digunakan dalam menganalisis data.

Bab IV berisi tentang hasil penelitian mengenai peningkatan literasi sains serta keterlaksanaan levels of inquiry. Selain itu, pada bab ini juga dipaparkan pambahasan atau analisis mengenai hasil penelitian yang telah diperoleh.

Bab V berisi tentang simpulan terhadap penelitian yang telah dilakukan mengenai peningkatan literasi sains. Selain itu, pada bab ini juga menjelaskan saran yang berupa penafsiran peneliti terhadap temuan dari penelitiannya.


(12)

50 Susan Ferdianti Rohmah, 2014

Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Sma Dalam Materi Elastisitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yaitu menganalisis peningkatan domain competencies literasi sains siswa setelah diterapkan levels of inquiry maka dalam penelitian ini tidak perlu adanya kelas kontrol atau kelas pembanding. Sehingga sampel penelitian yang digunakan hanya satu kelas yaitu siswa kelas X pada salah satu SMA di kota Bandung.

Pemilihan sampel dipilih secara sampling Purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007:85). Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA dengan usia minimal 15 tahun dan belum belajar mengenai materi elastisitas. Selain itu agar interaksi guru dan siswa berlangsung lancar dalam proses pembelajaran, sampel yang digunakan adalah siswa yang aktif bertanya dan mengemukakan pendapat. Menurut guru yang bersangkutan, kelas X yang dijadikan sampel dalam penelitian dengan jumlah siswa 21 orang ini adalah kelas yang paling aktif dibandingkan dengan kelas yang lainnya.

B. Desain Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis bagaimana peningkatan domain competencies literasi sains siswa, maka peneliti harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana domain competencies literasi sains siswa sebelum diberikan perlakuan dengan cara memberikan pretest, setelah itu peneliti baru memberikan perlakuan, dan setelah siswa diberi perlakuan kemudian siswa yang bersangkutan diberikan posttest. Dari tujuan tersebut maka desain penelitian yang dipilih adalah one group pretest-posttest design. Pada desain ini, peningkatan domain competencies literasi sains siswa dapat dilihat melalui perbedaan hasil pretest dan posttest.

Tabel 3.1 one group pretest-posttest design

Pretest Treatment Posttest


(13)

Susan Ferdianti Rohmah, 2014

Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Sma Dalam Materi Elastisitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan :

O1 = Tes awal (pretest) sebelum diberikan perlakuan (treatment)

X = Penerapan metode Levels of Inquiry

O2 = Tes akhir (posttest) setelah diberikan perlakuan (treatment) C. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar peningkatan domain competencies literasi sains siswa setelah diterapkan levels of inquiry, maka dalam penelitian ini tidak perlu adanya kelas kontrol atau kelas pembanding. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai tersebut, maka penelitian ini menggunakan metode Pre-Eksperimental Design. Sanjaya dan Heriyanto (2006) menyatakan

bahwa “Dengan rancangan penelitian ini (metode Pre-Eksperimental Design) peneliti hendak mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan hanya melibatkan satu kelompok subjek saja atau tidak ada kelompok kontrolnya”.

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang akan dijabarkan lebih rinci agar memperoleh persamaan persepsi :

1. Literasi Sains

Literasi sains yang digunakan dalam penelitian ini hanya berfokus pada materi elastisitas. Dari empat domain literasi sains yang diukur PISA, yaitu contexts, competencies, knowledge, dan attitude (OECD, 2006), penelitian ini hanya mengukur domain competencies saja. Peningkatan literasi sains yaitu adanya kenaikan hasil tes literasi sains untuk materi elastisitas dari pretest ke posttest pada domain tersebut. Peningkatan domain competencies literasi sains diukur menggunakan effect size.

2. Levels of Inquiry

Penerapan levels of inquiry terdiri dari enam tahapan dalam satu kali pembelajaran. Tahapan tersebut diantaranya Discovery Learning, Interactive Demonstration, Inquiry Lesson, Inquiry Lab, Real-World Application dan Hypothetical Inquiry (Wenning, 2005). Karena penelitian dilakukan di SMA maka tingkatan (level) pembelajaran yang digunakan adalah dari Discovery Learning hingga Real World Application. Dalam pelaksanaannya, discovery


(14)

17

Susan Ferdianti Rohmah, 2014

Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Sma Dalam Materi Elastisitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

learning memiliki fokus kontrol lebih kepada guru. Fokus tersebut terus berubah dari guru menuju siswa seiring dengan meningkatnya tahapan. Sehingga pada tahapan terakhir fokus kontrol kelas lebih besar oleh siswa dan guru hanya mengawasinya.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen yang diadaptasi dari PISA dalam materi elastisitas atau disebut sebagai PISA-like. Hal ini dilakukan karena literasi sains yang menjadi permasalahan di Indonesia adalah literasi sains yang diukur oleh PISA. Soal PISA-like dirancang mengikuti karakteristik soal PISA yaitu menyediakan sejumlah informasi atau data dalam berbagai bentuk penyajian untuk diolah oleh siswa yang akan menjawabnya, meminta siswa mengolah (menghubung-hubungkan) informasi dalam soal, pernyataan yang menyertai pertanyaan dalam soal perlu dianalisis dan diberi alasan saat menjawabnya, dan soal-soal tersebut disajikan dalam bentuk bervariasi yakni bentuk pilihan ganda, isian singkat atau essay. Soal PISA dibuat secara bervariasi karena di dalam literasi sains siswa dituntut untuk bisa menjelaskan fenomena secara ilmiah sehingga melalui soal essay aspek ini dapat terukur. Selain itu pada literasi sains siswa dituntut dapat menggunakan informasi ilmiah untuk melakukan pilihan yang dihadapinya setiap hari sehingga perlu ada pula soal yang berbentuk pilihan ganda untuk mengukurnya.

Selain itu, bentuk instrumen PISA mencakup tiga domain dalam satu soal yaitu domain contexts, competencies, dan knowledge. Bentuk butir soal ada yang berupa pilihan ganda dan essay yang disatu padukan dalam suatu wacana. Matriks butir soal PISA-like yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Matriks Hubungan Domain context, competencies, dan knowledge pada instrumen PISA-like

Competencies Mengidentifikasi isu

yang bersifat ilmiah

Menjelaskan fenomena secara ilmiah

Menggunakan fakta ilmiah Knowledge Knowledge of

science

Sistem fisik

Runtuhnya bangunan garmen Bangladesh diduga

penyalahgunaan fungsi bangunan (Hazard)


(15)

Susan Ferdianti Rohmah, 2014

Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Sma Dalam Materi Elastisitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2 Matriks Hubungan Domain context, competencies, dan knowledge pada instrumen PISA-like (Lanjutan)

Competencies Mengidentifikasi

isu yang bersifat ilmiah

Menjelaskan fenomena secara ilmiah

Menggunakan fakta ilmiah

Knowledge Knowled-ge of science Sistem kehidup-an Vitamin untuk meningkatkan kesehatan dan elastisitas kulit (Health) Pertanyaan no. 4

Sistem Teknologi

Uji nyali dengan Bungee trampolin (Frontiers of science and technology)

Pertanyaan no. 8

Tips memilih matras Spring bed yang baik

untuk kesehatan ( Frontiers of science and

technology) Pertanyaan no. 18

Tips memilih matras Spring bed

yang baik untuk kesehatan ( Frontiers of

science and technology) Pertanyaan no. 19

Knowled-ge about science Scientific enquiry Pengujian modulus young kayu ( Frontiers of

science and technology) Pertanyaan no. 2

Tips memilih matras Spring bed yang baik

untuk kesehatan ( Frontiers of science and

technology) Pertanyaan no. 20

Runtuhnya bangunan garmen Bangladesh diduga penyalahgunaan

fungsi bangunan (Hazard) Pertanyaan no. 6

Pegas pada sepeda motor ( Frontiers of

science and technology) Pertanyaan no. 15

Uji nyali dengan Bungee trampolin

( Frontiers of science and technology) Pertanyaan no. 12

Runtuhnya bangunan garmen Bangladesh diduga penyalahgunaan fungsi bangunan (Hazard) Pertanyaan no. 7


(16)

19

Susan Ferdianti Rohmah, 2014

Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Sma Dalam Materi Elastisitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2 Matriks Hubungan Domain context, competencies, dan knowledge pada instrumen PISA-like (Lanjutan)

Competencies Mengidentifika

si isu yang bersifat ilmiah Menjelaskan fenomena secara ilmiah Menggunakan fakta ilmiah Knowled-ge Knowled-ge about science Scientific explana- tion Pengujian modulus young kayu ( Frontiers of science and

technology) Pertanyaan no. 1

Pegas pada sepeda motor ( Frontiers of science and

technology) Pertanyaan no. 16

Uji nyali dengan Bungee trampolin ( Frontiers of science and

technology) Pertanyaan no. 10

Pegas pada sepeda motor ( Frontiers of

science and technology) Pertanyaan no. 17

Uji nyali dengan Bungee trampolin

( Frontiers of science and technology) Pertanyaan no. 13

Pengujian modulus young

kayu ( Frontiers of

science and technology) Pertanyaan no. 3

F. Proses pengembangan Instrumen

Soal PISA-like digunakan untuk tes literasi sains dalam penelitian ini. Menurut Scarvia B. Anderson dkk dalam Arikunto tahun 2009 menyatakan bahwa persyaratan bagi tes, yaitu validitas dan reliabilitas. Dalam hal ini validitas lebih penting, dan reliabilitas diperlukan karena menyokong terbentuknya validitas. Sebuah tes mungkin reliabel tetapi tidak valid, sebaliknya sebuah tes yang valid biasanya reliabel. Agar diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk mengevaluasinya harus valid. Selain uji validitas dan reliabilitas instrumen, dilakukan pula analisis butir soal tes yakni analisis tingkat kesukaran butir soal dan daya pembeda butir soal. Berikut pemaparan mengenai validitas, reliabilitas, dan analisis butir soal dalam penelitian ini :


(17)

Susan Ferdianti Rohmah, 2014

Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Sma Dalam Materi Elastisitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Validitas Instrumen

Validitas instrumen merupakan ukuran yang menyatakan kesahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2009: 65). Validitas instrumen pada penelitian ini mencakup validitas logis dan validitas empiris karena validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran (validitas logis) dan dari hasil pengalaman (validitas empiris). Untuk mengetahui validitas logis instrumen PISA-like, dilakukan judgement terhadap butir-butir soal yang dilakukan oleh dua judgment ahli dan untuk mengetahui validitas empiris maka dilakukan uji coba instrument tersebut. Setelah dilakukan uji coba maka hasil uji coba tersebut diolah ke dalam uji statistik, yakni teknik korelasi Pearson Product Moment dinyatakan dalam persamaan 3.1 (Arikunto, 2009 : 73), yaitu :

xy =

√ ... 3.1

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang

dikorelasikan (x = dan y = Y - )

= Jumlah perkalian x dengan y x2 = kuadrat dari x

y2 = kuadrat dari y

Berikut ini tabel 3.3 (Arikunto, 2009) yang menginterpretasikan validitas: Tabel 3.3

Interpretasi Validitas

Koefisien Korelasi Kriteria validitas

0,81 ≤ r  1,00 Sangat Tinggi 0,61 ≤ r  0,80 Tinggi 0,41 ≤ r  0,60 Cukup 0,21 ≤ r  0,40 Rendah

0,00 ≤ r  0,20 Sangat rendah


(18)

21

Susan Ferdianti Rohmah, 2014

Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Sma Dalam Materi Elastisitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas taraf ketetapan hasil yang diukur sebuah instrumen apabila instrumen tersebut diteskan berkali-kali, sehingga instrumen tersebut dapat dipercaya. Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes pilihan ganda dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode belah dua (split-half method) atas-bawah. Reliabilitas tes pilihan ganda dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan 3.2 (Arikunto, 2009:93), sebagai berikut :

11=2 r 2 1 2 1 1+ r

2 1 2

1 ……… .

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

r

2 1 2

1 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Reliabilitas tes bentuk uraian dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 3.3 (Arikunto, 2009), sebagai berikut :

... 3.3

... 3.4 Keterangan :

= Reliabilitas Instrumen

= Jumlah varians skor tiap-tiap item

= Varians total

= Varians N = Jumlah siswa X = Skor tiap butir soal

Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen yang diperoleh ngan menggunakan tabel 3.4 (Arikunto, 2009 : 93) berikut :


(19)

Susan Ferdianti Rohmah, 2014

Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Sma Dalam Materi Elastisitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,81  r  1,00 Sangat Tinggi 0,61  r  0,80 Tinggi 0,41  r  0,60 Cukup 0,21  r  0,40 Rendah 0,00  r  0,20 Sangat Rendah

3. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal. Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan persamaan 3.5 (Arikunto, 2009 : 208), sebagai berikut :

P =

... 3.5 Keterangan :

P = Tingkat Kesukaran

B = Jumlah siswa yang menjawab benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran butir soal yang diperoleh digunakan tabel 3.5 (Arikunto, 2009 : 208) berikut :

Tabel 3.5

Interpretasi Tingkat Kesukaran

Indeks Tingkat kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran

0,00 -0,30 Sukar

0,31-0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Namun perlu diketahui bahwa soal-soal yang terlalu mudah atau terlalu sukar tidak berarti tidak boleh digunakan. Hal tersebut tergantung dari penggunaannya.


(20)

23

Susan Ferdianti Rohmah, 2014

Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Sma Dalam Materi Elastisitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda soal uraian sama dengan soal pilihan ganda yaitu :

DP = ... 3.6 Keterangan :

DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

B A = Banyaknya kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

B B = Banyaknya kelompok bawah yang menjawab dengan benar

J A = Banyaknya peserta kelompok atas

J B = Banyaknya peserta kelompok bawah

Adapun tolak ukur yang digunakan untuk menginterpretasikan indeks daya pembeda yang telah diperoleh, digunakan tabel 3.6 (Arikunto, 2009: 218) berikut :

Tabel 3.6

Klasifikasi Daya Pembeda

Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda

Negatif Sangat jelek, harus dibuang

0,00 - 0,20 jelek (poor) 0,20 – 0,40 Cukup (satisfactory) 0,40 – 0,70 Baik (Good) 0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent)

5. Hasil Uji Coba Test

Berikut adalah analisis data hasil uji coba meliputi uji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tinggi kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.7 di bawah ini (Untuk lebih lengkapnya dapat di lihat pada Lampiran B.3)

Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Tes Literasi Sains

No. Bentuk Soal

Validitas

Tingkat

Kesukaran Daya Pembeda

Reliabilitas Ket Nilai

rxy Kategori

Nilai

TK Kategori Nilai


(21)

Susan Ferdianti Rohmah, 2014

Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Sma Dalam Materi Elastisitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Syarat sebuah soal dibuang adalah jika soal tersebut tidak valid (kategori validitas rendah), kategori tingkat kesukaran sangat sukar atau sangat mudah, kategori daya pembeda negatif, dan indikator soal yang dibuang sudah terwakili

1 Pilihan

Ganda 0,505 Cukup 0,667 Sedang 0,333 Cukup

Soal Pilihan Ganda 0,682 dengan kategori tinggi dan

Soal Esay 0,417 dengan kategori cukup Dipakai

2 Esay 0,610 Tinggi 0,250 Sukar 0,100 Jelek Dipakai

3 Esay 0,674 Tinggi 0,625 Sedang 0,150 Jelek

Dipakai

4 Pilihan

Ganda 0,439 Cukup 0,933 Mudah 0,067 Jelek Dipakai

5 Pilihan

Ganda 0,512 Cukup 0,500 Sedang 0,267 cukup Dipakai

6 Pilihan

ganda 0,412 Cukup 0,733 Mudah 0,333 cukup Dipakai

7 Pilihan

ganda 0,532 Cukup 0,267 Sukar 0,467 Baik Dipakai

8 Pilihan

ganda 0,409 Cukup 0,833 Mudah 0,133 cukup Dipakai

9 Esay 0,131 Rendah

(Tidak Valid) 0,400 Sedang 0,100 Jelek Dibuang

10 Pilihan

ganda 0,673 Tinggi 0,533 Sedang 0,600 Baik Dipakai

12 Pilihan

ganda 0,503 Cukup 0,733 Mudah 0,200 Jelek Dipakai

13 Esay 0,618 Tinggi 0,600 Sedang 0,300 Cukup Dipakai

14 Esay 0,162 Rendah

(tidak Valid) 0,275 Sukar

-

0,017 - Dibuang

15 Pilihan

ganda 0,429 Cukup 0,767 Mudah 0,133 Jelek Dipakai 16 Esay 0,365 Rendah 0,500 Sedang 0,100 Jelek Dipakai

17 Pilihan

ganda 0,518 Cukup 0,800 Mudah 0,200 Jelek Dipakai

18 Esay 0,642 Tinggi 0,592 Sedang 0,350 Cukup Dipakai

19 Pilihan

ganda 0,493 Cukup 0,933 Mudah 0,067 Jelek Dipakai

20 Pilihan


(22)

25

Susan Ferdianti Rohmah, 2014

Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Sma Dalam Materi Elastisitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

oleh indokator soal lain. Jika tidak ada indikator soal yang terwakili oleh soal lain maka soal yang bersangkutan dapat direvisi dan di ujicoba lagi.

Berdasarkan tabel 3.7 terlihat bahwa soal nomor 9 dan nomor 14 memiliki validitas yang rendah (tidak valid). Walaupun kedua soal tersebut valid dalam validitas logis yang dilakukan oleh judgment ahli namun kedua soal itu tidak valid dalam validitas empiris. Validitas sebuah instrumen tidak hanya dihasilkan dari hasil pemikiran/validitas logis saja namun harus dibuktikan juga melalui pengalaman/validitas empiris (Arikunto, 2009). Instrumen yang tidak valid dapat diperbaiki atau dibuang, namun jika diperbaiki instrumen tersebut harus di uji validitas ulang yakni mencakup validitas logis dan validitas empiris. Dalam penelitian ini, penulis memilih untuk membuang instrumen yang tidak valid karena terdapat nomor soal lain yang dapat mewakili indikator yang akan diukur. Soal nomor 9 dan nomor 14 dapat terwakili oleh soal nomor 16 karena indikator soal tersebut sama.

G. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah melalui tes tulis, angket, dan video pembelajaran.

1. Tes tulis

Tes ini digunakan untuk mengukur peningkatan domain competencies literasi sains siswa setelah diterapkan levels of inquiry. Tes ini disusun berdasarkan pada indikator yang hendak dicapai pada setiap pertemuan pembelajaran. Soal-soal tes yang digunakan berupa soal pilihan ganda dan essay mengenai materi elastisitas. Instrumen ini mencakup tiga domain literasi sains yaitu domain context, competencies, dan knowledge. Soal-soal yang digunakan pada tes awal dan tes akhir merupakan soal yang sama, hal ini dimaksudkan agar tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrumen terhadap perubahan pengetahuan dan pemahaman yang terjadi.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen penelitian ini adalah :


(23)

Susan Ferdianti Rohmah, 2014

Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Sma Dalam Materi Elastisitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Membuat kisi-kisi soal berdasarkan kurikulum 2013 mata pelajaran Fisika SMA kelas X semester 2, yakni pada materi elastisitas kemudian disesuaikan dengan kisi-kisi soal PISA 2006.

b. Menulis soal tes berdasarkan kisi-kisi dan membuat kunci jawaban dan rubrik penilaian.

c. Mengkonsultasikan soal-soal instrumen dan melakukan revisi kepada dosen pembimbing sebagai perbaikan awal.

d. Meminta pertimbangan (judgment) kepada dua dosen fisika, kemudian melakukan revisi soal berdasarkan bahan pertimbangan tersebut.

e. Melakukan uji instrumen di salah satu kelas di sekolah yang menjadi populasi dalam subjek penelitian berlangsung, menganalisis hasil uji instrumen yang meliputi uji validitas butir soal, reliabilitas instrumen, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Kemudian melakukan revisi ulang melalui konsultasi dengan dosen pembimbing.

2. Video Pembelajaran

Setiap pertemuan dalam pembelajaran didokumentasikan menggunakan video sehingga proses pembelajaran dapat dianalisis secara keseluruhan.

H. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan yang digunakan pada penelitian ini adalah pengolahan data secara statistik. Tujuan pengolahan data ini adalah untuk mengetahui peningkatan domain competencies literasi sains siswa setelah diberikan perlakuan. Untuk melihat peningkatan domain competencies literasi sains siswa setelah menerapkan levels of inquiry adalah dengan cara menganalisis nilai effect size dari hasil pretest dan posttest siswa. Nilai effect size adalah pengukuran sederhana untuk mengukur perbedaan antara dua kelompok atau kelompok yang sama dalam waktu berbeda dengan menggunakan skala yang umum (Secretariat, Literacy. 2002).

Effect size merupakan cara yang digunakan untuk mengukur berapa besar pengaruh treatment. Selain itu, effect size digunakan untuk :

1. Membandingkan kemajuan (peningkatan) dari waktu ke waktu pada tes yang sama


(24)

27

Susan Ferdianti Rohmah, 2014

Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Sma Dalam Materi Elastisitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Membandingkan hasil pengukuran tes yang berbeda

3. Membandingkan kelompok yang berbeda dalam melakukan tes yang sama Perbandingan yang mungkin menggunakan effect size diantaranya :

1. Perbedaan skor antara dua kelompok yang berbeda ( misalnya , anak laki- laki dan perempuan )

2. Perubahan skor untuk kelompok sama yang diukur dua kali

3. Hubungan antara faktor-faktor dan nilai yang berbeda itu semua dapat dianggap sama .

Cara menghitung effect size pada desain penelitian satu kelas tanpa kelas kontrol yaitu dengan menggunakan persamaan berikut :

Effect Size (d) =

... 3.7

Standar deviasi yang dimaksud adalah standar deviasi pooled. Cara menghitung standar deviasi pooled yaitu dengan persamaan sederhana dari cohen (1988) :

√ ... 3.8 Keterangan :

SDpooled = Standar deviasi Pooled

SD1 = standar deviasi data ke-1

SD2 = standar deviasi data ke-2

M1 = Rata-rata skor Pretest

M2 = Rata-rata skor Posttest

Persamaan 3.7 dapat digunakan jika data memiliki koefisien korelasi dengan kategori kecil. Jika data memiliki koefisien korelasi dengan kategori sedang atau besar maka untuk menghitung effect size yaitu dengan menggunakan persamaan berikut:

... 3.9


(25)

Susan Ferdianti Rohmah, 2014

Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Sma Dalam Materi Elastisitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d = Nilai Effect Size M1 = Rata-rata skor Pretest

M2 = Rata-rata skor Posttest

SDpooled = Pooled Standard Deviation

r = koefisien korelasi

Pada penelitian ini koefisien korelasi yang digunakan dapat dilihat dari tabel 3.8 (Sugiono, 2010) sebagai berikut :

Tabel 3.8 Interpretasi koefisien korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 - 0.199 Sangat rendah

0,20 - 0,399 Rendah

0,40 - 0,599 Sedang

0,60 - 0,799 Kuat

0,80 - 1,000 Sangat Kuat

Adapun tolak ukur yang digunakan untuk menginterpretasikan nilai effect size yang telah diperoleh, Cohen mengatakan bahwa nilai effect size 0,20 berarti berpengaruh kecil, 0,50 berpengaruh sedang, dan 0,80 berpengaruh besar. Secara lebih terperinci, kategori nilai effect size dapat dilihat dari tabel 3.9 (Cohen, 1992) berikut :

Tabel 3.9 Klasifikasi Effect Size

Nilai Effect Size Kategori

0,00 ≤ x ≤ 0,20 Tidak berarti (dapat diabaikan)

0,20 ≤ x ≤ 0,50 Kecil

0,50 ≤ x ≤ 0,80 Sedang


(26)

40 Susan Ferdianti Rohmah, 2014

Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Sma Dalam Materi Elastisitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan data hasil penelitian, pengolahan data, dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa levels of inquiry dapat meningkatkan literasi sains dalam domain competencies yakni pada aspek mengidentifikasi isu yang bersifat ilmiah, aspek menjelaskan fenomena secara ilmiah, dan aspek menggunakan fakta ilmiah. Hal ini terlihat pada nilai effect size ketiga aspek tersebut berada dalam kategori besar. Hal tersebut bermakna bahwa kontribusi levels of inquiry dalam meningkatkan ketiga aspek tersebut besar dan kontribusi terbesar yaitu pada aspek menggunakan fakta ilmiah.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut :

1. Pada tahap interactive demonstration guru tidak hanya memberikan prosedur percobaan dan langsung mengarahkan siswa bereksperimen. Akan tetapi, siswa dilibatkan dalam merancang percobaan ketika membuktikan hubungan antar variabel sehingga pola pikir merancang percobaan siswa terbangun

2. Sebaiknya tahap real world application bisa melatihkan siswa hingga membuat suatu produk atau proyek, sehingga knowledge of science yang dibutuhkan siswa untuk meningkatkan domain competencies akan lebih baik 3. Tidak hanya menganalisis literasi sains pada domain competencies, namun analisis pula domain context, knowledge, dan Attitude pada setiap proses pembelajaran.


(27)

41

Susan Ferdianti Rohmah, 2014

Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Sma Dalam Materi Elastisitas

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Cohen, J. (1992). A Power Primer. Psycological Bulletin. 112(1).

Cohen, J. (1988). Statistical power analysis for the behavioral sciences. (2nd ed.). Hillsdale, NJ: Erlbaum.

Dunst, C. J., Trivette, C. M., & Humby, D. W. (2004). Guidelines for Calculating Effect Sizes for Practice-based Research Syntheses. Centerscope. 3 (1). National Research Council (1996). National Science Education Standards.

Washington, DC: National Academies Press.

OECD. (2007). PISA 2006 Science Competencies for Tomorrow’s World. [online]. Tersedia:http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2006.pdf [09 November 2013]

OECD. (2013). PISA 2012 Result in Focus. [online]. Tersedia : http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2012-results-overview.pdf . [15 Juni 2014]

Sandjadja, B. dan Heriyanto, A. (2006). Panduan Penelitian. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.

Secretariat, Literasi. (2002). Understanding, using and calculating effect size. Australia : DECD

Shaughnessy, JJ. et. al.(2007). Metodologi Penelitian Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Sugiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Wenning, CJ. (2005). Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes. Journal Physics Teacher Education. 2(3).

Wenning, CJ. (2010). Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning sequences to teach science. Journal Physics Teacher Education. 5 (3). .

Wenning,CJ. (2007). Assessing inquiry skills as a component of scientific literacy. Journal Physics Teacher Education. 4 (2).


(28)

41

Susan Ferdianti Rohmah, 2014

Penerapan Levels Of Inquiry Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Sma Dalam Materi Elastisitas


(1)

26

a. Membuat kisi-kisi soal berdasarkan kurikulum 2013 mata pelajaran Fisika SMA kelas X semester 2, yakni pada materi elastisitas kemudian disesuaikan dengan kisi-kisi soal PISA 2006.

b. Menulis soal tes berdasarkan kisi-kisi dan membuat kunci jawaban dan rubrik penilaian.

c. Mengkonsultasikan soal-soal instrumen dan melakukan revisi kepada dosen pembimbing sebagai perbaikan awal.

d. Meminta pertimbangan (judgment) kepada dua dosen fisika, kemudian melakukan revisi soal berdasarkan bahan pertimbangan tersebut.

e. Melakukan uji instrumen di salah satu kelas di sekolah yang menjadi populasi dalam subjek penelitian berlangsung, menganalisis hasil uji instrumen yang meliputi uji validitas butir soal, reliabilitas instrumen, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Kemudian melakukan revisi ulang melalui konsultasi dengan dosen pembimbing.

2. Video Pembelajaran

Setiap pertemuan dalam pembelajaran didokumentasikan menggunakan video sehingga proses pembelajaran dapat dianalisis secara keseluruhan.

H. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan yang digunakan pada penelitian ini adalah pengolahan data secara statistik. Tujuan pengolahan data ini adalah untuk mengetahui peningkatan domain competencies literasi sains siswa setelah diberikan perlakuan. Untuk melihat peningkatan domain competencies literasi sains siswa setelah menerapkan levels of inquiry adalah dengan cara menganalisis nilai effect size dari hasil pretest dan posttest siswa. Nilai effect size adalah pengukuran sederhana untuk mengukur perbedaan antara dua kelompok atau kelompok yang sama dalam waktu berbeda dengan menggunakan skala yang umum (Secretariat, Literacy. 2002).

Effect size merupakan cara yang digunakan untuk mengukur berapa besar

pengaruh treatment. Selain itu, effect size digunakan untuk :

1. Membandingkan kemajuan (peningkatan) dari waktu ke waktu pada tes yang sama


(2)

27

Susan Ferdianti Rohmah, 2014

2. Membandingkan hasil pengukuran tes yang berbeda

3. Membandingkan kelompok yang berbeda dalam melakukan tes yang sama Perbandingan yang mungkin menggunakan effect size diantaranya :

1. Perbedaan skor antara dua kelompok yang berbeda ( misalnya , anak laki- laki dan perempuan )

2. Perubahan skor untuk kelompok sama yang diukur dua kali

3. Hubungan antara faktor-faktor dan nilai yang berbeda itu semua dapat dianggap sama .

Cara menghitung effect size pada desain penelitian satu kelas tanpa kelas kontrol yaitu dengan menggunakan persamaan berikut :

Effect Size (d) =

... 3.7

Standar deviasi yang dimaksud adalah standar deviasi pooled. Cara menghitung standar deviasi pooled yaitu dengan persamaan sederhana dari cohen (1988) :

√ ... 3.8 Keterangan :

SDpooled = Standar deviasi Pooled

SD1 = standar deviasi data ke-1

SD2 = standar deviasi data ke-2

M1 = Rata-rata skor Pretest

M2 = Rata-rata skor Posttest

Persamaan 3.7 dapat digunakan jika data memiliki koefisien korelasi dengan kategori kecil. Jika data memiliki koefisien korelasi dengan kategori sedang atau besar maka untuk menghitung effect size yaitu dengan menggunakan persamaan berikut:

... 3.9


(3)

28

d = Nilai Effect Size M1 = Rata-rata skor Pretest

M2 = Rata-rata skor Posttest

SDpooled = Pooled Standard Deviation

r = koefisien korelasi

Pada penelitian ini koefisien korelasi yang digunakan dapat dilihat dari tabel 3.8 (Sugiono, 2010) sebagai berikut :

Tabel 3.8 Interpretasi koefisien korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 - 0.199 Sangat rendah

0,20 - 0,399 Rendah

0,40 - 0,599 Sedang

0,60 - 0,799 Kuat

0,80 - 1,000 Sangat Kuat

Adapun tolak ukur yang digunakan untuk menginterpretasikan nilai effect

size yang telah diperoleh, Cohen mengatakan bahwa nilai effect size 0,20 berarti

berpengaruh kecil, 0,50 berpengaruh sedang, dan 0,80 berpengaruh besar. Secara lebih terperinci, kategori nilai effect size dapat dilihat dari tabel 3.9 (Cohen, 1992) berikut :

Tabel 3.9 Klasifikasi Effect Size

Nilai Effect Size Kategori

0,00 ≤ x ≤ 0,20 Tidak berarti (dapat diabaikan) 0,20 ≤ x ≤ 0,50 Kecil

0,50 ≤ x ≤ 0,80 Sedang


(4)

40 Susan Ferdianti Rohmah, 2014

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan data hasil penelitian, pengolahan data, dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa levels of inquiry dapat meningkatkan literasi sains dalam domain competencies yakni pada aspek mengidentifikasi isu yang bersifat ilmiah, aspek menjelaskan fenomena secara ilmiah, dan aspek menggunakan fakta ilmiah. Hal ini terlihat pada nilai effect size ketiga aspek tersebut berada dalam kategori besar. Hal tersebut bermakna bahwa kontribusi levels of inquiry dalam meningkatkan ketiga aspek tersebut besar dan kontribusi terbesar yaitu pada aspek menggunakan fakta ilmiah.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut :

1. Pada tahap interactive demonstration guru tidak hanya memberikan prosedur percobaan dan langsung mengarahkan siswa bereksperimen. Akan tetapi, siswa dilibatkan dalam merancang percobaan ketika membuktikan hubungan antar variabel sehingga pola pikir merancang percobaan siswa terbangun

2. Sebaiknya tahap real world application bisa melatihkan siswa hingga membuat suatu produk atau proyek, sehingga knowledge of science yang dibutuhkan siswa untuk meningkatkan domain competencies akan lebih baik 3. Tidak hanya menganalisis literasi sains pada domain competencies, namun analisis pula domain context, knowledge, dan Attitude pada setiap proses pembelajaran.


(5)

41

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Cohen, J. (1992). A Power Primer. Psycological Bulletin. 112(1).

Cohen, J. (1988). Statistical power analysis for the behavioral sciences. (2nd ed.). Hillsdale, NJ: Erlbaum.

Dunst, C. J., Trivette, C. M., & Humby, D. W. (2004). Guidelines for Calculating Effect Sizes for Practice-based Research Syntheses. Centerscope. 3 (1). National Research Council (1996). National Science Education Standards.

Washington, DC: National Academies Press.

OECD. (2007). PISA 2006 Science Competencies for Tomorrow’s World. [online]. Tersedia:http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2006.pdf [09 November 2013]

OECD. (2013). PISA 2012 Result in Focus. [online]. Tersedia : http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2012-results-overview.pdf . [15 Juni 2014]

Sandjadja, B. dan Heriyanto, A. (2006). Panduan Penelitian. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.

Secretariat, Literasi. (2002). Understanding, using and calculating effect size. Australia : DECD

Shaughnessy, JJ. et. al.(2007). Metodologi Penelitian Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Sugiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Wenning, CJ. (2005). Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes. Journal Physics Teacher Education. 2(3).

Wenning, CJ. (2010). Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning sequences to teach science. Journal Physics Teacher Education. 5 (3). .

Wenning,CJ. (2007). Assessing inquiry skills as a component of scientific literacy. Journal Physics Teacher Education. 4 (2).


(6)

41

Susan Ferdianti Rohmah, 2014